Vous êtes sur la page 1sur 49

i

KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS III


“ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN MASALAH
KESEHATAN PRIORITAS PENYAKIT KRONIS
DIABETES MELITUS”

Fasilitator:
Dr. Makhfudli, S.Kep., Ns., M.Ked.Trop

Nama Anggota Kelompok:


1. Adhe Kukuh Sukma Lanang P 131511133001
2. Ayu Septia Malinda 131511133004
3. Gifri Nur Haritsa H 131511133011
4. Cherlys Tin Lutfiandini 131511133016

Kelompok 9/ Kelas A1

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2018
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok makalah Small
Group Discussion (SGD) yang berjudul “Asuhan Keperawatan Keluarga dengan
Masalah Kesehatan Prioritas Penyakit Kronis Diabetes Melitus” dengan baik.
Ucapan terima kasih kami tujukan kepada pihak-pihak yang turut membantu
penyelesaian makalah ini, salah satunya yaitu Dr. Makhfudli, S.Kep., Ns.,
M.Ked.Trop selaku fasilitator yang memberikan bimbingan sehingga kami terarah
dalam penyelesaian tugas ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih
memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penyusun menerima kritik dan
saran yang dapat membangun agar dalam penyusunan makalah selanjutnya
menjadi lebih baik. Penyusun juga berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
kami secara pribadi dan bagi yang membutuhkannya.

Surabaya, 19 Mei 2018

ii
iii

DAFTAR ISI

Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
1.3 Manfaat 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori Keluarga 3
2.2 Tinjauan Teori Penyakit Kronis 14
2.3 Tinjauan Teori Diabetes Melitus 16
2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga dengan DM 22
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Kasus 29
3.2 Pengkajian 30
3.3 Analisa Data 35
3.4 Skoring 36
3.5 Diagnosa Keperawatan Keluarga 37
3.6 Intervensi 37
3.7 Implementasi 41
3.8 Evaluasi 45
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan 47
4.2 Saran 47
DAFTAR PUSTAKA 48
LAMPIRAN…………………………………………………………………49

iii
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hingga saat ini, angka kejadian penyakit tidak menular/ penyakit kronis
masih tinggi. Sepuluh penyakit kronis dengan angka kejadian tertinggi
berdasarkan data dari Riskesdas tahun 2013 meliputi; asma, penyakit paru
obstruksi kronis (PPOK), kanker, Diabates Mellitus, hipertiroid, hipertensi,
jantung koroner, gagal jantung, stroke dan gagal ginjal kronis. Pada umumnya,
insidensi penyakit kronis meningkat seiring pertambahan usia dan menjadi
penyabab sebagian besar kunjungan ke pelayanan kesehatan terutama pada
kelompok usia lanjut. Kebanyakan dari penyakit tersebut berhubungan dengan
gaya hidup dan perilaku serta dengan proses penuaan (Timmreck, 2005).
Di Indonesia, pada tahun 2007 jumlah penderita Diabetes Mellitus 2,1% dan
meningkat menjadi 2,6% pada tahun 2013. Jenis Diabetes Mellitus yang paling
banyak diderita dan prevalensinya terus meningkat adalah DM tipe 2 dengan
kasus terbanyak yaitu 90% dari seluruh kasus DM di dunia (WHO, 2013)
Pada dasarnya salah satu penyebab dari diabetes adalah dari keturunan, selain
itu dari pola hidup dan makanan pada keluarga yang juga mempengaruhi gula
darah yang harusnya dikontrol dengan baik agar keseimbangan nutrisi terpenuhi
khususnya pada gula darah. Diabetes Melitus tidak dapat disembuhkan tetapi
dapat dikontrol dengan mengatur kadar gula darah
Peran perawat keluarga sangat dibutuhkan untuk membantu keluarga agar
memiliki kemandirian dalam mencapai derajat kesehatan yang diinginkan.
Dengan memaksimalkan peran perawat keluarga, dengan memberikan pengarahan
serta edukasi yang dapat dimengerti dan diterapkan secara mandiri dengan
keluarga. Diharapkan kemandirian keluarga juga akan maksimal sehingga bisa
tercapai derajat kesehatan yang diinginkan.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum

1
2

Tujuan umum penulisan makalah ini agar mahasiswa mengetahui


dan dapat melaksanakan asuhan keperawatan pada pada keluarga
dengan penyakit kronis Diabetes Melitus.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui konsep keperawatan keluarga
2. Mengetahui konsep asuhan keperawatan keluarga dengan masalah
kesehatan
3. Mengetahui konsep penyakit kronis DM (Diabetes Mellitus)
4. Mengetahui peran keluarga dengan anggota penderita diabetes
mellitus
5. Mengetahui peran perawat pada keluarga dengan masalah penyakit
kronis diabetes melitus
6. Mengetahui asuhan keperawatan pada keluarga dengan anggota
penderita penyakit kronis diabetes mellitus

1.3 Manfaat
1.3.1 Teoritis
Hasil penulisan makalah ini dapat menjelaskan asuhan
keperawatan keluarga dengan penyakit kronis berdasarkan literatur
yang telah ada sehingga dapat digunakan sebagai bahan belajar
mahasiswa dalam keperawatan komunitas.
1.3.2 Praktis
1. Bagi penulis: penulis dapat mengaplikasikan ilmunya dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga dengan anggota
keluarga yang terkena penyakit kronis
2. Bagi mahasiswa: mahasiswa dapat memahami konsep keperawatan
keluarga dengan penyakit kronis dan mengaplikasikan ilmunya
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga dengan
anggota keluarga yang terkena penyakit kronis
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori Keluarga


Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu
tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling bergantung, yang
dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adaptasi dan kelahiran yang bertujuan
menciptakan serta mempertahankan budaya yang umum. Meningkatkan
perkembangan fisik, mental dan emosional serta sosial individu yang ada
didalamnya, dilihat dari interkasi yang regular dan ditandai dengan adanya
ketergantungan dan hubungan untuk mencapai tujuan umum (Zaidin, 2010).
2.1.1 Definisi Keluarga
Menurut beberapa ahli dalam menguraikan definisi dari keluarga,
diantaranya sebagai berikut:
1. Marilyn M. Friedmen (2010): keluarga adalah kumpulan dua atau
lebih individu yang bergabung karena ikatan tertentu untuk saling
berbagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta
mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga
2. Effendi (2004): Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan
tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan.
3. Sudhiarto (2007): Keluarga merupakan sekumpulan orang yang
dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang
bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan budaya yang
umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan
sosial dari tiap anggota.
Uraian definisi keluarga dari ketiga para ahli tersebut, dapat
disimpulkan karakteristik keluarga yaitu sebagai berikut:
1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah
meraka tetap memperhatikan satu sama lain
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing
mempunyai peran sosial; suami, istri, anak, kakak dan adik
4. Mempunyai tujuan yaitu menciptakan dan mempertahankan
budaya, meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan sosial
anggota.
2.1.2 Keluarga Sebagai Sasaran Keperawatan
Keluarga memiliki batasan-batasan hingga bisa disebut keluarga.
Batasan keluarga tersebut sebagai berikut (Stuart, 2001):
1. Keluarga merupakan unit suatu sistem
2. Keluarga mempertahankan fungsinya secara konsisten terhadap
perlindungan, makanan dan sosialisasi anggotanya
3. Dalam keluarga ada komitmen saling melengkapi antar anggota
keluarga
4. Setiap anggota dapat atau tidak dapat saling berhubungan dan dapat
atau tidak dapat tinggal dalam satu atap
5. Keluarga bisa memiliki anak ataupun tidak
Batasan-batasan tersebut sehingga keluarga dijadikan fokus atau
latar belakang keluarga dijadikan sasaran dalam pelayanan kesehatan
karena alasan antara lain:
1. Keluarga dipandang sebagai sumber daya kritis untuk
menyampaikan pesan-pesan kesehatan
Kasus meningkatnya angka kesakitan akibat demam berdarah
dengue (DBD) membuat pemerintah dangan gencar menggalakkan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dalam skala nasional.
Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat berperan dalam
penyampaian pesan betapa pentingnya PSN agar terhindar dari
wabah DBD
2. Keluarga sebagai unit antar anggota dalam keluarga
Keluarga dipandang sebagai suatu kesatuan dari jumlah
anggota keluarga, berada dalam satu ikatan dan saling
memengaruhi. Jika perawat tidak memahami ketika melakukan
pengkajian terhadap setiap anggota keluarga, maka perawat tersebut
tidak akan mendapatkan dana yang dibutuhkan, mengingat data
anggota keluarga yang satu dengan yang lainnya saling
memengaruhi. Contohnya, jika salah satu anggota keluarga ingin
melanjutkan sekolah di luar negeri dan ia harus meninggalkan
orang-orang yang selama ini dianggap dekat, maka hal tersebut akan
berdampak pada orang yang meninggalkan ataupun orang-orang
yang ditinggalkan (homesick syndrome).
3. Hubungan yang kuat dalam keluarga dengan status kesehatan
anggotanya
Peran keluarga sangat penting dalam tahap-tahap perawatan
kesehatan, mulai dari tahapan peningkatan kesehatan, pencegahan,
pengobatan, sampai dengan rehabilitasi. Contohnya, keluarga yang
peduli akan kesehatannya akan memperhatikan pemberian makanan
dengan gizi seimbang pada anggotanya. Memberikan imunisasi
sebagai upaya pencegahan pada anak-anaknya
4. Keluarga sebagai tempat penemuan kasus dini
Adanya masalah kesehatan pada salah satu anggota keluarga
akan memungkinkan muculnya faktor risiko pada anggota keluarga
yang lainnya. Contohnya, dalam keluarga ditemukan kasus
tuberkolosis paru pada anak sulungnya, maka anggota keluarga
yang lain juga berisiko tinggi terkena penyakit yang sama
5. Individu dipandang dalam konteks keluarga
Seseorang dapat lebih memahami peran dan fungsinya apabila
ia dipandang dalam konteks keluarga. Contohnya, peran seorang
anak yang sedang beranjak dewasa dan akan menikah berubah
menjadi peran suami atau calon ayah bagi keluarganya
6. Keluarga sebagai support sistem bagi anggota keluarga lainya
Dukungan sosial sangat diperlukan oleh setiap individu di
dalam setiap siklus kehidupannya. Dukungan sosial akan semakin
dibutuhkan pada saat seseorang sedang menghadapi masalah atau
sakit, di sinilah peran anggota keluarga diperlukan untuk menjalani
masa-masa sulit dengan cepat.
2.1.3 Struktur Keluarga
1. Ciri-ciri Struktur Keluarga
1) Terorganisasi: Keluarga adalah cerminan sebuah organisasi,
masing-masing anggota keluarga memiliki peran dan fungsinya
masing-masing sehingga tujuan keluarga dapat tercapai.
Organisasi yang baik ditandai dengan adanya hubungan yang
kuat antara anggota sebagai bentuk saling ketergantungan dalam
mencapai tujuan
2) Keterbatasan: Dalam mencapai tujuan, setiap anggota keluarga
memiliki peran dan tanggung jawabnya masing-masing,
sehingga dalam berinteraksi setiap anggota tidak bisa semena-
mena, tetapi mempunyai keterbatasan yang dilandasi oleh
tanggunga jawab masing-masing anggota keluarga
3) Perbedaan dan Kekhususan: Adanya peran yang beragam dalam
keluarga menunjukkan masing-masing anggota keluarga
mempunyai peran dan fungsi yang berbeda dan khas seperti
halnya peran ayah sebagai pencari nafkah utama dan peran ibu
yang merawat anak-anak.
2. Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
Berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota
keluarga merupakan tugas keluarga, dan dapat menurunkan
beban masalah.
2) Struktur kekuatan keluarga
Dalam urusan pengambilan keputusan yang diambil
adalah dengan musyawarah bersama terlebih dahulu, namun
untuk pengambilan keputusan terakhir adalah pemegang
keputusan yang mempunyai hak dalam menentukan masalahdan
kebutuhan dalam mengatasi masalah perkembangan motorik
kasar pada anak.

3) Struktur peran
Peran antar kelurga menggambarkan perilaku
interpersonal yang berhubungan dengan masalah kesehatan
dalam posisi dan situasi tertentu.
4) Nilai dan norma keluarga.
Beban kasus keluarga sangat bergantung pada nilai
kekuasaan dan kebutuhan akan asuhan keperawatan keluarga.
2.1.4 Fungsi Keluarga
Keluarga memiliki beberapa fungsi dalam mencapai tujuan sebuah
keluarga, yaitu:
1. Fungsi Afektif: Perhatian yang diberikan sudah cukup, karena
keluarga menyadari adanya kebutuhan-kebutuhan seperti kebutuhan
terhadap makanan dan kasih sayang, namun untuk memberikan
kesempatan anaknya untuk bermain terlalu dibatasi, sehingga klien
tidak mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan
ketrampilannya.
2. Fungsi Sosialisasi: Tingkat pengetahuan masyarakat rendah,
sehingga dalam proses sosialisasi masyarakat, keluarga tidak
mendapatkan informasi yang tepat tentang masalah perkembangan
anaknya dan penanganannya.
3. Fungsi Reproduksi: Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi
reproduksi keluarga adalah: Berapa jumlah anak yang direncakan
oleh keluarga , bagaimana keluarga merencakan jumlah anggota
keluarga, adakah penggunaan alat kontrasepsi
4. Fungsi Ekonomi: Memenuhi kebutuhan keluarga, sandang, pangan
dan papan
5. Fungsi Perawatan Kesehatan: Keluaraga harus mampu melakukan 5
tugas kesehatan keluarga, yaitu: keluarga mengenal masalah,
mengambil keputusan, merawat anggota keluarga, memodifikasi
lingkungan, dan keluarga menggunakan fasilitas atau pelayanan
kesehatan masyarakat.
2.1.5 Prinsip-prinsip dalam Keperawatan Keluarga
Ada beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam
memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, adalah:
1. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan
kesehatan.
2. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, sehat
merupakan tujuan utama.
3. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam
mencapai peningkatan kesehatan keluarga.
4. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga,
perawat melibatkan peran serta aktif seluruh keluarga dalam
merumuskan masalah dan kebutuhan keluarga dalam mengatasi
masalah kesehatannya
5. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif dan
preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif
6. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga
memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk
kepentingan kesehatan keluarga
7. Sasaran asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah keluarga
secara keseluruhan
8. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan asuhan
keperawatan kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan
masalah dengan menggunakan proses keperawatan
9. Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan
keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan asuhan keperawatan
kesehatan dasar atau perawatan di rumah
10. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko
2.1.6 Interaksi Keluarga dalam Rentang Sehat Sakit
Marilyn M. Friedmen (2010) dengan mengadaptasi Doherti dan
Sussman (2010) upaya-upayanya dalam interaksi keluarga pada rentang
sehat sakit adalah:
1. Upaya keluarga dalam peningkatan (Promkes)
Promkes bisa dimulai dalam keluarga. Contoh: Seorang ayah
yang memberikan contoh dengan tidak merokok, gaya hidup
tersebut akan diikuti oleh anak-anaknya, tetapi jika kondisi
sebaliknya maka yang akan terjadi adalah meningkatnya angka
kesakitan saluran pernafasan pada keluarga tersebut karena
kebiasaan merokok
2. Penafsiran keluarga terhadap gejala-gejala sakit
Saat anggota keluarga mengeluhkan gejala-gejala penurunan
kesehatan yang dialami, mencari tahu penyebabnya, dan ada
tidaknya pengaruh bagi anggota keluarga yang lain. Masyarakat
dengan tingkat ekonomi yang lemah akan berespon lambat
mengingat kemampuan ekonominya
3. Pencarian perawat
Keluarga dituntut untuk mengambil keputusan dengan cepat
kemana akan merawat anggota keluarga yang sakit. Kecepatan
pengambilan keputusan ini ditentukan oleh respon keluarga
terhadap kondisi sakit
4. Perolehan perawatan dan rujukan ke Pelayanan Kesehatan
Dimulai saat kontak pertama anggota keluarga dengan
pelayanan kesehatan atau pengobatan alternatif. Penentuan jenis
pelayanan yang didatangi dipengaruhi oleh pengetahuan keluarga,
pengalaman masa lalu dan seringkali ibu memberikan kontribusi
yang banyak terhadap pengambilan keputusan tersebut
5. Respon akut terhadap penyakit oleh klien dan keluarga
Terjadinya perubahan peran pada anggota keluarga yang sakit.
Contoh: Peran Ibu yang sedang sakit akan digantikan oleh ayah
terutama saat anak-anaknya masih kecil
6. Adaptasi terhadap penyakit dan penyembuhan
Tahapan dimana keluarga memerlukan bantuan dan tenaga
kesehatan dalam menentukan koping keluarga terhadap sakitnya.

