Vous êtes sur la page 1sur 63

1

BUKU PANDUAN KEGIATAN MAHASISWA

PROGRAM PROFESI NERS

KEGAWATDARURATAN

PENYUSUN
TIM KEPERAWATAN KGD

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKes YATSI TANGERANG

2017/2018

STIKes YATSI Tangerang


2

KEPERAWATAN KEDAWATDARURATAN

MATA AJAR : KGD

BEBAN STUDI : 3 SKS

PRASYARAT : Lulus mata Ajar Keperawatan Kegawatdaruratan

KOORDINATOR MA :Ns. Zahrah Maulidia Septimar,S.Kep, M.Kep

TIM PEMBIMBING : TIM

STIKes YATSI Tangerang


3

VISI DAN MISI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN “YATSI”

1. Visi
Menjadi Perguruan Tinggi pusat pendidikan kesehatan sehingga tercipta lulusan yang
unggul, serta dapat bersaing dikancah Nasional melalui proses Pendidikan, Penelitian
dan Pengabdian Masyarakat tahun 2018.

2. Misi
Misi STIKes YATSI Tangerang adalah :
a. Menghasilkan lulusan yang unggul
b. Melakukan karya ilmiah dibidang kesehatan dan terlibat aktif dalam penelitian
ilmiah yang dapat digunakan dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan,
tekhnologi untuk meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan.
c. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan memberikan pelayanan yang
terbaik sebagai bentuk pengabdian masyarakat dalam pembangunan bangsa dan
system sesuai dengan perkembangan iptek sebagai bentuk kepedulian system
akademik.
d. Melakukan kerjasama dengan institusi terkait di dalam maupun di luar negeri.

3. Visi
Visi Program Studi Keperawatan :
Menjadikan Program Studi Berstandar Nasional tahun 2018 dalam menghasilkan
tenaga yang profesional melalui proses Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat, dengan unggulan Kegawatdaruratan.

4. Misi
Misi Program Studi Keperawatan :
1. Menghasilkan lulusan pendidikan Keperawatan yang unggul dalam bidang
kegawatdaruratan.
2. Menghasilkan karya ilmiah di bidang keperawatan dan terlibat aktif dalam
penelitian ilmiah yang dapat digunakan dalam rangka pengembangan ilmu
pengetahuan, tekhnologi untuk meningkatkan mutu dan jangkauanpelayanan
asuhan keperawatan.
3. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan memberikan pelayanan yang
terbaik di bidang keperawatan sebagai bentuk pengabdian masyarakat dalam
pembangunan bangsa dan system sesuai dengan perkembangan IPTEK sebagai
bentuk kepedulian system akademik.
4. Melakukan kerjasama dengan instansi-instansi terkait.

5. Tujuan Program Studi


1. Menghasilkan Ners yang unggul dalam bidang kegawatdaruratan.
2. Menghasilkan Ners yang aktif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
penelitian terutama dalam bidang kegawatdaruratan.
3. Menghasilkan Ners yang peka dalam masalah kesehatan dengan melakukan
pengabdian masyarakat dengan melakukan seminar tentang kegawatdaruratan.
4. Terwujudnya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan memberikan
pelayanan yang terbaik dibidang keperawatan sebagai bentuk pengabdian
masyarakat dalam pembangunan bangsa sesuai dengan perkembangan IPTEK
sebagai bentuk kepedulian akademik.

STIKes YATSI Tangerang


4

BAB I
PENDAHULUAN
A. Informasi umum
Deskripsi mata ajar
Mata ajar Keperawatan Gawat Darurat (Gadar) tahap profesi merupakan sintesa
dari konsep dan prinsip Gadar melalui penerapan ilmu dan teknologi keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dewasa yang sedang atau
cenderung mengalami perubahan fisiologis ataupun struktur. Asuhan yang diberikan
didasari pada pendekatan proses keperawatan yang komprehensif dan berlandaskan
pada aspek etika dan legal keperawatan.
Fokus pembelajaran profesi adalah melakukan asuhan keperawatan pada klien
yang mempunyai masalah aktual dan potensial apapun penyebanua, yang mengancam
kehidupan yang terjadi secara mendadak atau tidak dapat diperkirakan, pada kondisi
yang tidak dapat dikendalikan. Tujuan dari asuhan yang diberikan adalah untuk
menangani masalah kegawatdaruratan dan kekritisan untuk menvegah kematian atau
kecacatan yang mungkin terjadi pada klien dengan pendekatan proses keperawatan
yang komprehensif.

Masing – masing sistem dalam pokok bahsan akan dijabarkan dalam sub pokok
bahsan yang meliputi pengenalan tanda- tanda kegawtan pada masing – masing sistem,
serta memberikan pertolongan sesuai dengan proses keperawatan gawat darurat.
Kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan dilakukan dengan pengalaman praktik
klinik di area pelayanan gawat darurat dan pelayanan kritis di rumah sakit.

Jumlah SKS dan lamanya program


Mata ajar ini mempunyai bobot 3 SKS dan diberikan pada tahun terakhir masa
perkuliahan (tahap profesi). Lama pemebelajaran adalah 3 minggu, termasuk proses
evaluasi.
Lingkup kegiatan praktek
Praktek Gadar dilaksanakan diruang rawat dewasa dengan berbagai masalah
system tubuh.
Kemampuan (kompetensi) yang diharapkan :

a) Mahasiswa praktik profesi keperawatan gawat darurat selama 3 minggu, yaitu 2


minggu di instalasi gawat darurat, 2 minggu di intensive care unit dan bergantian.
b) Setiap hari, mahasiswa mengikuti pre dan post conference bersama pembimbing
akademik dan pembimbing klinik.
c) Bimbingan akan dilaksanakan setiap hari pleh PA dan atau PK (jadwal bimbingan
terlampir)
d) Ujian stase akan dilaksanakan di rumah sakit di IGD dan ICU. Pelaksanaannya
secara insidental sesuai dengan kasus kompetensi.

STIKes YATSI Tangerang


5

Prasyarat mata ajar (m.a)


Sebelum mengikuti m.a Gadar profesi ini, mahasiswa diharapkan telah memiliki
keterampilan keperawatan dasar yang telah diperoleh selama mengikuti program
Keperawatan Dasar Profesi (KDP).
B. Sistematika Penulisan
Buku panduan ini terdiri enam bab (Bab I – Bab VI). Bab I berisi informasi umum
mata ajar Gadar profesi dan sistematika penulisan. Bab II menampilkan tujuan
pembelajaran, kompetensi yang diharapkan dicapai selama dan setelah proses
pembelajaran dan materi yang diberikan selama proses belajar mengajar. Bab III
menjelaskan proses bimbingan klinik, yang meliputi: metode bimbingan, tata tertib
dalam menjalankan praktik Gadar profesi, dan tempat praktik yang digunakan. Bab IV
menjelaskan proses pelaksanaan praktik, termasuk kaitannya dengan kompetensi. Bab V
berisi ketentuan mengenai proses evaluasi dan Bab VI merupakan penutup.
Buku panduan ini juga dilengkapi dengan lampiran format-format yang biasa
digunakan oleh mahasiswa dalam melaksanakan praktik Gadar profesi. Selain itu pada
buku ini juga dijelaskan mengenai tata tertib selama praktik, baik bagi mahasiswa
maupun pembimbing klinik.

STIKes YATSI Tangerang


6

BAB II
TUJUAN DAN KOMPETENSI

A. Tujuan Instruksional Umum dan Sasaran Pembelajaran


Tujuan Instruksional Umum :
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan kegawatdaruratan sesuai
dengan konsep dan prinsip keperawatan gawat darurat.
Sasaran pembelajaran terminal
Bila dihadapkan pada klien dengan kondisi kegawatdaruratan, mahasiswa mampu
memberikan asuhan keperawatan yang mampu untuk menagani masalah yang
mengancam kehidupan dan mempertahankan kestabilan kondisi klien setelah
kegawatdarurat tertangani. Asuhan keperawatan yang diberikan sesuai dengan konsep
dan prinsip keperawatan gawat darurat dan etika keperawatan, serta mampu
menggunakan peralatan khusus untuk melakukan tindakan spesifik pada pengelolaan
kegawatdaruratan.
Sasaran Pembelajaran Penunjang
Bila dihadapkan pada klien dengan kondisi kegawatdaruratan mahasiswa mampu:
1. Melakukan dan menganalisa pengkajian kedaruratan; primary assesment dan
secondary assesment, serta pengkajian penunjang secara tepat.
2. Melakukan triase pada kasus-kasus kegawat darurat
3. Menetapkan diagnosa keperawatan yang aktual dan resiko dengan data pendukung
yang tepat.
4. Mengidentifikasi tindakan kegawatdaruratan yang tepat
5. Melakukan rencana tindakan kegawatdaruratan yang diperlukan
6. Memberikan rasional dan tindakan-tindakan tersebut.
7. Melakukan evaluasi dan memodifikasi asuhan keperawatan yang diberikan.
8. Menerapkan tindakan universal precaution dan pencegahan penyebaran infeksi di
rumah sakit.
9. Melakukan komunikasi terapeutik pada klien dan keluarganya.
10. Menganalisa managemen asuhan keperawatan dan isue etik dan legal yang terkait
dengan pemberian asuhan keperawatan kritis dan kegawat daruratan.
11.
B. Kompetensi
Kompetensi klinik yang harus dicapai oleh mahasiswa setelah mengikuti mata ajar
Keperawatan gawat darurat adalah :
Memberikan asuhan keperawatan pada klien dewasa yang mengalami gangguan
hemodinamik dan berbagai macam masalah yang mengancam kehidupan yang
berdasarkan konsep dan prinsip kegawat daruratan dan etika keperawatan.

Kompetensi yang harus dicapai ini terdiri dari 6 elemen kompetensi yang saling terkait.
Berikut ini merupakan elemen kompetensi dan kriterian penampilan kerja dari tiap
elemen.

STIKes YATSI Tangerang


7

Elemen Kompetensi Kriteria Penampilan Kerja


1. Melakukan pengkajian 1.1 Data pengkajian keperawatan didokumentasikan
keperawatan termasuk secara sistematis dan komprehensif pada format
pemeriksaan fisik dan data- dokumentasi yang ditetapkan
data penunjang secara 1.2 Teknik pemeriksaan fisik, didemonstrasikan
holistik secara akurat dan sistematis sesuai dengan:
- Pengkajian primer : airway, breathing,
circulation dan disintegrasi
- Pengkajian sekunder : head to toe
1.3 Pengkajian yang berkelanjutan (monitoring)
dilakukan sesuai kondisi klien yang belum
stabil
1.4 Data didokumentasikan secara sistetematis dan
komprehensif pada format dokumentasi yang
ditetapkan
1.5 Teknik komunikasi terapeutik terus menerus
dipertahankanselama melakukan pengkajian
1.6 Persiapan klien dan alat untuk pemeriksaan
penunjang dilakukan dengan tepat
2. Menganalisis dan 2.1 Data dikelompokkan sesuai dengan diagnosa
menetapkan diagnosis keperawatan yang dibuat
keperawatan dengan tepat 2.2 Analisa data hasil pengkajian dilakukan selama
melakukan asuhan keperawatan
2.3 Diagnosa keperawatan ditetapkan secara tepat
dan sesuai prioritas
2.4 Diagnosis keperawatan ditetapkan sesuai dengan
rumusan PES dan menggambarkan penggunaan
konsep patofisiiologi dan konsep keperawatan
2.5 Diagnosis keperawatan yang akurat
terdokumentasi
3. Menetapkan tujuan 3.1 Tujuan dan kriteria yang rasional dan realistik
perawatan dan rencana ditetapkan
tindakan keperawatan yang 3.2 Intervensi keperawatan ditetapkan sesuai dengan
melibatkan klien dan standard intervensi keperawatan
keluarga serta peka budaya 3.3 Menetapkan intervensi keperawatan yang
meliputi: monitoring/terapi
keperawatan/tindakan kolaborasi dan
pendidikan kesehatan yang melibatkan klien dan
keluarga serta peka budaya
3.4 Intervensi keperawatan merefleksikan keamanan
untuk klien dan diri sendiri

STIKes YATSI Tangerang


8

3.5 Intervensi keperawatan yang direncanakan


merefleksikan pemahaman terhadap prinsip
dasar, keperawatan klinis dan keperawatan
kegawatdaruratan
3.6 Intervensi keperawatan didokumentasikan
4. Melakukan tindakan 4.1 Tindakan bantuan hidup dasar dilakukan secara
keperawatan mandirisesuai dengan pengkajian
kegawatdaruratan secara 4.2 Senantiasa secara mandiri melakukan
cepat dan tepat monitoring terhadap kondisi klien
4.3 Pendidikan kesehatan dilakukan sesuai dengan
prioritas kondisi klien dan melibatkan klien serta
keluarga
4.4 Fungsi kolaborasi dilakukan sesuai kondisi klien
4.5 Senantiasa memperlihatkan praktek
keperawatan yang aman dan nyaman bagi klien
serta dapat menggunakan teknologi tepat guna
4.6 Senantiasa mempertahankan tehnik aseptik yang
diperlukan
4.7 Melakukan sistem rujukan secara tepat tindakan
keperawatan untuk :
4.7.1 Mempertahankan/meningkatkan
efektifitas jalan napas
4.7.2 Mempertahankan/meningkatkan pola
napas yang efektif
4.7.3 Mempertahankan/meningkatkan
pertukaran gas yang adekuat
4.7.4 Mempertahankan/meningkatkan
hemodinamik yang adekuat
4.7.5 Mempertahankan/meningkatkan status
cairan dan elektrolit yang adekuat
4.7.6 Mempertahankan/meningkatkan status
nutrisi
4.7.7 Mempertahankan/meningkatkan perfusi
cerebral yang adekuat
4.7.8 Memperthankan/meningkatkan integritas
status imunologis
4.7.9 Mengurangi nyeri
4.7.10 Mempertahankan/meningkatkan integritas
kulit yang adekuat
4.7.11 Mencegah trauma tambahan dan atau
timbulnya infeksi

