Vous êtes sur la page 1sur 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut bahasa yunani, anemia adalah tanpa darah. Anemia merupakan suatu

kondisi saat jumlah sel darah merah berada di dawah normal. Sel darah merah atau

hemoglobin yang bertugas sebagai media yang membawa oksigen dari paru-paru dan

menghantarkan ke seluruh bagian jaringan tubuh. Anemia atau yang lebih dikenal di

masyarakat sebagai berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah sel hemoglobin

dalam sel darah merah mampu membawa oksigen dalam jumlah yang cukup sesuai

dengan kebutuhan tubuh.

Menurut Price, S.A., Wilson L. M. (2006), dalam penelitiannya mengungkapkan

prevalensi anemia pada wanita lebih besar dibandingkan dengan pria. Dalam penelitian

tersebut, ditemukan hampir enam puluh orang dari tujuh puluh dua redponden wanita,

menderita anemia dengan rentang usia antara 15 sampai dengan 35 tahun.

B. Pengertian

Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin (Hb)

atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas sel darah

merah dalam membawa oksigen (Badan POM, 2011)

Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen

darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan

sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah

(Doenges, 1999).

Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan

kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935). Anemia
adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin

dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 : 256).

Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar hemoglobin

(Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal. Jika kadar

hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka pria

tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita, wanita yang memiliki kadar

hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu dikatakan

anemia. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan

keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia

terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke

jaringan.

Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai di

bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia adalah gejala dari kondisi

yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tidak adekuat atau kurang

nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan

kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam

penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, Jakarta, 2002).

Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi

hemoglobin turun dibawah normal.(Wong, 2003)


C. Klasifikasi Anemia

Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:

1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan

oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:

a. Anemia aplastik

Penyebab:

a) agen neoplastik/sitoplastik

b) terapi radiasi

c) antibiotic tertentu

d) obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason

e) benzene

f) infeksi virus (khususnya hepatitis)

Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang


Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)
Hambatan humoral/seluler

Gangguan sel induk di sumsum tulang

Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai

Pansitopenia

Anemia aplastik
Gejala-gejala:

a) Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)

b) Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna,

perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat.

c) Morfologis: anemia normositik normokromik

b. Anemia pada penyakit ginjal

Gejala-gejala:

a) Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl

b) Hematokrit turun 20-30%

c) Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi

d) Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun

defisiensi eritopoitin

c. Anemia pada penyakit kronis

Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia

jenis normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang

normal). Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses paru, osteomilitis,

tuberkolosis dan berbagai keganasan


d. Anemia defisiensi besi

Penyebab:

a) Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi

b) Gangguan absorbsi (post gastrektomi)


gangguan eritropoesis

Absorbsi besi dari usus kurang

sel darah merah sedikit (jumlah kurang)
sel darah merah miskin hemoglobin

Anemia defisiensi besi

Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises


oesophagus, hemoroid, dll.Gejala-gejalanya:

a) Atropi papilla lidah

b) Lidah pucat, merah, meradang

c) Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut

d) Morfologi: anemia mikrositik hipokromik

e. Anemia megaloblastik

Penyebab:

1) Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat

2) Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor


3) Infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi

cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol


Sintesis DNA terganggu

Gangguan maturasi inti sel darah merah

Megaloblas (eritroblas yang besar)

Eritrosit immatur dan hipofungsi
2. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh

destruksi sel darah merah:

a. Pengaruh obat-obatan tertentu

b. Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik

c. Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase

d. Proses autoimun

e. Reaksi transfusi

f. Malaria


Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit

Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolisis
Pembagian derajat anemia menurut WHO dan NCI (National Cancer Institute)

DERAJAT WHO NCI

Derajat 0 (nilai normal) > 11.0 g/dL Perempuan 12.0 - 16.0 g/dL
Laki-laki 14.0 - 18.0 g/dL
Derajat 1 (ringan) 9.5 - 10.9 g/dL 10.0 g/dL - nilai normal
Derajat 2 (sedang) 8.0 - 9.4 g/dL 8.0 - 10.0 g/dL
Derajat 3 (berat) 6.5 - 7.9 g/dL 6.5 - 7.9 g/dL
Derajat 4 (mengancam < 6.5 g/dL < 6.5 g/dL
jiwa)

D. Etiologi

1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)

2. Perdarahan

3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)

4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid,

piridoksin, vitamin C dan copper

Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu:

1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, asam

folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel darah

merah.

2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan terkena

anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak dan dia tidak

memiliki cukup persediaan zat besi.

3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap zat

besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.

