Vous êtes sur la page 1sur 16

PENYUSUNAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

LAPORAN AKHIR RDTR KAWASAN BATUBULAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pembangunan daerah merupakan bagian integral pembangunan nasional yang
keduanya harus dilaksanakan secara sinergis, efisien, efektif dan berkelanjutan. Sistem
pelaksanaan pembangunan nasional semakin menekankan pentingnya mekanisme
desentralisasi, pemberian otonomi yang semakin nyata dan dititikberatkan pada
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, sehingga secara langsung Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota merupakan ujung tombak pelaksanaan pembangunan. Hal ini sesuai
dengan sasaran pembangunan, yaitu antara lain untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pelaksanaan pembangunan.
Kabupaten Gianyar merupakan salah satu dari sembilan Kabupaten/Kota yang
ada di Propinsi Bali. Secara geografis Kabupaten Gianyar terletak diantara koordinat
08o18’48” – 08o38’58” Lintang Selatan dan 115°13’29” – 115°22’23” Bujur Timur,
dengan luas wilayah 36.800 hektar atau sekitar 6,53% dari luas Pulau Bali secara
keseluruhan. Kabupaten Gianyar telah menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Gianyar Tahun 2005-2015 yang merupakan pedoman dalam menjaga
keserasian pembangunan antar sektor dalam rangka penyusunan dan pengendalian
program-program pembangunan kabupaten jangka panjang. Lebih detail telah disusun
pula Rencana Detail Tata Ruang untuk seluruh Kecamatan di Kabupaten Gianyar yang
berjumlah 7 kecamatan.
Instrumen pedoman penataan ruang di Kawasan Batubulan pada dasarnya telah
disusun dan menghasilkan Rencana Tata Ruang Kawasan Batubulan. Namun, tekanan-
tekanan terhadap aktualisasi Rencana Tata Ruang Kawasan Batubulan baik berupa
faktor internal maupun eksternal, akan diantisipasi untuk penyempurnaannya. Di lain
pihak, untuk meyakinkan bahwa kegiatan pembangunan tidak merusak lingkungan
sekaligus menjamin keberlanjutan pembangunan itu sendiri, pemerintah telah
menetapkan perundang-undangan mengenai perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup. Ketentuan tersebut adalah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Amanat yang paling mendasar yang
terkandung dalam undang-undang tersebut adalah bahwa Pemerintah dan Pemerintah

BAB I - 1
PENYUSUNAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
LAPORAN AKHIR RDTR KAWASAN BATUBULAN

Daerah wajib menyusun Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk memastikan
bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam
pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program. Dalam
konteks amanat undang-undang ini penyusunan Rencana Tata Ruang wajib disertai
KLHS, seperti yang tercantum secara eksplisit pada pasal 15 ayat 2 (a) dan pasal 19 ayat
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Gianyar pada tahun 2017,
melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Bidang Penataan Ruang akan
melakukan kegiatan Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Rencana
Tata Ruang Kawasan Batubulan

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dari kegiatan ini adalah melakukan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS) seperti yang dimandatkan dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, terhadap Rencana Tata Ruang
Kawasan Batubulan. Sedangkan tujuannya adalah untuk mengharus utamakan
(mainstreaming) prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan di dalam kebijakan,
rencana dan program yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang Kawasan Batubulan.

1.3 KELUARAN
Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah hasil kajian mengenai
pengaruh kebijakan, rencana dan program yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang
Kawasan Batubulan terhadap kondisi lingkungan hidup Kabupaten Gianyar, termasuk
di dalamnya rumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan program, serta
rekomendasi-rekomendasi perbaikan pengambilan keputusan untuk menjamin
pengintegrasian prinsip pembangunan berkelanjutan.

1.4 DASAR HUKUM


Beberapa peraturan perundang-undangan yang dijadikan dasar hukum dalam
Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kawasan Batubulan adalah:
1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran
Negara Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4725);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
140);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisa Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3838);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);

BAB I - 2
PENYUSUNAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
LAPORAN AKHIR RDTR KAWASAN BATUBULAN

5. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara
Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5160);
6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2009 Tentang
Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup Dalam Penataan Ruang
Wilayah;
7. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun 2011 tentang Pedoman
Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis;
8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota;
9. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis
Rencana Usaha dan/atau kegiatan yang wajib di lengkapi dengan analisis
mengenai dampak lingkungan hidup;

