Vous êtes sur la page 1sur 36

LAPORAN KASUS RADIOTERAPI

SEORANG WANITA 55 TAHUN DENGAN KANKER PAYUDARA

Diajukan untuk melengkapi syarat kepaniteraan senior Bagian Radiologi


Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Dosen Pembimbing:
dr. C.H. Nawangsih Prihharsanti, Sp. Rad(K)OnkRad
Pembimbing:
dr. Sri Kiswati

Disusun oleh :
Shienny Tjokrowinoto 22010112210132
Rizka Hastari 22010112210133
Rizka Alviventiasari 22010112210134
Regina Wulandari 22010112210135
Hendra Teguh Pribadi 22010112210162

BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus besar dengan :

Judul : Seorang Wanita 55 Tahun Dengan Kanker Payudara

Bagian : Radiologi

Pembimbing : dr. C.H Nawangsih Prihharsanti, Sp. Rad (K) OnkRad

dr. Sri Kiswati

Diajukan : April 2013

Semarang, April 2013

Dosen Pembimbing, Residen Pembimbing,

dr. C.H. Nawangsih Prihharsanti, dr. Sri Kiswati


Sp. Rad(K) OnkRad

ii
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan......................................................................................................... ii
Daftar Isi.......................................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan........................................................................................................... 1
Bab II Tinjauan Pustaka................................................................................................... 2
2.1 Anatomi Payudara...................................................................................................... 2
2.2 Fisiologi Payudara...................................................................................................... 6
2.3 Gambaran Klinis........................................................................................................ 9
2.4 Jenis-jenis Kanker Payudara ..................................................................................... 9
2.5 Klasifikasi Kanker Payudara...................................................................................... 11
2.6 Diagnosis................................................................................................................... 14
2.7 Pengobatan................................................................................................................. 16
2.8 Deteksi dini................................................................................................................ 18
2.9 Diagnosis Banding Kanker Payudara......................................................................... 19
Bab III Laporan Kasus..................................................................................................... 21
Bab IV Pembahasan......................................................................................................... 31
Bab V Kesimpulan........................................................................................................... 33
Daftar Pustaka.................................................................................................................. 34

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Payudara terdiri dari lobulus-lobulus, duktus-duktus, lemak dan jaringan ikat,


pembuluh darah dan limfe. Kanker payudara berasal dari sel-sel yang terdapat pada payudara
dengan pertumbuhan sel-sel payudara yang berlebihan atau tidak terkontrol yang akan
membentuk suatu benjolan atau tumor yang bersifat jinak maupun ganas dan merupakan 27%
dari kanker pada wanita dan menyebabkan 22% kematian akibat kanker. Pada umumnya
kanker berasal dari sel-sel yang terdapat di duktus, beberapa di antaranya berasal dari lobulus
dan jaringan lainnya.1
Kanker payudara merupakan keganasan yang menyerang hampir sepertiga dari
seluruh keganasan yang dijumpai pada wanita. Kanker payudara juga merupakan jenis kanker
kedua penyebab kematian karena kanker pada wanita. Setiap tahun, lebih dari satu juta kasus
baru kanker payudara didiagnosa di seluruh dunia dan hampir 400.000 orang akan meninggal
akibat penyakit tersebut. Daerah kanker payudara yang paling umum adalah daerah quadran
luar atas payudara dan dibawah puting susu.2
Kanker payudara merupakan salah satu kanker yang terbanyak ditemukan di
lndonesia. Biasanya ditemukan pada umur 40-49 tahun dan letak terbanyak di kuadran lateral
atas. Banyak sekali faktor resiko yang dapat menyebabkan berkembangnya kanker payudara.
Secara statistik resiko kanker payudara pada wanita meningkat pada nullipara, menarche dini,
menopause terlambat dan pada wanita yang mengalami kehamilan anak pertama di atas usia
30 tahun, pemakaian kontrasepsi, peminum alkohol, pemakaian terapi hormonal dan obesitas.
Data yang diperoleh dari registrasi unit radioterapi RSUP Kariadi Semarang kanker
payudara pada tahun 2011 menduduki peringkat kedua dari seluruh penyakit keganasan
dengan angka kejadian 179 kasus kanker payudara.1,2
Pada laporan kasus ini kami mengajukan kasus penderita kanker payudara yang
menjalani terapi radiasi eksternal, yang ditujukan sebagai salah satu sumber informasi terkait
penanganan karsinoma rekti yang memiliki tingkat kejadian cukup tinggi di Indonesia, serta
sebagai salah satu syarat kelengkapan kepaniteraan senior bagian Radiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI PAYUDARA


Payudara adalah massa stroma dan parenkim yang terletak di dinding thorak
anterior antara ICS II dan VI dan parasternal sampai dengan garis axilaris medius.
Payudara terdiri dari alveolus, duktus laktiferus, sinus laktiferus, ampulla, pori pailla,
dan tepi alveola. Payudara mendapat vaskularisasi utama dari cabang a. mammaria
interna, a. thorakoakromialis dan cabang a. Interkostalis.3

Gambar 1. Anatomi payudara

Payudara terletak pada hemitoraks kanan-kiri dengan batas-batas sebagai berikut :


1. Batas-batas payudara yang tampak dari luar :
a. Superior : iga II atau III
b. Inferior : iga VI atau VII
c. Medial : pinggir sternum
d. Lateral : garis aksilaris anterior
2. Batas-batas payudara sesungguhnya :
a. Superior : hampir sampai klavikula
b. Medial : garis tengah
c. Lateral : m. latissimus dorsi
Payudara terdiri dari berbagai struktur yakni parenkim epitelial, lemak, pembuluh
darah, saraf dan saluran getah bening serta otot dan fascia. Parenkim epitelial
terbentuk kurang lebih 15-20 lobus, yang masing-masing mempunyai saluran
tersendiri untuk mengalirkan produknya, dan bermuara pada putting susu. Tiap lobus

2
dibentuk oleh lobulus-lobulus yang masing-masing terdiri dari 10-100 asini grup.
Lobulus-lobulus ini merupakan struktur dasar glandula payudara. Payudara dibungkus
oleh fascia pektoralis dimana permukaan anterior dan posterior dihubungkan
ligamentum cooper yang berfungsi sebagai penyangga. Ligamentum cooper
memungkinkan mobilitas besar sisi posterior payudara sementara memberikan
sokongan struktur pada lobulus dan komponen parenkim payudara. Dengan
komponen muskulokutis dan lemaknya, payudara menempati bagian antara iga ketiga
dan ketujuh serta terbentang lebarnya dari linea parasternalis sampai axillaris anterior
atau media. Lazim jaringan payudara akan meluas ke dalam lipatan “axillary tail of
spence”. Pada pria komponen kelenjar dan duktulus payudara tetap rudimenter dan
kurang berkembang dengan duktus pendek dan asinus berkembang tidak sempurna.3,4
Payudara dewasa menunjukkan modifikasi sisa ektodermis dari kelenjar keringat
bermodifikasi, sehingga terbatas pada lapisan superfisial dan profunda fascia
superfisialis dinding dada anterior. Lapisan profunda dari fascia superfisialis
menyilang ruang retropayudara untuk berfungsi dengan fascia pectoralis (profunda).
Ruang tegas yang dikenal sebagai bursa retropayudara ada pada sisi posterior
payudara, di antara lapisan profunda fascia superfisialis dan fascia musculus pectoralis
mayor yang tertanam. Bursa tersebut yang menyokong mobilitas payudara pada
dinding dada. 2/3 payudara berhubungan erat dan melekat dengan fascia ke musculus
pectoralis mayor. Kondensasi padat fascia clavipectoralis yang dikenal sebagai
ligamentum halsted (ligamentum costoclaviculare) terbentang dari bagian dari paling
medial clavicula ke iga pertama tepat di bawah ligamentum ini berjalan arteria dan
vena subclavia melalui apetura thoraxis superior. Berat payudara non laktasi
mempunyai berat antara 150-225 gram, sedangkan payudara laktasi bisa lebih dari 500
gram. 4

