Vous êtes sur la page 1sur 40

ASUHAN KEBIDANAN IV (PATOLOGI KEBIDANAN) DIANHUSADA

Persalinan dengan penyulit Kala III dan Kala IV

LAMAN

Perdarahan kala IV primer


PERDARAHAN KALA IV PRIMER
Perdarahan Pasca Persalinan
Yang dimaksud perdarahan pasca persalinan secara tradisional ialah perdarahan yang
melebihi 500 cc pada kala III. Perdarahan pasca persalinan sekarang dapat dibagi menajdi :
1. Perdarahan pasca persalinan dini ialah perdarahan ≥ 500 cc pada 24 jam pertama setelah
persalinan.
2. Perdarahan pasca persalinan lambat ialah perdarahan ≥ 500 cc setelah 24 jam persalinan.
Perdarahan pasca persalinan merupakan penyebab pentingnya kematian ibu ¼ dari kematian
ibu yang disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan (perdarahan pasca persalinan, placenta
pravia, sulusio plasenta, kehamilan ektopik, abortus dan ruptur uteri).
Bila perdarahan pasca persalinan tidak menyebabkan kematian, kejadian ini mempengaruhi
morbiditas nifas karena anemia akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga sangat penting
untuk mencegah perdarahan yang banyak.
Faktor predisposisi dan etiologi perdarahan pasca persalinan, yaitu :
1. Trauma fratetes benitalis à episiotomi yang luas, laserasi jalan lahir, dan ruptur uteri.
2. Perdarahan dari tempat implantasi plasenta.
a. Perdarahan atonis
· Anestesi umum
· Overdistensi uterus, seperti kehamilan kembar, hidranilon atau anak besar.
· Partus lama
· Partus presipitatus
· Paritas tinggi
· Infeksi korion
b. Retensi plasenta
· Kotiledon tertinggal
· Plasenta akreta, inkreta, dan perkerta.
c. Gangguan koa gulopati

Gejala-gejala
1. Perdarahan pervaginam
2. Konsistensi rahim lunak
3. Fundus uteri naik
4. Tanda-tanda syok

Pragnosis
Wanita dengan perdarahan pasca persalinan seharusnya tidak meninggal akibat
perdarahannya, sekalipun untuk mengatasinya perlu dilakukan histerektomi.

Terapy
v Perdarahan dalam kala IV
Jika ada perdarahan dalam kala IV dan kontraksi rahim kurang baik, segera suntikkan 0,2 mg
ergonovin atau metil ergovin intrakuskular, uterus ditekan untuk mengeluarkan gumpalan
darah dan dilakukan masase. Seandainya perdarahan belum berhenti juga ditambah dengan
suntikan metil ergovin lagi, tetapi sekarang intravena dan dipasang oksitosin drip 10 unit
dalam 500 cc glukosa, selama tindakan ini masase diteruskan.
Jika masih ada perdarahan, dilaksanakan kompresi bimanual secara hamilton, yaitu satu
tangan masuk ke dalam vagina dan tangan ini dijadikan tinju dengan rotasi merangsang
dinding depan rahim, sedangkan tangan luar menekan dinding perut diatas fundus hingga
dapat merangsang dinding belakang rahim.

Syok
Syok merupakan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang adekuat ke
organ-organ vital. Syok merupakan suatu kondisi yang mengancam jiwa dan membutuhkan
tindakan segera dan intensif.
Penyebab syok pada kasus gawat darurat obstetri biasanya adalah perdarahan (syok
hipovelemik), sepsis (syok septik), Gagal jantung (syok kardiogenik), rasa nyeri (syok
neurogenik), alergi (syok anafilatelik).
Curigai atau antisipasi syok jika terdapat satu atau lebih kondisi berikut ini :
· Perdarahan pada awal kehamilan
· Perdarahan pada akhir kehamilan
· Perdarahan setelah melahirkan
· Infeksi
· Trauma

Tanda dan Gejala


Diagnosis syok jika terdapat atau gejala berikut :
- Nadi cepat dan lemah (110 kali permenit atau lebih)
- Tekanan darah yang rendah (sostolit kurang dari 90 mm Hg).
Tanda dan gejala lain dari syok meliputi :
- Pucat (khususnya pada kelopak mata bagian dalam)
- Keringat atau kulit yang terasa dingin dan lambat
- Pernafasan yang cepat (30 kali per menit atau lebih)
- Gelisah, bingung atau hilangnya kesadaran
- Urin yang sedikit (kurang dari 30 ml per jam)

Penanganan
Prinsip dasar penanganan syok
· Tujuan utama pengobatan syok ialah melakukan penanganan awal dan khusus untuk
- menstabilkan kondisi pasien
- memperbaiki volume cairan sirkulasi darah
- mengefisiensikan sistem sirkulasi darah
· Setelah pasien stabil tentukan penyebab syok
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Beranda

Langganan: Entri (Atom)

PENGIKUT

MENGENAI ARSIP BLOG


SAYA  ▼ 2011 (4)
o ▼ Juni (4)

 Pulmonary Emboli

 - Complete Perineal Tear Reconstruction


TyaRa___:)
 Proses Kelahiran Manusia + Placenta.flv
Lihat profil
lengkapku  Trailer - Chapter on First Degree Perineal Tear
Template Picture Window. Diberdayakan oleh Blogger.

http://tyaraciiwyna.blogspot.com/p/penyulit-kala-iii-persalinan.html

PERDARAHAN KALA IV PRIMER


0 komentar

II. PERDARAHAN KALA IV

A. DEFINISI

Menurut dr. Delfi Lutan, SPOG, 1998, Perdarahan post partum atau Kala IVadalah
perdarahan lebih 500-600 ml selama 24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena
retensio plasenta.

Pembagian perdarahan post partum :

1. Perdarahan post partum primer (early postpartum hemorrhage) yang terjadi selama 24
jam setelah anak lahir.
2. Perdarahan post partum sekunder (late postpartum hemorrhage) yang terjadi setelah
24 jam anak lahir. Biasanya hari ke 5-15 post partum.
Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi
perdarahan post partum :
1. Menghentikan perdarahan.
2. Mencegah timbulnya syok.
3. Mengganti darah yang hilang.
Frekuensi perdarahan post partum 4/5-15 % dari seluruh persalinan. Berdasarkan
penyebabnya :
1. Atoni uteri (50-60%).
2. Retensio plasenta (16-17%).
3. Sisa plasenta (23-24%).
4. Laserasi jalan lahir (4-5%).
5. Kelainan darah (0,5-0,8%).
B. ETIOLOGI
1. Atoni uteri.
2. Sisa plasenta dan selaput ketuban.
3. Jalan lahir : robekan perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim.
4. Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia atau hipofibrinogenemia yang
sering dijumpai.
5. Perdarahan yang banyak.
6. Solusio plasenta.
7. Kematian janin yang lama dalam kandungan.
8. Pre-eklampsia dan eklampsia.
9. Infeksi dan syok septik.
10. Kelainan pada uterus seperti mioma uteri, uterus couvelair pada solusio plasenta.
11. Malnutrisi.
C.DIAGNOSIS
Cara membuat diagnosis perdarahan post partum :

1. Palpasi uterus : bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uterus.


2. Memeriksa plasenta dan ketuban : apakah lengkap atau tidak.
3. Melakukan eksplorasi kavum uteri untuk mencari :
- Sisa plasenta dan ketuban.
- Robekan rahim.

4. Inspekulo : untuk melihat robekan pada serviks, vagina dan varises yang pecah.
5. Pemeriksaan laboratorium : periksa darah, hemoglobin, clot observation test (COT),
dan lain-lain.
Perdarahan post partum adakalanya merupakan perdarahan yang hebat maupun
perdarahan perlahan-lahan tetapi terus-menerus. Keduanya dapat menyebabkan perdarahan
yang banyak dan dapat menjadi syok. Oleh karena itu penting sekali pada setiap ibu bersalin
dilakukan pengukuran kadar darah secara rutin; serta pengawasan tekanan darah, nadi dan
pernapasan ibu, kontraksi uterus dan perdarahan selama 1 jam.
Beberapa menit setelah janin lahir, biasanya mulai terjadi proses pelepasan plasenta
disertai sedikit perdarahan. Bila plasenta sudah lepas dan turun ke bagian bawah rahim maka
uterus akan berkontraksi untuk mengeluarkan plasenta (his pengeluaran plasenta).

D. TATA LAKSANA

Penanganan perdarahan post partum berupa mencegah perdarahan post partum,


mengobati perdarahan kala uri dan mengobati perdarahan post partum pada atoni uteri.

Cara mencegah perdarahan post partum yaitu memeriksa keadaan fisik, keadaan
umum, kadar hemoglobin, golongan darah dan bila mungkin tersedia donor darah. Sambil
mengawasi persalinan, dipersiapkan keperluan untuk infus dan obat-obatan penguat rahim
(uterotonika). Setelah ketuban pecah, kepala janin mulai membuka vulva, infus dipasang dan
sewaktu bayi lahir diberikan 1 ampul methergin atau kombinasi dengan 5 satuan sintosinon
(sintometrin intravena). Hasilnya biasanya memuaskan.

Cara mengobati perdarahan kala uri :

 Memberikan oksitosin.
 Mengeluarkan plasenta menurut cara Credee (1-2 kali).
 Mengeluarkan plasenta dengan tangan.
Pengeluaran plasenta dengan tangan segera sesudah janin lahir dilakukan bila :
 Menyangka akan terjadi perdarahan post partum.

 Perdarahan banyak (lebih 500 cc).

 Retensio plasenta.

 Riwayat perdarahan post partum pada perssalinan yang lalu.

