Vous êtes sur la page 1sur 18

LAPORAN KASUS:

SEORANG BAYI PEREMPUAN DENGAN KEJANG TANPA DEMAM

Pembimbing :
dr. R. Setyadi, Sp.A

Disusun oleh :
Resa Aditama
030.12.227

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARDINAH
PERIODE NOVEMBER 2017 – JANUARI 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA
LEMBAR PENGESAHAN

Presentasi laporan kasus dengan judul

“SEORANG BAYI PEREMPUAN DENGAN KEJANG TANPA DEMAM”

Penyusun:

Resa Aditama

030.12.227

Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing, sebagai syarat untuk menyelesaikan
kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak di RSU Kardinah Kota Tegal

periode November 2017 – Januari 2018

Tegal, Desember 2017

dr. R. Setyadi, Sp.A


BAB I

STATUS PASIEN LAPORAN KASUS

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARDINAH KOTA TEGAL

Nama : Resa Aditama Pembimbing : dr. R. Setyadi ,Sp.A


NIM : 030.12.227 Tanda tangan :

I. IDENTITAS PASIEN

DATA PASIEN AYAH IBU


Nama An. D Tn. M Ny. Y
Umur 7 bulan 32 tahun 26 tahun
Jenis Perempuan Laki-laki Perempuan
Kelamin
Alamat Jl. Karanganyar No 10 RT03/RW03 Tegal
Agama Islam Islam Islam
Suku Jawa Jawa Jawa
Bangsa
Pendidikan - SMP SMA
Pekerjaan - Swasta Ibu rumah tangga
Penghasila Rp. ± 2.000.000,-
n
Keterangan Hubungan orangtua dengan anak adalah anak kandung
Asuransi BPJS
No. RM 899577

II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis terhadap Ibu kandung pasien pada
tanggal 16 Desember 2017 pukul 08.00 WIB, di bangsal Puspa Nidra RSU Kardinah
Tegal.
 Keluhan Utama : Kejang 5 hari yang lalu

 Riwayat Penyakit Sekarang


Seorang bayi perempuan datang ke IGD RSU Kardinah dengan keluhan kejang
sebanyak 3x pada pukul 06.00, 10.00 dan pukul 22.00. Tangan dan kaki kaku, mata mendelik
ke atas. Durasi selama kejang adalah ± 1 menit. Ibu pasien mengatakan bahwa sehari sebelum
di bawa ke RSU Kardinah pasien kejang 1x pada pukul 07.00 durasi ± 1 menit. Lidah tidak
tergigit. Demam disangkal. Sebelum kejang pasien sedang tertidur. Setelah kejang pasien
mengantuk. Nyeri kepala disangkal. Batuk dan pilek disangkal. BAB dan BAK dalam batas
normal. Nafsu makan baik. Anak terlihat sangat aktif.

 Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak memiliki riwayat kejang. Penyakit lain seperti asma, penyakit jantung
dan alergi obat-obatan disangkal. Riwayat trauma kepala disangkal.

 Riwayat Penyakit Keluarga


Ibu pasien mengatakan bahwa tidak terdapat riwayat kejang berulang tanpa demam
dalam keluarga. Riwayat darah tinggi, kencing manis, asma dan penyakit jantung dalam
keluarga pun disangkal.
 Riwayat Lingkungan Rumah
Pasien tinggal di rumah nenek pasien. Satu rumah dihuni oleh lima orang yaitu
pasien, ayah, ibu, nenek dan kakek pasien. Rumah berada di kawasan yang padat penduduk
dengan luas 10 meter x 8 meter. Tempat tinggal pasien memiliki 3 kamar tidur, 1 kamar
mandi, dan 1 dapur. Rumah memiliki 5 jendela yang selalu dibuka setiap pagi. Penerangan
dengan listrik. Air berasal dari air PAM. Jarak septic tank kurang lebih 10 meter dari sumber
air. Air limbah rumah tangga disalurkan melalui selokan di depan rumah.

Kesan : Keadaan rumah padat namun ventilasi cukup baik, keadaan lingkungan
rumah cukup baik sanitasi, pencahayan baik.

