Vous êtes sur la page 1sur 8

 Bagaimana mekanisme dan etiologi dari batuk produktif dengan phlegm yang banyak

sesuai dengan kasus?8 10


Mikroorganisme masuk ke saluran nafas, bereaksi dengan sel mast dan makrofag
sehingga mengeluarkan mediator inflamasi mengakibatkan hipersekresi mukus.
Impuls saraf aferen yang berjalan melalui N.Vagus ke medulla otak
mengkontraksikan otot abdomen dan diagframa maka tekanan paru meningkat,
terjadilah batuk berdahak.

 Bagaimana mekanisme dan etiologi dari demam ringan sesuai dengan kasus?10 12
Batuk dengan sputum menunjukkan bahwa terjadi infeksi dari kuman yang masuk.
Bila bakteri ini terdapat didalam jaringan atau dalam darah akan di fagositosis oleh
leukosit darah, makrofag jaringan dan limfosit pembunuh bergranula besar. Seluruh
sel ini selanjutnya menamai hasil pemecahan bakteri dan melepaskan zat interleukin I
yang disebut pirogen endogen ke dalam cairan tubuh. Saat interleukin I mencapai
hipotalamus segera mengaktifkan proses yang menimbulkan demam. Demam ini
menyerupa demam influenza kadang-kadang panas badan dapat mencapai 40-41’C.

 Bagaimana mekanisme abnormalitas dari:


a. HR8 10
b. Temperatur 10 12
 Apa makna dari pemeriksaan BTA negatif? 8 10
Tuberkulosis paru BTA negatif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif. Kriteria diagnostik TB paru
BTA negatif harus meliputi:
 Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negative.
 Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.
 Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
 Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.

 Bagaimana tatalaksana dari TBC dengan HIV? 10 12

Semua pasien (termasuk mereka yg terinfeksi HIV) yg belum pernah diobati harus
diberi paduan obat lini pertama yang disepakati secara internasional :
• Fase awal: 2 bulan INH, RIF, PZA, and EMB
• Fase lanjutan: 4 bulan INH and RIF, atau
• 6 bulan dengan INH and EMB (kegagalan pengobatan lebih tinggi pada
pasien HIV)
• Dosis OAT seharusnya mengikuti anjuran Internasional
• Kombinasi dosis tetap sangat dianjurkan

Pada pemberian OAT dan ARV perlu dipertimbangkan:


• Interaksi antar obat-obat yang digunakan
• Peran antiretroviral therapy (ART)
• Overlap efek samping obat
• Immune-reconstitution inflammatory syndrome (IRIS)
• Masalah kepatuhan pengobatan

Indikasi pemberian ART pada pasien TB/HIV berdasarkan:


