Vous êtes sur la page 1sur 11

Akhlak, Etika, dan Moral

Pengertian Akhlak
Ada dua pendekatan untuk mendefenisikan akhlak, yaitu pendekatan linguistik
(kebahasaan) dan pendekatan terminologi (peristilahan). Akhlak berasal dari bahasa arab
yakni khuluqun yang diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.
Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad Amin
menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat
memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.
Sedangkan sebagaian ulama yang lain mengatakan akhlak itu adalah suatu sifat yang
tertanam didalam jiwa seseorang dan sifat itu akan timbul disetiap ia bertindak tanpa
merasa sulit (timbul dengan mudah) karena sudah menjadi budaya sehari-hari. Akhlak
yang baik akan mengangkat manusia ke derajat yang tinggi dan mulia. Akhlak yang buruk
akan membinasakan seseorang insan dan juga akan membinasakan ummat manusia.
Manusia yang mempunyai akhlak yang buruk senang melakukan sesuatu yang merugikan
orang lain. Senang melakukan kekacauan, senang melakukan perbuatan yang tercela, yang
akan membinasakan diri dan masyarakat seluruhnya. Nabi S.A.W.bersabda yang
bermaksud: "Orang Mukmin yang paling sempurna imannya, ialah yang paling baik
akhlaknya."(H.R.Ahmad)

Macam-Macam Akhlak
a. Akhlak kepada Allah
 Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembah-
Nya sesuai dengan perintah-Nya. Seorang muslim beribadah membuktikan
ketundukkan terhadap perintah Allah.
 Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan
kondisi, baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada
Allah melahirkan ketenangan dan ketentraman hati.
b. Akhlak kepada diri sendiri
 Sabar, yaitu prilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari
pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya.Sabar
diungkapkan ketika melaksanakan perintah, menjauhi larangan dan ketika
ditimpa musibah.
 Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak
bisa terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan
perbuatan. Syukur dengan ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan
alhamdulillah, sedangkan syukur dengan perbuatan dilakukan dengan
menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya.
c. Akhlak kepada keluarga
Akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkann kasih sayang di antara
anggota keluarga yang diungkapkan dalam bentuk komunikasi. Akhlak kepada ibu
bapak adalah berbuat baik kepada keduanya dengan ucapan dan perbuatan. Berbuat
baik kepada ibu bapak dibuktikan dalam bentuk-bentuk perbuatan antara lain :
menyayangi dan mencintai ibu bapak sebagai bentuk terima kasih dengan cara
bertutur kata sopan dan lemah lembut, mentaati perintah, meringankan beban, serta
menyantuni mereka jika sudah tua dan tidak mampu lagi berusaha.
d. Akhlak kepada sesama manusia
1) Akhlak terpuji ( Mahmudah )
 Husnuzan
 Tawaduk
 Tasamu
 Ta’awun
2) Akhlak tercela ( Mazmumah )
 Hasad
 Dendam
 Gibah dan Fitnah
 Namimah

Pengertian Moral
Secara kebahasaan perkataan moral berasal dari ungkapan bahasa latin mores yang
merupakan bentuk jamak dari perkataan mos yang berarti adat kebiasaan. Dalam kamus
umum bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah penetuan baik buruk terhadap
perbuatan dan kelakuan. Istilah moral biasanya dipergunakan untuk menentukan batas-
batas suatu perbuatan, kelakuan, sifat dan perangkai dinyatakan benar, salah, baik,
buruk,layak atau tidak layak,patut maupun tidak patut. Moral dalam istilah dipahami juga
sebagai:
1. prinsip hidup yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk.
2. Kemampuan untuk memahami perbedaan benar dan salah.
3. Ajaran atau gambaran tentang tingkah laku yang baik.
Moral ialah tingkah laku yang telah ditentukan oleh etika. Tingkah laku yang telah
ditentukan oleh etika sama ada baik atau buruk dinamakan moral. Moral terbagi menjadi
dua yaitu :
a. Baik; segala tingkah laku yang dikenal pasti oleh etika sebagai baik
b. Buruk; tingkah laku yang dikenal pasti oleh etika sebagai buruk.
Moral juga diartikan sebagai ajaran baik dan buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak,
kewajiban, dan sebagainya (Purwadarminto, 1956 : 957). Dalam moral didiatur segala
perbuatan yang dinilai baik dan perlu dilakukan, dan suatu perbuatan yang dinilai tidak
baik dan perlu dihindari. Moral berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan antara
perbuatan yang baik dan perbuatan yang salah. Dengan demikian moral merupakan kendali
dalam bertingkah laku. Moral dapat diukur secara subyektif dan obyektif. Kata hati atau
hati nurani memberikan ukuran yang subyektif, adapun norma memberikan ukuran yang
obyektif.

