Vous êtes sur la page 1sur 12

RUANG PUBLIK KOTA YANG BERHASIL

(Ruang Publik People’s Park Complex, Singapore)

Riska Rianta

Mahasiswa Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik – UNILA, Bandar Lampung

ABSTRAK

Ruang public atau public space adalah tempat orang berkumpul untuk melakukan aktivitas
dengan tujuan dan kepentingan tertentu serta untuk saling bertemu dan berinteraksi, untuk
bersantai ataupun melakukan aktivitas belanja dan aktivitas lainnya. Ruang public selain
sebagai ruang tempat berprilaku masyrakat yang beranekaragam, sebagai tempat
perkembangan ide, pikiran dan artikulasi berbagai kepentingan sehingga timbul balik
terhadap lingkungan. Ruang publik merupakan suatu baguan dari elemen pembentuk kota
serta peran ruang public dapat memberikan karakter tersendiri pada suatu kota, sehingga
keberadaan ruang publik menjadi kebutuhan yang harus terpenuhi. Luas lahan perkotaan
yang tersedia tidak berbanding lurus dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah.
Hal ini berdampak pada penyedian ruang-ruang terbuka publik di kota. Pada belakangan ini
cukup banyak kasus yang menjadikan ruang public dialihfungsikan menjadi kawasan hunian
maupun kawasann kegiatan ekonomi. Untuk itu sebuah ruang public yang tersedianya harus
memenuhi syarat-syarat agar dapat dikatakan ruang public tersebut berhasil dan tidak
dialihfungsikan.

Kata kunci: ruang publik; aktivitas; interaksi

ABSTRACT

Public space is where people gather to do activities with a specific purpose and interests and
to meet each other and interact, to relax or do shopping activities and other activities.
Public space other than as a space where the behaviour of various society, as a place of
development of ideas, thoughts and articulation of various interest that arise behind the
environment. Public space is a mixture of the elements in the city and the role of public
space can give it’s own character in a city. So the existence of publis space becomes a
necessity that must be met. The area of urban land available is not directly proportional to
the growing number of people. This has a impact on the provison of publis space in the city.
In recent years quite a lot of cases that make public space converted into a residential area
or economic activity area. Therefore, a public space that is available the requirements to be
said that the public space is successful an not converted.
Keywords: public space; activity; interaction.
PENGANTAR
Ruang publik secara umum adalah suatu ruang dimana seluruh masyarakat
mempunyai akses untuk menggunakannya. Pada dasarnya merupakan suatu wadah yang
dapat menampung aktivitas/kegiatan tertentu dari masyarakatnya, baik secara individu
maupun kelompok .
Ruang publik pun diartikan sebagai ruang dimana anggota masyarakat sebagai warga
negara mempunyai akses sepenuhnya terhadap semua kegiatan publik, masyarakat berhak
melakukan secara merdeka didalamnya termasuk mengembangkan wacana publik seperti
menyampaikan pendapat secara lisan dan tertulis.
Ruang public dalah ruang atau lahan umum tempat masyarakat dapat melakukan
kegiatan publik fungsional maupun kegiatan sampingan lainnya yang dapat mengikat suatu
komunitas, baik itu kegiatan sehari-hari ataupun berkala.
Istilah ruang publik (public space) pernah dilontarkan Lynch dengan menyebutkan
bahwa ruang public adalah nodes and landmark yang menjadi alat navigasi di dalam kota.
Gagasan tentang ruang public kemudian berkembang secara khusus. Jurgen Habermas
memperkenalkan gagasan ruang public pertama kali melalui bukunya yang berjudul The
Structural Transformation of The Public Space. Ruang publik diartikan sebagai ruang bagi
diskusi kristis yang terbuka bagi semua orang. Pada ruang publik ini, warga berkumpul untuk
membentuk sebuah publik. Ruang publik mengasumsikan adanya kebebasan berbicara dan
berkumpul.
Ruang publik ditandai oleh tiga hal yaitu responsif, demokratis, dan bermakna.
Responsif dalam arti ruang publik adalah ruang yang dapat digunakan untuk berbagai
kegiatan dan kepentingan luas. Demokratis, artinya ruang publik dapat digunakan oleh
masyarakat umum dari berbagai latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya serta aksesibel
bai berbagai kondisi fisil manusia. Bermakna memiliki arti kalau ruang publil harus memiliki
tautan antara manusia, dan ruang.

