Vous êtes sur la page 1sur 42

ASAM KARBOKSILAT DAN DERIVATNYA

 Pengertian Asam Karboksil


Mempunyai rumus umum: R – C – OH Asam alkanoat atau asam karboksilat merupakan
golongan senyawa karbon yang mempunyai Gugus fungsi : –COOH. Rumus umum :
CnH2nO2 atau CnH2n + 1COOH. Gugus karboksil adalah gugus pengenal bagi asam karboksilat
yang terbentuk dari alkana jika sebuah atom H diganti dengan gugusan karboksil –COOH.
Asam karboksilat juga dapat disebut dengan asam alkanoat. Sebagian besar suku-suku
golongan senyawa ini mempunyai nama-nama trivial maupun IUPAC. Asam karboksilat
alkil, terdiri dari empat sampai sepuluh atom karbon, adalah cairan atau padatan leleh rendah
memiliki bau yang sangat tidak menyenangkan. Asam karboksilat yang luas di alam, sering
dikombinasikan dengan kelompok fungsional lainnya.

 Penamaan / Tatanama Asam Karboksilat


Penamaan senyawa-senyawa asam alkanoat atau asam karboksilat ada dua cara yaitu :
1. Menurut IUPAC : mengikuti nama alkananya dengan menambahkan nama asam di
depannya dan mengganti akhiran “ ana “ pada alkana dengan akhiran “ anoat “ pada
asam Alkanoat.
2. Menurut Trivial, penamaan yang didasarkan dari sumber penghasilnya. Contoh:
Tabel Penamaan Asam Karboksilat
Rumus Struktur Nama IUPAC Nama Trivial Sumber
HCOOH Asam Metanoat Asam Format Semut (Formica)
CH3COOH Asam Etanoat Asam Asetat Cuka (Asetum)
C2H5COOH Asam Propanoat Asam Propionat Susu (Protospion)
CH3(CH2)COOH Asam Butanoat Asam Butirat Mentega (Butyrum)
CH3(CH2)3COOH Asam Rentanoat Asam Valerat Akar Valerian (Valere)
CH3(CH2)4COOH Asam Heksanoat Asam Kaproat Domba (Caper)

Untuk senyawa-senyawa asam alkanoat yang mempunyai rumus struktur bercabang


aturan penamaan IUPAC adalah sebagai berikut :
1. Tentukan rantai utama dengan memilih deretan C paling panjang dan mengandung
gugus fungsi –COOH, kemudian diberi nama seperti pada tabel di atas.
2. Penomoran atom C dimulai dari atom C gugus fungsi, sedang aturan selanjutnya sama
dengan yang berlaku pada senyawa-senyawa hidrokarbon.
Contoh :
CH3–CH2–CH (CH3)–COOH Asam 2, metil Butanoat

 Sifat Fisis dan Kimia Asam Karboksilat


Secara umum senyawa-senyawa asam alkanoat atau asam karboksilat mempunyai
sifat-sifat sebagai berikut :
1. Asam alkanoat yang mengandung C1 sampai C4 berbentuk cairan encer dan larut
sempurna dalam air
2. Asam alkanoat dengan atom C5 sampai C9 berbentuk cairan kental dan sedikit larut
dalam air
3. Asam alkanoat suku tinggi dengan C10 atau lebih berbentuk padatan yang sukar larut
dalam air.
4. Titik didih asam alkanoat lebih tinggi dibandingkan titik didih alkohol yang memiliki
jumlah atom C yang sama.
5. Asam alkanoat pada umumnya merupakan asam lemah. Semakin panjang rantai
karbonnya semakin lemah sifat asamnya. Contoh :
HCOOH Ka = 1,0 . 10–4
CH3COOH Ka = 1,8 . 10–5
CH3CH2COOH Ka = 1,3 . 10–5
6. Asam alkanoat dapat bereaksi dengan basa menghasilkan garam. Reaksi ini disebut
reaksi penetralan.
CH3COOH + NaOH -------------> CH3COONa + H2O Asam Etanoat Natrium
Etanoat
3. Asam alkanoat dapat bereaksi dengan alkohol menghasilkan senyawa ester. Reaksi ini
dikenal dengan reaksi esterifikasi.
CH3COOH + CH3–OH ------------------> CH3COOHCH3 + H2O
Asam Etanoat Metanol Metil Etanoat
CH3CH2COOH + CH3CH2–OH -------------> CH3CH2COOCH3 + H2O
Asam Propanoat Etanol Etil Propanoat

 Cara Pembuatan Asam Karboksilat


Asam karboksilat dapat dibuat dengan berbagai cara diantaranya adalah:
1. Oksidasi alkohol primer dan aldehida
Oksidator yang sering digunakan adalah kalium permanganat (KmnO4), asam
kromat (H2CrO4) atau asam nitrat. Khusus untuk aldehida sering digunakan Ag2O.
Persamaannya:

2. Oksidasi rantai samping aromatic


Yang dimaksud rantai samping aromatik adalah gugus alkil yang terikat pada
rantai aromatik. Oksidasi terhadap rantai samping aromatik tersebut terjadi karena
cincin aromatik adalah stabil. Beberapa contoh reaksinya:

3. Dari pereaksi Grignard dengan karbon dioksida


Pada bagian terdahulu telah dibahas adisi pereaksi Grignard terhadap gugus
karbonil aldehida atau keton. Reaksi pereaksi Grignard dengan karbondioksida
terjadi dengan mekanisme serupa pada aldehida (keton). Persamaan umumnya
dituliskan:
Senyawa hasil adalah asam karboksilat. Pereaksi Grignard merupakan pereaksi
yang penting untuk sintesis perpanjangan rantai karbon.

4. Hidrolisis sianida organik (nitril)


Alkil sianida dapat terhidrolisis dengan katalis asam atau basa membentuk asam
karboksilat. Dalam reaksi ini juga dibebaskan amoniak. Persamaan umumnya
dituliskan:

Mekanisme reaksinya adalah:

Biasanya alkil sianida dibuat dari alkil Halida dan natrium sianida. Salah satu
contoh
Derivat Asam Karboksilat
Derivat asam karboksilat merupakan turunan asam karboksilat, dimana ditinjau dari
strukturnya senyawa yang diperoleh dari hasil pergantian gugus –OH dalam rumus
struktur RCOOH oleh gugus –NH2, -OR, atau –OOCR. Dalam derivat asam karboksilat
ini lebih spesifik membahas halida asam, anhidrida asam, ester, amida, dan nitril. Semua
turunan asam karboksilat mempunyai gugus fungsi asil (RCO-) atau aroil (ArCO-) dan
bila dihidrolisis menghasilkan asam karboksilat. Oleh karena itu adanya gugus karbonik
menyebabkan turunan asam karboksilat bersifat polar, dan kepolaran ini yang
berpengaruh terhadap sifat-sifat yang ada pada turunan asam karboksilat.
Turunan asam karboksilat adalah senyawa yang apabila dihidrolisis akan
menghasilkan asam karboksilat. Beberapa turunan asam karboksilat dapat diperoleh
dengan cara mengganti gugus OH dari asam karboksilat dengan gugus-gugus lain.
Pada reaksi pembentukan turunan asam karboksilat di atas terjadi reaksi dimana
nukleofil (:Nu) menyerang atom karbon karbonil melalui pembentukan zat antara
tetrahedral.

Tipe reaksi ini sering menggunakan asam sebagai katalis. Dengan penambahan proton
aatau penambahan H+ pada atom oksigen dari gugus karbonil akan menyebabkan
karbon karbonil menjadi lebih mudah diserang oleh nukleofil (:Nu-H).
Pada mekanisme reaksi di atas kelihatan orbital atom karbon karbonil berubah orbital
sp2 menjadi sp3, kemudian setelah melepaskan H2O, kembali menjadi orbital sp2.
Meknisme seperti ini disebut6 melalui pembentukan zat antara tetrahedral

Asil Klorida
Asil klorida dapat dibuat dengan mereaksikan asam karboksilat dengan tionil
klorida (SOCL2), fosfor triklorida (PCl3) atau dengan fosfor pentaklorida, dengan
mengganti gugus OH pada asam karboksilat dengan gugus klorida (Cl).

Secara umum reaksi-reaksi pembuatan asil klorida dapat dituliskan sebagai


berikut:

Asil halida merupakan turunan asam karboksilat yang paling reaktuip. Senyawa ini
dapat bereaksi dengan bermacam-macam nukleofil. Beberapa contoh reaksinya
ditunjukkan di bawah ini :

1.Reaksi dengan air membentuk asam karboks


Reaksi 1) adalah hidrolis asil halida membentuk asam karboksilat kembali, sedangkan
reaksi 2) adalah sintesis ester melalui asil halida Metode ini sering digunakan karena
asil halida lebih reaktip dari pada asam karboksilat seperti dalam reaksi Fisher.
Adapun reaksi 3) adalah reaksi pembentukan amida.

Asil halida bila dihidrolisis akan menghasilkan asam karboksilat.

Penamaan senyawa asil halida diturunkan dari nama asam karboksilat di mana
gugus aslinya berasal; akhiran at pada asam karboksilat diganti dengan akhiran il
halida.

