Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Tabel 2 Analisis fitokimia simplisia buah putih, cokelat, dan merah jingga terhadap
mahkota dewa pereaksi Meyer, Wagner, dan Dragendorf. Hal
Senyawa Merah Merah Hijau ini mengidentifikasikan bahwa proses
sekali hijau merah ekstraksi alkaloid sudah berhasil dan senyawa
Alkaloid yang terambil atau terekstraksi sesuai dengan
Dragendroft + ++ + yang diinginkan, yaitu senyawa alkaloid.
Wagner ++ ++ +
Meyer + + + Tabel 3 Analisis fitokimia ekstrak alkaloid
Flavonoid +++ ++ ++ buah mahkota dewa
Saponin + + + Senyawa Merah Merah Hijau
Tanin ++ ++ ++ sekali hijau merah
Triterpenoid - - - Alkaloid
Steroid - - - Dragendroft + ++ +
Keterangan: Wagner ++ ++ +
(+) : terbentuk warna yang diinginkan dan menyatakan Meyer + + +
intensitas warna
(-) : tidak terbentuk warna yang diinginkan
Flavonoid - - -
Saponin - - -
Isolat Alkaloid Tanin - - -
Triterpenoid - - -
Ekstraksi. Buah mahkota dewa Steroid - - -
Keterangan:
diekstraksi dengan menggunakan metode (+) : terbentuk warna yang diinginkan dan menyatakan
maserasi. Rendemen ekstrak alkaloid berda- intensitas warna
sarkan bobot kering buah mahkota dewa (-) : tidak terbentuk warna yang diinginkan
merah sekali, merah hijau, dan hijau merah
berturut-turut sebesar 1.41, 13,32, dan 1.53%. Uji Aktivitas α-Glukosidase. Ekstrak
Rendemen ekstrak alkaloid berdasarkan bobot alkaloid buah mahkota dewa (merah sekali,
basah buah mahkota dewa merah sekali, merah hijau, dan hijau merah) diuji aktivitas
merah hijau, dan hijau merah berturut-turut inhibisinya terhadap enzim α-glukosidase.
sebesar 1.34, 12.4, dan 1.41% (Lampiran 6). Reaksi yang terjadi pada daya hambat ialah
Jumlah rendemen yang dihasilkan bervariasi. contoh akan menghambat hidrolisis p-
Hal ini disebabkan oleh tingkat kekeringan nitrofenil-α-D-glukopiranosida menjadi p-
ekstrak yang berbeda. Ekstrak buah mahkota nitrofenol yang berwarna kuning dan glukosa.
dewa merah sekali dan hijau merah memiliki Intensitas warna kuning p-nitrofenol yang
tingkat kekeringan yang tinggi, sedangkan dihasilkan diukur dengan spektofotometer
ekstrak mahkota dewa merah hijau memiliki UV-tampak. Semakin besar aktivitas inhibisi
tingkat kekeringan di bawah dari kedua ekstrak maka jumlah p-nitrofenol yang
ekstrak tersebut. Selain itu, kandungan dihasilkan semakin sedikit sehingga intensitas
metabolit sekunder (alkaloid) dipengaruhi warna kuning akan berkurang.
oleh usia buah. Kandungan metabolit Sistem reaksi yang diujikan dengan
sekunder (alkaloid) diduga banyak terkandung menginkubasi substrat dan ekstrak dalam
pada buah mahkota dewa dengan usia sedang bufer pada suhu 37 °C selama 5 menit. Hal ini
(merah hijau). Kandungan metabolit sekunder dilakukan untuk menyamakan suhu optimum
(alkaloid) pada buah mahkota dewa usia muda enzim α-glukosidase. Ketika enzim
(hijau merah) diduga sedikit karena awal dari ditambahkan, reaksi enzimatis akan terjadi.
pembentukan senyawa-senyawa metabolit Hasil penelitian (Gambar 4) menunjukkan
sekunder dalam tumbuhan, sedangkan pada aktivitas inhibisi pada konsentrasi 1% (b/v)
usia tua kandungan metabolit mulai turun ekstrak buah mahkota dewa merah sekali,
dengan rusaknya sebagian sel-sel pada buah merah hijau, dan hijau merah berturut-turut
mahkota dewa. Hal ini dapat diakibatkan sebesar 35.16, 36.80, dan -9.69%. Kontrol
kandungan alkaloid lebih besar dan dalam positif yang digunakan adalah acarbose yang
keadaan yang dibutuhkan oleh tubuh memiliki aktivitas inhibisi sebesar 97.73%.
tumbuhan. Hasil ini menggambarkan bahwa ekstrak
Uji fitokimia. Hasil uji fitokimia pada alkaloid buah mahkota dewa merah sekali dan
ekstrak alkaloid (Tabel 3) menunjukkan hanya merah hijau memiliki potensi sebagai
terdeteksi adanya senyawa golongan alkaloid. antidiabetes dengan menghambat enzim α-
Hasil positif uji alkaloid ditunjukkan dengan glukosidase, sedangkan ekstrak alkaloid buah
terbentuknya endapan berwarna berturut-turut mahkota dewa hijau merah tidak memiliki
9
70
60 eluen metanol.
