Vous êtes sur la page 1sur 9

A.

Kasus
“Bayiku Bibirnya Kok Biru”
Seorang bayi perempuan berusia 2 minggu, dibawa orang tuanya ke rumah sakit
dengan keluhan sering mengalami sesak, dan kesulitan menetek, pada pemeriksaan
nampak sianosis pada bibir, RR 60x/mnt, N 120x/mnt, BB 2500 gr.

B. Kata-kata Sulit dalam Kasus


Tidak ada kata-kata sulit dakam kasus tersebut

C. Hasil Diskusi Kasus


Pertanyaan :
1. Sejak kapan keluhan ini mulai muncul?
2. Apakah ada suara tambahan mur-mur?
3. Apakah akralnya dingin?
4. Apakah ada clubbing finger’s?
5. Kenapa bayi itu kesulitan untuk menetek?
6. Apakah mengalami hal seperti ini sebelumnya?
7. Kenapa bayi itu sianosis?
8. Berapa APGAR scorenya?
9. Berapa normal RR pada bayi yang berusia 2 minggu?
10. Bagaimana keadaan umum bayi itu?
11. Berapa normal Nadi pada bayi yang berusia dibawah 1 bulan?
12. Tindakan Keperawatan apa yang harus dilakukan?

Penjelasan dari Pertanyaan


1. 1 Hari yang lalu
2. Ada suara mur-mur
3. Akralnya dingin
4. Ada clubbing finger’s
5. Karena bayi itu sesak napas
6. Iya waktu lahir
7. Karena kekurang O2
8. APGAR score 6
9. 40-30 x/mnt
10. Lemah dan pucat
11. 110x/mnt
12. Pemberian oksigen
Dari sekian pertanyaan yang timbul dalam kelompok kami kasus di atas
kelompok kami menyimpulkan kemungkinan anak/bayi menderita Asfiksia, karena
ibu klien mengatakan hal itu terjadi sejak satu hari yang lalu dan kesulitan untuk
menetek bayinya. Keadaan fisiknya sesak napas, sianosis, RR 60x/mnt, Nadi
120xmnt. Ada clubbing finger’s, akral dingin, suara mur-mur, APGAR score 6.
Sehingga dapat disimpulkan anak mengalami ketidakefektifan pola napas. Tindakan
keperawatan yang harus dilakukan adalah pemberian oksigen.
Dari tanda-tanda yang sudah disebutkan diatas sesuai dengan referensi yang
kita temukan mengenai penyakit asfiksia sebagai berikut.

D. Konsep Teori
1. Definisi
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur
segera atau beberapa saat setelah lahir. Secara klinik ditandai dengan sianosis,
bradikardi, hipotonia, dan tidak ada respon terhadap rangsangan, yang secara objektif
dapat dinilai dengan skor APGAR. Keadaan ini disertai hipoksia, hiperkapnia, dan
berakhir dengan asidosis. Konsekuensi fisiologis yang terutama terjadi pada bayi
dengan asfiksia adalah depresi susunan saraf pusat dengan kriteria menurut WHO
tahun 2008 didapatkan adanya gangguan neurologis berupa Hypoxic Ischaemic
Enchepalopaty (HIE), akan tetapi kelainan ini tidak dapat diketahui dengan segera.
Asfiksia dapat terjadi selama kehamilan atau persalinan. Asfixia dalam
kehamilan dapat disebabkan oleh penyakit infeksi akut atau kronis, keracunan obat
bius, uremia, toksemia gravidarum, anemia berat, cacat bawaan, atau trauma.
Sementara itu, asfiksia dalam persalinan disebabkan oleh partus yang lama, ruptura
uteri, tekanan terlalu kuat kepala anak pada plasenta, prolapsus, pemberian obat bius
yang terlalu banyak dan pada saat yang tidak tepat, plasenta previa, solusia plasenta,
serta plasenta tua (serotinus).
2. Klasifikasi dan Manifestasi Klinis Asfiksia
Asfiksia dapat dibedakan menjadi dua, yaitu asfiksia pallida dan asfiksia livida
dengan masing-masing manifestasi klinis sebagai berikut (Nurarif, 2013):
Tabel 1. Karakteristik Asfiksia Pallida dan Asfiksia Livida

Perbedaan Asfiksia Pallida Asfiksia Livida


Warna Kulit Pucat Kebiru-biruan
Tonus Otot Sudah kurang Masih baik
Reaksi Rangsangan Negatif Positif
Bunyi Jantung Tidak teratur Masih teratur
Prognosis Jelek Lebih baik

Klasifikasi asfiksia dapat ditentukan berdasarkan nilai APGAR (Nurarif, 2013).