Salah satu indikasi keberhasilan ruang publik adalah banyak dikunjungi oleh
masyarakat, bahkan keinginan masyarakat untuk kembali datang ke ruang public tersebut.
Hal tersebut terjadi karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan
manusia lewat, salah satunya dengan berinteraksi dengan manusia lainnya.Sementara itu
secara spasial ruang publik didefinisikan sebagai tempat dimana setiap orang memiliki hak
untuk memasukinya tanpa harus membayar uang masuk atau uang lainnya. Ruang public
dapat berupa jalan (termasuk pedestrian), tanah perkerasan pavement), public square, dan
taman. Hal ini berarti bahwa ruang terbuka hijau (open space) publik seperti jalan dan
taman serta ruang terbuka non-hijau public seperti tanah perkerasan dan public square
dapat difungsikan sebagai ruang public.

Menurut sifatnya Hakim, 1987,


membagi ruang umum menjadi :
1.Ruang publik tertutup
2.Ruang publik terbuka : terletak di luar bangunan, multifungsi.
Dan ada pula Ruang terbuka khusus, (taman rumah tinggal, taman lapangan upacara,
daerah lapangan terbang, area latihan militer).

BERBAGAI TEORI KEBERASILAN SUATU RUANG PUBLIK


Ruang publik adalah tempat atau ruang yang terbentuk karena adanya kebutuhan akan
tempat untuk bertemu ataupun berkomunikasi. Pada dasarnya, ruang publik ini merupakan
suatu wadah yang dapat menampung aktivitas tertentu dari manusia, abik secara individu
maupun kelompok.
Beberapa dasar pembentukan ruang publik menurut Kevin Lynch (A Theory of Good City
Form):
1. Vitalitas : kemamuan bentuk rung pendukung fungsi, kebutuhan biologis dan
kemampan manusia. Contoh : menyediakan RAM, menyediakan shelter dan menyediakan
vegetasi peneduh.
2. Sense : kemampuan ruang dipersepsi dan distrukturkan dengan jelas. Contoh : plaza,
square
3. Fit : kecocokan ruang dengan pola perilaku. Contoh : menyediakan air di ruang
terbuka publik.
4. Akses : kemampuan ruang untuk diakses dari berbagai kegiatan lain.
5. Kontrol : kemapuan ruang untuk memungkinkan pemakai memiliki kontrol
terhadapnya. Contoh : membuat ruang yang bisa dilihat dari semua sudut tanpa terkecuali
sehingga menimbulkan kesan diawasi bagi penggunanya dan menurunkan angka
kriminalitas.
Alasan terbesar orang enggan ke ruang public adalah ketakutan akan tindak criminal. Karena
itulah, banyak taman yang kini hadir bersifat privat. Angat disayangkan jika taman beserta
fungsi – fungsi positifnya hany adapat dinikmati oleh segelintir oang saja. Selain itu,
beberapa faktpr penyebab ruang publik gagal adalah ketiadaan tempat berkupul atau
istirahat, akses masuk yang jelek atau tak terjangkau, sara pendukung tidak berfungsi dan
ketiadaan nilaikebersamaan pada ruang public. Karena itu sebuah ruang publik harus di-
manage dengan tepat, baik dari proses penyediaan, desain, hingga perawatan.

