Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB I PENDAHULUAN
BAB I - 1
PENYUSUNAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
LAPORAN AKHIR RDTR KAWASAN BATUBULAN
Daerah wajib menyusun Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk memastikan
bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam
pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program. Dalam
konteks amanat undang-undang ini penyusunan Rencana Tata Ruang wajib disertai
KLHS, seperti yang tercantum secara eksplisit pada pasal 15 ayat 2 (a) dan pasal 19 ayat
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Gianyar pada tahun 2017,
melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Bidang Penataan Ruang akan
melakukan kegiatan Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Rencana
Tata Ruang Kawasan Batubulan
1.3 KELUARAN
Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah hasil kajian mengenai
pengaruh kebijakan, rencana dan program yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang
Kawasan Batubulan terhadap kondisi lingkungan hidup Kabupaten Gianyar, termasuk
di dalamnya rumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan program, serta
rekomendasi-rekomendasi perbaikan pengambilan keputusan untuk menjamin
pengintegrasian prinsip pembangunan berkelanjutan.
BAB I - 2
PENYUSUNAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
LAPORAN AKHIR RDTR KAWASAN BATUBULAN
5. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara
Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5160);
6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2009 Tentang
Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup Dalam Penataan Ruang
Wilayah;
7. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun 2011 tentang Pedoman
Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis;
8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota;
9. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis
Rencana Usaha dan/atau kegiatan yang wajib di lengkapi dengan analisis
mengenai dampak lingkungan hidup;
1. 6 URAIAN PENDEKATAN
1.6.1 Pendekatan Pelaksanaan Pekerjaan
Pendekatan pelaksanaan pekerjaan merupakan pendekatan pemecahan
permasalahan yang bersifat teknis dengan menggunakan standar, metode, kriteria, dan
asumsi teknis yang berlaku dan relevan, sehingga output perencanaan sesuai dengan
BAB I - 3
PENYUSUNAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
LAPORAN AKHIR RDTR KAWASAN BATUBULAN
BAB I - 4
PENYUSUNAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
LAPORAN AKHIR RDTR KAWASAN BATUBULAN
Posisinya berada pada relung pengambilan keputusan. Oleh karena tidak ada
mekanisme baku dalam siklus dan bentuk pengambilan keputusan dalam perencanaan
tata ruang, maka manfaat KLHS bersifat khusus bagi masing-masing hirarki rencana
tata ruang (RTR). KLHS bisa menentukan substansi RTR, bisa memperkaya proses
penyusunan dan evaluasi keputusan, bisa dimanfaatkan sebagai instrument
metodologis pelengkap (komplementer) atau tambahan (suplementer) dari penjabaran
RTR, atau kombinasi dari beberapa atau semua fungsi-fungsi diatas.
Penerapan KLHS dalam penataan ruang juga bermanfaat untuk meningkatkan
efektivitas pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL)
dan/atau instrumen pengelolaan lingkungan lainnya, strategis dan partisipatif,
kerjasama lintas batas wilayah administrasi, serta memperkuat pendekatan kesatuan
ekosistem dalam satuan wilayah (kerap juga disebut “bio-region” dan/atau “bio-geo-
region”).
Pengaruh KLHS dapat dibedakan dalam tiga kategori sifat, yaitu KLHS yang
bersifat instrumental, transformatif, dan substantif. Tipologi ini membantu
membedakan pengaruh yang diharapkan dari tiap jenis KLHS terhadap berbagai ragam
RTR, termasuk bentuk aplikasinya, baik dari sudut langkah-langkah prosedural maupun
teknik dan metodologinya.
BAB I - 5
PENYUSUNAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
LAPORAN AKHIR RDTR KAWASAN BATUBULAN
BAB I - 6
PENYUSUNAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
LAPORAN AKHIR RDTR KAWASAN BATUBULAN
1. 7 PENDEKATAN PERUNDANGAN
Pendekatan perundangan dalam KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
(KLHS) Kawasan Batubulan antara lain :
1. Undang – Undang No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
2. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
3. Peraturan Menteri (PERMEN) Negara Lingkungan Hidup No. 09 Tahun 2011,
tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Strategis
4. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 tahun 2009 tentang
Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup.