STIKes YATSI Tangerang


9

4.7.12 Mempertahankan/meningkatkan status


psikososial yang menunjang proses
penyembuhan pasien
4.7.13 Meningkatkan pengetahuan
pasien/keluarga
5. Mengevaluasi asuhan 5.1 Melakukan evaluasi setiap hari untuk
keperawatan yang diberikan menentukan atau tidaknya tujuan asuhan
untuk menentukan atau keperawatan
tidaknya tujuan 5.2 Menggunakan sistematika SOAP dalam
melakukan evaluasi
5.3 Memodifikasi rencana keperawatan sesuai
kebutuhan
5.4 Evaluasi terdokumentasi pada format yang telah
ditetapkan
6. Senantiasa memperlihatkan 6.1 Senantiasa mempertimbangkan aspek legal
praktik keperawatan yang dalam memberikan asuhan keperawatan
profesional berdasarkan etik 6.2 Senantiasa bertanggung jawab dan bertanggung
dan legal keperawatan serta gugat dalam melakukan tindakan keperawatan
peka budaya 6.3 Senantiasa melaporkan kegiatan kepada perawat
yang bertanggung jawab terhadap klien kelolaan
6.4 Menunjukkan kesiapan diri sebelum praktik
klinik dengan memenuhi penugasan yang
diberikan
6.5 Memenuhi ketentuan tentang seragam klinik,
kelengkapan alat dan kehadiran
6.6 Senantiasa menghargai klien tanpa memandang
suku, ras, agama dan status ekonomi
6.7 Senantiasa menghargai klien sebagai individu
dan menjaga kerahasiaan klien
6.8 Dapat bekerja sama dan berperilaku etis dalam
berhubungan denga sejawat / tenaga kesehatan
lainnya
6.9 Berespon cepat dan tepat pada kondisi
kegawatdaruratan, bersikap siaga/waspada
terhadap kondisi klien yang berpotensi
menimbulkan kegawatdaruratan
6.10 Senantiasa mempertahankan ketepatan waktu
6.11Menunjukkan efektifitas dan efisiensi dalam
menggunakan sumber-sumber yang tersedia

STIKes YATSI Tangerang


10

Materi yang harus dikuasai :


Materi yang harus dikuasai oleh mahasiswa adalah :
a. Konsep keperawatan gawat darurat dan bencana
b. Kegawatan sistem pernapasan
1) Mampu mengenal tanda-tanda gawat nafas/gagal nafas
2) Mampu melakukan pertolongan pertama pada klien gawat/gagal nafas
a) Membebaskan jalan nafas tanpa alat
b) Membebaskan jalan nafas dengan alat
c) Mampu memberikan oksigenasi dengan alat (bagging, BMV, Ventilator)
3) Mampu melakukan interpretasi AGD
4) Mampu mengenal obat0obat kegawatdaruratan pernapasan
5) Mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien pada yang pernapasannya dibantu
ventilator
6) Mampu memberikan asuahn keperawatan pada klien dengan kegawatan kontusio paru
(kollaps paru, perdarahan)
7) Mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan status asmatikus
c. Kegawatan sistem kardiovaskuler
1) Mampu mengenal tanda-tanda kegawatan jantung/gagal jantung
2) Mampu menginterpretasikan gambaran EKG abnormal
3) Mampu mengenal pemeriksaan untuk penegakkan diagnosa medis (Echo Cardogram)
4) Mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien henti jantung
5) Mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan kasus aritmia, disritmia, dan
aritmia letal
6) Mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan SKA
7) Mampu mengenal oabt-obatan digitalis , inotropik, vaskon dan titrasi obat.
8) Mampu mengukur CVP
9) Mampu mengenal penggunaan DC SHOCK
d. Kegawatan sistem persarafan
1) Mampu mengenal tanda-tanda gejala kegawatan sistem persarafan
2) Mengelola pasien dengan cedera otak, perdarahan masif
3) Mampu mengenal obat-obatan darurat untuk persyarafan (neuroprotektor, antihistamin,
antikoagulan, dan koagulan )
4) Mampu mengelola pasien dengan syok neurogenik
5) Mampu mengenal tanda kematian batang otak (MBO)
e. Kegawatan sistem pencernaan
1) Mampu memberikan pertolongan dan melakukan asuhan keperawatan kegawatan
perdarahan pada klien post op laparotomi
2) Mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan perdarahan ulkus pepitkum
f. Kegawatan sistem keracunan
1) Mampu mengenal tanda-tanda keracunan dengan berbagai penyebabnya
2) Mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan keracunan
3) Mampu mengelola pasien dengan syok anafilaktik
g. Kegawatan muskuloskeletal
1) Mampu memantau tanda-tanda syndrom kompartemen
2) Mampu melakukan evakuasi dan transportasi
3) Mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien kegawatan fail chest

h. Kegawatan sistem perkemihan


1) Mampu memberikan asuhan keperawtan pada klien denga GGK, GGA, atau sindrom
nefrotik
2) Mampu memnerikan asuhan keperawatan pada klien dengan ruptur uretra
i. Kegawatan luka bakar

STIKes YATSI Tangerang


11

1) Melakukan asuhan keperawtan dengan kegawatan luka akar dengan luas luka lebih dari
50%
2) Mengenal obat-obatan untuk kegawatan luka bakar
j. Kegawatan endokrin
1) Mampu melakukan asuhan keperawatan pad koma hiperglikemi dan hipoglikemi
2) Melakukan asuhan keperawatan pasien dengan kegawatan KAD dan hiperosmolat non
ketosis
k. Kegawatan infeksi nosokomial
1) Mampu melakukan asuhan keperawata pada pasien dengan syok septik

STIKes YATSI Tangerang


12

BAB III
PROSES PEMBELAJARAN

A. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran klinik yang digunakan pada mata ajar Gadar profesi ini
adalah konferens, penugasan tertulis dan penugasan klinik, ronde keperawatan,
persentasi dan belajar mandiri. Berikut ini merupaka tabel mengenai deskripsi, tujuan
dan tahapan prosedur pelaksanaan dari tiap-tiap metode pembelajaran tersebut :
Tabel-1. Deskripsi, tujuan dan Tahapan Prosedur Pada Metode Pembelajaran
Klinik Yang Digunakan Pada Praktik Gadar Profesi
Metode Deskripsi Tujuan Tahapan Prosedur
Pembelajaran
klinik
Konferens Konferens klinik Pre konferens : 1. Tentukan tujuan
klinik (pre dan adalah diskusi diskusi untuk konfrens sebelumnya.
post confrence) untuk membahas melakukan 2. Pembimbing klinik (PK)
aspek-aspek pengecekan berperan sebagai
praktik klinik terhadap kesiapan fasilitator dan
mahasiswa dan narasumber PK harus
rencana kegiatan bersikap terbuka, tidak
setiap harinya. mendominasi, fokus
Post confrence : menciptakan diskusi
Diskusi untuk yang nyaman dan
mengevaluasi menstimulasi partisipasi
kegiatan asuhan semua mahasiswa
keperawatan, 3. Sebelum melakukan
evaluasi diri konfrens, mahasiswa
mahasiswa, peer harus mempelajari hal
review, dan yang akan diskusikan.
rencana kegiatan 4. Mahasiswa atau PK
selanjutnya, menyampaikan
melatih kesimpulan konferens
kemmapuan
pemecahan
masalah
Penugasan Penugasan klinik Mempersiapkan 1. Setiap kali mahasiswa
tertulis, seperti yang dibuat pengetahuan yang memperoleh kasus baru
laporan secara tertulis harus dimiliki oleh untuk dikelola,
pendahuluan, mahasiswa mahasiswa harus
dan rencana sebelum membuat laporan
pendidika melakukan praktik pendahuluan.

STIKes YATSI Tangerang


13

kesehatan klinik 2. Laporan pendahuluan


dinuat sesuai dengan
pedoman.
3. Laporan tertulis lain
dapat diberikan oleh PK
pada mahasiswa
mengenai materi/hal
tertentu yang harus lebih
dikuasai oleh
mahasiswa.
Penugasan Penugasan klinik - Memberi 1. Setiap minggu
klinik, seperti : adalah penugasan kesempatan mahasiswa diberi kasus
- Melakukan yang diberikan pada yang sesuai dengan sub
askep yang mahasiswa pokok bahasan pada
- Melakukan berhubingan menggunakan profesi KMB
kolaborasi dengan kegiatan teori dan 2. Mahasiswa melakukan
dengan tim klinik konsep dalam askep sesuai pedoman
kesehatan praktik 3. PK segera memberikan
lain - Kesempatan umpan balik terhadap
- Melakukan untuk askep/tindakana
dokumentasi mengasah kolaborasi/dokumentaso
sesuai keterampilan yang dilakukan
dengan pemecahan mahasiswa
pedoman masalah klinik,
psikomotor dan
afektif
- Mensosialisasik
an profesi
keperawatan
sedini mungkin
pada
mahasiswa
Ronde Ronde Memberikan 1. PK merencanakan ronde
keperawatan keperawatan kesempatan pada keperawatan
adalah kegiatan mahasiswa : 2. PK meminta izin dan
observasi, - Mereview partisipasi pasien dalam
kadang diikuti askep termasuk ronde
dengan tindakan 3. PK memimpin ronde
wawancara pada keperawatan 4. Mahasiswa
satu atau yang dilakukan mempresentasikan
beberapa pasien - Mengobservasi kondisi pasien, tindakan

STIKes YATSI Tangerang


14

cara PK dan evaluasi yang telah


melakukan dilakukan
interaksi 5. PK/mahasiswa
dengan pasien lain/perawat
atau tim ruangan/pasien dapat
kesehatan lain berpartisipasi dalam
ronde
6. Mahasiswa selalu
melindungi privasi
pasien
Prsentasi Presentasi jurnal Memberikan 1. Silakukan setiap minggu
yang telah pemahaman lebih ke 4
dikelola dalam tentang 2. Diskusikan dengan
jurnal yang kasus yang pembimbing jurnal yang
dipersentasikan dikelola melalui akan dipilih untuk
sebaiknya adalah diskusi panel presentasi
jurnal yang 3. Diskusikan dalam
memungkinkan kelompok jurnal yang
bagi mahasiswa akan dipresentasikan
untuk 4. Lakukan presentasi
mendapatkan sesuai dengan format
tambahan prensentasi yang telah
pengetahuan ditetapkan
yang lebih
banyak
Belajar mandiri Proses belajar Memberikan 1. Mahasiswa menentukan
klinik dimana kesempatan pada tujuan belajar mandiri
mahasiswa mahasiswa untuk setiap harinya
melakukan meningkatkan rasa 2. Mahasiswa menerima
pemberian percaya diri dan umpan balik dari PK
asuhan bertindak sebagai terhadap pengalaman
keperawatan seorang “profesi” yang telah dijalani
dalam memberikan
asuhan
keperawatan dan
aktif dalam
kegiatan
pemberian asuhan
keperawatan
diruang rawat.

STIKes YATSI Tangerang


15

B. Tata Tertib
Berikut ini merupakan tata tertib praktik klinik yang harus dipatuhi baik oleh
mahasiswa maupun pembimbing klinik.

TATA TERTIB KEHADIRAN MAHASISWA PRAKTIK KLINIK

1. Praktek keperawatan kegawatdaruratan dilaksanakan sesuai jadwal yang telah


ditentukan dengan presentasi kehadiran 100%
2. Mahasiswa diharuskan mengenakan seragam dan name tag yang telah ditentukan.
Bila mahasiswa tidak menggunakan seragam yang sesuai dan menggunakan name
tag saat berdinas dapat diberikan peringatan. Peringatan 1, mahasiswa akan
diberikan teguran lisan dan tetap melanjutkan dinas. Peringatan 2, mahasiswa
tidak diperkenankan mengikuti dinas.
3. Mahasiswa dinas sore pada pukul 14.00 wib s/d 19.00 wib, dengan waktu istirahat
60 menit antara pukul 17.00 wib s/d 17.30 wib, secara bergantian.
4. Izin untuk tidak melakukan praktik hanya diberikan oleh koordinator pada kasus-
kasus khusus (sesuai ketentuan kampus).
Contoh :
Izin akan diberikan bila anak, orang tua, suami/istri atau yang bersangkutan sakit
serta dapat menunjukkan surat sakit. Diluar ketentuan ini dianggap absen.
5. Mahasiswa yang tidak dapat hadir tanpa alasan yang jelas wajib mengganti 2
(dua) kali jumlah hari ketidakhadirannya.
6. Bila absen lebih dari 5 hari (berturut-turut atau tidak) maka dianggap gagal dalam
mengikuti mata ajar ini dan harus mengikuti program ini kembali
7. Izin-izin diluar yang diatur diatas, akan diberikan oleh koordinator dengan
petimbangan khusus
8. Pergantian hari praktik harus diketahui oleh pembimbing klinik dan koordinator
9. Pelaksanaan peraktek dan pelaporan:
a. Hari pertama praktek, mahasiswa telah mempunyai laporan pendahuluan
yang dibuat berdasarkan format penilaian laporan dan diresponsi oleh
pembimbing.
b. Pada hari kedua mahasiswa telah menyelesaikan pengkajian sampai dengan
NCP
c. Laporan kasus lengkap dikumpulkan maksimal 1 hari setelah menyelesaikan
praktek diruangan. Bila terjadi keterlambatan maka nilai akan dikurangi 15%
d. Mahasiswa membuat laporan kasus lengkap setiap minggu dan diresponsi
oleh pembimbing.
e. Tugas literature merupakan tugas kelompok dan akan dipresentasikan di akhir
praktek profesi ners Kegawatdaruratan.
f. Laporan ditulis tangan rapi dengan kertas folio bergaris

