Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
1
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 antara lain menentukan: "keuangan Negara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 meliputi…. kekayaan negara/kekayaan daerah…. yang dipisahkan pada
perusahaan negara/ perusahaan daerah"
2
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 9 tahun 2009, menentukan: "BHPP adalah Badan Hukum Pendidikan
yang didirikan oleh pemerintah".
Page 1
www.djpp.depkumham.go.id
d. Lemahnya koordinasi dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan yang
melibatkan berbagai instansi dan disiplin hukum;
e. Akses masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pembentukan peraturan perundang-
undangan masih terbatas;
f. Belum mantapnya cara dan metode yang pasti, baku dan standar yang mengikat semua
lembaga yang berwenang membuat peraturan perundang-undangan.
3
Bagir Manan, Hukum Positif Indonesia, Yogyakarta, 2004, hal.56. Periksa juga penjelasan Pasal 7 ayat (5)
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan sebagai
berikut; "dalam ketentuan ini yang dimaksut dengan " hierarki" adalah penjenjangan setiap jenis peraturan
perundang-undangan yang didasarkan pada asas bahwa peraturan perundang-undangan yang lebih rendah
tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi".
Page 2
www.djpp.depkumham.go.id
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam asas Lex specialis derogat legi
generalis4:
(a) Ketentuan-ketentuan yang didapati dalam aturan hukum umum tetap berlaku, kecuali
yang diatur khusus dalam aturan hukum khusus tersebut.
(b) Ketentuan-ketentuan lex specialis harus sederajat dengan ketentuan-ketentuan lex
generalis (undang-undang dengan undang-undang).
(c) Ketentuan-ketentuan lex specialis harus berada dalam lingkungan hukum (rezim) yang
sama dengan lex generalis. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata sama-sama termasuk lingkungan hukum keperdataan.
4
Ibid, hal 58.
5
Ibid hal 59.
6
Ibid hal 59.
7
Peraturan Presiden RI Nomor 61 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyusunan dan Pengelolaan Prolegnas, Pasal
14.
8
Ibid, Pasal 15.
Page 3
www.djpp.depkumham.go.id
Pengharmonisasian konsepsi rancangan undang-undang dilaksanakan dalam forum
konsultasi yang dikoordinasikan oleh Menteri Hukum dan HAM RI.9
Selanjutnya Menteri Hukum dan HAM mengkoordinasikan prolegnas yang diajukan
oleh pemerintah dengan Badan Legislasi DPR RI dalam rangka sinkronisasi dan
harmonisasi prolegnas.10
b. Penyusunan prolegnas antara DPR dengan pemerintah.
Koordinasi dilaksanakan oleh Badan Legislasi DPR RI.11
c. Persiapan penyusunan rancangan undang-undang yang diajukan oleh Presiden.
Pengharmonisasian dikoordinasikan oleh Menteri Hukum dan HAM.12
Pengharmonisasian dilakukan sebagai berikut:
1). Untuk penyusunan rancangan undang-undang berdasarkan prolegnas, keikut sertaan
wakil Kementerian Hukum dan HAM dalam setiap panitia antar kementerian,
dimaksudkan untuk melakukan pengharmonisasian rancangan undang-undang dan
teknik rancangan peraturan perundang-undangan.13
Panitia antar Kementerian menitik beratkan pembahasan pada permasalahan yang
bersifat prinsip mengenai obyek yang akan diatur, jangkauan dan arah pengaturan.14
Dalam praktek pembahasan dilakukan secara rinci termasuk soal-soal teknis
penyusunan dan teknis redaksional perumusan.
2). Untuk penyusunan rancangan undang-undang diluar prolegnas pemrakarsa
diwajibkan mengkonsultasikan rancangan undang-undang dimaksud dengan Menteri
Hukum dan HAM dalam rangka pengharmonisasian.15
Untuk kelancaran pengharmonisasian Menteri Hukum dan HAM
mengkoordinasikan pembahasan konsepsi rancangan undang-undang tersebut
dengan pemerintahan dan lembaga terkait lainnya.16
d. Pengharmonisasian konsepsi rancangan undang-undang usul inisiatif DPR RI :
Pengharmonisasian konsepsi rancangan undang-undang dilakukan oleh Badan Legislasi
DPR RI.17
Pengharmonisasian rancangan undang-undang meliputi aspek teknis,
substansi, dan asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan.18
9
Ibid, Pasal 16 ayat (1).
10
Ibid, Pasal 19.
11
Ibid Pasal 20.
