Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
I. Definisi
Asma merupakan gangguan inflamasi kronik jalan nafas yang melibatkan berbagai sel
inflamasi. Dasar penyakit ini adalah hiperaktivitas bronkus dalam berbagai tingkat, obstuksi jalan
nafas dan gejala pernafasa( mengi dan sesak). Obstruksi jalan nafas umumnya bersifat reversible
namun dapat menjadi kurang reversible bahkan non reversible tergantung berat dan lama
penyakitnya.
Asma merupakan salah satu keadaan klinik yang ditandai oleh terjadinya penyempitan
bronkus yang berulang namun reversible dan diantara episode penyempitan bronngkus terdapat
keadaan ventilasi yang lebih normal. Keadaan ini pada orang-orang yang rentan terkena asma mudah
ditimbulkan oleh berbagai rangsangan, yang menandakan suatu keadaan hiperaktivitas.
Persisten ringan Gejala > 1x/ minggu tapi < > 2 kali seminggu VEPI atau APE
Mingguan 1x/ hari ≥ 80 % normal
Serangan dapat
mengganggu aktivitas tidur
III. Etiologi
1) Faktor ekstrinsik
Alergen, Infeksi virus Respiratory synhyhal dan virus para influenza, Iritasi terhadap
hairspray, minyak wangi, asap rokok, bau asam dari cat, polutan udara air dingin dan udara
dingin
2) Faktor intrinsik atau idiopatik
3) Faktor campuran, dapat diperberat dengan factor psikologis atau kelelahan yang
amat sangat.
IV. Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul tergantung pada derajat asma yang telah dijelaskan dahulu. Gejala-gejala
khas yang muncul meliputi :
- Napas berbunyi khas, yaitu bunyi mengi (wheezing) yang terdengar dengan atau
tanpa stetoskop
- Napas dan dada seperti tertekan, paroksismal
- Takipnea
- Penggunaan otot bantu pernapasan
- Penyempitan saluran napas
- Batuk produktif
- Lesu, tidak nafsu makan, dan kesulitan tidur
V. Diagnosis
Diagnosis asma didasarkan pada:
1. Anamnesis: riwayat perjalanan penyakit, factor-faktor yang berpengaruh terhadap
asma, riwayat keluarga, riwayat alergi, serta gejala klinis
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan diagnostic
a. Pemeriksaan laboratorium; darah (terutama eusinofil, Ig E total, Ig E spesifik),
sputum (eusinofil, spiral curshman, Kristal charcot-leyden, ada infeksi atau tidak pada
sputum), GDA PaO2 menurun, PaCO 2 normal atau menurun, pH normal atau meningkat.
b. X-ray (foto thoraks); gambaran hiperinflasi paru-paru, diafragma mendatar.
c. Tes fungsi paru dengan spirometer atau peak flow meter untuk menentukan adanya
obstruksi jalan napas, volume residu meningkat.
VII. Penatalaksanaan
Tujuan terapi asma adalah:
Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma
Mencegah kekambuhan
Mengupayakan fungsi paru-paru senormal mungkin serta mempertahankannya
Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan exercise
Menghindari efek samping obat asma
Mencegah obstruksi jalan napas yang irreversible
2. Antiinflamasi
Memiliki efek untuk menghambat inflamasi jalan napas dan mempunyai efek supresi dan
pofilaksis.
a. Kortikosteroid
b. Natrium kromolin (sodium cromoglycate)
Respon terhadap terapi awal baik jika respon menetap selama 60 menit setelah pengobatan,
pemeriksaan fisik normal, arus puncak ekspirasi (APE ) > 70%. Jika respon tidak ada, maka pasien
sebaiknya dirawat di rmah sakit
Terapi asma kronik adalah sebagai berikut :
1. Asma ringan : Agonis β 2 inhalasi bila perlu atau β 2 oral sebelum exercise atau
tepapar allergen
2. Asma sedang : anti infalamasi setiap hari atau agonis β 2 inhalasi bila perlu
3. Asma berat : steroid inhalasi setiap hari, teofilin slow release atau agonis β 2 long
action, steroid oral selang sehari atau dosis tunggal harian dan agonis β 2 inhalasi sesuai
kebutuhan
Pengobatan asma jangka panjang berdasarkan berat penyakit
Penderita asma memiliki ketidak mampuan mendasar dalam mencapai angka aliran udara
selama pernafasan ( terutama pada ekspirasi). Ketidakmampuan ini tercermin dengan rendahnya
volume udara yang dihasilkan sewaktu melakukan usaha ekspirasi paksa pada detik pertama (FEV 1).
Bergantung pada beratnya penyakit, gangguan ini mungkin tidak menimbulkan gejala atau hanya
menimbulkan perasaan iritasi pada trachea ; pada kasus lain, gawat nafas mungkin tidak dapat
diatasi. Turbelensi arus udara dan getaran mucus bronchus mengakibatkan suara mengi yang
terdengar jelas selama serangan asma. Perjalanan penyakit lengkapnya dapat dilihat pada WOC
dibawah ini :
Merangsang mukosa
Trauma respiratorius
Reaksi Antigen Ig G
( histamine, eosinofil, netrofil, prostaglandin)
Inflamasi submukosa
Broncospasme
Edema Mukosa
Plak mukosa
Asidosis respiratoi Atelektasis MK. Gangguan istirahat
dan tidur intoleransi
Intoleransi aktifitas
Resti cidera
Gagal