Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
A. Pengertian
Halusinasi adalah persepsi yang salah atau palsu tetapi tidak ada rangsangan
yang menimbulkannya atau tidak ada objek (Dalami, dkk; 2009).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar) (Kusumawati;
2010).
Halusinasi adalah individu menginterpretasikan stresor yang tidak ada stimulus
dari lingkungan (Fitria; 2010).
Halusinasi merupakan hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien
memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan
yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada
orang yang berbicara (Kusumawati & Hartono, 2010).
Dari beberapa pengertian halusinasi diatas dapat disimpulkan bahwa
halusinasi adalah suatu persepsi klien terhadap stimulus dari luar tanpa adanya obyek
yang nyata. Halusinasi dapat berupa penglihatan yaitu melihat seseorang ataupun
sesuatu serta sebuah kejadian yang tidak dapat dilihat oleh orang lain, halusinasi
juga dapat berupa pendengaran berupa suara dari orang yang mungkin dikenal
atau tidak dikenal yang meminta klien melakukan sesuatu baik secara sadar ataupun
tidak.
C. Manifestasi Klinis
Menurut (Kusumawati, 2010), tanda dan gejala halusinasi yang mungkin
muncul yaitu: menarik diri, tersenyum sendiri, duduk terpaku, bicara sendiri,
memandang satu arah, menyerang, tiba-tiba marah, gelisah. Berdasarkan jenis
dan karakteristik halusinasi tanda dan gejalanya sesuai. Berikut ini merupakan
beberapa jenis halusinasi dan karakteristiknya menurut (Stuart, 2007) meliputi :
1. Halusinasi Pendengaran
Karakteristik : Mendengar suara atau bunyi, biasanya suara orang. Suara
dapat berkisar dari suara yang sederhana sampai suara orang bicara mengenai klien.
Jenis lain termasuk pikiran yang dapat didegar yaitu pasien mendengar suara
orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkan oleh klien dan
memerintahkan untuk melakukan sesuatu yang kadang-kadang berbahaya.
2. Halusinasi Penglihatan
Karakteristik : Stimulus penglihatan dalam kilatan cahaya, gambar geometris,
gambar karton atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan dapat
berupa sesuatu yang menyenangkan atau sesuatu yang menakutkan seperti
monster.
3. Halusinasi Penciuman
Karakteristik : Membau bau-bau seperti darah, urine, feses umumnya bau-bau
yang tidak menyenangkan. Halusinasi penciuman biasanya berhubungan
dengan stroke, tumor, kejang dan demensia.
4. Halusinasi Pengecapan
Karakteristik : Merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikan seperti
darah, urine, atau feses.
5. Halusinasi perabaan
Karakteristik : Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang
jelas, rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
6. Halusinasi senestetik
Karakteristik : Merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena
dan arteri, makanan dicerna, atau pembentukan urine.
7. Halusinasi kinestetik
Karakteristik : Merasa pergerakan sementara bergerak tanpa berdiri.
F. Masalah keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan gangguan
persepsi sensori menurut Keliat(2006) adalah sebagai berikut :
a. Gangguan sensori persepsi : halusinasi.
b. Resiko perilaku kekerasan.
c. Isolasi sosial
d. Harga diri rendah
G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan. Menurut Keliat, (2006) tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan
data dan perumusan kebutuhan, atau masalah klien. Data yang dikumpulkan
meliputi data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Cara pengkajian lain
berfokus pada 5 (lima) aspek, yaitu fisik, emosional, intelektual, sosial dan
spiritual. Untuk dapat menjaring data yang diperlukan, umumnya dikembangkan
formulir pengkajian dan petunjuk teknis pengkajian agar memudahkan dalam
pengkajian. isi pengkajian meliputi:
a. Identitas klien.
b. Keluhan utama/ alasan masuk.
c. Faktor predisposisi.
d. Faktor presipitasi.
e. Aspek fisik/ biologis.
f. Aspek psikososial.
g. Status mental.
h. Kebutuhan persiapan pulang.
i. Mekanisme koping.
j. Masalah psikososial dan lingkungan.
k. Pengetahuan.
l. Aspek medik.
Menurut Stuart, (2007) data pengkajian keperawatan jiwa dapat
dikelompokkan menjadi pengkajian perilaku, faktor predisposisi, faktor
presipitasi , penilaian terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan koping
yang dimiliki klien. Pengkajian tersebut dapat diuraikan menjadi :
1. Pengkajian perilaku
Perilaku yang berhubungan dengan persepsi mengacu pada identifikasi dan
interpretasi awal dari suatu stimulus berdasarkan informasi yang diterima
melalui panca indra perilaku tersebut digambarkan dalam rentang respon
neurobiologis dari respon adaptif, respon transisi dan respon maladaptif.
2. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi yang berpengaruh pada pasien halusinasi dapat mencakup:
a. Dimensi biologis
Meliputi abnormalitas perkembangan sistem syaraf yang berhubungan
dengan respon neurobiologis maladaptif yang ditunjukkan melalui hasil
penelitian pencitraan otak, zat kimia otak dan penelitian pada keluarga yang
melibatkan anak kembar dan anak yang diadopsi yang menunjukkan
peran genetik pada skizofrenia.
b. Psikologis
Teori psikodinamika untuk terjadinya respons neurobiologis yang
maladaptif belum didukung oleh penelitian.
c. Sosial budaya
Stres yang menumpuk dapat menunjang awitan skizofrenia dan
gangguan psikotik lain, tetapi tidak diyakini sebagai penyebab utama
gangguan.
3. Faktor presipitasi
Stressor pencetus terjadinya gangguan persepsi sensori : halusinasi diantaranya:
a. Stressor biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan respon neurobiologis
maladaptif meliputi gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak
yang mengatur proses informasi dan abnormalitas pada mekanisme pintu
masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara
selektif menanggapi stimulus.
b. Stressor lingkungan
Ambang toleransi terhadap stres yang ditentukan secara biologis
berinteraksi dengan stresor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan perilaku.
c. Pemicu gejala
Pemicu merupakan perkusor dan stimuli yang menimbulkan episode
baru suatu penyakit. Pemicu biasanya terdapat pada respons
neurobiologis maladaptif yang berhubungan dengan kesehatan, lingkungan,
sikap, dan perilaku individu.
4. Penilaian stressor
Tidak terdapat riset ilmiah yang menunjukkan bahwa stres
menyebabkan skizofrenia. Namun, studi mengenai relaps dan eksaserbasi
gejala membuktikan bahwa stres, penilaian individu terhadap stressor, dan
masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan gejala.
5. Sumber koping
Sumber koping individual harus dikaji dengan pemahaman tentang
pengaruh gangguan otak pada perilaku. Kekuatan dapat meliputi modal, seperti
intelegensi atau kreativitas yang tinggi.
6. Mekanisme koping
Merilaku yang mewakili upaya untuk melindungi pasien dari
pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologis
maladaptif meliputi:
a. Regresi, berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk
mengatasi ansietas, yang menyisakan sedikit energi untuk aktivitas hidup
sehari-hari.
b. Proyeksi, sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi.
c. Menarik diri
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Keliat, (2006) diagnosa keperawatan Halusinasi adalah sebagai berikut :
a. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
b. Isolasi sosial : menarik diri.
c. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1 : Gangguan persepsi sensori : halusinasi
TUM : Klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Intervensi :
1. Beri salam dan panggil nama klien
2. Sebutkan nama perawat, sambil berjabat tangan
3. Jelaskan maksud hubungan interaksi
4. Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat.
5. Beri rasa aman dan sikap empati.
6. Lakukan kontak singkat tapi sering.
TUK 5 : Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai dengan program
pengobatan)
Intervensi:
1. Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien pada klien dan keluarga.
2. Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa
11eizing dokter.
3. Jelaskan prinsip 5 benar minum obat (nama klien, obat, dosis, cara dan
waktu).
4. Anjurkan klien minta obat dan minum obat tepat waktu.
5. Anjurkan klien melaporkan pada perawat atau dokter jika merasakan efek yang
tidak menyenangkan.
6. Beri pujian jika klien minum obat dengan benar.
TUK 3 : Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Intervensi :
1. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan
orang lain.
2. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan orang lain.
3. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.
4. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.
5. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang
lain.
6. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang
lain.
7. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang
lain.
8. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
TUK 4 : Mengajarkan klien cara berkenalan dengan satu orang, dengan perawatan
klien lain.
Intervensi :
1. Mengajarkan cara berkenalan dengan orang dengan cara mempraktekan dan
melakukan.
2. Berikan reinforcement positif terhadap kemampuan klien.
TUK 8 : Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai dengan program
pengobatan)
Intervensi:
1. Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien pada klien dan keluarga.
2. Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa
seizing dokter.
3. Jelaskan prinsip 5 benar minum obat (nama klien, obat, dosis, cara dan waktu).
4. Anjurkan klien minta obat dan minum obat tepat waktu.
5. Anjurkan klien melaporkan pada perawatatau dokter jika merasakan efek yang
tidak menyenangkan.
6. Beri pujian jika klien minum obat dengan benar.