2.1.7 Perawatan Kesehatan Keluarga Sebagai Unit Pelayanan


Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan
masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit
atau kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui
perawatan sebagai saran atau penyalur. Sehingga terdapat alasan
Keluarga sebagai Unit Pelayanan, adalah sebagai berikut:
1. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga
yang menyangkut kehidupan masyarakat
2. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,
mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam
kelompoknya
3. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, dan
apabila salah satu angota keluarga mempunyai masalah kesehatan
akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya
4. Merupakan lingkungan yang serasi untuk mengembangkan potensi
tiap individu dalam keluarga
5. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu
(pasien), keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan
dalam memelihara kesehatan para anggotanya
6. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk
berbagai upaya kesehatan masyarakat.
2.1.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Keluarga
1. Faktor Fisik
Ross, Mirowsaky dan Goldstein (1990), memberikan gambaran
bahwa ada hubungan positif antara perkawinan dengan kesehatan
fisik. Contoh: seorang suami sebelum menikah terlihat kurus maka
beberapa bulan kemudian setelah menikah akan terlihat lebih gemuk
2. Faktor Psikis
Perasaan nyaman karena saling memperhatikan, saling memberikan
penguatan atau dukungan. Suami akan merasa tentram dan terarah
setelah beristri begitupun sebaliknya. Berdasarkan riset ternayat
tingkat kecemasan istri lebih tinggi dibandingkan dengan suami
3. Faktor Sosial
Status sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap fungsi
kesehatan sebuah keluarga. Dalam sebuah keluarga ada
kecenderungan semakin tinggi tingkat pendapatan yang diterima
semakin baik taraf kehidupannya
4. Faktor Budaya
1) Keyakinan dan Praktik Kesehatan
Keyakinan keluarga terhadap fungsi kesehatan sangat
dipengaruhi oleh nilai dan keyakinan yang dibawah
sebelumnya. Contoh: Pemahaman pemberian makanan
tambahan pada anak-anak. Orang-orang terdahulu memiliki
keyakinan bahwa anak sudah boleh diberi makan pisang
sebelum umur 4 bulan
2) Nilai-nilai Keluarga
Nilai-nilai yang dimiliki oleh keluarga mempengaruhi kesehatan
keluarga yang bersangkutan. Contoh: Keluarga yang kurang
memperhatikan kesehatan akan merasa bahwa tanpa melakukan
upaya apapun kesehatan keluarganya terjaga, maka keluarga
akan kuat meyakininya
3) Peran dan Pola Komunikasi Keluarga
Dampak budaya terhadap peran, kekuatan dan komunikasi
keluarga berbeda-beda pada tiap keluarga. Jika terjadi
perubahan terhadap budaya dengan semestinya terjadi
pergeseran peran, aturan-aturan, kekuatan dan pola komunikasi
4) Koping Keluarga
Keluarga akan berusaha beradaptasi dengan perubahan budaya.
Koping diartikan sebagai respon positif baik kognitif, afektif,
maupun psikomotor bagi kehidupan keluarga dalam
menyelesaikan masalah yang terjadi pada keluarga.
2.1.9 Tugas Kesehatan Keluarga
Dikaitkan dengan kemampuan keluarga, menurut Salvicion G.
Bailon dan Aracelis Maglaya (1998) keluarga harus melaksanakan 5
tugas keluarga dibidang kesehatan, yaitu:
1. Mengenal Masalah Kesehatan
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh
diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti
dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan
dana kesehatan habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan
dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga.
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara
tidak langsung menjadi perhatian keluarga atau orang tua. Apabila
menyadari adanya perubahan keluarga perlu dicatat kapan
terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan berapa besar
perubahannya. Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal
fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda
dan gejala, faktor penyebab dan yang mempengaruhiya, serta
persepsi keluarga terhadap masalah
2. Membuat Keputusan Tindakan Kesehatan yang Tepat
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepay
mengenai masalah kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat
mengkaji keadaan keluarga tersebut agar dapat memfasilitasi
keluarga dalam membuat keputusan. Berikut ini hal-hal yang harus
dikaji oleh perawat:
1) Apakah keluarga merasa takut akan akibat penyakit
2) Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah
kesehatan.
3) Apakah keluarga dapar menjangkau fasilitas kesehatan yang ada.
4) Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan
5) Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap
tindakan dalam mengatasi masalah
3. Memberikan Perawatan pada Anggota Keluarga yang Sakit
Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarganya
yang sakit, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut:
1) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis,
dan perawatannya)
2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan
3) Keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan
4) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga
yang bertanggung jawab, sumber keuangan atau finansial,
fasilitas fisik, psikososial)
5) Sikap keluarga terhadap yang sakit
4. Memodifikasi Lingkungan atau Menciptakan Suasana Rumah yang
Sehat
Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana
rumah yang sehat, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai
berikut:
1) Sumber-sumber keluarga yang dimiliki
2) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan
3) Pentingnya higiene sanitasi
4) Upaya pencegahan penyakit
5) Sikap atau pandangan keluarga terhadap higiene sanitasi
6) Kekompakan antar-anggota keluarga
5. Merujuk pada Fasilitas Kesehatan Masyarakat
Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan,
keluarga harus mengetahui hal-hal berikut:
1) Keberadaan fasilitas keluarga
2) Keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas
kesehatan
3) Tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas
kesehatan
4) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan
5) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.
Kelima tugas kesehatan keluarga tersebut saling terkait dan perlu
dilakukan oleh keluarga, perawat perlu mengkaji sejauh mana keluarga
mampu melaksanakan tugas terseb ut dengan baik agar dapat
memberikan bantuan atau pembinaan terhadap keluarga untuk
memenuhi tugas kesehatan keluarga tersebut.

2.2 Tinjauan Teori Penyakit Kronis


2.2.1 Pengertian penyakit kronis
Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit
berlangsung lama sampai bertahun-tahun,bertambah berat,menetap,dan
sering kambuh (Purwaningsih dan Karbina, 2009). Penyakit kronis bisa
menyebabkan kematian. Contoh penyakit kronis adalah diabetes
militus, TBC, kanker dan penyakit jantung. Kesimpulan yang didapat
dari pengertian di atas adalah penyakit kronis yang terjadi pada
seseorang dalam waktu lama akan membuat orang tersebut menjadi
tidak mampu melakukan sesuatu seperti biasanya.
2.2.2 Macam-macam penyakit kronis
1. Penyakit jantung iskemik/jantung koroner
Penyakit paling mematikan di dunia mungkin bisa kita
sematkan pada penyakit jantung koroner, sudah tidak terhingga
penderitanya yang meninggal mendadak karena penyakit ini.
2. Penyakit serebrovaskular (Stroke)
Stroke adalah pembunuh yang juga tidak bisa dianggap sebelah
mata, karena semakin modern, ternyata penderitanya terus
meningkat.
3. Kanker
Bisa juga dengan penyakit neoplasma panas, merupakan
kelainan siklus sel yang tumbuh dengan pesat dan tidak terkendali.
Jika pertumbuhan tersebut terus terjadi akan menyerang dan
merusak organ tubuh di sekitar pertumbuhannya tersebut. Kanker
telah menyebabkan kematian sekitar 25% dari kasus kematian di
seluruh dunia. Bahkan setiap tahunnya, ada sekitar 0,5% dari
populasi penduduk bumi yang mengidap penyakit ini.

4. Gagal Ginjal
Gagal ginjal tahap akhir, yang diperlihatkan sebagai gagal
berfungsinya kedua ginjal yang kronis dan tidak dapat pulih
kembali, sehingga memerlukan dialisis ginjal yang teratur atau
transplantasi ginjal.
5. Kelumpuhan
Hilangnya fungsi sedikitnya kedua tangan atau kedua kaki,
atau satu lengan dan satu kaki, secara total dan tetap, dan
berlangsung secara terus menerus paling sedikit selama 6 minggu.
Kondisi ini harus ditegakkan oleh dokter ahli syaraf. Luka akibat
perbuatan yang disengaja oleh diri sendiri dikecualikan dari
penyakit ini.
2.2.3 Dampak penyakit kronis terhadap klien
Dampak yang dapat ditimbulkan dari penyakit kronik terhadap
klien diantaranya (Purwaningsih dan kartina, 2009) adalah:
1. Dampak psikologis
Dampak ini dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, yaitu:
1) Klien menjadi pasif
2) Tergantung
3) Kekanak-kanakan
4) Merasa tidak nyaman
5) Bingung
6) Merasa menderita
2. Dampak somatik
Dampak somatik adalah dampak yang ditimbulkan oleh tubuh
karena keadaan penyakitnya. keluhan somatik sesuai dengan
keadaan penyakitnya.
1) Dampak terhadap gangguan seksual
Merupakan akibat dari perubahan fungsi secara fisik
(kerusakan organ) dan perubahan secara psikologis (persepsi klien
terhadap fungsi seksual).
2) Dampak gangguan aktivitas
Dampak ini akan mempengaruhi hubungan sosial sehingga
hubungan sosial dapat terganggu baik secara total maupun
sebagian.