Anhidrida Asam
Anhidrida asam biasanya tidak dibuat langsung dari asam karboksilat, tetapi dibuat
dari turunan asam karboksilat yang lebih reaktip misalnya asil klorida direaksikan dengan
asam karboksilat.

Anhidrida asam lebih reaktip dari pada asam karboksilat. Oleh karena itu senyawa ini
sering digunakan untuk mensintesis senyawa lain misalnya keton, ester, amida.
Mekanisme reaksi asam anhidrida dengan nukleofil sama seperti pada asil halida,
hanya laju reaksinya lebih lambat. Anhidrida bila dihidrolisis akan menghasilkan
asam karboksilat. Laju reaksi berbanding langsung dengan kepekatan larutan
anhidrida di dalam air.

Ester
Ester diperoleh jika gugus –OH dari gugus karboksil diganti dengan –OR.
Beberapa senyawa ester beserta dengan namanya dicantumkan berikut ini:

Pada penamaan, gugus R dari OR disebut terlebih dahulu nama alkilnya kemudian
diikuti dengan nama asamnya. Senyawa ester umumnya memiliki bau dan rasa enak.

Beberapa diantaranya adalah:


Amida
Amida dapat dibuat dari turunan asam karboksilat sebagai bahan dasar, misalnya
ester, asil halida, anhidrida asam.

Reaksi Asam Klorida Dengan Amonium Atau Amina


Amonia dan amina sebagai nukleofil yang baik dapat bereaksi dengan asil
klorida menghasilkan senyawa amida yang dapat ditulis sebagai berikut:

HCl yang terjadi dapat bereaksi lebih lanjut dengan amonia atau amina
menghasilkan NH4Cl, R’NH3+Cl- .

Reaksi anhidrida asam dengan amonia atau amina


Amonia, amina primer dan amina sekunder dapat bereaksi dengan anhidrida asam
menghasilkan amida. Para reaksi ini yang umum digunakan adalah anhidrida asam asetat.
Asam asetat yang terjadi dapat bereaksi lebih lanjut dengan NH3 menghasilkan
CH3COO- NH4, CH3 COO-NH3R+ atau CH3COO- NH3R2+.

Contoh :

Tuliskan mekanisme reaksi pembuatan amida dari anhidrida asam asetat.

Reaksi ester dengan amonia atau amina


Sebagaimana reaksi-reaksi di atas, ester juga dapat bereaksi dengan amonia atau
amida, walaupun reaksi ini berjalan lebih lambat dibandingkan dengan reaksi-reaksi di
atas. Secara umum reaksi pembuatan amida dari ester ditulis sebagai berikut:

 Penggunaan Derivat Asam Karboksilat dalam Sintesis


Derivat asam karboksilat bersifat dapat diubah satu menjadi yang lain secara sintetik.
Yang paling sempurna dari turunan asma karboksilat yakni halida asam dan anhidrida,
karena keduanya lebih reaktif daripada senyawa karbonil lain.
a) Halida asam dan anhidrida dapat digunakan untuk mensintesis ester yang terintangi

b) Ester berguna dalam sintesis alkohol dan bahan awal yang berharga dalam mensintesis
molekul rumit.

c) Sintesis nitril untuk memperpanjang rantai karbon alifatik dengan satu rantai lagi, atau
untuk menambahkan suatu gugus karboksil atau suatu gugus NH2.
ALKOHOL DAN DERIVATNYA

 Definisi Alkohol
Alkohol adalah senyawa yang molekulnya memiliki suatu gugus hidroksil (-OH), yang
terikat pada suatu atom karbon jenuh. Atom karbon jenuh adalah atom karbon dari suatu
gugus alkil yang sederhana, dari gugus alkenil atau gugus alkunil atau dapat pula berupa
suatu atom karbon jenuh dari suatu cincin benzena.

Nama Struktur Asal


Metanol CH3OH Hidroksil berikatan dengan
alkil sederhana
2-Propenol (alil alkohol) CH2 CHCH2OH Hodroksil berikatan dengan
alkenil
Benzil alkohol Hidroksil berikatan dengan
cincin benzena
CH2OH

 Tata Nama Alkohol


- Nama IUPAC
Nama alcohol diambil dari nama alkana induknya, tetapi dengan akhiran –ol.
Pemberian angka rantai dipilih yang terdekat dengan gugus atom.
OH

CH3OH CH3CH2CH2OH CH3CHCH

Metanol 1-propanol 2-propanol

Bila terdapat lebih dari satu gugus hidroksil, digunakan penanda di, tri dan seterusnya,
tepat setelah akhiran –ol. Akhiran “a” pada alkana tetap iduknya tetap, baru diberi
konsonan “d” dari akhiran –diol.
OH

CH3CHCH2OH

1, 3-butanadiol

Sering gugus hidroksil dijumpai dalam molekul yang mengandung gugus


fungsi onal lain. Dalam system IUPAC, penomoran dan akhiran dalam nama senyawa
multifungsional ditettukan oleh prioritas tata nama. Berikut prioritasnya:
O O

R, X C C OH C CH CO2H

Prioritas tata nama meningkat

Asam karboksilat, aldehida dan keton mempunyai prioritas tata nama lebih
tinggi dari hidroksil, Gugus OH yang mempunyai prioritas lebih rendah diberi nama
dengan awalan hidroksi-, seperti nampah pada contoh:
O

HOCH2CH2CH

3-hidroksipropanal

Jika suatu hidroksil berada bersama dengan gugus yang mempunyai prioritas
penamaan lebih rendah, seperti ikatan rangkap 2, maka OH memperoleh nomor
awalan terandah dan diberi akhiran –ol. Seperti tampak pada contoh:
CH2 CHCH2CH2OH

3-buten-1-ol

- Nama Trivial
Sama seperti CH3Cl dapat disebut metal kloride, maka CH3OH disebut metal
alhohol. Nama ini adalah nama popular untuk menamai alcohol dengan gugus alkil
sederhana.

(CH3)3COH (CH3)2CHOH

t-butil alcohol isopropyl alkohol

 Sifat Fisis Alkohol


o Titik Didih
Pada kerangka karbon yang sama titik didih alkohol tebih tinggi dibanding
alkil halida, karena mempunyai ikatan hidrogen.

Alkohol Titik didih 0C Kloroalkana Titik didih 0C


CH3OH 64.5 CH3Cl -24
CH3CH2OH 78.3 CH3CH2 Cl 13
CH3CH2 CH2OH 97.2 CH3CH2CH2Cl 46
o Kelarutan dalam Air
Disebabkan adanya ikatan hydrogen antara alcohol dengan air. Bagian
hirokarbon suatu alcohol bersifat hidrofob, sehingga makin panjang bagian
hodrokarkon suatu alcohol maka semakin rendah kelarutannya. Percabangan
meningkatkan kelarutan air. Alkohol rantai pendek (metanol, etanol) larut dalam
air (=polar)

 Pembagian Alkohol
o Alkohol primer
yaitu alkohol yang gugus –OH nya terletak pada C primer yang terikat
langsung pada satu atom karbon yang lain
 contohnya : CH3 – CH2 – CH2 – CH2 – OH
 (n. butanol)
o Alkohol sekunder
 yaitu alkohol yang gugus -OH nya terletak pada atom C sekunder yang terikat
pada dua atom C yang lain.
 contohnya : CH3 – CH2 – CH – CH3

OH
(2. butanol)
o Alkohol tersier
adalah alkohol yang gugus –OH nya terletak pada atom C tersier yang terikat
langsung pada tiga atom C yang lain.
contohnya: CH3
|
CH3 – C – CH3
|
OH
(2 Metil 2 Propanol)
Penggolongan didasarkan pada derajat substitusi dari atom karbon yang
langsung mengikat gugus hidroksil

Alkohol Berdasarkan Jumlah Gugus OH

a) Alkohol monovalen adalah alkohol yang hanya mempunyai satu gugus


fungsional –OH. Contoh :Etanol,Propanol
CH3–CH2–OH CH3–CH2–CH2–OH
Etanol Propanol
b) Alkohol polivalen adalah jenis senyawa alkohol yang mempunyai gugus
fungsional lebih dari satu (bivalen dan trivalent). Contoh: Etandiol
,Propantriol (gliserol), manitol dan glukosa
- Alkohol bivalen adalah alkohol yang memiliki 2 gugusan -OH
Contoh: 1,2 etandiol dan 1,2 propandiol
- Alkohol trivalent adalah alkohol yang memiliki 3 gugusan -OH
Contoh:

1,2,3, Propantriol

Manitol

 Pembuatan Alkohol
Ada 4 reaksi dalam pembuatan alkohol yaitu:
a. Reaksi substitusi nukleofilik
b. Reaksi Grignard
c. Reduksi senyawa karbonil
d. Hidrasi alkena
a. Reaksi substitusi nukleofilik

Reaksi antara alkil halida dan ion hidroksida. substitusi nukleofilik adalah
suatu kelompok dasar reaksi substitusi, dimana sebuah nukleofil yang "kaya"
elektron, secara selektif berikatan dengan atau menyerang muatan positif dari sebuah
gugus kimia atau atom yang disebut gugus lepas (leaving group).