1.5. RUANG LINGKUP


Ruang lingkup Penyusunan Sinkronisasi Kajian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS) Kawasan Lebih terdiri dari ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup subtansi:
1. Lingkup Wilayah
Wilayah perencanaan mencakup seluruh wilayah administrasi Kecamatan
Batubulan dengan luas 7.588 Ha.
2. Lingkup Substansi
Kegiatan ini adalah melakukan penyusunan Sinkronisasi KLHS dengan metode
dan pendekatan yang dapat dipertanggung-jawabkan terhadap kebijakan,
rencana, dan program yang tertuang dalam RDTR Kecamatan Batubulan.
Penyusunan KLHS ini mencakup beberapa hal di bawah ini:
a) Identifikasi isu-isu dan permasalahan lingkungan hidup strategis yang
diperkirakan akan saling berpengaruh terhadap kebijakan, rencana, dan
program yang disusun;
b) Pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/atau program terhadap
kondisi lingkungan hidup di wilayah perencanaan;
c) Perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau
program;
d) Rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan kebijakan, rencana,
dan/atau program yang mengintegrasikan prinsip pembangunan
berkelanjutan.

1. 6 URAIAN PENDEKATAN
1.6.1 Pendekatan Pelaksanaan Pekerjaan
Pendekatan pelaksanaan pekerjaan merupakan pendekatan pemecahan
permasalahan yang bersifat teknis dengan menggunakan standar, metode, kriteria, dan
asumsi teknis yang berlaku dan relevan, sehingga output perencanaan sesuai dengan

BAB I - 3
PENYUSUNAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
LAPORAN AKHIR RDTR KAWASAN BATUBULAN

kaidah-kaidah teknis. Standar, Metode dan peraturan yang dipergunakan dalam


pelaksanaan pekerjaan ini adalah yang berlaku relevan sesuai dengan kriteria teknis
yang ada. Hal ini ditujukan untuk mencapai kekonsistenan standar desain yang
digunakan.

1.6.2 Pendekatan Koordinatif


Melakukan koordianasi dengan berbagai bagian terkait sehingga data yang
dihasilkan lebih komprehensif dan refresentatif. Komprehensif berarti semua sektor
terkait akan semaksimal mungkin diminta perannya dalam pengadaan data yang
dibutuhkan. Beberapa instansi atau lembaga yang akan dilibatkan dalam koordinatif
antara lain adalah sebagai:
a. BAPPEDA Kabupaten Gianyar
b. Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Gianyar
c. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Gianyar
d. Camat Gianyar
e. Dan lain-lain SKPD yang berhubungan dengan masalah air minum di Kabupaten
Gianyar.

1.6.3 Pendekatan Sosial Budaya


Pendekatan social budaya (kemasyarakatan) merupakan pendekatan yang
digunakan untuk menggali berbagai informasi dari masyarakat, sehingga strategi dan
program penanganan yang dihasilkan sesuai dengan aspirasi dan kondisi sosial budaya
masyarakat setempat.

1.6.4 Pendekatan Teknis


1. Definisi
Definisi KLHS yang lazim diterapkan terdiri dari dua yaitu definisi yang
menekankan pada pendekatan telaah dampak lingkungan (EIA-driven) dan pendekatan
keberlanjutan (sustainability-driven). Pada definisi pertama, KLHS berfungsi untuk
menelaah efek dan/atau dampak lingkungan dari suatu kebijakan, rencana atau
program pembangunan. Sedangkan definisi kedua, menekankan pada keberlanjutan
pembangunan dan pengelolaan sumberdaya.
Definisi KLHS untuk Indonesia kemudian dirumuskan sebagai proses sistematis
untuk mengevaluasi pengaruh lingkungan hidup dari, dan menjamin diintegrasikannya
prinsip-prinsip keberlanjutan dalam pengambilan keputusan yang bersifat strategis
(SEA is a systematic process for evaluating the environmental effect of, and for ensuring
the integration of sustainability principles into, strategic decision-making).

2. Peran KLHS dalam Perencanaan KRP


KLHS adalah sebuah bentuk tindakan stratejik dalam menuntun, mengarahkan,
dan menjamin tidak terjadinya efek negatif terhadap lingkungan dan keberlanjutan
dipertimbangkan secara inheren dalam kebijakan, rencana dan program (KRP).