4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di saluran

pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan anemia.
5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan lambung

(aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah dalam

penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis, dll).

6. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat

menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin B12.

7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal, masalah pada

kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya dapat menyebabkan

anemia karena mempengaruhi proses pembentukan sel darah merah.

8. Dapat terjadi karena infeksi cacing tambang, malaria, atau disentri yang

menyebabkan kekurangan darah yang parah.

E. PATOFISIOLOGI

Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau

kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misalnya

berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi

tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui

perdarahan atau hemolisis (destruksi).

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam

system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini

adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah

merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi

normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).

Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan

hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila

konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk


hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam

glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).

Anemia

viskositas darah menurun

resistensi aliran darah perifer

penurunan transport O2 ke jaringan

hipoksia, pucat, lemah

beban jantung meningkat

kerja jantung meningkat

payah jantung

F. Tanda Dan Gejala

1. Lemah, letih, lesu dan lelah

2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang

3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi

pucat. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb, vasokontriksi

4. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina (sakit

dada)

5. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang)

6. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan berkurangnya

oksigenasi pada SSP

7. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare)
PATHWAY ANEMIA

(Patrick Davey, 2002)


G. Komplikasi umum akibat anemia adalah:

1. gagal jantung,

2. Kejang

3. Perkembangan otot buruk ( jangka panjang )

4. Daya konsentrasi menurun5. Kemampuan mengolah informasi yang didengar

menurun

H. Pemeriksaan Khusus Dan Penunjang

1. Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar Fe,

pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit, waktu

perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin parsial.

2. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum

3. Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta

sumber kehilangan darah kronis.

I. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang

hilang:

a. Anemia aplastik:

1. Transplantasi sumsum tulang

2. Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)

b. Anemia pada penyakit ginjal

1. Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat

2. Ketersediaan eritropoetin rekombinan


c. Anemia pada penyakit kronis

Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan

penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang

mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga

Hb meningkat.

d. Anemia pada defisiensi besi

1. Dicari penyebab defisiensi besi

2. Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat

ferosus.

e. Anemia megaloblastik

1. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi

disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat

diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.

2. Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan

selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang

tidak dapat dikoreksi.

3. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan

asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.


PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Lakukan pengkajian fisik

2. Dapatkan riwayat kesehatan, termasuk riwayat diet

3. Observasi adanya manifestasi anemia

a. Manifestasi umum

1) Kelemahan otot

2) Mudah lelah

3) Kulit pucat

b. Manifestasi system saraf pusat

1) Sakit kepala

2) Pusing

3) Kunang-kunang

4) Peka rangsang

5) Proses berpikir lambat

6) Penurunan lapang pandang


7) Apatis

8) Depresi

c. Syok (anemia kehilangan darah)

1) Perfusi perifer buruh

2) Kulit lembab dan dingin

3) Tekanan darah rendah dan tekanan darah setral

4) Peningkatan frekwensi jatung

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Perfusi jaringan tidak efektif b.d perubahan ikatan O2 dengan Hb,penurunan

konsentrasi Hb dalam darah.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat intake makanan.

