Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Pendahuluan
1 .1 Latar Belakang
Cedera serebrovaskular atau stroke meliputi awitan tiba-tiba defisit neurologis karena
insufisiensi suplai darah ke suatu bagian dari otak. Insufisiensi suplai darah disebabkan oleh trombus,
biasanya sekunder terhadap arterisklerosis, terhadap embolisme berasal dari tempat lain dalam tubuh,
atau terhadap perdarahan akibat ruptur arteri (aneurisma) (Lynda Juall Carpenito, 1995).
Menurut WHO (1989) stroke adalah disfungsi neurologi akut yang disebabkan oleh gangguan aliran
darah yang timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal pada otak
yang terganggu.
Stroke,atau cedera serebrovaskuler (CVA), adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan
oleh berhentinya suplai darah kebagian otak. Sering ini adalah kumulasi penyakit serebrovaskuler
selama beberapa tahun.
1 . 2 Rumusan Masalah
Sebagaimana diketahui ,pada saat ini stroke merupakan salah satu sindroma yang banyak
ditemukan dan mengancam masyarakat terutama yang berusia diatas 45 tahun termasuk didalamnya
masyarakat yang berada di puncak produktifitas.
Sroke adalah masalah neurologik primer di AS dan di dunia.Meskipun upaya pencegahan telah
menimbulkan penurunan pada insiden dalam beberapa tahun terakhir,,stroke adalah peringkat ketiga
penyebab kematian,denga laju mortalitas 18% sampai 37% untuk stoke pertama dan sebesar 62%
untuk stoke selanjutnya.terdapat kira-kira 2juta orang bertahan hidup dari stoke yang mempunyai
beberapa kecacatan ,dari angka ini ,40% memerlukan bantuan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.
1.3 Tujuan
Tujuan Umum:
Agar mahasiswa mendapat gambaran yanag nyata tentang asuahan keperawatan pada klien
dengan diagnosa stroke hemoragik di Rumah Sakit Umum Pusat HAM Medan.
Tujuan Khusus :
1 . 4 Sistematika
Bab 1 : Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Sistematika
Bab 2 : Tinjauan Teoritis / Pustaka
2.1 Teoritis Medis
2.1.1 Pengertian
2.1.2 Etiologi
2.1.3 Pathways
2.1.4 Manifestasi Klinis
2.1.5 Pemeriksaan Diagnostik
2.1.6 Penatalaksanaan Medis
2.2 Teoritis Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
2.2.2 Diagnosa
2.2.3 Rencana Asuhan Keperawatan
Bab 3 : Tinjauan kasus
3.1 Pengkajian
3.2 Diagnosa
3.3 Intervensi
3.4 Implementasi
3.5 Evaluasii
Bab 4 : Pembahasan
Bab 5 : Kesimpulan dan Saran
Bab 2
Tinjauan Teoritis / Pustaka
2.1.1 Pengertian
Cedera serebrovaskular atau stroke meliputi awitan tiba-tiba defisit neurologis karena
insufisiensi suplai darah ke suatu bagian dari otak. Insufisiensi suplai darah disebabkan oleh trombus,
biasanya sekunder terhadap arterisklerosis, terhadap embolisme berasal dari tempat lain dalam tubuh,
atau terhadap perdarahan akibat ruptur arteri (aneurisma) (Lynda Juall Carpenito, 1995).
Menurut WHO (1989) stroke adalah disfungsi neurologi akut yang disebabkan oleh gangguan aliran
darah yang timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal pada otak
yang terganggu.
2.1.2 Etiologi
1. Thrombosis Cerebral.
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan
iskemi jaringan otak yang dapa menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya.Thrombosis
biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur.Hal ini dapat terjadi karena
penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi
serebral.Tanda dan gejala neurologis seringkali memburuk pada 48 jam setelah thrombosis.
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak :
a. Atherosklerosis
Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau
elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis atherosklerosis bermacam-macam.
Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut :
-Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah.
-Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi thrombosis.
-.Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan kepingan thrombus
(embolus)
-Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi perdarahan.
3. Haemorhagic
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang subarachnoid atau
kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi.
Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak
yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang
berdekatan ,sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak,
oedema, dan mungkin herniasi otak.
4. Hypoksia Umum
a. Hipertensi yang parah.
b. Cardiac Pulmonary Arrest
c. Cardiac output turun akibat aritmia
5. Hipoksia setempat
a. Spasme arteri serebral , yang disertai perdarahan subarachnoid.
b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.