Pengertian Etika
Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa yunani, ”ethos” yang
berarti watak kesusilaan atau adat. Sedangkan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia,
etika adalah ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Etika menurut filasafat
dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan
memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.

Akhlak Dalam Keluarga


Pandangan Islam tentang Ikatan Keluarga
Islam telah memperkenalkan ikatan keluarga (tali sillaturrahim) dengan
cara yang tidak ada bandingannya dalam agama-agama atau paham-paham lain.
Islam menuntun umatnya untuk menjunjung tinggi ikatan keluarga dan
menghukum siapa saja yang memutuskan ikatan ini.
Tidak ada bukti yang lebih kuat mengenai perhatian Islam terhadap ikatan
keluarga daripada gambaran yang sangat jelas yang dilukiskan oleh Nabi saw, yang
memandang ikatan keluarga (Rahim) sebagai tonggak dalam arena ciptaan yang
luas dan sebagai upaya mencari perlindungan Allah dari putusnya sillaturahim:
Allah mengabulkan doa, memelihara orang-orang yang memegang sillaturahim ini.
Banyak ayat-ayat Al-Quran yang mengulang dan menegaskan posisi
“arham” dalam Islam, mendorong orang untuk menegakkan sillaturahim dan
menanamkan perasaan yang kuat serta menghindarkan pengabaian terhadap ini
semua dan memberikan peringatan terhadap penyalahgunaan hal-hal tersebut. Salah
satu ayat ini adalah :
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan
kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari
pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang
banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya
kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan Mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa 4: 1)
Ayat ini memerintahkan kepada manusia untuk pertama-tama dan terutama,
bertakwa kepada Allah, kemudian yang kedua, memberikan hormat kepada
“arham” dalam rangka menekankan arti pentingnya.
Bagi seseorang musli, sejati, kenyataan bahwa “rahm” sering disebutkan
dalam hubungannya dengan iman kepada Allah dan perlakuan baik kepada orang
tua, cukup menegaskan mengenai arti pentingnya.
Menegakkan tali sillaturahim merupakan salah satu prinsip pokok Islam,
salah satu dasar yang telah dikembangkan agama ini sejak pertama kali Nabi saw
menyebarkannya. Hal ini merupakan salah satu keistimewaan dari sifat-sifat hukum
Islam yang paling khas.
1. Hak, Kewajiban dan Kasih sayang Suami Isteri
Salah satu tujuan perkawinan dalam Islam adalah bentuk mencari ketentraman atau
sakinah.
a. Hak-hak Bersama Suami Isteri
Dalam hubungan suami isteri di samping hak masing-masing ada juga
hak bersam yaitu (1) hak tamattu’ badani (menikmati hubungan sebadan dan
segala kesenangan badani lainnya), (2) hak saling mewarisi, (3) hak nasab anak.
I. Hak Tamattu’ Badani
II. Hak Saling Mewarisi
III. Hak Nasab Nak
b. Kewajiban Suami Kepada Isteri
Hak isteri atau kewajiban suami kepada isteri ada empat : (1) membayar mahar,
(2) memberikan nafkah, (3) menggauli isteri dengan sebaik-baiknya (ihsan al-
asyarah), dan (4) membimbing dan membina keagamaan isteri.
c. Kewajiban Kepada Anak
Anak adalah amanah yang harus dipertanggung jawabkan orang tua
kepada Allah SWT. anak adalah tempat orang tua mencurahkan kasih
sayangnya. Dan anak juga investasi masa depan untuk kepentingan orang tua di
akhirat kelak. Oleh sebab itu orang tua harus memelihara, membesarkan,
merawat, menyantuni dan mendidik anak-anaknya dengan penuh tanggung
jawab dan kasih sayang.
i. Memberi nama anaknya dengan nama yang baik
ii. Bantuan bapak kepada anak untuk mengajarkan ketaatan.
iii. Larangan bagi orang tua mendoakan kejelekan terhadap putra-
putrinya
iv. Hubungan Kasih sayang
v. Hubungan Masa Depan