 Riwayat Sosial Ekonomi


Ayah pasien adalah seorang pedagang ikan dengan penghasilan kurang lebih ±
2.000.000 per bulan dan ibu pasien merupakan ibu rumah tangga. Penghasilan tersebut untuk
menanggung hidup 5 orang yaitu kedua orang tua pasien, kakek, nenek dan pasien sendiri

Kesan : Riwayat sosial ekonomi kurang

 Riwayat Kehamilan dan Prenatal

Ibu pasien berusia 25 tahun saat mengandung pasien. Ibu pasien rutin memeriksakan
kehamilannya secara teratur di puskesmas, posyandu, atau rumah sakit. Ibu pasien
mendapatkan suntikan TT dan sudah melakukan USG. Riwayat darah tinggi, perdarahan,
kencing manis, kejang saat kehamilan, infeksi saat kehamilan, ketuban pecah dini, riwayat
minum obat tanpa resep dokter dan jamu – jamuan selama hamil disangkal. Selama hamil ibu
makan 3x sehari berupa nasi, lauk pauk, sayur dan buah-buahan.

Kesan: riwayat pemeliharaan prenatal cukup baik

 Riwayat Persalinan
o Tempat kelahiran : Rumah Sakit

o Penolong persalinan : Dokter spesialis

o Cara persalinan : Sectio caessaria, atas indikasi jalan lahir sempit

o Masa gestasi : 37 minggu, G1P0A0

o Air ketuban : Ibu lupa

o Plasenta : tidak terdapat lilitan pada saat kelahiran

o Berat badan lahir : 3000 gram

o Panjang badan lahir : 50 cm

o Lingkar kepala : Ibu lupa

o Lingkar dada : Tidak ingat

o Keadaan lahir : Segera menangis

o Nilai APGAR : 8/9

o Kelainan bawaan : tidak ada

o Penyulit/ komplikasi : tidak ada

Kesan: Neonatus aterm, lahir secara Sectio Caessaria, bayi dalam keadaan bugar.

 Riwayat Pemeliharaan Postnatal

Pemeliharaan setelah kehamilan dilakukan di Posyandu dan Rumah Sakit secara


teratur dan anak dalam keadaan sehat.

Kesan: riwayat pemeliharaan postnatal cukup baik.

 Corak Reproduksi Ibu

Ibu P1A0, Pasien merupakan anak pertama berjenis kelamin perempuan.

 Riwayat Keluarga Berencana


Ibu pasien menggunakan KB suntik sejak melahirkan pasien sampai sekarang.

 Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Pertumbuhan :
Berat badan sekarang 6,1 kg , panjang badan 116 cm

Perkembangan

Psikomotor

 Senyum : 4 bulan

 Tengkurap : 6 bulan

Visual

Pasien di usia saat ini belum lancar berbicara. Hanya dapat mengucapkan 1 kata.

Kesan: Riwayat pertumbuhan dan perkembangan tidak terganggu

 Riwayat Makan dan Minum Anak

Ibu memberikan ASI sampai usia 6 bulan. Usia 6 bulan diberikan ASI dan makanan
pendamping ASI seperti bubur formula 3x sehari dan buah papaya.

Kesan: kualitas makanan baik dan kuantitas makanan cukup

 Riwayat Imunisasi

VAKSIN ULANGAN
DASAR (umur)
(umur)
BCG 1 bulan - - - - - -

DTP/ DT - 2 bulan 3 bulan 4 bulan - - -


POLIO 0 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan - - -
Hib - 2 bulan 3 bulan 4 bulan - - -
HEPATITIS B 0 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan - - -

Kesan : Imunisasi dasar pasien lengkap

 Silsilah Keluarga
Keterangan :
 : Perempuan : Laki-laki : Pasien

III. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan dilakukan tanggal 16 Desember 2017 di Bangsal Puspa Nidra RSU


Kardinah pukul 08.20 WIB.

