Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
LAMAN
Gejala-gejala
1. Perdarahan pervaginam
2. Konsistensi rahim lunak
3. Fundus uteri naik
4. Tanda-tanda syok
Pragnosis
Wanita dengan perdarahan pasca persalinan seharusnya tidak meninggal akibat
perdarahannya, sekalipun untuk mengatasinya perlu dilakukan histerektomi.
Terapy
v Perdarahan dalam kala IV
Jika ada perdarahan dalam kala IV dan kontraksi rahim kurang baik, segera suntikkan 0,2 mg
ergonovin atau metil ergovin intrakuskular, uterus ditekan untuk mengeluarkan gumpalan
darah dan dilakukan masase. Seandainya perdarahan belum berhenti juga ditambah dengan
suntikan metil ergovin lagi, tetapi sekarang intravena dan dipasang oksitosin drip 10 unit
dalam 500 cc glukosa, selama tindakan ini masase diteruskan.
Jika masih ada perdarahan, dilaksanakan kompresi bimanual secara hamilton, yaitu satu
tangan masuk ke dalam vagina dan tangan ini dijadikan tinju dengan rotasi merangsang
dinding depan rahim, sedangkan tangan luar menekan dinding perut diatas fundus hingga
dapat merangsang dinding belakang rahim.
Syok
Syok merupakan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang adekuat ke
organ-organ vital. Syok merupakan suatu kondisi yang mengancam jiwa dan membutuhkan
tindakan segera dan intensif.
Penyebab syok pada kasus gawat darurat obstetri biasanya adalah perdarahan (syok
hipovelemik), sepsis (syok septik), Gagal jantung (syok kardiogenik), rasa nyeri (syok
neurogenik), alergi (syok anafilatelik).
Curigai atau antisipasi syok jika terdapat satu atau lebih kondisi berikut ini :
· Perdarahan pada awal kehamilan
· Perdarahan pada akhir kehamilan
· Perdarahan setelah melahirkan
· Infeksi
· Trauma
Penanganan
Prinsip dasar penanganan syok
· Tujuan utama pengobatan syok ialah melakukan penanganan awal dan khusus untuk
- menstabilkan kondisi pasien
- memperbaiki volume cairan sirkulasi darah
- mengefisiensikan sistem sirkulasi darah
· Setelah pasien stabil tentukan penyebab syok
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Beranda
PENGIKUT
Pulmonary Emboli
http://tyaraciiwyna.blogspot.com/p/penyulit-kala-iii-persalinan.html
A. DEFINISI
Menurut dr. Delfi Lutan, SPOG, 1998, Perdarahan post partum atau Kala IVadalah
perdarahan lebih 500-600 ml selama 24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena
retensio plasenta.
1. Perdarahan post partum primer (early postpartum hemorrhage) yang terjadi selama 24
jam setelah anak lahir.
2. Perdarahan post partum sekunder (late postpartum hemorrhage) yang terjadi setelah
24 jam anak lahir. Biasanya hari ke 5-15 post partum.
Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi
perdarahan post partum :
1. Menghentikan perdarahan.
2. Mencegah timbulnya syok.
3. Mengganti darah yang hilang.
Frekuensi perdarahan post partum 4/5-15 % dari seluruh persalinan. Berdasarkan
penyebabnya :
1. Atoni uteri (50-60%).
2. Retensio plasenta (16-17%).
3. Sisa plasenta (23-24%).
4. Laserasi jalan lahir (4-5%).
5. Kelainan darah (0,5-0,8%).
B. ETIOLOGI
1. Atoni uteri.
2. Sisa plasenta dan selaput ketuban.
3. Jalan lahir : robekan perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim.
4. Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia atau hipofibrinogenemia yang
sering dijumpai.
5. Perdarahan yang banyak.
6. Solusio plasenta.
7. Kematian janin yang lama dalam kandungan.
8. Pre-eklampsia dan eklampsia.
9. Infeksi dan syok septik.
10. Kelainan pada uterus seperti mioma uteri, uterus couvelair pada solusio plasenta.
11. Malnutrisi.
C.DIAGNOSIS
Cara membuat diagnosis perdarahan post partum :
4. Inspekulo : untuk melihat robekan pada serviks, vagina dan varises yang pecah.
5. Pemeriksaan laboratorium : periksa darah, hemoglobin, clot observation test (COT),
dan lain-lain.
Perdarahan post partum adakalanya merupakan perdarahan yang hebat maupun
perdarahan perlahan-lahan tetapi terus-menerus. Keduanya dapat menyebabkan perdarahan
yang banyak dan dapat menjadi syok. Oleh karena itu penting sekali pada setiap ibu bersalin
dilakukan pengukuran kadar darah secara rutin; serta pengawasan tekanan darah, nadi dan
pernapasan ibu, kontraksi uterus dan perdarahan selama 1 jam.
Beberapa menit setelah janin lahir, biasanya mulai terjadi proses pelepasan plasenta
disertai sedikit perdarahan. Bila plasenta sudah lepas dan turun ke bagian bawah rahim maka
uterus akan berkontraksi untuk mengeluarkan plasenta (his pengeluaran plasenta).