Jika masih ada sisa-sisa plasenta yang agak melekat dan masih terdapat perdarahan
segera lakukan utero-vaginal tamponade selama 24 jam, diikuti pemberian uterotonika dan
antibiotika selama 3 hari berturut-turut dan pada hari ke-4 baru dilakukan kuretase untuk
membersihkannya.

Jika disebabkan oleh luka-luka jalan lahir, luka segera dijahit dan perdarahan akan
berhenti.

Pengobatan perdarahan post partum pada atoni uteri tergantung banyaknya perdarahan
dan derajat atoni uteri yang dibagi dalam 3 tahap :

1. Tahap I : perdarahan yang tidak banyak dapat diatasi dengan memberikan uterotonika,
mengurut rahim (massage) dan memasang gurita.
2. Tahap II : bila perdarahan belum berhenti dan bertambah banyak, selanjutnya berikan
infus dan transfusi darah lalu dapat lakukan :
- Perasat (manuver) Zangemeister.
- Perasat (manuver) Fritch.

- Kompresi bimanual.

- Kompresi aorta.

- Tamponade utero-vaginal.

- Jepit arteri uterina dengan cara Henkel.

3. Tahap III : bila belum tertolong maka usaha terakhir adalah menghilangkan sumber
perdarahan dengan 2 cara yaitu meligasi arteri hipogastrika atau histerektomi.
http://dikadianhusada.blogspot.com/p/kala-iv-primer-perdarahan.html

Bidan

 Askeb I
 Askeb II

 Askeb III
 Askeb IV

 Obstetri

 Ginekologi

 Gizi

 KB

 Kespro

 Komunikasi & Konseling

 Anatomi

 Soal

 UU & Hukum Kesehatan

 HomeKembali ke Halaman Depan

 AboutProfil Saya

 Song for GazaDukungan untuk Gaza

 Site MapPeta Situs

Search

 RSS
 Twitter

 Facebook

Home > Askeb II (Persalinan) > Kala IV


Kala IV
Aug 21, 2009 32 Comments by lusa
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan
atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan
atau tanpa bantuan (Mochtar, 2002).

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup di luar uterus
melalui vagina ke dunia luar. Persalinan normal atau persalinan spontan adalah bila bayi lahir
dengan letak belakang kepala tanpa melalui alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak
melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam
(Wiknjosastro, 2002).

Kesimpulannya persalinan adalah proses pengeluaran konsepsi yang telah cukup bulan
melalui jalan lahir atau jalan lainnya, dengan bantuan atau tanpa bantuan.
Tahapan persalinan adalah :

1. Kala I : Pembukaan Sevik – 10 cm (lengkap)


2. Kala II : Pengeluaran janin

3. Kala III : Pengeluaran dan pelepasan plasenta

4. Kala IV : dari lahirnya uri selama 1 – 2 jam

Yang dimaksud dengan kala IV adalah 1-2 jam setelah pengeluaran uri.

Asuhan Kala IV meliputi:

1. Fisiologi Kala IV
2. Evaluasi Uterus

3. Pemeriksaan Servik, Vagina dan Perineum


4. Pemantauan Kala IV

FISIOLOGI KALA IV

Kala IV adalah kala pengawasan dari 1-2 jam setelah bayi dan plasenta lahir untuk memantau
kondisi ibu.

EVALUASI UTERUS

Setelah kelahiran plasenta, periksa kelengkapan dari plasenta dan selaput ketuban. Jika masih
ada sisa plasenta dan selaput ketuban yang tertinggal dalam uterus akan mengganggu
kontraksi uterus sehingga menyebabkan perdarahan.

Jika dalam waktu 15 menit uterus tidak berkontraksi dengan baik, maka akan terjadi atonia
uteri. Oleh karena itu, diperlukan tindakan rangsangan taktil (massase) fundus uteri dan bila
perlu dilakukan Kompresi Bimanual.

PEMERIKSAAN SERVIK, VAGINA DAN PERINEUM

Untuk mengetahui apakah ada tidaknya robekan jalan lahir, maka periksa daerah perineum,
vagina dan vulva. Setelah bayi lahir, vagina akan mengalami peregangan, oleh kemungkinan
edema dan lecet. Introitus vagina juga akan tampak terkulai dan terbuka. Sedangkan vulva
bisa berwarna merah, bengkak dan mengalami lecet-lecet.

Untuk mengetahui ada tidaknya trauma atau hemoroid yang keluar, maka periksa anus
dengan rectal toucher.
Laserasi dapat dikategorikan dalam :

1. Derajat pertama: laserasi mengenai mukosa dan kulit perineum, tidak perlu dijahit.
2. Derajat kedua: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit dan jaringan perineum (perlu
dijahit).

3. Derajat ketiga: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan
spinkter ani.

4. Derajat empat: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan
spinkter ani yang meluas hingga ke rektum. Rujuk segera.
Prinsip Penjahitan Luka Episiotomi / Laserasi Perineum

Indikasi Episiotomi
1. Gawat janin
2. Persalinan per vaginam dengan penyulit (sungsang, tindakan vakum ataupun forsep).

3. Jaringan parut (perineum dan vagina) yang menghalangi kemajuan persalinan.

Tujuan Penjahitan
1. Untuk menyatukan kembali jaringan yang luka.
2. Mencegah kehilangan darah.

Keuntungan Teknik Jelujur

Selain teknik jahit satu-satu, dalam penjahitan digunakan teknik penjahitan dengan model
jelujur. Adapun keuntungannya adalah:

 Mudah dipelajari.
 Tidak nyeri.

 Sedikit jahitan.

Hal Yang Perlu Diperhatikan

Dalam melakukan penjahitan perlu diperhatikan tentang:


1. Laserasi derajat satu yang tidak mengalami perdarahan, tidak perlu dilakukan
penjahitan.
2. Menggunakan sedikit jahitan.

3. Menggunakan selalu teknik aseptik.

4. Menggunakan anestesi lokal, untuk memberikan kenyamanan ibu.

Penggunaan Anestesi Lokal


 Ibu lebih merasa nyaman (sayang ibu).
 Bidan lebih leluasa dalam penjahitan.

 Lebih cepat dalam menjahit perlukaannya (mengurangi kehilangan darah).

 Trauma pada jaringan lebih sedikit (mengurangi infeksi).

 Cairan yang digunakan: Lidocain 1 %.

Tidak Dianjurkan Penggunaan

Lidocain 2 % (konsentrasinya terlalu tinggi dan menimbulkan nekrosis jaringan).


Lidocain dengan epinephrine (memperlambat penyerapan lidocain dan memperpanjang efek
kerjanya).

Nasehat Untuk Ibu

Setelah dilakukan penjahitan, bidan hendaklah memberikan nasehat kepada ibu. Hal ini
berguna agar ibu selalu menjaga dan merawat luka jahitannya. Adapun nasehat yang
diberikan diantaranya:
 Menjaga perineum ibu selalu dalam keadaan kering dan bersih.
 Menghindari penggunaan obat-obat tradisional pada lukanya.

 Mencuci perineum dengan air sabun dan air bersih sesering mungkin.

 Menyarankan ibu mengkonsumsi makanan dengan gizi yang tinggi.

 Menganjurkan banyak minum.

 Kunjungan ulang dilakukan 1 minggu setelah melahirkan untuk memeriksa luka


jahitan.

PEMANTAUAN KALA IV

Saat yang paling kritis pada ibu pasca melahirkan adalah pada masa post partum. Pemantauan
ini dilakukan untuk mencegah adanya kematian ibu akibat perdarahan. Kematian ibu pasca
persalinan biasanya tejadi dalam 6 jam post partum. Hal ini disebabkan oleh infeksi,
perdarahan dan eklampsia post partum. Selama kala IV, pemantauan dilakukan 15 menit
pertama setelah plasenta lahir dan 30 menit kedua setelah persalinan.

Setelah plasenta lahir, berikan asuhan yang berupa :

1. Rangsangan taktil (massase) uterus untuk merangsang kontraksi uterus.


2. Evaluasi tinggi fundus uteri – Caranya : letakkan jari tangan Anda secara melintang
antara pusat dan fundus uteri. Fundus uteri harus sejajar dengan pusat atau dibawah
pusat.

3. Perkirakan darah yang hilang secara keseluruhan.

4. Pemeriksaan perineum dari perdarahan aktif (apakah dari laserasi atau luka
episiotomi).

5. Evaluasi kondisi umum ibu dan bayi.

6. Pendokumentasian.

Penilaian Klinik Kala IV

No Penilaian Keterangan

1 Fundus dan Rangsangan taktil uterus dilakukan untuk merangsang terjadinya


kontraksi uterus yang baik. Dalam hal ini sangat penting diperhatikan
kontraksi uterus
tingginya fundus uteri dan kontraksi uterus.

Pendarahan: Untuk mengetahui apakah jumlah pendarahan yang terjadi


Pengeluaran normal atau tidak. Batas normal pendarahan adalah 100-300 ml.
2
pervaginam Lokhea: Jika kontraksi uterus kuat, maka lokea tidak lebih dari saat
haid.

Plasenta dan Periksa kelengkapannya untuk memastikan ada tidaknya bagian yang
3
selaput ketuban tersisa dalam uterus.

Yakinkan bahwa kandung kencing kosong. Hal ini untuk membantu


4 Kandung kencing
involusio uteri

5 Perineum Periksa ada tidaknya luka / robekan pada perineum dan vagina.

6 Kondisi ibu Periksa vital sign, asupan makan dan minum.

Apakah bernafas dengan baik?


Kondisi bayi baru
7 Apakah bayi merasa hangat?
lahir
Bagaimana pemberian ASI?

Diagnosis

No Kategori Keterangan

Tonus – uterus tetap berkontraksi.