A. Kesan Umum : Tampak sakit sedang , Tidak tampak kejang, Tampak


Aktif
B. Tanda Vital
 Nadi : 135x/menit, reguler, kuat, isi cukup.
 Laju nafas : 38 x/menit, reguler.
 Suhu : 37,0˚C
C. Data Antropometri
 Berat badan : 6,1 kg
 Tinggi badan : 116 cm
 Lingkar kepala : 43 cm
D. Status Generalis
 Kepala : normocefali
 Rambut : rambut warna hitam kecoklatan, tipis, penyebaran
merata, tidak mudah dicabut.
 Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), oedem
palpebra (-/-), mata cekung (-/-), perdarahan (-/-)
 Hidung : bentuk normal, simetris, septum deviasi (-), sekret (-/-),
nafas cuping hidung (-), epistaksis (-/-)

 Telinga: normotia, discharge (-/-)


 Mulut : bibir kering (-), bibir sianosis (-), stomatitis (-) normoglosia
oral hygiene baik, deviasi lidah (-) gusi berdarah (-)

 Tenggorok : faring hiperemis (-), tonsil T1-T1 hiperemis (-)


 Leher : Simetris, pembesaran KGB (-)
 Kulit : sawo matang
 Thorax :
Paru

- Inspeksi : Pergerakan dinding toraks kiri-kanan simetris, retraksi


subcostal (-), sela iga (-)

- Palpasi : tidak ada hemitoraks yang tertinggal, krepitasi (-)


- Perkusi : sonor di kedua lapang paru
- Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung

- Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak.

- Palpasi : Iktus kordis tidak teraba.

- Perkusi : Batas Jantung kanan ICS V garis midklavikularis sinistra, Batas atas
jantung ICS II garis parasternal kiri,

- Auskultasi: Bunyi jantung I, II normal, reguler, murmur (-), gallop (-).

 Abdomen
- Inspeksi : Datar, simetris
- Auskultasi : Bising usus (+)
- Palpasi : Supel, distensi (-), turgor kulit baik, hepar dan lien tidak teraba
membesar.
- Perkusi : Timpani pada seluruh kuadran abdomen.

 Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan,


 Anorektal : tidak dilakukan pemeriksaan,
 Ekstremitas :
Superior Inferior
Akral Dingin -/- -/-
Akral Sianosis -/- -/-
CRT <2” <2”
Oedem -/- -/-
Tonus Otot Normotonus Normotonus
Trofi Otot Normotrofi Normotrofi

 Status Neurologis
Tanda Rangsang Meningeal :
- Kaku kuduk (-)
- Brudzinsky I (-)
- Brudzinsky II (-)
- Kernig (-)

Refleks fisiologis :

- R.Biceps (+)
- R.Triceps (+)
- R. Patella (+)
- R. Achilles (+)

Refleks Patologis:

- Babinsky (-)
- Chaddock (-)
- Hoffman (-)
- Tromner (-)
 Status Gizi

Data Antropometri Pemeriksaan Status Gizi


Anak usia 6 bulan Pertumbuhan persentil anak menurut CDC sebagai berikut:
Berat badan 6,1 kg 1. BB/U= 15/23 x 100% = 65,2 % ( gizi kurang)
Tinggi badan 116 cm 2. TB/U = 116/122 x 100% = 95 % (tinggi badan
menurut umur cukup)
3. BB/TB = 21/24 x 100% = 87,4 % (gizi kurang
menurut berat badan per tinggi badan)
Kesan: Anak perempuan usia 9 tahun, status gizi kurang
IV. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium
 15 Desember 2017 (RSUD Kardinah)

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL


CBC + Diff
Hemoglobin 11.3 g/dL 10.7 – 13.1
Lekosit 9.1 103 /uL 6.0 – 17.5
Hematokrit 32.9 % 31 – 41
Trombosit 368 103 /uL 229 – 553
Eritrosit 4.5 106 /uL 3.6 – 5.2
RDW 13.2 % 11.5 – 14.5
MCV 73.6 (↓) U 74 – 106
MCH 25.3 Pcg 23 – 31
MCHC 34,3 (↑) g /dL 28 – 32
Netrofil 55,6 % 25-60
Limfosit 33,2 % 25-50
Monosit 10,8 (↑) % 1-6
Eosinofil 0 (↓) % 1-5
Basofil 0,2 % 0-1

Kimia Klinik
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL
ELEKTROLIT
Natrium 133 mmol/L 132 – 145
Kalium 3,23 mmol/L 3.1- 5.1
Klorida 102 mmol/L 96 – 111
Glukosa sewaktu 83 (↑) mg/dL 50 – 80