D. TATA LAKSANA
Cara mencegah perdarahan post partum yaitu memeriksa keadaan fisik, keadaan
umum, kadar hemoglobin, golongan darah dan bila mungkin tersedia donor darah. Sambil
mengawasi persalinan, dipersiapkan keperluan untuk infus dan obat-obatan penguat rahim
(uterotonika). Setelah ketuban pecah, kepala janin mulai membuka vulva, infus dipasang dan
sewaktu bayi lahir diberikan 1 ampul methergin atau kombinasi dengan 5 satuan sintosinon
(sintometrin intravena). Hasilnya biasanya memuaskan.
Memberikan oksitosin.
Mengeluarkan plasenta menurut cara Credee (1-2 kali).
Mengeluarkan plasenta dengan tangan.
Pengeluaran plasenta dengan tangan segera sesudah janin lahir dilakukan bila :
Menyangka akan terjadi perdarahan post partum.
Retensio plasenta.
Jika masih ada sisa-sisa plasenta yang agak melekat dan masih terdapat perdarahan
segera lakukan utero-vaginal tamponade selama 24 jam, diikuti pemberian uterotonika dan
antibiotika selama 3 hari berturut-turut dan pada hari ke-4 baru dilakukan kuretase untuk
membersihkannya.
Jika disebabkan oleh luka-luka jalan lahir, luka segera dijahit dan perdarahan akan
berhenti.
Pengobatan perdarahan post partum pada atoni uteri tergantung banyaknya perdarahan
dan derajat atoni uteri yang dibagi dalam 3 tahap :
1. Tahap I : perdarahan yang tidak banyak dapat diatasi dengan memberikan uterotonika,
mengurut rahim (massage) dan memasang gurita.
2. Tahap II : bila perdarahan belum berhenti dan bertambah banyak, selanjutnya berikan
infus dan transfusi darah lalu dapat lakukan :
- Perasat (manuver) Zangemeister.
- Perasat (manuver) Fritch.
- Kompresi bimanual.
- Kompresi aorta.
- Tamponade utero-vaginal.
3. Tahap III : bila belum tertolong maka usaha terakhir adalah menghilangkan sumber
perdarahan dengan 2 cara yaitu meligasi arteri hipogastrika atau histerektomi.
http://dikadianhusada.blogspot.com/p/kala-iv-primer-perdarahan.html
Bidan
Askeb I
Askeb II
Askeb III
Askeb IV
Obstetri
Ginekologi
Gizi
KB
Kespro
Anatomi
Soal
AboutProfil Saya
Search
RSS
Twitter
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup di luar uterus
melalui vagina ke dunia luar. Persalinan normal atau persalinan spontan adalah bila bayi lahir
dengan letak belakang kepala tanpa melalui alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak
melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam
(Wiknjosastro, 2002).
Kesimpulannya persalinan adalah proses pengeluaran konsepsi yang telah cukup bulan
melalui jalan lahir atau jalan lainnya, dengan bantuan atau tanpa bantuan.
Tahapan persalinan adalah :
Yang dimaksud dengan kala IV adalah 1-2 jam setelah pengeluaran uri.
1. Fisiologi Kala IV
2. Evaluasi Uterus
FISIOLOGI KALA IV
Kala IV adalah kala pengawasan dari 1-2 jam setelah bayi dan plasenta lahir untuk memantau
kondisi ibu.
EVALUASI UTERUS
Setelah kelahiran plasenta, periksa kelengkapan dari plasenta dan selaput ketuban. Jika masih
ada sisa plasenta dan selaput ketuban yang tertinggal dalam uterus akan mengganggu
kontraksi uterus sehingga menyebabkan perdarahan.
Jika dalam waktu 15 menit uterus tidak berkontraksi dengan baik, maka akan terjadi atonia
uteri. Oleh karena itu, diperlukan tindakan rangsangan taktil (massase) fundus uteri dan bila
perlu dilakukan Kompresi Bimanual.
Untuk mengetahui apakah ada tidaknya robekan jalan lahir, maka periksa daerah perineum,
vagina dan vulva. Setelah bayi lahir, vagina akan mengalami peregangan, oleh kemungkinan
edema dan lecet. Introitus vagina juga akan tampak terkulai dan terbuka. Sedangkan vulva
bisa berwarna merah, bengkak dan mengalami lecet-lecet.
Untuk mengetahui ada tidaknya trauma atau hemoroid yang keluar, maka periksa anus
dengan rectal toucher.
Laserasi dapat dikategorikan dalam :
1. Derajat pertama: laserasi mengenai mukosa dan kulit perineum, tidak perlu dijahit.
2. Derajat kedua: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit dan jaringan perineum (perlu
dijahit).
3. Derajat ketiga: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan
spinkter ani.
4. Derajat empat: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan
spinkter ani yang meluas hingga ke rektum. Rujuk segera.
Prinsip Penjahitan Luka Episiotomi / Laserasi Perineum
Indikasi Episiotomi
1. Gawat janin
2. Persalinan per vaginam dengan penyulit (sungsang, tindakan vakum ataupun forsep).
Tujuan Penjahitan
1. Untuk menyatukan kembali jaringan yang luka.
2. Mencegah kehilangan darah.
Selain teknik jahit satu-satu, dalam penjahitan digunakan teknik penjahitan dengan model
jelujur. Adapun keuntungannya adalah:
Mudah dipelajari.
Tidak nyeri.
Sedikit jahitan.
Setelah dilakukan penjahitan, bidan hendaklah memberikan nasehat kepada ibu. Hal ini
berguna agar ibu selalu menjaga dan merawat luka jahitannya. Adapun nasehat yang
diberikan diantaranya:
Menjaga perineum ibu selalu dalam keadaan kering dan bersih.