2.1.3 Pathways
Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya infark
bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan adekuatnya
sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah
ke otak dapat berubah (makin lmbat atau cepat) pada gangguan lokal (thrombus, emboli,
perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan
paru dan jantung). Atherosklerotik sering/cenderung sebagai faktor penting terhadap ortak,
thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik , atau darah dapat beku pada area yang stenosis,
dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Thrombus dapat pecah dari dinding
pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam aliran darah.
Thrombus mengakibatkan ;
1. Iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan.
2. Edema dan kongesti disekitar area.
Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri. Edema
dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan
berkurangnya edema pasien mulai menunjukan perbaikan,CVA. Karena thrombosis biasanya
tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus
menyebabkan edemadan nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada
dinding pembukluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis , atau jika sisa infeksi berada
pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah.Hal
iniakan me yebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah atau ruptur. Perdarahan pada
otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan hipertensi pembuluh darah..
Perdarahanintraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian dibandingkan dari
keseluruhan penyakit cerebro vaskuler. Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang
anoksia cerebral. Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka
waktu 4-6 menit. Perubahan irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat
terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya cardiac arrest.
Jika dilihat bagian hemisfer yang terkena tanda dan gejala dapat berupa:
1. Gangguan motorik
Diawal tahapan stroke ,gambaran klinis yang muncul adalah paralisis dan hilang atau fleks tendon
dalam.apabila reflex tendon dalam ini muncul kembali(biasanya dalam 48 jam), peningkatan tonus
disertai dengan spastisitas (peningkatan tonus otot abnormal) pada ekstremitas yang terkena dapat
dilihat.
2. Gangguan komunikasi
fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan komunikasi.sroke adalah
penyebab afasia paling umum.
3. Gangguan persepsi
4. Kehilangan sensori
Karena stroke dapat berupa kerusakan sentuhan ringan atau mungkin lebih berat,dengan
kehilangan propriosepsi(kemampuan untuk merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh) serta
kesulitan dalam menginterprestasikan stimuli visual,taktil,dan auditorius.
Bila kerusakan telah terjadi pada lobus frontal, mempelajari kapasitas,memori,atau fungsi
intelektual kortikal yang lebih tinggi mungkin rusak.
Setelah stroke pasien mungkin mengalami inkotinensia urinarius sementara karena konfusi
,ketidakmampuan mengkomunikasiakn kebutuhan dan ketidakmampuan untuk mengguankan
urinal/bedpan karena kerusakan control motorik dan postural.
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai berikut:
2.1.2 Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat :
Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan, hilangnya rasa, paralisis,
hemiplegi, mudah lelah, dan susah tidur.
2. Sirkulasi :
Adanya riwayat penyakit jantung, MCI, katup jantung, disritmia, CHF, polisitemia. Dan
hipertensi arterial.
3. Integritas Ego:
Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk mengekspresikan diri.
4. Eliminasi :
Perubahan kebiasaan Bab. dan Bak. Misalnya inkoontinentia urine, anuria, distensi kandung
kemih, distensi abdomen, suara ususmenghilang.
5. Makanan/caitan :
Nausea, vomiting, daya sensori hilang, di lidah, pipi, tenggorokan, dysfagia
6. Neuro Sensori :
Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan intrakranial.
Kelemahan dengan berbagai tingkatan, gangguan penglihatan, kabur, dyspalopia, lapang
pandang menyempit.
Hilangnya daya sensori pada bagian yang berlawanan dibagian ekstremitas dan kadang -
kadang pada sisi yang sama di muka.
7. Nyaman/nyeri;
Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada otak/muka
8. Respirasi:
Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas.
Aspirasi irreguler, suara nafas, whezing,ronchi.
9. Keamanan:
Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury.
Perubahan persepsi dan orientasi
Tidak mampu menelan sampai ketidakmampuan mengatur kebutuhan nutrisi
Tidak mampu mengambil keputusan.
11.Belajar mengajar
Pergunakan alat kontrasepsi
Pengaturan makanan
Latihan untuk pekerjaan rumah.
2.2.2 Diagnosa
1. Gangguan ferfusi jaringan otak berhubungan dengan oklusi otak, perdarahan, vasospasme
dan edema otak.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan keadaan neurologi muskuler kelemahan ,
paraestesia, flaciad, paralisis.
3. Deficit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuskuler, menurunnya kekuatan
dan kesadaran, kehilangan kontrol otot/koordinasi ditandai oleh kelemahan untuk ADL.