BAB I - 4
PENYUSUNAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
LAPORAN AKHIR RDTR KAWASAN BATUBULAN

Posisinya berada pada relung pengambilan keputusan. Oleh karena tidak ada
mekanisme baku dalam siklus dan bentuk pengambilan keputusan dalam perencanaan
tata ruang, maka manfaat KLHS bersifat khusus bagi masing-masing hirarki rencana
tata ruang (RTR). KLHS bisa menentukan substansi RTR, bisa memperkaya proses
penyusunan dan evaluasi keputusan, bisa dimanfaatkan sebagai instrument
metodologis pelengkap (komplementer) atau tambahan (suplementer) dari penjabaran
RTR, atau kombinasi dari beberapa atau semua fungsi-fungsi diatas.
Penerapan KLHS dalam penataan ruang juga bermanfaat untuk meningkatkan
efektivitas pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL)
dan/atau instrumen pengelolaan lingkungan lainnya, strategis dan partisipatif,
kerjasama lintas batas wilayah administrasi, serta memperkuat pendekatan kesatuan
ekosistem dalam satuan wilayah (kerap juga disebut “bio-region” dan/atau “bio-geo-
region”).
Pengaruh KLHS dapat dibedakan dalam tiga kategori sifat, yaitu KLHS yang
bersifat instrumental, transformatif, dan substantif. Tipologi ini membantu
membedakan pengaruh yang diharapkan dari tiap jenis KLHS terhadap berbagai ragam
RTR, termasuk bentuk aplikasinya, baik dari sudut langkah-langkah prosedural maupun
teknik dan metodologinya.

3. Penerapan KLHS pada Kebijakan Tata Ruang di Daerah


Penerapan Kajian Lingkungan Hidup Strategi dan penyusunan Rencana
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah upaya untuk mencapai tujuan-
tujuan diatas yang didasarkan atas kondisi dan kebutuhan masing-masing. Oleh karena
itu, implementasi perangkat-perangkat ini tidak akan berangkat sebagai sebuah beban
tambahan.
Seluruh tata laksana yang diharapkan ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah
akan diupayakan untuk mengakomodasikan berbagai keterbatasan, fleksibel, dan tetap
mengedepankan efisiensi dan efektivitas kerja. Pada intinya, perangkat-perangkat ini
tidak dimaksudkan untuk mengulang pekerjaan yang serupa, menghambat proses
perencanaan yang sudah berjalan, dan memperpanjang birokrasi. Kondisi-kondisi yang
dibutuhkan di daerah, seperti penyiapan organisasi dan kelembagaan, jaringan kerja,
peningkatan kapasitas, sampai dengan kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah
pendanaan akan selalu di pertimbangkan, bahkan disiapkan untuk dapat dibuat
keputusan-keputusannya. Hasil yang akan dicapai pasti berdampak langsung pada
penentuan arah kebijakan lingkungan hidup, sumberdaya alam, dan pemanfaatan ruang
di tingkat Pemerintah. Diharapkan pula inspirasi akan terbentuk dan kemudian
mewarnai arah kebijakan pembangunan di tingkat daerah.
Dengan bersama-sama merumuskan langkah dan strategi yang pragmatik untuk
dapat secara langsung menyempurnakan persepsi dan sistem bekerja kita dalam
melaksanakan pembangunan berkelanjutan, diharapkan akan tersebar semangat
pencapaian target kesejahteraan masyarakat yang tidak mengorbankan lingkungan
hidup di kalangan para legislatif maupun kalangan masyarakat secara umum.