Bentuk umum reaksi ini adalah

Nu: + R-X → R-Nu + X:


Dengan Nu menandakan nukleofil, : menandakan pasangan elektron, serta R-
X menandakan substrat dengan gugus pergi X. Pada reaksi tersebut, pasangan
elektron dari nukleofil menyerang substrat membentuk ikatan baru, sementara gugus
pergi melepaskan diri bersama dengan sepasang elektron. Produk utamanya adalah R-
Nu. Nukleofil dapat memiliki muatan listrik negatif ataupun netral, sedangkan
substrat biasanya netral atau bermuatan positif.

Contoh substitusi nukleofilik adalah hidrolisis alkil bromida, R-Br, pada


kondisi basa, dimana nukleofilnya adalah OH− dan gugus perginya adalah Br-.

R-Br + OH− → R-OH + Br−

b. Reaksi Grignard
Reaksi ini sangat baik untuk membuat alkohol yang berkerangka karbon
rumit. Reagensia grignard adalah produk reaksi radikal-bebas antara logam
magnesium dan suatu senyawa organohalogen dalam suatu pelarut eter. Suatu
reaksi grignard:

1. Dengan formaldehida menghasilkan suatu alkohol primer


2. Dengan aldehida lain menghasilkan suatu alkohol sekunder
3. Dengan keton menghasilkan suatu alkohol tersier

Reaksi Grignard ditemukan oleh kimiawan Perancis Auguste Victor


Grignard (1871-1935) di tahun 1901. Tahap awal reaksi adalah reaksi
pembentukan metilmagnesium iodida, reagen Grignard, dari reaksi antara alkil
halida (metil iodida dalam contoh di bawah ini) dan magnesium dalam dietil
eter kering.

CH3I + Mg –> CH3MgI

Magnesium terikat langsung dengan karbon. Senyawa semacam ini


yang sering disebut sebagai reagen Grignard dengan ikatan C-logam
dimasukkan dalam golongan senyawa organologam. Ikatan C-logam sangat
labil dan mudah menghasilkan kabanion seperti CH3- setelah putusnya ikatan
logam-karbon. Ion karbanion cenderung menyerang atom karbom bermuatan
positif. Telah dikenal luas bahwa atom karbon gugus aldehida atau gugus
keton bermuatan positif karena berikatan dengan atom oksigen yang
elektronegatif. Atom karbon ini akan diserang oleh karbanion menghasilkan
adduct yang akan menghasilkan alkohol sekunder dari aldehida atau alkohol
terseir dari keton setelah hidrolisis.

C6H5CHO + CH3MgI –> C6H5CH(CH3)OMgI

benzaldehida

C6H5CH(CH3)OMgI + HCl –> C6H5CH(CH3)OH + MgClI

1-fenilletanol

C6H5COC2H5 + CH3MgI –> C6H5CH(CH3)(C2H5) OMgI


propiofenon

C6H5CH(CH3)(C2H5)OMgI + HCl –> C6H5CH(CH3)(C2H5)OH + MgClI


2-fenil-2-butanol

Reaksi Grignard adalah contoh reaksi senyawa oragnologam. Karena


berbagai jenis aldehida dan keton mudah didapat, berbagai senyawa organik
dapat disintesis dengan bantuan reaksi Grignard.
c. Reduksi senyawa karbonil

Dibuat dari senyawa karbonil dengan reaksi reduksi, dimana atom-atom


hidrogen ditambahkan kepada gugus karbonilnya.

d. Hidrasi alkena

Etanol dibuat dalam skala produksi dengan cara mereaksikan etena dengan
uap air. Reaksi ini dapat balik (reversible).

Hanya 5% dari etena yang diubah menjadi etanol pada setiap kali dilewatkan
ke dalam reaktor. Dengan mengeluarkan etanol dari campuran kesetimbangan dan
dengan mendaur ulang etena, maka jumlah yang bisa diubah menjadi etanol bisa
mencapai 95%.

o Reaksi Substitusi Alkohol


Reaksi substitusi pada alkohol tidak terjadi dalam suatu larutan netral atau basa.

CH3CH2-OH + -Br tidak ada reaksi


OH adalah gugus pergi yang jelek

Berbeda ketika berada pada larutan asam, pada larutan asam alcohol dapat
mengalami reaksi substitusi.
H2SO4 + kalor
CH3CH2CH3CH2-OH + H-Br CH3CH2CH2CH2-Br + H2O
butanol + Asam Bromida  bromobutana + air

o Reaksi Eliminasi Alkohol


Reaksi eliminasi pada alcohol menghasilkan suatu alkena dan air yang dilepaskan
dalam rekasi ini, karena itu reaksi ini juga disebut reaksi dehidrasi.

primer sekunder tersier

makin mudah dehidrasi

Tersier
(CH3)3COH (CH3)2C=CH2 + H2O
t-butil alcohol metilpropena (isobutilena)

Sekunder
(CH3)2CHOH CH3CH=CH2 + H2O
2-propanol propena (propilena)

Primer
CH3CH2OH CH2=CH2+ H2O
etanol etena (etilena)

o Reaksi Oksidasi Alkohol


~ Alkohol primer
Reaksi yang terjadi pada tahap 2

Alkohol primer dioksidasi aldehid (jika dioksidasi lagi) asam


karboksilat

~ Alkohol Sekunder

~ Alkohol tersier
Jika diperhatikan pada alk primer dan skunder, agen pengoksidasi
melepaskan hidrogen dari gugus -OH, dan sebuah atom hidrogen dari atom
karbon terikat pada gugus -OH. Alkohol tersier tidak memiliki sebuah atom
hidrogen yang terikat pada atom karbon tersebut.

 Derivat Alkohol dan Alkohol Penting lainnya


a) Fenol

Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak
berwarna yang memiliki bau khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH dan
strukturnya memiliki gugus hidroksil (-OH) yang berikatan dengan cincin
fenil. Kata fenol juga merujuk pada beberapa zat yang memiliki cincin
aromatik yang berikatan dengan gugus hidroksil.
Fenol dapat diproduksi dengan beberapa cara, salah satunya dengan
proses oksidasi dari isopropylbenzene melalui Reaksi Hock. Raksi Hock
adalah pembuatan fenol dan aseton dari benzene dan propylene.
C6H5CH(CH3)2 + O2 → (CH3)2CO + C6H5OH

Benzene + Propylene + Oksigen  Aceton + Fenol


Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih asam.
Hal ini dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, di mana fenol
dapat melepaskan H+. Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak
dapat bereaksi seperti itu. Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan orbital antara
satu-satunya pasangan oksigen dan sistem aromatik, yang mendelokalisasi
beban negatif melalui cincin tersebut dan menstabilkan anionnya.
Fenol dapat digunakan sebagai antiseptik seperti yang digunakan Fenol
merupakan komponen utama pada anstiseptik dagang, triklorofenol atau dikenal
sebagai TCP (trichlorophenol). Fenol juga merupakan bagian komposisi
beberapa anestitika oral, misalnya semprotan kloraseptik. Fenol berfungsi dalam
pembuatan obat-obatan (bagian dari produksi aspirin, pembasmi rumput liar,
dan lainnya.

b) Benzyl Alcohols
Benzyl aklohol adalah senyawa organic dengan rumus molekul
C6H5CH2OH. Benzyl alcohol adalah senyawa berbentuk cair yang tidak
bewarna dengan aroma yang menyenangkan.
Benzyl alcohol dihasilkan secara alami oleh tanaman , paling banyak
ditemukan dalam buah dan bunga , serta teh. Selain itu juga ditemukan dalam
berbagai macam essensial oil seperti pada melati.
Benzyl akohol dibuat dari reaksi hidrolisis antara benzyl klorida dengan
Natrium Hidroksida

C6H5CH2Cl + NaOH → C6H5CH2OH + NaCl


Benzyl Klorida + Natrium Hidroksida  Benzyl Alkohol dan Natrium Klorida

c) Stearyl Alkohol
Stearyl alcohol adalah suatu zat yang dibentuk dari stearic acid yang
dihidrogenasi. Stearyl alcohol adalah Lemak alcohol. Stearyl alcohol ini
biasanya digunakan sebagai surfaktan untuk shampoo, bahan untuk membuat
sunblock, dan kosmetik lainnya. Mempunyai bentuk padatan putih yang larut
dalam air
ETER DAN DERIVATNYA
 Definisi
Eter berbeda dari alkohol, dimana atom oksigen dari suatu eter terikat pada dua atom
karbon dan gugus hidrokarbon dapat berupa alkil, alkenil, vinil, atau aril. Eter memiliki
rumus umum R-O-R atau R-O-R’ dimana R’ adalah gugus alkil yang berbeda dari gugus R.
Eter sama dengan air dimana kedua atom hidrogen diganti dengan gugus alkil.
Eter memiliki dua macam betuk yaitu eter rantai terbuka dan eter berbentuk siklik.

Ikatan terhadap oksigen dalam eter adalah analog dengan ikatan dalam air. Dalam setiap
keadaan, oksigen terhibridisasi sp3 dan mempunyai 2 pasang elektron valensi bebas.