Akhlak Sosial
I. Toleransi Inter dan Antar Umat Beragama Dalam Islam
Kemajemukan Masyarakat Intra Umat Islam di Indonesia
Bansa Indonesia merupakan bangsa dengan pemeluk Islam yang terbesar di
muka bumi. Hal yang cukup menarik dari umat Islam Indonesia ialah bahwa
mereka tidak saja dikatakan seluruhnya terdiri dari kaum Sunni (Ahl al-Sunnah wa
al-Jama’ah), bahkan dalam bidang Fiqh pun dapat dikatakan bahwa mereka
hampir seluruhnya penganut mazhab Syafi’i. Ini mengesankan adanya kesatuan
umat Islam Indonesia.
Namun kesan tentang kesatuan itu hanya sepintas lalu. Dalam kenyataanya,
sudah kita ketahui bersama bahwa ada kemajemukan yang begitu kompleks dan
tidak sederhana dalam Islam di Indoensia. Tentu saja begitu karena suatu
kemajemukan adalah “keputusan ilahi” dan Sunnatullah, maka “hukum” tersebut
tidak akan memperkecil masyarakat tertentu seperti masyarkat Islam Indonesia.
Buka bermaksud mengungkit pengalaman-pengalaman traumatis beberapa
dasawarsa sebelum dan sesuudah kemerdekaan, umat Islam Indoensia mempunyai
pengalaman tidak saja kemajemukan internal, bahkan perpecahan dan pertentangan
yang seringkali mengalami eskalasi sampai ke tingkat yang berbahaya.
Kontroversi didalam umat tidak hanya terbatas kepada persoalan reformasi
atau kontrareformasi, bid’ah atau bukan bid’ah. Tetapi perpecahan atau skisme
klasik Islam juga masih terus menunjukan dampaknya dalam pemahaman Islam
umat zaman mutakhir ini atau barangkali memang tidak mungkin menghindari dari
warisan sejarah itu. Sebagai contoh, sampai sekarang umat Islam Indonesia masih
mengenal adanya mereka yang lebih mementingkan orientasi keruhanian yang
esoteris (bathini) dalam tasawuf, lebih-lebih melalui tarekat-tarekat, disamping
orientasi kepranataan masyarakat yang lebih eksoteris (dhahiri) dalam sistem
ajaran hukum syariat atau fiqh.
Sebenarnya terjadinya perselisihan antara masyarakat harus dipandang
sebagai hal yang wajar. Tidak ada masyarakat yang terbebas sama sekali dari
silang-selisih. Yang tidak wajar ialah jika perselisihan itu meningkat sehingga
menimbulkan situasi saling mengucilkan dan pemutusan hubungan atau eks-
komunikasi dalam bentuk pengkafiran (takfir) oleh yang satu terhadap yang lain.
Dalam tingkat ini inti persoalan biasanya menjadi semakin sulit dikenali dan
elemen emosi yang subyektif gampang sekali mendominasi keadaan. Ketika itulah
kita amat memerlukan intropeksi, kajian diri dan kelompok secara jujur, usaha
mengerti persoalan sebenarnya.
Kemajemukan Masyarakat Antar Umat Beragama
Suatu hal yang perlu kita ketahui adalah Al Quran mengajarkan sebuah
paham kemajemukan keagamaan (religious plurality). Ajaran itu tidak perlu
dimaknai sebagai secara langsung pengakuan akan kebenaran semua agama dalam
bentuknya yang nyata sehari-hari. Akan tetapi ajaran kemajemukan keagamaan itu
menandaskan pengertian dasar-dasar semua agama diberikann kebebasan untuk
hidup, dengan resiko yang akan ditanggung oleh para pengikut agama itu masing-
masing, baik secara pribadi maupun secara kelompok. Sikap ini dapat diartikan
sebagai suatu harapan kepada semua agama yang ada, yaitu karena semua agama
itupada awal mulanya menganut prinsip yang sama, yaitu keharusan manusia
untuk berserah diri kepada Yang Maha Esa, maka agama-agama itu baik karena
dinamika internalnya sendiri atau karena persinggungannya dengan hal lain akan
secara berangsur-angsur menemukan kebenaran asalnya sendiri, sehingga
semuanya akan bertumpu dalam suatu “titik pertemuan”, “common platfrom” atau
dalam istilah Al Quran, “kalimah sawa”
Titik temu dari agama-agama semuanya tidak lain ialah Al Islam dalam generiknya
yaitu sikap berserah diri dan pasrah kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa, tanpa
sedikit pun mengasosiasikan atribut Ketuhanan kepada apa dan siapa pun juga
selain daripada-Nya sendiri adalah satu-satunya sikap keagamaan yang benar dan
sikap selain itu dengan sendirinya tertolak. Itulahh sebabnya kita temukan
penegasan dalam Al Quran Surah Ali Imran: 85:
“Dan barang siapa menganut agama selain Al Islam(berserah diri kepada
Tuhan) maka tidak akan diterima daripadanya dan di akhirat dia akan termasuk
mereka yang menyesal”.
Dan dari sudut pandang penglihatan, makna dasar istilah Al Islam di atas
itulah kita dapat memahami lebih baik Firman Allah dalam Surah Al Baqarah: 62
“Sesungguhnya mereka kaum yang beriman (kaum Muslim), kaum Yahudi,
kaum Nasrani, kaum Shabiin, siapa saja yang beriman kepada Allah dari Hari
Kemudian serta berbuat kebaikan maka tiada rasa takut menimpa mereka dan
mereka pun tidak perlu khawatir.”
Jadi dengan kata-kata lain, firman Allah itu diturunkan untuk
menegaskan bahwa siapa pun dapat memperoleh “keselamatan” asalkan dia
beriman kepada Allah, kepada Hari Kemudian dan berbuat baik tanpa memandang
apakah dia itu keturunan Nabi Ibrahim seperti kaum Yahudi (dan kaum Quraisy di
Mekkah) atau bukan. Jadi keselamatan tidaklah didapat oleh manusia karena faktor
keturunan tetapi oleh siapa saja berdasarkan iman kepada Allah, Hari Kemudian,
dan perbuatan atau prestasi yang saleh. Suatu prinsip yang banyak sekali
mendapat tekanan dalam Kitab Suci.
Prinsip-prinsip Islam dalam mewujudkan kesejahteraan sosial adalah:
1) Prinsip Persatuan dan Persaudaraan
2) Prinsip Persamaan
3) Prinsip Kebebasan
4) Prinsip Keamanan
5) Prinsip Hidup
6) Prinsip Perdamaian
7) Prinsip Musyawarah
8) Prinsip Keadilan
9) Prinsip Kepimpinan

