Vous êtes sur la page 1sur 3

SMF Bagian Ilmu Penyakit Dalam 03 Juli 2018

RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang


Fakultas Kedokteran
Universitas Nusa Cendana

TUGAS

Christine Dupe, S.Ked


1408010065

Penguji :
dr. Chatarina Keraf, Sp. PD

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


SMF / BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES
KUPANG
2018
1. Apa peran dari vili usus?
2. Apakah ada hubungan indeks glikemik bubur putih dengan kondisi pasien?
3. Bagaimana persarafan usus dan peristaltik usus?
4. Jelaskan trombositosis reaktif!
5. Bagaimana terapi untuk pasien hypokalemia?

Pembahasan :

1. Peran vili pada usus halus yaitu untuk meningkatkan penyerapan nutrisi dari makanan
yang lewat melalui usus halus. Permukaan dalam usus halus membentuk lipatan-lipatan
sirkular permanen yang dapat dilihat dengan mata telanjang dan meningkatkan luas
permukaan tiga kali lipat. Dari permukaan yang terlipat ini terbentuk tonjolan,tonjolan
mikroskopik berbentuk jari yang dikenal sebagai vilus, yang menyebabkan lapisan dalam
tampak seperti beludru dan meningkatkan luas permukaan 10 kali lipat lagi. Permukaan
setiap vilus dilapisi oleh sel-sel epitel yang berselang-seling dengan sel mukus. Secara
bersama-sama, lipatan, vilus, dan mikrovilus menyebabkan luas permukaan luminal usus
halus 600 kali lipat lebih besar daripada jika usus ini hanya berupa pipa dengan panjang
dan garis tengah yang sama dan dilapisi bagian dalamnya oleh permukaan yang datar.
batas luminal sel-sel epitel yang menutupi permukaan vilus memiliki pembawa atau
pengangkut untuk menyerap nutrien spesifik dan elektrolit dari lumen serta enzim
pencernaan yang melekat ke membran yang menuntaskan pencernaan karbohidrat dan
protein.
2. Hubungan indeks glikemik bubur putih dengan tubuh pasien
Tiap 100 gram bubur mengandung 4,45 kkal, 10,15 gram karbohidrat, 0,025 gram lemak,
dan o,525 gram protein lalu indeks glikemiknya yaitu 89. Indeks glikemik merupakan
suatu ukuran yang digunakan untuk mengindikasikan seberapa cepat karbohidrat yang
terdapat dalam makanan dapat diubah menjadi gula oleh tubuh manusia. Ukuran ini
berupa skala 1-100. Indeks glikemi dapat menginformasikan bagaimana pengaruh
makanan terhadap kadar gula darah dan insulin. Pangan dengan indeks glikemik yang
tinggi memiliki respon glikemik sehingga muncul repon insulin yeng tinggi sebagai
counterregulatory terhadap gula darah yang tinggi tersebut. Akibatnya, pada periode
akhir dua jam setelah mengkonsumsi pangan dengan indeks glikemik tinggi maka kadar
gula darah menjadi lebih rendah dari kondisi awal. Pada pasien, berdasarkan riwayat
makanan yang dikonsumsi maka kemungkinan besar pasien mengalami hipoglikemi
akibat pasien hanya mengkonsumsi bubur putih dengan indeks glikemik yang tinggi
sehingga hormon insulin meningkat sebagai respon terhadap indeks glikemik bubur yang
tinggi.
3. Persarafan usus dan peristaltik usus
Saluran pencernaan mendapat dua persarafan yang berhubungan dengan SSP di otak dan
medulla spinalis.
Saraf parasimpatis yang berasal dari nervus vagus mengatur mulai dari esophagus sampai
ke pertengahan colon transversum sedangkan usus bagian distal diatur oleh saraf serabut
saraf yang berpangkal pada medulla spinalis segmaen sacral 2-4. System saraf saluran
pencernaan ini berhubungan dengan jaringan atau rangkaian saraf ganglion yang
tergabung membentuk plexus sub-mucous dan plexus myentericus. Pleksus myentericus
berada di antara lapisan serabut otot dan terutama mengandung serabut saraf motoris
yang mengatur motilitas usus.
4. Trombositosis reaktif atau trombositositemia sekunder yaitu terjadi peningkatan sintesis
trombopoetin dengan mediator berbagai sitokin diantaranya interleukin-6 yang
selanjutnya akan meningkatkan aktivitas megakariositopoetik memproduksi trombosis.
Umumnya terjadi karena infeksi atau penyakit lain yang sudah ada atau sedang diderita.
Trombositosis reaktif merupakan salah satu reaksi berlebih terhadap kondisi yang dialami
tubuh dan dapat disebabkan oleh beberapa kondisi antara lain, disebabkan oleh reaksi
alergi, serangan jantung, latihan fisik, infeksi, kekurangan zat besi, kekurangan vitamin,
hingga kanker. Reaksi berlebihan ini memicu pelepasan sitokin-sitokin yang
menyebabkan meningkatnya produksi trombosit.
5. Hypokalemia didefinisikan sebagai (K+) plasma kurang dari 3,5mEq/L. hypokalemia
dapat terjadi akibat asupan yag kurang, perpindahan ke dalam sel atau kehilangan kalium
renal maupun non renal. Perubahan kecil terhadap kehilangan kalium dapat
mengakibatkan efek parah pada saraf, otot dan jantung.
Tatalaksananya yaitu :
- Indikasi mutlak
Pemberian kalium mutlak segera diberikan yaitu pada keadaan pasien sedang dalam
pengobatan digitalis, pasien dengan ketoasidosis diabetic, pasien dengan kelemahan
otot pernapasan dan pasien dengan hypokalemia berat yaitu kurang dari 2 mEq/L.
- Indikasi kuat
Kalium harus dberikan dalam waktu yang tidak terlalu lama yaitu pada keadaan
insufisiensi coroner/iskemia otot jantung, ensefalopati hepatic dan pasien
menggunakan obat yang dapat menyebabkan perpindahan kalium dari ekstra ke
intrasel.
- Indikasi sedang
Pemeberian kalium tidak perlu segera, seperti pada hypokalemia ringan (K3-3,5
mEq/L)

Pemberian kalium oral :


- Pemberian 40-60 mEq/L dapat meningkatkan kadar kalium sebesar 1-1,5 mEq/L dan
pemberian 135-160 mEq dapat tingkatkan kadar kalium 2,5-3,5 mEq/L

Pemberian kalium intravena :


- Kecepatan pemberian KCL melalui vena perifer 10 mEq/jam atau melalui vena
sentral 20 mEq/jam atau lebih pada keadaan tertentu
- KCL maksimal 60 mEq dilarutkan dalam NaCl isotonik 1000 ml karena bila meleihi
dapat menimbulkan rasa nyeri dan sclerosis vena.
- Bila melalui vena sentral maka KCL mkasimal yaitu 40 mEq dilarutkan dalam NaCl
isotonic 100 ml.
- Pada keadaan aritmia yang berbahaya atau adanya kelumpuhan otot pernapasan, KCL
dapat diberikan dengan kecepatan 40-100 meq/jam. KCL dilarutkan sebanyak 20 meq
dalam 100 ml NaCl isotonic.
- Koreksi penyebab dari hypokalemia merupakan bagian dari terapi hipokalemia

Vous aimerez peut-être aussi