 Sifat-Sifat Eter
Eter tidak memiliki gugus hidroksil dari alkohol . Tanpa ikatan terpolarisasi H O-kuat,
eter molekul tidak dapat terlibat dalam ikatan hidrogen dengan satu sama lain. Eter memiliki
nonbonding elektron pasang di atom oksigen mereka, bagaimanapun, dan mereka dapat
membentuk ikatan hidrogen dengan molekul lain (alkohol, amina , dll) yang memiliki O-H
atau ikatan N-H . Kemampuan untuk membentuk ikatan hidrogen dengan senyawa lain
membuat eter sangat baik. pelarut untuk berbagai senyawa organik dan sejumlah besar
mengherankan dari senyawa anorganik .

Karena molekul eter tidak dapat terlibat dalam ikatan hidrogen dengan satu sama lain,
mereka jauh lebih rendah. titik didih daripada alkohol dengan sama berat molekul . Misalnya,
titik didih dietil eter (C 4 H 10 O, molekul berat [MW] 74) adalah 35 ° C (95 ° F), tetapi titik
didih 1-butanol (atau n - butil alkohol ; C 4 H 10 O, 74 MW) adalah 118 ° C (244 ° F). Pada
kenyataannya, titik didih eter ini lebih dekat dengan mereka yang alkana dengan berat
molekul yang sama; titik didih pentana (C 5 H 12, 72 MW) adalah 36 ° C (97 ° F), dekat
dengan titik didih dietil eter.

Eter molekul tidak dapat membentuk ikatan hidrogen antara satu sama lain, sehingga
yang relatif rendah titik didih dibandingkan dengan analog dari alkohol . Bedanya, namun
pada titik didih eter dan alkohol isometrik mereka menjadi lebih tinggi sebagai rantai karbon
menjadi lebih lama, karena van der Waals interaksi dari rantai karbon diperpanjang
mendominasi kehadiran ikatan hidrogen.
Eter sedikit polar, sebagai ikatan COC sudut pada kelompok fungsional adalah sekitar
110 derajat, dan CO dipol tidak membatalkan keluar. Eter lebih polar dari alkena tetapi tidak
polar seperti alkohol, ester, atau amida struktur sebanding. Namun, kehadiran dua pasangan
elektron mandiri pada atom oksigen membuat ikatan hidrogen dengan molekul air mungkin.
eter siklik seperti tetrahidrofuran dan 1,4-dioksan yang larut dalam air karena atom oksigen
lebih terbuka untuk ikatan hidrogen dibandingkan dengan alifatik eter.

Sifat fisik Eter


(1) menyatakan Fisik: Metoksi metana dan etana metoksi adalah gas-gas sementara anggota
lainnya cair mudah menguap dengan bau yang menyenangkan.
(2) saat Dipole (DM): Obligasi sudut eter adalah karena hibridisasi atom oksigen. Karena C -
ikatan O adalah ikatan polar, maka eter memiliki momen dipol bersih, bahkan jika mereka
simetris. momen dipol dimetil eter adalah 1,3 D dan momen dipol eter etil di adalah 1,18 D.
• Sudut ikatan yang lebih besar mungkin karena interaksi menjijikkan yang lebih besar antara
kelompok-kelompok alkil bulkier lebih kecil dibandingkan dengan atom H-dalam air.
(3) titik didih: titik didih dari eter jauh lebih rendah daripada alkohol isomerik, tetapi dekat
dengan alkana memiliki massa sebanding. This is due to the absence of hydrogen bonding in
ethers. Hal ini disebabkan tidak adanya ikatan hidrogen dalam eter.
(4) Kelarutan: kelarutan eter dalam air adalah sebanding dengan orang-orang dari alkohol.

Contoh: etil eter dan Di-butil alkohol n memiliki sekitar kelarutan yang sama dalam air. Hal
ini karena, ikatan hidrogen eter formulir dengan banyak air dalam cara yang sama seperti
alkohol lakukan dengan air.

Kelarutan eter dalam air berkurang dengan ukuran kelompok alkil.

o Sifat fisik eter


- Suku pertama dan kedua ( metoksi merana & etorsi etana ) pada suhu kamar berupa
gas. Sedangkan suhu lainnya berupa cairan eter yang dimulai dengan ( C 17 H35 )2 O
berupa padatan.
- Berbau sedap dan sukar larut dalam air.
- Sangat mudah terbakar.
- Titik didihnya lebih rendah dibandingkan dengan alkohol dengan jumlah atom C yang
sama. Hal ini disebabkan pada eter tidak ada ikatan hidrogen, sedangkan pada alkohol
pada ikatan hidrogen ( - OH ).
- Tidak dapat bereaksi dengan logam Na dan PCl2 serta PCl5 (dalam suasana dingin).
Sifat ini juga yang membedakan antara eter dengan alkohol.
o Sifat kimia eter
1. Mudah terbakar dan menghasilkan CO2 dan H2O
2. Eter tak dapat bereaksi dengan Na
3. Eter bereaksi dengan PX3, tapi tidak menghasilkan HX
4. R-O-R’ + HI terbatas –> R-OH + R’-I (R terpanjang membentuk alkohol)
R-O-R’ + HI berlebih –> R-I + R’-I + H2O

 Tata Nama Eter


Penamaan senyawa alkoksi alkana dilakukan dengan menetapkan rantai utama
yaitu yang terpanjang dan mengandung gugus OR. Selanjutnya memberikan nomor
pada rantai utama dimulai dari atom C yang mengandung gugus fungsi dan akhiri
dengan nomor dan nama cabang dan nama alkoksialkananya, cara ini mengikuti
aturan IUPAC.
Penamaan lain juga dapat dilakukan dengan menyebutkan kedua gugus alkil
yang mengapit atom Oksigen dan dilanjutkan dengan penambahan nama eter.
Untuk mempermudah dalam pemberian panamaan, baik menurut IUPAC
maupun nama lainnya kita ambil contoh untuk senyawa CH3-O-CH2-CH2-CH3.
Tahapan penamaan ditampilkan pada Bagan 12.51.
Bagan 12.51. Penamaan senyawa alkoksi alkana menurut IUPAC dan cara
lainnya

Rumus Struktur Eter Nama IUPAC Nama Trivial

CH3–CH2–O–CH2–CH3 Etoksi etana Dietil eter /

etil etil eter

CH3–O–CH2–CH2–CH3 Metoksi propana Metil propil eter

CH3–CH2–O–CH2–CH2–CH3 Etoksi propana Etil propil eter

IV. PEMBUATAN ETER


Dietil eter sering digunakan sebagai pelarut dan telah dipakai sebagai anestetik.
Dalam dunia industri, dietil eter dibuat dari etanol
H2SO4
2CH3CH2OH 140O CH3CH2 O CH2CH3 + H2O
Dietil
eter
Di laboratorium, sintetis yang sering digunakan untuk pembuatan eter adalah sintesis
eter Williamson. Sintesis eter Williamson merupakan suatu reaksi antara alkil halida dengan
suatu Alkoksida (RO-) atau fenoksida (ArO-), reaksi dari sintesis ini adalah reaksi SN2.

R’= CH3 atau


RO- + R’X primer
SN ROR’ + X
2
R = CH3, primer, sekunder, tersier atau
aril
Rendemen terbaik diperoleh bila alkil halida itu metal atau primer (alkil halide
sekunder atau tersier akan menghasilkan alkena, sedangkan aritl dan vinil halide tidak
bereaksi dengan SN2). Alkoksida untuk sintesis Williamson mempunyai persyaratan yang
lebih longgar. Alkoksida itu dapat metil, primer, sekunder, tersier maupun alilik. Biasanya
digunakan natrium atau kalium alkoksida atau fenoksida.
Sintesis dialkil eter:
CH3O- + CH3CH2CH2 Cl SN CH3OCH2CH2CH3 + Cl-
2
ion 1-kloropropana metil propil eter
metoksida SN
CH3CH2CH2O- + CH3I CH3OCH2CH2CH3 + I-
2
ion propoksida iodometana metil propil eter
SN
(CH3)3CO- + CH3I (CH3)3COCH3 + I-
2

ion t- t-butil metil eter


butoksida
Tetapi tidak CH3 O- + (CH3)3Cl

Sintesis alkil aril eter:


O- + CH3CH2Br SN CH3CH2O + Br-
bromoetana 2 etil fenil eter

Tetapi tidak CH3CH2O- + Br-

V. REAKSI SUBSTITUSI PADA ETER

Eter mengalami reaksi autooksidasi, namun tidak mengalami reduksi dan tidak
bereaksi dengan basa. Eter dapat mengalami reaksi dengan cara substitusi. Eter dapat
bereaksi substitusi bila direaksikan dengan asam kuat pada suhu tinggi dengan HI atau HBr
dengan HF dan HCl reaksi tidak akan terjadi. Reaksi substitusi ini akan menghasilkan alkohol
dan alkil halide.
Substitusi eter melalui serangan nukleofilik, dimana substitusi nukleofilik merupakan
suatu kelompok reaksi dari reaksi subtitusi di nama nukleofil yang mengandung banyak
elektron atau kaya elektron secara selektif berikatan dengan muatan positif dari gugus kimia
atau atom yang disebut gugus lepas.
Tahap pertama yang terjadi adalah protonasi oksigen, protonasi diperlukan karena RO
bukan gugus pergi yang baik. Selanjutnya melalui reaksi SN1 dan SN2. SN1 terjadi pada eter
tersier,benzilik, dan alilik sedangkan reaksi SN2 terjadi pada eter primer. Dari substitusi akan
dihasilkan alkil halida dan alkohol.