Kebodohan adalah keadaan dan situasi disaat kurangnya pengetahuan terhadap


sesuatu informasi bersifat subjektif. Hal ini tidak sama dengan tingkat kecerdasan
yang rendah (kedunguan), seperti kualitas intelektual dan tingkat pendidikan yang
dimiliki seseorang. Kata "bodoh" adalah kata sifat yang menggambarkan keadaan
disaat seseorang tidak menyadari sesuatu hal, tapi masih memiliki kemampuan
untuk memahaminya.
Cara mengatasi Kebodohan yaitu dengan:
1. Rajin Mencari Ilmu
2. Pandai Bergaul

Islam dan Ilmu Pengetahuan


DEFINISI ILMU DALAM ISLAM
Kata ilmu berasal dari kata dalam bahasa Arab yaitu ‘ilm yang berarti pengetahuan
dan kemudian arti tersebut berkembang menjadi ilmu pengetahuan. Kata ‘ilm itu sendiri
diserap dalam bahasa Indonesia menjadi kata ilmu atau yang merujuk pada ilmu
pengetahuan.
Dalam sudut pandang Islam, ilmu sendiri diartikan sebagai pengetahuan yang
diperoleh berdasarkan ijtihad atau hasil pemilkiran mendalam para ulama dan ilmuwan
muslim yang didasarkan pada Alqur’an dan hadits.
KEUTAMAAN ILMU

Keutamaan-keutamaan ilmu dalam agama, diantaranya :


Ilmu adalah sebab kebaikan di dunia dan akhirat
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ّ ‫ِّين فِي يُفَ ِِّقههُ خَي ًرا بِ ِه‬
‫َللاُ ي ُِر ِد َمن‬ ِ ‫ال ِد‬
“Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan padanya, Allah akan faqihkan ia dalam
agama.” (Muttafaq ‘alaihi).

