Vous êtes sur la page 1sur 16

PATOFISIOLOGI

Dua hipotesis yang disebut juga sebagai mekanisme degenerasi neuronal


ada penyakit Parkinson ialah: hipotesis radikal bebas dan hipotesis neurotoksin.
 Hipotesis radikal bebas
Diduga bahwa oksidasi enzimatik dari dopamine dapat merusak neuron
nigrotriatal, karena proses ini menghasilkan hidrogren peroksid dan radikal oksi
lainnya. Walaupun ada mekanisme pelindung untuk mencegah kerusakan dari
stress oksidatif, namun pada usia lanjut mungkin mekanisme ini gagal.
 Hipotesis neurotoksin
Diduga satu atau lebih macam zat neurotoksik berpera pada proses
neurodegenerasi pada Parkinson. Pandangan saat ini menekankan pentingnya
ganglia basal dalam menyusun rencana neurofisiologi yang dibutuhkan dalam
melakukan gerakan, dan bagian yang diperankan oleh serebelum ialah
mengevaluasi informasi yang didapat sebagai umpan balik mengenai pelaksanaan
gerakan.
Ganglia basal tugas primernya adalah mengumpulkan program untuk
gerakan, sedangkan serebelum memonitor dan melakukan pembetulan kesalahan
yang terjadi seaktu program gerakan diimplementasikan. Salah satu gambaran dari
gangguan ekstrapiramidal adalah gerakan involunter.
Dasar patologinya mencakup lesi di ganglia basalis (kaudatus, putamen,
palidum, nukleus subtalamus) dan batang otak (substansia nigra, nukleus rubra,
lokus seruleus). Secara sederhana , penyakit atau kelainan sistem motorik dapat
dibagi sebagai berikut :
 Piramidal : kelumpuhan disertai reflek tendon yang meningkat dan
reflek superfisial yang abnormal
 Ekstrapiramidal : didomonasi oleh adanya gerakan-gerakan involunter
 Serebelar : ataksia alaupun sensasi propioseptif normal sering disertai
nistagmus
 Neuromuskuler : kelumpuhan sering disertai atrofi otot dan reflek
tendon yang menurun
 Patofisiologi depresi pada penyakit Parkinson sampai saat ini belum diketahui
pasti. Namun teoritis diduga hal ini berhubungan dengan defisiensi serotonin,
dopamin dan noradrenalin.
Pada penyakit Parkinson terjadi degenerasi sel-sel neuron yang meliputi
berbagai inti subkortikal termasuk di antaranya substansia nigra, area ventral
tegmental, nukleus basalis, hipotalamus, pedunkulus pontin, nukleus raphe dorsal,
locus cereleus, nucleus central pontine dan ganglia otonomik. Beratnya kerusakan
struktur ini bervariasi. Pada otopsi didapatkan kehilangan sel substansia nigra dan
lokus cereleus bervariasi antara 50% - 85%, sedangkan pada nukleus raphe dorsal
berkisar antara 0% - 45%, dan pada nukleus ganglia basalis antara 32 % - 87 %.
Inti-inti subkortikal ini merupakan sumber utama neurotransmiter.
Terlibatnya struktur ini mengakibatkan berkurangnya dopamin di nukleus
kaudatus (berkurang sampai 75%), putamen (berkurang sampai 90%),
hipotalamus (berkurang sampai 90%). Norepinefrin berkurang 43% di lokus
sereleus, 52% di substansia nigra, 68% di hipotalamus posterior. Serotonin
berkurang 40% di nukleus kaudatus dan hipokampus, 40% di lobus frontalis dan
30% di lobus temporalis, serta 50% di ganglia basalis. Selain itu juga terjadi