BAB I - 5
PENYUSUNAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
LAPORAN AKHIR RDTR KAWASAN BATUBULAN

4. Pendekatan KLHS dalam Penataan Ruang


Pendekatan KLHS dalam penataan ruang didasarkan pada kerangka bekerja dan
metodologi berpikirnya. Berdasarkan literatur terkait, sampai saat ini ada 4 (empat)
model pendekatan KLHS untuk penataan ruang, yaitu :
1. KLHS dengan Kerangka Dasar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup/AMDAL (EIA-Mainframe) KLHS dilaksanakan menyerupai AMDAL yaitu
mendasarkan telaah pada efek dan dampak yang ditimbulkan RTR terhadap
lingkungan hidup. Perbedaannya adalah pada ruang lingkup dan tekanan analisis
telaahannya pada tiap hirarhi KRP RTR.
2. KLHS sebagai Kajian Penilaian Keberlanjutan Lingkungan Hidup (Environmental
Appraisal) KLHS ditempatkan sebagai environmental appraisal untuk
memastikan KRP RTR menjamin pelestarian fungsi lingkungan hidup, sehingga
bisa diterapkan sebagai sebuah telaah khusus yang berpijak dari sudut pandang
aspek lingkungan hidup.
3. KLHS sebagai Kajian Terpadu/Penilaian Keberlanjutan (Integrated Assessment
Sustainability Appraisal) KLHS diterapkan sebagai bagian dari uji KRP untuk
menjamin keberlanjutan secara holistik, sehingga sudut pandangnya merupakan
paduan kepentingan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup. Dalam
prakteknya, KLHS kemudian lebih ditempatkan sebagai bagian dari kajian yang
lebih luas yang menilai atau menganalisis dampak sosial, ekonomi dan
lingkungan hidup secara terpadu.
4. KLHS sebagai pendekatan Pengelolaan Berkelanjutan Sumberdaya Alam
(Sustainable Natural Resource Management) atau Pengelolaan Berkelanjutan
Sumberdaya (Sustainable Resource Management)
KLHS diaplikasikan dalam kerangka pembangunan berkelanjutan, dan a)
dilaksanakan sebagai bagian yang tidak terlepas dari hirarki sistem perencanaan
penggunaan lahan dan sumberdaya alam, atau b) sebagai bagian dari strategi spesifik
pengelolaan sumberdaya alam. Model a) menekankan pertimbangan – pertimbangan
kondisi sumberdaya alam sebagai dasar dari substansi RTR, sementara model b)
menekankan penegasan fungsi RTR sebagai acuan aturan pemanfaatan dan
perlindungan cadangan sumberdaya alam.
Aplikasi-aplikasi pendekatan di atas dapat diterapkan dalam bentuk kombinasi,
sesuai dengan: hirarki dan jenis RTR yang akan dihasilkan/ditelaah, lingkup isu
mengenai sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang menjadi fokus, konteks
kerangka hukum RTR yang dihasilkan/ditelaah, kapasitas institusi dan sumberdaya
manusia aparatur pemerintah selaku pelaksana dan pengguna KLHS, serta tingkat
kemauan politis atas manfaat KLHS terhadap RTR.
Tabel 1.1 Contoh Pengaruh KLHS dalam RTR
Tipe RTDR Pengaruh KLHS Tujuan KLHS dalam Penataan Ruang
RDTR berskala luasan, Instrumental  Mengindentifikasi pengaruh atau
memuat kebijakan dasar konsekuensi dari Rencana Detail Tata
dan norma acuan bagi Ruang terhadap lingkungan hidup
daerah (mis: RDTR sebagai upaya untuk mendukung proses

BAB I - 6
PENYUSUNAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
LAPORAN AKHIR RDTR KAWASAN BATUBULAN

Tipe RTDR Pengaruh KLHS Tujuan KLHS dalam Penataan Ruang


Kecamatan atau Kawasan pengambilan keputusan
Perkotaan)  Mengintegrasikan pertimbangan
lingkungan ke dalam substansi Rencana
Detail Tata Ruang
RDTR yang memuat Transformatif  Memperbaiki mutu proses formulasi
substansi khusus wilayah substansi RDTR
tertentu, harus  Memfasilitasi proses pengambilan
memadukan kepentingan keputusan dalam proses perencanaan
antara wilayah dan agar dapat menyeimbangkan tujuan
stakheldoer, termasuk lingkungan hidup, dengan tujuan sosial
masyarakat (mis: RDTR dan ekonomi
Kawasan Perkotaan)
RDTR dengan cakupan Substantif  Meminimalisasi potensi dampak penting
luas terkecil, berisi yang akan timbul sebagai akibat dari
arahan usulan substansi RDTR (tingkat
operasional/progmatik, substansi RDTR rendah)
sangat diwarnai kekhasan  Melakukan langkah – langkah
situasi lokasl dan aspirasi perlindungan lingkungan yang tangguh
masyrakat setempat (mis (tingkat keberlanjutan substansi RDTR)
: RDTR Kecamatan atau  Memelihara potensi sumberdaya alam
RDTR Kawasan tertentu) dan daya dukung air, udara, tanah dan
ekosistem (tingkat keberlanjutan
substansi RDTR moderat sampai tinggi)

1. 7 PENDEKATAN PERUNDANGAN
Pendekatan perundangan dalam KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS
(KLHS) Kawasan Batubulan antara lain :
1. Undang – Undang No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
2. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
3. Peraturan Menteri (PERMEN) Negara Lingkungan Hidup No. 09 Tahun 2011,
tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Strategis
4. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 tahun 2009 tentang
Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup.

1. 8 METODOLOGI
Metodologi dapat dipandang sebagai bagian dari logika yang mengkaji kaidah
penalaran yang tepat. Jika kita membicarakan metodologi maka hal yang tak kalah
pentingnya adalah asumsi-asumsi yang melatar belakangi berbagai metode yang
dipergunakan dalam aktivitas ilmiah. Dalam pekerjaan ini, perlu disusun langkah-
langkah yang sistematis agar mendapatkan hasil sesuai dengan sasaran yang telah
ditetapkan.
Metodologi yang digunakan dalam proses pekerjaan ini tentunya disesuaikan
dengan ruang lingkup dan output yang telah ditetapkan di dalam Kerangka Acuan Kerja.

