Vous êtes sur la page 1sur 17

PEMILIHAN BAHAN BAJA UNTUK SISTEM

PERPIPAAN DALAM INDUSTRI MIGAS

MAKALAH

Oleh;

Nama : YENI HARDIKA


NIM : 1432402004
Jurusan : Teknik Kimia
Program Studi : Pengolahan Minyak dan Gas Bumi

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah s.w.t. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah Pemilihan Bahan Baja Untuk
Sistem Perpipaan Dalam Industri Migas guna untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pemilihan Bahan dan Korosi. Shalawat beserta salam kepada junjungan alam Nabi
Muhammad Saw., yang telah membawa kita kepada kehidupan berilmu pengetahuan
seperti yang kita rasakan sekarang ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam proses pembuatan makalah ini sehingga makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Kritik dan saran yang membangun dari pembaca,
terutama dosen pembimbing sangat diharapkan untuk kesempurnaan penulisan
makalah ini. Karena Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan,
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memperoleh ridha dan rahmat dari Allah
Swt. dan dapat bermanfaat untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi
pembacanya.

Lhokseumawe, 25 Mei 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 1
1.4 Manfaat Penulisan ....................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................................... 3
2.1 Pemilihan Bahan (Material) Untuk Pipa ................................................................... 3
2.2 Karakteristik dan Sifat Baja (Steel) ........................................................................... 4
2.2.1 Baja Karbon (Carbon Steel) ..................................................................................... 5
2.2.2 Baja Paduan (Alloy Steel) ....................................................................................... 6
2.3 Aplikasi Material Baja Untuk Sistem Perpipaan Dalam Industri Migas ............. 11
2.3.1 Pipa Baja Karbon (Carbon Steel Pipe) ................................................................. 11
2.3.2 Pipa Baja Stainless (Stainless Steel Pipe) ............................................................. 11
BAB III KESIMPULAN ....................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri minyak dan gas bumi merupakan industri yang memiliki resiko tinggi,
biaya tinggi, dan juga berteknologi tinggi. Setiap pengelolaan dalam industri migas
harus dapat menjamin keselamatan baik bagi pekerja, umum, peralatan dan instalasi,
serta keselamatan lingkungan. Untuk menjamin keselamatan dan juga kehandalan dari
peralatan dan instalasi yang ada, harus dimulai dari tahapan desain, fabrikasi,
konstruksi, operasi dan pemeliharaan. Salah satunya dalam pemilihan material atau
bahan untuk sistem perpipaan dalam proses pendesainan.
Pipa merupakan salah satu fasilitas pabrik yang sangat penting dalam industri
karena pipa merupakan alat transportasi fluida yang akan diproses, maupun
produknya. Agar proses dapat berjalan baik dan efisien, maka pemilihan material
untuk sistem perpiaan haruslah disesuaikan dengan fluida yang akan dialirkan.
Dalam industri migas, karakteristik fluida sangat unik dan berbeda-beda. Baik
gas maupun minyak dalam bidang upstream maupun downstreamnya memiliki
tekanan dan temperatur yang tinggi. Tingkat korosifitas yang ditimbulkan juga
cenderung tinggi. Oleh karenanya, perlu diketahui karakteristik material pipa yang
digunakan dalam sistem perpiaan untuk proses yang efektif dan efisien.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka didapatkan rumusan masalahnya
sebagai berikut.
1. Bahan apakah yang digunakan untuk sistem perpipaan dalam industri migas ?
2. Bagaimanakah karakteristik dari bahan yang dipilih untuk sistem perpipaan
tersebut ?
3. Dimana sajakah pipa berbahan tersebut diaplikasikan ?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka didapatkan tujuan penulisan
sebagai berikut.

1
1. Mengetahui pemilihan bahan yang digunakan untuk sistem perpipaan dalam
industri migas.
2. Mengetahui karakteristik dari bahan yang dipilih untuk sistem perpipaan
tersebut.
3. Mengetahui aplikasi dari pipa berbahan tersebut.