Reaksi SN1
1. Protonasi oksigen oleh asam kuat dimana ion 𝐻 + akan berikatan dengan oksigen
2. Pemutusan reaksi terjadi melalui substitusi nukleofilik dari ion halide
3. Terbentuk alkil halida dan alkohol

Untuk reaksi SN1, bentuk alkil halida dari fragmen molekul asli yang membentuk kation
lebih stabil. Perlu diketahui bahwa jika ionisasi asli dari eter,etil t-butil membentuk ion t-
butoksida dan karbokation etil, ini akan menjadi pengaturan kurang stabil(Ingat, urutan
stabilitas karbokation adalah 3 °> 2 °> 1 °.)

Reaksi SN2
Reaksi SN2 terjadi pada eter primer dan mekanismenya:
1. Protonasi oksigen oleh asam kuat dimana ion 𝐻 + akan berikatan dengan oksigen
2. Ion halida akan menyerang eter yang terprotonasi pada sisi yang kurang tersubstitusi (less
hindered) dan halangan sferiknya lebih kecil karena pada bagian ini ikatan lebih mudah
dipatahkan oleh substitusi nukleofilik sehingga energi potensial yang diperlukan untuk
memutus ikatan lebih kecil.
3. Terbentuk alkil halida dan alkohol
 Pemaksapisahan Katalis Basa
- Epoksida mengadakan reaksi substitusi lebih mudah dalam larutan asam atau basa
- Epoksida sendiri yang mengalami penyerangan nukleofilik pada cincin karbon dan
menggantikan oksigen sehingga cincin akan terbuka
- Epoksida tidak terprotonasi tapi terjadi nukleofilik sehingga memerlukan nukleofilik
yang lebih kuat (lebih basa) seperti alkoksida, hidroksida, fenoksida, amonia, dll.

Reaksi Umum dalam basa :

berikut ini contoh tahapan- tahapan antara etilena oksida dengan ion hidroksida (NaOH
atau KOH dalam air) dan etilena oksida dengan amonia

- Pada pemaksapisahan katalis basa pereaksi nukleofil akan menyerang C yang lebih
sedikit tersubstitusi (kurang terhalang)
Contoh
- Oksiran yang disebut juga epoksida adalah suatu eter cincin dengan tiga anggota di
mana pada cincinnya tersebut ada dua karbon dan satu oksigen. Apabila pada kedua
atom karbonnya mengandung bermacam-macam substitusi, maka asa isomer cis dan
trans.

o Reaksi dengan asam


Epoksida mengadakan reaksi substitusi lebih mudah dalam larutan asam atau basa.
Reaksi substitusi terjadi dengan terbukanya cincin dan hasil yang terbentu akan lebih
stabil daripada epoksida semula.

- Epoksida eter dalam reaksi asam


Dalam larutan asam, oksigen mula-mula diberi proton; kemudian reaksi berjalan
seperti pada larutan basa.

 Eter Mahkota
Eter mahkota adalah eter siklik yang strukturnya terdiri ari satuan berulang –OCH2
CH2- yang diturunkan dari 1,2 etanadiol. Tatanam dari senyawa ini adalah x-crown-y dimana
x=jumlah total atom dalam cincin dan y=banyaknya atom oksigen dalam cincin.
O(H)
OH OH CH2
CH2-CH2 dalam bentuk siklik CH2
1,2 etanadiol (OH)

Maka, bentuk eter mahkota adalah sebagai berikut

O
O O

O O
O

18-crown-6
Eter mahkota mengikat beberapa kation tertentu dengan kuat, membentuk kompleks.
Atom-atom oksigen yang berada pada interior cincin berkoordinasi dengan kation, sedangkan
eksterior cincin tersebut bersifat hidrofobik. Hasilnya adalah, kation tersebut akan
membentuk garam yang larut dalam pelarut nonpolar. Oleh karena itu, mahkota eter sangat
berguna dalam katalisis transfer fase. Kedentatan polieter ini mempengaruhi afinitas eter
mahkota terhadap beberapa kation. Sebagai contoh, 18-mahkota-6 memiliki afinitas yang
kuat dengan kation kalium, 15-mahkota-5 dengan kation natrium, dan 12-mahkota-4 dengan
kation litium. Afinitas 18-kation-6 yang kuat terhadap ion kalium mempengaruhi sifat-sifat
racunnya.
Selain afinitas yang tinggi terhadap kation kalium, 18-mahkota-6 juga dapat mengikat
amina terprotonasi dan membentuk kompleks yang sangat stabil pada fase gas maupun pada
larutan. Beberapa asam amino, seperti lisina, mengandung amina primer pada kedua sisi
rantai. Gugus amino yang terprotonasi ini dapat mengikat 18-mahkota-6 dan membentuk
kompleks yang stabil pada fase gas. Ikatan hidrogen terbentuk antara tiga atom hidrogen
amina dengan tiga atom oksigen 18-mahkota-6. Ikatan hidrogen ini menjadikan kompleks ini
sebagai aduk yang stabil.
Struktur eter mahkota yang umum: 12-mahkota-4, 15-mahkota-5, 18-mahkota-6, dibenzo-18-
mahkota-6, and diaza-18-mahkota-6

"Aza-mahkota" adalah eter mahkota dengan atom oksigennya yang digantikan dengan gugus
amina.

a) senyawa sintetis eter dibenzo-18- mahkota -6.


(b) senyawa alam: valinomisin (antibiotik)
Penutupan cincin untuk membentuk eter mahkota mudah dicapai jika ion logam
berada dalam bentuk larutan. Penyepitan kaan terjadi sebelum cincin tertutup sehingga kedua
ujung tersebut dapat dengan mudah saling bertemu.
Suatu senyawa ionik dimana ion logam disepit oleh suatu eter mahkota akan sangat
mudah larut dalam pelarut non polar. Misalnya benzena ungu. Suatu reagensia yang terbentuk
dari ikatan kompleks antara KMnO4 dengan 18-crown-6 sangat mudah larut dalam benzena.
Keuntungan dari pembentukan senyawa eter mahkota ini adalah dapat bereaksi
dengan suatu senyawa organik yang tak larut dalam air. Selain itu senyawa eter mahkota
dapat meningkatkan mikleofilitas suatu anion dalam pelarut non polar sehingga dapat
meningkatkan laju reaksi substitusi senyawa tertentu. Misalnya CH3CN, suatu pelarut polar
yang tidak dapat melarutkan senyawa ionik. Tanpa eter mahkota keefektifitasannya hanya
5%, sedangkan dengan eter mahkota 18-crown-6 keefektifitasannya dapat mencapai 100%.

 Derivat Eter
o Tetrahidrofuran
Tetrahidrofuran atau dikenal sebagai THF, adalah senyawa organik heterosiklik
dengan rumus kimia (CH2)4O). Ia berupa cairan berviskositas rendah dan memiliki
aroma seperti dietil eter. Ia termasuk dalam molekul eter yang paling polar. THF
adalah analog yang terhidrogenasi dari senyawa aromatik furan.
Sifat-sifat pelarut
THF adalah pelarut aprotik dengan tetapan dielektrik 7,6. Ia memiliki kepolaran yang
sedang dan melarutkan berbagai macam senyawa nonpolar maupun polar.
Dietil eter sering digantikan oleh THF ketika diperlukan pelarut bertitik didih lebih
tinggi. Oleh karena itu, seperti dietil eter, ia sering digunakan dalam hidroborasi untuk
sintesis alkohol primer. Kedua eter tersebut memiliki atom oksigen yang dapat
berkoordinasi dengan atom boron yang kekurangan elektron membentuk aduk. Selain
itu, THF dan dietil eter juga sering digunakan sebagai pelarut reagen Grignard karena
atom oksigen pelarut dapat berkoordinasi dengan ion magnesium dari reagen
Grignard. Atom oksigen pada THF dan dietil eter juga tidak memiliki hidrogen asam
yang dapat mengalami reaksi asam-basa dengan reagen Grignard. 2-
metiltetrahidrofuran merupakan alternatif THF yang populer, ia memiliki sifat yang
sama dengan THF, namun memiliki titik leleh yang lebih rendah (digunakan untuk
reaksi bertemperatur rendah) dan titik didih yang lebih tinggi (digunakan untuk
retensi pelarut pada refluks).
THF sering digunakan dalam ilmu polimer. Ia dapat digunakan untuk melarutkan
karet sebelum dilakukan penentuan massa molekul menggunakan kromatografi
permeasi gel. THF juga melarutkan PVC.
THF dapat dipolimerisasikan menggunakan asam kuat, menghasilkan polimer linear
yang disebut poli(tetrametilena eter) glikol (PTMEG), juga dikenal sebagai PTMO,
politetrametilena oksida. Kegunaan utama dari polimer ini adalah untuk membuat
serat poliuretana elastomerik seperti Spandex

Pembuatan

THF dapat disintesis dari hidrogenasi katalitik furan.