STIKes YATSI Tangerang


16

g. Mahasiswa membawa buku panduan program profesi Ners Kegawatdaruratan


dan dokumentasi keperawatan pasiennya setiap hari.
h. Dalam pelaksanaan peraktek, mahasiswa wajib memperhatikan aspek
komunikasi keperawatan, baik kepada perawat ruangan, dokter maupun
rekan-rekan sesama mahasiswa.
10. Evaluasi, meliputi evaluasi kegiatan harian diruangan dengan bobot 30%, evaluasi
pada akhir putaran secara komprehensif dinilai dengan bobot 60%, serta ujian
praprofesi Gadar 10 %.
11. Jam datang keruangan tempat praktek tepat waktu. Bila ada keterlambatan lebih
dari 15 menit maka mahasiswa dipersilahkan untuk kembali dan tidak
diperkenankan dinas. Mahasiswa harus mengganti waktu dinas diruangan tersebut
pada hari yang lain, dengan tidak mengganggu jadwal dinas diruangan lain. Tidak
diperkenankan mendobel dinas (2 shift berurutan).
12. Mahasiswa tidak diperkenankan menggunakan asesoris yang berlebih, sepatu
tidak berbunyi dan sopan, serta rambut rapih.
13. Mahasiswa diwajibkan menjaga norma sopan santun & beretika dalam bertindak
dan berkata-kata kepada siapapun. Menunjukan sikap professional dengan tetap
menghargai individu lain, termasuk pembimbing atau perawat ruangan. HP silent
selama peraktek.
14. Mahasiswa dapat dinyatakan tidak lulus pada saat ujian akhir, jika tidak
memenuhi nilai yang sudah ditentukan
15. Mahasiswa juga dapat dinyatakan tidak lulus dari bagian Kegawatdaruratan, jika
tidak memenuhi nilai yang sudah ditentukan
TATA TERTIB PEMBIMBING KLINIK
Untuk membantu kelancaran proses pembimbing klinik, diharapkan setiap
pembimbing untuk :
1. Mengisi absensi pembimbing sesuai dengan jam kehadiran (lihat absensi untuk
pembimbing)-absensi disimpan oleh PK
2. Menyerahkan jadwal bimbingan paling lambat pada minggu pertama kegiatan
pembelajaran berlangsung
3. Menyelenggarakan semua kegiatan praktik klinik (termasuk konferens) di klinik
4. Mengikuti proses/alur kegiatan pemebalajaran klinik Kegawatdaruratan seperti
yang tercantum pada buku pedoman praktik profesi Kegawatdaruratan
5. Memebrikan penilaian klinik pada setiap mahasiswa bimbingannya sesuai
ketentuan
6. Mengumpulkan hasil penilaian dan absensi mingguan pada koordinator setiap
hari jumat
7. Memberikan langsung pada koordinator jika tidak datang atau terlambat
datangsaat membimbing
8. Meminta persetujuan koordinator jika melibatkan pembimbing lain (selain yang
tercantum pada daftar pembimbing)

STIKes YATSI Tangerang


17

9. Saling menghargai dan bekerja sama secara baik dengan pembimbing lain
10. Menjadi contoh peran perawat profesional bagi mahasiswa
11. Bersedia menerima masukan dari tim pembimbing lain jika terdapat
pelanggaran/hal yang tidak sesuai dengan tata tertib

C. Tempat praktik
Tempat praktik yang digunakan pada m.a Kegawatdaruratan profesi adalah ruang
/ Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan Intensive Care Unit (ICU).
Kriteria pemilihan rumah sakit
Rumah sakit yang digunakan adalah terutama rumah sakit pendidikan untuk tenaga
kesehatan. Pemilihan rumah sakit terutama didasarkan pada: ketersediaan kasus sesuai
dengan kompetensi yang akan dicapai; ketersediaan pembimbing klinik yang sesuai
dengan standar pembimbing klinik di Stikes Yatsi Tangerang dan lokasi rumah sakit
yang telatif dekat dengan kampus Stikes Yatsi.

Jenis ruang perawatan yang digunakan


Sesuai dengan pendekatan praktik yang digunakan pada m.a Kegawatdaruratan, yakni
pendekatan proses keperawatan pada kasus-kasus tertentu, maka ruang/unit perawatan
yang digunakan adalah ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan Intensive Care Unit
(ICU).
Pengaturan ruang praktik
Ruang-ruang praktik diatas, digunakan secara simultan. Kelompok mahasiswa
bergantian akan berpindah-pindah.

STIKes YATSI Tangerang


18

BAB IV

PROSES PELAKSANAAN PRAKTIK

A. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan praktik Kegawatdaruratan dilakukan selama 5 (empat) minggu termasuk
kegiatan ujian. Secara umum kegiatan dan proses pemeblajaran klinik dapat dilihat
pada tabel matrik rancangan pembelajaran dibawah ini

Tabel 2 Matrik Rancangan Pembelajaran

Minggu Metode dan Tahap Proses Pembelajaran


I-V ORIENTASI LATIHAN UMPAN BALIK
Lokasi IGD 1. Penugasan 1. Praktek klinik : setiap 1. Ronde
dan ICU klinik/fase mahasiswa mengelola keperawatan
preinteraksi kasus keperawatan dan bed side
(mempelajari gawat darurat ( 1 klien teaching
kasus yang akan untuk masing-masing
dirawat) ruang) 2. Presentasi kasus
2. Pre conference a. Mengkaji klien
(diskusi kasus (status 3. Umpan balik
akan dikelola dan medis/keperawatan, tugas baca
tindakan wawancara,
keperawatan pada pemeriksaan fisik) 4. Pre conference
hari tersebut) b. Menegakkan (umpan balik
3. Observasi prioritas diagnosa terhadap asuhan
tindakan belum keperawatan keperawatan
dipelajari berdasarkan yang diberikan)
mahasiswa pada masalah yang lebih
lab kampus/lab mengancam
klinik kehidupan
4. Demonstrasi c. Mengidentifikasi
tindakan rencana tindakan
keperawatan (mandiri dan
kolaboratif)
d. Melaksanakan
rencana tindakan
yang telah disusun
e. Mengevaluasi
asuhan keperawatan
yang diberikan
2. Presentasi kasus
kelolaan
3. Belajar mandiri

STIKes YATSI Tangerang


19

BAB V

EVALUASI

A. Tujuan Evaluasi
Secara umum evaluasi praktek klinik kegawatdaruratan, bertujuan untuk menilai
kompetensi mahasiswa dalam menerapkan proses keperawatan pada masalah
kegawatdaruratan.

B. Cakupan dan Bobot Evaluasi

No Komponen penilaian Bobot

1 Ujian Supervisi 35%

2 Inovasi 20%

2 Penugasan tertulis 25%

3 Presentasi jurnal 10%

4 Afektif 10%

TOTAL 100%

Catatan :
- instrumen evaluasi dapat dilihat pada lampiran
- bagi mahasiswa yang dinyatakan tidak lulus ujian praktik klinik, diberikan
kesempatan untuk mengulang ujian praktik klinik hanya sekali.
A. Prosedur Evaluasi
proses pelaksanaan evaluasi mengikuti prosedur berikut ini :
1. Evaluasi Laporan Pendahuluan (LP)
a. Laporan pendahuluan dievaluasi di hari pertama praktik klinik oleh
pembimbing masing-masin ruangan.
b. Pembimbing klinik dan pendidik dapat meminta mahasiswa untuk
memperbaiki laporan pendahuluan jika diperlukan
2. Evaluasi kinerja klinik dilakukan 3x untuk setiap mahasiswa (ditiap bagian yang
berbeda).
a. Mahasiswa menyiapkan format-format evaluasi yang akan digunakan
b. Pembimbing klinik dan pendidik melakukan evaluasi
c. Hasil evaluasi disampaikan pada mahasiswa dan disimpan oleh pembimbing
klinik dan pendidik
3. Prosedur ujian klinik dapat dilihat pada lampiran

STIKes YATSI Tangerang


20

B. Kriteria Kelulusan
Mahasiswa dinyatakan lulus jika :
1. Mendapat nilai minimal 71 pada hasil penilaian evaluasi proses dan minimal 71
pada penilaian ujian klinik.
2. Memenuhi kehadiran 100%
3. Mematuhi tata tertib termasuk tata tertib yang terdapat pada buku pedoman
mahasiswa Keperawatan Ners STIKes Yatsi.

STIKes YATSI Tangerang


21

BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

American College of Surgeons. (1997). Advanced trauma life support for doctors. instructor
course manual book 1 - sixth edition. Chicago.

Curtis, K., Murphy, M., Hoy, S., dan Lewis, M.J. (2009). The emergency nursing assessment
process: a structured framedwork for a systematic approach. Australasian Emergency
Nursing Journal, 12; 130-136

Delp &manning. (2004) . Major diagnosis fisik . Jakarta: EGC.


Diklat Yayasan Ambulance Gawat Darurat 118. (2010). Basic Trauma Life Support and Basic
Cardiac Life Support Edisi Ketiga. Yayasan Ambulance Gawat Darurat 118.

Diklat RSUP Dr. M. Djamil Padang. (2006). Pelatihan Penanggulangan Penderita Gawat darurat
(PPGD). RSUP. Dr.M.Djamil Padang.

Djumhana, Ali. (2011). Perdarahan Akut Saluran Cerna Bagian Atas. FK. UNPAD. Diakses dari
http://pustaka.unpad.ac.id/ tanggal 28 april 2013.

Emergency Nurses Association (2007). Sheehy`s manual of emergency care 6th edition. St.
Louis Missouri : Elsevier Mosby.

Fulde, Gordian. (2009). Emergency medicine 5th edition. Australia : Elsevier.

Gilbert, Gregory., D’Souza, Peter., Pletz, Barbara. (2009). Patient assessment routine medical
care primary and secondary survey. San Mateo County EMS Agency.

Gindhi, R.M., Cohen, R.A., dan Kirzinger, W.K. (2012). Emergency room use among aults aged
18-64: early release of estimates from the national health interview survey, January-June
2011. Diakses pada tanggal 28 April 2013, dari
http://www.cdc.gov/nchs/data/nhis/earlyrelease/emergency_room_use_january-
june_2011.pdf

Holder, AR. (2002 ).Emergency room liability. JAMA.

Institute for Health Care Improvement. (2011). Nursing assessment form with medical
emergency team (MET) guidelines. Diakses pada tanggal 28 April 2013, dari
http://www.ihi.org/knowledge/Pages/Tools/NursingAssessmentFormwithMETGuidelines.asp
x.

Ishak, 2012. Pemeriksaan radiologi dan laboratorium untuk fisioterapis. Diakses dari
http://www.slideshare.net/IshakMajid/radiologi-laboratorium-a4 tanggal 5 Mei 2013

Lombardo, D. (2005). Patient asessment. In: Newbury L., Criddle L.M., ed. Sheehy’s manual
of emergency care, ed 6. Philadelphia: Mosby.

Lyandra, april, Budhi, Antariksa, Syahrudin. (2011). Ultrasonografi Toraks. Jurnal Respiratori
Inonesia Volume 31 diakses dari http://jurnalrespirologi.org/ tanggal 28 April 2013.

Lyer, P.W., Camp, N.H.(2005). Dokumentasi Keperawatan, Suatu Pendekatan Proses


Keperawatan, Edisi 3. Jakarta: EGC

Mancini MR, Gale AT.(2011). Emergency care and the law. Maryland: Aspen Publication.

Maryuani, Anik & Yulianingsih. (2009). Asuhan kegawatdaruratan. Jakarta : Trans Info Media
Medis.

O’keefe, M.F.,Limmer D., Grand, H.D., Murray, R.H., Bergebon J.D., (1998). Emergency Care,
eighth Ed., New Yersey, Prentice Hall. Inc. A. Simon & Schuster Co.

Parhusip. (2004). Bronkoskopi. Diakses dari http://repository.usu.ac.id tanggal 28 april 2013.

STIKes YATSI Tangerang


22

Practitioner Emergency Medical Technician. (2012). Clinical practice guidelines for pre-hospital
emergency care. Ireland : Pre-Hospital Emergency Care Council. ISBN 978-0-
9571028-2-8.

The National Institue for Health and Clinical Excellence. (2007). Head injury: triage,
assessment, investigation and early management of head injury in infant, children and
adults. London: The National Institue for Health and Clinical Excellence

Thygerson, Alton. (2006). First aid 5th edition. Alih bahasa dr. Huriawati Hartantnto. Ed. Rina
Astikawati. Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama.

Vanderbilt Medical Center. (2011). Viewing and printing adult ED nursing assessment
documentation. Diakses pada tanggal 28 April 2013, dari
http://www.mc.vanderbilt.edu/documents/sss2/files/View_Print_Adult_ED_Nurs_Assess_D
oc_2_10_11.doc

Widjaya, Cristina. (2002). Uji Diagnostik pemeriksaan kadar D-dimer plasma pada diagnosis
stroke iskemik. FK. UNPAD. Diakses dari http://eprints.undip.ac.id tanggal 28 april 2013.

Wilkinson, Douglas. A., Skinner, Marcus. W. (2000). Primary trauma care standard edition.
Oxford :Primary Trauma Care Foundation. ISBN 0-95-39411-0-8.