1. 8 METODOLOGI
Metodologi dapat dipandang sebagai bagian dari logika yang mengkaji kaidah
penalaran yang tepat. Jika kita membicarakan metodologi maka hal yang tak kalah
pentingnya adalah asumsi-asumsi yang melatar belakangi berbagai metode yang
dipergunakan dalam aktivitas ilmiah. Dalam pekerjaan ini, perlu disusun langkah-
langkah yang sistematis agar mendapatkan hasil sesuai dengan sasaran yang telah
ditetapkan.
Metodologi yang digunakan dalam proses pekerjaan ini tentunya disesuaikan
dengan ruang lingkup dan output yang telah ditetapkan di dalam Kerangka Acuan Kerja.
BAB I - 7
PENYUSUNAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
LAPORAN AKHIR RDTR KAWASAN BATUBULAN
BAB I - 8
PENYUSUNAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
LAPORAN AKHIR RDTR KAWASAN BATUBULAN
Perencanaan tata ruang terkait dengan penyusunan struktur dan pola ruangnya.
Oleh karena itu, perlu kajian tentang persoalan dan analisis dari sisi tata ruang untuk
internalisasi konsep KLHS. Aspek infrastruktur merupakan kunci dari penyusunan
struktur dan pola pemanfaatan ruang di tingkat nasional, provinsi, maupun
kabupaten/kota.
Prosedur penyusunan rencana tata ruang wilayah provinsi berdasarkan
Keputusan Menteri Kimpraswil No. 327 Tahun 2002. Dalam pedoman tersebut
dikemukakan tujuh tahapan proses penyusunan RDTR dimulai dengan persiapan yang
meliputi penyusunan TOR hingga pemberitahuan kepada publik tentang rencana
penyusunan RDTR. Langkah berikutnya adalah melakukan review terhadap RDTR
sebelumnya sebagai pertimbangan untuk perbaikan RDTR berikutnya. Kegiatan review
ini diikuti dengan pengumpulan data yang diperlukan untuk penyusunan suatu RDTR.
Selanjutnya dilakukan analisis terhadap sembilan aspek dari mulai analisis kebijakan
dan strategi pengembangan kabupaten hingga analisis kelembagaan. Langkah penting
selanjutnya adalah melakukan konseptualisasi rencana (tata ruang) setelah
merumuskan tujuan perencanaan. Kegiatan ini meliputi delapan langkah dari mulai
arahan struktur dan pola pemanfaatan ruang hingga arahan kebijakan tata guna tanah,
air, udara dan sumberdaya lainnya. Dua langkah penyusunan tata ruang terakhir adalah
diskusi terbuka dihadapan seluruh pemangku kepentingan dan pengesahan oleh
DPRD Provinsi.
Dari keseluruhan langkah-langkah penyusunan RDTR tersebut di atas, meskipun
telah dipertimbangkan pentingnya aspek keterpaduan dalam proses penyusunan
rencana tata ruang dan aspek LH, namun demikian tidak dijelaskan bagaimana analisis
keterpaduan (utamanya antar sektor dan antar wilayah) dan pertimbangan
kepentingan lingkungan hidup seharusnya dilakukan dalam proses penyusunan
BAB I - 9
PENYUSUNAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
LAPORAN AKHIR RDTR KAWASAN BATUBULAN
BAB I - 10
PENYUSUNAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
LAPORAN AKHIR RDTR KAWASAN BATUBULAN
BAB I - 11
PENYUSUNAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
LAPORAN AKHIR RDTR KAWASAN BATUBULAN
BAB I - 12
PENYUSUNAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
LAPORAN AKHIR RDTR KAWASAN BATUBULAN
A. Penapisan
Kegiatan penapisan menentukan perlu atau tidaknya dilakukan KLHS terhadap
sebuah konsep/muatan rencana tata ruang. Langkah ini diperlukan atas alasan-alasan :