Proses pembuatan THF dalam industri menggunakan dehidrasi 1,4-butanadiol dengan
katalis asam. Du Pont mengembangkan proses produksi THF dengan mengoksidasi n-
butana menjadi maleat anhidrida kasar, diikuti dengan hidrogenasi maleat anhidrida
menjadi THF.
THF cenderung membentuk peroksida jika disimpan dalam udara. Oleh karena itu
THF tidak boleh didistilasi sampai kering, yang dapat meninggalkan residu peroksida
yang mudaj meledak. THF komersial sering memakai BHT untuk mencegah
pembentukan peroksida

o Dietil eter, yang juga dikenal sebagai eter dan etoksi etana, adalah cairan mudah
terbakar yang jernih, tak berwarna, dan bertitik didih rendah serta berbau khas.
Anggota paling umum dari kelompok campuran kimiawi yang secara umum dikenal
sebagai eter ini merupakan sebuah isomernya butanol. Berformula CH3-CH2-O-CH2-
CH3, dietil eter digunakan sebagai pelarut biasa dan telah digunakan sebagai anestesi
umum. Eter dapat dilarutkan dengan menghemat di dalam air (6.9 g/100 mL).
Dietil eter merupakan sebuah pelarut laboratorium yang umum dan memiliki
kelarutan terbatas di dalam air, sehingga sering digunakan untuk ekstrasi cair-cair.
Karena kurang rapat bila dibandingkan dengan air, lapisa eter biasanya berada paling
atas. Sebagai salah satu pelarut umum untuk reaksi Grignard, dan untuk sebagian
besar reaksi yang lain melibatkan berbagai reagen organologam, Dietil eter sangat
penting sebagai salah satu pelarut dalam produksi plastik selulosa sebagai selulosa
asetat.[4] Dietil eter memiliki angka setana yang tinggi, 85 sampai 96, digunakan
sebagai salah satu cairan awal untuk mesin diesel dan bensin[5] karena keatsiriannya
yang tinggi dan temperatur autosulutan.

Sebagian besar dietil eter diproduksi sebagai produk sampingannya fase-uap


hidrasinya etilena untuk menghasilkan etanol. Proses ini menggunakan dukungan
solid katalis asam fosfat dan bisa disesuaikan untuk menghasilkan eter lebih banyak
lagi. Fase-uap dehidrasinya etanol pada sejumlah katalis alumina bisa menghasilkan
dietil eter sampai 95%.
Dietil eter bisa dipersiapkan di dalam labolatorium dan pada sebuah skala industri
oleh sintesis eter asam. Etanol dicampur dengan asam yang kuat, biasanya asam
sulfat, H2SO4. Disosiasi asam menghasilkan ion hidrogen, H+. Sebuah ion hidrogen
memprotonasi atom oksigen elektronegatifnya etanol, memberikan muatan positif ke
molekul etanol:
CH3CH2OH + H+ → CH3CH2OH2+
Sebuah atom oksigen nukleofilnya etanol tak terprotonasi mengsubsitusi molekul air
(elektrofil), menghasilkan air, sebuah ion hidrogen dan dietil eter.
CH3CH2OH2+ + CH3CH2OH → H2O + H+ + CH3CH2OCH2CH3
Reaksi ini harus berlangsung pada suhu yang lebih rendah dari 150 °C agar tidak
menghasilkan sebuah produk eliminasi (etilena). Pada temperatur yang lebih tinggi,
etanol akan terdehidrasi untuk membentuk etilena. Reaki menghasilkan dietil eter
adalah kebalikannya, sehingga pada akhir reaksi akan tercapai kesetimbangan antara
reaktan dengan produk. Untuk menghasilkan eter yang bagus maka eter harus disuling
dari campuran reaksi sebelum eter kembali menjadi etanol, dengan memanfaatkan
prinsip Le Chatelier .
Reaksi lainnya yang bisa digunakan untuk mempersiapkan eter adalah sintesis eter
Williamson, dimana sebuah alkoksida (yang dihasilkan dengan
memisahkan/menguraikan sebuah logam alkali di dalam alkohol) melakukan
substitusi nukleofilik di sebuah alkil halida (haloalkana).
Dietil eter cenderung membentuk peroksida, dan bisa menghasilkan ledakan dietil eter
peroksida. Eter peroksida bertitik didih lebih tinggi dan saat berada dalam keadaan
kering bersifat mudah meledak ketika disentuh. Dietil eter biasanya disuplai dengan
beberapa jumlah kelumitnya antioksidan hidroksitoulena berbutil (2,6-di-tert-butyl-4-
methylphenol), yang mengurangi pembentukan peroksida. Penyimpanan NaOH
mengendapkan eter hidroperoksida tingkat menengah. Air dan peroksida bisa
dihilangkan baik dengan penyulingan dari natrium dan benzofenon, atau dengan
melewatkannya melalui sekolom alumina teraktivasi.[10]
Eter merupakan salah satu bahan yang amat mudah terbakar. Kobaran api terbuka dan
bahkan piranti pemanas yang menggunakan listrik sebaiknya dihindari saat sedang
menggunakan eter karena eter mudah tersulut oleh kobaran maupun percikan api.
Praktek yang paling umum dalam labolatorium kimia adalah menggunakan uap
(dengan begitu membatasi suhu sampai 100 °C (212 °F) saat eter harus dipanaskan
atau disuling.

o Dioksan - organik senyawa kimia dari kelompok dari siklik eter . Terjadi dalam
bentuk tiga isomer dengan pengaturan yang berbeda dari atom oksigen di atas ring:
1,2-dioksan, 1,3-dioksan dan 1,4-dioksan.

Izomery dioksanu Dioksan isomer


Sebuah tersedia secara komersial reagen , digunakan sebagai pelarut , biasanya berisi
hampir secara eksklusif 1,4-dioksan dan karena itu sering nama "dioksan" dalam
penggunaan disederhanakan, berarti hanya satu isomer.
Larut dengan air, dan hampir semua pelarut organik [1] . 1,4-Dioksan otrzymywany
jest z glikolu etylenowego lub tlenku etylenu . 1,4-dioksan diperoleh dari etilena
glikol atau etilen oksida
ALDEHIDA DAN DERIVATNYA
 Definisi
Aldehid atau alkanal merupakan suatu senyawa yang mengandung gugus
karbonil (C=O) yang terikat pada sebuah atau dua buah unsur hidrogen. Aldehid berasal dari
“alkohol dehidrogenatum“.Aldehid dinamakan menurut nama asam yang mempunyai jumlah
atom C sama pada nama alkana yang mempunyai jumlah atom sama. Aldehid termasuk
senyawa yang sederhana jika ditinjau berdasarkan tidak adanya gugus-gugus reaktif yang lain
seperti -OH atau -Cl yang terikat langsung pada atom karbon di gugus karbonil - seperti yang
bisa ditemukan misalnya pada asam-asam karboksilat yang mengandung gugus -COOH.

Dari Rumus aldehid diatas, anda dapat menentukan rumus umum dari aldehid.
Jika jumlah atom C = n,
maka jumlah atom H = 2n
Jumlah atom O=1
Rumus Umum CnH2nO

Penamaan aldehid didasarkan pada jumlah total atom karbon yang terdapat dalam
rantai terpanjang – termasuk atom karbon yang terdapat pada gugus karbonil. Jika ada gugus
samping yang terikat pada rantai terpanjang tersebut, maka atom karbon pada gugus karbonil
harus selalu dianggap sebagai atom karbon nomor 1.

Aldehid berbeda dengan keton karena memiliki sebuah atom hidrogen yang
terikat pada gugus karbonilnya. Ini menyebabkan aldehid sangat mudah teroksidasi. Sebagai
contoh, etanal, CH3CHO, sangat mudah dioksiasi baik menjadi asam etanoat, CH3COOH,
atau ion etanoat, CH3COO-. Keton tidak memiliki atom hidrogen tersebut sehingga tidak
mudah dioksidasi. Keton hanya bisa dioksidasi dengan menggunakan agen pengoksidasi kuat
yang memiliki kemampuan untuk memutus ikatan karbon-karbon.

 Tata Nama Aldehid

Tata Nama Aldehida dibuat berdasarkan cara aturan IUPAC atau cara trivial
(nama umum atau nama lazim).

1. Tata Nama Aldehid berdasarkan IUPAC


Dalam sistem IUPAC, nama suatu aldehid diturunkan dari nama alkana induknya dengan
mengubah huruf akhir –a menjadi -al . Gugus fungsi (gugus karbonil) selalu terletak di ujung
rantai karbon sehingga selalu diberi nomor satu. Dengan demikian nomor tidak perlu
disebutkan. Penomoran atom C dimulai dari gugus karbonil, sedangkan penulisan gugus alkil
berdasarkan urutan abjad nama gugus alkil (bukan awalan yang menunjukkan nama jumlah
alkil seperti di, tri, tetra ). Perhatikan contoh berikut :
O
CH3 - CH2 – CH2 – CH2 – CH2 - C Heksanal
H
CH3 O
CH3 – CH – C – C 2-etil,-2,3 dimetilbutanal

CH3 C2H5 H

Khusus untuk aldehida yang mempunyai subtituen, penomoran rantai dimulai dari karbon
aldehida sebagai mana contoh berikut :

Untuk aldehida siklik, digunakan awalan-karbaldehida. Aldehida aromatik sering mempunyai


nama umum.