2.1.1 VASKULARISASI PAYUDARA


Payudara mendapat perdarahan dari :
a. Cabang perforantes a. mamaria interna. Cabang I, II, III, IV menembus dinding
dada dekat pinggir sternum pada interkostal yang sesuai, menembus
m.pektoralis mayor dan memberi perdarahan tepi medial glandula payudara.
b. Rami pektoralis a. thorako abdominalis. Arteri ini berjalan turun diantara m.
pektoralis minor dan m. pektoralis mayor. Pembuluh ini merupakan pembuluh

3
utama m. pektoralis mayor. Pembuluh ini mendarahi bagian dalam glandula
payudara.
c. A. thorako lateralis ( a. mammaria eksterna). Pembuluh ini berjalan menyusuri
tepi lateral m. pektoralis mayor untuk mendarahi bagian lateral payudara.
d. A. thorako dorsalis. Merupakan cabang dari a. subskapularis. Arteri ini
mendarahi m. latissimus dorsi dan m. serratus magna. Walaupun arteri ini tidak
memberi perdarahan pada glandula payudara, tetapi sangat penting artinya.
Karena pada tindakan radikal mastektomi, perdarahan yang terjadi akibat
putusnya arteri ini sulit dikontrol, sehingga daeah ini disebut the bloody
triangle.3

2.1.2 PERSARAFAN
Persarafan kulit payudara disyarafi oleh cabang pleksus servikalis dan
n.interkostalis. Jaringan kelenjar payudara sendiri disyarafi oleh saraf simpatik. Ada
beberapa saraf lagi yang perlu diingat sehubungan dengan penyulit paralisis dan mati
rasa pasca bedah, yakni n. interkostobrakialis dan n.kutaneus brakius medialis yang
mensyarafi sensibilitas daerah aksila. Pada diseksi aksila saraf ini sukar disingkirkan
sehingga sering terjadi mati rasa di daerah tersebut. Saraf n. pektoralis yang
mensyarafi m. pektoralis mayor dan minor, n. torakodorsalis yang mensyarafi m.
latissimus dorsi dan n. torakalis longus yang mensyarafi m. serratus anterior sedapat
mungkin dipertahankan pada mastektomi dengan diseksi aksila.1,3

Gambar 2. Persarafan Payudara

4
2.1.3 PEMBULUH LIMFE
Aliran limfe dari payudara kurang lebih 75% ke aksila sebagian lagi ke kelenjar
parasternal, terutama dari bagian yang setral dan medial dan ada pula penyaliran ke
kelenjar interpektoralis. Di aksila terdapat rata-rata 50 (berkisar 10-90 buah) buah
kelenjar getah bening yang berada di samping arteri dan vena brakialis. Saluran limfe
dari seluruh payudara menyalir kelompok aksila anterior, kelompok sentral aksila,
kelompok aksila bagian dalam yang lewat sepanjang vena aksilaris dan yang berlanjut
ke kelenjar servikal bagian kaudal dalam di supraklavikuler. Jalur limfe lainnya
berasal dari daerah sentral dan medial yang selain menuju a. mammaria interna juga
menuju aksila kontralateral, ke m. rektus abdominilis lewat ligamentum falsiparum
hepatis ke hati, ke pleura dan ke payudara kontralateral.3,4

Gambar 3. Pembuluh Limfe Payudara


Kelompok kelenjar limfe axillaris utama :
1. Kelompok mammaria externa. Sejajar perjalanan arteria thoracica lateralis dari
iga ke-enam sampai vena axillaris dan menempati tepi lateral musculus
pectoralis major dan ruang axillaris medialis.
2. Kelompok subscapularis (scapularis). Dekat cabang thracodorsalis dan
pembuluh darah subscapularis. Ia terbentang dari vena axillaris sampai dinding
thorax lateral.
3. Kelompok vena axillaris. Terletak paling lateral dan banyak kelompok kelenjar
axilla. Ia sentral dan kaudal terhadap vena axillaris.
4. Kelompok kelenjar limfe sentral. Terletak sentral antara lipa axilla anterior dan
posterior serta menempati posisi superfisialis di bawah kulit dan fascia
medioaxilla.
5
5. Subclavicularis. Kelompok kelenjar limfe tertinggi dan paling medial. Ia
terletak pada sambungan vena axillaris dengan vena subclavia setinggi
ligamnetum Halsted.3

2.2 FISIOLOGI PAYUDARA


Sepanjang hidupnya, pada payudara wanita terjadi perubahan fisiologis dan
patalogis yang bervariasi. Hal ini terutama berhubungan dengan variasi kadar hormon
yang terjadi sebelum, selama dan setelah reproduksi. Hormon-hormon yang
mempengaruhi perkembangan payudara adalah estrogen, progesteron,LH, FSH
(Folikel Stimulating Hormon) dan Prolaktin. Estrogen dan progesteron diproduksi
oleh ovarium, LH dan FSH disekresi oleh sel basofil yang terletak dalam glandula
hypophysis anterior sedangkan prolaktin disekresi oleh sel asidofil hypophysis.
Beberapa hari setelah lahir sebagian besar bayi baik laki-laki ataupun perempuan
menunjukkan pembesaran kelenjar payudara sedikit dan mulai mensekresi sedikit
kolostrum dan menghilang sesudah kira-kira satu minggu kemudian. Kemudian
kelenjar payudara kembali infantil, tidak aktif.1,4,5
Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon, yaitu:
-
Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas,
masa fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas
pengaruh ekstrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon
hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.
-
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari
kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum
menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul
benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi
payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama
palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu pemeriksaan foto
mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu
menstruasi mulai, semuanya berkurang.
-
Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara
menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi, dan
tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu
laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian

6
dikeluarkan melalui duktus ke puting susu.5

2.2.1 Definisi Kanker payudara


Kanker payudara adalah sel-sel epitel ganas proliferasi yang berjajar
disaluran atau lobulus payudara6. Menurut National Cancer Institute,
kanker payudara adalah kanker yang terbentuk di jaringan payudara,
biasanya duktus (saluran yang membawa ke puting susu) dan lobulus
(kelenjar yang menghasilkan susu). Hal ini terjadi baik pada pria
maupun wanita, kanker payudara laki-laki meskipun jarang.5
2.2.2 Faktor
resiko
Sehingga kini penyebab pasti kanker payudara masih belum diketahui,
namun penelitian menyebutkan beberapa faktor yang berhubungan
dengan etiologi kanker payudara, diantaranya :
2.2.2.1 Umur
Bertambahnya usia merupakan salah satu faktor risiko paling kuat
untuk kanker payudara. Meskipun kanker payudara dapat terjadi
pada wanita muda,secara umum merupakan penyakit penuaan.
Seorang wanita berusia 30-an risikonya kira-kira 1 dalam 250,
sedangkan untuk wanita pada usia 70-an nya,adalah sekitar 1 dari 30.
Sebagian besar kanker payudara yang didiagnosis adalah setelah
menopause dan sekitar 75% dari kasus kanker payudara terjadi
setelah 50 tahun.6
2.2.2.2 Riwayat keluarga
Resiko mendapat kanker payudara dibanding wanita tanpa riwayat
keluarga berlipat ganda sekiranya mempunyai salah seorang diantara
ibu atau saudara perempuan mengalami kanker payudara. Resiko
relatif bertambah dengan bilangan ahli keluarga yang menderita
kanker payudara. Usia mendapat kanker pada ibu atau saudara
perempuan juga mempengaruhi resiko terutamanya jika didiagnosa
menderita pada usia muda. Resiko adalah tiga kali ganda pada wanita
dengan onset umur kurang dari 40 tahun.7
Tipe
2.2.2.3 Faktor Genetik
7
Gen penentrasi tinggi yang berperan dalam terjadinya kanker
payudara yaitu BRCA1, BRCA2 dan TP53. Namun gen-gen ini
hanya berperan kurang dari 10% dari semua kasus kanker payudara
dalam populasi.6
2.2.2.4 Faktor reproduktif
Wanita yang memiliki siklus haid lebih karena mereka mulai
menstruasi pada usia dini (sebelum usia 12) dan / atau melalui
menopause pada usia kemudian (setelah umur 55) mempunyai resiko
sedikit lebih tinggi mendapat kanker payudara. Hal ini mungkin
terkait dengan eksposur seumur hidup yang lebih tinggi kepada
hormon estrogen dan progesteron.8
Usia mendapat anak pertama mempunyai hubungan yang
bermakna dengan insiden kanker payudara. Wanita Nulliparous
memiliki risiko yang sama dengan yang ada pada wanita yang lahir
anak pertama ketika mereka berusia 30 tahun, dengan kelahiran
pertama kelahiran yang kemudian menimbulkan risiko yang lebih
tinggi (khususnya dalam waktu 5 tahun setelah melahirkan) dan
perempuan melahirkan ketika mereka masih muda memiliki risiko
rendah. Risiko relatif berkurang sekitar 3% untuk setiap
tahun usia ibu melahirkan berkurang , sehingga seorang wanita yang
lahir anak pertama ketika ia berusia 20 tahun risikonya sekitar 30%
relatif lebih rendah dibandingkan wanita yang anak pertama lahir
ketika ia berusia 30 tahun.7
2.2.2.5 Alkohol
Asupan alkohol yang berlebihan juga dapat meningkatkan risiko,
berdasarkan analisis terbaru berdasarkan 53 penelitian menunjukkan
bahwa sekitar 4% kanker payudara di negara maju mungkin
dikaitkan dengan konsumsi alkohol.7,8
2.2.2.6 Kontrasepsi
Pengunaan kontrasepsi oral pada jangka waktu terdekat sedikit
meningkatkan risiko kanker payudara, namun wanita yang telah
berhenti menggunakan kontrasepsi oral selama 10 tahun atau lebih
memiliki resiko yang sama dengan wanita yang tidak pernah
menggunakan pil.7,8
8
2.2.2.7 Terapi Hormonal
Penggunaan hormon menopause (terapi penggantian hormon atau
terapi hormon menopause) dengan gabungan estrogen dan progestin
telah menunjukkan peningkatan risiko kanker payudara, dengan
risiko yang lebih tinggi dikait dengan penggunanan jangka masa
panjang. Namun, peningkatan risiko kelihatan berkurang dalam 5
tahun penghentian penggunaan hormon. Estrogen yang diresepkan
untuk wanita tanpa rahim tidak terkait dengan peningkatan risiko
terkena kanker payudara.8
2.2.2.8 Obesitas
Over weight dan obesitas, yang diukur dengan indeks massa tubuh
tinggi (BMI), meningkatkan risiko kanker payudara pasca
menopause dan merupakan salah satu dari beberapa faktor risiko
untuk kanker payudara yang mampu dimodifikasi. 7 , 8
2.2.3 Gambaran Klinis
Sekitar 90% dari abnormalitas payudara ditemukan oleh pasien dan sekitar
10% ditemukan pada pemeriksaan fisik untuk alasan lain. Gejala awal, di
sebagian besar kanker payudara (66%), adalah massa keras atau kukuh, tidak
lunak, terfiksir dengan batas tak jelas (karena invasi lokal). Pada sekitar 11%
kasus, massa payudara yang timbul menyebabkan nyeri. Tanda klinis lainnya
berupa discharge puting (9%), edema lokal (4%), retraksi puting (3%), krusta
pada kulit puting. Gejala simtomatologi seperti ulserasi, gatal, nyeri, pembesaran,
kemerahan, atau adenopathy aksilaris adalah jarang. Skin dimpling, retraksi
puting susu, atau erosi kulit jelas merupakan tanda-tanda stadium
seterusnya.6

2.2.4 Jenis-jenis Kanker payudara


Kebanyakan kanker payudara adalah tumor epitel yang berkembang dari
sel-sel lapisan duktus atau lobulus; kanker non-epithelial dari stroma
pendukung (misalnya, angiosarcoma, sarkoma stroma primer, Phyllodes
tumor) adalah jarang ditemui. Kanker payudara berdasarkan histopatologi
adalah seperti berikut :

2.2.4.1 Karsinoma Lobulus :


9
a) Non infiltrating :
Karsino ma Lobulus Insitu (LCIS)
Merupakan tipe kanker payudara non- invasif dengan perubahan
abnormal sel yang tumbuh di dalam lobulus tanpa pneyebaran ke
bagian tubuh lain.

b) Infiltrating:
Karsino ma lo bulus
Pertumbuhan dimulai dalam kelenjar yang memproduksi air susu
dari payudara tetapi menyerang jaringan payudara di sekitarnya dan
menyebar ke bagian lain dari tubuh. Karsinoma lobulus mencakup
10 sampai 15% dari seluruh kanker payudara.8,9
2.2.4.2 Karsinoma Duktus :
a) Non infiltrating
Karsino ma Duktus Insitu (DCIS)
Merupakan tipe kanker payudara non-invasif yang paling umum.
DCIS merupakan perubahan abnormal sel di duktus payudara.

b) Infiltrating
Karsino ma duktus invasif
Karsinoma duktus invasif bermula di duktus laktiferous dan
menyebar ke dinding duktus serta jaringan payudara sekitarnya.
Karsinoma duktus invasif merupakan kelompok terbesar (65-80%)
dari seluruh tumor ganas payudara.

Karsino ma Medular
Mencakup 5-8% dari seluruh karsinoma payudara. Kanker tipe
medular bertumbuh dari duktus yang besar dari payudara serta
memiliki infiltrasi limfosit yang padat. Tumor berkembang lambat
dan kurang agresif malignannya disbanding kasinoma lain.
Penyebaran ke axila juga dapat ditemui.

Karsino ma Musinus
Meliputi 5% dari seluruh karsinoma payudara dan tumbuh perlahan-
lahan serta cendurung pada wanita yang lebih tua.
10
Karsino ma tubular
Kanker yang telah mengalami diffrensiasi yang jelas dan meliputi 1
hingga 2 % dari semua kanker payudara malignan.8,9

2.2.4.3 Tipe jarang


a) Penyakit paget
Merupakan karsinoma intraduktus pada saluran ekskresi utama yang
menyebar kekulit puting susu dan areola, sehingga terjadi kelainan
menyerupai eksim. Karakteristiknya sel ganas disebut Paget sel hadir
pada epidermis

b) Karsinoma Inflamatori
Adalah tipe kanker payudara yang jarang (1% sampai 2%) dan
menimbulkan gejala-gejala yang berbeda dari kanker payudara
lainnya. Tumor setempat ini nyeri tekan dan sangat nyeri; payudara
secara abnormal keras dan membesar. Kulit di atas tumor ini merah
dan agak hitam, sering terjadi edema dan retraksi putting susu.8,9

2.2.5 Klasifikasi Kanker payudara


Tabel 1. Klasifikasi kanker payudara berdasarkan TNM dari AJCC Cancer
Staging Manual, 7th Edition 201010
Klasifikasi Batasan