2.3 Masalah Kesehatan Prioritas Penyakit Kronis dalam Keluarga (Diabetes


Melitus)
Penyakit kronis didefinisikan sebagai gejala penyakit yang dirasakan
dalam jangka waktu lebih dari 6 bulan dan menyebabkan perubahan fungsi
biologis, psikologis dan sosiokultural (Rizaldy, 2010). Salah satu masalah
dari penyakit kronis dan sering terjadi dalam keluarga salah satu contohnya
adalah penyakit kronis diabetes mellitus, karena penyakit ini merupakan salah
satu penyakit keturunan dalam keluarga atau degenerative.
2.3.1 Definisi dan Klasifikasi Diabetes Mellitus
Diabetes militus merupakan suatu penyakit multisistem dengan
ciri hiperglikemia akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya. Kelaianan pada sekresi atau kerja insulin tersebut
menyebabkan abnormalitas dalam metabolisme karbohidrat, lemak
dan protein. Normalnya setelah seseorang makan maka insulin akan
dilepas ke peredaran darah supaya kadar glukosa darah menjadi
normal, namun penderita diabetes keterbatasan insulin yang
menyebabkan glukosa darah tidak dapat diangkut ke hepar untuk
disimpan.
2.3.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus
Klasifikasi yang di tentukan oleh National Diabetes Data Group
of The National Institutes of Health, sebagai berikut:
1. Diabetes Melitus tipe I atau IDDM ( Insulin Dependen Diabetes
Militus) atau tipe Juvenil
DM tipe 1 ditandai dengan kerusakan insulin dan
ketergantungan pada terapi insulin. Pada tipe ini terjadi destruksi
sel beta pankreas dan menjurus ke defisiensi insulin absolute.
2. Diabetes Militus tipe II atau NIDDM (Non Insulin Dependen
Diabetes Militus):
DM tipe 2 ditandai dengan tidak terjadi defisiensi insulin
secara absolute melainkan relative oleh karena gangguan sekresi
insulin bersama resistensi insulin.. DM tipe 2 berhubungan dengan
tingginya kadar insulin yang beredar dalam darah namun tetap
memiliki reseptor insulin dan fungsi post reseptor yang tidak
efektif.
3. Diabetes Militus Gestational
Diabetes Militus Gestational terjadi saat intoleransi glukosa
yang timbul selama kehamilan, dimana meningktanya hormon-
hormone pertumbuhan dan meningkatkan suplai asam amino dan
glukosa pada janin yang mengurangi keefektifitasan insulin.
4. Intoleransi Glukosa berhubungan dengan keadaan atau sindroma
tertentu.
DM tipe ini terjadi karena hiperglikemi yang terjadi karena
penyakit lain. Penyakit pankreas, obat-obatan, dan bahan
kimia.Kelainan reseptor insulin dan sindrom genetic tertentu.
Umumnya obat-obatan tertentu mencetuskan terjadinya hiperglikemia
antara lain: diuretic vurosemid ( lasik), dan ehiazide gukotikoid,
epinefrin, dilantin, dan asam nikotinat.
2.3.3 Penyebab dan Gejala Diabetes Mellitus pada Keluarga
DM dapat disebabkan oleh banyak faktor, yaitu
1. Faktor keturunan
Faktor keturunan dapat menjadi penyebab yang mengambil
penaran paling penting dalam terjadinya DM karena pola familiar
yang kuat ( keturunan ) mengakibatkan terjadinya kerusakan sel-sel
beta pankreas yang memproduksi insulin. Sehingga terjadi kelainan
dalam sekresi insulin maupun kerja insulin. Jika terjadi kekurangan
insulin akibat kerusakan fungsi sel pankreas akan menyebabkan
gangguan pada metabolisme karbohidrat asam amino, kalium dan
fosfat.

2. Fungsi sel pankreas dan sekresi insulin yang berkurang


Fungsi sel pankreas bisa rusak karena sel-sel beta pankreas
dihancurkan oleh sel beta autoimmune. Sekresi insulin berkurang
diakibatkan kareana proses radang/infeksi pada kasus pancreatitis
yang mengakibatkan hambatan sekresi insulin.
3. Kegemukan atau obesitas
Kegemukan atau obesitas dapat sebagai pencetus terjadinya
DM karena insiden DM menurun pada populisasi dengan suplai
yang rendah dan meningkat pada mereka yang mengalami
perubahan makanan secara berlebihan.Obesitas merupan faktor
resiko tinggi DM karena jumlah jumlah reseptor insulin menurun
pada obesitas mengakibatkan intoleransi glukosa dan
hiperglikemia.
4. Perubahan karena usia lanjut
Perubahan karena usia lanjut berhubungan dengan resistensi
insulin dapat mendukung terjadinya DM karena toleransi glukosa
secara berangsur-angsur menurun bersamaan dengan berjalannya
usia seseorang mengakibatkan kadar glukosa darah yang lebih
tinggi dan lebih lamanya keadaan hiperglikemia pada usia lanjut.
Hal ini berkaitan dengan berkurangnya pelepasan insulin dari sel-
sel beta, lambatnya pelepasan insulin dan penurunan sensitifitas
perifer terhadap insulin.
2.3.4 Patofisiologi Diabetes Militus
Pankreas adalah kelenjar penghasil insulin yang terletak di
belakang lambung. Didalamnya terdapat kumpulan sel yang berbentuk
seperti pulau pada peta, karena itu disebut pulau-pulau Langerhans
yang berisi sel beta yang mengeluarkan hormone insulin yang sangat
berperan dalam mengatur kadar glukosa darah.Insulin yang
dikeluarkan oleh sel beta tadi dapat diibaratkan sebagai anak kunci
yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk
kemudian di dalam sel glukosa tersebut dimetabolisasikan menjadi
tenaga. Diabetes melitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh
adanya kekurangan insulin secara relatif maupun absolut. Bila insulin
tidak ada, maka glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel
dengan akibat kadar glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam
sel dengan akibat kadar glukosa dalam darah meningkat.
2.3.5 Manifestasi Klinis
1. Poliuri (banyak buang air kecil), frekuensi buang air kecil
meningkat termasuk pada malam hari.
2. Polidipsi (banyak minum), rasa haus meningkat.
3. Polipagi (banyak makan), rasa lapar meningkat.
4. Gejala lain yang dirasakan penderita.
5. Kelemahan atau rasa lemah sepanjang hari.
6. Keletihan.
7. Penglihatan atau pandangan kabur.
8. Pada keadaan ketoasidosis akan menyebabkan mual dan muntah.
9. Kehilangan berat badan.
10. Luka, goresan lama sembuh.
11. Kaki kesemutan, mati rasa.
2.3.6 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
1) Terapi Insulin
Banyak orang yang mengalami diabetes mellitus akibat
obesitas/tidak mampu menurunkan berat badannya. Beberapa
menerapkan pola diet ketat tapi kadar glukosa dalam darah
masih tinggi. Oleh karena itu suntikan insulin masih tetap
diperlukan. Kepatuhan dalam peyuntikan insulin harus juga
diperhatikan. Tenaga kesehatan harus memberi pendidikan
kesehatan supaya klien dapat melakukan penyuntikan mandiri
ketika di rumah. Selain itu peran keluarga juga sangat penting
untuk saling mengingatkan pola makan dan waktu penyuntikan
yang harus dilakukan.

2) Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi biasanya diberikan sebagai pengendali
kadar glukosa darah selain suntikan insulin. Obat yang
umumnya diresepkan oleh dokter yaitu metformin dan
resiglitazone. Metformin merupakan obat yang digunakan oleh
penderita diabetes tipe 2. Sedangkan resiglitazone digunakan
untuk meningkatkan produksi insulin. Kedua obat tersebut
juga dapat dikonsumsi oleh masyarakat umum untuk
mencegah terjadinya diabetes dini.
2. Penatalaksanaan keperawatan
a) Diet
Diet sangat diperlukan untuk klien dengan diabetes
mellitus. Diet dapat dilakukan dengan mengonsumsi cukup
glukosa. Konsultasi dengan ahli gizi dan dokter untuk
kadarnya. Selain itu klien juga daoat mengonsumsi bahan-
bahan alami seperti sayuran dan buah. Tidak lupa juga untuk
mengonsumsi banyak air putih supaya terhindar dari dehidrasi.
Apabila diet diterapkan dengan benar dan teratur dapat
mempunyai efek terapi seperti menurunkan kadar glukosa
darah, menurnkan kadar kolesterol, menjaga dari komplikasi
ginjal dan hepar.
b) Olahraga
Olahraga merupakan salah satu terapi terbaik untuk klien
dengan diabetes. Olahraga diabetes dapat dilakukan dengan
senam pernapasan dan senam kaki diabetes.
2.3.7 Komplikasi
Komplikasi DM terbagi menjai 2 yaitu komplikasi akut dan
komplikasi kronik yaitu:
1. Komplikasi akut, berhubungan dengan keseimbangan kadar
glukosa darah dalam jangka pendek, ketiga komplikasi tersebut
yaitu:
1) Diabetik Ketosedosis (DKA)
Ketoasidosis Diabetik merupakan defesiensi insulin berat
dan akut dari suatu perjalanan penyakit DM. Diabetik
Ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau
cukupnya jumlah insulin yang nyata.
2) Koma Hiperosmolar Nonketotik (KHHN)
Koma hipermosolar Nonketonik merupakan keadaan
yang didominasi oleh Hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan
disertai perubahan tingkat kesadaran.
3) Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi kalau kadar gula dalam darah turun
dibawah 50-60 mg/dl keadaan ini dapat terjadi akibat
pemberian priparat insulin atau preparat oral berlebihan,
konsumsi makanan terlalu sedikit
2. Komplikasi kronik, berhubungan dengan efek samping diabetes
militus dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Komplikasi mikrovakuler
(1) Penyakit Ginjal
Salah satu akibat utama dari perubahan- perubahan
mikrovaskuler adalah perubahan pada strutural dan fungsi
ginjal. Bila kadar glukosa dalam darah meningkat, maka
sikulasi darah ke ginjal menjadi menurun sehingga pada
akhirnya bisa terjadi nefropati.
(2) Penyakit Mata
Penderita DM akan mengalami gejala penglihatan
sampai kebutaan keluhan penglihatan kabur tidak selalu
disebabkan retinopati. Katarak juga dapat disebabkan
karena hiperglikemia yang berkepanjangan menyebabkan
pembengkakan lensa dan kerusakan lensa.
(3) Neuropati Diabetes
Neuropati diabetes dapat mempengaruhi saraf-saraf
perifer, sistem saraf otonom medula spinalis atau sistem
saraf pusat. Akumulasi sorbitol dan perubahan-perubahan
mebolik lain dalam sintesa fungsi myelin yang dikaitkan
dengan hiperglikemia dapat menimbulkan perubahan
kondisi saraf.
2) Komplikasi Makrovaskuler
(1) Penyakit jantung koroner
Akibat diabetes maka aliran darah akan melambat
sehingga terjadi penurunan kerja jantung untuk
memompakan darahnya keseluruh ubuh sehingga tekanan
darah akan naik. Lemak yang menumpuk dalam pembuluh
darah menyebabkan mengerasnya arteri (arteriosclerosis)
dengan resiko penyakit jantung koroner atau stroke.
(2) Pembuluh Darah Kaki Timbul
Hal itu dapat terjadi karena adanya anesthesia fungsi
saraf –saraf sensorik keadaan ini berperan dalam
terjadinya trauma minor dan tidak terdeteksinya infeksi
yang menyebabkan ganggren. Infeksi dimulai dari celah-
celah kulit yang mengalami hipertropi, pada sel-sel kuku
kaki yang menebal dan kalus demikian juga pada daerah-
daerah yang terkena trauma.

2.4 Konsep Proses Asuhan Keperawatan Keluarga


2.4.1. Pengkajian
1. Identifikasi Data keluarga
Identitas kepala keluarga yang meliputi : Nama, umur, agama,
suku, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor telepon, yankes
terdekat, dan status sosial.
2. Identifikasi anggota keluarga
Identifikasi nama anggota keluarga yang tercantum di dalam
kartu keluarga, meliputi nama, hubungan dengan kepala keluarga,
umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, status gizi, TTV dan
status imunisasi dasar.

3. Tahapan dan riwayat perkembangan keluarga


Menguraikan tentang tahap perkembangan keluarga saat ini.
4. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi, sebelum memberikan edukasi kepada klien
menegenai penyakit diabetes sebagai perawat kita melakukan
pendekatan terlebih dahulu.
2) Struktur peran dan norma keluarga, mengkaji apakah anggota
keluarga menerima kondisi keluarga yang terkena diabetes
militus dan konsisten terhadap peran yang dilakukan.
3) Pengambil keputusan dalam keluarga: pengambilan keputusan
apakah dari klien yang terkena diabetes atau dari anggota
keluarga yang lain
5. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif, keluarga yang tidak menghargai anggota
keluarganya yang menderita diabetes melitus, maka akan
menimbulkan stressor tersendiri bagi penderita. Hal ini akan
menimbulkan suatu keadaan yang dapat menambah buruknya
diabetes melitus karena kurangnya partisipasi keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang sakit
2) Fungsi sosialisasi, keluarga memberikan kebebasan bagi
anggota yang menderita diabetes dalam bersosialisasi dengan
lingkungan sekitar. Bila keluarga tidak memberikan kebebasan
pada anggotanya, maka akan mengakibatkan anggota keluarga
menjadi menyendiri. Keadaan ini mengancam status emosi
menjadi labil dan mudah stress yang dapat meningkatkan
kadar gula darah.
3) Fungsi ekonomi, penghasilan yang tidak seimbang juga b
erpengaruh terhadap keluarga dalam melakukan pengobatan
dan perawatan pada angota keluarga yang sakit salah satunya
disebabkan karena diabetes melitus.
4) Fungsi reproduksi
5) Fungsi perawatan kesehatab
6. Pola koping keluarga
Bila ada stressor yang muncul dalam keluarga karena diabetes
militus merupakan penyakit yang berkelanjutan, sedangkan koping
keluarga tidak efektif, maka menjadi stress anggota keluarga yang
berkepanjangan.
7. Data penunjang keluarga
1) Karakteristik rumah. Cara memodifikasikan lingkungan fisik
yang baik seperti lantai rumah dan penerangan yang baik dapat
mengurangai faktor penyebab terjadinya cedera pada penderita
diabetes militus.
2) Karakteristik Lingkungan. Ketenangan lingkungan sangat
mempengaruhi derajat kesehatan tidak terkecuali pada diabetes
mellitus.
3) Perilaku Hidup bersih karena pada penderita diabetes militus
yang sudah ada luka bisa meningkatkan resiko infeksi jika
lingkungannya kotor.

8. Kemampuan keluaga melakukan tugas pemeliharaan kesehatan


anggota keluarga. Keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga,
membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat, memberikan
perawatan pada anggota keluarga, memodifikasi lingkungan atau
menciptakan suasana rumah yang sehat, dan mengetahui cara
merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan terutama klien
yang terkena diabetes militus.
9. Pengkajian fisik
Pengkajian fisik pada klien diabetes militus:
1) Penglihatan biasanya kabur
2) Ekstremitas jika ada luka akan memerah dan menjadi warna
kehitaman jika sudah kering
3) Sistem perkemihan terjadi poliuri, retensio urine, inkontinensia
urine, rasa panas atau sakit saat berkemih
4) Sistem kardiovaskular nadi lemah
5) System muskuloskeletal adanya gangrene di ekstremitas
10. Genogram, penyakit diabetes militus bisa disebabkan karena
keturunan, jadi perlu adanya identifikasi apakah dari keluarga
tersebut ada yang pernah mengalami diabetes militus.
2.4.2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada keluarga dengan
diabetes mellitus yaitu (NANDA, 2015):

1. Ketidakefektifan Managemen Kesehatan Keluarga


2. Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan
3. Defisiensi pengetahuan
2.4.3. Prioritas Diagnosa Keperawatan.

Proses scoring menggunakan skala:

No Kreteria Nilai Bobot Scoring Pembenaran


1. Sifat Masalah
1. Aktual 3
1
2. Resiko Tinggi 2
3. Potensial 1
2. Kemungkinan Masalah
untuk diubah
1. Tinggi 2 2
2. Sedang 1
3. Rendah 0
3. Potensial untuk dicegah
1. Mudah 3
1
2. Cukup 2

3. Tidak Dapat 1
4. Menonjolnya masalah
1. Masalah dirasakan, 2
dan perlu
1
penanganan segera 1
2. Masalah dirasakan,
tidak perlu 0
ditangani segera
3. Masalah tidak
dirasakan
TOTAL

2.4.4. Perencanaan Keperawatan Keluarga


Perencanaan keperawatan yang tepat untuk keluarga dengan
Diabetes Militus adalah mengajari bagaimana senam kaki pada DM
dan memandirikan keluarga agar bisa melalukannya secara teratur.
Tujuan dari dilakukan senam kaki adalah tujuan yang diperoleh adalah
memperbaiki sirkulasi darah pada kaki pasien diabetes sehingga
nutrisi lancar kejaringan tersebut, dapat memperkuat otot-otot kecil,
mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki, meningkatkan kekuatan
otot betis dan paha.
2.4.5. Evaluasi Keperawatan Keluarga
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil,
implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk
melihat keberhasilan, bila intervensi tidak berhasil perlu adanya
evaluasi apakah intervensi tersebut tetap dilanjutkan atau menyusun
rencana keperawatan yang baru untuk penatalaksanaan pada penyakit
diabetes militus.
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