pengurangan nuropeptid spesifik seperti met-enkephalin, leu-enkephalin,
substansi P dan bombesin.
Perubahan neurotransmiter dan neuropeptid menyebabkan perubahan
neurofisiologik yang berhubungan dengan perubahan suasana perasaan. Sistem
transmiter yang terlibat ini menengahi proses reward, mekanisme motivasi, dan
respons terhadap stres. Sistem dopamin berperan dalam proses reward dan
reinforcement. Febiger mengemukakan hipotesis bahwa abnormalitas sistem
neurotransmiter pada penyakit Parkinson akan mengurangi keefektifan
mekanisme reward dan menyebabkan anhedonia, kehilangan motivasi dan apatis.
Sedang Taylor menekankan pentingnya peranan sistem dopamin forebrain dalam
fungsi-fungsi tingkah laku terhadap pengharapan dan antisipasi.
Sistem ini berperan dalam motivasi dan dorongan untuk berbuat, sehingga
disfungsi ini akan mengakibatkan ketergantungan yang berlebihan terhadap
lingkungan dengan berkurangnya keinginan melakukan aktivitas, menurunnya
perasaan kemampuan untuk mengontrol diri. Berkurangnya perasaan kemampuan
untuk mengontrol diri sendiri dapat bermanifestasi sebagai perasaan tidak berguna
dan kehilangan harga diri.
Ketergantungan terhadap lingkungan dan ketidakmampuan melakukan
aktivitas akan menimbulkan perasaan tidak berdaya dan putus asa. Sistem
serotonergik berperan dalam regulasi suasana perasaan, regulasi bangun tidur,
aktivitas agresi dan seksual. Disfungsi sistem ini akan menyebabkan gangguan
pola tidur, kehilangan nafsu makan, berkurangnya libido, dan menurunnya
kemampuan konsentrasi. Penggabungan disfungsi semua unsur yang tersebut di
atas merupakan gambaran dari sindrom klasik depresi.
Kehilangan neuron batang otak akibat penyakit Parkinson Deplesi
biokimiawi korteks dan ganglia basalis Penurunan reward mediation,
ketergantungan terhadap lingkungan, dan respons terhadap stres yang tidak
adekuat Apatis, rasa tidak berharga, rasa tidak berguna tidak ada harapan, putus
asa.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Pada setiap kunjungan penderita :
 Tekanan darah diukur dalam keadaan berbaring dan berdiri, hal ini untuk
mendeteksi hipotensi ortostatik.
 Menilai respons terhadap stress ringan, misalnya berdiri dengan tangan
diekstensikan, menghitung surut dari angka seratus, bila masih ada tremor dan
rigiditas yang sangat, berarti belum berespon terhadap medikasi.
 Mencatat dan mengikuti kemampuan fungsional, disini penderita disuruh
menulis kalimat sederhana dan menggambarkan lingkaran-lingkaran
konsentris dengan tangan kanan dan kiri diatas kertas, kertas ini disimpan
untuk perbandingan waktu follow up berikutnya.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 EEG (biasanya terjadi perlambatan yang progresif)
 CT Scan kepala (biasanya terjadi atropi kortikal difus, sulki melebar,
hidrosefalua eks vakuo)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TUAN C DENGAN MASALAH
GANGGUAN SISTEM NEUROBEHAVIOUR ; PARKINSON DIRUANG
SAFA RSI SITI KHADIJAH PALEMBANG