V. Daftar Masalah

1. Observasi kejang tanpa demam ± 1 menit

VI. Diagnosis Banding

- Epilepsi
- Elektrolit imbalance

VII. Diagnosis Kerja

1.Observasi kejang tanpa demam

VIII. Penatalaksanaan

Non Medikamentosa

- Awasi tanda vital


- Diet 3x bubur
- Pemberian edukasi kepada keluarga pasien mengenai penyakit yang diderita

Medika mentosa

- Stesolid 10 mg per rectal →kejang berhenti


- IVFD RL 15 tpm
- Inj Phenitoin 300 mg +NaCl (bila kejang)
- Ikalep syr 2 x ¾ cth
- Sanmol 4 x 11/4 cth

IX . PROGNOSIS

 Quo ad vitam : dubia ad malam


 Quo ad santionam : dubia ad malam
 Quo ad fungsionam : ad malam

X. PEMERIKSAAN ANJURAN

 Pemeriksaan darah rutin

 Elektrolit ulang
 Gula darah sewaktu

 EEG

XI. FOLLOW UP

T 15 Desember 2017 (PN) 16 Desember 2017 (PN)


Tgl
Hari ke-1 perawatan Hari ke-2 perawatan
S Kejang (-), demam (-), mual (-), Kejang (-), demam (-), mual (-),
muntah (-), batuk (-), pilek (-), muntah (-), batuk (+), pilek (-), BAB
BAB dan BAK dbn cair 1x berwarna hijau, ampas (+),
lendir (-), darah (-)
O KU: TSS, cm KU: TSS, cm
HR: 145x/menit, HR: 148x/m,
RR: 45x/m, RR: 48x/m,
o
S: 36,2 C S: 36,1C
St generalis: St generalis :
Kepala : Normocefali, UUB datar Kepala : Normosefali, UUB datar
Mata : CA (-/-), SI (-/-) Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Paru : SN Vesikular, Rh(-/-), Wh(-/-) Paru : SN Vesikular, Rh(-/-), Wh(-/-)
Jantung : S1/S2 regular, M (-), G (-) Jantung : S1/S2 regular, M (-), G (-)
Abdomen: supel,BU(+), NT (-) Abdomen: supel, BU(+), NT (-)
Ekstremitas: oedema (-/-), akral hangat Ekstremitas: oedema (-/-), akral hangat
(+/+), CRT < 2s (+/+), CRT < 2s
Lab : 1/8/17
Hb 11.3, leukosit 9.1, Ht 32.9 , Trombosit
368.000, MCV 73.6↓ MCHC 34.3↑,
Monosit 10.8↑ Eosinofil 0↓ GDS 83 ↑
A Observasi kejang tanpa demam Observasi kejang tanpa demam
Dd Epilepsi, elektrolit imbalance Dd Epilepsi
P - Pemberian O2 nasal - Pemberian O2 (jika perlu
- Infus RL 15 tpm - Terapi lanjut
- Terapi lanjut - Diet 3x lunak
- Diet 3x lunak - Pindah ruang perawatan
- Cek : GDS, elektrolit
biasa
darah rutin
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Kejang

Definisi

Kejang merupakan sebuah perubahan perilaku yang bersifat sementara dan tiba – tiba
yang merupakan hasil dari aktivitas listrik yang abnormal didalam otak. Jika gangguan
aktivitas listrik ini terbatas pada area otak tertentu , maka dapat menimbulkan kejang yang
bersifat parsial, namun jika gangguan aktivitas listrik terjadi di seluruh area otak maka dapat
menimbulkan kejang yang bersifat umum.1

Epidemiologi

Kejang merupakan kelainan neurologi yang paling sering terjadi pada anak, di mana
ditemukan 4 – 10 % anak-anak mengalami setidaknya satu kali kejang pada 16 tahun pertama
kehidupan. Studi yang ada menunjukkan bahwa 150.000 anak mengalami kejang tiap tahun,
di mana terdapat 30.000 anak yang berkembang menjadi penderita epilepsi. 1

2.2 Epilepsi
Definisi

Epilepsi merupakan manifestasi gangguan fungsi otak dengan berbagai etiologi,


dengan gejala tunggal yang khas, yaitu kejang berulang akibat lepasnya muatan listrik neuron
otak secara berlebihan dan paroksimal. Bangkitan epilepsi adalah manifestasi klinis dari
bangkitan serupa (stereotipik) yang berlebihan dan abnormal, berlangsung mendadak dan
sementara, dengan atau tanpa perubahan kesadaran. Disebabkan oleh hiperaktifitas listrik
sekelompok sel saraf di otak dan bukan disebabkan oleh suatu penyakit otak akut. 1

