Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Pendahuluan
Permainan dan bermain adalah identik dengan dunia anak-anak. Oleh karena itu
wajar jika anak-anak selalu mengisi waktunya dengan bermain. Justru terasa aneh jika
ada anak yang tidak suka bermain atau permainanan. Sebab secara psikologis dalam
tahap perkembangan manusia, masa kanak-kanak (umur 0 - 12 tahun) adalah tahapan
dimana dunia imaginasi berkembang dalam kognisinya. Sehingga para psikolog
perkembangan menyebut permainan dan bermain adalah modal awal bagi pembinanaan
kecerdasan dan mental emosional bagi anak.
Melalui kegiatan bermain, daya pikir anak terangsang untuk mendayagunakan
aspek emosional, sosial serta fisiknya. Lewat permainan, anak-anak dapat mempelajari
banyak hal. Misalnya, dengan bermain ayunan, anak secara tidak sengaja melatih
keseimbangan fisik dan psikisnya, bermain komedi putar dapat melatih keberanian dan
ekspresi emosionalnya dalam segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dengan
bermain, anak-anak akan bertambah kemampuan fisik, pengalaman dan pengetahuannya,
serta berkembang keseimbangan mentalnya.
Namun demikian, satu hal yang sering dilupakan oleh para orang tua maupun para
pendidik adalah tingkat kepedulian mereka dalam penyediaan sarana dan alat-alat
permaianan yang bersifat mendidik (edukatif) terutama untuk kepentingan optimalisasi
perkembangan anak. Belum lagi adanya anggapan bahwa alat permaianan yang bagus
adalah yang berharga mahal.
Isi Ceramah
Definisi APEK?
Alat permainan edukatif dan kognitif (APEK) merupakan alat permainan yang
dapat mengoptimalkan perkembangan anak, sesuaikan dengan usianya dan tingkat
perkembangannya., serta berguna untuk hal-hal sbb.;
- Pengembangan fisik, kegiatan yang dapat menunjang atau merangsang pertumbuhan
fisik anak.
- Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara menggunakan kalimat yang benar.
- Pengembangan kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk, warna, dll.
- Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan interaksi antara ibu
dan anak, keluarga dan masyarakat.
- Pengembangan kreativitas anak.
1. Aman. Misalnya cat yang tidak mengandung racun, tidak ada bagian mainan yang
tajam, dan mainan yang tidak mudah pecah. Karena anak-anak biasanya
mengenali benda disekitarnya dengan memegang,m encengkram, dan
memasukkan mainan ke dalam mulut.
2. Ukuran dan berat mainan sesuai dengan berat anak. Bila ukurannya terlalu besar
akan sulit dijangkau oleh anak, sebaliknya kalau terlalu kecil akan berbahaya
karena dapat tertelan oleh anak. Jika terlalu berat, anak akan sulit memindahkan
mainan tersebut serta akan membahayakan jika mainan tersebut jatuh mengenai
anak.
3. Desain jelas, punya ukuran-ukuran, susunan dan warna tertentu, serta jelas
maksud dan tujuannya
4. Berfungsi mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak, seperti motorik,
bahasa, kecerdasan, dan sosialisasi.
5. Dapat dimainkan dengan berbagai variasi tetapi tidak terlalu sulit atau terlalu
mudah.
6. Sederhana dan menarik
7. Mudah diterima oleh segala kebudayaan
8. Tidak mudah rusak
Stimulasi untuk motorik halus diperoleh saat anak mengambil mainannya, meraba,
memegang dengan kelima jarinya, dan sebagainya. Sedangkan rangsangan motorik
kasar didapatkan pada saat anak menggerak-gerakkan mainannya, melempar,
mengangkat, dan sebagainya.
2. Melatih konsentrasi
Contohnya, dengan memasukkan benda kecil ke dalam benda yang besar anak akan
memahami bahwa benda yang lebih kecil bisa dimuat dalam benda yang lebih besar.
Sedangkan benda yang lebih besar tidak bisa masuk ke dalam benda yang lebih kecil.
Ini adalah pemahaman konsep sebab akibat yang sangat mendasar.
Permainan edukatif sangat baik bila disertai dengan penuturan cerita. Hal ini akan
memberikan manfaat tambahan buat anak, yakni meningkatkan kemampuan
berbahasa juga keluasan wawasannya.
Dari mainan edukatif, anak dapat mengenal ragam atau variasi bentuk dan warna. Ada
benda berbentuk kotak, segiempat, bulat dengan berbagai warna; biru, merah, hijau,
dan lainnya.
1. Kegiatan fisik.
Maksudnya merangkak, berjalan, berayun, atau ciluk-ba. Dalam merangkak, misal, selain
melatih motorik kasarnya, juga mengaktifkan otak kanan dan kirinya. Jadi, saat anak
merangkak, kita bisa menemaninya (ikut merangkak) semisal "berlomba" sampai tujuan
tertentu. Ketika ia mulai belajar berjalan dengan cara merambat, tirukan dan ajaklah ia
"berlomba". Hingga, ia terdorong melatih motorik kasarnya, selain juga mendekatkan
hubungan dengan ayah-ibu.
Apa Saja Contoh APEK untuk Balita dan Perkembangan yang Distimulasi?
Pertumbuhan motorik kasar : sepeda roda 3 atau 2, bola, mainan yang ditarik
atau didorong.
Pertumbuhan Motorik halus: gunting, pensil, bola, balok, lilin.
Kecerdasan/kognitif: buku bergambar, buku cerita, puzzle, lego, boneka,
pensil warna, radio.
Bahasa: buku bergambar, buku cerita, majalah, radio, tape, televisi.
Menolong diri sendiri: gelas/piring plastik, sendok, baju, sepatu, kaos kaki.
Tingkah laku sosial: alat permainan yang dapat dipakai bersama, misalnya
congklak, kotak pasir, bola, tali.
Puzzle angka : Pengenalan angka warna melatih koordinasi mata tangan warna usia 2-5
tahun
Puzzle huruf besar : pengenalan huruf besar pengenalan menyusun huruf-kata koordinasi
mata-tangan usia 2-6 tahun
Congklak
Kesalahan dalam Memilih APEK
Beberapa kesalahan yang sering dibuat dalam memilih alat permainan sebagai
berikut:
1. Orang tua memberikan sekaligus banyak macam alat permainan. Padahal umumnya
anak suka mengulang-ulang alat permainan yang sama untuk beberapa waktu lamanya.
2. Banyak orang tua membeli alat permainan yang mereka pikir indah dan menarik, tetapi
tidak berpikir apa yang akan dikerjakan anak terhadap alat permainan tersebut.
3. Banyak orang tua membayar terlalu mahal untuk alat permainan. Padahal, alat
permainan yang dibuat sendiri atau dari barang bekas sering menyenangkan pula.
4. Alat permainan yang terlalu lengkap/sempurna, sehingga sedikit peluang bagi anak
untuk melakukan eksplorasi dan konstruksi. Sekali anak melihatnya, hanya sedikit tersisa
untukmemainkannya.
5. Alat permainan tak sesuai dengan umur anak, sehingga maksud dan tujuan dari alat
permainan itu tidak tercapai. 6. Memberikan terlalu banyak alat permainan dengan tipe
yangsama.
7. Orang tua yang tidak meneliti keamanan dari alat permainan yang dibeli