BAB I - 7
PENYUSUNAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
LAPORAN AKHIR RDTR KAWASAN BATUBULAN

1. Kerangka Kerja KLHS


Integrasi pertimbangan-pertimbangan lingkungan dalam proses penyusunan
dan pengambilan keputusan (pembangunan) secara luas dikenal sebagai cara efektif
untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Dalam pengelolaan lingkungan, KLHS
merupakan alat/instrumen yang digunakan untuk mengintegrasikan secara terstruktur
aspek-aspek LH ke dalam proses pengambilan keputusan-keputusan stratejik (KRP).
Perlu dikemukakan kembali mengapa KLHS dianggap strategis? Pertama, karena
sasaran kajian KLHS adalah KRP yang akan memberikan implikasi luas terhadap
berbagai aspek kehidupan manusia. Selain itu, studi KLHS fokus pada KRP yang
merupakan komponen-komponen stratejik dalam suatu proses pengambilan keputusan.
Kerangka kerja tidak memiliki standar baku prosedur /metodologi pelaksanaan
KLHS. Masing-masing pelaksana melakukan KLHS dengan menggunakan metodologi
yang dikehendaki. Namun demikian, KLHS adalah kajian lingkungan yang
diimplementasikan pada tingkat KRP. Dengan demikian, kerangka kerja pelaksanaan
KLHS dapat bervariasi, tapi umumnya mempunyai urutan kerja seperti tersebut dalam
Gambar 4.1. Meskipun KLHS dapat diimplementasikan untuk berbagai macam KRP
(antara lain, pembangunan sektoral, regional, dan daerah aliran sungai), dalam panduan
ini implementasi KLHS adalah untuk perencanaan tata ruang.

Gambar 1.1 Kerangka Kerja Pelaksanaan KLHS

2. Implementasi KLHS dalam Perencanaan Tata Ruang


Panduan diarahkan untuk menunjukkan pada tahapan mana implementasi KLHS
terhadap proses penyusunan rencana tata ruang seharusnya dilakukan. Untuk itu,

BAB I - 8
PENYUSUNAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
LAPORAN AKHIR RDTR KAWASAN BATUBULAN

diperlukan informasi yang menunjukkan keterkaitan antara tahapan proses


penyusunan rencana tata ruang dan tahapan prosedur KLHS seperti tampak dalam
Tabel 2.2 menjadi acuan implementasi KLHS dalam perencanaan tata ruang wilayah
provinsi.
Tabel 1.2. Matriks Keterkaitan Antara Tahapan Proses Penyusunan RDTR
(Kep. Men Kimpraswil No.327) dengan Tahapan/Prosedur KLHS

Perencanaan tata ruang terkait dengan penyusunan struktur dan pola ruangnya.
Oleh karena itu, perlu kajian tentang persoalan dan analisis dari sisi tata ruang untuk
internalisasi konsep KLHS. Aspek infrastruktur merupakan kunci dari penyusunan
struktur dan pola pemanfaatan ruang di tingkat nasional, provinsi, maupun
kabupaten/kota.
Prosedur penyusunan rencana tata ruang wilayah provinsi berdasarkan
Keputusan Menteri Kimpraswil No. 327 Tahun 2002. Dalam pedoman tersebut
dikemukakan tujuh tahapan proses penyusunan RDTR dimulai dengan persiapan yang
meliputi penyusunan TOR hingga pemberitahuan kepada publik tentang rencana
penyusunan RDTR. Langkah berikutnya adalah melakukan review terhadap RDTR
sebelumnya sebagai pertimbangan untuk perbaikan RDTR berikutnya. Kegiatan review
ini diikuti dengan pengumpulan data yang diperlukan untuk penyusunan suatu RDTR.
Selanjutnya dilakukan analisis terhadap sembilan aspek dari mulai analisis kebijakan
dan strategi pengembangan kabupaten hingga analisis kelembagaan. Langkah penting
selanjutnya adalah melakukan konseptualisasi rencana (tata ruang) setelah
merumuskan tujuan perencanaan. Kegiatan ini meliputi delapan langkah dari mulai
arahan struktur dan pola pemanfaatan ruang hingga arahan kebijakan tata guna tanah,
air, udara dan sumberdaya lainnya. Dua langkah penyusunan tata ruang terakhir adalah
diskusi terbuka dihadapan seluruh pemangku kepentingan dan pengesahan oleh
DPRD Provinsi.
Dari keseluruhan langkah-langkah penyusunan RDTR tersebut di atas, meskipun
telah dipertimbangkan pentingnya aspek keterpaduan dalam proses penyusunan
rencana tata ruang dan aspek LH, namun demikian tidak dijelaskan bagaimana analisis
keterpaduan (utamanya antar sektor dan antar wilayah) dan pertimbangan
kepentingan lingkungan hidup seharusnya dilakukan dalam proses penyusunan