Ilmu sebagai benteng dari syubhat dan fitnah


Karena dengan ilmu kita dapat menjaga diri dari berbagai syubhat (kerancuan
pemikiran) yang menyerang. Dengan ilmu juga kita dapat membantah argumen orang-
orang yang ingin merusak agama.
Ilmu adalah jalan menuju surga
Dengan ilmu kita bisa beribadah yang benar sehingga akan mengantarkan kita
kepada surga Allah Subhanahu wa Ta’ala. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫سلَكَ َمن‬
َ ‫ط ِريقًا‬
َ ‫س‬
ُ ‫س ّه َل ِعل ًما فِي ِه يَلت َِم‬ ّ ُ‫ط ِريقًا لَه‬
َ ُ‫َللا‬ َ ‫ال َجنّ ِة إِلَى‬

“Barang siapa yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, maka akan Allah
mudahkan jalannya menuju surga.” (HR. Muslim).

Perkembangan Ilmu pengetahuan Dalam Islam


Ilmuwan besar dalam sejarah agama islam diantaranya adalah :
Al-razi dengan karyanya Al-Hāwī (850-923)
Ibnu Sina (980-1037)
Al-Khawarizmi atau Algorismus yang menulis buku Aljabar pada tahun 825 M
Ibnu Rushd (1126-1198)
Al Idris (1100-1166)
Jabir ibn hayyan dan Al biruni

Ilmu agama dan Ilmu umum


Masyarakat barat membagi ilmu pengetahuan dalam tiga cabang utama
yakni ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial dan ilmu pengetahuan
humaniora. Islam memiliki kaitan dengan ketiga ilmu tersebut diantaranya adalah :

Islam dan ilmu pengetahuan alam


Islam tidak terlepas dari keberadaan ilmu pengetahuan alam dan dalam
Alqur’an banyak ayat yang menyebutkan tentang ilmu dan kejadian yang
menyangkut ilmu fisika maupun Biologi seperti yang tertera dalam ayat berikut :

Islam dan Ilmu Pengetahuan sosial


Islam mengenal adanya ilmu ekonomi, politik, sosiologi dan cabang ilmu
sosial lainnya. Dalam islam diatur juga hal-hal mengenai perdagangan, demokrasi
dan hal lainnya yang menyangkut ilmu hukum dan sosial.
Sebagaiamana yang disebutkan dalam firman Allah SWT berikut ini :
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu
secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?

Islam dan ilmu Humaniora


Ilmu humaniora adalah ilmu yang menitikberatkan fokusnya pada manusia
dan yang menyangkut kehidupan manusia seperti ilmu filsafat, seni, kesusateraan,
kemiliteran, teknologi dan lain sebagainya.
AKHLAK MENCARI ILMU DAN MENGAJARKANNYA
Akhlak Mencari Ilmu dalam Agama Islam :
Anjuran Menuntut Ilmu Dalam Islam
Menuntut ilmu adalah suatu keharusan bagi kita seorang muslim. Banyak sekali
dalil yang menunjukkan keutamaan ilmu, para penuntut ilmu dan yang mengajarkannya.
Bahkan Rasulullah SAW juga bersabda,

ُ‫طلَب‬
َ ‫ضة ال ِعل ِم‬
َ ‫ُمس ِلم ُك ِِّل َعلَى فَ ِري‬

Artinya: “Menuntut ilmu adalah wajib atas setiap muslim.”