Terdapat dua kategori dari kejang epilepsi yaitu kejang fokal (parsial) dan kejang
umum. Kejang fokal terjadi karena adanya lesi pada satu bagian dari cerebral cortex, di mana
pada kelainan ini dapat disertai kehilangan kesadaran parsial. Sedangkan pada kejang umum,
lesi mencakup area yang luas dari cerebral cortex dan biasanya mengenai kedua hemisfer
cerebri. Kejang mioklonik, tonik, dan klonik termasuk dalam epilepsi umum. 1

Epidemiologi

WHO melaporkan sebanyak sekitar 43 juta orang dengan epilepsi berasal dari 108
negara yang mencakup 85,4% dari populasi dunia. Angka rata-rata orang dengan epilepsi per
1000 populasi adalah 8,93 dari 105 negara. Angka rata-rata orang dengan epilepsi per 1000
populasi bervariasi di seluruh wilayah. Amerika mempunyai angka rata-rata 12,59, 11,29 di
Afrika, 9,4 di Mediterania Timur, 8,23 di Eropa, dan 3,66 di Pasifik Barat. Sementara itu,
Asia Tenggara memiliki angka rata-rata sebanyak 9,97.

Terdapat beberapa studi kejadian epilepsi di negara berkembang, tetapi tidak ada yang
cukup prospektif. Mereka menunjukkan 49,3-190 per 100.000 populasi. Tingkat insidensi
tinggi di negara berkembang yang dianggap sebagai akibat dari infeksi parasit terutama
neurosistiserkosis, HIV, trauma, dan morbiditas perinatal sulit untuk ditafsirkan karena
masalah metodologis, terutama kurangnya penyesuaian usia, yang penting karena epilepsi
memiliki dua bimodal terkait usia. Sedangkan di negara maju, insidensi di kalangan orang tua
meningkat dan menurun di kalangan anak-anak. Hal ini diakibatkan karena meningkatnya
risiko penyakit serebrovaskular. Sebaliknya, perawatan obstetrik yang lebih baik dan
pengendalian infeksi dapat mengurangi angka kejadian pada anak-anak. Tingkat insidensi di
dunia lebih besar pada pria dibandingkan wanita (WHO, 2005)

Klasifikasi

Klasifikasi bangkitan epilepsi menurut International League Against Epilepsi (1981):


 Bangkitan parsial

A. Bangkitan parsial sederhana

1. Motorik

2. Sensorik

3. Otonom

4. Psikis

B. Bangkitan parsial kompleks

1. Bangkitan parsial sederhana diikuti gangguan kesadaran

2. Bangkitan parsial disertai gangguan kesadaran saat awal bangkitan

C. Bangkitan parsial yang menjadi umum sekunder

1. Parsial sederhana menjadi umum tonik-klonik

2. Parsial kompleks menjadi umum tonik-klonik

3. Parsial sederhana menjadi parsial kompleks kemudian menjadi umum tonik-klonik

 Bangkitan umum
a. Absans (lena)
b. Mioklonik
c. Klonik
d. Tonik
e. Tonik-klonik
f. Atonik
 Tak tergolongkan

Diagnosis

Dalam melakukan anamnesis, harus dilakukan secara cermat, rinci, dan menyeluruh
karena

pemeriksa hampir tidak pernah menyaksikan serangan yang dialami penderita.


Anamnesis dapat memunculkan informasi tentang trauma kepala dengan kehilangan
kesadaran, ensefalitis, malformasi vaskuler, meningitis, gangguan metabolik dan obat-obatan
tertentu. Penjelasan dari pasien mengenai segala sesuatu yang terjadi sebelum, selama, dan
sesudah serangan (meliputi gejala dan lamanya serangan) merupakan informasi yang sangat
penting dan merupakan kunci diagnosis2