STIKes YATSI Tangerang


23

LAMPIRAN – LAMPIRAN
1. PANDUAN PENGKAJIAN
2. FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
3. FORMAT PENGKAJIAN ICU
4. FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN
5. FORMAT INTERPRETASI EKG
6. FORMAT INTERPRETASI ASAM BASA
7. FORMAT PENILAIAN DOKUMENTASI
8. FORMAT PENILAIAN SUPERVISI
9. FORMAT PENILAIAN AFEKTIF
10. FORMAT PENILAIAN LAPORAN PENDAHULUAN
11. FORMAT PENILAIAN PERSENTASI

STIKes YATSI Tangerang


24

PANDUAN PENGKAJIAN
1. TINJAUAN TEORI

Perawatan pada pasien yang mengalami injuri oleh tim trauma agak berbeda dengan
pengobatan secara tradisional, di mana penegakan diagnosa, pengkajian dan manajemen
penatalaksanaan sering terjadi secara bersamaan dan dilakukan oleh dokter yang lebih dari satu.
Seorang leader tim harus langsung memberikan pengarahan secara keseluruhan mengenai
penatalaksanaan terhadap pasien yang mengalami injuri, yang meliputi (Fulde, 2009) :
1. Primary survey

2. Resuscitation

3. History

4. Secondary survey

5. Definitive care

A. Primary Survey
Primary survey menyediakan evaluasi yang sistematis, pendeteksian dan manajemen
segera terhadap komplikasi akibat trauma parah yang mengancam kehidupan. Tujuan dari
Primary survey adalah untuk mengidentifikasi dan memperbaiki dengan segera masalah yang
mengancam kehidupan. Prioritas yang dilakukan pada primary survey antara lain (Fulde, 2009) :
 Airway maintenance dengan cervical spine protection
 Breathing dan oxygenation
 Circulation dan kontrol perdarahan eksternal
 Disability-pemeriksaan neurologis singkat
 Exposure dengan kontrol lingkungan
Sangat penting untuk ditekankan pada waktu melakukan primary survey bahwa setiap
langkah harus dilakukan dalam urutan yang benar dan langkah berikutnya hanya dilakukan jika
langkah sebelumnya telah sepenuhnya dinilai dan berhasil. Setiap anggota tim dapat
melaksanakan tugas sesuai urutan sebagai sebuah tim dan anggota yang telah dialokasikan peran
tertentu seperti airway, circulation, dll, sehingga akan sepenuhnya menyadari mengenai
pembagian waktu dalam keterlibatan mereka (American College of Surgeons, 1997). Primary
survey perlu terus dilakukan berulang-ulang pada seluruh tahapan awal manajemen. Kunci untuk
perawatan trauma yang baik adalah penilaian yang terarah, kemudian diikuti oleh pemberian
intervensi yang tepat dan sesuai serta pengkajian ulang melalui pendekatan AIR (assessment,
intervention, reassessment)
Primary survey dilakukan melalui beberapa tahapan, antara lain (Gilbert., D’Souza., &
Pletz, 2009) :
a) General Impressions
 Memeriksa kondisi yang mengancam nyawa secara umum.
 Menentukan keluhan utama atau mekanisme cedera
 Menentukan status mental dan orientasi (waktu, tempat, orang)

STIKes YATSI Tangerang


25

b) Pengkajian Airway
Tindakan pertama kali yang harus dilakukan adalah memeriksa responsivitas pasien
dengan mengajak pasien berbicara untuk memastikan ada atau tidaknya sumbatan jalan nafas.
Seorang pasien yang dapat berbicara dengan jelas maka jalan nafas pasien terbuka
(Thygerson, 2011). Pasien yang tidak sadar mungkin memerlukan bantuan airway dan
ventilasi. Tulang belakang leher harus dilindungi selama intubasi endotrakeal jika dicurigai
terjadi cedera pada kepala, leher atau dada. Obstruksi jalan nafas paling sering disebabkan
oleh obstruksi lidah pada kondisi pasien tidak sadar (Wilkinson & Skinner, 2000).
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian airway pada pasien antara lain :
 Kaji kepatenan jalan nafas pasien. Apakah pasien dapat berbicara atau bernafas dengan
bebas?
 Tanda-tanda terjadinya obstruksi jalan nafas pada pasien antara lain:
 Adanya snoring atau gurgling
 Stridor atau suara napas tidak normal
 Agitasi (hipoksia)
 Penggunaan otot bantu pernafasan / paradoxical chest movements
 Sianosis
 Look dan listen bukti adanya masalah pada saluran napas bagian atas dan potensial
penyebab obstruksi :
 Muntahan
 Perdarahan
 Gigi lepas atau hilang
 Gigi palsu
 Trauma wajah
 Jika terjadi obstruksi jalan nafas, maka pastikan jalan nafas pasien terbuka.
 Lindungi tulang belakang dari gerakan yang tidak perlu pada pasien yang berisiko untuk
mengalami cedera tulang belakang.
 Gunakan berbagai alat bantu untuk mempatenkan jalan nafas pasien sesuai indikasi :
 Chin lift/jaw thrust
 Lakukan suction (jika tersedia)
 Oropharyngeal airway/nasopharyngeal airway, Laryngeal Mask Airway
 Lakukan intubasi
c) Pengkajian Breathing (Pernafasan)
Pengkajian pada pernafasan dilakukan untuk menilai kepatenan jalan nafas dan
keadekuatan pernafasan pada pasien. Jika pernafasan pada pasien tidak memadai, maka
langkah-langkah yang harus dipertimbangkan adalah: dekompresi dan drainase tension
pneumothorax/haemothorax, closure of open chest injury dan ventilasi buatan (Wilkinson &
Skinner, 2000).
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian breathing pada pasien antara lain :
 Look, listen dan feel; lakukan penilaian terhadap ventilasi dan oksigenasi pasien.

STIKes YATSI Tangerang


26

 Inspeksi dari tingkat pernapasan sangat penting. Apakah ada tanda-tanda sebagai
berikut : cyanosis, penetrating injury, flail chest, sucking chest wounds, dan
penggunaan otot bantu pernafasan.
 Palpasi untuk adanya : pergeseran trakea, fraktur ruling iga, subcutaneous
emphysema, perkusi berguna untuk diagnosis haemothorax dan pneumotoraks.
 Auskultasi untuk adanya : suara abnormal pada dada.
 Buka dada pasien dan observasi pergerakan dinding dada pasien jika perlu.
 Tentukan laju dan tingkat kedalaman nafas pasien; kaji lebih lanjut mengenai karakter
dan kualitas pernafasan pasien.
 Penilaian kembali status mental pasien.
 Dapatkan bacaan pulse oksimetri jika diperlukan
 Pemberian intervensi untuk ventilasi yang tidak adekuat dan / atau oksigenasi:
 Pemberian terapi oksigen
 Bag-Valve Masker
 Intubasi (endotrakeal atau nasal dengan konfirmasi penempatan yang benar), jika
diindikasikan
 Catatan: defibrilasi tidak boleh ditunda untuk advanced airway procedures
 Kaji adanya masalah pernapasan yang mengancam jiwa lainnya dan berikan terapi sesuai
kebutuhan.

d) Pengkajian Circulation
Shock didefinisikan sebagai tidak adekuatnya perfusi organ dan oksigenasi jaringan.
Hipovolemia adalah penyebab syok paling umum pada trauma. Diagnosis shock didasarkan
pada temuan klinis: hipotensi, takikardia, takipnea, hipotermia, pucat, ekstremitas dingin,
penurunan capillary refill, dan penurunan produksi urin. Oleh karena itu, dengan adanya
tanda-tanda hipotensi merupakan salah satu alasan yang cukup aman untuk mengasumsikan
telah terjadi perdarahan dan langsung mengarahkan tim untuk melakukan upaya
menghentikan pendarahan. Penyebab lain yang mungkin membutuhkan perhatian segera
adalah: tension pneumothorax, cardiac tamponade, cardiac, spinal shock dan anaphylaxis.
Semua perdarahan eksternal yang nyata harus diidentifikasi melalui paparan pada pasien
secara memadai dan dikelola dengan baik (Wilkinson & Skinner, 2000)..
Langkah-langkah dalam pengkajian terhadap status sirkulasi pasien, antara lain :
 Cek nadi dan mulai lakukan CPR jika diperlukan.
 CPR harus terus dilakukan sampai defibrilasi siap untuk digunakan.
 Kontrol perdarahan yang dapat mengancam kehidupan dengan pemberian penekanan
secara langsung.
 Palpasi nadi radial jika diperlukan:
 Menentukan ada atau tidaknya
 Menilai kualitas secara umum (kuat/lemah)
 Identifikasi rate (lambat, normal, atau cepat)
 Regularity

STIKes YATSI Tangerang


27

 Kaji kulit untuk melihat adanya tanda-tanda hipoperfusi atau hipoksia (capillary refill).
 Lakukan treatment terhadap hipoperfusi

e) Pengkajian Level of Consciousness dan Disabilities


Pada primary survey, disability dikaji dengan menggunakan skala AVPU :
 A - alert, yaitu merespon suara dengan tepat, misalnya mematuhi perintah yang
diberikan
 V - vocalises, mungkin tidak sesuai atau mengeluarkan suara yang tidak bisa
dimengerti
 P - responds to pain only (harus dinilai semua keempat tungkai jika ekstremitas
awal yang digunakan untuk mengkaji gagal untuk merespon)
 U - unresponsive to pain, jika pasien tidak merespon baik stimulus nyeri
maupun stimulus verbal.
f) Expose, Examine dan Evaluate
Menanggalkan pakaian pasien dan memeriksa cedera pada pasien. Jika pasien diduga
memiliki cedera leher atau tulang belakang, imobilisasi in-line penting untuk dilakukan.
Lakukan log roll ketika melakukan pemeriksaan pada punggung pasien. Yang perlu
diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan pada pasien adalah mengekspos pasien hanya
selama pemeriksaan eksternal. Setelah semua pemeriksaan telah selesai dilakukan, tutup
pasien dengan selimut hangat dan jaga privasi pasien, kecuali jika diperlukan pemeriksaan
ulang (Thygerson, 2011).
Dalam situasi yang diduga telah terjadi mekanisme trauma yang mengancam jiwa, maka
Rapid Trauma Assessment harus segera dilakukan:
 Lakukan pemeriksaan kepala, leher, dan ekstremitas pada pasien
 Perlakukan setiap temuan luka baru yang dapat mengancam nyawa pasien luka dan
mulai melakukan transportasi pada pasien yang berpotensi tidak stabil atau kritis.
(Gilbert., D’Souza., & Pletz, 2009)

Alur Primary Survey pada Pasien Medical Dewasa (Pre-Hospital Emergency Care
Council, 2012) :

STIKes YATSI Tangerang


28

Alur Primary Survey pada Pasien Trauma Dewasa (Pre-Hospital Emergency Care
Council, 2012) :

STIKes YATSI Tangerang


29

B. Secondary Assessment
Survey sekunder merupakan pemeriksaan secara lengkap yang dilakukan secara head to
toe, dari depan hingga belakang. Secondary survey hanya dilakukan setelah kondisi pasien mulai
stabil, dalam artian tidak mengalami syok atau tanda-tanda syok telah mulai membaik.

1. Anamnesis
Pemeriksaan data subyektif didapatkan dari anamnesis riwayat pasien yang merupakan
bagian penting dari pengkajian pasien. Riwayat pasien meliputi keluhan utama, riwayat
masalah kesehatan sekarang, riwayat medis, riwayat keluarga, sosial, dan sistem.
(Emergency Nursing Association, 2007). Pengkajian riwayat pasien secara optimalharus
diperolehlangsung daripasien, jika berkaitan dengan bahasa, budaya,usia, dan cacatatau
kondisipasienyang terganggu, konsultasikan dengan anggota keluarga, orang terdekat, atau

STIKes YATSI Tangerang


30

orang yang pertama kali melihat kejadian. Anamnesis yang dilakukan harus lengkap karena
akan memberikan gambaran mengenai cedera yang mungkin diderita. Beberapa contoh:
a. Tabrakan frontal seorang pengemudi mobil tanpa sabuk pengaman: cedera wajah,
maksilo-fasial, servikal. Toraks, abdomen dan tungkai bawah.
b. Jatuh dari pohon setinggi 6 meter perdarahan intra-kranial, fraktur servikal atau vertebra
lain, fraktur ekstremitas.
c. Terbakar dalam ruangan tertutup: cedera inhalasi, keracunan CO.
Anamnesis juga harus meliputi riwayat AMPLE yang bisa didapat dari pasien dan keluarga
(Emergency Nursing Association, 2007):
A : Alergi (adakah alergi pada pasien, seperti obat-obatan, plester, makanan)
M : Medikasi/obat-obatan (obat-obatan yang diminum seperti sedang menjalani
pengobatan hipertensi, kencing manis, jantung, dosis, atau penyalahgunaan obat
P : Pertinent medical history (riwayat medis pasien seperti penyakit yang pernah
diderita, obatnya apa, berapa dosisnya, penggunaan obat-obatan herbal)
L : Last meal (obat atau makanan yang baru saja dikonsumsi, dikonsumsi berapa
jam sebelum kejadian, selain itu juga periode menstruasi termasuk dalam komponen
ini)
E : Events, hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera (kejadian yang
menyebabkan adanya keluhan utama)
Ada beberapa cara lain untuk mengkaji riwayat pasien yang disesuaikan dengan kondisi
pasien. Pada pasien dengan kecenderungan konsumsi alkohol, dapat digunakan beberapa
pertanyaan di bawah ini (Emergency Nursing Association, 2007):
 C. have you ever felt should Cut down your drinking?
 A. have people Annoyed you by criticizing your drinking?
 G. have you ever felt bad or Guilty about your drinking?
 E. have you ever had a drink first think in the morning to steady your nerver or get rid
of a hangover (Eye-opener)
Jawaban Ya pada beberapa kategori sangat berhubungan dengan masalah konsumsi
alkohol.
Pada kasus kekerasan dalam rumah tangga akronim HITS dapat digunakan dalam proses
pengkajian. Beberapa pertanyaan yang diajukan antara lain : “dalam setahun terakhir ini
seberapa sering pasanganmu” (Emergency Nursing Association, 2007):
 Hurt you physically?
 Insulted or talked down to you?
 Threathened you with physical harm?
 Screamed or cursed you?
Akronim PQRST ini digunakan untuk mengkaji keluhan nyeri pada pasien yang meliputi :
 Provokes/palliates : apa yang menyebabkan nyeri? Apa yang membuat nyerinya lebih
baik? apa yang menyebabkan nyerinya lebih buruk? apa yang anda lakukan saat nyeri?
apakah rasa nyeri itu membuat anda terbangun saat tidur?