Posisi – TFU sejajar atau dibawah pusat.
1 Involusi normal
Perdarahan – dalam batas normal (100-300ml).
Cairan – tidak berbau.

Sub involusi – kontraksi uterus lemah, TFU diatas pusat.


2 Kala IV dengan penyulit
Perdarahan – atonia, laserasi, sisa plasenta / selaput ketuban.

BENTUK TINDAKAN DALAM KALA IV

Tindakan Baik:

1. Mengikat tali pusat.


2. Memeriksa tinggi fundus uteri.

3. Menganjurkan ibu untuk cukup nutrisi dan hidrasi.


4. Membersihkan ibu dari kotoran.

5. Memberikan cukup istirahat.

6. Menyusui segera.

7. Membantu ibu ke kamar mandi.

8. Mengajari ibu dan keluarga tentang pemeriksaan fundus dan tanda bahaya baik bagi
ibu maupun bayi.

Tindakan Yang Tidak Bermanfaat:

1. Tampon vagina – menyebabkan sumber infeksi.


2. Pemakaian gurita – menyulitkan memeriksa kontraksi.

3. Memisahkan ibu dan bayi.

4. Menduduki sesuatu yang panas – menyebabkan vasodilatasi, menurunkan tekanan


darah, menambah perdarahan dan menyebabkan dehidrasi.

PEMANTAUAN LANJUT KALA IV

Hal yang harus diperhatikan dalam pemantauan lanjut selama kala IV adalah :

1. Vital sign – Tekanan darah normal < 140/90 mmHg; Bila TD < 90/ 60 mmHg, N >
100 x/ menit (terjadi masalah); Masalah yang timbul kemungkinan adalah demam
atau perdarahan.
2. Suhu – S > 380 C (identifikasi masalah); Kemungkinan terjadi dehidrasi ataupun
infeksi.

3. Nadi

4. Pernafasan

5. Tonus uterus dan tinggi fundus uteri – Kontraksi tidak baik maka uterus teraba
lembek; TFU normal, sejajar dengan pusat atau dibawah pusat; Uterus lembek
(lakukan massase uterus, bila perlu berikan injeksi oksitosin atau methergin).
6. Perdarahan – Perdarahan normal selama 6 jam pertama yaitu satu pembalut atau
seperti darah haid yang banyak. Jika lebih dari normal identifikasi penyebab (dari
jalan lahir, kontraksi atau kandung kencing).

7. Kandung kencing – Bila kandung kencing penuh, uterus berkontraksi tidak baik.

TANDA BAHAYA KALA IV

Selama kala IV, bidan harus memberitahu ibu dan keluarga tentang tanda bahaya:

1. Demam.
2. Perdarahan aktif.

3. Bekuan darah banyak.

4. Bau busuk dari vagina.

5. Pusing.

6. Lemas luar biasa.

7. Kesulitan dalam menyusui.

8. Nyeri panggul atau abdomen yang lebih dari kram uterus biasa.

REFERENSI

Draft, Acuan Pelatihan Pelayanan Dasar Kebidanan.


Dep.Kes. RI, 2004, Asuhan Persalinan Normal, Jakarta.
blog.asuhankeperawatan.com/414askep/mekanisme-persalinan-normal/
mitrariset.com/2009/04/persalinan.html
Mochtar, R, 1998, Sinopsis Obstetri, Edisi 2 Jilid 1, EGC, Jakarta.
Pusdiknakes, 2003, Buku 3 Asuhan Intrapartum, Jakarta.
Sarwono, P, 2003, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, YBP
SP, Jakarta.
Scoot, J, dkk, 2002, Dandorft Buku Saku Obstetri Dan Ginekologi, Cetakan I, Widya
Merdeka, Jakarta.
Image, sulekha.com
KATA KUNCI

kala 4, derajat laserasi, kala 4 persalinan, kala IV, persalinan kala 4, askeb persalinan normal,
kala IV persalinan, fisiologi kala IV, fisiologi kala 4, pemantauan kala IV, asuhan kala 4,
penyulit kala 4, asuhan kala iv, perineum, pemantauan kala 4, askep kala 4, askep persalinan
normal, pengertian kala 4, asuhan persalinan kala 4, derajat robekan perineum, derajat
laserasi perineum, episiotomi, pemantauan selama kala IV, pemeriksaan kala 4, tanda bahaya
kala IV.

Askeb II (Persalinan)

© LUSA.web.id | Share :

lusa

About the author


Pengajar dan pendidik aktif di perguruan tinggi di Yogyakarta dan Surakarta. Selain itu, juga
seorang praktisi kesehatan di Yogyakarta. Menghabiskan waktu luang berkumpul bersama
keluarga (suami & anak) serta menulis di lusa.web.id.

32 Responses to “Kala IV”

1. Reply

ugha says:

20 October 2009 at 4:19 pm

askep kala III nya mana ya????

o Reply

AMI says:

3 December 2009 at 8:05 pm


=)

 Reply

lusa says:

20 October 2011 at 11:15 am

:)

o Reply

lusa says:

5 December 2009 at 12:26 am

@ugha : Yang dimaksud “askep = asuhan keperawatan kala III atau


penatalaksanaan kala III ?

2. Reply

cholif says:

17 December 2009 at 10:27 am

terimakasih jd tbah th, punya anamnesa pada ibu bersalin ceklis?

o Reply

lusa says:

17 December 2009 at 4:19 pm


@cholif
punya donk … :)

3. Reply

ria says:

28 February 2010 at 11:21 pm

thanks ya……
jd bisa tau banyak…
:)

o Reply

lusa says:

1 March 2010 at 12:13 pm

@ria :

sama-sama… thanks juga sdh berkunjung…

4. Reply

iis says:

12 March 2010 at 10:59 am

mint datanya ya bu,,

o Reply
lusa says:

12 March 2010 at 2:00 pm

@iis

silakan.. moga bermanfaat.. :)

5. Reply

Adinda says:

26 March 2010 at 5:52 pm

Apakah hasil USG itu Akurat????? Berapa persen keakuratannya??????


Terima kasih

o Reply

lusa says:

6 April 2010 at 1:07 am

@Adinda

Macam dari USG banyak sekali.. Apa yang mbak “Adinda” USG untuk
obstetri dan ginekologi?

Namun demikian, banyak refernsi yang menyatakan bahwa hasil USG tidak
selalu benar. Keakuratannya tidak ada yang 100 persen. Efektifitas USG
sangat tergantung pada :
1. Kualitas peralatan yang digunakan.
2. Skill, pengetahuan dan pengalaman dari yang menggunakan (petugas
kesehatan).
3. Metode yang diadopsi dalam melakukan USG.
4. Ketepatan tempat dilakukan USG.

Banyak sekali referensi yang berbicara tentang USG, karna USGpun banyak
macamnya. Ini ada beberapa referensi yang mungkin dapat membantu mbak
“Adinda”, belajar tentang USG:

en.wikipedia.org/wiki/Medical_ultrasonography
en.wikipedia.org/wiki/Obstetric_ultrasonography
ob-ultrasound.net
medicinenet.com/ultrasound/article.htm

Semoga yang sedikit ini, bisa membantu mbak “Adinda”… Selamat belajar..

6. Reply

Diana says:

16 April 2010 at 6:06 pm

ka,
ada punya gambar2 luka akibat persalinan ga.?
perluu bnget nh buat tugaz kul.

o Reply

lusa says:

10 May 2010 at 8:19 pm

@Diana

Minta maaf “Diana”, yang dimaksud luka akibat persalinan yang mana?
Apakah luka persalinan normal, luka dengan episiotomi atau akibat SC?
Kalo yang dimaksud luka persalinan normal (laserasi perineum), dalam tulisan
ini sdh ada.. bisa dibaca kembali..

7. Reply

asri says:

20 July 2010 at 7:32 pm

trimakasih berkat blog kk’ sya bisa menyelesaikan tugas kuliah…

o Reply

lusa says:

23 July 2010 at 10:16 am

@asri :

Sama-sama… slalu semangat belajar yach.. smoga sukses :)

8. Reply

Fera says:

http://www.lusa.web.id/kala-iv/

hakiki erawati

KAMIS, 03 MARET 2011


perdarahan kala IV
2.1 Definisi

Haemoragic post partum atau perdarahan kala IV adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml
dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi (Marylin E Dongoes, 2001).
Pada pelepasan plasenta selalu terjadi perdarahan karena sinus – sinus maternalis di tempat
insersinya pada dinding uterus terbuka. Biasanya perdarahan itu tidak banyak, sebab
kontraksi dan retraksi otot – otot uterus menekan pembuluh – pembuluh darah yang terbuka,
sehingga lumennya tertutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah.
( Sarwono, 2007 ).
Perdarahan postpartum didefinisikan sebagai hilangnya darah lebih dari 500 ml dari organ –
organ reproduksi setelah selesainya kala tiga persalinan ( ekspulsi atau ekstraksi plasenta dan
ketuban. Normalnya, perdarahan dari tempat plasenta terutama dikontrol oleh kontraksi dan
retraksi anyaman serat – serat otot serta agregasi trombosit dan thrombus fibrin di dalam
pembuluh darah desidua. Perdarahan postpartum dini adalah perdarahan yang berlebihan
selama 24 jam pertama setelah kala tiga persalinan. Perdarahan postpartum lanjut adalah
perdarahan yang berlebihan selama masa nifas, termasuk periode 24 jam pertama setelah kala
tiga persalinan selesai ( Asuhan Kebidanan IV Patologi Kebidanan, 2010 ).