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat dari makalah ini adalah agar dapat dimanfaatkan sebaik
mungkin sehingga dapat memenuhi tugas Pengetahuan Bahan dan Korosi yang
diberikan dan saran media pembelajaran serta menambah wawasan pengetahuan.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemilihan Bahan (Material) Untuk Pipa


Pipa merupakan benda tubular yang memiliki diameter dan ketebalan,
berfungsi sebagai sarana transportasi fluida baik cair maupun gas. Jenis pipa yang
digunakan bergantung pada beberapa faktor, diantaranya ialah jenis fluida, tekanan,
viskositas, jumlah/volume fluida yang dialirkan, dan jarak angkut fluida dari suatu
tempat ke tempat lainnya. Material pipa yang digunakan harus dapat menjaga struktur
pipa di bawah kondisi lingkungan tertentu, secara kimia sesuai dengan fluida yang
disalurkan dan memenuhi syarat sesuai aplikasinya.
Dalam pemilihan material pipa juga harus melihat kegunaan, fungsi, effisiensi
dan kapasitas dari pipa. Tujuan utama dalam pendesainan pipa adalah agar diperoleh
keekonomisan dan kinerja yang cukup effisien dari sistem perpipaan yang dirancang.
Dalam proses perancangan sistem perpipaan, terdapat berbagai hal yang perlu
diperhatikan, yaitu:
1. Faktor maintenance (perawatan) serta kemudahan dalam pengoprasian.
2. Faktor safety
3. Mudah disesuaikan dengan keperluan yang akan datang.
Ketiga faktor di atas merupakan faktor utama yang harus diperhatikan dalam
suatu perancangan guna untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan yang tidak
diinginkan, seperti kehilangan fluida saat proses pengaliran (losses), mengurangi
resiko yang membahayakan dan biaya perawatan pipa.
Dalam industri migas, pemilihan material yang tepat pada saat proses desain pipa
sangat penting karena sangat berpengaruh terhadap kehandalan pipa yang dibuat
nantinya. Hal ini dikarenakan karakteristik dan kondisi dari fluida yang akan dialirkan
berbeda. Jenis pipa yang sering digunakan dalam industri migas umumnya terbuat dari
material baja (Steel Pipe), baik baja karbon (Carbon Steel) maupun baja paduan
termasuk stainless steel. Pemilihan pipa baja pada industri ini dikarenakan pipa baja
memiliki kekuatan yang tinggi untuk menahan pasokan energi dari fluida. Pipa Carbon
Steel merupakan pipa logam yang paling murah sehingga pada kondisi lingkungan dan