3. Defisit perawatan diri b.d kelemahan

4. Resiko infeksi b.d pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan Hb)

5. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

6. Gangguan pertukaran gas b.d ventilasi perfusi

7. Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan Keletihan b.d anemia

PERENCANAAN KEPERAWATAN

NO DIANGOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI


KEPERAWATAN HASIL
DAN
KOLABORASI

1 Perfusi jaringan tidak Setelah dilakukan tindakan Peripheral Sensation


efektif b/d penurunan keperawatan selama ……… jam Management (Manajemen
konsentrasi Hb dan perfusi jaringan klien adekuat sensasi perifer)
darah, suplai oksigen
berkurang dengan kriteria :  Monitor adanya daerah
tertentu yang hanya
1. Membran mukosa merah peka terhadap
2. Konjungtiva tidak anemis panas/dingin/tajam/tu
3. Akral hangat mpul
4. Tanda-tanda vital dalam  Monitor adanya
rentang normal paretese
 Instruksikan keluarga
untuk mengobservasi
kulit jika ada lesi atau
laserasi
 Gunakan sarun tangan
untuk proteksi
 Batasi gerakan pada
kepala, leher dan
punggung
 Monitor kemampuan
BAB
 Kolaborasi pemberian
analgetik
 Monitor adanya
tromboplebitis
9. Diskusikan
menganai penyebab
perubahan sensasi
2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan NIC :
nutrisi kurang dari keperawatan
kebutuhan tubuh b/d selama ……….status Nutrition Management
intake yang kurang, nutrisi klien adekuat dengan
 Kaji adanya alergi
anoreksia kriteria
makanan
1. Adanya peningkatan berat
badan sesuai dengan tujuan  Kolaborasi dengan ahli
Definisi : Intake 2. Beratbadan ideal sesuai gizi untuk menentukan
nutrisi tidak cukup dengan tinggi badan jumlah kalori dan nutrisi
untuk keperluan 3. Mampumengidentifikasi yang dibutuhkan pasien.
metabolisme tubuh. kebutuhan nutrisi  Anjurkan pasien untuk
4. Tidk ada tanda tanda meningkatkan intake Fe
malnutrisi
Batasan karakteristik 5. Menunjukkan peningkatan  Anjurkan pasien untuk
: fungsi pengecapan dari meningkatkan protein
menelan dan vitamin C
- Berat badan 20 % 6. Tidak terjadi penurunan
atau lebih di bawah berat badan yang berarti  Berikan substansi gula
ideal 7. Pemasukan yang adekuat
8. Tanda-tanda malnutri si  Yakinkan diet yang
- Dilaporkan adanya 9. Membran konjungtiva dan dimakan mengandung
intake makanan yang mukos tidk pucat tinggi serat untuk
kurang dari RDA 10. Nilai Lab.: mencegah konstipasi
(Recomended Daily
Allowance) Protein total: 6-8 gr%  Berikan makanan yang
terpilih ( sudah
- Membran mukosa Albumin: 3.5-5,3 gr % dikonsultasikan dengan
dan konjungtiva ahli gizi)
pucat Globulin 1,8-3,6 gr %

- Kelemahan otot HB tidak kurang dari 10 gr  Ajarkan pasien


% bagaimana membuat
yang digunakan catatan makanan harian.
untuk
menelan/mengunyah  Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
- Luka, inflamasi
pada rongga mulut  Berikan informasi
tentang kebutuhan
- Mudah merasa
nutrisi
kenyang, sesaat
setelah mengunyah  Kaji kemampuan pasien
makanan untuk mendapatkan
- Dilaporkan atau nutrisi yang dibutuhkan
fakta adanya
kekurangan makanan
Nutrition Monitoring
- Dilaporkan adanya
perubahan sensasi  BB pasien dalam batas
rasa normal
- Perasaan  Monitor adanya
ketidakmampuan penurunan berat badan
untuk mengunyah
makanan  Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
- Miskonsepsi dilakukan
- Kehilangan BB  Monitor interaksi anak
dengan makanan atau orangtua selama
cukup makan
- Keengganan untuk  Monitor lingkungan
makan selama makan
- Kram pada
 Jadwalkan
abdomen pengobatan dan
- Tonus otot jelek tindakan tidak selama
jam makan
- Nyeri abdominal
dengan atau tanpa  Monitor kulit kering dan
patologi perubahan pigmentasi

- Kurang berminat  Monitor turgor kulit


terhadap makanan
 Monitor kekeringan,
- Pembuluh darah rambut kusam, dan
kapiler mulai rapuh mudah patah
- Diare dan atau  Monitor mual dan
steatorrhea muntah
- Kehilangan rambut  Monitor kadar albumin,
yang cukup banyak total protein, Hb, dan
(rontok) kadar Ht
- Suara usus  Monitor makanan
hiperaktif kesukaan
- Kurangnya  Monitor pertumbuhan
informasi, dan perkembangan
misinformasi
 Monitor pucat,
kemerahan, dan
Faktor-faktor yang kekeringan jaringan
berhubungan : konjungtiva

Ketidakmampuan  Monitor kalori dan intake


pemasukan atau nuntrisi
mencerna makanan
 Catat adanya edema,
atau mengabsorpsi
hiperemik, hipertonik
zat-zat gizi
papila lidah dan cavitas
berhubungan dengan
oral.
faktor biologis,
psikologis atau  Catat jika lidah berwarna
ekonomi. magenta, scarlet

3 Defisit perawatan diri Setelah dilakukan tindakan NIC :


b/d kelemahan fisik keperawatan
selama ………. jamkebutuhan Self Care assistane : ADLs
mandiri klien terpenuhidengan
 Monitor kemempuan
kriteria
Definisi : klien untuk perawatan
Gangguan  Klien terbebas dari bau diri yang mandiri.
badan
kemampuan untuk  Monitor kebutuhan klien
melakukan ADL  Menyatakan kenyamanan untuk alat-alat bantu
pada diri terhadap kemampuan untuk untuk kebersihan diri,
melakukan ADLs berpakaian, berhias,
toileting dan makan.
Batasan karakteristik  Dapat melakukan ADLS
dengan bantuan  Sediakan bantuan sampai
: ketidakmampuan
klien mampu secara utuh
untuk mandi,
untuk melakukan self-
ketidakmampuan
care.
untuk berpakaian,
ketidakmampuan  Dorong klien untuk
untuk makan, melakukan aktivitas
ketidakmampuan sehari-hari yang normal
untuk toileting sesuai kemampuan yang
dimiliki.