STIKes YATSI Tangerang


31

 Quality : bisakah anda menggambarkan rasa nyerinya?apakah seperti diiris, tajam,


ditekan, ditusuk tusuk, rasa terbakar, kram, kolik, diremas? (biarkan pasien
mengatakan dengan kata-katanya sendiri.
 Radiates: apakah nyerinya menyebar? Menyebar kemana? Apakah nyeri terlokalisasi
di satu titik atau bergerak?
 Severity : seberapa parah nyerinya? Dari rentang skala 0-10 dengan 0 tidak ada nyeri
dan 10 adalah nyeri hebat
 Time : kapan nyeri itu timbul?, apakah onsetnya cepat atau lambat? Berapa lama nyeri
itu timbul? Apakah terus menerus atau hilang timbul?apakah pernah merasakan nyeri
ini sebelumnya?apakah nyerinya sama dengan nyeri sebelumnya atau berbeda?
Setelah dilakukan anamnesis, maka langkah berikutnya adalah pemeriksaan tanda-
tanda vital. Tanda tanda vital meliputi suhu, nadi, frekuensi nafas, saturasi oksigen, tekanan
darah, berat badan, dan skala nyeri.

Berikut ini adalah ringkasan tanda-tanda vital untuk pasien dewasa menurut
Emergency Nurses Association,(2007).
Komponen Nilai normal Keterangan
Suhu 36,5-37,5 Dapat di ukur melalui oral,
aksila, dan rectal. Untuk
mengukur suhu inti
menggunakan kateter arteri
pulmonal, kateter urin,
esophageal probe, atau
monitor tekanan intracranial
dengan pengukur suhu. Suhu
dipengaruhi oleh aktivitas,
pengaruh lingkungan, kondisi
penyakit, infeksi dan injury.
Nadi 60-100x/menit Dalam pemeriksaan nadi
perlu dievaluais irama
jantung, frekuensi, kualitas
dan kesamaan.
Respirasi 12-20x/menit Evaluasi dari repirasi
meliputi frekuensi, auskultasi
suara nafas, dan inspeksi dari
usaha bernafas. Tada dari
peningkatan usah abernafas
adalah adanya pernafasan
cuping hidung, retraksi
interkostal, tidak mampu
mengucapkan 1 kalimat
penuh.
Saturasi oksigen >95% Saturasi oksigen di monitor
melalui oksimetri nadi, dan
hal ini penting bagi pasien
dengan gangguan respirasi,
penurunan kesadaran,
penyakit serius dan tanda
vital yang abnormal.
Pengukurna dapat dilakukan
di jari tangan atau kaki.
Tekanan darah 120/80mmHg Tekana darah mewakili dari

STIKes YATSI Tangerang


32

gambaran kontraktilitas
jantung, frekuensi jantung,
volume sirkulasi, dan tahanan
vaskuler perifer. Tekanan
sistolik menunjukkan cardiac
output, seberapa besar dan
seberapa kuat darah itu
dipompakan. Tekanan
diastolic menunjukkan fungsi
tahanan vaskuler perifer.
Berat badan Berat badan penting diketahui
di UGD karena berhubungan
dengan keakuratan dosis atau
ukuran. Misalnya dalam
pemberian antikoagulan,
vasopressor, dan medikasi
lain yang tergantung dengan
berat badan.

2. Pemeriksaan fisik
a. Kulit kepala
Seluruh kulit kepala diperiksa. Sering terjadi pada penderita yang datang dengan
cedera ringan, tiba-tiba ada darah di lantai yang berasal dari bagian belakang kepala
penderita. Lakukan inspeksi dan palpasi seluruh kepala dan wajah untuk adanya
pigmentasi, laserasi, massa, kontusio, fraktur dan luka termal, ruam, perdarahan, nyeri
tekan serta adanya sakit kepala(Delp & Manning. 2004).

b. Wajah
Ingat prinsip look-listen-feel.Inspeksi adanya kesimterisan kanan dan kiri. Apabila
terdapat cedera di sekitar mata jangan lalai memeriksa mata, karena pembengkakan di
mata akan menyebabkan pemeriksaan mata selanjutnya menjadi sulit. Re evaluasi tingkat
kesadaran dengan skor GCS.
1) Mata : periksa kornea ada cedera atau tidak, ukuran pupil apakah
isokor atau anisokor serta bagaimana reflex cahayanya, apakah
pupil mengalami miosis atau midriasis, adanya ikterus, ketajaman
mata (macies visus dan acies campus), apakah konjungtivanya
anemis atau adanya kemerahan, rasa nyeri, gatal-gatal, ptosis,
exophthalmos, subconjunctival perdarahan, serta diplopia
2) Hidung :periksa adanya perdarahan, perasaan nyeri, penyumbatan
penciuman, apabila ada deformitas(pembengkokan) lakukan
palpasi akan kemungkinan krepitasi dari suatu fraktur.
3) Telinga :periksa adanya nyeri, tinitus, pembengkakan, penurunan
atau hilangnya pendengaran, periksa dengan senter mengenai
keutuhan membrane timpani atau adanya hemotimpanum
4) Rahang atas : periksa stabilitas rahang atas
5) Rahang bawah : periksa akan adanya fraktur
6) Mulut dan faring : inspeksi pada bagian mucosa terhadap tekstur, warna,

STIKes YATSI Tangerang


33

kelembaban, dan adanya lesi; amati lidah tekstur, warna,


kelembaban, lesi, apakah tosil meradang, pegang dan tekan
daerah pipi kemudian rasakan apa ada massa/ tumor,
pembengkakkan dan nyeri, inspeksi amati adanya tonsil
meradang atau tidak (tonsillitis/amandel). Palpasi adanya respon
nyeri

c. Vertebra servikalis dan leher


Pada saat memeriksa leher, periksa adanya deformitas tulang atau krepitasi,
edema, ruam, lesi, dan massa , kaji adanya keluhan disfagia (kesulitan menelan) dan
suara serak harus diperhatikan, cedera tumpul atau tajam, deviasi trakea, dan pemakaian
otot tambahan. Palpasi akan adanya nyeri, deformitas, pembekakan, emfisema subkutan,
deviasi trakea, kekakuan pada leher dan simetris pulsasi. Tetap jaga imobilisasi segaris
dan proteksi servikal. Jaga airway, pernafasan, dan oksigenasi. Kontrol perdarahan,
cegah kerusakan otak sekunder..

d. Toraks
Inspeksi : Inspeksi dinding dada bagian depan, samping dan belakang
untuk adanya trauma tumpul/tajam,luka, lecet, memar, ruam , ekimosiss,
bekas luka, frekuensi dan kedalaman pernafsan, kesimetrisan expansi
dinding dada, penggunaan otot pernafasan tambahan dan ekspansi toraks
bilateral, apakah terpasang pace maker, frekuensi dan irama denyut
jantung, (lombardo, 2005)
Palpasi : seluruh dinding dada untuk adanya trauma tajam/tumpul,
emfisema subkutan, nyeri tekan dan krepitasi.
Perkusi : untuk mengetahui kemungkinan hipersonor dan keredupan
Auskultasi : suara nafas tambahan (apakah ada ronki, wheezing, rales) dan bunyi
jantung (murmur, gallop, friction rub)

e. Abdomen
Cedera intra-abdomen kadang-kadang luput terdiagnosis, misalnya pada keadaan
cedera kepala dengan penurunan kesadaran, fraktur vertebra dengan kelumpuhan
(penderita tidak sadar akan nyeri perutnya dan gejala defans otot dan nyeri tekan/lepas
tidak ada). Inspeksi abdomen bagian depan dan belakang, untuk adanya trauma tajam,
tumpul dan adanya perdarahan internal, adakah distensi abdomen, asites, luka, lecet,
memar, ruam, massa, denyutan, benda tertusuk, ecchymosis, bekas luka , dan stoma.
Auskultasi bising usus, perkusi abdomen, untuk mendapatkan, nyeri lepas (ringan).
Palpasi abdomen untuk mengetahui adakah kekakuan atau nyeri tekan,
hepatomegali,splenomegali,defans muskuler,, nyeri lepas yang jelas atau uterus yang
hamil. Bila ragu akan adanya perdarahan intra abdominal, dapat dilakukan pemeriksaan
DPL (Diagnostic peritoneal lavage, ataupun USG (Ultra Sonography). Pada perforasi
organ berlumen misalnya usus halus gejala mungkin tidak akan nampak dengan segera

STIKes YATSI Tangerang


34

karena itu memerlukan re-evaluasi berulang kali. Pengelolaannya dengan transfer


penderita ke ruang operasi bila diperlukan (Tim YAGD 118, 2010).

f. Pelvis (perineum/rectum/vagina)
Cedera pada pelvis yang berat akan nampak pada pemeriksaan fisik (pelvis
menjadi stabil), pada cederaberat ini kemungkinan penderita akan masuk dalam keadaan
syok, yang harus segera diatasi. Bila ada indikasi pasang PASG/ gurita untuk mengontrol
perdarahan dari fraktur pelvis (Tim YAGD 118, 2010).
Pelvis dan perineum diperiksa akan adanya luka, laserasi , ruam, lesi, edema, atau
kontusio, hematoma, dan perdarahan uretra. Colok dubur harus dilakukan sebelum
memasang kateter uretra. Harus diteliti akan kemungkinan adanya darah dari lumen
rectum, prostat letak tinggi, adanya fraktur pelvis, utuh tidaknya rectum dan tonus
musculo sfinkter ani. Pada wanita, pemeriksaan colok vagina dapat menentukan adanya
darah dalam vagina atau laserasi, jika terdapat perdarahan vagina dicatat, karakter dan
jumlah kehilangan darah harus dilaporkan (pada tampon yang penuh memegang 20
sampai 30 mL darah). Juga harus dilakuakn tes kehamilan pada semua wanita usia subur.
Permasalahan yang ada adalah ketika terjadi kerusakan uretra pada wanita, walaupun
jarang dapat terjadi pada fraktur pelvis dan straddle injury. Bila terjadi, kelainan ini sulit
dikenali, jika pasien hamil, denyut jantung janin (pertama kali mendengar dengan
Doppler ultrasonografi pada sekitar 10 sampai 12 kehamilan minggu) yang dinilai untuk
frekuensi, lokasi, dan tempat. Pasien dengan keluhan kemih harus ditanya tentang rasa
sakit atau terbakar dengan buang air kecil, frekuensi, hematuria, kencing berkurang,
Sebuah sampel urin harus diperoleh untuk analisis.(Diklat RSUP Dr. M.Djamil, 2006).

g. Ekstermitas
Pemeriksaan dilakukan dengan look-feel-move. Pada saat inspeksi, jangan lupa
untuk memriksa adanya luka dekat daerah fraktur (fraktur terbuak), pada saat pelapasi
jangan lupa untuk memeriksa denyut nadi distal dari fraktur pada saat menggerakan,
jangan dipaksakan bila jelas fraktur. Sindroma kompartemen (tekanan intra kompartemen
dalam ekstremitas meninggi sehingga membahayakan aliran darah), mungkin luput
terdiagnosis pada penderita dengan penurunan kesadaran atau kelumpuhan (Tim YAGD
118, 2010). Inspeksi pula adanya kemerahan, edema, ruam, lesi, gerakan, dan sensasi
harus diperhatikan, paralisis, atropi/hipertropi otot, kontraktur, sedangkan pada jari-jari
periksa adanya clubbing finger serta catat adanya nyeri tekan, dan hitung berapa detik
kapiler refill (pada pasien hypoxia lambat s/d 5-15 detik.
Penilaian pulsasi dapat menetukan adanya gangguan vaskular. Perlukaan berat
pada ekstremitas dapat terjadi tanpa disertai fraktur.kerusakn ligament dapat
menyebabakan sendi menjadi tidak stabil, keruskan otot-tendonakan mengganggu
pergerakan. Gangguan sensasi dan/atau hilangnya kemampuan kontraksi otot dapat
disebabkan oleh syaraf perifer atau iskemia. Adanya fraktur torako lumbal dapat dikenal
pada pemeriksaan fisik dan riwayat trauma. Perlukaan bagian lain mungkin
menghilangkan gejala fraktur torako lumbal, dan dalam keadaan ini hanya dapat

STIKes YATSI Tangerang


35

didiagnosa dengan foto rongent. Pemeriksaan muskuloskletal tidak lengkap bila belum
dilakukan pemeriksaan punggung penderita. Permasalahan yang muncul adalah
1) Perdarahan dari fraktur pelvis dapat berat dan sulit dikontrol, sehingga terjadi syok
yang dpat berakibat fatal
2) Fraktur pada tangan dan kaki sering tidak dikenal apa lagi penderita dalam keadaan
tidak sada. Apabila kemudian kesadaran pulih kembali barulah kelainan ini dikenali.
3) Kerusakan jaringan lunak sekitar sendi seringkali baru dikenal setelah penderita mulai
sadar kembali (Diklat RSUP Dr. M.Djamil, 2006).
serta nyeri, begitu pula pada kolumna vertebra periksa adanya deformitas.