2.2 Etiologi

Penyebab utama perdarahan post partum primer :


1. Atonia Uteri ( 50-60 % )
2. Sisa Plasenta ( 23-24 % )
3. Retensio Plasenta ( 16-17 % )
4. Laserasi Jalan Lahir ( 4-5 % ) ( Ai Yeyeh, 2010 ).

Kadang – kadang perdarahan disebabkan kelainan proses pembekuan darah akibat dari
hipofibrinogenemia( solusio plasenta, retensi janin mati dalam uterus, emboli air ketuban).
Apabila sebagian plasenta lepas sebagian lagi belum, terjadi perdarahan karena uterus tidak
dapat berkontraksi dan beretraksi dengan baik pada batas antara dua bagian
tersebut.selanjutnya jika sebagian besar plasenta telah lahir, tetapi sebagian lain masih
melekat dalam dinding uterus, akan terjadi perdarahan pada masa nifas. ( Sarwono, 2007 ).

Tabel Penilaian Klinik untuk Menentukan Penyebab Perdarahan Post Partum

Gejala dan Tanda Penyulit Diagnosis Kerja


Uterus tidak berkontraksi dan lembek.
Perdarahan segera setelah anak lahir Syok
Bekuan darah pada serviks atau posisi telentang akan menghambat aliran darah keluar Atonia
uteri
Darah segar mengalir segera setelah bayi lahir
Uterus berkontraksi dan keras
Plasenta lengkap
Pucat
Lemah
Menggigil
Robekan jalan lahir
Plasenta belum lahir setelah 30 menit
Perdarahan segera
Uterus berkontraksi dan keras Tali pusat putus akibat traksi berlebihan
Inversio uteri akibat tarikan
Perdarahan lanjutan Retensio plasenta
Plasenta atau sebagian selaput tidak lengkap
Perdarahan segera Uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang Retensi sisa
plasenta
Uterus tidak teraba
Lumen vagina terisi massa
Tampak tali pusat (bila plasenta belum lahir) Neurogenik syok
Pucat dan limbung Inversio uteri
Sub-involusi uterus
Nyeri tekan perut bawah dan pada uterus
Perdarahan sekunder Anemia
Demam Endometritis atau sisa fragmen plasenta (terinfeksi atau tidak)
( Sumber : Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2006 )

2.3 Faktor-Faktor Predisposisi

Beberapa faktor predisposisi perdarahan kala IV antara lain :


1. Anastesi umum
2. Persalinan Lama
3. Persalinan cepat
4. Kelainan uterus –leiomiomata, kelainan kogenital
5. Uterus yang terlalu teregang karena kehamilan ganda, hidramnion,atau bayi yang sangat
besar
6. Plasenta previa
7. Solusio plasenta
8. Multi paritas
9. Pre-eklampsia atau eklampsia

2.4 Prognosis

Prognosis dari perdarahan kala 4 tergantung dari penyebab dan kesigapan dari tenaga
kesehatan dalam menangani kasus perdarahan tersebut. semakin banyak darah yang keluar
prognosisnya akan semakin buruk. Komplikasi kehilangan darah yang banyak adalah syok
hipovolemik disertai dengan perfusi jaringan yang tidak adekuat. Namun apabila tenaga
kesehatan cepat, terampil dan cerdas dalam mengambil keputusan esiko yang tidak
diharapkan akan terminimalisir.

Penilaian Klinik
Tabel Penilaian Klinik untuk Menentukan Derajat Syok

Volume Kehilangan Darah Tekanan Darah (sistolik) Gejala dan Tanda Derajat Syok
500-1.000 mL
(10-15%) Normal Palpitasi, takikardia, pusing Terkompensasi
1000-1500 mL (15-25%) Penurunan ringan (80-100 mm Hg) Lemah, takikardia, berkeringat
Ringan
1500-2000 mL (25-35%) Penurunan sedang (70-80 mm Hg) Gelisah, pucat, oliguria Sedang
2000-3000 mL (35-50%) Penurunan tajam (50-70 mm Hg) Pingsan, hipoksia, anuria Berat

2.5 Penatalaksanaan

Prinsip – prinsip umum : segera diberikan cairan intravena ( biasanya 20-40 unit oksitosin
dalam 1000ml larutan garam fisiologi atau ringer laktat). Dua unit darah dicocok silang pada
kasus dimana transfusi diperlukan . keluaran urine tiap jam membantu pemantauan fungsi
ginjal.
Atonia uteri : infuse oksitosin intravena dapat ditambahkan dengan ergonovin maleat atau
metilergonovin maleat ( 0.2 mg ) yang diberikan secara intravena atau intramuskuler.fundus
uteri di masase melalui dinding abdomen. Eksploraasi uterus secara manual dianjurkan untuk
memastikan bahwa uterus utuh dan untuk mengangkat setiap fragmen plasenta .
Bila atonia persisten dianjurkan kompresi uterus secara bimanual. Uterus diangkat ke atas ke
luar dari pelvis dan dikompresi diantara satu tangan pada abdomen dan tangan lain mengepal
seperti sebuah tinju dalam vagina. Elevasi dan kompresi bimanual dipertahankan selama 2- 5
menit.
Prostaglandin intramuskuler mungkin menguntungkan bagi pasien yang tidak responsive
terhadap terapi konvensional.
Laparotomi harus dipertimbangkan bila atonia uteri persisten dan pedarahan tak dapat
dihentikan. Rupture uteri yang tidak terdiagnosa dapat merupakan suatu kemungkinan,
karean dinding lateral segmen uterus bagian bawah mungkin sukar dipalpasi pada
pemeriksaan vagina.
Perbaikan uterus, histerektomi, atau ligasi arteri hipogastrika atau uterine dapat dipilih,
tergantung pada umur pasien, paritas, dan keadaan umum, maupun luasnya trauma.
Tampon uterus dapat dicoba sebagai ukuran temporer sementara persiapan untuk laparotomi
dilakukan. Bila perdarahan berasal dari tempat plasenta di dalam segmen bawah uterus
dimana kontraksi otot tidak adekuat untuk mencapai hemostasis normal, tampon mungkin
mempunyai nilai khusus. Tampon uterus di tempatkan di dalam segmen bawah uterus,
dengan tampon vagina mengkompresi segmen bawah antara uterus dan tampon vagina
( bahan yang disukai untuk tampon adalah kasa polos dengan lebar 4 inci dan tebal 6 lapis ) .
Bila perdarahan dapat dikontrol dengan tampon, intervensi bedah dapat ditunda. Namun,
pasien harus diawasi secara hati – hati dan fasilitas untuk laparatomi darurat harus segera
tersedia, karena tampon tidak dapat berbuat banyak selain menutupi perdarahan aktif yang
terus menerus terkumpul di belakang tampon.( bila tampon berhasil, tampon dibiarkan di
tempat selama 12-24 jam )
Laserasi traktus genitalia : laserasi yang berdarah diperbaiki dengan benang kromik 00 atau
000. Visualisasi yang adekuat penting, dan seorang asisten sering diperlukan untuk meretraksi
dinding vagina dengan retractor sudut kanan.
Laserasi serviks : diperbaiki dengan merenggut mulut serviks yang berdekatan dengan
laserasi dengan menggunakan forsep cincin. Jahitan berurutan dengan kromik 00 atau 000
dilakukan melalui bagian yang paling mudah dari robekan serviks. Traksi pada jahitan
tersebut dapat membantu dalam menarik apeks laserasi ke bawah. Pembuluh – pembuluh
yang mengeluarkan darah harus diligasi untuk mencegah hematoma retroperitroneum. Jahitan
yang paling penting adalah pada apeks laserasi, dimana diperlukan perhatian yang cermat
untuk memastikan bahwa pembuluh- pembuluh yang mengalami retraksi tidak terus
berdarah. Jahitan terputus atau kontinu dapat dipakai, tergantung pada waktu perdarahan,
tempat perdarahan yang terlihat dan keinginan operator.
Hemostasis sementara dapat dicapai dengan memasang forsep cincin di tepi laserasi. Apabila
robekan meluas kedalam segmen bawah uterus atau ligamentum latum, tampon atau forsep
cincin untuk sementara dapat bermanfaat sementara dilakukan persiapan untuk pembedahan
abdomen.
Laserasi vagina jahitan pertama harus ditempatkan diatas apeks laserasi jahitan yang paling
hemostatik adalah yang berjalan searah jarum jam.
Varicose vagina atau vulva dapat menyebabkan perdarahan hebat yang sering sukar dikontrol
dengan penjahitan. Pada keadaan ini, tampon vagina yang ketat memberikan hemostasis yang
penting.
Plasenta atau selaput yang tertahan di dalam uterus : pengangkatan manual yang diikuti
dengan oksitosin dan ergonovin intravena biasanya sudah cukup untuk terapi.

Diposkan oleh hakiki di 09.37

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke


Pinterest

Reaksi:
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar

Link ke posting ini

Buat sebuah Link

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

PENGIKUT

LEMBARAN KEHIDUPAN

 Curhat (5)
 iseeng...^_^ (2)

 kesehatan reproduksi (3)

 sebait tulisan (8)

MENGENAI SAYA

hakiki

mahasiswa kebidanan yang selangkah lagi insyaAllah jadi bidan...^_^ saya adalah
orang yang usiiiil,reseee,menyebalkan, yang jelek-jeleklah semua tentang
kiki_menurut Ria_ "lo pikun abiiss ki"_menurut Ika_ "bocorr...bocorr"_menurut
Cimut_ "nenek2 banget..."_menurut teman seangkatan_ anak manis, pandai, penurut,
tegar, kuat, tangguh"_menurut papa_ "inspiratif, bintang bercahaya, mutiara ditengah
lumpur, dodolll pisan..._menurut hilma_ "loe itu mbaaaah,,, haha,, byk advice yg nice
bgt deh,, asyik buat curcol. sekian,,_menurut Ayu_

Lihat profil lengkapku

ARSIP BLOG

 ▼ 2011 (22)
o ► September (2)

o ► April (5)

o ▼ Maret (15)

 Penanggulangan Masalah Sex Bebas Pada Remaja

 Dampak yang Timbul Dari Sex Bebas, Khususnya Pada ...