Tumor Primer (T)


Tx Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 Tidak ada bukti tumor primer
Tis Karsinoma in situ
Tis (DCIS) Ductal carcinoma in situ
Tis (LCIS) Lobular carcinoma in situ
Tis (Paget’s) Paget’s disease pada puting tanpa tumor
Catatan : Paget’s disease yang berhubungan dengan tumor yang diklasifikasikan
sesuai dengan ukuran tumor
T1 Tumor 20 mm pada dimensi terbesar
T1mi Tumor 1 mm pada dimensi terbesar
T1a Tumor > 1mm tetapi 5 mm pada dimensi terbesar
T1b Tumor > 5 mm tetapi 10 mm pada dimensi terbesar
T1c Tumor > 10 mm tetapi 20 mm pada dimensi terbesar
T2 Tumor > 20 mm tetapi 50 mm pada dimensi terbesar
T3 Tumor > 50 mm pada dimensi terbesar
T4 Tumor berukuran apapun dengan ekstensi langsung ke dinding dada dan/atau
kulit (ulserasi atau skin nodule) Catatan : invasi ke dermis saja tidak termasuk
T4
T4a Ekstensi ke dinding dada, tidak termasuk otot pektoralis

11
T4b Ulserasi dan/atau ipsilateral satellite skin nodules dan/atau edema (termasuk
peau d’orange) pada kulit, yang tidak termasuk kriteria inflammatory
carcinoma .
T4c Gabungan T4a dan T4b
T4d Inflammatory Carcinoma
Kelenjar Getah Bening
Regional (N)
Nx KGB (Kelenjar Getah Bening) regional tidak dapat dinilai ( misal telah
diangkat)
N0 Tidak terdapat metastasis KGB regional
N1 Metastasis pada KGB aksila ipsilateral level 1-2 yang masih dapat digerakkan
N2 Metastasis pada KGB aksila ipsilateral level 1-2 yang terfiksir atau matted, atau
KGB mamaria interna yang terdeteksi secara klinis* jika tidak terdapat
metastasis KGB aksila secara klinis
N2a Metastasis pada KGB aksila ipsilateral level 1-2 yang terfiksir satu sama lain
(matted) atau terfiksir pada struktur lain
N2b Metastasis hanya pada KGB mamaria interna yang terdeteksi secara klinis* dan
jika tidak terdapat metastasis KGB aksila secara klinis
N3 Metastasis pada KGB infraklavikula ipsilateral level 3 dengan atau tanpa
keterlibatan KGB aksila level 1-2, atau pada KGB mamaria interna ipsilateral
yang terdeteksi secara klinis* dan jika terdapat metastasis KGB aksila level 1-2
secara klinis; atau metastasis pada KGB supraklavikula ipsilateral dengan atau
tanpa keterlibatan KGB aksila atau mamaria interna.
N3a Metastasis pada KGB infraklavikula ipsilateral
N3b Metastasis pada KGB mamaria interna ipsilateral dan KGB aksila
N3c Metastasis pada supraklavikular ipsilateral
Metastasis jauh (M)
MX Metastasis jauh tidak dapat dinilai
M0 Tidak tedapat metastasis jauh
M1 Metastasis jauh

*Terdeteksi secara klinis maksudnya terdeteksi pada pemeriksaan imaging (termasuk lymphoscintigraphy) atau pada

pemeriksaan fisik dan memiliki karakteristik yang mencurigakan suatu keganasan atau diduga sebagai makrometastasis

patologik berdasarkan pemeriksaan sitologi FNAB

Tabel 2. Klasifikasi Stadium Kanker payudara dari AJCC 201010

12
Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium IA T1* N0 M0
Stadium IB T0 N1 Mi, M0
T1* N1 Mi, M0

Stadium II A T0 N1** M0
T1* N1** M0
T2 N0 M0
Stadium II B T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stadium III A T0 N2 M0
T1* N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0

Stadium III B T4 N0 M0
T4 N1 M0
T4 N2 M0
Stadium III C Setiap T N3 M0
Stadium IV Semua T Setiap N M1

* termasuk T1 mikroskopis

** T0 dan T1 yang dengan hanya nodul mikrometastasis tidak termasuk dalam stadium IIA dan dimasukkan ke

stadium IB

2.2.6 Diagnosis
Methode evaluasi pasien dengan abnormilitas payudara meliputi
anamnesa dan pemeriksaan fisik, pencitraan dan pengambilan specimen

13
untuk pemeriksaan sitologi atau histologi yaitu dengan fine needle
aspiration cytology atau operasi untuk melakukan biopsy.7,8
2.2.6.1 Anamnesa
Anamnesa berperan besar dalam pengelolaan wanita dengan kanker
payudara. Dokter dapat memperoleh informasi tentang kondisi medis
yang relevan. Hal-hal seperti simtomatologi (termasuk sakit) ,
riwayat menstruasi, riwayat keluarga dan sejarah pengobatan,
obstetri, dan merekam informasi tentang latar belakang wanita amat
berguna untuk mendiagnosa. Selain itu, mendapatkan rincian situasi
sosial wanita bisa memberikan informasi berharga tentang
meningkatnya risiko menderita gangguan emosi, jelas faktor resiko
psikososial dapat diketahui .7
2.2.6.2 Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan secara menyeluruh setiap
benjolan atau daerah yang mencurigakan dan merasakan tekstur,
ukuran, dan hubungan ke kulit dan otot dada. Setiap perubahan pada
puting atau kulit payudara akan dicatat. Kelenjar getah bening di
ketiak dan di atas tulang selangka akan diperiksa karena ketegasan
pembesaran kelenjar getah bening ini mungkin menunjukkan
penyebaran kanker payudara.8
2.2.6.3 Pemeriksaan pencitraan
1. Mammografi
Pada wanita dengan kanker payudara yang terdeteksi secara
klinis, harus dilakukan mammografi untuk mendeteksi kanker
pada payudara kontralateral.
Pada payudara yang menunjukkan abnormalitas harus
mengukur perkembangan tumor primer dan mungkin
menunjukkan tanda penyakit multifokal.
Pada wanita dengan keluhan teraba massa secara klinis,
penggunaan kombinasi pemeriksaan klinis dan mamografi
kemungkinan akan memberikan penilaian terbaik tentang
luasnya penyebaran penyakit pada payudara. Sebuah
hubungan kerja yang baik antara ahli bedah dan diagnostik
ahli radiologi dapat membantu dalam pengambilan keputusan.
14
Pemeriksaan mamografi saja tidak adekuat untuk dijadikan
sebagai pemeriksaan penunjang mendiagnosa kanker
payudara. Mamografi tidak dianjurkan pada wanita dibawah
35 tahun kecuali terdapat tanda karsinoma yang tegas.7,8
2. Ultrasonografi ( USG) payudara
USG payudara merupakan metode yang dianjurkan untuk
penilaian ukuran tumor di kebanyakan kasus kanker payudara
invasif, khususnya parekim payudara yang padat dimana
mamografi mungkin gagal untuk menunjukkan dengan jelas
batas-batas tumor. USG juga amat berguna dalam deteksi
tumor payudara kecil, terutama pada wanita yang lebih muda
dengan jaringan payudara yang padat dan tidak cocok untuk
mamografi. Namun pencitraan USG payudara tidak
digunakan untuk tujuan skreening8.
2.2.6.4 Pemeriksaan Patologi
1. Fine-needle aspiration biopsy
Pemeriksaan sitologi dari biopsi aspirasi jarum telah
digunakan selama bertahun tahun untuk menetapkan
diagnosis preoperatif tumor payudara, konfirmatif klinik
tumor maligna ataupun tumor rekuren dan diagnosis tumor
non neoplastik ataupun neoplastik.7,8
2. Biopsy terbuka
Biopsi terbuka (open biopsy) adalah prosedur pengambilan
jaringan dengan jalan operasi kecil, eksisi ataupun insisi yang
dilakuka n sebagai diagnosis preoperatif. Apabila diagnosis
sitologi atau histologis menunjukkan hasil negatif sebelum
operasi dan masih ada kecurigaan klinis kuat keganasan,
biopsi terbuka dapat digunakan untuk mendapatkan diagnosis
jaringan7,8.