Ruang terbuka public dirancang untuk memenuhi kebutuhan manusia sebagai penggunanya.
Kebutuhan – kebutuhan manusia itulah yang akan menjadi penentu suatu ruang terbuka
publik dapat dikatakan sukses atau gagal.

DEFENISI DAN TIPOLOGI RUANG PUBLIK


Berdasarkan pelingkupannya (Carmona, et al : 2003, p.111), ruang publik dapat dibagi
menjadi beberapa tipologi antara lain :
 External public space. Ruang publik jenis ini biasanya berbentuk ruang luar yang
dapat diakses oleh semua orang (publik) seperti taman kota, alun-alun, jalur pejalan
kaki, dan lain sebagainya.
 Internal public space. Ruang publik jenis ini berupa fasilitas umum yang dikelola
pemerintah dan dapat diakses oleh warga secara bebas tanpa ada batasan tertentu,
seperti kantor pos, kantor polisi, rumah sakit dan pusat pelayanan warga lainnya.
 External and internal “quasi” public space. Ruang publik jenis ini berupa fasilitas
umum yang biasanya dikelola oleh sektor privat dan ada batasan atau aturan yang
harus dipatuhi warga, seperti mall, diskotik, restoran dan lain sebagainya.

Berdasarkan fungsinya secara umum dapat dibagi menjadi beberapa tipologi ,antara lain :
 Positive space. Ruang ini berupa ruang publik yang dapat dimanfaatkan untuk
kegiatan-kegiatan yang sifatnya positif dan biasanya dikelola oleh pemerintah.
Bentuk dari ruang ini antara lain ruang alami/semi alami, ruang publik dan ruang
terbuka publik.
 Negative space. Ruang ini berupa ruang publik yang tidak dapat dimanfaatkan bagi
kegiatan publik secara optimal karena memiliki fungsi yang tidak sesuai dengan
kenyamanan dan keamanan aktivitas sosial serta kondisinya yang tidak dikelola
dengan baik. Bentuk dari ruang ini antara lain ruang pergerakan, ruang servis dan
ruang-ruang yang ditinggalkan karena kurang baiknya proses perencanaan.
 Ambiguous space. Ruang ini adalah ruang yang dipergunakan untuk aktivitas
peralihan darikegiatan utama warga yang biasanya berbentuk seperti ruang
bersantai di pertokoan, café,rumah peribadatan, ruang rekreasi, dan lain sebagainya.
 Private space. Ruang ini berupa ruang yang dimiliki secara privat oleh warga yang
biasanya berbentuk ruang terbuka privat, halaman rumah dan ruang di dalam
bangunan.

AKTIVITAS DAN INTERAKSI SOSIAL


Aktivitas sosial dapat diartikan sebagai kegiatan yang membutuhkan kehadiran orang lain.
Kegiatan ini dapat berupa perbincangan santai di pinggir jalan, bertatap muka maupun
kegiatan anak-anak bermain di taman kota. Penanganan ruang publik yang kreatif dapat
mendukung terbentuknya aktivitas sosial antara orang-orang yang tidak saling mengenal
sebelumnya. Adanya pementasan kesenian di taman kota dapat menjadi contoh. Kegiatan-
kegiatan kreatif yang diselenggarakan di ruang-ruang terbuka (baik yang bertujuan
komersial maupun non-komersial) dapat mendorong warga untuk saling berbincang atau
sekedar saling mengomentari kegiatan kreatif tersebut, demikian juga dengan pemasangan
karya seni instalasi di ruang publik.