 Masalah Sex Ditinjau Dari Pandangan Agama Dan Pand...

 istri yang penuh pesona

 pendamping hidup

 antara tuntutan profesi dan kewajiban

 antara menjadi diri sendiri dan kharisma

 nikmatilah perbedaan

 pasien kompreku...

 cvf???,,..

 semangat PKMD!!!

 perdarahan kala IV

 menjaga semangat

 formis

 bismillahirohmanirrohiim...

salamua'laikum ya akhi.... ya ukhti.....

ENTRI POPULER

 perdarahan kala IV

2.1 Definisi Haemoragic post partum atau perdarahan kala IV adalah hilangnya darah
lebih dari 500 ml dalam 24 jam pertama setelah lahirny...

 Dampak yang Timbul Dari Sex Bebas, Khususnya Pada Remaja

Dampak dari sex bebas (free sex), khususnya pada remaja dapat dibagi menjadi :
Bahaya Fisik Bahaya fisik yang dapat terjadi adalah terk...

 Masalah Sex Ditinjau Dari Pandangan Agama Dan Pandangan Medis

Islam menganggap sex sebagai sesuatu hal yang suci, fitrah, dan bahkan sebagai
sarana untuk mendekatkan diri pada Allah SWT. Dalam suatu had...

 Penanggulangan Masalah Sex Bebas Pada Remaja

Untuk menghindari sex bebas perlu dilakukan pengontrolan dan pengendalian nafsu
syahwat. Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah Memper...

 antara menjadi diri sendiri dan kharisma

bicara kharisma saya orang yang paling pusing dan penasaran bagaimana membentuk
kharisma dalam diri saya. mengutip dari obrolan menjelang ti...

 surat untuk kakakku tercinta

Barakallah, Untuk kedua kakak ku terkasih yang telah mengambil tanggungjawab


baru dalam hidupnya. Membuka lembaran baru, cerita baru denga...

 dilema...

Setiap manusia pasti pernah dihadapkan pada pilihan. Dan setiap mahasiswa pasti
dilanda kebingungan, kira-kira bagaimana setelah lulus nanti...

 istri yang penuh pesona

Wanita yang paling utama “Dia adalah wanita yang paling jujur ketika berbicara, jika
marah ia sangat lembut, jika tertawa hanya dengan seny...
 pendamping hidup

Menginjak usia kepala 2 topik yang tak habis-habisnya dibicarakan adalah impiannya
terhadap sosok pendamping hidup yang akan menemaninya. Si...

 pasien kompreku...

sebagai tugas akhir kami diwajibkan memberikan pemeriksaan secara komprehensif


terhadap ibu hamil dari usia Tri Mester 3 hingga 40 hari nifa...
Template Travel. Diberdayakan oleh Blogger.

KONTRAKSI UTERUS

Mei 6, 2011 · Filed under Persalinan

Uterus terdiri dari tiga lapisan otot polos, lapisan luar longitudinal, lapisan dalam sirkular dan
diantara dua lapisan ini terdapat lapisan dengan otot-otot yang berayaman “tikar”. Seluruh
lapisan otot ini bekerjasama dengan baik, sehingga terdapat pada waktu his yang sempurna
sifat-sifat :
a). Kontraksi yang simetris
b). Kontraksi paling kuat atau adanya dominasi difundus uteri, dan
c). Sesudah itu terjadi relaksasi
Pengetahuan fungsi uterus dalam masa kehamilan banyak dipelajari oleh Caldeyro-Barcia
dan hasil-hasilnya diajukan pada kongres kedua international Federation of Gynaecology and
Obstetrics di Montreal, Juni 1958. Ia memasukkan kateter polietilen halus kedalam ruang
amnion dan memasang mikrobalon dimiometrium di fundus uteri, ditengah-tengah korpus
uteri dan dibagian bawah uterus . Semuanya kemudian disambung dengann kateter polietilen
halus kealat pencatat ( electrometer ). Dengan demikian dapat diketahui bahwa otot-otot
uterus tidak mengadakan relaksasi sampai 0, akan tetapi masih mempunyai tonus, sehingga
tekanan didalam ruang amnion masih terukur antara 6-12 mm Hg. Pada tiap kontraksi
tekanan tersebut meningkat disebut amplitude atau intensitas his yang mempunyai dua bagian
:
a). Peningkatan tekanan yang agak cepat
b). Penurunan tekanan yang agak lambat

A. HIS (Kontraksi Uterus)


His (kontraksi) adalah serangkaian kontraksi rahim yang teratur karena otot-otot polos rahim
yang bekerja dengan baik dan sempurna secara bertahap akan mendorong janin melalui
serviks (rahim bagian bawah) dan vagina (jalan lahir), sehingga janin keluar dari rahim
ibu.Kontraksi menyebabkan serviks membuka secara bertahap (mengalami dilatasi), menipis
dan tertarik sampai hampir menyatu dengan rahim. Perubahan ini memungkinkan janin bisa
lahir.
His biasanya mulai dirasakan dalam waktu 2 minggu (sebelum atau sesudah) tanggal
perkiraan persalinan. Penyebab yang pasti dari mulai timbulnya his tidak diketahui, mungkin
karena pengaruh dari oksitosin (hormon yang dilepaskan oleh kelenjar hipofisa dan
menyebabkan kontraksi rahim selama persalinan). Persalinan biasanya berlangsung selama
tidak lebih dari 12-14 jam (pada kehamilan pertama) dan pada kehamilan berikutnya
cenderung lebih singkat (6-8 jam).
Show (sejumlah kecil darah yang bercampur dengan lendir dari serviks) biasanya merupakan
petunjuk bahwa persalinan segera dimulai tetap: show bisa keluar 72 jam sebelum kontraksi
dimulai kadang selaput ketuban pecah sebelum persalinan dimulai dan cairan ketuban
mengalir melalui serviks dan vagina. Jika selaput ketuban pecah, segera hubungi dokter atau
bidan sekitar 80-90% wanita yang selaput ketubannya pecah berlanjut menjadi persalinan
spontan dalam waktu 24 jam. Jika setelah lewat 24 jam persalinan belum juga dimulai dan
keadaan bayinya baik, biasanya dilakukan induksi persalinan untuk mengurangi resiko
infeksi akibat masuknya bakteri dari vagina ke dalam rahim infeksi bisa menyerang ibu
maupun bayinya. Untuk menginduksi persalinan biasanya digunakan oksitosin atau obat yang
serupa.
1. Tanda-tanda yang menunjukkan bahwa saat persalinan semakin mendekat :
Tanda Artinya Kapan terjadi
Perasaan seolah-olah bayi
telah turun ke bawah Lightening, yaitu turunya bayi.
kepala bayi telah masuk ke dalam panggul ibu Mulai dari beberapa minggu sampai beberapa
jam sebelum persalinan dimulai
Keluar cairan dari vagina (jernih, berwarna pink atau sedikit mengandung darah) Show, yaitu
lendir kental yang tertimbun di serviks mulai berdilatasi, lendir ini terdorong ke dalam vagina
Beberapa hari sebelum persalinan di mulai atau pada awal persalinan
Keluar cairan encer yang memancar atau mengeluar dari vagiana Selaput ketuban pecah,
yaitu pecahnya kantung berisi cairan yang mengelilingi bayi selama dalam kandungan Mulai
dari beberapa jam sebelum persalinan di mulai sampai setiap saat selama persalinan
Pola kram yang teratur, yang mungkin dirasakan sebagai nyeri punggung atau kran,
mentruasi Kontraksi, yaitu menkerut & mengendurnya rahim. Semakin kuat & bisa
menyebabkan nyeri karena serviks bergerak di sepanjang jalan lahir Pada awal persalinan