Menghindari penggunaan obat-obat tradisional pada lukanya.
Mencuci perineum dengan air sabun dan air bersih sesering mungkin.
PEMANTAUAN KALA IV
Saat yang paling kritis pada ibu pasca melahirkan adalah pada masa post partum. Pemantauan
ini dilakukan untuk mencegah adanya kematian ibu akibat perdarahan. Kematian ibu pasca
persalinan biasanya tejadi dalam 6 jam post partum. Hal ini disebabkan oleh infeksi,
perdarahan dan eklampsia post partum. Selama kala IV, pemantauan dilakukan 15 menit
pertama setelah plasenta lahir dan 30 menit kedua setelah persalinan.
4. Pemeriksaan perineum dari perdarahan aktif (apakah dari laserasi atau luka
episiotomi).
6. Pendokumentasian.
No Penilaian Keterangan
Plasenta dan Periksa kelengkapannya untuk memastikan ada tidaknya bagian yang
3
selaput ketuban tersisa dalam uterus.
5 Perineum Periksa ada tidaknya luka / robekan pada perineum dan vagina.
Diagnosis
No Kategori Keterangan
Tindakan Baik:
6. Menyusui segera.
8. Mengajari ibu dan keluarga tentang pemeriksaan fundus dan tanda bahaya baik bagi
ibu maupun bayi.
Hal yang harus diperhatikan dalam pemantauan lanjut selama kala IV adalah :
1. Vital sign – Tekanan darah normal < 140/90 mmHg; Bila TD < 90/ 60 mmHg, N >
100 x/ menit (terjadi masalah); Masalah yang timbul kemungkinan adalah demam
atau perdarahan.
2. Suhu – S > 380 C (identifikasi masalah); Kemungkinan terjadi dehidrasi ataupun
infeksi.
3. Nadi
4. Pernafasan
5. Tonus uterus dan tinggi fundus uteri – Kontraksi tidak baik maka uterus teraba
lembek; TFU normal, sejajar dengan pusat atau dibawah pusat; Uterus lembek
(lakukan massase uterus, bila perlu berikan injeksi oksitosin atau methergin).
6. Perdarahan – Perdarahan normal selama 6 jam pertama yaitu satu pembalut atau
seperti darah haid yang banyak. Jika lebih dari normal identifikasi penyebab (dari
jalan lahir, kontraksi atau kandung kencing).
7. Kandung kencing – Bila kandung kencing penuh, uterus berkontraksi tidak baik.
Selama kala IV, bidan harus memberitahu ibu dan keluarga tentang tanda bahaya:
1. Demam.
2. Perdarahan aktif.
5. Pusing.
8. Nyeri panggul atau abdomen yang lebih dari kram uterus biasa.
REFERENSI
kala 4, derajat laserasi, kala 4 persalinan, kala IV, persalinan kala 4, askeb persalinan normal,
kala IV persalinan, fisiologi kala IV, fisiologi kala 4, pemantauan kala IV, asuhan kala 4,
penyulit kala 4, asuhan kala iv, perineum, pemantauan kala 4, askep kala 4, askep persalinan
normal, pengertian kala 4, asuhan persalinan kala 4, derajat robekan perineum, derajat
laserasi perineum, episiotomi, pemantauan selama kala IV, pemeriksaan kala 4, tanda bahaya
kala IV.
Askeb II (Persalinan)
© LUSA.web.id | Share :
lusa
1. Reply
ugha says:
o Reply
AMI says:
Reply
lusa says:
:)
o Reply
lusa says:
2. Reply
cholif says:
o Reply
lusa says:
3. Reply
ria says:
thanks ya……
jd bisa tau banyak…
:)
o Reply
lusa says:
@ria :
4. Reply
iis says:
o Reply
lusa says:
@iis
5. Reply
Adinda says:
o Reply
lusa says:
@Adinda
Macam dari USG banyak sekali.. Apa yang mbak “Adinda” USG untuk
obstetri dan ginekologi?
Namun demikian, banyak refernsi yang menyatakan bahwa hasil USG tidak
selalu benar. Keakuratannya tidak ada yang 100 persen. Efektifitas USG
sangat tergantung pada :
1. Kualitas peralatan yang digunakan.
2. Skill, pengetahuan dan pengalaman dari yang menggunakan (petugas
kesehatan).
3. Metode yang diadopsi dalam melakukan USG.
4. Ketepatan tempat dilakukan USG.
Banyak sekali referensi yang berbicara tentang USG, karna USGpun banyak
macamnya. Ini ada beberapa referensi yang mungkin dapat membantu mbak
“Adinda”, belajar tentang USG:
en.wikipedia.org/wiki/Medical_ultrasonography
en.wikipedia.org/wiki/Obstetric_ultrasonography
ob-ultrasound.net
medicinenet.com/ultrasound/article.htm
Semoga yang sedikit ini, bisa membantu mbak “Adinda”… Selamat belajar..
6. Reply
Diana says:
ka,
ada punya gambar2 luka akibat persalinan ga.?
perluu bnget nh buat tugaz kul.
o Reply
lusa says:
@Diana
Minta maaf “Diana”, yang dimaksud luka akibat persalinan yang mana?
Apakah luka persalinan normal, luka dengan episiotomi atau akibat SC?