Seperti makan, mandi, mengatur suhu air, melipat atau memakai pakaian.
Intervensi:
a. Kaji kemampuan dn tingkat penurunan dalam skala 0-4 untuk melakukan ADL
b. Hindari apa yang tidak dapat dilakukan klien dan bantu klien bila perlu
c. Bantu dalam pemenuhan ADL
d. Kolaborasi dengan fisioterapi
Bab 3
Tinjauan kasus
3.1 Pengkajian
BIODATA
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. Y
Umur : 63 tahun
Seks : ♂
Status perkawinan : Menikah
Suku : Aceh
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan Wiraswasta
Gol.Darah : O
Alamat : Jln. Tegak Daud No. 147 Panggol Indah Mns mesjid
Kec. Muara
Tanggal masuk RS : 19 September 2011
No.Reg : 48.65.77
Ruangan : RA 4 Neuro/II
Tanggal Pengkajian : 21 September 2011-10-12
Diagnosa Medis : Stroke Haemoraegic.
B. Penanggung Jawab
Nama : Ny. N
Umur : 61 tahun
Hubungan dengan pasien : Istri
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jln. Tegak Daud No. 147 Panggol Indah Mns mesjid
Kec. Muara
Keluhan utama :
a. Penurunan Kesadaran
b. Kesadaran Apatis
Riwayat sosial :
a. Hubungan dengan keluarga : Baik, ada anggota keluarga yang selalu
menunggu pasien
b. Hubungan dengan pasien lain : Tidak dapat di kaji karna klien mengalami
penurunan kesadaran
c. Dukungan keluarga : Baik, keluarga bekerjasama dengan tim kesehatan
untuk merawat pasien, keuarg menetujui
pengobatan dan pemeriksan yang di
lakukan untuk klien
d. Reaksi saat interaksi : Klien mengaami penurunan kesadaran
Kebutuhan Dasar :
No. Pola Kegiatan Sebelum Masuk RS Sesudah Masuk RS
1. Pola tidur
a. Waktu tidur 8 jam/ 9 hari ( Malam )
Tidak dapat di kaji
karena klien
mengalami
penurunan
kesadaran
b. Masalh Tidur Pada siang hari klien Tidak ada karena
tidak dapat tidur jika klien bedrest total
mendengar suara-suara
yang ribut
c. Hal-hal yang mempermudah tidur Tidak ada Tidak di kaji
d. Hal-hal yang mempermudah Tidak ada Jiika ada terdengar
bangun suara yang ribut
2. Pola Eliminasi
a. BAB
Pola BAB 1-2 x 1x
Karakteristik feses Lembek Warna
kuning,Konsistensi
Riwayat perdarahan Tidak ada lunak
Penggunaan obat Tidak ada Tidak ada
Keluhan BAB Tidak ada Tidak ada
Tidak ada
b. BAK
Pola BAK Keluaga klien Klien menggunakan
mengatakan sering kateter, jumlah
urine keluar ±
Karakter urine Tidak di kaji 3200/hari.
Riwayat gangguan Tidak di kaji Kuning pekat.
Inkontinensia Tidak ada Tidak ada riwayat.
Penggunaan obat Tidak ada Tidak ada
Masalah Eliminasi Tidak ada Tidak ada
Tidak ada
c. Pola Makan :
Diet M III SVRG via NGT
Pola diet 3 x/ hari 3 x / hari
BB 60 Kg Tidak dapat di kaji
karena klien
mengalami
Kesulitan mengunyah Tidak ada penurunan
Masalah Pola makan Tidak ada kesadaran
Tidak ada
Upaya mengatasinya Tidak ada Klien tidak dapat
makan sendiri
karena bedrest
Keluarga membantu
memberi makan
klien
d. Pola minum :
Jenis minuman Air putih, kopi Air putih
Pola minum 7 – 8 gls / hari Air putih =
1600cc,air dalam
Kesulitan minum Tidak ada makanan= 400cc
Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada
Tidak ada
e. Kebersihan diri Mandi= 2 x/ hari Di lap oleh perawat
2 x /hari ( pagi, Sore
)
f. Pola kegiatan Klien melakukan Klien bedrest total,
aktivitasnya sehari-hari tidak dapat
tanpa ada gangguan melakukan
aktivitasnya sehari-
hari.
