Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
R
estless leg syndrome (RLS) merupakan 23.00 hingga 03.00 dan minimum antara keluarga positif yang jarang, onset pada usia
kelainan neurologi yang mempe- pukul 09.00 dan 14.00. Hasil pemeriksaan lebih lanjut, dan gejala hilang setelah remisi
ngaruhi sensasi dan gerakan tungkai, fisik pasien RLS biasanya normal dan jarang kondisi klinis utama.
sehingga menyebabkan perasaan tidak dapat ditemukan tanda neurologi objektif. RLS
menahan keinginan untuk menggerakkan dapat berdampak negatif pada tidur, fungsi Patogenesis pasti RLS masih belum diketahui,
tungkai (kadang-kadang lengan), yang disertai kognitif, kualitas hidup, status mental, dan tetapi terdapat bukti dasar bahwa gejala RLS
rasa tidak nyaman (seperti kesemutan, pegal, fungsi kardiovaskuler, sehingga pasien RLS berasal dari disfungsi neuron dopaminergik
hingga nyeri). Gejala tersebut biasanya muncul sering datang dengan gangguan tidur. diensefalik A11. Neuron ini tampaknya
saat istirahat atau tidak beraktivitas, khususnya mampu memodulasi aferen nosiseptik
pada sore dan malam hari, dan biasanya hilang Prevalensi RLS di antara orang kulit putih dengan proyeksinya ke dalam dorsal horn
dengan gerakan. RLS seringkali dikaitkan sekitar 5-15%, dan prevalensi meningkat korda spinalis. RLS menunjukkan respons positif
dengan sentakan otot anggota gerak tubuh terkait usia dan lebih tinggi pada wanita. RLS terhadap terapi dopaminergik dan respons
bagian bawah yang ritmik dan tidak disadari, dapat dibedakan menjadi bentuk idiopatik dan negatif selama terapi antidopaminergik.
seperti dorsifleksi, fleksi pergelangan kaki, sekunder atau simptomatik, dan sebagian
lutut dan pinggul, sehingga disebut gerakan besar pasien (70-80%) menderita RLS bentuk Rotigotine merupakan suatu agonis reseptor
anggota gerak tubuh periodi, yang dapat primer. RLS primer ditandai dengan riwayat norergoline dopamine dengan struktur mirip
timbul selama tidur, periodic limb movements keluarga positif dan onset saat usia muda. dopamine, selektivitas untuk reseptor D1,
of sleep (PLMS), atau selama terjaga, periodic RLS dapat sekunder terhadap sejumlah D2, dan D3. Rotigotine mengikat reseptor
leg movements during wakefulness (PLMW). kelainan, meliputi penyakit ginjal terminal, dopamine D1 melalui reseptor dopamine D5,
gagal ginjal kronik non-dialisis, kehamilan, dan mempunyai afinitas beberapa kali lebih
RLS menunjukkan pola sirkadian yang hiposideremia, diabetes, polineuropati, dan besar dibanding dopamine terhadap reseptor
tampaknya dikaitkan dengan fluktuasi beberapa kelainan neurologi (seperti sklerosis D2 dan D3. Metabolisme cepat rotigotine
sirkadian aktivitas dopaminergik, yang multipel) dan mempunyai bentuk iatrogenik. membatasi pengembangan formulasi oral
menunjukkan gejala maksimal dari pukul Bentuk sekunder RLS ditandai dengan riwayat rotigotine. Rotigotine sangat larut dalam lemak
dan durasi yang panjang jika diaplikasikan multisenter (33 senter di Austria, Jerman, dengan dosis optimal.
ke kulit pada model eksperimental, me- dan Spanyol) juga telah menilai efikasi dan
nunjukkan bahwa rotigotine merupakan keamanan rotigotine transdermal patch Hasilnya menunjukkan bahwa dari 126 pasien
kandidat untuk aplikasi transdermal. sekali sehari hingga 5 tahun pada pasien RLS yang menyelesaikan studi, kejadian tak
idiopatik sedang-berat berusia 18-75 tahun. diharapkan yang paling banyak ditemukan
Beberapa uji klinik acak telah menunjukkan Dosis dititrasi mingguan (hingga 4 minggu) adalah reaksi di lokasi aplikasi (37% pasien
efikasi rotigotine dalam memperbaiki gejala dari 0,5 mg/24 jam hingga maksimal 4 mg/24 pada tahun ke-1, 17% pada tahun ke-2,
RLS primer sedang hingga berat. Suatu studi jam, diikuti hingga 5 tahun pemeliharaan 14% pada tahun ke-3, <6% pada tahun ke-4
dan ke-5). Dosis rata-rata 2,43 mg/24 jam
setelah titrasi awal dan 3,09 mg/24 jam pada
akhir pemeliharaan. Skor IRLS (International
Restless Legs Syndrome) turun sebesar 18,7
poin dari skor basal (27,7) menjadi 9,0 pada
akhir pemeliharaan. Sebanyak 39% pasien
digolongkan bebas gejala menurut IRLS.
Rotigotine transdermal patch secara umum
ditoleransi dengan baik setelah 1 tahun
dan memberikan efikasi berkelanjutan
pada pasien RLS sedang-berat pada dosis
stabil hingga 5 tahun, sehingga rotigotine
transdermal patch dapat menjadi pilihan
terapi jangka panjang RLS sedang-berat, yang
sering memerlukan terapi seumur hidup.
REFERENSI:
1. Serafini A, Lorenzut S, Gigli GL, Merlino G, Valente M. The use of rotigotine in the treatment of restless legs syndrome. Ther Adv Neurol Disord. 2010;3(4):241-8. DOI:
10.1177/1756285610374679
2. Edens H, Fishman J, Moran K, Asgharnejad M. Rotigotine transdermal system: Developing continuous dopaminergic delivery to treat Parkinson’s disease and restless legs syndrome.
Annals of the New York Academy of Sciences 2014. DOI: 10.1111/nyas.12508
3. Oertel W, Trenkwalder C, Beneš H, Ferini-Strambi L, Högl B, Poewe W, et al. Long-term safety and efficacy of rotigotine transdermal patch for moderate-to-severe idiopathic restless legs
syndrome: A 5-year open-label extension study. The Lancet Neurology 2011;10:710-20. doi:10.1016/S1474-4422(11)70127-2
4. UCB, Inc. (UCBJF.PK) Release: New study shows effect of Neupro® (rotigotine transdermal system) on cardiovascular measures in patients with restless legs syndrome [Interne]. 2013[cited
2014 Sept 19]. Available from:http://www.clinicaspace.com/News/ ucb-inc-release-new-study-shows-effect-of/297124