Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Capital Asset Pricing Model bukanlah satu-satunya teori yang mencoba menjelaskan
bagaimana suatu aktiva ditentukan harganya oleh pasar, atau bagaimana menentukan
tingkat keuntungan yang dipandang layak untuk suatu investasi. Ross (1976)
merumuskan suatu teori yang disebut sebagai Arbitrage Pricing Theory (APT).
Kalau pada CAPM analisis dimulai dari bagaimana pemodal membentuk portofolio
yang efisien (ingat bahwa market portfolio yang mempunyai kedudukan sentral
dalam CAPM merupakan portofolio yang efisien), APT mendasarkan diri atas
pemikiran yang sama sekali berlainan.
Misalkan saham ABDA diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek
Surabaya (BES). Apabila saham tersebut aktif diperdagangkan dan ternyata harga di
BEJ Rp 925 dan di BES Rp 950, maka pemodal akan bisa memperoleh laba tanpa
menanggung risiko dengan melakukan arbitrage. Yaitu membeli saham ABDA di
BEJ dan menjualnya di BES. Kalau dalam transaksi ini tidak terdapat biaya
transaksi, maka seharusnya harga saham tersebut sama di kedua bursa tersebut.
Perbedaan antara kedua model tersebut terletak pada perlakuan APT terhadap
hubungan antar tingkat keuntungan sekuritas. APT mengasumsikan bahwa tingkat
keuntungan tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor dalam perekonomian dan
industri. Korelasi antara tingkat keuntungan dua sekuritas terjadi karena sekuritas-
sekuritas tersebut dipengaruhi oleh faktor (atau faktor-faktor) yang sama. Sebaliknya,
meskipun CAPM mengakui adanya korelasi antar tingkat keuntungan, model
tersebut tidak menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi korelasi tersebut. Baik
CAPM maupun APT berpendapat bahwa ada hubungan yang positif antara tingkat
keuntungan yang diharapkan dengan risiko.
Tentu saja banyak jenis informasi yang mungkin mempengaruhi harga sekuritas.
Informasi-informasi tersebut misalnya:
(1) Berita tentang keberhasilan riset yang dilakukan perusahaan
(2) Pengumuman pemerintah tentang pertumbuhan GNP
(3) Berita bahwa produk pesaing mengalami gangguan
(4) Penurunan tingkat bunga yang tidak diperkirakan
(5) Penjualan yang meningkat lebih dari yang diharapkan
(6) Dan lain-lain
Kunci dalam analisis di sini adalah apakah informasi tersebut mengandung unsur
surprise ataukah tidak. Surprise tersebut dapat bersifat positif, tetapi dapat pula
bersifat negatif.
Ri = E(Ri) + iF + ϵi
Di sini F menunjukkan faktor yang mewakili systematic risk (seperti misalnya
surprise dalam pertumbuhan ekonomi).
Gambar 10.1 menunjukkan hubungan antara excess return suatu saham, Ri-E(Ri),
dan faktor F untuk berbagai nilai beta, dimana i > 0. Garis dalam Gambar 10.1
tersebut menggambarkan persamaan (10.1) dengan asumsi bahwa tidak terdapat
unsystematic risk. Dengan kata lain, pada saat ϵi=0. Karena kita mengasumsikan peta
yang positif, maka garis tersebut mempunyai kemiringan ke atas.
>1 =1
<1