Memuliakan Orang Yang Berilmu


Para ulama adalah salah satu dari ulil amri yang wajib kita ta’ati disamping
penguasa kita. Allah berfirman: ” Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan
ta'atilah Rasulullah, dan ulil amri di antara kamu. ”(QS. 4:59)
Penafsiran ulul amri di sini mencakup para penguasa dan ulama serta para penuntut
ilmu, sebab tugas penuntut ilmu adalah untuk menjelaskan syariat Allah dan mendakwahi
manusia untuk menengakkannya,

Peran Ilmu Dalam Agama Dan Bangsa


Ilmu adalah amal soleh yang paling utama dan ibadah yang paling mulia dan paling
utama diantara ibadah-ibadah sunnah, karena ilmu termasuk jenis jihad di jalan Allah
karena agama Allah Azza Wajalla hanya akan tegak karena dua hal yaitu, pertama karena
ilmu dan penjelasan, kedua karena perang dan senjata.

Pahala Dari Allah SWT Kepada Muslim Yang Berilmu


Dalam Al-Qur’an sudah dijelaskan bahwa orang yang mulia di sisi Allah hanya
karena dua hal; karena imannya dan karena ketinggian ilmunya. Bukan karena jabatan atau
hartanya. Di dalam Al Qur’an juga diterangkan bahwa sesungguhnya Allah akan
mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu. Karena itu dapat kita ambil
kesimpulan bawa ilmu pengetahuan harus disandingkan dengan iman.
PRINSIP-PRINSIP ISLAM DALAM PENGEMBANGAN IPTEK
Sunnatullah adalah kita yakini sebagai ciptaanAllah SWT, yang berukuran, tidak
berubah-ubah dan obyektif.
Ada tatanan alam yang teratur di dunia , baik natural maupun sosial. Kata Einstein,
bahwa Tuhan menciptakan alam ini bukan seperti melempar dadu.
Merupakan pendekatan ilmiah ketiga, yaitu bahwa dunia ini adalah tertata menurut
ukuran(qadar kauniyah)tertentu secaramatematis , baik geometrik, aljabar maupun
statistik.
Bahwa tatanan natural maupun social bersifat sederhana mengikuti prinsip
parsimony, tidak rumit dan bersifat global.
Merupakan pendekatan ilmiah kelima, yaitu bahwakeberadaan dunia natural
maupun social mengikutiprinsip kausalitas segala sesuatu memiliki ukuran dan
terjadi menurut sebabnya Qur’an, Al-Kahfi,18:84-85).
Prinsip adanya perubahan (Qs, Ar Ra‟d, 13: 11) yangdiarahkan oleh Allah
SWT.Merupakan prinsip keberadaan fenomena natural maupun social yang
keenam. Contah air bisa berubah menjadi padat ketikasuhu nol derajad, atau
menjadi uap ketika suhunya 100 derajad. Rumput yanghijau menjadi hitam pada
tingkat kekeringan tertentu.
Adanya kesatuan alam dasar, kita yakini karena alamnatural maupun social
diciptakan oleh Allah Yang Maha Esa (Satu). Rumputyang hijau menjadi hitam
dalam satu keadaan.

Islam dan Ekonomi

Prinsip Ekonomi dalam Islam


Prinsip dasar dari ekonomi islam tentunya tidak hanya bergantung atau memberikan
keuntungan kepada salah satu atau sebagian pihak saja. Ajaran islam menghendaki
transaksi ekonomi dan kebutuhan ekonomi dapat memberikan kesejahteraan dan
kemakmuran manusia hidup di muka bumi.
Prinsip dasar ekonomi ini juga tentu berlandasakan kepada Rukun Islam, Dasar
Hukum Islam, Fungsi Iman Kepada Allah SWT, Sumber Syariat Islam, dan Rukun Iman.
Berikut adalah Prinsip-prinsip Ekonomi Islam dalam islam yang senantiasa ada dalam
aturan islam.

Tidak Menimbulkan Kesenjangan Sosial


Prinsip dasar islam dalam hal ekonomi senantiasa berpijak dengan masalah
keadilan. Islam tidak menghendaki ekonomi yang dapat berdampak pada timbulnya
kesenjangan. Misalnya saja seperti ekonomi kapitalis yang hanya mengedepankan aspek
para pemodal saja tanpa mempertimbangkan aspek buruh, kemanusiaan, dan
masayrakat marginal lainnya.
Untuk itu, islam memberikan aturan kepada umat islam untuk saling membantu
dan tolong menolong. Dalam islam memang terdapat istilah kompetisi atau berlomba-
lomba untuk melaksanakan kebaikan. Akan tetapi, hal tersebut tidak berarti
mengesampingkan aspek keadilan dan peduli pada sosial.
Hal ini sebagaimana perintah Allah, “Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah
zakat, dan taatlah kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat.” (QS An-Nur : 56)
Zakat, infaq, dan shodaqoh adalah jalan islam dalam menyeimbangkan ekonomi.
Yang kaya atau berlebih harus membantu yang lemah dan yang lemah harus berjuang
dan membuktikan dirinya keluar dari garis ketidakberdayaan agar mampu dan dapat
produktif menghasilkan rezeki dari modal yang diberikan padanya.