Gehl dalam Zhang dan Lawson (2009) membagi aktivitas di ruang luar (out door) dalam tiga
kategori, antara lain :
 Aktivitas penting. Setiap orang memiliki kegiatan rutin yang harus dilaksanakan
dalam segala kondisi, seperti bekerja, bersekolah, berbelanja dan juga melibatkan
aktivitas dalam sistem pergerakan seperti berjalan menuju halte bus, berjalan
menuju tempat bekerja dan lain sebagainya.
 Aktivitas pilihan. Aktivitas ini memiliki tingkat prioritas di bawah aktivitas penting.
Kita dapat memilih untuk berjalan santai pada sore hari atau menangguhkannya
apabila hari tidak cerah. Dengan demikian, pilihan untuk melakukan aktivitas ini
tergantung pada kondisi lingkungan.
 Aktivitas sosial. Aktivitas ini lebih menekankan pada terjadinya proses sosial, baik
dalam bentuk kontak fisik maupun kontak pasif. Aktivitas sosial ini dapat terjadi
secara paralel dengan aktivitas penting dan aktivitas pilihan.

Dalam kajiannya, Zhang dan Lawson (2009) mempergunakan tiga klasifikasi aktivitas pada
ruang publik, antara lain :
 Aktivitas proses. Aktivitas ini dilakukan sebagai peralihan dari dua atau lebih aktivitas
utama. Bentuk dari aktivitas ini biasanya pergerakan dari suatu tempat (misalnya
rumah) ke kios (aktivitas konsumsi).
 Kontak fisik. Aktivitas ini dilakukan dalam bentuk interaksi antara dua orang atau
lebih yang secaralangsung melakukan komunikasi atau aktivitas sosial lainnya.
 Aktivitas transisi. Aktivitas ini dilakukan tanpa tujuan yang spesifik yang biasanya
dilakukanseorang diri, seperti duduk mengamati pemandangan dan lain sebagainya.

DIMENSI PENGUKURAN ASPEK SOSIAL PADA RUANG PUBLIK


Sauter dan Huettenmoser (2008) mempergunakan tiga dimensi untuk mengukur integrasi
sosial dalam kajian ruang publik, antara lain :
 Dimensi struktural, yang berkaitan dengan aksesibilitas dan penggunaan ruang.
 Dimensi interaktif, yang terkait dengan hubungan sosial, jenis aktivitas pada ruang
publik serta adanya kemungkinan partisipasi pada aktivitas dan pengambilan
keputusan di tingkat lokal.
 Dimensi subjektif, yang terkait dengan kepuasan personal terhadap pengelolaan
lingkungan serta persepsi mengenai keterlibatan warga secara sosial.

Dalam kaitannya dengan pelaksanaan aktivitas sosial pada ruang publik, Mehta (2007)
mempergunakan beberapa variabel yang dipergunakan untuk mengukur dan menyusun
“Good Public Space Index”, antara lain :
 Intensitas penggunaan, yang diukur dari jumlah orang yang terlibat dalam aktivitas
statis dan dinamis pada ruang luar.
 Intensitas aktivitas sosial, yang diukur berdasarkan jumlah orang dalam setiap
kelompok yang terlibat dalam aktivitas statis dan dinamis pada ruang luar.
 Durasi aktivitas, yang diukur berdasarkan berapa lama waktu yang dipergunakan
orang untuk beraktivitas pada ruang luar.
 Variasi penggunaan, yang diukur berdasarkan keberagaman atau jumlah tipologi
aktivitas yang dilaksanakan apda ruang luar.
 Keberagaman penggunaan, yang diukur berdasarkan variasi pengguna berdasarkan
usia, jenis kelamin dan lain sebagainya.

STUDI KASUS DAN ANALISIS PEOPLE’S PARK COMPLEX

People’s Park Complex merupakan pengembangan mix-used atau bangunan multifungsi


dengan berbagai fungsi seperti pusat perbelanjaan, perumahan, perkantoran, dan fasilitas
parkir kendaraan dalam satu struktur tunggal. Terletak di lereng Pearl’s Hill, site dimana
People’s Park Complex berdiri saat ini sebelumnya adalah berupa ruang publik terbuka, yang
kemudian berkembang menjadi People’s Market atau Pearl’s Market dengan kios-kios
outdoor yang kemudian hancur karena kebakaran pada tahun 1966.