2.2.7 Pengobatan
Penanganan dan pengobatan penyakit kanker payudara tergantung dari
tipe dan stadium yang dialami penderita. Antara pengobatan yang dianjurkan
adalah:
15
2.2.7.1 Pembedahan
Pembedahan dilakukan untuk menyingkirkan tumor yang terdapat
pada payudara. Disamping prosedur pengangkatan kelenjar getah
bening dikawasan sekitar juga dilaksanakan dan kemudiannya di
periksa histopatologinya. Ada beberapa tipe pembedahan yang
dianjurkan antaranya:
Pembeda han breast conserving
Terdiri dari lumpektomi yaitu pengangkatan tumor dan sejumlah
kecil jaringan normal di sekitarnya dan masektomi parsial
pengangkatan tumor dan jaringan normal di sekitarnya yang lebih
banyak.
Masektomi total
Pembedahan untuk mengangkat seluruh payudara prosedur ini juga
dikenal sebagai masektomi simplek
Modified radical masectomy
Pembedahan untuk mengangkat seluruh payudara yang terkena
kanker, kelenjar getah bening di bawah lengan, lapisan atas otot-otot
dada, dan kadang-kadang, bagian dari otot dinding dada
Masektomi radikal
Pengangkatan seluruh payudara, otot dada dan jaringan lainnya
diangkat.1,7,8,9

2.2.7.2 Terapi penyinaran (Radioterapi)


Radioterapi merupakan terapi dengan sinar pengion berenergi tinggi untuk
menghancurkan sel-sel kanker. Pengaruh radiasi pada jaringan tubuh
ditentukan oleh radiosensitivitas jaringan yang bersangkutan, yang pada
umumnya kanker lebih sensitif terhadap radiasi dibandingkan jaringan
normal. Radiasi pada payudara sering diberikan setelah tindakan pembedahan
breast-conserving untuk membantu menurunkan kemungkinan residif.8

Radioterapi dapat diberikan dengan tujuan :


a. Kuratif untuk tumor lokoregional yang radiosensitif dan radioresponsif
yang sukar operasinya.

16
b. Paliatif pada tumor lanjut yang radioresponsif yang inoperabel, ulkus
yang berbau, metastase tulang untuk menghilangkan rasa nyeri dan mencegah
terjadinya fraktur, serta mengatasi perdarahan. Sinar yang dipakai untuk
radioterapi yaitu sinar Alfa yang merupakan partikel dari inti atom, sinar Beta
atau sinar elektron, dan sinar Gamma yang merupakan sinar elektromagnetik
(foton).11
Terapi radiasi dapat diberikan dalam 2 cara utama, yaitu:
a. Radiasi Eksterna (Teletheraphy)
Sumber sinar berupa sinar-X atau radioisotop yang ditempatkan di luar
tubuh. Sinar diarahkan ke tumor yang akan diberi radiasi.
b. Radiasi Interna (Brachytherapy)
Sumber radiasi diletakkan di dalam tumor atau berdekatan dengan tumor di
dalam rongga tubuh. Radiasi interna dibagi beberapa macam yaitu :
1) Interstitial, yaitu radioisotop yang berupa jarum lalu ditusukkan ke
dalam tumor
2) Intracavitair, dapat dilakukan dengan :
a) After loading, dimana radioisotop dapat dimasukkan ke dalam organ
tubuh yang terdapat tumor, seperti vagina, uterus, rektum, dan lain-
lain tanpa membahayakan tenaga medis yang memasang radioisotop
tersebut.
b) Instalasi, dimana radioisotop disuntikkan ke dalam rongga tubuh
seperti pleura atau peritoneum.

c. Intravena
Larutan radioisotop disuntikkan ke dalam vena. Misalnya I131 yang
disuntikkan intravena akan diserap oleh tiroid untuk mengobati
kanker tiroid.10,11,12

2.2.7.3 Kemoterapi
Ini merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam
bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan
membunuh sel kanker. Cara pemberian kemoterapi tergantung pada
17
stadium dan tipe yang diderita11
2.2.7.4 Terapi Hormon
Terapi hormon yang menyingkirkan hormon atau memblok kerja
hormon supaya sel kanker tidak mampu berpoliferasi lagi.7,11
2.2.7.5 Targeted therapy
Jenis pengobatan yang menggunakan obat-obatan atau bahan lain
untuk mengidentifikasi dan menyerang sel kanker tertentu tanpa
merugikan sel normal. Antibodi monoklonal dan tirosin kinase
inhibitor adalah antara dua jenis pengobatan targeted therapy7.
2.2.8 Deteksi Dini
2.2.8.1 Pemeriksaan Payudara Sendiri ( SADARI )
Menurut American cancer society, wanita berusia 20-an haruslah
diberikan pendidikan mengenai manfaat dan keterbatasan melakukan
pemeriksaan payudara sendiri. Wanita haruslah mengetahui
bagaimana keadaan payudara normal dengan melihat dan merasakan,
dengan itu setiap perubahan pada perubahan dapat dideteksi dini dan
diberikan perhatian professional. Payudara diperiksa sendiri setiap
bulan 5-7 hari sesudah haid berhenti.
Langkah Pemeriksaan Sadari
Terdapat dua methode melakukan sadari. Dianjurkan kedua-dua cara
dilakukan secara rutin setiap bulan.4
Looking
Methode ini dilakukan pada pencahayaan yang cukup pada posisi
berdiri tegak dihadapan cermin. Pemeriksaan dilakukan mengunakan
tiga posisi tangan yaitu disamping, diangkat atas kepala dan
diletakkan di pinggang. Pada ketiga-tiga posisi ini diperhatikan
perubahan sekiranya ada perubahan berupa kemerahan pada kulit
payudara, perubahan ukuran atau bentuk payudara dan puting.4,5
Feeling
Pada posisi berbaring telentang,ditempatkan handuk yang dilipat
atau bantal di bawah bahu kiri serta tangan kiri berada di bawah
kepala. Dengan menggunakan jari-jari datar tangan kanan, merasa
dada kiri tanpa menekan terlalu keras. Digunakan salah satu dari tiga