3
proses tertentu pipa inilah yang paling umum digunakan. Akan tetapi, karena
permasalahan korosi yang tinggi, pada kondisi dan proses tertentu pula pipa carbon
steel tidak digunakan. Pipa logam yang tahan terhadap korosilah yang menjadi
pilihannya, yaitu pipa yang materialnya terbuat dari baja paduan (Alloy Steel). Selain
korosi, suhu fluida juga menentukan pemilihan dari material pipa yang akan
digunakan. Semakin rendah suhu fluida yang dialirkan, logam akan menjadi mudah
mengalami retakan. Hal ini dikarenakan sifat brittle (getas) logam bertambah pada
suhu rendah. Stainless steel merupakan salah satu material yang tahan akan suhu
rendah. Oleh karena itu, untuk cryogenic service (fluida dengan suhu operasi dibawah
-196 °C) stainless steel adalah material yang cocok dibandingkan dengan carbon steel.
2.2 Karakteristik dan Sifat Baja (Steel)
Baja adalah logam paduan antara dua unsur yaitu besi (Fe) dan karbon (C),
dimana besi sebagai unsur dasar dan karbon sebagai unsur paduan utamanya. Fungsi
unsur karbon dalam baja ialah sebagai unsur pengeras. Kandungan unsur karbon dalam
baja berkisar antara 0.2% - 2.1% berat sesuai dengan gradenya. Dalam proses
pembuatan baja, terdapat unsur-unsur lain selain karbon yang akan tertinggal di dalam
baja seperti mangan , silikon , sulfur, fosfor, dan sebagian kecil oksigen, nitrogen, dan
aluminium. Selain itu, terdapat pula beberapa unsur lain yang ditambahkan untuk
membedakan karakteristik beberapa jenis baja, diantaranya ialah nikel, kromium,
vanadium, molybdenum, titanium dan unsur lainnya. Dengan memvariasikan
kandungan karbon dan unsur paduan lainnya, berbagai jenis kualitas baja bisa
didapatkan.
Baja memiliki sifat yang berbeda-beda sesuai dengan hasil baja yang dibuat
dan dibentuk. Dalam penggunaannya, baja mencapai 90% lebih dengan campuran
untuk tujuan khusus. Baja dibuat dalam perbandingan zat arang (Carbon) yang
bervariasi. Semakin tinggi persentase unsur karbonnya, maka sifat baja menjadi :
• Kekuatan tanknya bertambah

• Sifat regan berkurang

• Kekerasannya bertambah, juga sifat dapat dikeraskan (disepuh) maksimum 1,7%

karbon.
• Titik cair berkurang

4
Baja mudah sekali berkarat oleh panas maupun kondisi lembab. Oleh karena
itu, baja untuk transmisi harus dilapisi untuk menahan karat. Baja juga memiliki sifat-
sifat khas yaitu :
• Keras, kuat, awet

• Sifat magnetnya kuat

• Koefisien muai rendah

• Tahan terhadap tekanan atau beban

• Mudah terkorosi

Secara umum, baja dibagi menjadi dua golongan, yaitu baja karbon dan baja
paduan dengan karakteristik yang berbeda.

2.2.1 Baja Karbon (Carbon Steel)


Karbon merupakan unsur pengeras bagi besi yang efektif dan murah sehingga
sebagian besar logam baja pada umumnya hanya mengandung karbon dengan sedikit
unsur paduan lainnya. Pengklasifikasian logam baja karbon didasarkan pada
perbedaan persentase kandungan karbon dalam campuran logam baja, yang terbagi
menjadi tiga macam, yaitu:

a. Baja karbon rendah (Low Carbon Steel)


Baja karbon rendah adalah baja yang mengandung unsur karbon kurang dari
0,25%, serta struktur mikronya terdiri atas ferit dan perlit. Baja karbon rendah
merupakan jenis baja yang diproduksi dalam jumlah terbesar dibandingkan dengan
jenis baja lainnya dikarenakan baja kabon rendah ialah baja yang paling murah dan
mudah untuk diproduksi dari semua jenis baja karbon lainnya. Beberapa karakter dari
baja karbon rendah ialah mudah di machining dan dilas, tahan aus, serta memiliki
keuletan dan ketangguhannya sangat tinggi. Akan tetapi, baja karbon rendah memiliki
kekurangan yaitu tingkat kekerasan yang rendah.

b. Baja karbon menengah (Medium Carbon Steel)


Baja karbon menengah adalah baja yang mengandung unsur karbon sebanyak
0,25% - 0,6%. Dibandingkan dengan baja karbon rendah, baja karbon menengah
memiliki beberapa kelebihan, yaitu kekuatan tarik dan batas regang yang tinggi, tidak
mudah dibentuk oleh mesin, dan dapat dikeraskan (quenching) dengan baik. Baja kelas

5
ini lebih kuat daripada baja karbon rendah, tetapi memiliki keuletan dan ketangguhan
yang lebih rendah.

c. Baja karbon tinggi (High Carbon Steel)


Baja karbon tinggi adalah baja yang mengandung unsur karbon sebanyak 0,6%
- 1,4%. Baja karbon tinggi merupakan baja yang memiliki sifat tahan panas, kuat tarik
dan kekerasan yang tinggi, akan tetapi memiliki tingkat keuletan yang lebih rendah.