Kalo yang dimaksud luka persalinan normal (laserasi perineum), dalam tulisan
ini sdh ada.. bisa dibaca kembali..
7. Reply
asri says:
o Reply
lusa says:
@asri :
8. Reply
Fera says:
http://www.lusa.web.id/kala-iv/
hakiki erawati
Haemoragic post partum atau perdarahan kala IV adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml
dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi (Marylin E Dongoes, 2001).
Pada pelepasan plasenta selalu terjadi perdarahan karena sinus – sinus maternalis di tempat
insersinya pada dinding uterus terbuka. Biasanya perdarahan itu tidak banyak, sebab
kontraksi dan retraksi otot – otot uterus menekan pembuluh – pembuluh darah yang terbuka,
sehingga lumennya tertutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah.
( Sarwono, 2007 ).
Perdarahan postpartum didefinisikan sebagai hilangnya darah lebih dari 500 ml dari organ –
organ reproduksi setelah selesainya kala tiga persalinan ( ekspulsi atau ekstraksi plasenta dan
ketuban. Normalnya, perdarahan dari tempat plasenta terutama dikontrol oleh kontraksi dan
retraksi anyaman serat – serat otot serta agregasi trombosit dan thrombus fibrin di dalam
pembuluh darah desidua. Perdarahan postpartum dini adalah perdarahan yang berlebihan
selama 24 jam pertama setelah kala tiga persalinan. Perdarahan postpartum lanjut adalah
perdarahan yang berlebihan selama masa nifas, termasuk periode 24 jam pertama setelah kala
tiga persalinan selesai ( Asuhan Kebidanan IV Patologi Kebidanan, 2010 ).
2.2 Etiologi
Kadang – kadang perdarahan disebabkan kelainan proses pembekuan darah akibat dari
hipofibrinogenemia( solusio plasenta, retensi janin mati dalam uterus, emboli air ketuban).
Apabila sebagian plasenta lepas sebagian lagi belum, terjadi perdarahan karena uterus tidak
dapat berkontraksi dan beretraksi dengan baik pada batas antara dua bagian
tersebut.selanjutnya jika sebagian besar plasenta telah lahir, tetapi sebagian lain masih
melekat dalam dinding uterus, akan terjadi perdarahan pada masa nifas. ( Sarwono, 2007 ).
2.4 Prognosis
Prognosis dari perdarahan kala 4 tergantung dari penyebab dan kesigapan dari tenaga
kesehatan dalam menangani kasus perdarahan tersebut. semakin banyak darah yang keluar
prognosisnya akan semakin buruk. Komplikasi kehilangan darah yang banyak adalah syok
hipovolemik disertai dengan perfusi jaringan yang tidak adekuat. Namun apabila tenaga
kesehatan cepat, terampil dan cerdas dalam mengambil keputusan esiko yang tidak
diharapkan akan terminimalisir.
Penilaian Klinik
Tabel Penilaian Klinik untuk Menentukan Derajat Syok
Volume Kehilangan Darah Tekanan Darah (sistolik) Gejala dan Tanda Derajat Syok
500-1.000 mL
(10-15%) Normal Palpitasi, takikardia, pusing Terkompensasi
1000-1500 mL (15-25%) Penurunan ringan (80-100 mm Hg) Lemah, takikardia, berkeringat
Ringan
1500-2000 mL (25-35%) Penurunan sedang (70-80 mm Hg) Gelisah, pucat, oliguria Sedang
2000-3000 mL (35-50%) Penurunan tajam (50-70 mm Hg) Pingsan, hipoksia, anuria Berat
2.5 Penatalaksanaan
Prinsip – prinsip umum : segera diberikan cairan intravena ( biasanya 20-40 unit oksitosin
dalam 1000ml larutan garam fisiologi atau ringer laktat). Dua unit darah dicocok silang pada
kasus dimana transfusi diperlukan . keluaran urine tiap jam membantu pemantauan fungsi
ginjal.
Atonia uteri : infuse oksitosin intravena dapat ditambahkan dengan ergonovin maleat atau
metilergonovin maleat ( 0.2 mg ) yang diberikan secara intravena atau intramuskuler.fundus
uteri di masase melalui dinding abdomen. Eksploraasi uterus secara manual dianjurkan untuk
memastikan bahwa uterus utuh dan untuk mengangkat setiap fragmen plasenta .
Bila atonia persisten dianjurkan kompresi uterus secara bimanual. Uterus diangkat ke atas ke
luar dari pelvis dan dikompresi diantara satu tangan pada abdomen dan tangan lain mengepal
seperti sebuah tinju dalam vagina. Elevasi dan kompresi bimanual dipertahankan selama 2- 5
menit.
Prostaglandin intramuskuler mungkin menguntungkan bagi pasien yang tidak responsive
terhadap terapi konvensional.
Laparotomi harus dipertimbangkan bila atonia uteri persisten dan pedarahan tak dapat
dihentikan. Rupture uteri yang tidak terdiagnosa dapat merupakan suatu kemungkinan,
karean dinding lateral segmen uterus bagian bawah mungkin sukar dipalpasi pada
pemeriksaan vagina.
Perbaikan uterus, histerektomi, atau ligasi arteri hipogastrika atau uterine dapat dipilih,
tergantung pada umur pasien, paritas, dan keadaan umum, maupun luasnya trauma.