 Dorong untuk melakukan


Faktor yang secara mandiri, tapi beri
berhubungan : bantuan ketika klien
kelemahan, tidak mampu
kerusakan kognitif melakukannya.
atau perceptual,
kerusakan  Ajarkan klien/ keluarga
neuromuskular/ otot- untuk mendorong
otot saraf kemandirian, untuk
memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak
mampu untuk
melakukannya.

 Berikan aktivitas rutin


sehari- hari sesuai
kemampuan.

 Pertimbangkan usia klien


jika mendorong
pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.

4 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan NIC :


keperawatan
selama ………. jam status imun Infection Control (Kontrol
klien meningkat dengan kriteria infeksi)
Definisi :
Peningkatan resiko  Klien bebas dari tanda dan  Bersihkan lingkungan
masuknya organisme gejala infeksi setelah dipakai pasien
patogen lain
 Menunjukkan kemampuan
untuk mencegah timbulnya  Pertahankan teknik
infeksi isolasi
Faktor-faktor resiko :
- Prosedur Infasif  Jumlah leukosit dalam batas  Batasi pengunjung
normal bila perlu
- Ketidakcukupan

pengetahuan untuk  Menunjukkan perilaku hidup
Instruksikan pada
sehat pengunjung untuk
menghindari paparan
mencuci tangan saat
patogen
berkunjung dan setelah
- Trauma berkunjung
meninggalkan pasien
- Kerusakan
jaringan dan  Gunakan sabun
peningkatan paparan antimikrobia untuk cuci
lingkungan tangan

- Ruptur membran  Cuci tangan setiap


amnion sebelum dan sesudah
tindakan kperawtan
- Agen farmasi
(imunosupresan)  Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
- Malnutrisi pelindung
- Peningkatan  Pertahankan
paparan lingkungan lingkungan aseptik
patogen selama pemasangan alat
- Imonusupresi
 Ganti letak IV perifer
- Ketidakadekuatan dan line central dan
imum buatan dressing sesuai dengan
petunjuk umum
- Tidak adekuat
pertahanan sekunder  Gunakan kateter
(penurunan Hb, intermiten untuk
Leukopenia, menurunkan infeksi
penekanan respon kandung kencing
inflamasi)
 Tingktkan intake
- Tidak adekuat nutrisi
pertahanan tubuh
primer (kulit tidak  Berikan terapi
utuh, trauma antibiotik bila perlu
jaringan, penurunan
kerja silia, cairan
tubuh statis, Infection Protection
perubahan sekresi (proteksi terhadap infeksi)
pH, perubahan
peristaltik)  Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
- Penyakit kronik dan lokal

 Monitor hitung
granulosit, WBC

 Monitor kerentanan
terhadap infeksi

 Batasi pengunjung

 Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular

 Partahankan teknik
aspesis pada pasien yang
beresiko

 Pertahankan teknik
isolasi k/p

 Berikan perawatan
kuliat pada area epidema

 Inspeksi kulit dan


membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase

 Ispeksi kondisi luka /


insisi bedah

 Dorong masukkan
nutrisi yang cukup

 Dorong masukan
cairan

 Dorong istirahat

 Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep

 Ajarkan pasien dan


keluarga tanda dan
gejala infeksi

 Ajarkan cara
menghindari infeksi

 Laporkan kecurigaan
infeksi

 Laporkan kultur
positif

5 Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan tindakan Toleransi aktivitasi


b.d keperawatan selama …….. klien
ketidakseimbangan dapat beraktivitas dengan 1. Menentukan penyebab
suplai dan kebutuhan kriteria intoleransi
oksigen aktivitas&menentukan
Berpartisipasi dalam apakah penyebab dari
aktivitas fisik dgn TD, fisik, psikis/motivasi
HR, RR yang sesuai
Menyatakan gejala 2. Observasi adanya
memburuknya efek dari pembatasan klien dalam
OR & menyatakan beraktifitas.
onsetnya segera
3. Kaji kesesuaian
Warna kulit normal,
aktivitas&istirahat klien
hangat & kering
sehari-hari
Memverbalisa-sikan
pentingnya aktivitas 4. ↑ aktivitas secara
seca-ra bertahap bertahap, biarkan klien
Mengekspresikan berpartisipasi dapat
pengertian pentingnya perubahan posisi,
keseimbangan latihan & berpindah & perawatan
istiraHat diri
Peningkatan toleransi
aktivitas 5. Pastikan klien
mengubah posisi secara
bertahap. Monitor gejala
intoleransi aktivitas
6. Ketika membantu klien
berdiri, observasi gejala
intoleransi spt mual,
pucat, pusing, gangguan
kesadaran&tanda vital
7. Lakukan latihan ROM
jika klien tidak dapat
menoleransi aktivitas
8. Bantu klien memilih
aktifitas yang mampu
untuk dilakukan

