Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PEMBAHASAN
5
berdasarkan tuntunan yang diberikan Nabi Muhammad saw., baik berupa
perkataan, perbuatan dan taqrir Beliau saw.
َّ َّح. َس ْفيَان ُ َّ ع ْن َ َّ َّو ِكي ٌع َ َّ َحدثَنَا.َش ْيبَة َ َّ ا َحدَّثَنَا َّأَبُو َّبَ ْك ِر َّب ُْن َّأَبِي
َّ َّ َحدثَنَا. َّ َحدثَنَا َّ ُم َحمدُ َّب ُْن َّ َج ْعفَ ٍر.َّال ُمشَنى ْ و َحدثَنَا َّ ُم َحمدُ َّب ُْن
ََّّو,
َ ب ٍ ق َّب ِْن َّ ِش َها ِ ار ِ طَ َّ ع ْن َ َّ ع ْن َّقَي ِْس َّب ِْن َّ ُم ْس ِل ٍم َ ََّّ ِكالَ َّ ُه َما,ُش ْعبَة ُ
ْ طبَ ِةَّيَ ْو َم
ََّّال ِعيدَِّقَ ْب َل ْ َّأَولَُّ َم ْنَّبَدَأََّ ِب ْال ُخ:ِيثَّأَ ِبىَّبَ ْك ٍرَّقَا َل ُ َهذَاَّ َحد
َّ.طبَ ِة ْ َّال ُخ
ْ َّالصالَة ُ َّقَ ْب َل:َّر ُج ٌل َّفَقَا َل َ ام َّأِلَ ْي ِه َ ََّفَق,انُ الصالَةِ َّ َم ْر َو
َّضىَّ َما َ ََّأَماَّ َهذَاَّفَقَ ْدَّق:ٍس ِعيد َ ََّّفَقَا َلَّأَبُو.َّقَ ْدت ُ ِر َكَّ َماَّ ُهنَا ِل َك:فَقَا َل
َّ َّ َم ْن:ُسل َم َّيَقُول َ َّوَ علَ ْي ِهَ َّ صلى ََّّللا َ َّ سو َل ََّّللا َ ُس ِم ْعت
ُ َّر َ َّ ,علََّْي ِه َ
ََّّفَأ ِْن,سانِ ِه َ َّفَأ ِْن َّلَ ْم َّيَ ْستَ ِط ْع َّفَ ِب ِل,ىَّم ْن ُك ْم َّ ُم ْن َك ًراَّفَ ْليُغ َِي ْرهُ َّبَيَ ِد ِه
ِ َ َرأ
َََََََََََََََََََََََّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّّ.ان ِ َّاأل ْي َم
ِ ف ُ ض َع ْ َ َّوذَ ِل َك َّأ َ ,لَ ْم َّ َي ْستَ ِط ْع َّفَبِقَ ْلبِ ِه
َََََََََََََََََََّّّّّّّّّّّّّّّّّّّ
Artinya: Abu Bakar bin Abu Syaibah menceritakan kepada kami,
Waki’ menceritakan kepada kami, dari Sufyan. [Rangkaian sanad jalur
lain menyebutkan] Muhammad bin Al Mutsanna menceritakan kepada
kami, Muhammad bin Ja’far menceritakan kepada kami, Syu’bah
menceritakan kepada kami, keduanya [meriwayatkan] dari Qais bin
Muslim, dari Thariq bin Syihab -namun redaksi hadits ini milik Abu
Bakar-, dia berkata, “Orang yang pertama kali berkhutbah sebelum shalat
pada waktu hari raya adalah Marwan. Lantas ada seorang laki-laki yang
berdiri [untuk menghadap] kepadanya. Lelaki itu berkata, “Shalat [hari
raya itu dilaksanakan] sebelum khutbah.” Marwan berkata, “Hal itu telah
ditinggalkan.” Maka Abu Sa’id berkata, “Adapun lelaki itu, maka dia
telah menunaikan kewajiban atas darinya. Aku telah mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa di
antara kalian ada yang melihat sebuah kemungkaran, maka hendaknya
merubah kemungkaran itu dengan tangannya. Apabila tidak mampu,
maka hendaknya (merubah kemungkaran itu) dengan lisannya. Apabila
tidak mampu, maka [hendaknya mengingkari kemungkaran itu] dengan
hatinya, dan ini merupakan tingkat keimanan yang paling lemah.” (HR.