Keadaan Kesehatan saat ini :
1. Provocative / Paliative :
a. Apa penyebabnya : Klien mengalami penurunan kesadaran secara tiba-
tiba pada saat klien beraktivitas.
b. Hal yang memperbaiki keadaan : Klien segera di bawa ke RS Aceh , 5
hari kemudian di rujuk ke RSUP HAM
2. Quantity / quality
a. Bagaimana di rasakan : Klien mengalami penurunan kesadaran
b. Bagaimana dilihat : Klien tampak lemah
3. Region
a. Dimana lokasinya : Head CT-Scan menunjukkan ada perdarahan di frontal
temporal parietal kanan
b. Apakah menyebar : Tidak menyebar
4. Saverity : Ya, Klien tidak dapat beraktivitas
5. Time : Klien mengalami penurunan kesadaran secara tiba-tiba sat beraktivitas
sejak ± 5 hari sebelum masuk RSUP HAM yaitu pada tanggal 14 September 2011.
Obat-obatan :
No. Nama Obat Dosis Fungsi Efek Samping
1. Cairan R.sol 20 tts / i Mengganti cairan tubuh Panas, iritasi dan
infeksi pada tempat
penyuntikan
trombosis
2. Mannitol 125cc / 6 jam Menurunkan tekanan Hiperkalemia
intra kranial
3. Inj. Citicholine 1 amp/ 12 jam Neuroprotektik Mual, kemerahan
pada kulit
4. Captropil 3x1 Antihipertensi Batuk
5. KSR 1x1 Untuk menambah Hiperkalemia
kalium daarah.
6. Amilodiphine 1x1 Antihipertensi Abdominal
diskompot, pusing-
mual, palpitasi,
patik ( lelah ), skit
kepala
Hasil LABORATORIUM :
1. Laboratorium
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal
1. Darah
lengkap: 13,7 gr % 12,6 - 17,4
HB 4,44 10 / mm³ 4,20 - 4,87
Eritrosit 8,49 10³ /mm³ 4,5 – 11,0
Leukosit 199 10³ /mm³ 150 – 450
Trombosit
2. RFT Ginjal
Ureum 62,10 mg/dl < 71
Kreatinin 1,24 mg/dl 0,70 – 1,20
3. Elektrolit
Na 136 mEq/L 135 – 155
Ka 4,1 mEq/L 3,6 – 5,5
4. Kadar gula
KGDN 116 mg/dl 70,20
KGD 2 jam 156 mg/dl < 200
2. Rontgen :
Tanggal : 19 September 2011
Jenis : Foto Thorax dan Head CT –Scan
Hasil : Foto thorax tidak tampak kelainan jantung dan paru
CT –Scan : Haemoraegic pada frontal-temporal parietal kanan
3. ECG :
Tanggal : 20 September 2011
Jenis : ECG
Hasil : Sinus Ritme ( Normu ECG )
Pemeriksaan Fisik :
A. Keadaan Umum : Lemah, Kesadaran ( Apatis )
B. TTV :
TD : 140/90 mmHg
HR : 82 x/i
RR : 24 x/i
Tº : 37,4 ºc
C. Pemeriksaan Head to toe :
1. Kepala dan rambut
a. Kepala
Bentuk : Simetris,
Kebersihan : Kurang besih, terlihat adanya seperti ketombe dan kulit
kepala tampak berminyak
b. Rambut :
Penyebaran dan keadaan rambut : Penyebaran rambut merata, tampak
kusam dan agak bau
Kebersihan : kurang bersih, Kepala tampak berminyak
c. Wajah : Oval
Warna kulit : Sawo matang
Stuktur Wajah : Simetris kiri dan kanan
2. Mata :
a. Kelengkapan dan kesimetrisan : Lengkap,simetris kiri dan kanan
b. Pupil : Isokhor
c. Refleks Cahaya : Positif
d. Konjungtiva : Tidak anemis
e. Sklera : Tidak Ikterik
f. Palpebra : Tidak ada edema
g. Pergerakan bola mata : Normal
h. Strabismus : Tidak tampak adanya strabismus
i. Tekanan bola mata : Tidak di lakukan pengukuran
j. Ketajaman penglihatan : Tidak dapat di kaji karena klien mengalami
penurunan kesadaran
3. Hidung :
a. Tulang hidung dan posisi septum : Simetris
b. Mukosa : Pucat
c. Sekret : Jernih
d. Pernapasan cuping hidung : Tidak ada
e. Ketajaman penciuman :Tidak dapat di kaji karena kien mengalamk
penurunan kesadaran
4. Telinga :
a. Bentuk telinga : Simetris