18
pola yaitu memutar, atas bawah dan wedge. Puting dipijat untuk
melihat sekiranya terdapat cairan atau darah keluar. Pemeriksaan
payudara sendiri waktu sedang mandi sangat efektif karena payudara
lebih lunak dan memudahkan pemeriksaan.4,5
2.2.8.2 Pemeriksaan Payudara Klinis
Pemeriksaan Payudara Klinis adalah pemeriksaan fisik payudara
yang dilakukan oleh pegawai kesihatan yaitu dokter mengikut
standar pemeriksaan payudara. Pemeriksaan Payudara Klinis harus
menjadi bagian dari pemeriksaan kesehatan berkala wanita, setiap
tiga tahun untuk wanita berusia 20-an dan 30-an dan setiap tahun
untuk wanita 40 dan lebih tua.8
2.2.8.3 Mamografi
U.S. Preventive Services Task Force (2009) merekomendasikan
skrining mamografi dilaksanakan setiap dua tahun pada wanita
dalam lingkungan usia 50- 75 tahun.5
2.2.9 Diagnosa Banding Kanker payudara
1. Diagnosa banding kanker payudara, antara lain :
Fibroadenoma payudara (FAM). Fibroadenoma payudara merupakan tumor
jinak payudara yang biasa terdapat pada usia muda (15-30 tahun) dengan
konsistensi padat kenyal, batas tegas, tidak nyeri dan mobil. Terapinya cukup
dengan eksisi.
2. Kelainan fibrokistik. Kelainan fibrokistik merupakan tumor jinak payudara6
dengan
konsistensi padat kenyal / kistik, tidak berbatas tegas, terdapat nyeri terutama
menjelang haid,
ukurannya membesar, biasanya bilateral / multipel. Terapinya dengan
medikamentosa simptomatik.
3. Tumor phylodes baik ganas dan jinak, seperti kistosarkoma filoides.
Kistosarkoma filoides menyerupai fibroadenoma payudara (FAM) yang besar,
berbentuk bulat lonjong, batas tegas, dan mobil. Ukurannya bisa mencapai 20-
30 cm. Terapinya dengan mastektomi simpel.
4. Galaktokel. Galaktokel merupakan massa tumor kistik akibat tersumbatnya
saluran / duktus laktiferus. Tumor ini terdapat pada ibu yang baru / sedang
menyusui.
5. Mastitis yang luas. Mastitis merupakan infeksi payudara dengan tanda radang
19
lengkap. Mastitis dapat berkembang menjadi abses. Mastitis biasanya terdapat
pada ibu yang menyusui. Mastitis yang luas terutama pada mastitis
tuberkulosa.
6. Keganasan lainnya dari payudara (sarkoma-limfoma dll)2,4.

BAB III
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. J
Umur : 55 tahun
Pekerjaan : tidak bekerja
Alamat : Tegalsari Barat II RT I/ RW 12, Candisari, Semarang
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
No. CM : C402783

20
Tanggal MRS : 23 Maret 2013

II. DAFTAR MASALAH


No Masalah Aktif Tanggal No Masalah Inaktif Tanggal
1. Carcinoma Payudara 23/03/13

III. DATA DASAR


1. Anamnesis
Autoanamnesis tanggal 6 April 2013 jam 09.00 WIB di Bangsal Radium (hari
perawatan ke delapan).
a. Riwayat Penyakit Sekarang :
- Keluhan utama: Tidak bisa berjalan
- Onset dan kronologis:
Kurang lebih 1,5 tahun yang lalu sebelum masuk rumah sakit mulai muncul
benjolan di payudara kanan kira- kira sebesar kelereng dan dapat digerakan.
Benjolan dirasakan semakin membesar dengan cepat sekitar satu kepalan tangan.
Kurang lebih 1 tahun (2012) yang lalu dilakukan operasi pengambilan
benjolan di RSUD Ungaran (Eksisi/biopsi?) dan hasilnya dikatakan ganas, pasien
dianjurkan untuk operasi lanjutan dan kemoterapi tetapi tidak mau. Pasien berobat
ke pengobatan alternative selama 3 bulan, tidak ada perubahan dan akhirnya
pasien menghentikan pengobatan.
Kurang lebih 6 bulan yang lalu muncul benjolan baru di payudara kanan
disekitar bekas operasi dan dirasa semakin meluas keketiak kanan, benjolan
dirasakan semakin membesar, sukar digerakan dan kerap berdarah, namun pasien
tidak memeriksakan diri ke dokter. Pasien juga merasakan bahwa berat badannya
semakin menurun setiap harinya disertai dengan penurunan nafsu makan.
Kurang lebih 2 minggu yang lalu, keluar darah dari benjolan yang lumayan
banyak dan kemudian pasien dibawa ke RSDK.
- Kualitas: pasien sampai tidak bisa berjalan sama sekali
- Kuantitas: keluhan dirasakan terus menerus
- Faktor yang memperberat : -

21
- Faktor yang memperingan : -
- Gejala penyerta :
Mual (-), muntah (-), pusing (-), batuk (-), sesak nafas (-), nyeri ulu hati
(-), demam (-), nyeri sendi (-)

b. Riwayat Penyakit Dahulu :


 Riwayat darah tinggi (-)
 Riwayat tranfusi (-),obat kejang (-), , merokok (-), penggunaan jarum suntik
narkoba (-).
 Riwayat Haid , menarche: 12 th, Menaupose : 45 th.
 Riwayat Menikah: 1x selama 4 th
 Riwayat Obstetri : P1A0
 Riwayat KB :-
 Riwayat kencing manis : disangkal
 Riwayat batuk lama : disangkal
 Riwayat alergi makanan dan obat : disangkal
 Riwayat sakit tumor sebelumnya disangkal
 BB sebelum sakit : 70 kg BB setelah sakit :56kg ; TB:155cm.

c. Riwayat Penyakit Keluarga :


 Riwayat keluarga sakit tumor atau keganasan (+) bibi pasien menderita tumor
payudara, sudah diangkat kedua payudaranya.
 Riwayat darah tinggi (+) pada ayah pasien
 Riwayat penyakit alergi, asma (-)
 Riwayat kencing manis (+) pada ayah pasien
 Riwayat sakit jantung (-)
 Riwayat keluarga batuk lama (-)

d. Riwayat Sosial Ekonomi :


Pasien dulu bekerja sebagai Pedagang. Berhenti bekerja pada tahun 2012. Telah
bercerai dengan suami pasien selama 21 th. Anak 1 dan sudah. Biaya pengobatan
ditanggung Jamkeskot. Kesan: sosial ekonomi kurang.

2. Pemeriksaan Fisik
22
(tanggal 6 April 2013 jam 13.00 di Bangsal 8C)
Keadaan umum : Tampak sakit sedang, lemah
Kesadaran : Composmentis, GCS 15 E4V5M6
Tanda vital : TD : 110/70 mmHg
RR : 20x/menit
N : 80x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
t : 36,5 oC (axiller)
Kepala : mesosefal, rambut rontok (-)
Kulit : turgor kulit cukup
Mata : Kelopak mata cekung (-), Konjungtiva anemis +/+, Sklera ikterik
-/-
Telinga : Discharge -/-, nyeri tekan tragus (-)
Hidung : Discharge -/-, epistaksis -/-
Mulut : Mukosa bibir kering (-), stomatitis (-), bibir sianosis (-), gusi
berdarah (-), karies (-)
Tenggorok : T1-1, faring hiperemis (-)
Leher : Trakea ditengah, pembesaran nnll supraclavicula dextra (+), JVP R
+ 0 cm
Thorax : massa dextra; massa tumor berupa ulkus dengan ukuran 6 x 7 x 6
cm, mixed, batas tidak tegas
Bentuk dada asimetris, retraksi suprasternal -/-, retraksi
supraklavikular -/-, retraksi intercostal -/-
Cor
Ins : Ictus cordis tidak tampak
Pa : Ictus cordis teraba di SIC V 2 cm medial linea midclavicularis sinistra, tidak
melebar, tidak kuat angkat.
Pe : Batas atas : SIC II linea parasternalis sinistra
Batas kanan : SIC V linea parasternalis dextra
Batas kiri : SIC V 2 cm medial linea midclavicularis sinistra
Au : HR= 88x/menit, reguler, BJ I-II murni, bising (-), gallop (-)

Pulmo Anterior
Ins : simetris saat statis dan dinamis

23
Pa : stem fremitus kanan > kiri
Pe : redup pada paru kanan setinggi SIC V kebawah
Au : suara dasar paru kiri vesikuler, paru kanan didapatkan ronkhi setinggi SIC V
kebawah, wheezing (-)