KASUS
Seorang laki – laki bernama Tn. C berusia 56 tahun datang dengan
keluhan kepala terasa kepala terasa pusing, ekstremitas atas dan bawah terasa
kaku - kaku, sulit berjalan, mual (-), muntah (-), sulit bicara (+), BAK (-), BAB (-
). Sejak 2 tahun yang lalu mengalami tangan gemetar, sulit berdiri tegak, sulit
menulis, sukar bicara serta tangan kanan gemetar.
A. Pengkajian
1. identitas pasien
Nama: Tn. C
Usia : 56 tahun
Alamat : Jl.cokroaminoto No.21
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama :islam
Suku : jawa
Pendidikan: Diploma 1 Agribisnis
Med reg : 22
Tanggal masuk : 04 Novemeber 2014
2. Identitas penanggung jawab
Nama : Jeremy
Usia : 35 tahun
J.kelamin : laki-laki
Pekerjaan : Guru
Hub dengan klien : Bapak kandung
3. Keluhan Utama
Klien mengeluh kepalanya pusing, kekakuan pada estremitas atas dan
bawah, sulit berjalan, mual, muntah, sulit bicara, tremor pada tangan kanannya.
Sejak 2 tahun yang lalu mengalami tangan gemetar, sulit berdiri tegak, sulit
menulis, sukar bicara.
4. Riwayat penyakit saat ini
Klien mengeluhkan adanya tremor pada tangan dan lengan kananya
kemudian ke bagian yang lain,dan akhirnya bagian kepala,walaupun tremor ini
tetap unilateral.Adanya perubahan pada sensasi wajah, sikap tubuh,dan gaya
berjalan. Adanya keluhan sulit menulis, dan sulit berdiri tegak selain itu klien juga
mengalami kesulitan bicara. Adanya keluhan rigiditas deserebrasi, berkeringat,
kulit berminyak dan sering menderita dermatitis seboroik, sulit menelan,
konstipasi
5. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, anemia,
penggunaan obat-obat antikoagulan, aspirin, vasodilator, dan penggunaan obat-
obat antikolinergik dalam jangka waktu yang lama.4j
6. Riwayat penyakit keluarga
Dalam keluarga klien ada yang memiliki riwayat hipertensi yaitu ayah dari
klien.
7. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Menilai respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya,
jbperubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat,dan respons atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam
masyarakat.
8. Pemeriksaan fisik
1. TTV
TD : 170/100 mmHg
N : 60 x/ menit
RR : 22x/menit
S : 36’5 º C
KU : Baik
Kesadaran : CM
2. Pemeriksaan kepala : normal
Pemeriksaan leher :
meningeal sign (-)
bruzinski I (-)
Toraks : tidak ada kelainan
3. B1 (Breathing)
Inspeksi: Penurunan kemampuan untuk batuk efektif, peningkatan produksi
sputum, sesak napas, dan penggunaan otot bantu napas
Palpasi: Ditemukan taktil premitus seimbang kanan dan kiri
Perkusi: Ditemukan adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru
Auskultasi: Ditemukan bunyi napas tambahan seperti napas
berbunyi,stridor,ronkhi
4. B2 (Blood)
Hipotensi postural
5. B3 (Brain)
Perubahan pada gaya berjalan,tremor secara umum pada seluruh otot,dan kaku
pada seluruh gerakan.
Tingkat kesadaran : Biasanya compos mentis.
6. B4 (Bladder)
Penurunan refleks kandung kemih perifer dihubungkan dengan disfungsi
kognitif dan persepsi klien secara umum.Ketidakmampuan mengomunikasikan
kebutuhan,dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan
kontrol motorik dan postural
7. B5 (Bowel)
Penurunan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan nutrisi
yang kurang karena kelemahan fisik umum dan kesulitan dalam menelan,
konstipasi karena penurunan aktivitas
8. B6 (Bone)
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan,kelelahan
otot,tremor dan kaku pada seluruh gerakan memberikan risiko pada trauma fisik
bila melakukan aktivitas
9. Pemeriksaan fungsi serebri.
Status mental : penurunan status kognitif,penurunan persepsi,dan
penurunan memori baik jangka pendek dan memori jangka panjang
10. Sistem motorik
Inspeksi gaya berjalan,tremor dan kaku pada seluruh gerakan
Tonus otot, ditemukan meningkat
Keseimbangan dan koordinasi,ditemukan mengalami gangguan karena adanya
kelemahan otot,kelelahan,perubahan pada gaya berjalan,tremor dan kaku pada
seluruh gerakan
11. Sistem Sensorik
Mengalami penurunan terhadap sensasi sensorik secara progresif
12. Pemeriksaan saraf kranial
Saraf I
Fungsi penciuman tidak ada kelainan
Saraf II
Penurunan ketajaman penglihatan
Saraf III,IV,dan VI
Sewaktu melakukan konvergensi penglihatan menjadi kabur karena tidak
mampu mempertahankan kontraksi otot-otot bola mata
Saraf V
Adanya keterbatasan otot wajah menyebabkan ekspresi wajah klien
mengalami penurunan,saat bicara wajah .
Saraf VII
Persepsi pengecapan dalam batas normal
Saraf VIII
Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi yang berhubungan dengan proses
senilis dan penurunan aliran darah regional
Saraf IX dan X
Ditemukan kesulitan dalam menelan makanan
Saraf XI
Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius
Saraf XII
Lidah simetris,tidak ditemukan deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi
B. Analisa data