6 Gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan Terapi Oksigen


gas b.d ventilasi- keperawatan selama ……..status
perfusi respirasi : pertukaran gas  Bersihkan mulut, hidung dan
membaik dengan kriteria : secret trakea

 Mendemonstrasikan peningkatan  Pertahankan jalan nafas yang


ventilasi dan oksigenasi yang paten
adekuat
 Atur peralatan oksigenasi
 Memelihara kebersihan paru

paru dan bebas dari tanda tanda Monitor aliran oksigen
distress pernafasan  Pertahankan posisi pasien
 Mendemonstrasikan batuk efektif
 Onservasi adanya tanda
dan suara nafas yang bersih, tanda hipoventilasi
tidak ada sianosis dan dyspneu
(mampu mengeluarkan sputum,  Monitor adanya kecemasan
mampu bernafas dengan mudah, pasien terhadap oksigenasi
tidak ada pursed lips)
Tanda tanda vital dalam rentang
normal Vital sign Monitoring
 Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
 Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
 Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
 AuskultasiTD pada kedua
lengan dan bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan
abnormal
Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

7 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan Airway Management


nafas b.d keperawatan
selama …….…status respirasi  Buka jalan nafas,
klien membaik dengan kriteria guanakan teknik chin lift
atau jaw thrust bila perlu
 Mendemonstrasikan batuk efektif
dan suara nafas yang bersih,  Posisikan pasien untuk
tidak ada sianosis dan dyspneu memaksimalkan ventilasi
(mampu mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dengan mudah,  Identifikasi pasien
tidak ada pursed lips) perlunya pemasangan alat
jalan nafas buatan
 Menunjukkan jalan nafas yang
paten (klien tidak merasa  Pasang mayo bila perlu
tercekik, irama nafas, frekuensi
 Lakukan fisioterapi dada
pernafasan dalam rentang jika perlu
normal, tidak ada suara nafas
 Keluarkan sekret dengan
abnormal) batuk atau suction
Tanda Tanda vital dalam  Auskultasi suara nafas,
rentang normal (tekanan darah, catat adanya suara tambahan
nadi, pernafasan)
 Lakukan suction pada
mayo

 Berikan bronkodilator
bila perlu

 Berikan pelembab udara


Kassa basah NaCl Lembab

 Atur intake untuk cairan


mengoptimalkan
keseimbangan.

8 Keletihan b.d anemia Setelah dilakukan tindakan Energi manajemen


keperawatan selama ……..
.keletihan klien teratasi dengan  Monitor respon klien
kriteria : terhadap aktivitas takikardi,
disritmia, dispneu, pucat,
- Kemampuan aktivitas dan jumlah respirasi
adekuat
 Monitor dan catat jumlah
- Mempertahankan nutrisi tidur klien
adekuat
 Monitor ketidaknyamanan
- Keseimbangan aktivitas dan atauu nyeri selama bergerak
istirahat dan aktivitas
-  Monitor intake nutrisi
Menggunakan teknik energi
konservasi
 Instruksikan klien untuk
- Mempertahankan interaksi mencatat tanda-tanda dan
sosial gejala kelelahan
- Mengidentifikasi faktor-
 Jelakan kepada klien
faktor fisik dan psikologis yang hubungan kelelahan dengan
menyebabkan kelelahan proses penyakit
- Mempertahankan
 Catat aktivitas yang dapat
kemampuan untuk konsentrasi
meningkatkan kelelahan

 Anjurkan klien melakukan


yang meningkatkan
relaksasi

 Tingkatkan pembatasan
bedrest dan aktivitas
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta:

EGC

Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi

6. Jakarta: EGC

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New

Jersey: Upper Saddle River

Marlyn E. Doenges, 2002. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second

Edition. New Jersey:Upper Saddle River

Patrick Davay, 2002, At A Glance Medicine, Jakarta, EMS

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima

Medika

Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.

Vous aimerez peut-être aussi