Neurologis
h. Bagian punggung
i. Memeriksa punggung dilakukan dilakukan dengan log roll, memiringkan penderita
dengan tetap menjaga kesegarisan tubuh). Pada saat ini dapat dilakukan pemeriksaan
punggung (Tim YAGD 118, 2010). Periksa`adanya perdarahan, lecet, luka, hematoma,
ecchymosis, ruam, lesi, dan edema
Pemeriksaan neurologis yang diteliti meliputi pemeriksaan tingkat kesadaran,
ukuran dan reaksi pupil, oemeriksaan motorik dan sendorik. Peubahan dalam status
neirologis dapat dikenal dengan pemakaian GCS. Adanya paralisis dapat disebabakan
oleh kerusakan kolumna vertebralis atau saraf perifer. Imobilisasi penderita dengan short
atau long spine board, kolar servikal, dan alat imobilisasi dilakukan samapai terbukti
tidak ada fraktur servikal. Kesalahan yang sering dilakukan adalah untuk melakukan
fiksasai terbatas kepada kepala dan leher saja, sehingga penderita masih dapat bergerak
dengan leher sebagai sumbu. Jelsalah bahwa seluruh tubuh penderita memerlukan
imobilisasi. Bila ada trauma kepala, diperlukan konsultasi neurologis. Harus dipantau
tingkat kesadaran penderita, karena merupakan gambaran perlukaan intra cranial. Bila
terjadi penurunan kesadaran akibat gangguan neurologis, harus diteliti ulang perfusi
oksigenasi, dan ventilasi (ABC). Perlu adanya tindakan bila ada perdarahan epidural
subdural atau fraktur kompresi ditentukan ahli bedah syaraf (Diklat RSUP Dr. M.Djamil,
2006).
Pada pemeriksaan neurologis, inspeksi adanya kejang,twitching, parese,
hemiplegi atau hemiparese (ganggguan pergerakan), distaksia ( kesukaran dalam
mengkoordinasi otot), rangsangan meningeal dan kaji pula adanya vertigo dan respon
sensori

C. Focused Assessment
Focused assessment atau pengakajian terfokus adalah tahap pengkajian pada area
keperawatan gawat darurat yang dilakukan setelah primary survey, secondary survey,
anamnesis riwayat pasien (pemeriksaan subyektif) dan pemeriksaan obyektif (Head to toe).
Di beberapa negara bagian Australia mengembangkan focused assessment ini dalam
pelayanan di Emergency Department, tetapi di beberapa Negara seperti USA dan beberapa

STIKes YATSI Tangerang


36

Negara Eropa tidak menggunakan istilah Focused Assessment tetapi dengan istilah
Definitive Assessment (O’keefe et.al, 1998).
Focused assessment untuk melengkapi data secondary assessment bisa dilakukan
sesuai masalah yang ditemukan atau tempat dimana injury ditemukan. Yang paling banyak
dilakukan dalam tahap ini adalah beberapa pemeriksaan penunjang diagnostik atau bahkan
dilakukan pemeriksaan ulangan dengan tujuan segera dapat dilakukan tindakan definitif.

D. Reassessment

Beberapa komponen yang perlu untuk dilakukan pengkajian kembali (reassessment)


yang penting untuk melengkapi primary survey pada pasien di gawat darurat adalah :
Komponen Pertimbangan
Airway Pastikan bahwa peralatan airway : Oro
Pharyngeal Airway, Laryngeal Mask Airway ,
maupun Endotracheal Tube (salah satu dari
peralatan airway) tetap efektif untuk
menjamin kelancaran jalan napas.
Pertimbangkan penggunaaan peralatan
dengan manfaat yang optimal dengan risiko
yang minimal.

Breathing Pastikan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan


pasien :
 Pemeriksaan definitive rongga dada
dengan rontgen foto thoraks, untuk
meyakinkan ada tidaknya masalah
seperti Tension pneumothoraks,
hematotoraks atau trauma thoraks
yang lain yang bisa mengakibatkan
oksigenasi tidak adekuat
 Penggunaan ventilator mekanik
Circulation Pastikan bahwa dukungan sirkulasi menjamin
perfusi jaringan khususnya organ vital tetap
terjaga, hemodinamik tetap termonitor serta
menjamin tidak terjadi over hidrasi pada saat
penanganan resusitasicairan.
 Pemasangan cateter vena central
 Pemeriksaan analisa gas darah
 Balance cairan
 Pemasangan kateter urin

Disability Setelah pemeriksaan GCS pada primary


survey, perlu didukung dengan :
 Pemeriksaan spesifik neurologic yang
lain seperti reflex patologis, deficit
neurologi, pemeriksaan persepsi
sensori dan pemeriksaan yang lainnya.
 CT scan kepala, atau MRI

Exposure Konfirmasi hasil data primary survey dengan


 Rontgen foto pada daerah yang
mungkin dicurigai trauma atau fraktur
 USG abdomen atau pelvis

STIKes YATSI Tangerang


37

E. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan lanjutan hanya dilakukan setelah ventilasi dan hemodinamika penderita
dalam keadaan stabil (Diklat RSUP Dr. M.Djamil, 2006). Dalam melakukan secondary
survey, mungkin akan dilakukan pemeriksaan diagnostik yang lebih spesifik seperti :
1) Endoskopi
Pemeriksaan penunjang endoskopi bisa dilakukan pada pasien dengan perdarahan
dalam. Dengan melakukan pemeriksaan endoskopi kita bisa mngethaui perdarahan yang
terjadi organ dalam. Pemeriksaan endoskopi dapat mendeteksi lebih dari 95% pasien dengan
hemetemesis, melena atau hematemesis melena dapat ditentukan lokasi perdarahan dan
penyebab perdarahannya. Lokasi dan sumber perdarahan yaitu:
a. Esofagus :Varises,erosi,ulkus,tumor
b. Gaster :Erosi, ulkus, tumor, polip, angio displasia, Dilafeuy, varises
gastropati kongestif
c. Duodenum :Ulkus, erosi,
Untuk kepentingan klinik biasanya dibedakan perdarahan karena ruptur varises dan
perdarahan bukan karena ruptur varises (variceal bleeding dan non variceal bleeding)
(Djumhana, 2011).
2) Bronkoskopi
Bronkoskopi adalah tindakan yang dilakukan untuk melihat keadaan intra bronkus
dengan menggunakan alat bronkoskop. Prosedur diagnostik dengan bronkoskop ini dapat
menilai lebih baik pada mukosa saluran napas normal, hiperemis atau lesi infiltrat yang
memperlihatkan mukosa yang compang-camping. Teknik ini juga dapat menilai
penyempitan atau obstruksi akibat kompresi dari luar atau massa intrabronkial, tumor intra
bronkus. Prosedur ini juga dapat menilai ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening,
yaitu dengan menilai karina yang terlihat tumpul akibat pembesaran kelenjar getah bening
subkarina atau intra bronkus (Parhusip, 2004).

3) CT Scan
CT-scan merupakan alat pencitraan yang di pakai pada kasus-kasus emergensi seperti
emboli paru, diseksi aorta, akut abdomen, semua jenis trauma dan menentukan tingkatan
dalam stroke. Pada kasus stroke, CT-scan dapat menentukan dan memisahkan antara
jaringan otak yang infark dan daerah penumbra. Selain itu, alat ini bagus juga untuk menilai
kalsifikasi jaringan. Berdasarkan beberapa studi terakhir, CT-scan dapat mendeteksi lebih
dari 90 % kasus stroke iskemik, dan menjadi baku emas dalam diagnosis stroke (Widjaya,
2002). Pemeriksaaan CT. scan juga dapat mendeteksi kelainan-kelainan seerti perdarahan
diotak, tumor otak, kelainan-kelainan tulang dan kelainan dirongga dada dan rongga perur
dan khususnya kelainan pembuluh darah, jantung (koroner), dan pembuluh darah umumnya
(seperti penyempitan darah dan ginjal (ishak, 2012).
4) USG
Ultrasonografi (USG) adalah alat diagnostik non invasif menggunakan gelombang suara
dengan frekuensi tinggi diatas 20.000 hertz ( >20 kilohertz) untuk menghasilkan gambaran
struktur organ di dalam tubuh.Manusia dapat mendengar gelombang suara 20-20.000 hertz

STIKes YATSI Tangerang


38

.Gelombang suara antara 2,5 sampai dengan 14 kilohertz digunakan untuk diagnostik.
Gelombang suara dikirim melalui suatu alat yang disebut transducer atau probe. Obyek
didalam tubuh akan memantulkan kembali gelombang suara yang kemudian akan ditangkap
oleh suatu sensor, gelombang pantul tersebut akan direkam, dianalisis dan ditayangkan di
layar. Daerah yang tercakup tergantung dari rancangan alatnya. Ultrasonografi yang terbaru
dapat menayangkan suatu obyek dengan gambaran tiga dimensi, empat dimensi dan
berwarna. USG bisa dilakukan pada abdomen, thorak (Lyandra, Antariksa, Syaharudin,
2011)

5) Radiologi
Radiologi merupakan salah satu pemeriksaan penunjang yang dilakukan di ruang gawat
darurat. Radiologi merupakan bagian dari spectrum elektromagnetik yang dipancarkan
akibat pengeboman anoda wolfram oleh electron-elektron bebas dari suatu katoda. Film
polos dihasilkan oleh pergerakan electron-elektron tersebut melintasi pasien dan
menampilkan film radiologi. Tulang dapat menyerap sebagian besar radiasi menyebabkan
pajanan pada film paling sedikit, sehingga film yang dihasilkan tampak berwarna putih.
Udara paling sedikit menyerap radiasi, meyebabakan pejanan pada film maksimal sehingga
film nampak berwarna hitam. Diantara kedua keadaan ekstrem ini, penyerapan jaringan
sangat berbeda-beda menghasilkan citra dalam skala abu-abu. Radiologi bermanfaat untuk
dada, abdoment, sistem tulang: trauma, tulang belakang, sendi penyakit degenerative,
metabolic dan metastatik (tumor). Pemeriksaan radiologi penggunaannya dalam membantu
diagnosis meningkat. Sebagian kegiatan seharian di departemen radiologi adalah
pemeriksaan foto toraks. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya pemeriksaan ini. Ini
karena pemeriksaan ini relatif lebih cepat, lebih murah dan mudah dilakukan berbanding
pemeriksaan lain yang lebih canggih dan akurat (Ishak, 2012).

6) MRI (Magnetic Resonance Imaging)


Secara umum lebih sensitive dibandingkan CT Scan. MRI juga dapat digunakan pada
kompresi spinal. Kelemahan alat ini adalah tidak dapat mendeteksi adanya emboli paru,
udara bebas dalam peritoneum dan faktor. Kelemahan lainnya adalah prosedur pemeriksaan
yang lebih rumit dan lebih lama, hanya sedikit sekali rumah sakit yang memiliki, harga
pemeriksaan yang sangat mahal serta tidak dapat diapaki pada pasien yang memakai alat
pacemaker jantung dan alat bantu pendengaran (Widjaya,2002).
Pengkajian kegawatdaruratan pada orang dewasa akan berbeda dengan pengkajian yang
dilakukan pada anak-anak dan lanjut usia yang membutuhkan kekhususan dalam pengkajian
maupun penanganannya. Menurut Pedoman The National Institue for Health and Clinical
Excellence (2007) menyatakan orang dewasa berusia sekitar 16 tahun atau lebih. Hasil survey
tahun 2007 dan 2010 menunjukkan bahwa 20% orang dewasa (18-64 tahun) di Amerika Serikat
menggunakan unit gawat darurat (UGD) dan 12 bulan terakhir sekitar 66,0% orang dewasa
memiliki alasan mengunjungi UGD karena mengalami masalah medis yang serius (Gindhi,
Cohen, dan Kirzinger, 2012).

STIKes YATSI Tangerang


39

Unit gawat darurat harus selalu dalam keadaan siap siaga. Perawat gawat darurat harus
siap mengenali adanya abnormalitas pada sistem dan berpartisipasi dalam penatalaksanaan
pasien dengan tepat. Berbagai kondisi bisa saja terjadi, sehingga tidak ada alasan bagi perawat
yang tidak dapat mengkaji pasiennya dengan tepat.Mengikuti pendekatan pengkajian
terorganisasi merupakan hal yang sangat penting, tetapi yang paling penting adalah gagasan
bahwa setiap perawat harus membuat dan menggunakan secara konsisten pendekatan yang
bermakna bagi setiap individu.
Area pengkajian pertama harus selalu pengkajian sistem kardiovaskuler dan respirasi.
Pengkajian tersebut merupakan pengkajian utama yang dimandatkan pada semua perawat gawat
darurat untuk dilakukan pada semua pasien. Tanda vital merupakan indikator yang signifikan
dari kondisi saat ini dan kondisi berikutnya. Tubuh memiliki mekanisme luar biasa, dan tanda
vital berperan sebagai indikator yang menunjukkan fungsi nmekanisme kompensasi tersebut.
Pengukuran tanda vital menjadi tren (diulang dari waktu ke waktu) dan sering direkomendasikan
di lingkungan gawat darurat sehingga dapat menggambarkan status pasien secara akurat dan
dapat memperkirakan hasil secara efektif (Lyer, P.W., Camp, N.H.,2005). Pada pasien injury
diperlukan penatalaksanaan yang agak berbeda dimana pengkajian, diagnose, dan tindakan
dilakukan secara bersamaan (Fulde, 2009). Pada pengkajian awal pada pasien dengan trauma,
apabila terdapat multiple injury maka dilakukan pemeriksaan head to toe secara cepat, akan
tetapi jika jika tidak multiple maka segera lakukan focused assesment,
Pemeriksaan umum dapat dilakukan secara bersamaan dengan pemeriksaan utama,
seperti tingkat kesadaran, kualitas bicara, organisasi pikiran, dan tampilan umum. Satu aspek
yang penting dari pengkajian adalah pembentukan hubungan terapeutik. Perawat harus
memberikan privasi ketika berbicara dengan pasien, dan ia harus menggunakan sentuhan dan
penjelasan verbal untuk meyakinkan pasien sebelum melakukan pemeriksaan dan prosedur.
Perawat Triase atau staf EMS mengirim pasien ke area pengobatan perawat utama yang
bertanggung jawab untuk perawatan individu selama berada di UGD. Yang harus dimasukkan
dalam perawatan dan harus dilakukan oleh perawat utama adalah pengkajian pasien yang tepat
waktu dan penetapan bukti tertulis pengkajian fisik lengkap pada setiap pasien. Tetapi, hal ini
tidak berarti bahwa perawat harus melakukan pengkajian fisik lengkap pada pasien. Eksplorasi
patofisiologi terkait dan riwayat sebelumnya, selanjutnya dokumentasikan juga keluhan utama
dan pengkajian tanda vital.
Prioritas pengkajian lainnya berkenaan dengan pasien trauma. Pemeriksaan utama ABCD
(airway, breathing, circulation, disability) harus dikaji dan didokumentasikan pada saat
kedatangan sebagai data dasar dan harus mencerminkan konsistensi di semua pengkajian medis
dan keperawatan. Pengkajian mekanisme cedera juga merupakan hal yang sangat penting.
Dalam hal ini petugas EMS juga sangat membantu. Informasi ini akan sangat menghemat waktu
dan menyelamatkan kehidupan dengan mengarahkan fokus klinis ke struktur internal dan sistem
tubuh yang paling rentan terhadap jenis cedera tertentu (Lyer, P.W., Camp, N.H.,2005).
Pengkajian di UGD dirancang untuk mengenali kegawatdaruratan yang mengancam kehidupan
dan mengumpulkan cukup data untuk menentukan prioritas perawatan dalam waktu yang sangat
sempit. Setiap saat, dan untuk setiap pasien, perawat gawat darurat diharapkan untuk