NO Analisa data Etiologi Masalah keperawatan


1 DS : Kehilangan kontrol Gangguan mobilitas
 Klien mengatakan volunter regional fisik .
mengalami ↓
kesulitan berjalan Tremor
dan berdiri tegak ↓
DO: Hemiplagi dan
 TTV : hemiparesis
TD : 170/100 mmHg ↓
N : 60 x/ menit Gangguan mobilitas
RR : 22x/menit fisik
S : 36’5 º C
KU : Baik
 Adanya tremor
 Akinesa (tak ada
gerakan) atau
bradikinesia
(melambatnya
gerakan).
 Kekakuan yang
terjadi pada
ekstremitas atas dan
bawah.

2 DS : Koping individu tidak Kerusakan


 Klien mengatakan efektif komunikasi verbal
bahwa klien ↓
kesulitan dalam Defisit neurologis
berbicara disfungsi
DO : ↓
 Artikulasi bicara Bahasa dan komunikasi
pasien kurang jelas ↓
 Pelo Volume bicara
 Wajah kaku ↓
Kerusakan komunikasi
verbal
3 DS : Serebral dan tik Perubahan Nutrisi
 Klien mengatakan ↓
bahwa dia Perubahan gastro
mengalami ↓
kesulitan menelan Mual dan muntah
DO : ↓
 Konjungtiva pucat Perlambatan proses
 Membrane mukosa makan
pucat ↓
 Kurus Gangguan intake oral
 Leher kemerahan ↓
Perubahan nutrisi
C. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan tremor
2. Resiko tinggi kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan bahasa dan
komunikasi
3. Resiko tinggi perubahan nutrisi berhubungan dengan gangguan intake oral
D. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


keperawatan hasil
1 Resiko tinggi Setelah dilakukan Mandiri : Mandiri :
gangguan tindakan 1. Periksa 1. Mengidentifikasi
mobilitas fisik keperawatan kemampuan kemungkinan
berhubungan selama 1x24 jam dan keadaan kerusakan secara
dengan tremor. klien tidak lagi secara fungsional dan
Ditandai mengalami fungsional mempengaruhi
dengan: kesulitan berjalan pada pilihan intervensi
DS : dan sudah bisa kerusakan yang akan
 Klien berdiri tegak. yang terjadi. dilakukan
mengatakan Dengan kriteria 2. Kaji derajat 2. Pasien mampu
mengalami hasil: immobilisas mandiri (nilai 0),
kesulitan be  Tremor (-) i dengan memerlukan
rjalan dan  Kekakuan menggunak bantuan/ peralatan
berdiri tegak pada an yang minimal
DO: ekstremitas (-) skala keterg (nilai 1),
 TTV : antungan memerlukan
TD : 170/100 (0-4) bantuan sedang/
mmHg tt 3. Letakkan dengan
N : 60 x/ menit pasien pada pengawasan/
RR : 22x/menitt posisi diajarkan (nilai 2),
S : 36’5 º C tertentu memerlukan
KU : Baik untuk bantuan/ peralatan
 Adanya menghindari yang terus-
tremor kerusakan menerus dan alat
 Akinesa (tak karena khusus (nilai 3),
ada gerakan) tekanan. tergantung secara
atau total pada
bradikinesia pemberi asuhan
(melambatny (nilai 4)
a gerakan). 3. Perubahan posisi
 Kekakuan yang teratur
yang terjadi menyebabkan
pada penyebaran
ekstremitas terhadap berat
atas dan badan dan
bawah. meningkatkan
sirkulasi pada
seluruh bagian
tubuh.
2 Resiko tinggi Setelah dilakukan Mandiri: Mandiri :
kerusakan tindakan 1. Ajarkan 1. Dengan
komunikasi keperawatan klien latihan melakukan latihan
verbal selama 1x24 jam wajah dan wajah dengan
berhubungan komunikasi klien menggunak metode nafas
dengan bahasa lancar. an metoda maka akan
dan komunikasi. Dengan kriteria bernafas. mempebaiki kata-
Dengan kriteria hasil: 2. Anjurkan kata,volume dan
hasil:  Artikulasi untuk intonasi bicara
DS : bicara pasien melakukan klien.
 Klien jelas nafas dalam 2. Dengan
mengatakan  Pelo wajah sebelum melakukan terapi
bahwa klien tidak kaku berbicara ini maka
kesulitan untuk gangguan
dalam meningkatk komunikasi klien
berbicara an volume dapat deperbaiki.
DO : suara dan 3. Latihan bicara
 Artikulasi jumlah kata akan
bicara pasien dalam mempercepat
kurang jelas kalimat proses
 Pelo Wajah setiap penyembuhan
kaku bernafas. klien.
3. Latih
berbicara
dalam
kalimat
pendek,
membaca
keras di
depan kaca
atau ke
dalam
perekam
suara (tape
recorder)
untuk
memonitor
kemajuan
3 Resiko tinggi Setelah dilakukan Mandiri : Mandiri :
perubahan tindakan 1. Kaji 1. Faktor ini
nutrisi keperawatan kemampuan menentukan
berhubungan selama 1x24 jam pasien pemilihan
dengan klien sudah bisa untuk terhadap jenis
gangguan intake menelan. mengunyah makanan sehingga
oral. Dengan kriteria dan pasien harus
Ditandai hasil: menelan. terlindung dari
dengan:  Konjungtiva 2. Auskultasi aspirasi
DS : tidak pucat bising usus, 2. Fungsi saluran
 Klien  Membran catat adanya pencernaan
mengatakan mukosa tidak penurunan/ biasanya tetap
bahwa dia pucat hilangnya baik pada kasus
mengalami  Berat badan atau suara cedera kepala,
kesulitan naik yang jadi bising usus
menelan hiperaktif membantu dalam
3. Jaga menentukan
DO : Leher normal kenyamanan respons untuk
 Konjungtiva dalam makan atau
pucat memberikan berkembangnya
makan pada komplikasi,
Membrane pasien, seperti paralitik
mukosa pucat seperti ileus
tinggikan 3. Menurunkan
Kurus kepala risiko regurgitasi
tempat tidur dan/atau
Leher keme selama terjadinya aspirasi
rahan pasien 4. Dengan
makan. memberikan
4. Berikan makanan yang
makanan lunak pasien bisa
yang lunak lebih mudah
dan yang untuk menelan
sesuai dan makanan
dengan yang sesuai
selera dengan selera
pasien pasien bisa
meningkatkan
nafsu makan
pasien
E. Implementasi