1. Memfokuskan telaah pada KRP yang memiliki nilai strategik,
2. Memfokuskan telaah pada KRP yang diindikasikan akan memberikan
konsekuensi penting pada kondisi lingkungan hidup, dan
3. Memberikan gambaran umum metodologi pendekatan yang akan digunakan.
Karena penyusunan perencanaan penataan ruang wajib dilakukan maka tahap
penapisan tidak diperlukan, sementara penyusunan RTR dengan tingkat kerincian
Kawasan bisa ditapis terlebih dulu dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut :
1. Apakah rancangan RTR berpotensi mendorong timbulnya percepatan kerusakan
sumber daya alam (hutan, tanah, air atau pesisir) dan pencemaran lingkungan
yang kini tengah berlangsung di suatu wilayah atau DAS? dan/atau
2. Apakah rancangan RTR berpotensi meningkatkan intensitas bencana banjir,
longsor, atau kekeringan di wilayah-wilayah yang saat ini tengah mengalami
krisis ekologi? dan/atau
3. Apakah rancangan RTR berpotensi menurunkan mutu air dan udara termasuk
ketersediaan air bersih yang dibutuhkan oleh suatu wilayah yang berpenduduk
padat? dan/atau
4. Apakah rancangan RTR akan menyebabkan meningkatnya jumlah penduduk
golongan miskin sebagai akibat adanya pembatasan baru atas akses dan kontrol
terhadap sumber-sumber alam yang semula dapat mereka akses? dan/atau
5. Apakah rancangan RTR berpotensi mengancam keberlanjutan penghidupan
(livelihood sustainability) suatu komunitas atau kelompok masyarakat tertentu di
masa mendatang?
BAB I - 13
PENYUSUNAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
LAPORAN AKHIR RDTR KAWASAN BATUBULAN
Jawaban positif bagi salah satu pertanyaan diatas sudah cukup untuk
memberikan alasan bahwa rancangan RTR tersebut memiliki potensi efek penting dan
perlu dipertimbangkan untuk dilengkapi dengan KLHS.
B. Pelingkupan
Pelingkupan merupakan proses yang sistematis dan terbuka untuk
mengidentifikasi isu-isu penting atau konsekuensi lingkungan hidup yang akan timbul
berkenaan dengan rencana KRP RTR Wilayah dan Kawasan. Berkat adanya pelingkupan
ini, pokok bahasan dokumen KLHS akan lebih difokuskan pada isu-isu atau konsekuensi
lingkungan dimaksud.
D. Pengembangan Alternatif
Alternatif yang dikembangkan dapat mencakup :
1. Substansi pokok/dasar RTR (misalnya: pilihan struktur dan pola ruang),
2. Program atau kegiatan penerapan muatan RTR (misalnya: pilihan intensitas
pemanfaatan ruang), dan/atau
3. Kegiatan-kegiatan operasional pengelolaan efek lingkungan hidup (misalnya:
penerapan kode bangunan yang hemat energi).
E. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan dilakukan untuk memilih alternatif terbaik yang bisa
dilaksanakan yang dipercaya dapat mewujudkan tujuan penataan ruang dalam kurun
waktu yang ditetapkan. Alternatif terpilih tidak hanya dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi dan keadilan sosial akan tetapi juga dapat menjamin terpeliharanya fungsi
lingkungan secara terus menerus. Berbagai metodologi yang lazim diterapkan dalam
BAB I - 14
PENYUSUNAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
LAPORAN AKHIR RDTR KAWASAN BATUBULAN
BAB I - 15
PENYUSUNAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
LAPORAN AKHIR RDTR KAWASAN BATUBULAN
Dapat pula terjadi situasi dimana tidak semua komponen kerja perlu dilaksanakan atas
alasan-alasan tertentu tanpa mengurangi nilai penting dari pelaksanaan KLHS itu
sendiri
Kerangka kerja diatas bisa dilakukan paralel atau semi terintegrasi terhadap
proses revisi perencanaan, misalnya dengan melakukan langkah-langkah (1) dan (2)
pada tahap persiapan revisi RDTR, langkah (3) dan (4) pada tahap pengumpulan data
dan analisis dokumen perencanaan, dan langkah (5) dan (6) pada proses konsepsi
muatan RDTR hasil revisi. Namun bisa pula dilakukan proses KLHS terpisah saat draft
dokumen hasil revisi RDTR sudah siap untuk ditelaah.
BAB I - 16