2.2.2 Baja Paduan (Alloy Steel)


Baja paduan ialah baja campuran satu atau lebih unsur campuran seperti nikel,
mangan, molibdenum, kromium, vanadium, dan wolfram yang berguna untuk
memperoleh sifat-sifat baja yang diinginkan seperti sifat kekuatan, kekerasan, dan
keuletannya. Paduan dari beberapa unsur yang berbeda memberikan sifat khas pada
logam baja. Adapun tujuan dari penambahan unsur untuk menghasilkan baja paduan
ialah:
• Untuk menaikkan sifat mekanik baja (kekerasan, keliatan, kekuatan tarik dan
sebagainya)
• Untuk menaikkan sifat mekanik pada temperatur rendah
• Untuk meningkatkan daya tahan terhadap reaksi kimia (oksidasi dan reduksi)
• Untuk membuat sifat-sifat spesial

Baja paduan yang diklasifikasikan menurut kadar karbonnya dibagi menjadi:

a. Baja paduan rendah (Low Alloy Steel)


Baja paduan rendah merupakan baja paduan yang elemen paduannya kurang
dari 2,5%.

b. Baja paduan menengah (Medium Alloy Steel)


Baja paduan menengah merupakan baja paduan yang elemen paduannya 2,5%
- 10%.

c. Baja paduan tinggi (High Alloy Steel)


Baja paduan menengah merupakan baja paduan yang elemen paduannya lebih
dari 10%.

6
2.2.2.1 Baja Paduan Stainless Steel
Stainless steel disebut sebagai baja tahan karat karena jenis baja ini tahan
terhadap pengaruh oksigen dan memiliki lapisan oksida yang stabil pada permukaan
baja. Stainless steel bisa bertahan dari pengaruh oksidasi karena mengandung unsur
chromium lebih dari 10,5%. Unsur chromium ini yang merupakan pelindung
utama dari stainless steel terhadap gejala yang di sebabkan oleh kondisi lingkungan.
terdapat enam karakteristik dari stainless steel yaitu:

1. Persen Krom Tinggi


Stainless steel memiliki kandungan kromium minimal 10,5%. Kandungan ini
merupakan pelindung utama dari gejala yang disebabkan oleh pengaruh kondisi
lingkungan.

2. Tahan Karat
Jika logam lain memerlukan proses galvanize untuk melindungi dari serangan
korosi, maka stainless steel memiliki sifat tahan korosi secara alami tanpa
menggunakan metode pabrikasi. Sifat tahan korosi ini diperoleh karena adanya
kandungan unsur Chromium yang tinggi di dalam stainless steel. Stainless steel
juga memiliki lapisan oksida yang stabil pada permukaannya sehingga tahan
terhadap pengaruh oksigen. Lapisan oksida ini bersifat self-healing (penyembuh
diri) yang tetap utuh meskipun permukaan benda dipotong atau dirusak.
Setiap jenis stainless steel memiliki resistensi terhadap korosi yang berbeda-
beda, terutama terhadap klorida dan sulfida. contohnya, berdasarkan
NACE (National Association of Corrosion Engineers) MR0175/ISO 15156,
penggunaan austenitic stainless steel dibatasi oleh kombinasi dari kadar klorida,
H2S (hydrogen sulfide) dan temperatur fluida. Semakin tahan terhadap berbagai
korosi, semakin mahal harga material tersebut.

3. Minim Perawatan dan Tahan Lama (Low Maintenance dan Durable)


Peralatan yang terbuat dari stainless steel tidak membutuhkan perawatan yang
kompleks. Karakteristiknya yang tahan karat membuatnya lebih awet atau tahan
lama dan tidak mudah rusak karena oksidasi.