Kini People's Park Complex sudah menjadi sebuah city-node di pusat distrik Chinatown
Singapura. Kompleks yang berdiri sejak tahun 1973 ini digunakan setiap saat dan berfokus
pada aktivitas pedestrian yang terhubung ke beberapa fasilitas di sekitar kompleks.People’s
Park Complex merupakan tonggak penting perkembangan arsitektur di Singapura di tahun
1970an. Selain memperkenalkan pusat perbelanjaan modern ber-AC pertama yang belum
pernah dikenalkan sebelumnya di Singapura, kompleks ini dibangun di sekitar ruang-ruang
berorientasikan pedestrian.

People’s Park Complex merupakan salah satu ruang public kota tersukses di Singapura dan
diklaim sebagai “successful design, built for people” sesaat setelah kompleks ini terbangun
dan masih tetap eksis sampai sekarang dengan banyaknya orang yang mengaksesnya (Loo,
1982). Ruang dalam kompleks terasa sangat hidup dengan tingginya intensitas aktivitas
pedestrian dan beberapa kios kecil di sudut-sudut ruang tertentu.

Menurut perancang kompleks ini, setidaknya terdapat tiga faktor yang mempengaruhi
suksesnya kompleks People’s Park Complexini sebagai ruang publik kota, yaitu :

 -“The space should be pleasant to walk and enjoyable so as to encourage more of the
pedestrian to move through the space”- . Maksudnya ruang harus nyaman untuk
berjalan kaki dan menyenangkan sehingga dapat mendorong lebih banyak pejalan
kaki untuk bergerak melalui ruang.
 -“A pedestrian mall is only able to succeed if you are able to link buildings together
functionally, visually and to create a space frame the space and to make the space
more meaningful”-. Maksudnya akses pedestrian di tengah ruang komersial akan
sukses bila ada koneksi kuat antar bangunan secara fungsional, visual, sehingga
ruang menjadi lebih bermakna.
 -“The space has to be flexible catering to various activities and must appeal to
everybody. It must not be differentiated that this area is exclusively for tourists and
that for locals or it will fail completely”-. Maksudnya ruang harus fleksibel mewadahi
keberagaman aktivitas dan seimbang untuk seluruh pengguna. Area tidak dibedakan
secara eksklusif untuk turis ataupun penduduk lokal.

Salah satu alasan People’s Park Complex dapat berfungsi baik sebagai ruang publik adalah
lokasinya yang strategis dekat dengan area perkantoran, perumahan, dan perhotelan.
Ketersediaan transportasi umum dan fasilitas parker juga sangat penting untuk menghindari
resiko traffict-crowding di area sekitar kompleks ini. Namun yang lebih penting adalah
bahwa kompleks ini direncanakan sedemikian rupa sehingga seluruh bagian bangunan,
bangunan sekitarnya, dan area parker terhubung baik secara aksesibilitasat aupun
polaruangnya.
KONTEKS PEMBANGUNAN RUANG PUBLIK DI INDONESIA

Pengembangan fasilitas publik dan perumahan seperti People’s Park Square dapat juga
diterapkan di Indonesia, tentu saja dengan menyesuaikan konteks lokalitas masing-masing
daerah, seperti halnya People’s Park Square yang juga menyesuaikan dengan konteks
Chinatown baik dari segi fasad arsitektural dan hubungan antar ruangnya.

Dalam konteks pembangunannya di Indonesia, yang dapat dijadikan hikmahnya adalah


masalah aksesibilitas. Tidak bisa dipungkiri pembangunan pusat perbelanjaan dan mall
seringkali menimbulkan overcrowd di sekitar kompleks bangunan, entah parkir liar ataupun
PKL yang jelas mengganggu akses pejalan kaki ataupun kelancaran lalu lintas. Di saat
People’s Park Complex menghadirkan kenyamanan orang berjalan, di sini kita berjalan saja
harus mlipir ke badan jalan utama karena pedestrian sudah tertutup parkir liar dan PKL.
Banyaknya pejalan kaki yang lewat menjadi motor utama bagi kegiatan PKL sehingga pihak
perancang atau pembangun ruang publik seharusnya memperhatikan ruang-ruang luar
sekitar bangunan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan ketidaknyamanan orang
dalam mengakses pedestrian.

