Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
MAKALAH
Oleh;
Puji syukur kehadirat Allah s.w.t. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah Pemilihan Bahan Baja Untuk
Sistem Perpipaan Dalam Industri Migas guna untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pemilihan Bahan dan Korosi. Shalawat beserta salam kepada junjungan alam Nabi
Muhammad Saw., yang telah membawa kita kepada kehidupan berilmu pengetahuan
seperti yang kita rasakan sekarang ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam proses pembuatan makalah ini sehingga makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Kritik dan saran yang membangun dari pembaca,
terutama dosen pembimbing sangat diharapkan untuk kesempurnaan penulisan
makalah ini. Karena Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan,
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memperoleh ridha dan rahmat dari Allah
Swt. dan dapat bermanfaat untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi
pembacanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1. Mengetahui pemilihan bahan yang digunakan untuk sistem perpipaan dalam
industri migas.
2. Mengetahui karakteristik dari bahan yang dipilih untuk sistem perpipaan
tersebut.
3. Mengetahui aplikasi dari pipa berbahan tersebut.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
proses tertentu pipa inilah yang paling umum digunakan. Akan tetapi, karena
permasalahan korosi yang tinggi, pada kondisi dan proses tertentu pula pipa carbon
steel tidak digunakan. Pipa logam yang tahan terhadap korosilah yang menjadi
pilihannya, yaitu pipa yang materialnya terbuat dari baja paduan (Alloy Steel). Selain
korosi, suhu fluida juga menentukan pemilihan dari material pipa yang akan
digunakan. Semakin rendah suhu fluida yang dialirkan, logam akan menjadi mudah
mengalami retakan. Hal ini dikarenakan sifat brittle (getas) logam bertambah pada
suhu rendah. Stainless steel merupakan salah satu material yang tahan akan suhu
rendah. Oleh karena itu, untuk cryogenic service (fluida dengan suhu operasi dibawah
-196 °C) stainless steel adalah material yang cocok dibandingkan dengan carbon steel.
2.2 Karakteristik dan Sifat Baja (Steel)
Baja adalah logam paduan antara dua unsur yaitu besi (Fe) dan karbon (C),
dimana besi sebagai unsur dasar dan karbon sebagai unsur paduan utamanya. Fungsi
unsur karbon dalam baja ialah sebagai unsur pengeras. Kandungan unsur karbon dalam
baja berkisar antara 0.2% - 2.1% berat sesuai dengan gradenya. Dalam proses
pembuatan baja, terdapat unsur-unsur lain selain karbon yang akan tertinggal di dalam
baja seperti mangan , silikon , sulfur, fosfor, dan sebagian kecil oksigen, nitrogen, dan
aluminium. Selain itu, terdapat pula beberapa unsur lain yang ditambahkan untuk
membedakan karakteristik beberapa jenis baja, diantaranya ialah nikel, kromium,
vanadium, molybdenum, titanium dan unsur lainnya. Dengan memvariasikan
kandungan karbon dan unsur paduan lainnya, berbagai jenis kualitas baja bisa
didapatkan.
Baja memiliki sifat yang berbeda-beda sesuai dengan hasil baja yang dibuat
dan dibentuk. Dalam penggunaannya, baja mencapai 90% lebih dengan campuran
untuk tujuan khusus. Baja dibuat dalam perbandingan zat arang (Carbon) yang
bervariasi. Semakin tinggi persentase unsur karbonnya, maka sifat baja menjadi :
• Kekuatan tanknya bertambah
karbon.
• Titik cair berkurang
4
Baja mudah sekali berkarat oleh panas maupun kondisi lembab. Oleh karena
itu, baja untuk transmisi harus dilapisi untuk menahan karat. Baja juga memiliki sifat-
sifat khas yaitu :
• Keras, kuat, awet
• Mudah terkorosi
Secara umum, baja dibagi menjadi dua golongan, yaitu baja karbon dan baja
paduan dengan karakteristik yang berbeda.
5
ini lebih kuat daripada baja karbon rendah, tetapi memiliki keuletan dan ketangguhan
yang lebih rendah.