2. Tata Nama Aldehid secara Trivial


Nama trivial aldehida diberi nama menurut nama asam karboksilat induknya dengan
mengubah imbuhan asam –oat atau asam –at menjadi akhiran aldehida. Misalnya
asam asetat menjadi asetaldehid.

 Sidat Fisis

1. Titik didih

Aldehid sederhana seperti metanal memiliki wujud gas (titik didih -21°C), dan etanal
memiliki titik didih +21°C. Ini berarti bahwa etanal akan mendidih pada suhu yang
mendekati suhu kamar. Aldehid lainnya berwujud cair, dengan titik didih yang semakin
meningkat apabila molekul semakin besar.

2, Besarnya titik didih dikendalikan oleh kekuatan gaya-gaya antar-molekul.

- Gaya dispersi van der Waals


Gaya tarik ini menjadi lebih kuat apabila molekul menjadi lebih panjang dan memiliki
lebih banyak elektron. Peningkatan gaya tarik ini akan meningkatkan ukuran dipol-dipol
temporer yang terbentuk. Inilah sebabnya mengapa titik didih meningkat apabila jumlah
atom karbon dalam rantai juga meningkat .

- Gaya tarik dipol-dipol van der Waals


Aldehid adalah molekul polar karena adanya ikatan rangkap C=O. Seperti halnya gaya-gaya
dispersi, juga akan ada gaya tarik antara dipol-dipol permanen pada molekul-molekul yang
berdekatan. Ini berarti bahwa titik didih akan menjadi lebih tinggi dibanding titik didih
hidrokarbon yang berukuran sama – yang mana hanya memiliki gaya dispersi.

3. Kelarutan dalam air

Aldehid yang kecil dapat larut secara bebas dalam air tetapi kelarutannya berkurang
seiring dengan pertambahan panjang rantai. Sebagai contoh etanal yang merupakan aldehid
berukuran kecil dapat bercampur dengan air pada semua perbandingan volume. Alasan
mengapa aldehid yang kecil dapat larut dalam air adalah bahwa walaupun aldehid tidak bisa
saling berikatan hidrogen sesamanya, namun keduanya bisa berikatan hidrogen dengan
molekul air. Salah satu dari atom hidrogen yang sedikit bermuatan positif dalam sebuah
molekul air bisa tertarik dengan baik ke salah satu pasangan elektron bebas pada atom
oksigen dari sebuah aldehid untuk membentuk sebuah ikatan hidrogen. Tentunya juga
terdapat gaya dispersi dan gaya tarik dipol-dipol antara aldehid dengan molekul air.
Pembentukan gaya-gaya tarik ini melepaskan energi yang membantu menyuplai energi yang
diperlukan untuk memisahkan molekul air dan aldehid satu sama lain sebelum bisa
bercampur. Apabila panjang rantai meningkat, maka "ekor-ekor" hidrokarbon dari molekul-
molekul (semua hidrokarbon sedikit menjauh dari gugus karbonil) mulai mengalami proses
diatas. Dengan menekan diri diantara molekul-molekul air, ekor-ekor hidrokarbon tersebut
memutus ikatan hidrogen yang relatif kuat antara molekul-molekul air tanpa menggantinya
dengan ikatan yang serupa. Ini menjadi proses yang tidak bermanfaat dari segi energi,
sehingga kelarutan berkurang.

Sifat Fisis Beberapa Aldehid

Nama Trivial Struktur Titik didih ,0C Kelarutan


dalam
Air
Formaldehida HCHO -21 ∞
Asetaldehida CH3CHO 20 ∞
Propionaldehida CH3CH2CHO 49 16 g /100
ml
Butiraldehida CH3CH2CH2CHO 76 7 g / 100
mL
Benzaldehida C6H5CHO 178 Sedikit
 Sifat Kimia

a. Oksidasi
Aldehid dan keton mempunyai struktur yang hampir sama akibatnya keduanya
mempunyai sifat kimia yang serupa. Namun keduanya dapat dibedakan dengan satu sifat
kimia, yaitu reaksi oksidasi. Keton tidak mudah dioksidasi, sedangkan aldehid sangat mudah
dioksidasi menjadi asam karboksilat. Hampir setiap pereaksi pengoksidasi suatu alkohol juga
dapat mengoksidasi aldehid.

Perbedaan reaktivitas tersebut dapat digunakan untuk membedakan aldehid dan


keton. Pereaksi yang biasa digunakan adalah pereaksi fehling dan pereaksi Tolens.
Penggunaan pereaksi tersebut dinamakan Tes Fehling dan tes Tollens.

 Tes Fehling

Pereaksi yang digunakan dalam tes Fehling terdiri dari campuran Fehling A dan
Fehling B. Fehling A terdiri atas larutan CuSO4, dan Fehling B terdiri atas campuran NaOH
dengan natrium-kalium tatrat. Pereaksi fehling dibuat dengan mencampurkan Fehling A dan
Fehling B sehingga terbentuk ion kompleks Cu2+ dalam suasana basa. Pereaksi ini dalam
reaksi cukup ditulis dengan CuO.

Pada saat reaksi terjadi, aldehid akan teroksidasi menjadi asam karboksilat dan ion
kompleks Cu2+ (larutan berwarna biru) akan tereduksi menjadi tembaga (I) oksida, Cu2O
(endapan berwarna merah bata). Keton tidak dapat bereaksi dengan pereaksi fehling. Tes
Fehling dapat digunakan untuk menguji kadar glukosa dalam urine dalam rangka mendeteksi
penyakit diabetes.

 Tes Tollens
Pereaksi yang digunakan campuran larutan AgNO3 dan NH3 membentuk ion kompleks
Ag(NH3)2+, pada reaksi cukup ditulis dengan Ag2O . Aldehid akan teroksidasi menjadi
asam karboksilat dan ion perak (Ag+) akan tereduksi menjadi logam perak. Keton tidak
bereaksi dengan pereaksi ini.
Logam perak perlahan-lahan akan menempel pada dinding dalam t abung dan jika dilihat
dari luar tabung akan terlihat seperti cermin. Oleh karena itu tes Tollens disebut juga tes
cermin perak.
 Tata Nama Aldehid
o Tata nama IUPAC untuk aldehid
• Nama aldehida diturunkan dari nama alkana induknya dengan mengubah huruf
akhir –a menjadi –al.
• Atom karbon pada –CHO diberi nomor 1, tetapi nomor tidak perlu dicantumkan.
o Penamaan aldehid
• Cari rantai terpanjang yang mengandung gugus fungsi formil (-CHO)
• Beri nomor pada rantai terpanjang, dimulai dari C yang terdekat dengan gugus
fungsi.
• Sebutkan nomor dan nama cabang pada rantai utama, akhiri dengan nama
alkanalnya (dengan mengganti akhiran –a pada alkana menjadi –al pada aldehida).

o Nama Trivial
• Tata Nama Aldehid secara Trivial
• Nama trivial aldehida diberi nama menurut nama asam karboksilat induknya
dengan mengubah imbuhan asam –oat atau asam –at menjadi akhiran aldehida.
Misalnya asam asetat menjadi asetaldehid.
 Reaksi Aldehid

1. Reaksi Adisi pada Aldehid

Pada ikatan rangkap karbon,suatu pereaksi juga dapat masuk ke dalam ikatan rangkap
karbonil. Seperti pada senyawa karbonil dapat terjadi hidrogenasi. Pada reaksi hidrogenasi
ini, suatu aldehid akan direduksi menjadi alcohol prmer.
O H OH

C + H Katalis R C H

R R R
Aldehida 1 atau 2o alcohol
0

Gugus karbonil adalah polar, tidak seperti ikatan rangkap karbon-karbon , gugus ini dapat
dimasuki suatu nukleofil pada karbon karbonil dan suatu elektrofil pada karbon karbonil dan
suatu elektrofil pada oksigen karbonil.

2.Reaksi Adisi dan Eliminasi Aldehid


Pada senyawa yang mengandung gugus –NH2 seperti amina primer (RNH2 atau
ArNH2) dapat mengadakan reaksi adisi dengan aldehid, Akan tetapi , hasil adisinya tidak
stabil dan mengalami eliminasi air.
3.Oksidasi Aldehid
Aldehid mudah dioksidasi . Hanya oksidator yang sedang diperlukan untuk mengubah
aldehid menjadi asam karboksilat atau (RCO2H) atau ion karboksilat (RCO2-).

Perekasi Tollens dan pereaksi Fehling adalah dua contoh oksidator lemah yang merupakan
pereaksi khusus untuk mengenali aldehida. Oksidasi aldehida menghasilkan asam
karboksilat. Pereaksi Tollens adalah larutan perak nitrat dalam amonia. Pereaksi ini dibuat
dengan cara menetesi larutan perak nitrat dengan larutan amonia sedikit demi sedikit hingga
endapan yang mula-mula terbentuk larut kembali. Pereaksi Tollens dapat dianggap sebagai
larutan perak oksida (Ag2O). aldehida dapat mereduksi pereaksi Tollens sehingga
membebaskan unsur perak (Ag).Reaksi aldehida dengan pereaksi Tollens dapat ditulis
sebagai berikut

Bila reaksi dilangsungkan pada bejana gelas, endapan perak yang terbentuk akan melapisi
bejana, membentuk cermin. Oleh karena itu, reaksi ini disebut reaksi cermin perak.