Dalam mengawasi persalinan hendaknya selalu dibuat daftar catatan tentang his pada status
wanita tersebut, diantaranya :
• Frekuensi adalah jumlah his dalam waktu tertentu biasanya permenit atau per 10 menit.
• Amplitudo atau intensitas adalah kekuatan his diukur dalam mmHg. Dalam praktek,
kekuatan his hanya dapat diraba secara palpasi apakah sudah kuat atau masih lemah.
• Aktivitas his adalah frekuensi dan amplitudo diukur dengan unit Montevideo. Contoh :
frekuensi suatu his 3x per 10 menit dan amplitudonya 50 mmHg, maka aktivitas rahim =
3×50= 150 unit Montevideo.
• Durasi his adalah lamanya setiap his berlangsung diukur dengan detik, misalnya selama 40
detik.
• Datangnya his : apakah datangnya sering, teratur, atau tidak.
• Interval adalah masa relaksasi.
Penelitian tentang kekuatan his banyak dilaporkan oleh Caldeyro / Barciadaro Amerika latin
(1958). Dari penelitian ini diperoleh bahwa otot-otot uterus pada waktu relaksasi masih
mempunyai tonus dengan tekanan antara 6-12 mmHg. Sedangkan pada tiap kontraksi tekanan
tersebut meningkat.
Pace maker adalah pusat koordinasi his yang berada pada uterus disudut tuba dimana
gelombang his berasal. Dari sini gelombang his bergerak ke dalam dan ke bawah dengan
kecepatan 2 cm, tiap detik mencakup seluruh otot-otot uterus, di sebut fundus dominan. Oleh
karena serviks tidak mempunyai otot-otot yang banyak, maka pada setiap his terjadi
perubahan pada serviks :
• Tertarik dan mendatar (eyffacement)
• Membuka (Dilatasi)
2. Aktifitas Uterus (Miometrium)
Pada kehamilan menjelang 7 bulan, bila dilakukan pemeriksaan palpasi atau pemeriksaan
dalam dapat diraba adanya kontraksi-kontraksi kecil dari rahim (kontraksi Braxton / Hicks)
amplitudo 5 mmHg berlangsung sebentar sesudah kehamilan 30 minggu, aktifitas rahim akan
lebih kuat dan lebih sering.
Pada kehamilan diatas 36 minggu dan pada permukaan kala 1, his timbul lebih sering dan
lebih kuat, permukaan serviks 2 cm. Pada akhir kala 1, kontraksi uterus lebih meningkat,
lebih sering dan teratur dengan amplitudo 60 mmHg.
• Pada kala pengeluaran, his menjadi lebih efektif, terkoordinasi, simetris dengan
fundadominan kuat, dan lebih lama (60-90 detik).
• Pada waktu relaksasi, kekuatan tonus uterus kurang dari 12 mmHg, karena dalam keadaan
istirahat.
Adakalanya pada waktu uterus beraktifitas dengan kontraksi maka akan menemukan rasa
nyeri dan sakit rasa his. Perasaan sakit ini mungkin dikarenakan askemia dalam corpus dan
tempat terdapat banyak serabut saraf. Peristiwa ini meneruskan perasaan sakit melalui saraf
sensorik di pleksus hipogastrikus ke sistem saraf pusat. Sakit pinggang sering terasa pada
kala pembukaan dan bila bagian bawah uterus berkontraksi. Hal ini disebabkan oleh serabut
sensorik turut terangsang, maka dari itu, jika His sempurna dan efisien dengan adanya
dominasi di fundus uteri serta relaksasi bagian bawah uterus dan serviks, perasaan sakit
pinggang dan sakit di bagian bawah ini akan berkurang.
B. Mekanisme His
Dalam persalinan perbedaan antara segmen atas rahim dan segmen bawah rahim lebih jelas
lagi. Segmen atas memegang peranan yang aktif karena berkontraksi dan dindingnya
bertambah tebal dengan majunya persalinan. Sebaliknya segmen bawah rahim memegang
peranan pasif dan makin tipis dengan majunya persalinan karena diregang. Jadi segmen atas
berkontraksi menjadi tebal dan mendorong anak keluar sedangkan segmen bawah dan serviks
mengadakan relaksasi dan dilatasi menjadi saluran yang tipis dan teregang yang akan dilalui
bayi. Kontraksi otot rahim mempunyai sifat yang khas seperti :
• Setelah kontraksi maka otot tersebut tidak berelaksasi kembali ke keadaan sebelum
kontraksi tapi menjadi sedikit lebih pendek walaupun tonusnya seperti sebelum kontraksi
yang disebut retraksi. Sehingga rongga rahim mengecil dan anak berangsur didorong ke
bawah dan tidak banyak naik lagi ke atas setelah His hilang akibatnya segmen atas semakin
majunya persalinan apalagi setelah bayi lahir.
• Tidak akan ada kemajuan dalam persalinan
Pada ligamentum rotundum dalam persalinan yang mengandung otot-otot polos apabila
uterus berkontraksi maka otot-otot ligamentum rotundumikut berkontraksi hingga
ligamentum rotundum menjadi pendek. Di ligamentum rotundum pada tiap kontraksi fundus
yang tadinya bersandar pada tulang punggung berpindah ke depan mendeesak dinding perut
ke depan.
Perubahan letak uterus waktu kontraksi penting karena sumbu rahim akan searah dengan
sumbu jalan lahir. Dengan adanya kontraksi dari ligamentum rotundum fundus uteri
terhambat pada ligamentum rotundum dalam persalinan yang mengandung otot-otot polos
apabila uterus berkontraksi maka otot-otot ligamentum rotundum ikut berkontraksi hingga
ligamentum rotundum menjadi pendek. Di ligamentum rotundum pada tiap kontraksi fundus
yang tadinya bersandar pada tulang punggung berpindah kedepan mendesak dinding perut ke
depan.
Perubahan letak uterus waktu kontraksi penting karena sumbu rahim akan searah dengan
sumbu jalan lahir. Dengan adanya kontraksi dari ligamentum rotundum fundus uteri
terhambat sehingga waktu kontraksi fundus tidak dapat naik keatas. Apabila fundus naik
keatas waktu kontraksi maka kontraksi tersebut tidak dapat mendorong anak turun kebawah.
C. Perubahan-perubahan akibat His
Karena adanya kontraksi uterus ( his ) mengakibatkan perubahan-perubahan, antara lain :
• Pada uterus dan serviks : uterus teraba keras/padat. Karena kontraksi. Tekanan hidrostatis
air ketuban dan tekanan intrauterine naik serta menyebabkan serviks menjadi mendatar
( effacement) dan terbuka ( latasi )
• Pada ibu : rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim juga ada kenaikan nadi dan
tekanan darah.
• Pada janin : Pertukaran oksigen pada sirkulasi uterus – plasenter berkurang, maka timbul
hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat dan kurang jelas didengar karena adanya
iskemia fisiologis. Jika benar-benar terjadi hipoksia yang agak lama, misalnya pada kontraksi
tetanik, maka terjadi gawat janin aspeksia dengan denyut jantung janin diatas 160/menit,
tidak teratur.
D. Pembagian his dan sifat-sifatnya
a. His pendahuluan
His tidak kuat dan tidak teratur
Menyebabkab “show”
b. His pembukan
His pembukaan serviks sampai terjadi pembukaan lengkap 10 cm.
Mulai kuat teratur dan sakit.

c. His pengeluaran ( his mengedan ) atau kala III :


Sangat kuat, teratur, simetris, terkoordinasi dan lama.
His untuk mengeluarakan janin.
Koordinasi bersama antara : his kontraksi otot perut, kontraksi diafragma dan ligament.
d. His pelepasan uri ( kala III )
Kontraksi sedang untuk melepaskan dan melahirkan plasenta.
e. His pengiring ( kala III )
Kontraksi lemah, masih sedikit nyeri ( merian ), pengecilan rahim dalam beberapa jam atau
hari.
E. Perbedaan antara his sejati dan his palsu.
Sebelum terjadinya his sejati, seorang calon ibu bisa merasa his palsu atau kontraksi rahim
yang tidak teratur. His ini disebut kontraksi brayton hisks. Ini merupakan hal yang normal
dan mingkin lebih sering muncul pada sore hari. Mungkin sulit untuk membedakan antara his
sejati dan hbis palsu. Biasanya his palsu tidak sesering dan tidak sekuat his asli. Kadang satu-
satunya cara untuk mengetahui perbedaan antara his sejati dan his palsu adalah melakukan
pemeriksaan dalam untuk bisa mengetahui proses persalinan yang akan terjadi.
Perbedaan antara his palsu dan his sejati.
Jenis perubahan His palsu His sejati
Karakteristik kontraksi Tidak teratur dan tidak semakin sering ( kontraksi Braxton hicks )
Timbul secara teratur dan semakin sering berlangsung selama 30-70 detik.
Pengaruh gerakan tubuh Jika ibu berjalan atau beristirahat atau jika posisi ibu berubah,
kontraksi akan menghilang/terhenti. Meskipun posisisi atau gerakan ibu berubah kontraksi
tetap dirasakan.
Kekuatan kontraksi Biasanya lemah dan tidak semakin kuat ( mungkin tadinya kuat
kemudian melemah ) Kontraksinya semakin kuat
Nyeri karena kontraksi Biasanaya hanya dirasakan di tubuh bagian depan Biasanya berawal
dipunggung dan menjalar kedepan.

1. Tahap-tahap persalinan
Tahap I :mulai dari awal his sampai pembukaan lengkap ( sekitar 10 cm )
Fase awal ( fase laten )
Kontraksi semakin kuat dan teratur
Rasa nyeri masih bersifat minimal
Serviks menipis dan membuka sampai mencapai sekitar 4 cm
jam pada kehamilan selanjutnya
 Fase aktif
Serviks membuka sampai 10 cm
Bagian terendah bayi ( biasanya kepala ) mulai turun kedalam panggul ibu
Ibu mulai merasakan desakan untuk mengedan
Fase ini berlangsung sekitar 5 jam ( pada kehamilan pertama ) dan 2 jam ( pada kehamilan
berikutnya )
Tahap II : mulai dari pembukaan lengkap sampai bayi keluar dari rahim ibu. Berlangsung
selama 60 menit ( pada kehamilan pertama ) dan 15-30 menit ( pada kehamilan berikutnya ).
 Tahap III : mulai dari kelahiran bayi sampai pengeluaran plasenta ( ari-ari ). Biasanya
tahap ini hanya berlangsung selama beberapa menit daja setelah proses berlangsung.
Selama tahap I, ibu dilarang mengedan karena mengedan sebelum pembukaan lengkap akan
me3nghabiskan tenaga dan bisa menyebabkan robekan pada serviks. Denyut jantung ibu dan
bayi diperiksa setiap 15 menit. Jika denyut jantung bayi terlalu cepat atau terlalu lambat,
maka dipertimbangkan untuk melahirkan bayi melalui operasi Caesar atau dengan bantuan
forceps atau tindakan korektif lainnya ( misalnya ibu disuruh berbaring miring kekiri,
menambah jumlah cairan infus atau memberikan O2 melalui selang hidung ).
Selama tahap II, ibu diharuskan mengedan setiap merasakan kontraksi agar bayi terdorong
kevagina. Pemantauan denyut jantung bayi dilakukan setiap 3 menit.
2. Persalinan Spontan
Tehnik persalinan spontan yang paling terkenal adalah metode Lamaze. Tehnik lainnya
adalah metode leboyer, yang terdiri dari melahirkan diruang gelap dan merendam bayi dalam
air hangat segera setelah dilahirkan. Pada persalinan spontan, untuk mengontrol nyeri selama
persalinan digunakan tehnik relaksasi dan pernafasan.
Untuk mempelajari tehnik ini calon ibu dan suaminya bisa mengikuti latihan di rumah sakit
mauoun klinik bersalin. Pada tehnik relaksasi, ibu secara sadar menegangkan sebagian
tubuhnya kemudian mengendorkannya. Tehnik ini membantu ibu mengendorkan seluruh
tubuhnya ketika rahim berkontraksi dan ketika rahim tidak berkontraksi. Beberapa jenis
pernafasan bisa membantu ibyu da;lam menghadapi pefrsalinan tahap I ( sebelum
diperbolehkan mengedan ).
 Menarik napas dalam ( untuk membantu ibu rileks ), dilakukan pada awal dan akhir
kontraksi
Menarik nafas dangkal dan cepat di dada bagian atas, dilakukan pada saat konttraksi
mencapai puncaknya
Menarik nafas pendek dan cepat diikuti dengan menghembuskan nfas melalui mulut,
dilakukan untuk menahan keinginan untuk mengedan.
Pada stadium II ibu mulai boleh mengedaan dan diselangi dengan menarik nafas cepat dan
pendek. Selama kehamilan ibu dan pasangannya sebaiuknya melakukan tehnik relaksasi dan
pernafasan secara rutin. Selama persalinan berlangsung, sang suami bisa memantiu calon ibu
dengan memngingatkan apa yang seharusnya dilakukan pada setiap tahap persalinan dan
menenangkannya jika terlihat tegang. Pemijatan bisa mengurangi ketegangan pada calon ibu.