• Status penyakit HIV (kadar CD4)
• Keberhasilan pengobatan dan paduan OAT yang sedang dilakukan
• Kepatuhan pengobatan dan efek samping
• Jika belum diobati dengan ART pada saat diagnosis TB, keputusan untuk memulai
ART didasarkan faktor2 berikut.
Pasien TB dan infeksi infeksi HIV seharusnya seharusnya diberi
kotrimoksasol kotrimoksasol sebagai sebagai pencegahan pencegahan infeksi infeksi
lainnya lainnya. Semua pasien TB yang positif HIV seharusnya menerima Terapi
Pencegahan Kotrimoksasol (CPT) tanpa peduli jumlah CD4, paling tidak selama
dalam pengobatan TB. CPT dianjurkan untuk semua pasien dengan jumlah sel CD4
kurang dari 200 sel/mm3
 Apa patofisiologi dari kasus? 8 10
Infeksi primer diinisiasi oleh implantasi organism dialveolar melalui droplet
nuclei yangsangat kecil untuk menghindari sel epithelia siliari dari saluran pernafasan.
Bila terinplatasim.tuberculosis melalui sal.nafas, mikroorganisme akan membelah
diridan dicerna olehmakrofag pilmner, daimana pembelahan diri akan terus
berlangsung. Nekrosis jaringan danklasifikasi jaringan pada daerah terinfeksi akan
menghasilkan pembentukan radiodense,terjadi sampai 10 minggu. Setelah 10 minggu,
system imun akan beraktivitas apabila systemimun rendah akan terinfeksi tb, tapi
apabila system imun kuat kuman tb akan terkalahkan.Tetapi ingat, bahwa kuman
m.tuberkulosis juga tidak sepenuhnya mati. Ada yang bersifatdormant, apabila sistemi
imun melemah akan aktif kembali kuman TB yang bersifat dormant tersebut.
 Apa tatalaksana dari kasus? 10 12
Tujuan pengobatan TB adalah :
- Menyembuhkan pasien dan mengembalikan kualitas hidup dan produktivitas
- Mencegah kematian karena penyakit TB aktif atau efek lanjutannya
- Mencegah kekambuhan
- Mengurangi transmisi atau penularan kepada yang lain
- Mencegah terjadinya resistensi obat serta penularannya
Pengobatan TB terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase intensif dan fase lanjutan.
Padaumunya lama pengobatan selama 6-8 bulan
a. Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
1. Jenis obat lini pertama adalah :
 INH
 Rifampisin
 Pirazinamid
 Etambutol
 streptomisin
2. jenis obat lini kedua adalah :
 kanamisin
 kapriomisin
 amikasin
 sikloserin
 etionamid
 para-amino salisikat (PAS)
Obat lini kedua hanya digunakan untuk kasus resistensi obat
 Obat tunggal, obat disajikan secara terpisah, masing-masing INH, rifampisin,
pirazinamid, dan etambutol
 Obat kombinasi dosis tetap / KDT (fixed dose combination). Kombinasi dosis
tetap ini terdiri dari 2-4 dalam satu tablet.
Dosis OAT
Jenis dan dosis OAT
Obat Dosis Dosis yang Dosis Dosis (mg) / BBkg/ hari
(mg/kgBB/hari) dianjurkan maks
harian intermiten <40 40-60 >60
R 8-12 10 10 600 300 450 600
H 4-6 15 10 300 300 300 300
Z 20-30 25 35 750 1000 1500
E 15-20 15 30 750 1000 1500
S 15-18 15 15 1000 bb 750 1000

Dosis OAT kombinasi dosis tetap


BB Fase intensif Fase lanjutan
2-3 bulan 4 bulan
Harian (RHZE) harian 3x/minggu
(150/75/400/275)
30-37 2 2 2
38-54 3 3 3
55-70 4 4 4
>71 5 5 5

b. Panduan obat anti tuberculosis


pengobatan TB standar dibagi menjadi
 pasien baru
panduan obat yang dianjurkan 2 HREZ/4HR dengan pmberian dosis setiap
hari. Bila menggunakan OAT program, maka pemberian dosis setiap hari
pada fase intensif dilanjutkan dengan pemberian dosis 3x/minggu dengan
DOT 2HRZE/4H3R3
 pasien riwayat pengobatan lini pertama
pengobatan berdasarkan hasi uji kepekaan, diberikan panduan obat 2
HRZES/HRZE/5HRE
 meningitis TB, lama pengobatan 9-12 bulan etembutol diganti streotimisin
 TB tulang, lama pengobatan 9 bulan
 Limfadenitis TB, lama pengobatan minimal 9 bulan
c. Efek samping OAT
Pendekatan berdasarkan gejala digunakan untuk penatalaksanaan efek samping
umum, yaitu mayor dan minor. Sebaikmya tetap melanjutkan pengobatan TB dan
diberikan pengobatan simptomatis. Apabila pasien mengalami efek samping berat
(mayor), OAT penyebab dapat dihentikan dan segera pasien dirujuk ke pusat
kesehatan yang lebih besar atau dokter paru untuk tatalaksana selanjutnya.
Efek samping mayor Obat Tatalaksana