Tabel 2. APGAR score
Nilai
Tanda
0 1 2
A : Appearance Biru/pucat Tubuh kemerahan, Tubuh dan
(color/warna ekstremitas biru ekstremitas
kulit) kemerahan
P : Pulse (heart Tidak ada < 100x per menit >1100x per menit
rate/denyut nadi)
G : Grimance Tidak ada Gerakan sedikit Menangis
(reflek)
A : Activity Lumpuh Fleksi lemah Aktif
(tonus otot)
R : Respiration Tidak ada Lemah, merintih Tangisan kuat
(usaha bernapas)

Bayi akan dikatakan mengalami asfiksia berat jika APGAR score berada pada
rentang 0-3, asfiksia sedang dengan nilai APGAR 4-6, dan bayi normal atau dengan
sedikit asfiksia jika APGAR score berada pada rentang 7-10 (Nurarif, 2013).
3. Etiologi
Asfiksia dapat terjadi karena beberapa faktor (Nurarif, 2013).
a. Faktor ibu
Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan aliran darah ibu melalui plasenta
berkurang. Akibatnya, aliran oksigen ke janin juga berkurang dan dapat
menyebabkan gawat janin dan akhirnya terjadilah asfiksia. Berikut merupakan
keadaan-keadaan yang dapat menyebabkan asfiksia pada bayi baru lahir.
1) Preeklamsia dan eklamsia
2) Demam selama persalinan
3) Kehamilan postmatur
4) Hipoksia ibu
5) Gangguan aliran darah fetus, meliputi :
a) gangguan kontraksi uterus pada hipertoni, hipotoni, tetani uteri
b) hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan
c) hipertensi pada penyakit toksemia
6) Primi tua, DM, anemia, riwayat lahir mati, dan ketuban pecah dini
b. Faktor plasenta
Keadaan berikut ini berakibat pada penurunan aliran darah dan oksigen melalui
tali pusat ke bayi, sehingga bayi mungkin mengalami asfiksia :
1) Abruptio plasenta
2) Solutio plasenta
3) Plasenta previa
c. Faktor fetus
Pada keadaan berikut bayi mungkin mengalami asfiksia walaupun tanpa didahului
tanda gawat janin.
1) Air ketuban bercampur dengan mekonium
2) Lilitan tali pusat
3) Tali pusat pendek atau layu
4) Prolapsus tali pusat
d. Faktor persalinan
Keadaan yang dapat menyebabkan asfiksia yaitu:
1) Persalinan kala II lama
2) Pemberian analgetik dan anastesi pada operasi caesar yang berlebihan sehingga
menyebabkan depresi pernapasan pada bayi
e. Faktor neonatus
Berikut merupakan kondisi bayi yang mungkin mengalami asfiksia (Nurarif, 2013):
1) Bayi preterm (belum genap 37 minggu kehamilan) dan bayi posterm
2) Persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum,
forsep)
3) Kelainan konginetal seperti hernia diafragmatika, atresia/stenosis saluran
pernapasan, hipoplasi paru, dll.
4) Trauma lahir sehingga mengakibatkan perdarahan intracranial

4. Faktor Resiko
Faktor resiko yang dapat menyebabkan asfiksia perinatal yaitu faktor maternal,
plasenta-tali pusat, dan fetus atau neonates :
a. Kelainan maternal, dapat meliputi hipertensi, peyakit vaskular, diabetes, drug
abuse, penyakit jantung, paru, gangguan susunan saraf pusat, hipotensi, ruptura
uteri, tetani uteri, panggul sempit.
b. Kelainan plasenta dan tali pusat, meliputi infark dan fibrosis plasenta, prolaps atau
kompresi tali pusat, kelainan pembuluh darah umbilikus.
c. Kelainan fetus atau neonatus meliputi anemia, hidrops, infeksi, pertumbuhan janin
terhambat, serotinus.
Selain itu, kurangnya kesadaran calon ibu untuk melakukan ANC, status nutrisi
yang rendah, perdarahan saat melahirkan, dan infeksi saat kehamilan juga merupakan
faktor resiko terjadinya asfiksia. Ditambah lagi dengan letak bayi sungsang dan
kelahiran dengan berat bayi kurang dari 2500 gram, maka akan memperburuk
keadaan dan meningkatkan resiko asfiksia. Namun sayangnya, berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Ogunlesi dkk (2013) dinyatakan bahwa dari 354
orang responden yang diteliti, hampir seluruhnya tidak mengetahui faktor resiko
terjadinya asfiksia.
5. Patofisiologi
Paralisis pusat pernapasan Persalinan lama, lilitan tali Faktor lain : obat-obatan
pusat, presentasi janin
abnormal