3.1 Kasus

Hasil pengkajian didapatkan data umum Tn. A (56 tahun) sebagai kepala
keluarga dengan pendidikan terakhir tamat Sekolah Menengah Atas (SMA). Tn. A
bertempat tinggal di Mulyorejo, Surabaya dan bekerja sebagai pegawai swasta di
salah satu perusahaan minuman softdrink dengan pendapatan 4 juta rupiah
perbulan, istri Tn.A tidak bekerja. Tn.A merupakan anak tunggal. Tn. A tinggal di
rumah dengan istrinya Ny.A, kedua anaknya, dan ibunya. Anak pertama Tn.A
berjenis kelamin laki-laki berusia 23 tahun dan anak kedua berjenis kelamin
perempuan berusia 19 tahun. Ayah Tn.A meninggal 2 tahun yang lalu dengan
riwayat penyakit diabetes mellitus. Keluarga Tn.A bersuku jawa, dikeseharian
keluarga Tn.A menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia untuk berkomunikasi.
Untuk memenuhi kebutuhan akan rekreasi dan hiburan biasanya keluarga Tn.A
berkumpul di hari minggu untuk pergi jalan-jalan ke pusat perbelanjaan.
Tidak ada masalah pada tahapan perkembangan keluarga. Permasalahan
terletak pada kesehatan anggota keluarga. Tn.A memiliki riwayat diabetes mellitus
dan hipertensi sejak tahun 2015. Tn.A pernah dirawat di rumah sakit pada tahun
2016 dengan penyakit yang sama. Saat ini Tn.A sedang menjalani rawat jalan di
klinik A yang berjarak ± 1 KM dari rumahnya. Tn.A sering lupa meminum
obatnya karena sibuk bekerja. Pemeriksaan terakhir Tn.A didapatkan GDP 200
gr/dl dengan adannya luka pada telapak kaki kanan sebesar 3 cm. Keluarga kurang
memiliki pengetahuan untuk merawat luka.
30

3.2 PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA

Nama Puskesmas Puskesmas Mulyorejo No. Register 12.340.00XX


Nama Perawat Kelompok Perawat Tanggal 24 Mei 2018
Komunitas Pengkajian
1. Data keluarga
Nama Kepala Tn. A Bahasa sehari-hari Bahasa Jawa dan
Keluarga Indonesia
Alamat Rumah & Mulyorejo, Yankes terdekat, Puskesmas
Telp Surabaya
Pekerjaan Pegawai Alat transportasi Angkutan Umum
Swasta
Agama & Suku Islam Status Kelas Sosial Menengah
2. DATA ANGGOTA KELUARGA
No Nama Hub Um J Suku Pendid Pekerja Status TTV Status
dgn ur K ikan an Saat Gizi (TB, (TD, N, S, P) Imuni
KK Terakh Ini BB, BMI) sasi
ir Dasar
1. Tn.A KK 56 L Jawa SMA Pegawai TB:170cm TD:169/90mmH -
th Swasta BB:88 kg, g,N:85x/mnt,
S:36,8oC,
P: 21x/menit
2. Ny. A Istri 52 P Jawa SMA Tidak TB:160cm TD:120/70mmH -
th Bekerja ,BB:55 kg, g,N:80x/mnt,
S:36,6oC,
P: 19x/menit
3. Tn. D Anak 23 L Jawa SMA Mahasis TB:170cm TD:120/70mmH -
th wa ,BB:60 kg, g,N:80x/mnt,
S:36,6oC,
P: 19x/menit
4. Nn. U Anak 17 P Jawa SMA Pelajar TB:160cm TD:120/70mmH -
th ,BB:49 kg g,N:70x/mnt,
S:36,6oC,
P: 19x/menit
5. Ny. P Ibu 70 P Jawa SD Tidak TB:160cm TD:160/80mmH -
th bekerja ,BB:50 kg g,N:80x/mnt,
31

S:36,6oC,
P: 19x/menit

LANJUTAN
Alat Riwayat
Status Kesehatan
No Nama Bantu/ Penyakit/
Saat ini
Protesa Alergi
1 Tn. A - (24/05/2018) GDP: 200 g/dl; HT dan DM
kolesterol: 203 g/dl; As. Urat: 4,7 g/dl

Analisis Masalah Kesehatan INDIVIDU: Tn.A punya riwayat hipertensi


dan sekarang mengalami luka sebesar 3 cm pada kakinya yang disebabkan
DM nya.
3. Tahapan dan riwayat perkembangan keluarga
Tahap Perkembangan Klg Saat Ini : Keluarga dengan Anak Laki-lakinya Usia
Dewasa √

Tugas Perkembangan Keluarga : Dapat dijalankan Tdk Dpt


Dijalankan
Bila Tdk dijalankan, sebutkan :-
STRUKTUR KELUARGA
Pola Komunikasi: √
Baik
Disfungsional
Peran Dalam Keluarga: √ Tdk Ada Masalah Ada
Masalah
Nilai/Norma KLg: √ Tdk ada konflik nilai Ada
Konflik
Pengambilan keputusan dalam keluarga: Ibu
4. Fungsi keluarga
Fungsi Afektif : √ Berfungsi Tdk Berfungsi
Fungsi Sosial : √ Berfungsi Tdk Berfungsi
Fungsi Ekonomi : Baik √ Kurang Baik

5. Pola koping keluarga


Mekanisme koping: Efektif √ Tidak Efektif
Stressor yg dihadapi keluarga : Keluarga tidak tahu bagaimana cara
merawat luka
32

DATA PENUNJANG KELUARGA


Rumah dan Sanitasi Lingkungan PHBS Di Rumah Tangga
 Kondisi Rumah  Jika ada Bunifas, Persalinan ditolong oleh
Type rumah : permanen/semi permanen* tenaga kesehatan:
Lantai : Ya/ Tidak* Keluarga Tn.A sadar untuk
tanah/plester/keramik,lainnya…. sering memanfaatkan pelayanan
Kepemilikan rumah: sendiri / sewa* kesehatan.
 Jika ada bayi, Memberi ASI ekslusif: Ya/
 Ventilasi: Tidak* Keluarga Tn. A sadar
Baik (10-15% dari luas lantai): ya/tidak* untuk sering memanfaatkan
Jendela setiap hari dibuka: ya/tidak* pelayanan kesehatan.
 Jika ada balita, Menimbang balita tiap
 Pencahayaan Rumah: bln:
Baik/ Tidak* Ya/ Tidak* Keluarga Tn.A sadar untuk
sering memanfaatkan pelayanan
 Saluran Buang Limbah: kesehatan.
Tertutup/terbuka*  Menggunakan air bersih untuk makan &
minum:
 Air Bersih: Ya/ Tidak* Keluarga Tn.A
Sumber air bersih: sumur/PAM/sungai/lain- menggunakan air galon untuk
lain*, kebutuhan air minum dan untuk
Kualitas air: Bening memasak menggunakan air
PDAM.
 Jamban Memenuhi Syarat:  Menggunakan air bersih untuk kebersihan
Kepemilikan jamban: ya/tidak* diri:
Jenis jamban: leher angsa/cemplung* Ya/ Tidak* Keluarga Tn.P
Jarak septic tank dengan sumber air: menggunakan air PDAM untuk
Jaraknya jauh dan lokasinya berada di kebersihan diri.
belakang rumah dan tertutup.  Mencuci tangan dengan air bersih &
sabun:
 Tempat Sampah: Ya/ Tidak* Kadang-kadang apabila
Kepemilikan tempat sampah;Ya/Tidak* dirasa kotor sekali
Jenis: Tertutup/Terbuka*  Melakukan pembuangan sampah pada
tempatnya:
 Rasio Luas Bangunan Rumah dengan Ya/ Tidak* Keluarga Tn.A membuang
Jumlah sampah di tempat sampah
2
Anggota Keluarga (8m /orang) Ya/Tidak * umum yang berada didepan
rumah.
 Menjaga lingkungan rumah tampak bersih
Ya/Tidak
Tn.A mengaku kalau rumahnya sering
dibersihkan oleh isrinya (observasi dan
33

validasi)
 Mengkonsumsi lauk dan pauk tiap hari:
Ya/ Tidak* Keluarga Tn.A
mengkonsumsi lauk dan pauk
setiap hari.
 Menggunakan jamban sehat:
Ya/ Tidak*
 Memberantas jentik di rumah sekali
seminggu:
Ya/ Tidak* (menguras, mengubur,
menutup)
Kadang-kadang keluarga Tn.A
membersihkan bak air diwaktu libur
mereka.
 Makan buah dan sayur setiap hari: Ya/
Tidak* Tidak setiap hari makan buah,
dan sayur
 Melakukan aktivitas fisik setiap hari: Ya/
Tidak*
 Tidak merokok di dalam rumah: Ya/
Tidak* Tn.
Penggunaan alkohol dan zat adiktif:
ya/tidak