b. Keluhan : Tidak ada keluhan
c. Ketajaman pendengaran : Tidak dapat di kaji karena klien mengalami
penurunan kesadaran
5. Mulut dan faring :
a. Mulut : Kotor
b. Mukosa : Kering
c. Bibir : Normal
d. Lidah : Kotor
e. Gigi : Kotor
f. Kebiasaan gosok gigi : Tidak teratur
g. Tenggorokkan : Kesulitan menelan
6. Leher :
a. Pembesaran kelenjar tyroid : Tidak ada
b. Pembesaran kelenjar Ampe : Tidak ada
c. Peningkatan vena jugularis : Tidak ada
d. Denyut Nadi : Teraba ( 88 x/i )
7. Integumen :
a. Kebersihan : Kurang bersih
b. Kehangatan : Hangat
c. Warna : Sawo matang
d. Turgor : elastis
e. Kelembaban : Lembab
f. Kelainan pada kulit : Tidak ada kelainan pada kulit
9. Thoraks :
a. Bentuk Thorax : Normal
b. Pemeriksaan paru :
Pola Napas : Irama teratur
Retraksi otot bantu napas : Tidak ada
Perkusi thorax : Somor
Suara pernapasan : Vesikuler
Taktil premitus : Normal
Keluhan alat bantu napas : Ya, 2 L / Menit, Jenis nasal
c. Pemeriksaan jantung :
Nyeri dada : Tidak ada
Irama jantung : Teratur
Pulsasi : Teraba
Bunyi Jantung : S1 dan S2 tunggal
10. Abdomen :
a. Betuk abdomn : Simetris
b. Benjolan / massa : Tidak ada
c. Spider Nevi : Tidak ada
d. Peristaltik Usus : 10 x/i
e. Nyeri tekan : Tidak ada
12. Muskuloskeletal/Ekstremitas :
a. Kesimetrisan otot : Simetris
b. Kekuatan Otot
ESD 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 SESD
ELD 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 ELS
16. Refleks
No. Jenis Refleks Kanan Kiri
1. Refleks Vesikuler
Bisep + +
Trisep + +
Archiles + +
Patelar + +
2. Patologis
Plantar - -
Babynsky - -
3.2 Diagnosa
a. Gangguaan perfusi jaringan serebral
b. Gangguaan mobilitas fisik
c. Defisit perawatan diri
3.3 Intervensi
3. Gangguan perfusi jaringan serebral
Intervensi :
f. Kaji status newrologis
g. Monitor tanda-tanda vital
h. Pertahankan posisi elevasi kepala 30˚
i. Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung
j. Kolaborasi dalam pemberian O2, cairan IV, periperal vasodilator,anti
hipertensi,antipiretik, dan diuretik osmotik.
Intervensi:
e. Kaji kemampuan dn tingkat penurunan dalam skala 0-4 untuk melakukan ADL
f. Hindari apa yang tidak dapat dilakukan klien dan bantu klien bila perlu
g. Bantu dalam pemenuhan ADL
h. Kolaborasi dengan fisioterapi
3.4 Implementasi
3.5 Evaluasi
Sedangkan diagnosa keperawatan gangguan mobilitas fisik belum terasi karena klien
Masih bedrest dan belum dapat dilakukan ROM, padahal kelemahan pasca stroke
memerlukan penanganan yang rutin dari dalam waktu yang relatif tidak singkat.
Bab 4
Pembahasan
4.1 Pengkajian
Aktifitas/istirahat
Gejala :
Tanda :
Sirkulasi
Gejala :
Tanda :
Hipertensi arterial
Nadi, frekuensi dapat berpariasi( karena ketidak stabilan fungsi jantung/kondisi jantung,obat-
obatan,efek stoke pada pusat vosomotor).disritmia perubahan EKG.
Integritas EGO
Gejala :
Tanda :
Emosi yang lebih dan ketidaksiapan untuk marah, sedih dan gembira kesulitan untuk
mengekpresikan diri.
Eliminasi
Gejala :
Makanan/cairan
Gejala:
Tanda:
Neurosensori
Gejala :
Sakit kepala; akan sangat berat dengan adanya perdayaan intra serebral atau subaraknoid.
Sentuhan :
Hilangnya rangsangan sensori kontra lateral(pada sisi tubuh yang berlawnan ekstemitas daan
kadang-kadang ipsilateral).