F. Tenaga mengedan ( power )


Tenaga mengedan adalah tenaga yang dimilliki dan dikeluarkan oleh ibu untuk mengeluarkan
bayi atau plasenta. Tenaga ini dihasilkan setelah terjadi pembukaan lengkap dan setelah
ketuban pecah tenaga yang mendorong anak keluar selain his dikakrenakan kontraksi otot-
otot dinding perut yang mengakibatkan peninggian tekanan intraabdomenal. Tanaga ini
dikeluarakan saat kepala janin sampai pada dasar panggul timbul suatu reflex yang
mengakibatkan pasien Menutup glottisnya, mengkontraksikan otot-otot perutnya dan
menekan diacfragmanya kebawah. Tenaga mengejan sanmgat efektif sewaktu kontraksi
rahim. Beberapa mekanisme mengadan yang dibagi dalam beberap[a fase dal;am kala II
diantaranya :
1.Fase laten pada kala II
Kontraksi rahim yang lemah disekitar waktu pembukaan lengkap sering kali dijumpai dan
disebut fase laten kala II. Pada saat ini akan terjadi penyesuaian berupa pemendekan serat-
serat otot rahim yang akan mengurangi ruang dalam rahim sampai otot terakhir membungkus
tepat badan janin. Selama proses tersebut kontraksi rahim melemah atau tidak dapat
dirasakan selang beberapa waktu, kontraksi membaik dan wanita mengalami dorongan yang
semakin kuat untuk mengedan yang bersamaan dengan peningkatan pelepasan oksotosin.
Beberapa upaya untuk mempercepat kala II pada fase laten, diantaranya :
Meminta wanitaa untuk mengedan sekuat-kuatnya
Memberikan oksotosin untuk menguatkan kontraksi
Menunggu pembukaan lengkap dan mengedan dan usaha mengedan spontan dari ibu
2.Fase akhir pada kala II
Fase aktif kala II ditandai dengan penurunan janin dan usaha untuk mengedan tanpa sadar
disebut sebagai bagian panggul dari persalinan. Periode mengejan atau fase penurunan.
Usaha untuk mengejan merupakan usaha untuk mengatur posisi bernafas dan mengejan. Pada
waktu mengambil nafas dalam menahannya dan mengejan sekuat-kuatnya selama sekurang-
kurangnya 10 detik melepaskan nafas dan segera mengambil nafas kembali.
Beberapa efek psikologis menarik nafas dan mengejan yang berkepanjangan pada wanita
dan janin diantaranya:
Sistem tekanan tertutup dengan rongga dada wanita sehingga terjadi penurunan arus balik
vena, penurunan curah jantung dan tekanan darah arteri ibu.
Peningkatan tahanan pembuluh darah tepi dikepala, wajah, lengan dan kaki. Penurunan
kadar oksigen dalam darah ibu dan aliran darah ke plasenta. Peningkatan karbondioksida ibu
sampai ia mengambil nafas.
Peningkatan mendadak tekanan darah ketika mengambil nafas. Menyebabkan pecahnya
pembuluh darah kecil. Distensi mendadak dari kanalis vaginalis dan otot-otot panggul.
Kelelahan ibu
Pada janin kandungan O2 dalam darah menurun dan aliran darah keplasenta menurun,
sehingga O2 yang tersedia untuk janin menurun dan mengakibatkan janin hipoksia.