Kemampuan keluarga melakukan tugas pemeliharaan kesehatan anggota


keluarga
1) Adakah perhatian keluarga kepada anggotanya yang menderita sakit: Ada  √ Tidak
karena
Sdr.S sering memperhatikan kesehatan Ayahnya Tn. A namun keluarga tidak
mengetahui cara rawat luka.
2) Apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan yang dialami anggota dalam
keluarganya: √ Ya
 Tidak, Ny. A tahu kalau Tn.A mengalami hipertensi dan DM sejak lama

3) Apakah keluarga mengetahui penyebab masalah kesehatan yang dialami anggota


dalam keluarganya:
 Ya √Tidak

4) Apakah keluarga mengetahui tanda dan gejala masalah kesehatan yang dialami anggota
dalam keluarganya:
 Ya √ Tidak

5) Apakah keluarga mengetahui akibat masalah kesehatan yang dialami anggota dalam
34

keluarganya bila tidak diobati/dirawat:


 Ya √ Tidak

6) Pada siapa keluarga biasa menggali informasi tentang masalah kesehatan yang dialami
anggota keluarganya:
 Keluarga  Tetangga
 Kader √ Tenaga kesehatan, yaitu perawat dan tenaga kesehatan lain di
puskesmas, atau terkadang klinik terdekat

2) Keyakinan keluarga tentang masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya:


 Tidak perlu ditangani karena akan sembuh sendiri biasanya
√Perlu berobat ke fasilitas yankes
 Tidak terpikir

3) Apakah keluarga melakukan upaya peningkatan kesehatan yang dialami anggota


keluarganya secara aktif: (bagaimana bentuk tindakan upaya peningkatan kesehatan),
√ Ya  Tidak, Ny. A membawa Tn.P periksa
4) Apakah keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan yang dialami
yang dialami anggota keluarganya:
√ Ya  Tidak, Keluarga mengetahui kebutuhan kesehatan Tn.A dibuktikan
dengan Ny.A rutin mengajak Tn. A untuk kontrol ke pelayanan kesehatan

5) Apakah keluarga dapat melakukan cara merawat anggota keluarga dengan masalah
kesehatan yang dialaminya: √ Ya  Tidak,

6) Apakah keluarga dapat melakukan pencegahan masalah kesehatan yang dialami


anggota keluarganya:
 Ya √ Tidak

7) Apakah keluarga mampu memelihara atau memodifikasi lingkungan yang mendukung


kesehatan anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan:
√ Ya  Tidak,

8) Apakah keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber di masyarakat untuk


mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya:
√ Ya  Tidak,

KEMANDIRIAN KELUARGA
Kriteria:
1. Menerima petugas puskesmas Kemandirian I: Jika memenuhi kriteria 1&2
2. Menerima yankes sesuai rencana Kemandirian II: Jika memenuhi kriteria 1s.d5
3. Menyatakan masalah kesehatan
Kemandirian III: Jika memenuhi kriteria 1s.d6
secara benar
4. Memanfaatkan faskes sesuai Kemandirian IV: Jika memenuhi kriteria 1s.d7
anjuran
35

5. Melaksanakan perawatan
sederhana sesuai anjuran
6. Melaksanakan tindakan pencegahan
secara aktif
7. Melaksanakan tindakan promotif
secara aktif
Kategori:
Kemandirian I √ Kemandirian II
Kemandirian IV
Kemandirian III

GENOGRAM
(Terlampir)

3.3 Analisa Data Asuhan Keperawatan Keluarga


Nama Mahasiswa : Perawat Komunitas Kel.9
Tanggal Analisa : 1 Mei 2018

No Data Diagnosa Keperawatan


1. DO: Ketidakefektifan Managemen
Tn.A tidak teratur meminum obat
Kesehatan Keluarga
GDP: 200 g/dl
[Domain 1. Promosi Kesehatan;
DS:
Tn.A mengatakan tidak sempat Kelas.2 Manajemen Kesehatan;
minum obat karena kesibukan bekerja Kode 00080]
2. DO: Kesiapan peningkatan
Tn. A membersihkan luka secara
manajemen kesehatan
teratur ke klinik A [Domain 1. Promosi Kesehatan;
DS:
Kelas 2. Manajemen Kesehatan;
Ny. A mengatakan ingin belajar cara
Kode 00162]
perawatan luka diabetes Tn. A agar
tidak perlu ke klinik untuk
membersihkan luka

3.4 Scoring/ Prioritas


Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Managemen Kesehatan Keluarga
No Kriteria Nilai Bobot Scoring Pembenaran
1. Sifat Masalah
1. Aktual 3 3/3 X 1
36

2. Resiko Tinggi 2 1 =1
3. Potensial 1
2. Kemungkinan masalah untuk
2 2/2 X 2
dirubah
1 2
1. Tinggi =1
0
2. Sedang
3. Rendah
3. Potensial untuk dicegah
1. Mudah 3 2/3 X 1
2. Cukup 2 1
= 2/3
3. Tidak Dapat 1
4. Menonjolnya masalah
1. Masalah dirasakan, perlu 2
1 2/2 X 1
penanganan segera
1
2. Masalah dirasakan, tidak =1
perlu ditangani segera 0
3. Masalah tidak dirasakan
TOTAL 3⅔

Diagnosa Keperawatan: Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan


No Kriteria Nilai Bobot Scoring Pembenaran
1. Sifat Masalah
1. Aktual 3 1/3 X 1
2. Resiko Tinggi 2 1
= 1/3
3. Potensial 1
2. Kemungkinan masalah untuk
2 2/2 X 2
dirubah
1 2
1. Tinggi =1
0
2. Sedang
3. Rendah
3. Potensial untuk dicegah
1. Mudah 3 2/3 X 1
2. Cukup 2 1
= 2/3
3. Tidak Dapat 1
4. Menonjolnya masalah
1. Masalah dirasakan, perlu 2
1 2/2 X 1
penanganan segera
1
2. Masalah dirasakan, tidak =1
perlu ditangani segera 0
3. Masalah tidak dirasakan
TOTAL 3

3.5 Diagnosa Keperawatan Priorits:


1. Ketidakefektifan managemen kesehatan keluarga
37

1. Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan

3.6 Intervensi Keperawatan Keluarga


Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. Kemampuan mengenal
Managemen keperawatan selama 1 bulan 2 masalah
a. Dorong anggota
Kesehatan kali tatap muka dengan
keluarga untuk menjaga
Keluarga keluarga Tn.A dapat
[Domain 1. atau mempertahakan
melakukan managemen
Promosi hubungan keluarga
kesehatan secara efektif
Kesehatan; Kriteria Hasil: yang sesuai
1. Kemampuan mengenal b. Antisipasi dan
Kelas.2
masalah indentifikasi kebutuhan
Manajemen
a. Anggota keluarga
keluarga
Kesehatan; Kode
mampu c. Dorong anggota
00080]
mengungkapkan dan keluarga dan klien
mengkomunikasikan untuk membantu dalam
dengan anggota mengembangkan
keluarga yang sakit rencana perawatan
b. Mengakui potensi
termasuk hasil yang
kelemahan untuk
diharapkan dan
mengubah rutinitas
pelaksanaan rencana
keluarga
perawatan
c. Keluarga mengetahui
d. Beri informasi kepada
manfaat managemen
anggota keluarga
penyakit
mengenai manfaat
managemen penyakit
e. Dorong anggota
keluarga dan klien
untuk bersikap asertif
dalam berinteraksi
dengan pemberi
layanan kesehatan
profesional
38

2. Kemampuan mengambil 2. Kemampuan mengambil


keputusan keputusan
a. Mampu untuk a. Dapatkan informed
mengidentifikasikan consent/persetujuan
setiap konsekuensi tertulis, ketika
dari setiap pilihan diperlukan
b. Informasikan pada
klien mengenai
pandangan-pandangan
atau solusi alternatif
dengan cara yang jelas
dan mendukung
c. Bantu klien
mengidentifikasi
keuntungan dan
kerugian dari setiap
alternatif pilihan
d. Jadilah penghubung
antara klien, keluarga,
dan penyedia pelayanan
kesehatan yang lain
e. Hormati hak klien
untuk menerima atau
tidak menerima
informasi
39

3. Memberikan perawatan 3. Memberikan perawatan yang


yang tepat tepat
a. Keluarga dapat a. Jelaskan
menjalankan prosedur prosedur/penanganan
b. Informasikan pada
yang diajarkan dengan
klien atau orang
tepat
terdekat mengenai
kapan dan dimana
tindakan akan
dilakukan.
c. Dukung informasi yang
diberikan dengan
petugas kesehatan lain
d. Berikan kesempatan
bagi klien untuk
bertanya ataupun
mendiskusikan
perasaan.
e. Review pengetahuan
klien mengenai
prosedur yang telah
diajarkan
f. Edukasi klien mengenai
tanda dan gejala yang
harus dilaporkan
kepada petugas
kesehatan, sesuai
kebutuhan
40