Tampon uterus dapat dicoba sebagai ukuran temporer sementara persiapan untuk laparotomi
dilakukan. Bila perdarahan berasal dari tempat plasenta di dalam segmen bawah uterus
dimana kontraksi otot tidak adekuat untuk mencapai hemostasis normal, tampon mungkin
mempunyai nilai khusus. Tampon uterus di tempatkan di dalam segmen bawah uterus,
dengan tampon vagina mengkompresi segmen bawah antara uterus dan tampon vagina
( bahan yang disukai untuk tampon adalah kasa polos dengan lebar 4 inci dan tebal 6 lapis ) .
Bila perdarahan dapat dikontrol dengan tampon, intervensi bedah dapat ditunda. Namun,
pasien harus diawasi secara hati – hati dan fasilitas untuk laparatomi darurat harus segera
tersedia, karena tampon tidak dapat berbuat banyak selain menutupi perdarahan aktif yang
terus menerus terkumpul di belakang tampon.( bila tampon berhasil, tampon dibiarkan di
tempat selama 12-24 jam )
Laserasi traktus genitalia : laserasi yang berdarah diperbaiki dengan benang kromik 00 atau
000. Visualisasi yang adekuat penting, dan seorang asisten sering diperlukan untuk meretraksi
dinding vagina dengan retractor sudut kanan.
Laserasi serviks : diperbaiki dengan merenggut mulut serviks yang berdekatan dengan
laserasi dengan menggunakan forsep cincin. Jahitan berurutan dengan kromik 00 atau 000
dilakukan melalui bagian yang paling mudah dari robekan serviks. Traksi pada jahitan
tersebut dapat membantu dalam menarik apeks laserasi ke bawah. Pembuluh – pembuluh
yang mengeluarkan darah harus diligasi untuk mencegah hematoma retroperitroneum. Jahitan
yang paling penting adalah pada apeks laserasi, dimana diperlukan perhatian yang cermat
untuk memastikan bahwa pembuluh- pembuluh yang mengalami retraksi tidak terus
berdarah. Jahitan terputus atau kontinu dapat dipakai, tergantung pada waktu perdarahan,
tempat perdarahan yang terlihat dan keinginan operator.
Hemostasis sementara dapat dicapai dengan memasang forsep cincin di tepi laserasi. Apabila
robekan meluas kedalam segmen bawah uterus atau ligamentum latum, tampon atau forsep
cincin untuk sementara dapat bermanfaat sementara dilakukan persiapan untuk pembedahan
abdomen.
Laserasi vagina jahitan pertama harus ditempatkan diatas apeks laserasi jahitan yang paling
hemostatik adalah yang berjalan searah jarum jam.
Varicose vagina atau vulva dapat menyebabkan perdarahan hebat yang sering sukar dikontrol
dengan penjahitan. Pada keadaan ini, tampon vagina yang ketat memberikan hemostasis yang
penting.
Plasenta atau selaput yang tertahan di dalam uterus : pengangkatan manual yang diikuti
dengan oksitosin dan ergonovin intravena biasanya sudah cukup untuk terapi.
Reaksi:
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
PENGIKUT
LEMBARAN KEHIDUPAN
Curhat (5)
iseeng...^_^ (2)
MENGENAI SAYA
hakiki
mahasiswa kebidanan yang selangkah lagi insyaAllah jadi bidan...^_^ saya adalah
orang yang usiiiil,reseee,menyebalkan, yang jelek-jeleklah semua tentang
kiki_menurut Ria_ "lo pikun abiiss ki"_menurut Ika_ "bocorr...bocorr"_menurut
Cimut_ "nenek2 banget..."_menurut teman seangkatan_ anak manis, pandai, penurut,
tegar, kuat, tangguh"_menurut papa_ "inspiratif, bintang bercahaya, mutiara ditengah
lumpur, dodolll pisan..._menurut hilma_ "loe itu mbaaaah,,, haha,, byk advice yg nice
bgt deh,, asyik buat curcol. sekian,,_menurut Ayu_
ARSIP BLOG
▼ 2011 (22)
o ► September (2)
o ► April (5)
o ▼ Maret (15)
pendamping hidup
nikmatilah perbedaan
pasien kompreku...
cvf???,,..
semangat PKMD!!!
perdarahan kala IV
menjaga semangat
formis
bismillahirohmanirrohiim...
ENTRI POPULER
perdarahan kala IV
2.1 Definisi Haemoragic post partum atau perdarahan kala IV adalah hilangnya darah
lebih dari 500 ml dalam 24 jam pertama setelah lahirny...
Dampak dari sex bebas (free sex), khususnya pada remaja dapat dibagi menjadi :
Bahaya Fisik Bahaya fisik yang dapat terjadi adalah terk...
Islam menganggap sex sebagai sesuatu hal yang suci, fitrah, dan bahkan sebagai
sarana untuk mendekatkan diri pada Allah SWT. Dalam suatu had...
Untuk menghindari sex bebas perlu dilakukan pengontrolan dan pengendalian nafsu
syahwat. Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah Memper...
bicara kharisma saya orang yang paling pusing dan penasaran bagaimana membentuk
kharisma dalam diri saya. mengutip dari obrolan menjelang ti...
dilema...
Setiap manusia pasti pernah dihadapkan pada pilihan. Dan setiap mahasiswa pasti
dilanda kebingungan, kira-kira bagaimana setelah lulus nanti...