Kemerahan kulit dengan Streptomisin Hentikan OAT


atau tanpa gatal Isoniazid
Rifampisin
Pirazinamid
Tuli Strepstomisin Hentikan streptomisin
Pusing Strepstomisin Hentikan streptomisin
Kuning, hepatitis Isoniazid Hentikan pengobatan TB
Pirazinamid
Rifampisin
Bingung Sebagian besar OAT Hentikan pengobatan TB
Gangguan penglihatan Etambutol Hentikan etambutol
Syok, gagal ginjal akut Rifampisin Hentikan rifampisin
Penurunan jumlah urin Streptomisin Hentikan streptomisin
Tidak nafsu makan, Pirazinamid Berikan obat bersamaan
mual, dan nyeri perut Rifampisin dengan makanan atau
Isoniazid sebelum tidur
Nyeri sendi Pirazinamid Aspirin atau NSAID atau
parasetamol
Rasa terbakar, kebas, Isoniazid Pirodoksin dosis 100-200
atau kesemutan mg/hari selama 3 minggu
sebagai profilaksis 25-
100
Sindrom flu Dosis rifampisin Ubah pemberian dari
intermiten intermiten ke harian

Tatalaksana reaksi kutaneus


Apabila tejadi reaksi gatal tanpa kemerahan dan tidak ada penyebab lain, maka
pengobatan yang direkomandasikan adalah simptomatis seperti menggunakan
antihistamin. Pengobatan dengan OAT dapat diteruskan dengan mengobservasi
pasien. Jika terjadi kemerahan pada kulit, maka OAT dihentikan.

d. Terapi pembedahan
Indikasi operasi
1. Indikasi mutlak
a. Pasien batuk darah yang massif tidak dapat diatasi dengan cara konservatif
b. Pasien dengan fistula bronkopleura dan empiema yang tidak dapat diatasi
secara konservatif
2. Indikasi relative
a. Pasien dengan dahak negative dengan batuk darah berulang
b. Bekrusakan satu paru/lobus dengan keluah
c. Sisa kavitas yang menetap
Tindakan invasive ( selain pembedahan )
 Bronkoskopi
 Punksi pleura
 Pemasangan WSD
Pembedahan dapat dipertimbangkan sebagai pengobatan dalam TB ekstraparu.
Pembedahan dibutuhkan dalalam komplikasi pada keadaan seperti hidrosefalus,
obstruksi uropati, perkarditis, konstruktif, dan keterlibatan saraf pada TB tulang
belakang (TB spinal). Pada limfadenitis yang besar dan berisi cairan maka
diperlukan tindakan drainase atau aspirasi/insisi sebagai salah satu tindakan
terapeutik dan diagnosis.

e. Evaluasi pengobatan
Evaluasi pasien meliputi evaluasi klinis, bakteriologi, radiologi, dan efek samping
obat, serta evaluasi keteraturan berovat.
Evaluasi klinis
 Pasien dievaluasi secara periodic
 Evaluasi terhadap respon pengobatan dan ada tidaknya efek samping obat
serta ada tidaknya komplikasi penyakit
 Evaluasi klinis meliputi keluhan, berat badan, pemeriksaan fisis
Evaluasi bakteriologi (0-2-6-8 bulan pengobatan)
 Untuk mendeteksi ada tidaknya konversi dahak
 Pemeriksaan dan evaluasi pemeriksaan mikroskopis
 Bila ada fasilitas biakan, dilakukan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan
Evaluasi radiologi (0-2-6/8 bulan pengobatan)
Pemeriksaan dan evaluasi foto toraks dilakukan pada :
 Sebelum pengobatan
 Setelah 2 bulan pengobatan
 Pada akhir pengobatan
Evaluasi pasien yang telah sembuh
 Pasien TB yang telah dinyatakan sembuh sebaiknya tetap dievaluasi
minimal dalam 2 tahun pertama setelah sembuh, untuk mengetahui
kekambuhan. Hal yang dievaluasi adalah mikroskopis BTA dahak dan foto
thoraks.

Vous aimerez peut-être aussi