STIKes YATSI Tangerang


40

memperoleh dan mengkomunikasikan temuan yang tepat, termasuk abnormalitas, pemburukan


gejala, atau perubahan tingkat keakutan agar dapat dilakukan penatalaksanaan pasien lebih lanjut
Perawat gawat darurat memberikan perawatan pada seluruh populasi termasuk orang
dewasa yang memiliki beragam pengalaman episodic, tiba-tiba, potensial, mengancam kesehatan
jiwa atau kondisi psikososial (Curtis, Murphy, Hoy, dan Lewis, 2009). Untuk itu diperlukan
pengetahuan yang dalam dan pengalaman klinik dalam memberikan perawatan dalam seluruh
rentang kehidupan dan mengelola situasi kegawatdaruratan walaupun dalam situasi yang ramai
dan memerlukan penggunaan teknologi yang kompleks (Curtis, Murphy, Hoy, dan Lewis, 2009).
Menurut Fulde (2009) memberikan gambaran mengenai penatalaksanaan yang harus dilakukan
pada pasien yang mengalami injuri, antara lain; primary survey, resusitasi, history dan secondary
survey. Pada secondary survey yang membedakan antara trauma dan non trauma adalah isi atau
content dari prtanyaan yang ditanyakan atau dikaji, contohnya pada pemeriksaan thoraks jika
non trauma maka kita mengkaji adakah jejas?, adakah krepitasi sedangkan pada non trauma
yang kita kaji adalah adakah suara nafas tambahan, suara bising jantung, adakah penggunaan
pace maker. Sedangkan Curtis, Murphy, Hoy, dan Lewis (2009) yang menyampaikan bahwa
diperlukan pendekatan yang sistematis dalam melakukan pengkajian pada pasien di unit gawat
darurat, antara lain; pengkajian riwayat kesehatan (history), potensial “bendera merah” (potensi
kritis), pemeriksaan fisik, investigasi dan intervensi keperawatan. Pada gambar 1 dapat dilihat
model pendekatan sistematik pada pengkajian pasien dan manajemen di UGD. Langkah-langkah
tersebut dapat dilakukan bersamaan dan evaluasi disertai pengkajian ulang sangat penting
dilakukan sebagai kunci dalam proses keperawatan (Curtis, Murphy, Hoy, dan Lewis, 2009

Gambar 1. Pendekatan sistematik pada pengkajian pasien dan manajemen di UGD (Curtis,
Murphy, Hoy, dan Lewis, 2009)

STIKes YATSI Tangerang


41

Pendekatan sistematis yang digunakan Curtis, Murphy, Hoy, dan Lewis (2009) dalam
pengkajian pasien dewasa di UGD akan memberikan data yang tepat dan cepat. Langkah
pertama kali adalah pengkajian riwayat kesehatan akan meliputi; riwayat nyeri, gejala yang
berhubungan, riwayat medis terdahulu/riwayat pembedahan sebelumnya, pengobatan, alergi,
periode menstruasi terakhir, kejadian yang signifikan selama 24 jam sebelum sakit/ mekanisme
dari cedera, tindakan saat ini untuk mengatasi masalah, dan riwayat sosial. Langkah kedua
adalah pengkajian kritis (potential red flag) yang bertujuan menentukan keakutan dari penyakit
pasien dan kebutuhan tindakan yang segera berdasarkan kombinasi tanda klinis dan faktor
riwayat. Langkah ketiga adalah pengkajian klinis yang mengikuti mnemonic ABCD (Airway,
Breathing, Circulation dan Disability/Neurological function). Pada langkah ketika ini, intervensi
dapat segera dilakukan jika ditemukan ancaman kematian pada salah satu elemen pengkajian ini,
misalnya; jika ditemukan ketidakadekuatan pernafasan yang diperlukan ventilator maka akan
difokuskan pada pengkajian pernafasan sebelum dilanjutkan ke pengkajian sirkulasi. Selanjutnya
tahap keempat adalah investigasi yang merupakan suatu tindakan dalam pemeriksaan diagnostik
dan tes laboratorium untuk mengidentifikasi perawatan definitive yang tepat. Langkah kelima
sebagi langkah terakhir adalah intervensi keperawatan yang dilakukan bersamaan dengan
pengkajian keperawatan. Hal tersebut didasarkan pada proses keperawatan yang interaktif dan
non linear dimana banyak tindakan yang akan terjadi secara simultan, misalnya ketika mengkaji
pasien yang baru tiba di UGD, sambil menggunakan pakaian pelindung dan alat pelindung diri
lainnya maka akan dilakukan juga pengkajian riwayat penyakit yang dialami (Curtis, Murphy,
Hoy, dan Lewis, 2009). Pengkajian ulang dilakukan sebagai respon pasien terhadap intervensi
keperawatan yang diberikan dan potensial kerusakan yang akan terjadi melalui komunikasi
secara tertulis dan verbal dari langkah pertama.
Berdasarkan dari berbagai format pengkajian yang disampaikan diatas dan tinjaun teori,
kami merangkum bentuk pengkajian keperawatan gawat darurat untuk orang dewasa. Pengkajian
keperawatan gawat darurat ini dapat dilakukan oleh perawat UGD dengan mudah dan singkat
dalam situasi UGD yang krodit. Pengkajian ini dilengkapi dengan diagnosa keperawatan dan
intervensi keperawatan yang akan dilakukan pada situasi kegawatdaruratan. Pada lampiran 1
dapat dilihat pengkajian keperawatan gawat darurat pada orang dewasa
Example Case :
Riwayat penyakit sekarang
2 hari sebelumnya pasien demam, kemudian dibawa berobat ke dokter umum dan dikatakan ISK.
± 2 jam yang lalu pasien tiba-tiba tidak sadar, tidak bisa dibangunkan saat tidur dalam kondisi
ngorok. Sebelumnya tidak ada keluhan nyeri kepala, tidak ada muntah dan tidak ada kejang
sebelumnya. Keluarga membawa pasien ke Rumah Sakit Umum Tangerang pukul 00.15 WIB.
Kemudian dari RSUT klien dirujuk ke IGD RSU Usada Insani pukul 13.00 WIB. Klien datang di
IGD RS Usada insani dalam keadaan tidak sadar dengan GCS E1M2V1. Kemudian klien dirujuk
ke ruang ICU untuk mendapatkan perawatan intensif dengan ventilator. Saat pengkajian di ICU
klien soporokoma dengan GCS E1M2VET, terpasang Ventilator dengan mode SIM V, FiO2
70%, PEEP + 5, VT 487, RR 38x/menit. Vital Sign : TD 140/90 mmHg, Heart rate 160x/menit,
Suhu : 38,5⁰C, dan SaO2 100%. Kondisi pupil keduanya miosis, reflek cahaya +/- . Ada
akumulasi secret di mulut dan di selang ET, tidak terpasang mayo dan lidah tidak turun. Terdapat

STIKes YATSI Tangerang


42

retraksi otot interkosta dengan RR 38 x/menit dan terdengar ronkhi basah di basal paru kanan.
CRT < 3 detik. Di ICU klien sudah mendapatkan Brainact /12 jam, Alinamin F/12 jam, Ranitidin
/12 jam, dan infuse RL 20 tpm.

PENGKAJIAN PRIMER
a. Airway
Pada jalan napas terpasang ET, ada akumulasi sekret di mulut dan selang ET, lidah tidak
jatuh ke dalam dan tidak terpasang OPA.
b. Breathing
RR : 38 kali/menit, tidak terdapat nafas cuping hidung, terdapat retraksi otot interkosta,
tidak menggunakan otot bantu pernapasan, ada suara ronkhi basah di basal paru kanan dan
tidak terdapat wheezing, terpasang Ventilator dengan mode SIM V, FiO2 70%, PEEP + 5,
VT 487. Suara dasar vesikuler.
c. Circulation
TD 140/98 mmHg, MAP 112, HR 124x/menit, SaO2 100%, capillary refill < 3 detik, kulit
tidak pucat, konjungtiva tidak anemis.
d. Disability
Kesadaran : soporokoma, GCS : E1M2VET, reaksi pupil +/-, pupil miosis, dan besar pupil 2
mm.
e. Exposure
Tidak ada luka di bagian tubuh klien dari kepala sampai kaki, suhu 38,5 ⁰C

PEMERIKSAAN FISIK
1. Kepala
Bentuk Mesochepal, tidak ada luka dan jejas, rambut hitam, tidak ada oedem
2. Mata
Mata simetris kanan dan kiri, sclera tidak ikterik, konjungtiva anemis, kedua pupil miosis,
reflek pupil +/-.
3. Telinga
Kedua telinga simetris, tidak ada jejas, bersih, dan tidak ada serumen
4. Hidung
Terpasang NGT warna keruh, tidak ada secret di hidung, tidak ada napas cuping hidung
5. Mulut
Bibir pucat dan kotor, terpasang ET
6. Leher
Tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe dan tiroid, tidak terjadi kaku kuduk.
7. Thoraks
a. Jantung
Inspkesi : Ictus Cordis tak tampak
Palpasi : Ictus Cordis tak teraba
Perkusi : Pekak

STIKes YATSI Tangerang


43

Auskultasi : Bunyi jantung I-II normal, tidak ada bunyi jantung tambahan
b. Paru-paru
Inspkesi : Paru kanan dan kiri simetris, terdapat retraksi interkosta, tidak ada
penggunaan otot bantu napas, RR 38x/menit
Palpasi : Tidak dikaji
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler, terdapat suara tambahan ronkhi basah di basal
paru kanan
8. Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising Usus 13x/menit
Perkusi : Timpani
Palpasi : Tidak terjadi distensi abdomen
9. Ekstremitas
Tidak ada jejas, tidak ada oedem, kekuatan otot 1/1 /1/1
10. Genitalia
Bentuk penis normal, skrotum bentuk dan ukuran normal, tidak ada jejas

STIKes YATSI Tangerang


44

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA ORANG DEWASA


No. Rekam Medis ... ... ... Diagnosa Medis ... ... ...
IDENTITAS

Nama : Jenis Kelamin : L/P Umur :


Agama : Status Perkawinan : Pendidikan :
Pekerjaan : Sumber informasi : Alamat :

TRIAGE P1 P2 P3 P4
GENERAL IMPRESSION
Keluhan Utama :

Mekanisme Cedera :

Orientasi (Tempat, Waktu, dan Orang) :  Baik  Tidak Baik, ... ... ...
Diagnosa Keperawatan:
AIRWAY Inefektif airway b/d … … …
Jalan Nafas :  Paten  Tidak Paten Kriteria Hasil : … … …
Obstruksi :  Lidah  Cairan  Benda Asing  N/A
Intervensi :
Suara Nafas : Snoring Gurgling 1. Stridor
Manajemen N/A
airway;headtilt-chin lift/jaw
thrust
Keluhan/data Lain: ... ...
2. Pengambilan benda asing dengan
forcep
3. … …
4. … …

Diagnosa Keperawatan:
1. Inefektif pola nafas b/d … … …
BREATHING 2. Kerusakan pertukaran gas b/d … …

Gerakan dada :  Simetris  Asimetris Kriteria Hasil : … … …


PRIMER SURVEY

Irama Nafas :  Cepat  Dangkal  Normal


Intervensi :
Pola Nafas :  Teratur  Tidak Teratur 1. Pemberian terapi oksigen … …
ltr/mnt, via… …
Retraksi otot dada :  Ada  N/A
2. Bantuan dengan Bag Valve Mask
Sesak Nafas :  Ada  N/A  RR : ... ... x/mnt 3. Persiapan ventilator mekanik
4. … …
Keluhan/data Lain: … …
5. … …

Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan curah jantung b/d … … …
CIRCULATION 2. Inefektif perfusi jaringan b/d … … …

Nadi :  Teraba  Tidak teraba Kriteria Hasil : … … …


Sianosis :  Ya  Tidak
Intervensi :
CRT : < 2 detik > 2 detik 1. Lakukan CPR dan Defibrilasi
2. Kontrol perdarahan
Pendarahan :  Ya Tidak ada
3. … …
Keluhan Lain: ... ... 4. … …

DISABILITY Diagnosa Keperawatan:


1. Inefektif perfusi serebral b/d … … …
2. Intoleransi aktivias b/d … … …
3. … … …

Respon : Alert  Verbal  Pain  Unrespon Kriteria Hasil : … … …


PRIMER SURVEY

Kesadaran :  CM  Delirium  Somnolen  ... ...