Wanita yang paling utama “Dia adalah wanita yang paling jujur ketika berbicara, jika
marah ia sangat lembut, jika tertawa hanya dengan seny...
pendamping hidup
Menginjak usia kepala 2 topik yang tak habis-habisnya dibicarakan adalah impiannya
terhadap sosok pendamping hidup yang akan menemaninya. Si...
pasien kompreku...
KONTRAKSI UTERUS
Uterus terdiri dari tiga lapisan otot polos, lapisan luar longitudinal, lapisan dalam sirkular dan
diantara dua lapisan ini terdapat lapisan dengan otot-otot yang berayaman “tikar”. Seluruh
lapisan otot ini bekerjasama dengan baik, sehingga terdapat pada waktu his yang sempurna
sifat-sifat :
a). Kontraksi yang simetris
b). Kontraksi paling kuat atau adanya dominasi difundus uteri, dan
c). Sesudah itu terjadi relaksasi
Pengetahuan fungsi uterus dalam masa kehamilan banyak dipelajari oleh Caldeyro-Barcia
dan hasil-hasilnya diajukan pada kongres kedua international Federation of Gynaecology and
Obstetrics di Montreal, Juni 1958. Ia memasukkan kateter polietilen halus kedalam ruang
amnion dan memasang mikrobalon dimiometrium di fundus uteri, ditengah-tengah korpus
uteri dan dibagian bawah uterus . Semuanya kemudian disambung dengann kateter polietilen
halus kealat pencatat ( electrometer ). Dengan demikian dapat diketahui bahwa otot-otot
uterus tidak mengadakan relaksasi sampai 0, akan tetapi masih mempunyai tonus, sehingga
tekanan didalam ruang amnion masih terukur antara 6-12 mm Hg. Pada tiap kontraksi
tekanan tersebut meningkat disebut amplitude atau intensitas his yang mempunyai dua bagian
:
a). Peningkatan tekanan yang agak cepat
b). Penurunan tekanan yang agak lambat
Dalam mengawasi persalinan hendaknya selalu dibuat daftar catatan tentang his pada status
wanita tersebut, diantaranya :
• Frekuensi adalah jumlah his dalam waktu tertentu biasanya permenit atau per 10 menit.
• Amplitudo atau intensitas adalah kekuatan his diukur dalam mmHg. Dalam praktek,
kekuatan his hanya dapat diraba secara palpasi apakah sudah kuat atau masih lemah.
• Aktivitas his adalah frekuensi dan amplitudo diukur dengan unit Montevideo. Contoh :
frekuensi suatu his 3x per 10 menit dan amplitudonya 50 mmHg, maka aktivitas rahim =
3×50= 150 unit Montevideo.
• Durasi his adalah lamanya setiap his berlangsung diukur dengan detik, misalnya selama 40
detik.
• Datangnya his : apakah datangnya sering, teratur, atau tidak.
• Interval adalah masa relaksasi.
Penelitian tentang kekuatan his banyak dilaporkan oleh Caldeyro / Barciadaro Amerika latin
(1958). Dari penelitian ini diperoleh bahwa otot-otot uterus pada waktu relaksasi masih
mempunyai tonus dengan tekanan antara 6-12 mmHg. Sedangkan pada tiap kontraksi tekanan
tersebut meningkat.
Pace maker adalah pusat koordinasi his yang berada pada uterus disudut tuba dimana
gelombang his berasal. Dari sini gelombang his bergerak ke dalam dan ke bawah dengan
kecepatan 2 cm, tiap detik mencakup seluruh otot-otot uterus, di sebut fundus dominan. Oleh
karena serviks tidak mempunyai otot-otot yang banyak, maka pada setiap his terjadi
perubahan pada serviks :
• Tertarik dan mendatar (eyffacement)
• Membuka (Dilatasi)
2. Aktifitas Uterus (Miometrium)
Pada kehamilan menjelang 7 bulan, bila dilakukan pemeriksaan palpasi atau pemeriksaan
dalam dapat diraba adanya kontraksi-kontraksi kecil dari rahim (kontraksi Braxton / Hicks)
amplitudo 5 mmHg berlangsung sebentar sesudah kehamilan 30 minggu, aktifitas rahim akan
lebih kuat dan lebih sering.
Pada kehamilan diatas 36 minggu dan pada permukaan kala 1, his timbul lebih sering dan
lebih kuat, permukaan serviks 2 cm. Pada akhir kala 1, kontraksi uterus lebih meningkat,
lebih sering dan teratur dengan amplitudo 60 mmHg.
• Pada kala pengeluaran, his menjadi lebih efektif, terkoordinasi, simetris dengan
fundadominan kuat, dan lebih lama (60-90 detik).
• Pada waktu relaksasi, kekuatan tonus uterus kurang dari 12 mmHg, karena dalam keadaan
istirahat.
Adakalanya pada waktu uterus beraktifitas dengan kontraksi maka akan menemukan rasa
nyeri dan sakit rasa his. Perasaan sakit ini mungkin dikarenakan askemia dalam corpus dan
tempat terdapat banyak serabut saraf. Peristiwa ini meneruskan perasaan sakit melalui saraf
sensorik di pleksus hipogastrikus ke sistem saraf pusat. Sakit pinggang sering terasa pada
kala pembukaan dan bila bagian bawah uterus berkontraksi. Hal ini disebabkan oleh serabut
sensorik turut terangsang, maka dari itu, jika His sempurna dan efisien dengan adanya
dominasi di fundus uteri serta relaksasi bagian bawah uterus dan serviks, perasaan sakit
pinggang dan sakit di bagian bawah ini akan berkurang.