7
4. Kekerasan dan Kekuatan Tinggi
Bila dibandingkan dengan baja ringan, stainless steel cenderung memiliki
kekuatan tarik tinggi.

5. Cryogenic resistence (Resisten Terhadap Suhu Rendah)


Resistensi cryogenic diukur dengan keuletan dan ketangguhan dalam sub nol
suhu. Tipe austenitic memiliki kekuatan tarik yang lebih tinggi pada suhu rendah.

6. Tampilan Menarik
Stainless steel berwarna perak mengkilap sehingga barang-barang yang
terbuat dari stainless steel terlihat lebih menarik.

Stainless steel di bagi dalam beberapa kelompok utama berdasarkan persentase


material sebagai bahan pembuatannya. Kelompok klasifikasi stainless steel antara lain
adalah sebagai berikut:

a. Kelompok Stainless Steel Martensitic


Martensitic memiliki kandungan chrome yang tinggi dan karbon yang rendah,
yaitu chrom sebesar 12% - 14% dan carbon pada kisaran 0,08% – 2,0%. Kandungan
karbon yang tinggi merupakan hal yang baik dalam me-respon panas untuk
memberikan berbagai kekuatan mekanis, misalnya kekerasan baja.Kelompok ini
bersifat magnetis, ketahanan korosi sedang, dan kemampuan las yang buruk.
Pada kelompok atau klasifikasi martensic di bagi dalam beberapa tipe yang
antara lain adalah:

• Type 410
Memiliki kandungan chrome sebanyak 13% dan 0,15% carbon, jenis yang
paling baik di gunakan pada pengerjaan dingin.

• Type 416
Memiliki kandungan yang sama dengan type 410, namun ada penambahan
unsur sulfur.

• Type 431
Mengandung 17,5% chrome, 2,5% nikel dan 0,15% maksimum carbon.

8
b. Kelompok Stainless Steel Ferritic
Ferritic memiliki kandungan chrome sebanyak 17% dan carbon antara 0,08 –
0,2%. Memiliki sifat ketahanan korosi yang meningkat pada suhu tinggi. Namun sulit
di lakukan perlakuan panas kepada kelompok stainless steel ini sehingga penggunaan
menjadi terbatas, Baja tahan karat kelompok ini bersifat magnetis.
Pada kelompok atau klasifikasi ferritic di bagi dalam beberapa tipe, salah
satunya adalah Type 430 yang memiliki kandungan chrome sebanyak 17%, dan
kandungan baja yang rendah. Tahan terhadap temperatur tinggi dan biasanya di buat
dalam bentuk baja strip.

c. Kelompok Stainless Steel Austenitic


Austenitic memiliki kandungan chrome antara 17% – 25% dan Nikel pada
kisaran 8 – 20% serta beberapa unsur tambahan dalam upaya mencapai sifat yang di
inginkan. Kandungan unsur nikel didalamnya membuat jenis baja ini cocok untuk
diaplikasikan pada suhu rendah dan cyorgenic. Baja tahan karat kelompok ini adalah
non magnetis dan tidak dapat dikeraskan dengan perlakuan panas. Jenis ini merupakan
jenis stainless steel yang paling mudah untuk dibentuk dari keseluruhan jenis stainless
steel lainnya.
Pada kelompok atau klasifikasi austenitic di bagi dalam beberapa tipe yang
antara lain adalah:

• Type 304
Tipe ini dibuat dengan bahan dan pertimbangan ekonomis, sangat baik untuk
lingkungan tercemar dan di air tawar namun tidak di anjurkan pemakaiannya yang
berhubungan langsung dengan air laut.

• Type 321
Merupakan variasi dari type 304 namun dengan penambahan unsur titanium
dan karbon secara proporsional. Lumayan baik untuk pengerjaan suhu tinggi

• Type 347
Mirip dengan type 321 tetapi dengan penambahan niobium (bukan titanium).