ASFIKSIA

Janin kekurangan O2 dan Paru-paru terisi cairan


kadar CO2 meningkat

Bersihan Jalan Napas Gangguan metabolisme dan


Tidak Efektif perubahan asam basa

Suplai O2 dalam darah Suplai O2 dalam paru Asidosis respiratorik

Resiko Kerusakan otak Gangguan perfusi-ventilasi


Ketidakseimbangan
Suhu Tubuh
Napas cuping hidung,
sianosis, hipoksia

Napas cepat
Gangguan Pertukaran Gas

Apneu

DJJ dan TD Kematian bayi Resiko Cidera

Ketidakefektifan Pola Proses Keluarga


Napas Terhenti

Janin tidak bereaksi Resiko Sindrom


6. terhadap
Patofisiologi
rangsangan Kematian Bayi
Mendadak

6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan diantaranya yaitu (William, 2004) :
a. Analisa Gas Darah (AGD) : pH kurang dari 7,20
b. Penialaian APGAR score, meliputi warna kulit, frekuensi jantung, usaha napas,
tonus otot, dan reflek
c. Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika sudah timbul komplikasi
d. Pengkajian spesifik
E. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Hal-hal yang dikaji pada bayi baru lahir dengan asfiksia setelah tindakan
resusitasi meliputi (Carpenito, 2007 dan Mansjoer, 2000) :
a. Sirkulasi
Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110-180 kali per menit. Tekanan darah 60-80
mmHg sistolik dan 40-45 mmHg diastolik
1) Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas maksimal tepat
di kiri dari mediasternum pada ruang intercostae III/IV
2) Mur-mur biasanya terjadi pada selama beberapa jam pertama kehidupan
3) Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena
b. Eleminasi
Dapat berkemih saat lahir
c. Makanan atau cairan (status nutrisi)
1) Berat badan : 2500-4000 gram
2) Panjang badan : 44-45 cm
3) Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai dengan gestasi
d. Neurosensori
1) Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas
2) Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30 menit
pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas). Penampilan asimetris
(molding, edema, hematoma)
3) Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi menunjukkan
abnormalitas genetik, hipoglikemia, atau efek nekrotik)
e. Pernapasan
1) APGAR score optimal : antara 7 s.d. 10
2) Rentang RR normal dari 30-60 kali per menit, pola periodik dapat terlihat
3) Bunyi napas bilateral, kadang-kadang krekels umum awalnya silidrik thorax :
kertilago xifoid menonjol umum terjadi
f. Keamanan
Suhu normal pada 36,5 s.d. 37,5 0C. Ada verniks (jumlah dan distribusi tergantung
pada usia gestasi
g. Kulit
Kulit lembut, fleksibel, pengelupasan kulit pada tangan atau kakai dapat terlihat,
warna merah muda atau kemerahan, mungkin belang-belang menunjukkan memar
minor (misal : kelahiran dengan forseps), atau perubahan warna herliquin, petekie
pada kepala atau wajah (dapat menunjukkan peningkatan tekanan berkenaan
dengan kelahiran atau tanda nukhal), bercak portuine, telengiektasis ( kelopak
mata, antara alis dan mata, atau pada nukhal), atau bercak mongolia (terutama
punggung bawah dan bokong) dapat terlihat.Abrasi kulit kepala mungkin ada
(penampakan elektroda internal)

2. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas b/d hiperventilasi
2. Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
3. Intervensi Keperawatan

M DIAGNOSA
NOC NIC
mKEP
1Ketidakefektifan 1.Status pernapasan : Ventilasi 1. Manajemen jalan napas
fpola napas b/d - Frekuensi pernapasan dari - Posisikan pasien untuk
hiperventilasi
f deviasi sedang dari kisaran memaksimalkan ventilasi
g normal menjadi deviasi ringan - Gunakan teknik yang
f dari kisaran normal menyenangkan untuk
- Dispnea saat istirahat dari memotivasi bernapas dalam
cukup menjadi ringan kepada anak-anak
-Gangguan suara auskusltasi dari - Auskultasi suara napas, catat
berat menjadi cukup area yang ventilasinya
-Suara napas tambahan dari menurun atau tidak adaya
berat menjadi cukup suara tambahan
- Kelola pengobatan aerosol
sebagaimana mestinya
- Monitor status pernapasan dan
oksigen sebagaimana mestinya
- Posisikan untk meringankan
sesak napas

1. Status pernapasan: 1. Monitor pernafasan


pertukaran gas - Monitor kecepatan, irama,
Gangguan
- Sianosis dari cukup menjadi kedalaman dan kesulitan
pertukaran gas b/d
ringan bernapas
ketidakseimbangan
- Dispnea saatistirahat dari - Monitor suara napas tambahan
ventilasi-perfusi
cukup menjadi ringan seperti ngorok atau mengi
- Keseimbangan ventilasi dan - Monitor pola napas
2 perfusi dari deviasi sedang dari - Auskultasi suara napas, catat
kisaran normal menjadi deviasi dimana terjadi penurunan atau
ringan dari kisaran normal tidak adanya ventilasi dan
keberadaan suara napas
tambahan

Vous aimerez peut-être aussi