B. Mekanisme His
Dalam persalinan perbedaan antara segmen atas rahim dan segmen bawah rahim lebih jelas
lagi. Segmen atas memegang peranan yang aktif karena berkontraksi dan dindingnya
bertambah tebal dengan majunya persalinan. Sebaliknya segmen bawah rahim memegang
peranan pasif dan makin tipis dengan majunya persalinan karena diregang. Jadi segmen atas
berkontraksi menjadi tebal dan mendorong anak keluar sedangkan segmen bawah dan serviks
mengadakan relaksasi dan dilatasi menjadi saluran yang tipis dan teregang yang akan dilalui
bayi. Kontraksi otot rahim mempunyai sifat yang khas seperti :
• Setelah kontraksi maka otot tersebut tidak berelaksasi kembali ke keadaan sebelum
kontraksi tapi menjadi sedikit lebih pendek walaupun tonusnya seperti sebelum kontraksi
yang disebut retraksi. Sehingga rongga rahim mengecil dan anak berangsur didorong ke
bawah dan tidak banyak naik lagi ke atas setelah His hilang akibatnya segmen atas semakin
majunya persalinan apalagi setelah bayi lahir.
• Tidak akan ada kemajuan dalam persalinan
Pada ligamentum rotundum dalam persalinan yang mengandung otot-otot polos apabila
uterus berkontraksi maka otot-otot ligamentum rotundumikut berkontraksi hingga
ligamentum rotundum menjadi pendek. Di ligamentum rotundum pada tiap kontraksi fundus
yang tadinya bersandar pada tulang punggung berpindah ke depan mendeesak dinding perut
ke depan.
Perubahan letak uterus waktu kontraksi penting karena sumbu rahim akan searah dengan
sumbu jalan lahir. Dengan adanya kontraksi dari ligamentum rotundum fundus uteri
terhambat pada ligamentum rotundum dalam persalinan yang mengandung otot-otot polos
apabila uterus berkontraksi maka otot-otot ligamentum rotundum ikut berkontraksi hingga
ligamentum rotundum menjadi pendek. Di ligamentum rotundum pada tiap kontraksi fundus
yang tadinya bersandar pada tulang punggung berpindah kedepan mendesak dinding perut ke
depan.
Perubahan letak uterus waktu kontraksi penting karena sumbu rahim akan searah dengan
sumbu jalan lahir. Dengan adanya kontraksi dari ligamentum rotundum fundus uteri
terhambat sehingga waktu kontraksi fundus tidak dapat naik keatas. Apabila fundus naik
keatas waktu kontraksi maka kontraksi tersebut tidak dapat mendorong anak turun kebawah.
C. Perubahan-perubahan akibat His
Karena adanya kontraksi uterus ( his ) mengakibatkan perubahan-perubahan, antara lain :
• Pada uterus dan serviks : uterus teraba keras/padat. Karena kontraksi. Tekanan hidrostatis
air ketuban dan tekanan intrauterine naik serta menyebabkan serviks menjadi mendatar
( effacement) dan terbuka ( latasi )
• Pada ibu : rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim juga ada kenaikan nadi dan
tekanan darah.
• Pada janin : Pertukaran oksigen pada sirkulasi uterus – plasenter berkurang, maka timbul
hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat dan kurang jelas didengar karena adanya
iskemia fisiologis. Jika benar-benar terjadi hipoksia yang agak lama, misalnya pada kontraksi
tetanik, maka terjadi gawat janin aspeksia dengan denyut jantung janin diatas 160/menit,
tidak teratur.
D. Pembagian his dan sifat-sifatnya
a. His pendahuluan
His tidak kuat dan tidak teratur
Menyebabkab “show”
b. His pembukan
His pembukaan serviks sampai terjadi pembukaan lengkap 10 cm.
Mulai kuat teratur dan sakit.
1. Tahap-tahap persalinan
Tahap I :mulai dari awal his sampai pembukaan lengkap ( sekitar 10 cm )
Fase awal ( fase laten )
Kontraksi semakin kuat dan teratur
Rasa nyeri masih bersifat minimal
Serviks menipis dan membuka sampai mencapai sekitar 4 cm
jam pada kehamilan selanjutnya
Fase aktif
Serviks membuka sampai 10 cm
Bagian terendah bayi ( biasanya kepala ) mulai turun kedalam panggul ibu
Ibu mulai merasakan desakan untuk mengedan
Fase ini berlangsung sekitar 5 jam ( pada kehamilan pertama ) dan 2 jam ( pada kehamilan
berikutnya )
Tahap II : mulai dari pembukaan lengkap sampai bayi keluar dari rahim ibu. Berlangsung
selama 60 menit ( pada kehamilan pertama ) dan 15-30 menit ( pada kehamilan berikutnya ).
Tahap III : mulai dari kelahiran bayi sampai pengeluaran plasenta ( ari-ari ). Biasanya
tahap ini hanya berlangsung selama beberapa menit daja setelah proses berlangsung.