• Type 316

9
Pada tipe ini ada penambahan unsur molibdenum 2% – 3% sehingga
memberikan perlindungan terhadap korosi, baik di gunakan pada peralatan yang
berhubungan dengan air laut. Penambahan nikel sebesar 12% tetap
mempertahankan struktur austenitic.

• Type 317
Mirip dengan type 316, namun ada penambahan lebih pada unsur
molybdenum sebesar 3% – 4%, memberikan peningkatan ketika berhubungan
langsung dengan air laut pada temperatur dingin.

• Moly
Lebih dikenal dengan istilah UNS S31254, merupakan jenis yang memiliki
ketahanan tinggi terhadap air laut karena tingginya kadar chromium dan
molibdenum.

• L Grade
Memiliki kandungan karbon rendah (316L) dibatasi antara 0,03% – 0,035%.
Hal ini akan menyebabkan pengurangan kekuatan tarik.

d. Kelompok Stainless Steel Duplex


Stainless steel duplex merupakan kelompok terbaru yang memiliki
keseimbangan chromium, nikel, molibdenum dan Nitrogen pada campuran yang sama
antara kelompok austenitic dan kelompok ferit. Hasilnya adalah sebuah kekuatan yang
tinggi, sangat tahan terhadap korosi. Kelompok duplex memiliki ketangguhan yaitu
dapat bertahan dari temperatur yang lebih rendah dari kelompok austenitic. Kelompok
ini biasanya di sebut UNS, sebagai merk dagang. Beberapa tipenya antara lain adalah:

• UNS S31803
Type ini merupakan tipe duplex yang paling banyak di gunakan.
Komposisinya adalah 0,03% maksimum karbon, 22% chrome, 5,5% nikel dan 0,15
nitrogen.

• UNS S32750

10
Tipe ini merupakan type duplex rendah yang memiliki sifat seperti type 316,
tapi dua kali lipat kekuatan tariknya. Komposisi-nya adalah 0,03% carbon, 23%
chrome, 4% nikel dan 0,1% nitrogen.

• UNS S32750
Tipe ini merupakan tipe super untuk kelompok duplex. Ketahanannya
terhadap korosi meningkat. Komposisi dari type ini adalah 0,03% maksimum
carbon, 25% chrome, 7% nikel, 4% molibdenum dan 0,028 nitrogen.

2.3 Aplikasi Material Baja Untuk Sistem Perpipaan Dalam Industri Migas
2.3.1 Pipa Baja Karbon (Carbon Steel Pipe)
Pipa baja karbon (Carbon Steel pipe) merupakan pipa yang paling umum dan
yang paling banyak digunakan dalam industri, termasuk industri migas. Hal ini
disebabkan karena pada pipa carbon steel sudah tersedia data-data yang lengkap
tentang keandalannya dan aturan perancangan berupa code dan standard. Selain itu
pipa carbon steel juga bisa mengatasi masalah rendahnya ketahanannya terhadap
korosi, baik internal maupun eksternal. Yaitu dengan ditambahkan lapisan anti korosi.
Oleh karena itu, pipa carbon steel sangat efektif dipakai untuk semua hal yang
berhubungan dengan pipa.
Pipa ini juga memiliki harga yang paling murah dari semua jenis pipa baja
lainnya. Pipa ini memiliki kekuatan yang tinggi, kenyal, dapat dilas dan tahan lama.
Akan tetapi memiliki kelemahan yaitu tidak tahan terhadap serangan korosi dari
senyawa Asam Sulfat (H2SO4), Carbonate (K2CO3) dan air laut. Jenis pipa ini
umumnya dipakai pada bagian utilitas antara lain unit pengolahan air, unit power
plant, unit pembangkit steam, unit pengolahan condensat,dan beberapa dalam unit
proses pengolahan dengan proteksi terhadap korosi dengan menggunakan lapisan
khusus (coating).