Pereaksi Fehling terdiri dari dua bagian, yaitu Fehling A dan Fehling B. fehling A adalah
larutan CuSO4, sedangkan Fehling B merupakan campuran larutan NaOH dan kalium natrium
tartrat. Pereksi Fehling dibuat dengan mencampurkan kedua larutan tersebut, sehingga
diperoleh suatu larutan yang berwarna biru tua. Dalam pereaksi Fehling, ion Cu2+ terdapat
sebagai ion kompleks. Pereaksi Fehling dapat dianggap sebagai larutan CuO. Reaksi
Aldehida dengan pereaksi Fehling menghasilkan endapan merah bata dari Cu2O. Pereaksi
Fehling dipakai untuk identifikasi adanya gula reduksi (seperti glukosa) dalam air kemih pada
penderita penyakit diabetes (glukosa mengandung gugus aldehida).

4. Reduksi Aldehid

Aldehid dapat direduksi oleh reaksi adisi dengan gas hydrogen secara katalik . biasanya
digunakan logam hidrida sebagai reduktor, yang banyak dipakai adalah natrium borohidrida
(Na + BH4-),

Oleh karena ion BH4- mengandung empat hidrida, ion ini dapat mereduksi empat molekul
aldehid . Reaksi akan berjalan dengan cara pemindahan secara berurutan dari ion hidrida
(H: - ) dari boron keempat karbonil karbon yang berlainan.

Air atau alcohol dipakai sebagai pelarut, akan bereaksi dengan alkoksida untuk menghasilkan
suatu alcohol. Apabila sebagai pelarut tidak dipakai air atau alcohol, susedah reduksi dapat
ditambahkan asam encer untuk mengubah alkoksida menjadi alcohol.

 Pembuatan Aldehid
Aldehid dibuat dengan cara mengoksidasi alkohol primer. Akan tetapi, ada
sedikit masalah pada oksidasi ini. Aldehid yang dihasilkan bisa dioksidasi lebih lanjut
menjadi sebuah asam karboksilat oleh larutan kalium dikromat(VI) asam yang digunakan
sebagai agen pengoksidasi . Untuk menghentikan reaksi ketika aldehid telah terbentuk, maka
reaksi dengan larutan kalium dikromat(VI) harus dicegah terjadi.

Untuk menghentikan oksidasi setelah aldehid terbentuk, ikuti petunjuk berikut:


 gunakan alkohol yang berlebih. Ini berarti bahwa tidak ada agen pengoksidasi yang
cukup untuk melakukan tahap kedua dan mengoksidasi aldehid yang terbentuk
menjadi sebuah asam karboksilat.
 pisahkan aldehid dengan distilasi segera setelah terbentuk. Pemisahan aldehid segera
setelah terbentuk berarti bahwa aldehid tidak tinggal dalam campuran untuk
dioksidasi lebih lanjut.

Jika yang digunakan sebagai alkohol primer adalah etanol, maka akan dihasilkan aldehid
etanal, CH3CHO.

Persamaan lengkap untuk reaksi ini cukup rumit, dan anda perlu memahami tentang
persamaan setengah-reaksi untuk bisa menuliskannya.

Dalam kimia organik, versi sederhana dari reaksi ini sering digunakan dengan
fokus utama terhadap apa yang terjadi pada zat-zat organik. Untuk menyederhanakan reaksi
ini, oksigen dari sebuah agen pengoksidasi dituliskan sebagai [O]. Dengan penulisan ini,
persamaan reaksinya menjadi lebih sederhana:

 Kegunaan dan Dampak Penggunaan Aldehid

Formaldehida (metanal) berupa gas tak berwarna, berbau amat merangsang (tidak
enak), mudah larut dalam air, dan bersifat racun. Sifat ini menyebabkan formaldehid
diperdagangkan sebagai larutan dalam air yaitu formaldehid 37-40% yang dikenal sebagai
formalin. Formika dibuat dari formaldehida. Formalin (formaldehid 37-40%) digunakan
sebagai antiseptik umum (pembasmi hama), untuk pengawetan berbagai organ/preparat
biologis, bahan untuk pembuatan beberapa senyawa organik dan bahan pembuatan resin
sintetis seperti bakelit dan melmak. Formaldehid juga terdapat pada asap kayu. Karena
mampu membunuh bakteri, zat ini merupakan senyawa yang bertindak sebagai pengawet
pada makanan yang diasapkan. Formalin banyak digunakan sebagai bahan pengawet
makanan seperti tahu dan bakso. Konsumsi formalin yang terus menerus akan merusak
jaringan tubuh.
Penggunaan terbesar formaldehid adalah sebagai pereaksi untuk penyiapan
senyawa organik lain dan untuk pembuatan polimer seperti Bakelit, Formika, dan Melmac.
Formaldehid dapat mengubah sifat protein, sehingga protein tidak dapat larut dalam air dan
tahan terhadap bakteri pembusuk. Alasan inilah yang menyebabkan formaldehid digunakan
pada larutan pembalsem dan pengawet spesimen biologis. Formalin juga digunakan sebagai
antiseptik di rumah sakit untuk mensterilkan sarung tangan dan peralatan bedah. Akan tetapi
penggunaan formaldehid sebagai antiseptik, pengawet dan cairan pembalsem menurun akhir-
akhir ini karena zat ini dicurigai bersifat karsinogenik.
Asetaldehid merupakan cairan tak berwarna yang sangat mudah menguap,berbau
khas (tidak enak), dan mudah larut dalam air. Dengan sedikit H2SO4 pekat asetaldehid segera
membentuk polimer. Zat ini dibuat dengan mengoksidasi etil alkohol dengan katalis (Ag)
atau oksidasi etilen dengan katalis (PdCl2). Zat ini merupakan bahan awal untuk penyiapan
berbagai senyawa organik lain, seperti asam asetat, etil asetat, dan kloral. Asetaldehid
dibentuk sebagai metabolit dalam fermentasi gula dan dalam detoksifikasi alkohol dalam hati.
Asetaldehide dalam kehidupan sehari-hari dan industri antara lain digunakan sebagai bahan
untuk membuat karet dan damar buatan, bahan untuk membuat asam asetat (Asam
Cuka),bahan untuk membuat alcohol. Sifat (reaksi) penting dari kedua senyawa tersebut
adalah dapat mereduksi pereaksi Fehling, pereaksi Benedict, atau pereaksi Tollens. Berarti
kedua senyawa itu dapat dioksidasi; formaldehida menjadi asam format, dan asetaldehida
menjadi asam asetat.
Selain itu, juga terdapat Butiraldehida yang banyak digunakan sebagai bahan
dasar dalam sintesis senyawa organik. Glutaraldehid juga merupakan salah satu desinfektan
yang populer pada kedokteran gigi, baik tunggal maupun dalam bentuk kombinasi. Aldehid
merupakan desinfektan yang kuat. Glutaraldehid 2% dapat dipakai untuk mendesinfeksi alat-
alat yang tidak dapat disterilkan, diulas dengan kasa steril kemudian diulas kembali dengan
kasa steril yang dibasahi dengan akuades, karena glutaraldehid yang tersisa pada instrumen
dapat mengiritasi kulit/mukosa,operator harus memakai masker, kacamata pelindung dan
sarung tangan heavy duty. Larutan glutaraldehid 2% efektif terhadap bakteri vegetatif seperti
M. tuberculosis, fungi, dan virus akan mati dalam waktu 10-20 menit, sedang spora baru akan
mati setelah 10 jam.

 Derivat Aldehid

Karbohidrat adalah senyawa organik terdiri dari unsur karbon, hidrogen, dan oksigen. contoh;
glukosa C6H12O6, sukrosa C12H22O11, sellulosa (C6H10O5)n. Rumus umum karbohidrat
Cn(H2O)m.

Karena komposisi yang demikian, senyawa ini pernah disangka sebagai hidrat karbon, tetapi
sejak 1880, senyawa tersebut bukan hidrat dari karbon. Nama lain dari karbohidrat adalah
sakarida, berasal dari bahasa Arab "sakkar" artinya gula. Karbohidrat sederhana mempunyai
rasa manis sehingga dikaitkan dengan gula.
Monosakarida
Tata nama monosakarida tergantung dari gugus fungsional yang dimiliki dan letak gugus
hidroksilnya.
• Monosakarida yang mengandung satu gugus aldehid disebut aldosa, ketosa
mempunyai satu gugus keton.
• Monosakarida dengan enam atam C disebut heksosa, misalnya glukosa, fruktosa, dan
galaktosa.
• Monosakarida yang mempunyai lima atom C disebut pentosa misalnya xilosa,
arabinosa, dan ribosa.
TUGAS MATA KULIAH KIMIA ORGANIK

oleh :
Tristy Digjayanti 0910753070

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2010

Vous aimerez peut-être aussi