Selama tahap I, ibu dilarang mengedan karena mengedan sebelum pembukaan lengkap akan
me3nghabiskan tenaga dan bisa menyebabkan robekan pada serviks. Denyut jantung ibu dan
bayi diperiksa setiap 15 menit. Jika denyut jantung bayi terlalu cepat atau terlalu lambat,
maka dipertimbangkan untuk melahirkan bayi melalui operasi Caesar atau dengan bantuan
forceps atau tindakan korektif lainnya ( misalnya ibu disuruh berbaring miring kekiri,
menambah jumlah cairan infus atau memberikan O2 melalui selang hidung ).
Selama tahap II, ibu diharuskan mengedan setiap merasakan kontraksi agar bayi terdorong
kevagina. Pemantauan denyut jantung bayi dilakukan setiap 3 menit.
2. Persalinan Spontan
Tehnik persalinan spontan yang paling terkenal adalah metode Lamaze. Tehnik lainnya
adalah metode leboyer, yang terdiri dari melahirkan diruang gelap dan merendam bayi dalam
air hangat segera setelah dilahirkan. Pada persalinan spontan, untuk mengontrol nyeri selama
persalinan digunakan tehnik relaksasi dan pernafasan.
Untuk mempelajari tehnik ini calon ibu dan suaminya bisa mengikuti latihan di rumah sakit
mauoun klinik bersalin. Pada tehnik relaksasi, ibu secara sadar menegangkan sebagian
tubuhnya kemudian mengendorkannya. Tehnik ini membantu ibu mengendorkan seluruh
tubuhnya ketika rahim berkontraksi dan ketika rahim tidak berkontraksi. Beberapa jenis
pernafasan bisa membantu ibyu da;lam menghadapi pefrsalinan tahap I ( sebelum
diperbolehkan mengedan ).
Menarik napas dalam ( untuk membantu ibu rileks ), dilakukan pada awal dan akhir
kontraksi
Menarik nafas dangkal dan cepat di dada bagian atas, dilakukan pada saat konttraksi
mencapai puncaknya
Menarik nafas pendek dan cepat diikuti dengan menghembuskan nfas melalui mulut,
dilakukan untuk menahan keinginan untuk mengedan.
Pada stadium II ibu mulai boleh mengedaan dan diselangi dengan menarik nafas cepat dan
pendek. Selama kehamilan ibu dan pasangannya sebaiuknya melakukan tehnik relaksasi dan
pernafasan secara rutin. Selama persalinan berlangsung, sang suami bisa memantiu calon ibu
dengan memngingatkan apa yang seharusnya dilakukan pada setiap tahap persalinan dan
menenangkannya jika terlihat tegang. Pemijatan bisa mengurangi ketegangan pada calon ibu.
b. Sycale cornutum
Asal, yaitu :
Ekstrak dari celaviceps purpurea ( kapang gandum )
Sintesis, misalnya medhergin ( Sandoz )
Isinya antara lain :
Ergotamin
Ergotoksin
Etgometrin
Kerjanya :
Memperkuat kontraksi rahim
Ada efek di luar his, efek kerjanya lama dan pengaruhnya cukup lama. Kemasan yang
tersedia berupa kemasan tincture, extractum, infusum, tablet, dll. Biasanya dipasaran kita
kenal : ergot, ergotrat, ergotamine, ginergen, dan secara injeksi.
Dalam obstetri praktis sering dipakai pada :
Postpartum
Kala nifas
Sub-involusio
Abortus Incompletus
Post-kuret,dll
Methergin merupakan kemasan sintesis dari pabrik Sandoz. Obat ini sering dipakai pada
perdarahan postpartum, multipara postpartum, section caesarea, dan pada kasus-kasus yang
disangka akan terjadi perdarahan postpartum. Cara pemberian melalui IV / IM, seperti pada
hidramnion, gemeli, anak besar, operasi obstetric, dan pernah mengalami perdarahan
postpartum. Cara pemberian bisa IV / IM intramural dan per infuse.
c. Chinine ( pil kina )
Kina berasal dari kulit kayu kina, banyak terdapat di Indonesia terutama dipakai untuk
pengobatan malaria. Kerja obat ini memperkuat kontraksi rahim yang sudah ada, kemasannya
yaitu sulfas chihine. Dulu dipakai pada khinine kuur dan steinse kuur.
d. Prostaglandin
Sekarang ini pemakaian PG dalam obstetric, terutama untuk pengeluaran isi rahim
( kehamilan ) kapan saja dalam masa kehamilan, telah banyak dipakai di luar negeri.
Dimedan telah mulai dipakai untuk riset.
e. Morfin
Digunakan sebagai antidotum his yang kuat terus-menerus (tetania uteri).
f. Sandopart
Dibuat sintesis oleh Sandoz dan digunakan untuk stimulasi / induksi partus.
g. Oxsytocin drips
Terdiri atas :
Syntocinon drips
Pitocin drips
Untuk induksi partus dengan indikasi obstetric, dipakai 5-10 UI dalam 500 cc glukosa
/dekstrosa 5 %. Pemberian drips ini harus diawasi setiap saat.Dosis awal 4 tetes per menit,
kemudian dinaikkan tiap 10-15 menit hingga dikehendaki his yang adekuat, maksimum 40
tetes per menit. Syarat pemakaian obat ini harus diawasi serta dicatat DJJ tensi dan kontraksi.
Bahaya pemakaian uterus tonika :
Tetania uteri
Ruptura uteri
Retensio plasentae
https://dulqueeny.wordpress.com/2011/05/06/kontraksi-uterus/