2.3.2 Pipa Baja Stainless (Stainless Steel Pipe)


Karena sifatnya yang tahan terhadap oksidasi dan zat yang korosif , maka jenis
pipa ini sering digunakan untuk fasilitas pada unit CO2 removal untuk menyalurkan
carbonate, flare stack, pipa di bawah laut, peralatan heat exchanger, unit-unit proses

11
pengolahan minyak dan gas, dan menyalurkan fluida bersifat asam seperti sulfida
dengan menggunakan jenis pipa stainless steel duplex.

Selain tahan terhadap korosi, stainless steel juga tahan terhadap temperatur
rendah (Cryogenic). Oleh karena itu, stainless steel sangat baik digunakan untuk
Cyorgenic service (fluida dengan temperatur dibawah -196 °C) seperti LNG dan
Nitrogen cair.

12
BAB III

KESIMPULAN

• Sistem perpipaan dalm industri migas umumnya menggunakan jenis pipa carbon
steel dan stainless steel. Kedua pipa ini merupakan jenis pipa berbahan baja.
• Karakteristik baja ialah keras, kuat, dan awet, memiliki sifat magnet yang kuat,
koefisien muai rendah, tahan terhadap tekanan atau beban, dan mudah terkorosi.
• Pipa jenis carbon steel ialah jenis pipa baja yang paling murah sehingga
penggunaannya sangat umum dan menjadi pilihan utama dalam pendesainan.
Aplikasinya dalam industri migas antara lain: digunakan pada unit pengolahan air,
unit power plant, unit pembangkit steam, unit pengolahan condensat,dan beberapa
dalam unit proses pengolahan dengan proteksi terhadap korosi dengan
menggunakan lapisan khusus (coating).
• Pipa jenis stainless steel ialah pipa berbahan baja paduan yang tahan terhadap
korosi dan juga temperatur rendah (cryogenic). Aplikasinya dalam industri migas
antara lain: digunakan pada fasilitas unit CO2 removal untuk menyalurkan
carbonate, flare stack, pipa di bawah laut, peralatan heat exchanger, unit-unit
proses pengolahan minyak dan gas, dan menyalurkan fluida bersifat asam, dan
menyalurkan fluida cryorgenic seperti LNG dan Nitrogen cair.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Z. K., 2012. ASESMEN KORORI PADA FASILITAS PRODUKSI


MINYAK DAN GAS BUMI DI LINGKUNGAN CO2 DAN H2S.
lib.ui.ac.id/file?file=digital/20314280-T30903-Asesmen%20korosi.pd. Diakses: 15
Mei 2017

Annonimous. 2012. DESKRIPSI MATERIAL PIPA YANG SERING


DIGUNAKAN DALAM DUNIA INDUSTRI. https://wbsakti.wordpress.com.
Diakses: 15 Mei 2017

Annonimous. JENIS-JENIS PIPA INDUSTRI. www.prosesindustri. Diakses:


15 Mei 2017

Annonimous. 2016. KARAKTERISTIK STAINLESS STEEL.


https://logamceper.com/karakteristik-stainless-steel/. Diakses: 24 Mei 2017

Annonimous. PEMILIHAN MATERIAL UNTUK PIPA.


https://oceanoblogi.wordpress.com. Diakses: 15 Mei 2017

Ikhsan Kholis. PENGUJIAN MEKANIK PADA KUALIFIKASI WPS/PQR


SMAW WELDING PIPA API 5L X42 BERDASARKAN API 1104.
pusdiklatmigas.esdm.go.id. 15 Mei 2017

Panji P., Rosi Sera A., Taufik H., dkk. 2016. LAPORAN PIPA MIGAS.
https://www.scribd.com. Diakses: 24 Mei 2017.

14

Vous aimerez peut-être aussi