Usaha mengedan spontan


Dengan usaha mengedan spontan kepada berbagai posisi efek samping yang tidak diharapkan
pada menahan nafas maksimal yang berkepanjangan tidak akan terjadi. Jika seorang wanita
tidak dibutuhkan untuk mengejan dengan cara atau posisi tertentu ia dapat menggunakan
berbagai posisi. Menarik nafas, mengerang atau berteriak ketika berkontrasi.
Usaha mengejan spontan, biasanya terjadi seiring dengan kemajuan kala II dan janin turun
usaha mengedan spontan akan semakin sering. Mengedan spontagn diawali ketika
pembukaan lengkap, kemudian timbul kontraksi dan ibu akan bernafas terus samp[ai terasa
ingi mengedan . di lanjutkan dengan mengedan spontan dan ibu menahan nafas atau bersuara
serta memilih posisinya untuk melahirkan.
Dalam keadaan normal, dasar pangul wsanita membentuk landasan tempat kepala janin dapat
berotasi dan otot-otot yang melapisi panggul juga memberikan bantalan lentur yang
mendorong terjadinya rotasi. Tekanan otot-otot ini. Mendorong respon regangan yang
berperan penting pada gerakan-gerakan utama dari penurunan. Seperti : pleki, rotasi internal
dan rotasi internal.
Bagaimana posisi mengejan yang baik ?
Posisi yang baik untuk mengejan adalah sesuai dengan keinginan dan kenyamanan ibu, tapi
ada beberapa posisi baik yang bisa dilakukan ibu pada saat mengejan, yaitu:
1. Duduk atau setengah duduk, seringkali merupakan posisi yang paling nyaman, di samping
memudahkan penolong persalinan dalam memimpin persalinan pada saat keluarnya kepala
bayi, dan dalam mengamati perineum
2. Menungging atau posisi merangkak, baik dilakukan bila ibu merasakan kepala bayi
tertahan di punggungnya. Posisi ini juga bermanfaat pada bayi yang sulit berputar
3. Jongkok atau berdiri, posisi ini membantu turunnya kepala bila persalinan berlangsung
lambat atau bila ibu tidak mampu mengejan
4. Berbaring pada sisi kiri tubuh, posisi ini nyaman dan mampu mencegah ibu mengejan
ketika pembukaan belum lengkap
Posisi yang tidak baik bagi ibu adalah berbaring lurus terlentang. Hal ini dapat menimbulkan
penekanan pada pembuluh darah yang membawa darah untuk janin dan ibu, sehingga mereka
akan memperoleh aliran darah dan oksigen yang lebih sedikit. Selain itu pada posisi ini ibu
akan mengalam kesulitan dalam mengejan
Tips mengejan yang baik.
Ada beberapa tips yang sepertinya pantas untuk dishare :
1. Ingatkan istri untuk selalu menarik napas yang dalam dan mengeluarkan pelan-pelan, cara
ini akan sangat mengurangi rasa sakit ,
2. Sekali lagi tekankan point 1 sebagai ganti dari berteriak jika terasa sakit. Karena berteriak
tidak akan mengurangi rasa sakit malah akan membuang tenaga yang akan sangat dibutuhkan
sewaktu melahirkan ,
3. Pada waktu akan melahirkan beri support ke istri baik support psikologis maupun bantuan
fisik dengan mendukung istri dari belakang saat mengejan ,
4. Sewaktu mengejan ada beberapa hal yang perlu selalu diingatkan ke istri , yang pertama
adalah jangan sampai mengangkat pantat saat mengejan karena dapat merobek vagina. Pada
proses melahirkan pertama kali biasanya akan digunting juga tetapi robek hasil guntingan
beraturan sehingga mudah dijahit sementara robek karena kecelakaan tidak beraturan
sehingga susah pulih ,
5. Sewaktu mengejan ingatkan istri supaya jangan menutup mata karena dapat membuat
pembuluh darah di mata pecah, dan usahakan untuk melihat ke perut dengan bantuan
dorongan suami dari punggung/leher
6. Sebagai persiapan mengejan minta istri untuk menghirup udara sebanyak-banyaknya
supaya dapat mengejan dalam waktu yang lama, dengan kemampuan mengejan dalam waktu
yang lama insya Allah tidak perlu digunting
7. Sewaktu mengejan jangan sampai ada udara yang keluar dari hidung dan mulut karena
akan mengurangi kekuatan mengejan secara signifikan.
8. Kalau udara keluar saja dilarang apalagi berteriak , sama sekali tidak membantu proses
melahirkan.
G. Jenis-jenis kelainan his
a. Inersia uteri
Disini his bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu
dari pada bagian-bagian lain, peranan fundus tetap menonjol. Kelainannya terletak dalam hal
bahwa kontraksi uterus lebih aman, singkat dan jarang dari pada bisaa. Keadan umum
penderita biasanya baik, dan rasa nyeri biasanya tidak seberapa. Selama ketuban masih utuh
umumnya tidak banyak bahaya, baik bagi ibu maupun janin kecuali jika persalinan
berlangsung terlalu lama : dalam hal terakhir ini morbitas ibu dan mortalitas janin naik
keadaan ini dinamakan inersia uteri primer atau hypotonic uterine contraction. Kalau timbul
setelah berlangsungya his kuat unutk waktu yangn lama, hal itu dinamakan inersia uteri
sekunder. Karena dewasa ini persalinan tidak dibiarkan berlangsung demikian lama sehingga
dapat mennimbulkan kelelahan otot-otot uterus. Kecuali pada wanita tidak diberi pengawasan
baik waktu persalinan. Dalam menghadapi inersia uteri harus diadakapenilaia yang seksama
untuk menentukan sikap yang harus diambil. Janagan dilakukan tidakan yang tergesa-gesa
untuk mempercepat lahirnya janin. Tidak dapat diberikan waktu yang pasti, yang dapat
dipakaki sebagai pengangan untuk membuat diagnosis inersia uteri atau untuk memulai terapi
aktif.
Diagnosis inersia uteri paling sulit dalam masa laten : untuk hal ini diperlukan pengalaman.
Kontraksi uterus yang disertai rasa nyeri. Tidak cukup untuk membuat diagnosis bahwa
persalinan sudah mulai. Untuk sampai kepada kesimpulan ini diperlukan kenyataan bahwa
sebagai akibat kontraksi itu terjadi perubahan pada serviks, yakni pendataran dan atu
pembukaan. Kesalahan yang sering dibuat ialah mengobati seorang penderita untuk inersia
uteri padahal persalinan belum mulai ( fase labour).
b. His terlampau kuat atau disebut juga hypertonic uterine contraction.
Walaupun pada golongan coordinated hypertonic uterine contraction bukan merupakan
penyebab distoksia, namun hal ini dibicarakan juga disinai dalam rangka kelainan his. His
yang terlalu kuat dan terlalu efesien menyebabkan persalinan selesai dalam waktu yang
singkat. Partus yang sudah selesai kurang dari 3 jam dimakan partus presipitatus: sifat his
normal, tonus otot diluar his juga biasa, kelainannya terletak pada kekuatan his. Bahaya
partus prespitatus bagi ibu ialah terjadinya perlukaan luas pada jalan lahir. Khususnya serviks
uteri. Vagian dan perenium,sedangkan bayi bisa mengalami perdarahan dalam tengkorak
karena bagian tersebut mengalami tekanan kuat dalam waktu yang singkat.
Batas antara bagian atas dan segmen bawah atau lingkaran retraksi menjadi sangat jelas dan
meninggi. Dalam keadaan demikian lingkaran dinamakan lingkaran retraksi patologis.
Ligamenta rotunda menjadi tegang lebih jelas teraba, penderita merasa terus menerus dan
menjadigelisah. Akhirnya, apabila tidak diberikan penolong, regangan segmen bawah
melampaui kekuatan jaringan terjadilah repturi uteri.
c. Incoordinati Uterine Action
Disinilah sifat his berubah. Tonus otot uterus meningkat,juga diluar his,dan kontraksi tidak
berlangsung secara biasa karena tidak ada singkronisasi antara kontraksi bagian-bagianya.
Tidak adanya kooedinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan his
tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.
Disamping itu tonus otot uterus yang menarik dapat menyebabkan rasa nyeri yang lebih keras
dan lama bagi ibu dan dapat pula menyebabkan hipoksia pada janin. His jenis ini disebut
sebagai uncoordinater hypertonic uterine contraction. Kadang-kadang pada persalinan
persalinan lama dengan ketuban yang sudah lama pecah. Kelainan his ini menyebabkan
spasmus sirkuler setempat sehingga terjadi penyempitan kuvom uteri pada tempat itu. Ini
dinamakan lingkaran kontraksi atau lingkatan konstrisi. Secara teoritis lingkaran ini terjadi
dimana-mana akan tetapi biasanya ditemukan pada batas antara bagian tas dan sigmen bawah
uterus. Lingkaran kontriksi tidak dapat diketahui dengan pemeriksaan dalam kecuali kalau
pembukaan sudah lengkap kecuali kalu pembukaan sudah lengkap, sehingga tangan
dimasukan kedalam kavum uteri. Oleh sebab itu, jika pembukaan belum lengkap, biasanya
tidak mengenal pelayanan ini dengan pasti. Adakalanya persalinan tidak maju karena
kelainan pada serviks yang dinamakan distosia sevikalis. Kelainan ini bisa primer bisa
sekunder.
d. uterus Tonika
Uterus Tonika merupakan obat-obatan(kemasan) yang kerjanya mempengaruhi his. Sumber
dari uterus tonika ini berasal dari hewani, nabati dan sintesis secara umum , kegunaannya
dalam obtetri:
Mempengaaruhi kontraksi rahim akan memperkuat his
Mengurangi pendarahan pada otonia uteri induksi atau stimulus partus
Cara pemakaian hendaknya menurut indikasi yang tepat. Penyalahgunaan obat-obat ini,
kadang-kadang dapat membahayakan jiwa siibu, misalnya dapat terjadi robeknya rahim bila
dipakai oleh orang yang tidak awas akan penggunaannya.
Obat-obatan tersebut antara lain:
a. Pituitrin:
– Pitresin
– Pitosin
Pituitrin adalah ekstrak dari kelenjat hifofisis lobus belakang, sehingga merupakan sumber
hewani. Obat sintesisnya dikenal dengan nama syintocinion, sebagai nama umum disebut
oxitonicine. Kemasan yang sering kita kenal :
Pitocin-piton-hypopisin-pitog-landol. Kerja obat ini memperkuat his yang dudah ada his
dating lebih cepat (efek obat) dan dalam waktu yang lama.
Kegunaannya pada:
Atonia uteri promer ( imertia uteri )
Kala uri ( kala III ) dengan perdarahan
Kala IV dengan atonia uteri
Steinse kuur ( induksi partus secara dulu )
Pada plasenta prepia, setelah pemecahan ketuban dengan maksud supaya perdarahan
berhenti
Pada kuret mola, supaya dinding rahim menjadi lebih tebal dan berkontraksi
Abortus incipiens ( perdarahan banyak )
Kontra indikasi:
Bagian terdepan anak belum turun
Letak lintang, letak rangkap
Robekan rahim mengancam
 Bekas-bekas operasi pada uterus yang hamil
Hipertensi, eklampsia ( syinto dan pitosin boleh ),dll

b. Sycale cornutum
Asal, yaitu :
Ekstrak dari celaviceps purpurea ( kapang gandum )
Sintesis, misalnya medhergin ( Sandoz )
Isinya antara lain :
Ergotamin
Ergotoksin
Etgometrin
Kerjanya :
 Memperkuat kontraksi rahim
Ada efek di luar his, efek kerjanya lama dan pengaruhnya cukup lama. Kemasan yang
tersedia berupa kemasan tincture, extractum, infusum, tablet, dll. Biasanya dipasaran kita
kenal : ergot, ergotrat, ergotamine, ginergen, dan secara injeksi.
Dalam obstetri praktis sering dipakai pada :
Postpartum
Kala nifas
Sub-involusio
 Abortus Incompletus
Post-kuret,dll
Methergin merupakan kemasan sintesis dari pabrik Sandoz. Obat ini sering dipakai pada
perdarahan postpartum, multipara postpartum, section caesarea, dan pada kasus-kasus yang
disangka akan terjadi perdarahan postpartum. Cara pemberian melalui IV / IM, seperti pada
hidramnion, gemeli, anak besar, operasi obstetric, dan pernah mengalami perdarahan
postpartum. Cara pemberian bisa IV / IM intramural dan per infuse.
c. Chinine ( pil kina )
Kina berasal dari kulit kayu kina, banyak terdapat di Indonesia terutama dipakai untuk
pengobatan malaria. Kerja obat ini memperkuat kontraksi rahim yang sudah ada, kemasannya
yaitu sulfas chihine. Dulu dipakai pada khinine kuur dan steinse kuur.
d. Prostaglandin
Sekarang ini pemakaian PG dalam obstetric, terutama untuk pengeluaran isi rahim
( kehamilan ) kapan saja dalam masa kehamilan, telah banyak dipakai di luar negeri.
Dimedan telah mulai dipakai untuk riset.
e. Morfin
Digunakan sebagai antidotum his yang kuat terus-menerus (tetania uteri).
f. Sandopart
Dibuat sintesis oleh Sandoz dan digunakan untuk stimulasi / induksi partus.
g. Oxsytocin drips
Terdiri atas :
Syntocinon drips
Pitocin drips
Untuk induksi partus dengan indikasi obstetric, dipakai 5-10 UI dalam 500 cc glukosa
/dekstrosa 5 %. Pemberian drips ini harus diawasi setiap saat.Dosis awal 4 tetes per menit,
kemudian dinaikkan tiap 10-15 menit hingga dikehendaki his yang adekuat, maksimum 40
tetes per menit. Syarat pemakaian obat ini harus diawasi serta dicatat DJJ tensi dan kontraksi.
Bahaya pemakaian uterus tonika :
Tetania uteri
 Ruptura uteri
Retensio plasentae

https://dulqueeny.wordpress.com/2011/05/06/kontraksi-uterus/

Vous aimerez peut-être aussi