BAB I - 9
PENYUSUNAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
LAPORAN AKHIR RDTR KAWASAN BATUBULAN

rencana tata ruang. Dengan demikian, pertimbangan kepentingan lingkungan hidup


belum sepenuhnya terakomodir dalam RDTR.
Mempertimbangkan bahwa perencanaan tata ruang di Indonesia ada yang belum
dibuat (untuk wilayah pengembangan baru) dan akan selalu direvisi (minimal sekali
dalam lima tahun), maka dalam panduan ini disiapkan dua pilihan cara melakukan
implementasi KLHS dalam perencanaan tata ruang.

3. Implementasi KLHS pada Proses Penyusunan RDTR


Implementasi KLHS untuk mengintegrasikan kepentingan LH dalam proses
penyusunan rencana tata ruang tidak dilakukan pada setiap tahapan proses
penyusunan rencana tata ruang sebagaimana diatur oleh Kep. Men. Kimpraswil No.
327/2002, melainkan pada tahapan yang dianggap strategis, yaitu salah satu atau
kombinasi dari tiga tahapan proses penyusunan RDTR berikut (Gambar 1.2):
1. Dilaksanakan pada tahap Review RDTR;
2. Dilaksanakan pada tahap Analisis penyusunan RDTR;
3. Dilaksanakan pada tahap Konsepsi Rencana penyusunan RDTR.
Dalam Gambar ditunjukkan implementasi KLHS terhadap proses penyusunan
rencana tata ruang untuk masing-masing tahapan. Misalnya, langkah 1 dan 2 dalam
prosedur pelaksanaan KLHS seperti tersebut dalam Gambar 4.2 diimplementasikan
pada proses review RDTR Demikian pula, langkah 3 dan 4 dalam prosedur KLHS
diimplementasikan pada Tahap 4 proses penyusunan rencana tata ruang. Dengan
demikian, keseluruhan tahapan prosedur KLHS dapat diimplementasikan berdasarkan
tahapan yang relevan dari keseluruhan proses penyusunan rencana tata ruang wilayah
provinsi.

BAB I - 10
PENYUSUNAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
LAPORAN AKHIR RDTR KAWASAN BATUBULAN

Gambar 1.2 Implementasi KLHS pada tahap proses Kajian

BAB I - 11
PENYUSUNAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
LAPORAN AKHIR RDTR KAWASAN BATUBULAN

Gambar 1.3 Implementasi KLHS Pada Tahap Evaluasi Laporan KLHS

4. Implementasi KLHS pada Evaluasi KRP


Pilihan implementasi KLHS lainnya adalah KLHS dilaksanakan pada tahap
Evaluasi Laporan Perenanaan. Dalam hal ini, penerapan KLHS dapat dilakukan pada
salah satu atau ketiga pembahasan laporan RDTR yang sedang dievaluasi sebagai
berikut (Gambar 4.3) :
1. Dilaksanakan pada pembahasan Laporan Pendahuluan, yang dilakukan setelah
tahap persiapan dan tahap review KRP.

BAB I - 12
PENYUSUNAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
LAPORAN AKHIR RDTR KAWASAN BATUBULAN

2. Dilaksanakan pada pembahasan laporan Buku Data dan Analisis, yang


dilakukan setelah tahap pengumpulan data dan tahap analisis;
3. Dilaksanakan pada pembahasan laporan Buku Rencana, yang dilakukan setelah
tahap konsepsi rencana.
Dalam hal ini, apabila implementasi KLHS dilakukan pada ketiga tahap proses
penyusunan dan/atau dilakukan pada ketiga tahap evaluasi laporan perencanaan
tersebut di atas, maka pelaksanaan KLHS masuk dalam katagori standar maksimal.
Apabila implementasi KLHS hanya dilaksanakan pada salah satu dari ketiga tahap
proses penyusunan dan/atau dilakukan pada salah satu dari ketiga tahap evaluasi
laporan RDTR, maka masuk dalam katagori standar minimal. Namun demikian, untuk
pilihan standar minimal implementasi KLHS seharusnya dilaksanakan pada tahap
Analisis (Gambar 5.2) dan/atau pada pembahasan laporan Buku Data dan Analisis
(Gambar 5.3). Karena pada kedua tahap tersebut seharusnya dilakukan analisis
integrasi kepentingan LH dalam proses penyusunan rencana tata ruang. Kedua katagori
tersebut merupakan pilihan, tergantung pada kebutuhan dan prioritas pengelolaan
lingkungan hidup di daerah.