4. Mempertahankan suasana 4. Mempertahankan suasana di


di rumah rumah
a. Mempertahakan a. Identifikasi kemampuan
aktivitas dan rutinitas anggota keluarga untuk
yang tepat terlibat dalam
perawatan klien
b. Antisipasi dan
identifikasi kebutuhan
keluarga
c. Dorong anggota
keluarga dan klien
untuk membantu dalam
mengembangkan
rencana perawatan,
termasuk hasil yang
diharapkan dan
pelaksanaan rencana
perawatan
d. Monitor keterlibatan
anggota keluarga dalam
perawatan klien
41

5. Pemanfaatan fasilitas 5. Pemanfaatan fasilitas


pelayanan kesehatan pelayanan kesehatan
a. Klien dapat a. Membantu klien atau
mengakses ke keluarga memilih
pelayanan kesehatan profesional perawatan
terdekat kesehatan yang tepat
(perawata spesialis,
perawat berlisensi, dll)
b. Informasikan klien
mengenai perbedaan
berbagai jenis fasilitas
pelayanan kesehatan
(misalnya rumah sakit
umum, rumah sakit
khusus, dll)
c. Informasikan klien cara
mengakses layanan
emergensi melalui
telepone dnegan tepat
d. Koordinasikan rujukan
ke penyedia pelayanan
kesehatan yang relevan

3.7 Implementasi Asuhan Keperawatan Keluarga


Nama Mahasiswa : Perawat Komunitas
Tanggal Analisa : 1 Mei 2018

No Diagnosa Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi


Keperawatan

1. Ketidakefektif Selasa, 1 Mei 2018 S: Klien dan


09.00 a. Mengantisipasi
an Managemen keluarga
dan
Kesehatan mengatakan bahwa
mengindentifika
Keluarga mampu
si kebutuhan
mengkomunikasik
keluarga
42

09.10 b. Memberikan an penyakitnya


informasi satu dengan yang
kepada anggota lainnya.
O: Keluarga
keluarga
mampu melakukan
mengenai
perawatan luka
manfaat
secara mandiri,
managemen
namun hanya
penyakit
09.15 c. Menjelaskan beberapa anggota
prosedur/penang saja
A: masalah belum
anan tentang
teratasi
penyakit
P: Lanjutkan
diabetes
intervensi b, d, e
(mengajarkan
senam kaki
diabetes)
09.35 d. Menghimbau
anggota
keluarga dan
klien untuk
membantu
dalam
mengembangka
n rencana
perawatan,
termasuk hasil
yang diharapkan
dan pelaksanaan
rencana
perawatan
43

09.40 e. Memberikan
informasi
kepada anggota
keluarga
mengenai
manfaat
managemen
penyakit
09.45 f. Membantu klien
atau keluarga
memilih
profesional
perawatan
kesehatan yang
tepat (perawata
spesialis,
perawat
berlisensi, dll)
09.50 g. Mengevaluasi
informasi yang
sudah diberikan
Selasa, 15 Mei 2018 S: Klien dan
09.00 a. Dorong anggota
keluarga
keluarga untuk
mengatakan bahwa
menjaga atau
mampu
mempertahakan
mengkomunikasik
hubungan
an penyakitnya
keluarga yang
sesuai
44

09.10 b. Dorong anggota satu dengan yang


keluarga dan lainnya.
O: Semua anggota
klien untuk
keluarga mampu
bersikap asertif
melakukan
dalam
perawatan luka
berinteraksi
secara mandiri
dengan pemberi
A: masalah teratasi
layanan P: -
kesehatan
profesional
09.20 c. Memberikan
informasi
kepada anggota
keluarga
mengenai
manfaat
managemen
penyakit
09.35 d. Menghimbau
anggota
keluarga dan
klien untuk
membantu
dalam
mengembangka
n rencana
perawatan,
termasuk hasil
yang diharapkan
dan pelaksanaan
rencana
perawatan
45

09.40 e. Memberikan
informasi
kepada anggota
keluarga
mengenai
manfaat
managemen
penyakit
09.45 f. Memonitor
keterlibatan
anggota
keluarga dalam
perawatan klien

3.8 Evaluasi Sumatif Asuhan Keperawatan Keluarga


Nama Mahasiswa : Perawat Komunitas Kel.9
Tanggal Analisa : 1 Mei 2018

Evaluasi
NO Kriteria Keterangan
Ya Tidak

1. Kemampuan mengenal masalah


a. Anggota keluarga mampu √
mengungkapkan dan
mengkomunikasikan √
dengan anggota keluarga

yang sakit
b. Mengakui potensi
kelemahan untuk
mengubah rutinitas
keluarga
c. Keluarga mengetahui
manfaat managemen
penyakit
2. Kemampuan mengambil

keputusan
46

a. Mampu untuk
mengidentifikasikan setiap
konsekuensi dari setiap
pilihan
3. Memberikan perawatan yang tepat
a. Keluarga dapat √
menjalankan prosedur yang
diajarkan dengan tepat
4. Mempertahankan suasana di

rumah
a. Mempertahakan aktivitas
dan rutinitas yang tepat
5. Pemanfaatan fasilitas pelayanan

kesehatan
a. Klien dapat mengakses ke
pelayanan kesehatan
terdekat
47

BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Konsep keperawatan keluarga mampu mendasari setiap tindakan yang
akan dilakukan oleh seorang perawat. Sehingga setiap tindakan intervensi
dapat terlaksana dengan benar.
2. Konsep asuhan keperawatan membantu dalam memberikan arahan
mendasar dalam membuat asuhan keperawatan yang sesuai dengan
kebutuhan klien
3. Pencegahan penyakit kronis Diabetes dapat di terapkan sesuai dengan
konsep dimana konsep yang ada menjelaskan bahwa Diabetes dapat di
bantu oleh peran keluarga
4. Peran keluarga penting dalam tahap-tahap perawatan kesehatan, mulai dari
tahapan peningkatan kesehatan, pencegahan, pengobatan, sampai dengan
rehabilitasi. Serta untuk saling mengingatkan pola makan dan waktu
penyuntikan insulin yang harus dilakukan yang sesuai dengan aturan yang
diberikan.
5. Peran perawat keluarga sangat dibutuhkan untuk membantu keluarga agar
memiliki kemandirian dalam mencapai derajat kesehatan yang diinginkan.
memberikan pengarahan serta edukasi yang dapat dimengerti dan
diterapkan secara mandiri dengan keluarga.

4.2 Saran
Sebagai penulis diharapkan dapat mengaplikasikan ilmunya dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga dengan anggota
keluarga yang terkena penyakit kronis dan sebagai Bagi mahasiswa
diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep keperawatan keluarga
dengan penyakit kronis dan mengaplikasikan ilmunya dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada keluarga dengan anggota keluarga yang
terkena penyakit kronis.
48

DAFTAR PUSTAKA

Brunner,2013. Keperawatan Medikal Bedah Brunner &Suddarth.Jakarta: EGC.

Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Elisabeth J Corwin, 2004. Buku Saku Patofisiologi, Jakarta: EGC Kedokteran.

Fox, Charles & Anne Kilvert. 2011. Bersahabat dengan Diabetes tipe 2. Jakarta:
Penebar Plus. Hal: 7-18

Friedman, Marlyin M. 2010. Edisi 5. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: riset, teori
dan praktik. Jakarta: EGC

Fox, Charles & Anne Kilvert. 2011. Bersahabat dengan Diabetes tipe 2. Jakarta:
Penebar Plus. Hal: 7-18

Friedman, Marlyin M. 2010. Edisi 5. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: riset, teori
dan praktik. Jakarta: EGC

Gusti ADP, Salvari, 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: TIM


Mubarak, Wahid iqbal dkk, 2012. Ilmu Pengantar Komunitas Pengantar dan Teori
Buku 2. Jakarta: Salemba Medika
Nanda Internasional. 2015. Nursing Diagnoses: Definition and Clasification 2015-
2017. Jakarta:EGC
Stanhope, Marcia. 2007. Edisi 3. Buku Saku Keperawatan Komunitas: pengkajian,
intervensi dan penyuluhan. Jakarta: EGC
Suprajitno, 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC
Timmreck, Thomas C. (2005). Epidemiologi: Suatu Pengantar Edisi 2. Jakarta: EGC

Lampiran 1. Genogram
48

Lampiran 2. Denah Rumah

Vous aimerez peut-être aussi