Anamnesis (auto dan aloanamnesis), meliputi : 2


a. Pola / bentuk serangan

b. Lama serangan

c. Gejala sebelum, selama, dan sesudah serangan

d. Frekuensi serangan

e. Faktor pencetus

f. Ada / tidaknya penyakit lain yang diderita sekarang

g. Usia saat terjadinya serangan pertama

h. Riwayat kehamilan, persalinan, dan perkembangan

i. Riwayat penyakit, penyebab, dan terapi sebelumnya

j. Riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga

2. Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan laboratorium
Hiponatremia , hipoglikemia, hipomagnesia, uremia dan hepatik ensefalopati dapat
mencetuskan timbulnya serangan kejang. Pemeriksaan serum elektrolit bersama dengan
glukose, kalsium, magnesium, “ Blood Urea Nitrogen” , kreatinin dan test fungsi hepar
mungkin dapat memberikan petunjuk yang sangat berguna. Pemeriksaan toksikologi serum
dan urin juga sebaiknya dilakukan bila dicurigai adanya “ drug abuse” (Ahmed,Spencer 2004,
Oguni 2004)2
 Pemeriksaan EEG

Pemeriksaan penunjang yang paling sering dilakukan adalah pemeriksaan elektro-


ensefalografi ( EEG). Pemeriksaan EEG rutin sebaiknya dilakukan perekaman pada
waktu sadar dalam keadaan istirahat, pada waktu tidur, dengan stimulasi fotik dan
hiperventilasi.Pemeriksaan EEG ini adalah pemeriksaan laboratorium yang penting untuk
membantu diagnosis epilepsi dengan beberapa alasan sebagai berikut ( Duncan,
Kirkpatrick, Harsono 2001, Oguni 2004)

1. Pemeriksaan ini merupakan alat diagnostik utama untuk mengevaluasi pasien dengan
serangan kejang yang jelas atau yang meragukan. Hasil pemeriksaan EEG akan
membantu dalam membuat diagnosis, mengklasifikasikan jenis serangan kejang yang
benar dan mengenali sindrom epilepsi.
2. Dikombinasikan dengan hasil pemeriksaan fisik dan neurologi , pola epileptiform pada
EEG ( spikes and sharp waves) sangat mendukung diagnosis epilepsi. Adanya gambaran
EEG yang spesifik seperti “3-Hz spike-wave complexes“ adalah karakteristik kearah
sindrom epilepsi yang spesifik.

3. Lokalisasi dan lateralisasi fokus epileptoge- nik pada rekaman EEG dapat menjelaskan
manifestasi klinis daripada “ aura “ maupun jenis serangan kejang . Pada pasien yang
akan dilakukan operasi, pemeriksaan EEG ini selalu dilakukan dengan cermat

Sebaliknya harus diketahui pula bahwa terdapat beberapa alasan keterbatasan dalam
menilai hasil pemeriksaan EEG ini yaitu:

1. Pada pemeriksaan EEG tunggal pada pertama kali pasien dengan kemungkinan epilepsi
didapat sekitar 29-50 % adanya gelombang epileptiform, apabila dilakukan pemeriksaan
ulang maka persentasinya meningkat menjadi 59-92 %. Sejumlah kecil pasien epilepsi tetap
memperlihatkan hasil EEG yang normal, sehingga dalam hal ini hasil wawancara dan
pemeriksaan klinis adalah penting sekali.

2. Gambaran EEG yang abnormal interiktal bisa saja tidak menunjukan adanya epilepsi sebab
hal demikian dapat terjadi pada sebagian kecil orang-orang normal oleh karena itu hasil
pemeriksaan EEG saja tidak dapat digunakan untuk menetapkan atau meniadakan diagnosis
epilepsi.

3. Suatu fokus epileptogenik yang terlokalisasi pada pemeriksaan EEG mungkin saja dapat
berubah menjadi multifokus atau menyebar secara difus pada pasien epilepsi anak.

4. Pada EEG ada dua jenis kelainan utama yaitu aktivitas yang lambat dan epileptiform, bila
pada pemeriksaan EEG dijumpai baik gambaran epileptiform difus maupun yang fokus
kadang kadang dapat membingungkan untuk menentukan klasifikasi serangan kejang
kedalam serangan kejang parsial atau serangan kejang umum.2
1. Guidelines for seizure Management. 2010

2. Sunaryo U. Diagnosis Epilepsi. Wijaya Kusuma, Volume I, Nomor 1, Januari 2007,


49-56.

Vous aimerez peut-être aussi