50
40 35,16 36,8
30
20
10 -9,69
0
-10 Akarbosa merah sekali merah hijau hijau merah
Sampel
menggunakan KLT. Fase gerak yang Diabetes melitus dapat disebabkan oleh
digunakan dalam KLT adalah eluen terbaik, bermacam alasan. Tingginya kadar glukosa
yaitu kloroform: metanol (17:3). Eluat dalam dalam darah yang disebabkan defisiensi
tabung reaksi yang memiliki pola dan Rf sama insulin (Tipe I) atau juga karena sekresi
dijadikan satu fraksi. Oleh karena itu, hasil insulin yang progresif (Tipe II). Aktivitas
fraksinasi ekstrak alkaloid buah mahkota fraksi 5 dapat menghambat aktivitas
dewa merah hijau diperoleh 5 fraksi. Warna katabolisme polisakarida oleh enzim α-
fraksi yang dihasilkan berwarna kuning glukosidase sehingga berpotensi untuk
dengan intensitas yang semakin meningkat mengatasi diabetes tipe II, karena kontrol
dengan bertambahnya nomor fraksi. Namun, glikemik tidak sepenuhnya dapat terjaga
eluat-eluat yang menjadi fraksi dua tidak dalam waktu yang lama dengan diet dan
memiliki warna dan tidak menghasilkan olahraga sehingga tetap diperlukan obat
bercak saat disinari dengan sinar UV 254 dan antihiperglikemia untuk mengatasi kadar gula
366 nm dalam analisis KLT. Hasil fraksinasi darah yang terlalu tinggi (Lee et al. 2007).
ini dapat dilihat pada Lampiran 8. Hasil ini Dengan demikian, potensi ekstrak alkaloid
kemudian diuji aktivitas inhibisinya terhadap buah mahkota dewa merah hijau dapat
α-glukosidase. menjadi solusi sebagai antihiperglikemia yang
dapat membantu proses penyembuhan
Uji Aktivitas α-Glukosidase. Fraksi hasil diabetes tipe II.
pemisahan ekstrak alkaloid buah mahkota
dewa merah hijau diuji aktivitas inhibisinya Identifikasi Spektrofotometer UV-
terhadap α-glukosidase dengan konsentrasi Tampak dan FTIR. Identifikasi fraksi 5 yang
yang sama yaitu 1% (b/v). Hal ini bertujuan memiliki aktivitas inhibisi tertinggi dilakukan
mengetahui fraksi teraktif dan untuk pencirian dengan menggunakan spektrofotometer UV-
serta penentuan senyawa golongan alkaloid. Tampak pada panjang gelombang 230-560
Hasil pengujian (Gambar 6) menunjukkan nm. Analisis dengan menggunakan
bahwa fraksi teraktif adalah fraksi 5 dengan spektrofotometer UV-tampak selain
daya inhibisi 87.29% dan fraksi 4 tidak digunakan untuk melihat ada tidaknya ikatan
memiliki daya inhibisi terhadap α- rangkap terkonjugasi, dapat juga digunakan
glukosidase. Kemungkinan fraksi ke-4 untuk menentukan jenis inti yang terdapat
menjadi aktivator α-glukosidase sehingga dalam senyawa alkaloid. Hasil spekto-
membantu adanya hidrolisis polisakarida. fotometer UV-Tampak menunjukkan serapan
Aktivitas inhibisi fraksi 5 sebesar 87.29% maksimum pada panjang gelombang 244 nm
mendekati aktivitas inihibisi acarbose sebesar dan serapan tambahan pada panjang
97.73% yang merupakan inhibitor komersil. gelombang 316 nm dan 364 nm (Gambar 7).
Hal ini mengindikasikan bahwa fraksi 5 Adanya serapan tambahan pada panjang
memiliki potensi yang baik dalam mengatasi gelombang 316 nm dan 364 nm dicurigai
penyakit diabetes tipe II. Fraksi 5 kemudian mengandung beberapa senyawa, walaupun
diidentifikasi secara kualitatif dengan uji dalam profil KLT hanya terdiri dari satu noda.
fitokimia alkaloid. Hal ini dilakukan untuk Serapan 230-270 nm merupakan serapan
meyakinkan bahwa senyawaan yang untuk benzena. Adanya serapan pada panjang
terkandung dalam fraksi 5 adalah benar-benar gelombang maksimum 244 nm menunjukkan
alkaloid. Uji fitokimia alkaloid dinyatakan bahwa transisi yang mungkin terjadi, yaitu
positif untuk fraksi 5. transisi -* yang dihasilkan dari kromofor
97,97 C=O dan C=C (Sudjadi 1983).
87,29
90
Aktivitas inhibisi (%)
70
50
27,17
30 23,41
20,28
10
-7,51