6
2.2.2.1 Baja Paduan Stainless Steel
Stainless steel disebut sebagai baja tahan karat karena jenis baja ini tahan
terhadap pengaruh oksigen dan memiliki lapisan oksida yang stabil pada permukaan
baja. Stainless steel bisa bertahan dari pengaruh oksidasi karena mengandung unsur
chromium lebih dari 10,5%. Unsur chromium ini yang merupakan pelindung
utama dari stainless steel terhadap gejala yang di sebabkan oleh kondisi lingkungan.
terdapat enam karakteristik dari stainless steel yaitu:
2. Tahan Karat
Jika logam lain memerlukan proses galvanize untuk melindungi dari serangan
korosi, maka stainless steel memiliki sifat tahan korosi secara alami tanpa
menggunakan metode pabrikasi. Sifat tahan korosi ini diperoleh karena adanya
kandungan unsur Chromium yang tinggi di dalam stainless steel. Stainless steel
juga memiliki lapisan oksida yang stabil pada permukaannya sehingga tahan
terhadap pengaruh oksigen. Lapisan oksida ini bersifat self-healing (penyembuh
diri) yang tetap utuh meskipun permukaan benda dipotong atau dirusak.
Setiap jenis stainless steel memiliki resistensi terhadap korosi yang berbeda-
beda, terutama terhadap klorida dan sulfida. contohnya, berdasarkan
NACE (National Association of Corrosion Engineers) MR0175/ISO 15156,
penggunaan austenitic stainless steel dibatasi oleh kombinasi dari kadar klorida,
H2S (hydrogen sulfide) dan temperatur fluida. Semakin tahan terhadap berbagai
korosi, semakin mahal harga material tersebut.
7
4. Kekerasan dan Kekuatan Tinggi
Bila dibandingkan dengan baja ringan, stainless steel cenderung memiliki
kekuatan tarik tinggi.
6. Tampilan Menarik
Stainless steel berwarna perak mengkilap sehingga barang-barang yang
terbuat dari stainless steel terlihat lebih menarik.
• Type 410
Memiliki kandungan chrome sebanyak 13% dan 0,15% carbon, jenis yang
paling baik di gunakan pada pengerjaan dingin.
• Type 416
Memiliki kandungan yang sama dengan type 410, namun ada penambahan
unsur sulfur.
• Type 431
Mengandung 17,5% chrome, 2,5% nikel dan 0,15% maksimum carbon.
8
b. Kelompok Stainless Steel Ferritic
Ferritic memiliki kandungan chrome sebanyak 17% dan carbon antara 0,08 –
0,2%. Memiliki sifat ketahanan korosi yang meningkat pada suhu tinggi. Namun sulit
di lakukan perlakuan panas kepada kelompok stainless steel ini sehingga penggunaan
menjadi terbatas, Baja tahan karat kelompok ini bersifat magnetis.
Pada kelompok atau klasifikasi ferritic di bagi dalam beberapa tipe, salah
satunya adalah Type 430 yang memiliki kandungan chrome sebanyak 17%, dan
kandungan baja yang rendah. Tahan terhadap temperatur tinggi dan biasanya di buat
dalam bentuk baja strip.
• Type 304
Tipe ini dibuat dengan bahan dan pertimbangan ekonomis, sangat baik untuk
lingkungan tercemar dan di air tawar namun tidak di anjurkan pemakaiannya yang
berhubungan langsung dengan air laut.
• Type 321
Merupakan variasi dari type 304 namun dengan penambahan unsur titanium
dan karbon secara proporsional. Lumayan baik untuk pengerjaan suhu tinggi
• Type 347
Mirip dengan type 321 tetapi dengan penambahan niobium (bukan titanium).
• Type 316
9
Pada tipe ini ada penambahan unsur molibdenum 2% – 3% sehingga
memberikan perlindungan terhadap korosi, baik di gunakan pada peralatan yang
berhubungan dengan air laut. Penambahan nikel sebesar 12% tetap
mempertahankan struktur austenitic.
• Type 317
Mirip dengan type 316, namun ada penambahan lebih pada unsur
molybdenum sebesar 3% – 4%, memberikan peningkatan ketika berhubungan
langsung dengan air laut pada temperatur dingin.
• Moly
Lebih dikenal dengan istilah UNS S31254, merupakan jenis yang memiliki
ketahanan tinggi terhadap air laut karena tingginya kadar chromium dan
molibdenum.
• L Grade
Memiliki kandungan karbon rendah (316L) dibatasi antara 0,03% – 0,035%.
Hal ini akan menyebabkan pengurangan kekuatan tarik.
• UNS S31803
Type ini merupakan tipe duplex yang paling banyak di gunakan.