Tanda :
status mental/ tingkat kesadaaran; biaasanyaa terjadi koma pada tahap awal hemoragis;
ketidak sadaran biasanya akan tetap sadar jika penyebabnya adalah trombosis yang bersifat
alami.( gangguan tingkah laku seperti :letargi, apatis,menyerang); gangguan fungsi kognitif
(seperti peningkatan memori, pemecahan masalah). Ekstremitas, kelemahan/ paralisis( kontra
lateral pada semua jenis stroke) gangguan tidak sama, refleks tendon melemah secara kontra
lateral.
Nyeri/kelemahan
Gejala :
Tanda :
Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan pada otot fasia
Pernafasan
Gejala :
Tanda :
Keamanan
Tanda :
Motorik sensorik :masalah dengan penglihatan perubahan persepsi terhadaap orientasi tempat
tubuh (stroke kanan). Kesulitan untuk melihat objek dari sisi kiri( pada stroke kanan). Hilang
kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit. Tidak maampu mengenali objek, warna, kata
dan wajah yang pernah di kenalinya dengan baik. Gangguan respon terhadap panas-panas
dan dingin/ ganggun regulasi suhu tubuh.
Kesulitan dalam menekan, tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sendiri (mandiri).
Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan tidak sabar/ kurang
kesadaran diri (stroke).
Interaksi sosial
Tanda :
4.2 Diagnosa
4.3 Perencanaan
5.1 Kesimpulan
Setelelah melakukan asuhan keperawatan pada Tn.Y dengan gangguan sistem neurologi :
stroke haemoraegic di RSUP HAM Medan yang diabsorbsi dari tanggal 22 september 2011.
A. Pada pengkajian Tn.Y dengan gangguan sistem persyarafan yaitu stroke hemoragik data yang
muncul penulis sesuaikan dengan tanda dan gejala yang dirasakan atau yang tampak pada
Tn .Y diantaranya : Klien mengalami penurunan kesadaran apatis, bedrest , aktifitas dibantu
oleh keluarga dan perawat pemenuhan kebutuhan sehari hari ADL dilakukan diatas tempat
tidur, kekutatan otot.
ESD 5 1 ESS
ELD 5 1 ESL
ESD 5 1 ESS
ELD 5 1 ELS
3) Defisit perawatan diri b/d kelemahan lengan dan tungkai penurunan kesadaran d/d
klien tampak lemah, klien bedrest, kesadaran apatis gigi dan rambut tampak kotor.
C. Pada perencanaan asuhan keperawatan Tn. Y dibuat oleh penulis tidak jauh berbeda dengan
teoritis, baik mandiri maupun kolaborasi hanya perencnaan yan di buat oleh penulis dan di
sesuaikan dengan tiga ( 3 ) diagnosa yang di angkat.
D. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan tidak ada hambatan yang di teemui oleh penulis
baik itu kerja sama dengan klien dan keluarga serta fasilitas yang cukup memadai dan
mendukung perawatan.
E. Hasil evaluasi dan peaksanaan asuhan keperawatan yang telah di lakukan penulis di ketahui
bahwa masalah sebagian teratasi dan ada masalah yang belum teratasi.
5.2 Saran
A. Keluaraga / pasien
Diharapkan kepada pasien untuk menjaga pola hidup yang lebih sehat agar tidak
memperberat kondisi kesehatannya
Diharapkan kepada pasien agar mau mengontrol kesehatannya ke petugas kesehatan
walaupun kesehatannya sudah lebih membaik
Diharapkan kepada pasien dan keluarga agar mau mengikuti anjuran dokter dan
perawat yang ada di Rumah Sakit agar penyakit yang di derita pasien tidak terulang
kembali.
B. Rumah Sakit / Ruangan
Diharapkan agar lebih meningkatkan mutu pelayanan baik di RS maupun di ruangan
khususnya ruangan Neurologi di Bidang PROMKES ( PENKES ) begitu juga dari segi fasilitas
dan perawatan yang di berikan pada pasien neurologi
C. Instalasi
Lebih meningkatkan pengetahuan mahasiswa/I dalam melaksanakan asuhan keperawatan
sehingga tercipta perawat professional dengan memberikan kritik yang membangin bagi
mahasiswa/i keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Hudak & Gallo, 1987, Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik ( terjemahan ), Edisi VI, Volume II.
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Hand Out Kursus Keperawatan Neurologi, Fakultas Ilmu Keperawatan UI. Jakarta.
Linda Juall Carpenito, 1995, Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, EGC, Jakarta.
Sylvia A. Price, 1995. Patofiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.Edisi 4.Buku 1. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Lampiran :