Pulmo Posterior
Ins : simetris saat statis dan dinamis
Pa : stem fremitus kanan > kiri
Pe : redup pada paru kanan setinggi V. Th VII kebawah
Au : suara dasar paru kiri vesikuler, paru kanan didapatkan ronkhi setinggi V. Th VII
kebawah, wheezing (-)

Abdomen :
Ins : datar, venektasi (-)
Au : bising usus (+) normal
Pe : pekak sisi (+) normal, pekak alih (-), area traube timpani
Pa : supel, hepar dan lien tak teraba membesar, nyeri tekan epigastrium (-), nyeri
tekan suprapubik (-), pembesaran nnll inguinal (-)

Ekstremitas : superior inferior


Oedem -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Cap. Refill <2”/ <2” <2”/ <2”
Clubbing finger -/- -/-

PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Laboratorium
Hematologi Paket (5/04/2013)
Hemoglobin : 6,10 gr% N: 12,00-15,00 L
Hematokrit : 18,4 % N: 35,0-47,0 L
Eritrosit : 2,12 juta/mmk N: 3,9-5,6 L
MCH : 28,80 pg N: 27,00-32,00
MCV : 86,80 fL N: 76,00-96,00

24
MCHC : 33,20 g/dL N: 29,00-36,00
Leukosit : 21,90 ribu/mmk N: 4,00-11,00 H
Trombosit : 338,0 ribu/mmk N: 150,0-400,0
RDW : 14,80 % N: 11,60-14,80
MPV : 8,20 fL N: 4,00-11,00

Hematologi Paket (6/04/2013)


Hemoglobin : 8,77 gr% N: 12,00-15,00 L
Hematokrit : 25,6 % N: 35,0-47,0 L
Eritrosit : 2,95 juta/mmk N: 3,9-5,6 L
MCH : 29,73 pg N: 27,00-32,00
MCV : 86,91 fL N: 76,00-96,00
MCHC : 34,20 g/dL N: 29,00-36,00
Leukosit : 21,77 ribu/mmk N: 4,00-11,00 H
Trombosit : 293,0 ribu/mmk N: 150,0-400,0
RDW : 14,51 % N: 11,60-14,80
MPV : 7,36 fL N: 4,00-11,00

Hematologi Paket (7/04/2013)


Hemoglobin : 10,93 gr% N: 12,00-15,00 L
Hematokrit : 32 % N: 35,0-47,0 L
Eritrosit : 3,70 juta/mmk N: 3,9-5,6 L
MCH : 29,57 pg N: 27,00-32,00
MCV : 86,59 fL N: 76,00-96,00
MCHC : 34,15 g/dL N: 29,00-36,00
Leukosit : 19,71 ribu/mmk N: 4,00-11,00 H
Trombosit : 283,7 ribu/mmk N: 150,0-400,0
RDW : 16,10 % N: 11,60-14,80 H
MPV : 7,51 fL N: 4,00-11,00

1) Pemeriksaan Radiologi

25
a. USG Abdomen (28 Maret 2013)
Hepar : Ukuran tak membesar, ekogenesitas parenkim normal,
permukaan reguler, liver tip tajam, tak tampak nodul, vena porta dan vena
hepatika tak melebar
Duktus biliaris : intra dan ekstrahepatal tak melebar
Vesika felea : Ukuran tak membesar, dinding tak menebal, tak tampak batu,
tak tampak sludge
Pankreas :Ukuran normal, parenkim homogen, tak tampak massa
maupun kalsifikasi
Lien : Ukuran tak membesar, tak tampak massa, vena Lienalis tak
melebar
Aorta/Paraaorta : tak tampak nodul paraaorta
Ginjal kanan : Bentuk dan ukuran normal, ekogenesitas parenkim normal,
batas kortikomeduler jelas, tak tampak penipisan korteks, tak tampak batu,
pielokaliks tak melebar
Ginjal kiri : Bentuk dan ukuran normal, ekogenesitas parenkim normal
batas kortikomeduler jelas, tak tampak penipisan korteks, tak tampak batu,
pielokaliks tak melebar
Vesika urinaria: Dinding tak menebal, permukaan rata, tak tampak batu
Uterus : Ukuran tak membesar, tak tampak massa
Tak tampak cairan intraabdomen maupun supradiafragma kanan-kiri

KESAN :
- Tak tampak nodul pada hepar, lien dan paraaorta yang mencurigakan
suatu metastase
- Tak tampak kelainan lain pada sonografi organ-organ intraabdomen
tersebut diatas

26
b. X foto thoraks AP-LAT (Inspirasi kurang) 23 Maret 2013
27
Cor : Apeks jantung bergeser ke laterocaudal
Retrosternal space tak menyempit, retrocardiac space tak menyempit
Tampak kalsifikasi arcus aorta
Pulmo : Corakan bronkhovaskular normal
Tak tampak nercak maupun nodule pada kedua lapangan paru
Hemidiafrahma kanan setinggi costa 9 posterior
Sinus costofrenikus kanan-kiri lancip
Tak tampak lesi kistik, sklerotik maupun destruksi pada os. costae, os. clavicula,
maupun os. scapula yang terlihat
KESAN:
- Suspek Cardiomegali (LV)
- Tak tampak metastasis pada pulmo maupun tulang yang tervisualisasi

28
c. Pemeriksaan Patologi Anatomi (tanggal 21 Februari 2012)
Makroskopik : sediaan dari payudara berupa jaringan ukuran 6 x 5 x 5 cm kuning
sebagian rapuh
Mikroskopik : menunjukkan kelompok-kelompok sel epitelial, bentuk bulat-
lonjong, inti hyperkromatik, kasar, ratio inti sitoplasma tinggi dengan beberapa
mitosis, struktur ductus sulit ditemukan.
Kesimpulan : Carsinoma ductus infiltratip (Grade III)
Sifat : Ganas

A. Diagnosis
Tumor mamme dextra curiga ganas T4bN3cMx, Post operasi eksisi biopsy ± 1th yang
lalu

B. Usul
1. Setelah penderita mendapatkan terapi radiasi dengan total dosis 6000 cGy, dengan
dosis per terapi 800 cGy selama 5 kali penderita dikirim dan dikonsulkan ke bagian
lain yang dianggap perlu
2. Pemantauan efek samping radiasi dan perbaikan keadaan umum
3. Pemantauan penyebaran dan perkembangan tumor
C. Terapi

29
Pasien menerima terapi radiasi eksternal sejak tanggal 7 April 2013 hingga tanggal 12
April 2013. Total dosis yang diberikan sebesar 60 Gray, dengan fraksinasi 5 kali 8
Gray. Radiasi dilakukan dengan lapangan payudara kanan, axila, supraclavikula dan
kemudin setelah pemberian terakhir, dilakukan evaluasi respon pasien.