Komposisinya adalah 0,03% maksimum karbon, 22% chrome, 5,5% nikel dan 0,15
nitrogen.
• UNS S32750
10
Tipe ini merupakan type duplex rendah yang memiliki sifat seperti type 316,
tapi dua kali lipat kekuatan tariknya. Komposisi-nya adalah 0,03% carbon, 23%
chrome, 4% nikel dan 0,1% nitrogen.
• UNS S32750
Tipe ini merupakan tipe super untuk kelompok duplex. Ketahanannya
terhadap korosi meningkat. Komposisi dari type ini adalah 0,03% maksimum
carbon, 25% chrome, 7% nikel, 4% molibdenum dan 0,028 nitrogen.
2.3 Aplikasi Material Baja Untuk Sistem Perpipaan Dalam Industri Migas
2.3.1 Pipa Baja Karbon (Carbon Steel Pipe)
Pipa baja karbon (Carbon Steel pipe) merupakan pipa yang paling umum dan
yang paling banyak digunakan dalam industri, termasuk industri migas. Hal ini
disebabkan karena pada pipa carbon steel sudah tersedia data-data yang lengkap
tentang keandalannya dan aturan perancangan berupa code dan standard. Selain itu
pipa carbon steel juga bisa mengatasi masalah rendahnya ketahanannya terhadap
korosi, baik internal maupun eksternal. Yaitu dengan ditambahkan lapisan anti korosi.
Oleh karena itu, pipa carbon steel sangat efektif dipakai untuk semua hal yang
berhubungan dengan pipa.
Pipa ini juga memiliki harga yang paling murah dari semua jenis pipa baja
lainnya. Pipa ini memiliki kekuatan yang tinggi, kenyal, dapat dilas dan tahan lama.
Akan tetapi memiliki kelemahan yaitu tidak tahan terhadap serangan korosi dari
senyawa Asam Sulfat (H2SO4), Carbonate (K2CO3) dan air laut. Jenis pipa ini
umumnya dipakai pada bagian utilitas antara lain unit pengolahan air, unit power
plant, unit pembangkit steam, unit pengolahan condensat,dan beberapa dalam unit
proses pengolahan dengan proteksi terhadap korosi dengan menggunakan lapisan
khusus (coating).
11
pengolahan minyak dan gas, dan menyalurkan fluida bersifat asam seperti sulfida
dengan menggunakan jenis pipa stainless steel duplex.
Selain tahan terhadap korosi, stainless steel juga tahan terhadap temperatur
rendah (Cryogenic). Oleh karena itu, stainless steel sangat baik digunakan untuk
Cyorgenic service (fluida dengan temperatur dibawah -196 °C) seperti LNG dan
Nitrogen cair.
12
BAB III
KESIMPULAN
• Sistem perpipaan dalm industri migas umumnya menggunakan jenis pipa carbon
steel dan stainless steel. Kedua pipa ini merupakan jenis pipa berbahan baja.
• Karakteristik baja ialah keras, kuat, dan awet, memiliki sifat magnet yang kuat,
koefisien muai rendah, tahan terhadap tekanan atau beban, dan mudah terkorosi.
• Pipa jenis carbon steel ialah jenis pipa baja yang paling murah sehingga
penggunaannya sangat umum dan menjadi pilihan utama dalam pendesainan.
Aplikasinya dalam industri migas antara lain: digunakan pada unit pengolahan air,
unit power plant, unit pembangkit steam, unit pengolahan condensat,dan beberapa
dalam unit proses pengolahan dengan proteksi terhadap korosi dengan
menggunakan lapisan khusus (coating).
• Pipa jenis stainless steel ialah pipa berbahan baja paduan yang tahan terhadap
korosi dan juga temperatur rendah (cryogenic). Aplikasinya dalam industri migas
antara lain: digunakan pada fasilitas unit CO2 removal untuk menyalurkan
carbonate, flare stack, pipa di bawah laut, peralatan heat exchanger, unit-unit
proses pengolahan minyak dan gas, dan menyalurkan fluida bersifat asam, dan
menyalurkan fluida cryorgenic seperti LNG dan Nitrogen cair.
13
DAFTAR PUSTAKA
Panji P., Rosi Sera A., Taufik H., dkk. 2016. LAPORAN PIPA MIGAS.
https://www.scribd.com. Diakses: 24 Mei 2017.
14