Ketersediaan parkir harus memadahi bagi setiap ruang publik komersial. Biasanya karena
sebuah bangunan komersial tidak memiliki ruang parkir yang memadai, parkir kemudian
dialihkan di ruang kosong seadanya seperti pedestrian. Contoh ini dapat dilihat di Mall
Malioboro Yogyakarta dimana pedestrian didepannya dipenuhi oleh parkir motor sehingga
mengganggu pejalan kaki yang mengakses pedestrian tersebut.

Integrasi atau keterhubungan dengan bangunan di sekitarnya juga perlu menjadi


pertimbangan pokok. Seperti pada People’s Park Complex, link antar bangunan yang
terhubung dengan jalur pedestrian selain memperkuat hubungan visual antar bangunan,
juga menghubungkan pergerakan orang berjalan dari satu bangunan ke bangunan lain.
Sirkulasi menjadi tidak memusat di satu titik, namun mengalir atau cair ke segala arah,
sehingga mengurangi potensi terjadinya overcrowd di titik-titik tertentu.

Lebih jauh, pembangunan yang berorientasi aktivitas pedestrian seperti yang telah
dicontohkan People’s Park Square, akan meningkatkan attitude orang berjalan kaki karena
memiliki desain pedestrian yang menarik dan nyaman untuk dilintasi. Bukan tidak mungkin
juga dapat mengurangi kepadatan lalulintas karena budaya berjalan kaki yang tinggi.
Kalaupun tetap menyediakan akses kendaraan dan parkir, fasilitas ini dirancang sedemikian
rupa sehingga tidak mengganggu akses pejalan kaki.

KESIMPULAN
Masyarakat perkotaan membutuhkan ruang gerak yang dapat mendukung aktivitas mereka.
Kebutuhan akan ruang gerak ini diikuti dengan kebutuhan interaksi antar-manusia seebagai
makhluk sosial. Kebutuhan ini mendorong munculnya ruang-ruang publik yang dapat
menampung berbagai jenis kegiatan tersebut.
People’s Park Square tersebut, termasuk dalam salah satu ruang public yang berhasil. Hal ini
dapat dilihat pembangunan yang berorientasi aktivitas pedestrian untuk bersosialisasi,
fasilitas yang tersedia disana, dan berbagai aktivas yang terjadi mulai dari kegiatan ekonomi,
politik, budaya dan keagamaan disana serta fungsi dan perannya secara nyata. Dan juga
akan meningkatkan attitude orang berjalan kaki karena memiliki desain pedestrian yang
menarik dan nyaman untuk dilintasi. Bukan tidak mungkin juga dapat mengurangi
kepadatan lalulintas karena budaya berjalan kaki yang tinggi. Kalaupun tetap menyediakan
akses kendaraan dan parkir, fasilitas ini dirancang sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu akses pejalan kaki.
DAFTAR PUSTAKA
Carmona, et al. 2003. Public places – urban spaces, the dimension of urban design.
Architectural press.
Heng and Chan. 2000. The making of successful public space: a case study of People's Park
Square
Projects / People’s Park Complex. Diakses tanggal 22 Mei 2018 dari
https://www.kompasiana.com/alifianorezkaadi/people-s-park-complex-singapura-contoh-
kesuksesan-sebuah-kompleks-ruang-publik_54f97ea5a3331178178b4fb9
Diakses pada tanggal 22 Mei 2018
http://repository.gunadarma.ac.id/645/1/RUANG%20PUBLIK%20DAN%20KUALI
TAS%20RUANG%20KOTA_UG.pdf

Vous aimerez peut-être aussi