12
Undang-Undang Nomor 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, Pasal 18
ayat (2).
13
Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2005 tentang Tata Cara Mempersiapkan Rancangan Undang-Undang,
Rancangan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, Rancanagn Peraturan Pemerintah dan
Rancangan Peraturan Presiden, Pasal 8.
14
Ibid, Pasal 10 Ayat (1).
15
Ibid, Pasal 21.
16
Ibid, Pasal 22 Ayat (1).
17
Peraturan DPR RI Nomor. 01/DPR RI/I/2009-2010, tentang Tata Tertib, Pasal 116 Ayat (1).
18
Ibid, Pasal 115.
Page 4
www.djpp.depkumham.go.id
Aspek apa saja yang di harmonisasikan?
Pengharmonisasian rancangan undang-undang mencakup 2 (dua) aspek sebagai
berikut:
1. Pengharmonisasian materi muatan rancangan undang-undang dengan:
a. Pancasila;
b. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945/harmonisasi vertikal;
c. Undang-undang /harmonisasi horizontal;
d. Asas-asas peraturan perundang-undangan.
1). Asas pembentukan.
2). Asas materi muatan.
3). Asas-asas lain yang sesuai dengan bidang hukum rancangan undang-undang yang
bersangkutan.
2. Pengharmonisasian rancangan undang-undang dengan teknik penyusunan peraturan
perundang-undangan yang meliputi :19
1). Kerangka peraturan perundang-undangan;
2). Hal-hal khusus;
3). Ragam bahasa;
4). Bentuk rancangan peraturan perundang-undang.
19
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004, Opcit, Lampiran.
Page 5
www.djpp.depkumham.go.id
2. Pastikan bahwa pasal-pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 yang memerintahkan pembentukannya telah dicantumkan dengan benar dan
pastikan pula bahwa rancangan undang-undang telah selaras dengan prinsip-prinsip
penyelenggaraan negara menurut Undang-Undang Dasar.
3. Gunakan istilah hukum atau pengertian hukum secara konsisten.
4. Teliti dengan seksama apakah materi muatan rancangan undang-undang telah
serasi/selaras dengan undang-undang lain terkait.
5. Pastikan bahwa asas-asas peraturan perundang-undangan baik asas pembentukan, asas
materi muatan, maupun asas lain yang berkaitan dengan bidang hukum yang diatur
dalam rancangan undang-undang, telah terakomodasikan dengan baik dalam rancangan
undang-undang.
6. Pastikan bahwa pedoman teknik penyusunan peraturan perundang-undangan telah
dipatuhi secara konsisten.
7. Pastikan bahwa bahasa yang digunakan dalam merumuskan norma dalam rancangan
undang-undang telah sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar serta
mengunakan pilihan kata yang tepat, jelas dan pasti.
Pengharmonisasian rancangan undang-undang yang dilaksanakan secara cermat dan
profesional akan menghasilakan rancangan undang-undang yang memenuhi syarat sebagai
rancangan undang-undang yang baik.
Ada 8 (delapan) kriteria hukum yang baik menurut Lon Fuller sebagai berikut:20
1. Hukum harus dituruti semua orang, termasuk oleh penguasa negara;
2. Hukum harus dipublikasikan;
3. Hukum harus berlaku ke depan, bukan berlaku surut;
4. Kaidah hukum harus ditulis secara jelas, sehingga dapat diketahui dan diterapkan secara
benar;
5. Hukum harus menghindari diri dari kontradiksi-kontradiksi;
6. Hukum jangan mewajibkan sesuatu yang tidak mungkin dipenuhi;
7. Hukum harus bersifat konstan sehingga ada kepastian hukum. Tetapi hukum harus juga
diubah jika situasi politik dan sosial telah berubah;
8. Tindakan para aparat pemerintah dan penegak hukum haruslah konsisten dengan hukum
yang berlaku.
Peraturan perundang-undangan yang baik merupakan pondasi Negara Hukum yang akan
menjamin hak-hak warga negra, membatasi kekuasaan penguasa, menjamin kepastian dan
keadilan hukum untuk mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat.
Akhirnya marilah kita renungkan adagium berikut: Cessante Ratione Legis, Cessat Et Ipsa
Les: (bila dasar dari hukum itu berhenti, maka hukumnya sendiri pun berhenti).
20
Munir Fuady, Teori Negara Hukum Moderen (Rechstaat), Bandung, 2009, Halaman 9.
Page 6
www.djpp.depkumham.go.id