Tidak Bergantung Kepada Nasib yang Tidak Jelas


“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “Pada
keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa
keduanya lebih besar dari manfaatnya.”…” (QS Al-Baqarah : 219)
Islam melarang umatnya untuk menggantung nasib kepada hal yang sangat tidak
jelas, tidak jelas ikhtiarnya, dan hanya mengandalkan peruntungan dan peluang semata.
Untuk itu islam melarang perjudian dan mengundi nasib dengan anak panah sebagai
salah satu bentuk aktivitas ekonomi.
Pengundian nasib adalah proses rezeki yang dilarang oleh Allah karena di
dalamnya manusia tidak benar-benar mencari nafkah dan memakmurkan kehidupan di
bumi. Uang yang ada hanya diputar itu-itu saja, membuat kemalasan, tidak produktifnya
hasil manusia, dan dapat menggeret manusia pada jurang kesesatan atau lingkaran setan.
Untuk itu, prinsip ekonomi islam berpegang kepada kejelasan transaksi dan tidak
bergantung kepada nasib yang tidak jelas, apalagi melalaikan ikhtiar dan kerja keras.

Mencari dan Mengelola Apa yang Ada di Muka Bumi


“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS
Al Jumuah : 10)
Allah memberikan perintah kepada manusia untuk dapat mengoptimalkan dan
mencari karunia Allah di muka bumi. Hal ini seperti mengoptimalkan hasil bumi,
mengoptimalkan hubungan dan transaksi dengan sesama manusia. Untuk itu, jika
manusia hanya mengandalkan hasil ekonominya dari sesuatu yang tidak jelas atau
seperti halnya judi, maka apa yang ada di bumi ini tidak akan teroptimalkan. Padahal,
ada sangat banyak sekali karunia dan rezeki Allah yang ada di muka bumi ini. Tentu
akan menghasilkan keberkahan dan juga keberlimpahan nikmat jika benar-benar
dioptimalkan.
Untuk itu, dalam hal ekonomi prinsip islam adalah jangan sampai manusia tidak
mengoptimalkan atau membiarkan apa yang telah Allah berikan di muka bumi
dibiarkan begitu saja. Nikmat dan rezeki Allah dalam hal ekonomi akan melimpah jika
manusia dapat mencari dan mengelolanya dengan baik.

Larangan Ekonomi Riba


“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa
riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS Al-Baqarah
:278)
Prinsip Islam terhadap ekonomi yang lainnya adalah larangan riba. Riba adalah
tambahan yang diberikan atas hutang atau transaksi ekonomi lainnya. Orientasinya
dapat mencekik para peminam dana, khususnya orang yang tidak mampu atau tidak
berkecukupan. Dalam Al-Quran Allah melaknat dan menyampaikan bahwa akan
dimasukkan ke dalam neraka bagi mereka yang menggunakan riba dalam ekonominya.

Transaksi Keuangan yang Jelas dan Tercatat


Transaksi keuangan yang diperintahkan islam adalah transaksi keuangan yang
tercatat dengan baik. Transaksi apapun di dalam islam diperintahkan untuk dicatat dan
ditulis diatas hitam dan putih bahkan ada saksi. Dalam zaman moderen ini maka ilmu
akuntansi tentu harus digunakan dalam aspek ekonomi. Hal ini tentu saja menghindari
pula adanya konflik dan permasalahan di kemudian hari. Manusia bisa saja lupa dan
lalai, untuk itu masalah ekonomi pun harus benar-benar tercatat dengan baik.
Hal ini sebagaimana Allah sampaikan, “Hai orang-orang yang beriman, apabila
kamu bermu’amalah[179] tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah
kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya
dengan benar” (QS Al Baqarah : 282)

Vous aimerez peut-être aussi