A. Penapisan
Kegiatan penapisan menentukan perlu atau tidaknya dilakukan KLHS terhadap
sebuah konsep/muatan rencana tata ruang. Langkah ini diperlukan atas alasan-alasan :
1. Memfokuskan telaah pada KRP yang memiliki nilai strategik,
2. Memfokuskan telaah pada KRP yang diindikasikan akan memberikan
konsekuensi penting pada kondisi lingkungan hidup, dan
3. Memberikan gambaran umum metodologi pendekatan yang akan digunakan.
Karena penyusunan perencanaan penataan ruang wajib dilakukan maka tahap
penapisan tidak diperlukan, sementara penyusunan RTR dengan tingkat kerincian
Kawasan bisa ditapis terlebih dulu dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut :
1. Apakah rancangan RTR berpotensi mendorong timbulnya percepatan kerusakan
sumber daya alam (hutan, tanah, air atau pesisir) dan pencemaran lingkungan
yang kini tengah berlangsung di suatu wilayah atau DAS? dan/atau
2. Apakah rancangan RTR berpotensi meningkatkan intensitas bencana banjir,
longsor, atau kekeringan di wilayah-wilayah yang saat ini tengah mengalami
krisis ekologi? dan/atau
3. Apakah rancangan RTR berpotensi menurunkan mutu air dan udara termasuk
ketersediaan air bersih yang dibutuhkan oleh suatu wilayah yang berpenduduk
padat? dan/atau
4. Apakah rancangan RTR akan menyebabkan meningkatnya jumlah penduduk
golongan miskin sebagai akibat adanya pembatasan baru atas akses dan kontrol
terhadap sumber-sumber alam yang semula dapat mereka akses? dan/atau
5. Apakah rancangan RTR berpotensi mengancam keberlanjutan penghidupan
(livelihood sustainability) suatu komunitas atau kelompok masyarakat tertentu di
masa mendatang?

BAB I - 13
PENYUSUNAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
LAPORAN AKHIR RDTR KAWASAN BATUBULAN

Jawaban positif bagi salah satu pertanyaan diatas sudah cukup untuk
memberikan alasan bahwa rancangan RTR tersebut memiliki potensi efek penting dan
perlu dipertimbangkan untuk dilengkapi dengan KLHS.

B. Pelingkupan
Pelingkupan merupakan proses yang sistematis dan terbuka untuk
mengidentifikasi isu-isu penting atau konsekuensi lingkungan hidup yang akan timbul
berkenaan dengan rencana KRP RTR Wilayah dan Kawasan. Berkat adanya pelingkupan
ini, pokok bahasan dokumen KLHS akan lebih difokuskan pada isu-isu atau konsekuensi
lingkungan dimaksud.

C. Telaah dan Analisis Teknis


Telaah dan analisis teknis adalah proses identifikasi, deskripsi, dan evaluasi
mengenai konsekuensi dan efek lingkungan akibat diterapkannya RDTR; serta
pengujian efektivitas RDTR dalam menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan. Telaah
dan analisis teknis mencakup:
1. Pemilihan dan penerapan metoda, serta teknik analisis yang sesuai dan terkini,
2. Penentuan dan penerapan aras rinci (level of detail) analisis agar sesuai dengan
kebutuhan rekomendasi, dan
3. Sistematisasi proses pertimbangan seluruh informasi, kepentingan dan
aspirasiyang dijaring.
Jenis-jenis kerangka telaah yang lazim dibutuhkan, antara lain:
1. Telaah daya dukung dan daya tampung lingkungan,
2. Telaah hubungan timbal balik kegiatan manusia dan fungsi ekosistem.
3. Telaah kerentanan masyarakat dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim
dan bencana lingkungan.
4. Telaah ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.

D. Pengembangan Alternatif
Alternatif yang dikembangkan dapat mencakup :
1. Substansi pokok/dasar RTR (misalnya: pilihan struktur dan pola ruang),
2. Program atau kegiatan penerapan muatan RTR (misalnya: pilihan intensitas
pemanfaatan ruang), dan/atau
3. Kegiatan-kegiatan operasional pengelolaan efek lingkungan hidup (misalnya:
penerapan kode bangunan yang hemat energi).

E. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan dilakukan untuk memilih alternatif terbaik yang bisa
dilaksanakan yang dipercaya dapat mewujudkan tujuan penataan ruang dalam kurun
waktu yang ditetapkan. Alternatif terpilih tidak hanya dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi dan keadilan sosial akan tetapi juga dapat menjamin terpeliharanya fungsi
lingkungan secara terus menerus. Berbagai metodologi yang lazim diterapkan dalam

BAB I - 14
PENYUSUNAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
LAPORAN AKHIR RDTR KAWASAN BATUBULAN

pengambilan keputusan, antara lain: compatibility (internal dan eksternal) appraisal,


benefit-cost ratio, analisis skenario dan multikriteria, analisis risiko, survai opini untuk
menentukan prioritas, dll.

F. Pemantauan dan Tindak Lanjut


Sesuai dengan kebutuhannya, kegiatan pemantauan dan tindak lanjut dapat
diatur berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Pada dasarnya efektivitas
penerapan rekomendasi KLHS berkaitan langsung dengan efektivitas RTR bagi wilayah
rencananya, sehingga tata laksananya bisa mengikuti aturan pemantauan efektivitas
RTR.

G. Partisipasi dan Konsultasi Masyarakat


Seluruh rangkaian KLHS bersifat partisipatif. Semua komponen kegiatan
diwarnai berbagai bentuk partisipasi dan konsultasi masyarakat. Namun demikian,
tingkat keterlibatan atau partisipasi masyarakat sangat bervariasi tergantung pada aras
(level of detail) RTR, peraturan perundangan yang mengatur keterlibatan masyarakat,
serta komitmen dan keterbukaan dari pimpinan organisasi pemerintahan baik di
tingkat pusat maupun daerah.
Secara umum boleh dikatakan bila KLHS diaplikasikan pada tingkat nasional
atau provinsi, maka keterlibatan atau partisipasi masyarakat harus lebih luas dan intens
dibanding KLHS pada tingkat kabupaten atau kota. Bila KLHS diaplikasikan untuk
tingkat kabupaten, kota, atau kawasan, maka proses pelibatan masyarakat atau
konsultasi publik harus dilakukan sedini mungkin dan efektif. Hal ini disebabkan
cakupan muatan RTR yang bersifat operasional memiliki ragam penerapan yang variatif
dan bersinggungan langsung dengan kegiatan masyarakat.
Secara spesifik, harus ada ketersediaan waktu yang cukup bagi masyarakat
untuk menelaah, memberikan masukan, dan mendapatkan tanggapan dalam proses
KLHS. Kegiatan ini juga mensyaratkan adanya tata laksana penyaluran aspirasi
masyarakat, termasuk pada tahap pengambilan keputusan.

H. Internalisasi KLHS dalam Proses Penyusunan KRP


Komponen-komponen kerja KLHS dilaksanakan dengan memperhatikan proses
formal yang berjalan. Kombinasi berbagai alternatif pelaksanaannya sangat ditentukan
oleh kekhususan proses pengambilan keputusan yang sedang terjadi pada masing-
masing perencanaan.
Dalam kasus dimana proses perencanaan belum terbentuk atau dilaksanakan,
seluruh komponen kerja KLHS bisa dijadikan bagian yang tak terpisahkan dari langkah-
langkah pekerjaan penyusunan perencanaa. Pada situasi dimana KLHS hadir sebagai
kebutuhan untuk mendukung proses pengambilan keputusan di tahap akhir proses
perencanaan, proses kerjanya bisa terpisah (stand alone). Banyak kondisi dimana
kombinasi antara kedua hal diatas akan terjadi, misalnya pengintegrasian beberapa
komponen kerja di tahap-tahap tertentu dan memisahkannya pada tahap yang lain.

BAB I - 15
PENYUSUNAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
LAPORAN AKHIR RDTR KAWASAN BATUBULAN

Dapat pula terjadi situasi dimana tidak semua komponen kerja perlu dilaksanakan atas
alasan-alasan tertentu tanpa mengurangi nilai penting dari pelaksanaan KLHS itu
sendiri
Kerangka kerja diatas bisa dilakukan paralel atau semi terintegrasi terhadap
proses revisi perencanaan, misalnya dengan melakukan langkah-langkah (1) dan (2)
pada tahap persiapan revisi RDTR, langkah (3) dan (4) pada tahap pengumpulan data
dan analisis dokumen perencanaan, dan langkah (5) dan (6) pada proses konsepsi
muatan RDTR hasil revisi. Namun bisa pula dilakukan proses KLHS terpisah saat draft
dokumen hasil revisi RDTR sudah siap untuk ditelaah.

BAB I - 16

Vous aimerez peut-être aussi