No Tgl / jam Implementasi Tgl / Evaluasi


jam
1. 17 1. Memeriksa kemampuan 17 S: S : Klien tidak lagi
Sept 2016/ dan keadaan secara Sept mengalami kesulitan
15.00 fungsional pada 2016/ berjalan dan sudah
kerusakan yang terjadi. 16.00 bisa berdiri tegak.
2. Mengkaji derajat
immobilisasi dengan TuO :Tremor (-)
menggunakan Kekakuan pada
skala ketergantungan (0- ekstremitas (-)
4) A: Masalah teratasi
3. Meletakkan pasien pada P: Implementasi di
posisi tertentu untuk hentikan
menghindari kerusakan
karena tekanan.
2. 17 Sept 1. Mengajarkan klien 17 S : Komunikasi klien
2016/ latihan wajah dan Sept lancar
15.00 menggunakan metoda 2016/ O : artikulasi bicara
bernafas. 16.00 pasien jelas
2. Menganjurkan untuk pelo wajah tidak
melakukan nafas dalam kaku
sebelum berbicara untuk A : Masalah Teratasi
meningkatkan volume P : Implementasi di
suara dan jumlah kata hentikan
dalam kalimat setiap
bernafas.
3. Melatih berbicara dalam
kalimat pendek,
membaca keras di depan
kaca atau ke dalam
perekam suara (tape
recorder) untuk
memonitor kemajuan
3. 17 Sept 1. Mengkaji kemampuan 17 S: Klien mengatakan
2016/ pasien untuk mengunyah Sept sudah bisa menelan
15.00 dan menelan 2016/ O:
2. Melakukan Auskultasi 16.00 - konjungtiva tidak
bising usus, catat adanya pucat
penurunan/ hilangnya - Membran mukosa
atau suara yang tidak pucat
hiperaktif - berat badan naik
3. Menjaga kenyamanan - leher normal
dalam memberikan A : Masalah teratasi
makan pada pasien, P : Implementasi di
seperti tinggikan kepala hentikan
tempat tidur selama
pasien makan.
4. Memberikan makanan
yang lunak dan yang
sesuai dengan selera
pasien

Vous aimerez peut-être aussi