Muslim (II/128), At-Tirmidzi (IV/2172), An-Nasa’I (VIII/111), Abu
Daud (IV/4340), dan Ibnu Majah (II/4013) dari hadits Thariq bin Syihab,
dari Abu Sa’id Al Khudri).7
2. Penjelasan Hadits
Hadits diatas menerangkan bahwa orang yang pertama kali
berkhutbah sebelum shalat pada waktu hari raya adalah Marwan. Praktek
yang dilakukannya ini mendapat pengingkaran oleh seorang lelaki
diantara mereka dan perbuatan lelaki tersebut dibenarkan oleh Abu Sa’id
yang ada pada waktu itu. Imam An-Nawawi berkata, dari hadits ini dapat
dipahami bahwa praktek tersebut tidak pernah dilakukan oleh seorang
khalifah pun sebelum Marwan. Dan adapun mengenai informasi yang
menyebutkan bahwa praktek ini pernah dikerjakan oleh Umar, Utsman
dan Muawiyah atau Ibnu Az-Zubair, maka ini bukan berita yang benar.8
Perbuatan seorang lelaki dan Abu Sa’id diatas menunjukkan bahwa
umat Islam diperintahkan untuk mengajak saudara-saudaranya sesama
manusia, khususnya umat Islam, untuk berbuat kebaikan yang
diperintahkan Allah dan menjauhi kesesatan yang dilarang-Nya. Mereka
yang melakukannya akan mendapatkan kemuliaan dan kebahagiaan,
sebagaimana dijanjikan oleh Allah swt. dalam Al-Quran:
ْ َّۚوأ ُ ۟و َٰٓلَئَِّكَ َّ ُه ُم
ََّ َّٱل ُم ْف ِل ُح
َّون ْ َّو َي ْن َه ْونَ َّ َع ِن
َ ََّّٱل ُمنك َِر َ وفِ َّويَأ ْ ُم ُرونَ َّبِ ْٱل َم ْع ُر ْ َنَّمن ُك ْمَّأُم ٌۭةٌَّيَدْعُونَ َّإِل
َ ىَّٱل َخي ِْر ِ َو ْلت َ ُك
﴾١٠٤َّ:َّ﴿الَّعمران
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan
7
An-Nawawi, Imam, (penj.) Wawan Djunaedi Soffandi, Syarah Shahih Muslim, Jakarta:
Pustaka Azzam, 2010, Jilid 2, hlm. 128.
8
Ibid, hlm. 132-133
mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung. (QS. Ali-Imran: 104).
9
Ibid, hlm. 136
10
Rachmat Syafe’I, Al Hadis: Aqidah, Akhlak, Sosial, dan Hukum, Bandung: Pustaka
Setia, Ed. Revisi, Ed. Revisi, hlm. 239
Pada ayat lain, Allah swt berfirman:
.....َّۚشا َٰٓ َءَّفََّْليَ ْكفُ ْر َ شا َٰٓ َءَّفَ ْليُْؤْ ِم
َ َّنَّو َمن َ ََّّمنَّربِ ُك ْمََّّفَ َمن َّْ َوقُ ِل
ِ َّٱل َحُّق
﴾۲۹َّ:ََّّ﴿الكهف
Artinya: Dan katakanlah “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu;
maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman,
dan barang siapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir”…. (QS.
Al-Kahfi: 29)
11
Ibnu Taimiyah, Syaikhul Islam, (penj.) Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah Aqidah
Wasithiyah, Bogor: Media Tarbiyah, Cet., 2, 2011, hlm. 264-265
12
Rachmat Syafe’I, Op. Cit., hlm. 242
5. Melakukan hal-hal yang diperintahkan (menyesuaikan ucapan dan
perbuatan), agar terhindar dari ejekan masyarakat dan ancaman Allah
swt.
13
Ibid, hlm. 243
14
Ibnu Taimiyah, Syaikhul Islam, Op. Cit., hlm. 263
15
Rachmat Syafe’i, Op. Cit., hlm. 241
Menurut Al-Ghazali -jika kita melihat cara yang kedua- menyatakan
bahwa tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan
menyucikan, serta membawakan hati manusia untuk mendekatkan diri kepada
Allah. Hal tersebut karena tujuan pendidikan Islam yang utama adalah upaya
untuk mendekatkan diri kepada-Nya.17 Hal ini menunjukkan bahwa tugas
pendidik dan tujuan pendidikan Islam selaras dengan konsep amar ma’ruf
dan nahi munkar pada hadits diatas. Sebagaiman disampaikan oleh Imam An-
Nawawi bahwa tugas amar ma’ruf nahi munkar bukan hanya pada para
pemimpin saja. Akan tetapi perintah tersebut juga berlaku untuk setiap
individu.18
Selain itu, tak dipungkiri bahwa hadits merupakan sumber pendidikan
Islam. Sebagaimana disebutkan oleh Sa’id Ismail Ali dalam Hasan
Langgulung dan dikutip kembali oleh Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir
bahwa sumber pendidikan Islam adalah Al-Quran, As-Sunnah (hadits), kata-
kata shahabat (madzhab shahabi), kemaslahatab umat/sosial (mashalil al-
mursalah), tradisi atau adat kebiasaan masyarakat (‘urf), dan hasil pemikiran
para ahli dalm Islam (ijtihad).19
Berdasarkan hal diatas, bahwa terdapat kaitan erat antara pendidikan
dengan hadits amar ma’ruf nahi munkar diatas. Amar ma’ruf menghendaki
mengajak kepada kebaikan agar mendapat ridha Allah dan nahi munkar untuk
mencegah seseorang agar tidak terjerumus kepada hal-hal yang tidak disukai-
Nya sehingga menjerumuskan pelakunya ke neraka. Sementara pendidik
sendiri adalah salah satu pelaku yang merealisasikan hadits tersebut secara
insentif dan berkelanjutan. Wallahu’alam hanya Allah yang memberi taufik.
16
Ibid.
17
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Op. Cit., hlm. 90
18
An-Nawawi, Imam, Op. Cit., hlm. 137
19
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Op. Cit., hlm. 30