BAB IV

PEMBAHASAN

Seorang wanita usia 55 tahun dibawa ke RSUP Dr. Kariadi karena pingsan. Kurang
lebih 1,5 tahun yang lalu sebelum masuk rumah sakit mulai muncul benjolan di payudara
kanan kira- kira sebesar kelereng dan dapat digerakan. Benjolan dirasakan semakin membesar
dengan cepat sekitar satu kepalan tangan. Kurang lebih 1 tahun (2012) yang lalu dilakukan
operasi pengambilan benjolan di RSUD Ungaran (Eksisi/biopsi?) dan hasilnya dikatakan
ganas, pasien dianjurkan untuk operasi lanjutan dan kemoterapi tetapi tidak mau. Pasien
berobat ke pengobatan alternative selama 3 bulan, tidak ada perubahan dan akhirnya pasien
menghentikan pengobatan. Kurang lebih 6 bulan yang lalu muncul benjolan baru di payudara
kanan disekitar bekas operasi dan dirasa semakin meluas keketiak kanan, benjolan dirasakan
semakin membesar, sukar digerakan dan kerap berdarah, namun pasien tidak memeriksakan
diri ke dokter. Pasien juga merasakan bahwa berat badannya semakin menurun setiap harinya
disertai dengan penurunan nafsu makan.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum tampak sakit sedang, lemah,
composmentis, konjungtiva palpebra tampak anemis, pemeriksaan thorak ditemukan bentuk
dada asimetris, terdapat massa tumor berupa ulkus dengan ukuran 6x7x6 cm, mixed, batas
tegas, suara dasar vesikuler, tidak ada suara tambahan paru. Abdomen dalam batas normal.
Pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb, Ht dan eritrosit lebih rendah dari batas normal,

30
leukosit meningkat dan trombosit normal. Pada pasien telah dilakukan pemeriksaan
radiologis berupa USG whole abdomen, Foto thorax PA dan lateral.
Dari pemeriksaan USG abdomen didapatkan hepar ukuran tak membesar,
ekogenesitas parenkim normal, permukaan reguler, liver tip tajam, tak tampak nodul, vena
porta dan vena hepatika tak melebar. duktus biliaris intra dan ekstrahepatal tak melebar,
vesika felea ukuran tak membesar, dinding tak menebal, tak tampak batu, tak tampak sludge,
pankreas ukuran normal, parenkim homogen, tak tampak massa maupun kalsifikasi, lien
ukuran tak membesar, tak tampak massa, vena Lienalis tak melebar, Aorta/Paraaorta tak
tampak nodul paraaorta, ginjal kanan bentuk dan ukuran normal, ekogenesitas parenkim
normal, batas kortikomeduler jelas, tak tampak penipisan korteks, tak tampak batu,
pielokaliks tak melebar, ginjal kiri bentuk dan ukuran normal, ekogenesitas parenkim normal
batas kortikomeduler jelas, tak tampak penipisan korteks, tak tampak batu, pielokaliks tak
melebar, vesika urinaria dinding tak menebal, permukaan rata, tak tampak batu, uterus ukuran
tak membesar, tak tampak massa, Tak tampak cairan intraabdomen maupun supradiafragma
kanan-kiri. Tak tampak nodul pada hepar, lien dan paraaorta yang mencurigakan suatu
metastase, Tak tampak kelainan lain pada sonografi organ-organ intraabdomen tersebut
diatas.
Dari foto thorax didapatkan Cor apeks jantung bergeser ke laterocaudal, Retrosternal
space tak menyempit, retrocardiac space tak menyempit, Tampak kalsifikasi arcus aorta,
pulmo corakan bronkhovaskular normal Tak tampak nercak maupun nodule pada kedua
lapangan paru, Hemidiafrahma kanan setinggi costa 9 posterior, Sinus costofrenikus kanan-
kiri lancip,Tak tampak lesi kistik, sklerotik maupun destruksi pada os. costae, os. clavicula,
maupun os. scapula yang terlihat. kesan Suspek Cardiomegali (LV)
Tak tampak metastasis pada pulmo maupun tulang yang tervisualisasi.
Pemeriksaaan Patologi anatomi tahun 2012 disimpilkan pasien menderita suatu Carsinoma
ductus infiltratip (Grade III) dengan sifat ganas.
Selanjutnya pasien direncanakan menjalani rangkaian terapi radiasi eksternal. Pasien
mendapatkan dosis radiasi sebesar 40 Gray dengan fraksinasi 5 kali sebesar masing-masing 8
Gray. Setelah mendapatkan terapi radiasi eksternal, dilakukan evaluasi respon, apabila respon
pasien positif, maka radiasi eksternal dilanjutkan hingga mencapai dosis 60 Gray. Sedangkan
bila respon pasien negatif, radiasi eksternal dihentikan. Beberapa faktor resiko yang ada pada
pasien ini antara lain adalah usia tua, riwayat keluarga dan obesitas sebelumnya.

31
BAB V

KESIMPULAN

Dari anamnesis didapatkan keluhan benjolan dengan ulkus dan mudah berdarah pada
payudara sejak 6 bulan post operasi biopsy eksis Berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan laboratorium yang telah dilakukan didapatkan diagnose Tumor mamme dextra
curiga ganas T4bN3cMx, Post operasi eksisi biopsy ± 1th yang lalu Kemudian kepada pasien
dilakukan pemeriksaan radiologi yang dilakukan berupa USG whole abdomen dan foto
thorax PA, Lateral, untuk melihat adanya metastasis sel-sel kanker di organ lain didapatkan
kesan T4bN3cMx, dan cenderung tidak didapatkan metastasis sel-sel kanker ke organ lain. Saat
ini pasien sedang menjalani rangkaian program ER ke-1. Beberapa faktor resiko kanker
payudara yang terdapat pada pasien ini antara lain adalah usia tua, riwayat keluarga dan
obesitas.

Terapi yang dilakukan terhadap pasien ini meliputi radiasi eksternal. Radiasi eksternal
dilakukan dengan dosis total 60 Gray, dengan fraksinasi sebesar 8 Gray sebanyak 5 kali..
Tatalaksana terapi tersebut telah sesuai dengan prosedur yang seharusnya dilakukan pada
penelitian terdahulu serta tinjauan pustaka yang ada. Disarankan untuk memantau penyebaran
sel kanker, keadaan umum pasien terhadap efek samping radiasi, serta perbaikan keadaan
umum.

32
DAFTAR PUSTAKA

1. R. Sjamsuhidajat, Karnadihardja W., Prasetyono T.O.H, Rudiman R. Buku Ajar Ilmu


Bedah. 3 ed. Jakarta: EGC; 2010. p. 471-97.
2. Arif, Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. 3 ed. Jakarta : Medica Aesculpalus
FK UI; 2000.
3. Sabiston C. D. Jr, MD. Buku Ajar Bedah 2. Jakarta: EGC; 1997.
4. Anonymous. Kanker Payudara. 2007 [cited 2013 April 8]. Available from:
http://www.blogdokter.net/2007/03/13/kanker-payudara/
5. Harnawati AJ. 2008 [cited 2013 April 8]. Askep Kanker Payudara.
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/16/askep-kanker-payudara/
6. Jay R. Harris, Marc E. Lippman , Monica Morrow, C.Kent. Osborne, ed. Disease of
The Breast. 4th ed: Lippincott Williams & Wilkins; 2009. p.745-60
7. National Comprehensive Cancer Network. NCCN Practice Guidelines in Oncology.
In: Robert W. Carison, D. Craig Allred, Benjamin O. Anderson, Harold J. Burstein, W.
Bradford Carter, Stephen B. Edge, et al., editor. Breast Cancer: NCCN; 2012.
8. American Cancer Society. Breast Cancer 2011. Atlanta, Ga: American Cancer Society;
2011.
9. Suzanne C., Smeltzer, & Brenda G. Bare. Brunner and Suddarth’s Textbook of
Medical-Surgical Nursing. Lippincott Williams & Wilkins; 2003.
10. American Joint Committee on Cancer. Breast. In: AJCC Cancer Staging Manual, 7th
ed. New York: Springer; 2010: 347–369.
11. Sukardja IDG. Onkologi Klinik. 2 ed. Surabaya: Airlangga University Press; 1996. p.
159-206.
12. Vincent T. Devita Jr., Samuel Hellman, Steven A. Rosenberg. Cancer : Principles &

Practice of Oncology. In: Hellman S, editor. 5th ed. Philadelphia: Lippincott-Raven

Publishers; 1997. p. 307-32

33

Vous aimerez peut-être aussi