Intervensi :
... 1. Berikan posisi head up 30 derajat
2. Periksa kesadaran dann GCS tiap 5
GCS :  Eye ...  Verbal ...  Motorik ...
menit
Pupil :  Isokor  Unisokor  Pinpoint  Medriasis 3. … … …
4. … … …
Refleks Cahaya:  Ada  Tidak Ada
5. … … …

STIKes YATSI Tangerang


45

Keluhan Lain : … …

Diagnosa Keperawatan:
1. Kerusakan integritas jaringan b/d …
……
EXPOSURE 2. Kerusakan mobilitas fisik b/d … … …
3. … … …

Deformitas :  Ya  Tidak Kriteria Hasil : … … …


Contusio :  Ya  Tidak
Abrasi :  Ya  Tidak Intervensi :
Penetrasi : Ya  Tidak 1. Perawatan luka
Laserasi : Ya  Tidak 2. Heacting
Edema : Ya  Tidak 3. … … …
Keluhan Lain: 4. … … …
……

Diagnosa Keperawatan:
1. Regimen terapiutik inefektif b/d … …

ANAMNESA 2. Nyeri Akut b/d … … …
3. … … …

Riwayat Penyakit Saat Ini : … … … Kriteria Hasil : … … …

Intervensi :
1. … … …
2. … … …
Alergi :

Medikasi :

Riwayat Penyakit Sebelumnya:


SECONDARY SURVEY

Makan Minum Terakhir:

Even/Peristiwa Penyebab:

Tanda Vital :
BP : N: S: RR :
PEMERIKSAAN FISIK Diagnosa Keperawatan:
1. … … …
2. … … …

Kepala dan Leher: Kriteria Hasil : … … …


Inspeksi ... ...
Intervensi :
Palpasi ... ... 3. … … …
4. … … …
Dada:
Inspeksi ... ...
Palpasi ... ...
Perkusi ... ...
SECONDARY SURVEY

Auskultasi ... ...


Abdomen:
Inspeksi ... ...
Palpasi ... ...
Perkusi ... ...
Auskultasi ... ...
Pelvis:
Inspeksi ... ...

STIKes YATSI Tangerang


46

Palpasi ... ...


Ektremitas Atas/Bawah:
Inspeksi ... ...
Palpasi ... ...
Punggung :
Inspeksi ... ...
Palpasi ... ...
Neurologis :

Diagnosa Keperawatan:
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. … … …
2. … … …
RONTGEN CT-SCAN USG EKG Kriteria Hasil : … … …
 ENDOSKOPI Lain-lain, ... ...
Intervensi :
Hasil : 1. … … …
2. … … …

Tanggal Pengkajian : TANDA TANGAN PENGKAJI:


Jam :
Keterangan : NAMA TERANG :

STIKes YATSI Tangerang


47

FORMAT ASKEP KELOLAAN

PENGKAJIAN KEPERAWATAN ICU Nama mahasiswa :

Nim :

STIKes YATSI Tangerang


48

ASUHAN KEPERAWATAN PADA.........................

DENGAN .....................................................

DI .......................................................

A. PENGKAJIAN
Sumber data :

Tanggal masuk :

Tanggal / jam pengkajian :

1. IDENTITAS
a. Identitas klien
Nama :

Umur :

Agama :

Pekerjaan :

Alamat :

No. RM :

Diagnosa Medik :

b. Identitas penanggung Jawab


Nama :

Umur :

Alamat :

Hubungan :

2. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. Keluhan utama :
b. Riwayat penyakit sekarang :
c. Riwayat penyakit dahulu :
d. Riwayat penyakit keluarga :
3. PENGKAJIAN PRIMER
a. Airway :

b. Breathing :

c. Circulation :

d. Dissability :

e. Equipment :

STIKes YATSI Tangerang


49

4. PENGKAJIAN SEKUNDER
a. AMPLE
Allergi

Medication

Past illnes

Pernah dioperasi ( ) ya, yaitu,............, kapan,..........

( ) tidak

Last meal

Event

b. Pemeriksaan Keadaan Umum


Tingkat kesadaran

Tgl Eye (E) Motorik (M) Verbal (V) Total

Status Kesadaran

Tgl Composmentis Apatis Somnolen De lirium Sopor Koma

c. Pemeriksaan Fisik Head To Toe


Kepala

Leher

Dada Paru-paru

Inspeksi :

Palpasi :

Perkusi :

Auskultasi :

Jantung

Inspeksi :

Palpasi :

Perkusi :

STIKes YATSI Tangerang


50

Auskultasi :

Abdomen Inspeksi :

Palpasi :

Perkusi :

Auskultasi :

Genetalia

Ektremitas

Integumen

d. Status eliminasi
Urine

Tgl Frek BAK Warna Retensi Inkontinensia

Fekal

Tgl Frek BAB Warna Konsistensi

e. Status nutrisi dan cairan


1) BB : kg, TB : cm, LLA : cm, IMT:
2) Asupan Nutrisi
Tgl Hari Ke- Jumlah Porsi Jumlah Buah

3) Balance cairan
Tgl Intake Output Balance cairan

Parenteral Urine

RL (cairan steril) IWL

STIKes YATSI Tangerang


51

Makan+minum Feses

Muntah

Drain

Darah

Total : Total :

f. Pemeriksaan penunjang
1) Laboratorium
2) Hasil Ekg
Kesan

3) Hasil Rontgen, USG, Echo Cardiogram, EEG, EMG


Kesan

4) Pemeriksaan lab Urine dan Feses

5) Pemeriksaan Kultur
g. Therapy
Tgl Jenis therapy Indikasi

h. Buat Pathway klinik sesuai kasus yang diambil

ANALISA DATA

NO DATA MASALAH ETIOLOGI


FOKUS

STIKes YATSI Tangerang


52

Diagnosa Keperawatan

1. ..................................
2. ..................................
3. ..................................

RENCANA KEPERAWATAN

NO.DX DIAGNOSA KEP NOC NIC

IMPLEMENTASI EVALUASI

NO. TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI PRF


DX
(TGL& JAM)

STIKes YATSI Tangerang


53

FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN

MASALAH KESEHATAN

1. Definisi
2. Etiologi
3. Manifestasi klinik
4. Patofisiologi
5. Data penunjang

PROSES KEPERAWATAN

1. Diagnosa keperawatan
- Rumusan diagnosa keperawatan disusun berdasarkan teori dalam bentuk aktual/PES
atau dalam bentuk PE
- Diagnosa dilengkapi dengan data obyektif dan subyekti serta data penunjang

2. Perencanaan
- Kolom tujuan terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus berdasarkan SMART
- Kolom rencana tindakan disertai rasional tindakan.

Nama & Tanda Tangan Nama & Tanda Tangan Nama & Tanda Tangan

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik Mahasiswa

( ) ( ) ( )

STIKes YATSI Tangerang


54

FORMAT INTERPRETASI EKG

LAPORAN

INTERPRETASI EKG

DISUSUN OLEH :
NAMA

NIM

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN II

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

YATSI TANGERANG

2017/2018

STIKes YATSI Tangerang


55

ELEKTROKARDIOGRAFI

A. DEFINISI

B. SISTEM KONDUKSI JANTUNG

C. ELEKTROFISIOLOGI SEL OTOT JANTNG

D. ELEKTROKARDIOGRAM

E. INDIKASI PENGGUNAAN EKG

F. PROSEDUR

G. DAFTAR PUSTAKA

STIKes YATSI Tangerang


56

INTERPRETASI EKG

Nama :

No. CM :

Diagnosa medis :

Tanggal perekaman :

HASIL :

1. Irama
2. Frekuensi
aVF
3. Axis

I I

aVF
Axis :

4. Gelombang P
Lebar :

Tinggi :

Positif di lead, negative di

Interpretasi P

5. Gelombang QRS
Lebar : detik

Interpretasi QRS

6. Gelombang Q
Tinggi :

Interpretasi Q :

7. Interval PR
Lebar :

8. Segment ST

STIKes YATSI Tangerang


57

9. Kesimpulan

STIKes YATSI Tangerang


58

FORMAT INTERPRETASI ASAM BASA

LAPORAN

INTERPRETASI ASAM BASA

DISUSUN OLEH :
NAMA

NIM

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN II

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

YATSI TANGERANG

2017/2018

STIKes YATSI Tangerang


59

ANALLISA ASAM BASA

1. PENGERTIAN

2. FISIOLOGI KESEIMBANGAN ASAM BASA

3. NILAI NORMAL GAS DARAH

4. PENYEBAB GANGGUAN KESEIMBANGAN ASAM BASA

5. INTREPETASI HASIL

6. DAFTAR PUSTAKA

STIKes YATSI Tangerang


60

INTERPRETASI ASAM BASA

Nama :

No CM :

Diagnose Medis :

Tanggal pemeriksaan AGD:

Analisis Asam Basa menurut Handerson Hasselbach

1. Saturasi Oksigen :............................(N : >90%)


2. PH :.............................(N :7,35-7,45)
3. PaO2 :.............................(N : 80 - 100)
4. PaCo2 :.............................(N : 35-45mmHg)
5. Hco3 :.......................... ..(N : 22 – 26 mEq/L)
6. Be :.............................(N : 2/+2)

KESAN

Kesimpulan :

STIKes YATSI Tangerang


61

DAFTAR PENILAIAN EVALUASI PRAKTEK PROFESI NERS


FOTO
Nama Mahasiswa :
NIM : 3X4
Ruang :
Tanggal :

NO ASPEK YANG DI NILAI NILAI (`0 – 100 )


1. PENAMPILAN
 Komunikasi
 Sikap dalam bekerja
 Pakaian
2. PERSIAPAN ALAT
 Ketepatan
 Kelengkapan
 Prinsip pencegahan infeksi
3. TINDAKAN PADA PASIEN
 Sistematika kerja
 Ketepatan
 Efektifitas
 Efisiensi
 Keamanan
4. PENGETAHUAN
 Pengetahuan dalam mengkaji
 Kemampuan dalam analisa masalah
 Kemampuan mengkaitkan rencana intervensi dengan masalah
 Kemampuan dalam tindakan
 Kemampuan dalam menggunakan konsep dan teori dalam
praktek
5. DOKUMENTASI KEPERAWATAN (Sesuai kan dengan nanda
NIC NOC)
 Pengkajian
 Diagnosa keperawatan
 Intervensi
 Implementasi
 Evaluasi
TOTAL NLAI

Tangerang,
Nilai Batas Lulus Minimal : 71 (B) Penguji,

Nilai Akhir : Total Nilai =


5 ( )
Batasan Nilai : A = 81 – 100
B = 71 – 80
C = 65 – 70

STIKes YATSI Tangerang


62

FORMAT PENILAIAN LAPORAN KASUS (DOKUMENTASI)


PRAKTEK PROFESI NERS
FOTO
Nama :
3X4
NIM :
Judul Kasus :

NO ASPEK YANG DI NILAI NILAI ( 0 – 100 )


1. Pengkajian data sesuai hasil :
 Wawancara
 Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan diagnostic
2. Analisis data:
 Akurat relevan dengan permasalahan
 Referensi ilmiah – tepat
 Prioritas permasalahan – tepat
3. Perencanaan:
A. Diagnosa keperawatan
 Menyatakan gangguan KDM
 Rumusan PES
 Meliputi masalah fisik dan psikologis
B. Tujuan
 Memberi arah pada tindakan keperawatan
 Criteria keberhasilan
 Alokasi waktu sesuai
C. Rencana tindakan
 Perencanaan tindakan untuk masing-masing diagnosa
keperawatan
 Meliputi tindakan mandiri dan tindakan kolaboratif
 Meliputi aspek promotif, preventif, kuratif,rehabilitatif
 Rasional dari tiap-tiap tindakan ilmiah dan etis
4. Implementasi :
 Melaksanakan tindakan keperawatan dengan kreatif sesuai
rencana tindakan yang telah dibuat berdasarkan SOP
5. Evaluasi :
 Melakukan evaluasi terhadap
 proses dan hasil tindakan keperawatan yang dilakukan
 Mendokumentasikan askep di status klien dengan benar dan
Pengumpulan tepat waktu
TOTAL NILAI
Tangerang,
Nilai Batas Lulus Minimal : 71 (B) Penguji,

Nilai Akhir : Total Nilai =


5 ( )
Batasan Nilai : A = 81 – 100
B = 71 – 80
C = 65 – 70

STIKes YATSI Tangerang


63

FORMAT PENILAIAN LAPORAN PENDAHULUAN


FOTO
PROFESI NERS
3X4
Nama :
NIM :
Judul Kasus :
No ASPEK YANG DINILAI NILAI ( 0 – 100 )

1. Definisi penyakit
2. Patofisiologi keperawatan
3. Data focus pengkajian
 Wawancara
 Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan diagnostic

4. Diagnose keperawatan yang mungkin muncul

Perencanaan:
 Prinsip tujuan
 Prinsip tindakan untuk masing-masing diagnose
 Rasional untuk tiap prinsip tindakan
 Pengelolaan medis

5. Daftar pustaka
6. Pengumpulan tepat waktu
7. Tulisan rapid an jelas
Jumlah
Tangerang,
Nilai Batas Lulus Minimal : 71 (B) Pembimbing,

Nilai Akhir : Total Nilai =


7 ( )
Batasan Nilai : A = 81 – 100
B = 71 – 80
C = 65 – 70

STIKes YATSI Tangerang

Vous aimerez peut-être aussi