Vous êtes sur la page 1sur 46

LAPORAN KASUS

COMBUSTIO ANAK

Disusun guna memenuhi persyaratan sebagai peserta dokter internsip


LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : An. I

Umur : 2 tahun 10 bulan

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Rawa Bokor RT 01/ RW 10, Kalideres, Jakarta Barat

Agama : Islam

Suku : Betawi

Ruang : Tulip

Masuk Rumah Sakit : 03 Januari 2018

Keluar Rumah Sakit : 04 Januari 2018

No.RM : 03.68.21

Jaminan : BPJS

I. ANAMNESIS (Alloanamnesis 03-01-2018 Pukul 08.50 WIB)

Keluhan utama:
Kulit punggung, pantat, hingga betis kiri kemerahan disertai lepuh di paha kiri belakang
terkena air panas

Riwayat penyakit sekarang:


Pasien datang ke IGD dengan keluhan terkena air panas sejak 15 menit SMRS di
bagian punggung, kedua pantat hingga betis kiri. Menurut pengakuan ibu pasien, pasien
sehabis BAB dan ibu lupa air untuk mencebok adalah air mendidih dan belum dicampur air
dingin, air panas mengenai sebagian punggung, pantat, hingga betis kiri hingga kemerahan
dan melepuh di bagian paha kiri bawah bagian belakang. Pasien langsung menangis keras
dan merasa perih dimana oleh ibu pasien langsung disiram dengan air dingin untuk
mengurangi nyeri dan langsung dibawa ke IGD

Riwayat penyakit dahulu:


Diare : pernah
ISPA : pernah
Kejang : disangkal
Alergi : disangkal

Riwayat perinatal :

Ibu pasien biasa memeriksakan kandungannya secara teratur ke bidan 1 kali setiap bulan
sampai usia kehamilan 9 bulan. Selama hamil ibu mengaku mendapat imunisasi TT 2 kali
di bidan. Obat–obat yang diminum selama kehamilan adalah vitamin dan penambah darah.
Tidak pernah menderita penyakit selama kehamilan.

Kesan : riwayat pemeliharaan perinatal baik

Riwayat persalinan ibu:

Pasien merupakan anak perempuan lahir dari ibu G2P1A0 dengan usia kehamilan 39
minggu, lahir secara normal, persalinan ditolong oleh bidan, anak lahir langsung
menangis, berat badan lahir 2.900 gram. Panjang badan lahir lupa.

Kesan : neonatus aterm, sesuai masa kehamilan, lahir spontan

Riwayat imunisasi :

BCG : 1x (usia 1 bulan)

Hep B : 1x (usia 0 bulan)

Polio : 4x (usia 1, 2, 3, 4 bulan)


DPT+ HiB + OPV : 3x (usia 2, 3, 4 bulan)

Campak : 1x (9 bulan)

Kesan : imunisasi dasar sudah lengkap sesuai dengan jadwal imunisasi depkes
2017
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan :

Pertumbuhan :

Berat badan lahir 2900 gram. Panjang badan lahir lupa. Berat badan saat ini 10 kg,
panjang badan saat ini 85 cm.

Perkembangan :

Motorik kasar

 3 bulan : mulai bisa mengangkat kepala


 7 bulan : mulai bisa duduk
 12 bulan : mulai bisa berjalan
 23 bulan : sudah bisa berlari-lari

Motorik halus

 3 bulan : mampu menggenggam benda kecil dengan 3 jari


 6 bulan : mampu memegang benda dengan seluruh telapak dan memindahkan dari satu
tangan ke tangan lain
 8 bulan : mampu memegang kubus dengan kedua tangan
 12 bulan : mampu mengambil dan memindahkan kubus ke cangkir

Kesan : riwayat perkembangan cukup baik

Riwayat asupan nutrisi :


 0-6 bulan : ASI eksklusif
 6-8 bulan : ASI + bubur susu
 8-12 bulan : ASI + bubur nasi + telur yang dihaluskan
 12 bulan sampai sekarang : nasi sesuai menu keluarga, frekuensi 3 kali sehari

Kesan : makanan sudah sesuai dengan usia

II. PEMERIKSAAN FISIK (11-07-2017 Pukul 22.45)


Primary Survey
Airway:
Bebas, trakea ditengah (paten)
Breathing:
Dada simetris, Pernapasan: 25x/menit, vesikuler, Rh-/- Wh-/-
Circulation:
Nadi: 117x/menit regular, kuat angkat, Sp O2: 98%.
Disability:
GCS 15 (E4M6V5), pupil: isokor,diameter 2mm/2mm
Enviroment:
Suhu axilla: 36,5°C

Secondary Survey
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Data antropometri :
- Berat badan : 10 kg
- Tinggi badan : 85 cm
- Status gizi :
 TB / U : -2SD sampai -3SD
 BB/U : -2SD sampai -3SD
 BB/TB : -1SD sampai -2 SD
Kesan gizi : baik

Pemeriksaan sistem
Kepala : normocephal

Mata : pupil bulat, isokor, cekung -/- , diameter 3mm/ 3mm,


konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), oedema palpebral (-
/-)

Hidung : bentuk normal, nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)

Telinga : bentuk normal, tanda peradangan (-/-), sekret (-/-)

Mulut : bibir kering (-), bibir sianosis (-), mukosa hiperemis (-),

lidah kotor (-)

Tenggorokan : T1-T1 mukosa hiperemis (-), mukosa faring hiperemis (-),

kripte melebar (-), detritus (-)

Leher : tidak teraba pembesaran KGB

Axilla : tidak teraba pembesaran KGB

Thorax : simetris dan datar.

Jantung

o Inspeksi : ictus cordis tidak tampak


o Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V 1 cm medial dari
midclavicula line sinistra
o Perkusi : batas jantung kiri ICS V MCL sinistra
batas jantung kanan ICS VI sternal line dextra
batas jantung atas ICS III parasternal line sinistra
o Auskultasi : BJ I - II (N), regular, murmur (-), gallop (-).

Paru – paru

o Inspeksi : gerakan simetris dalam keadaan statis dan dinamis


simetris, retraksi suprasternal (-), epigastrium (-),
intercostalis (-)
o Palpasi : stem fremitus dextra et sinistra sama kuat
o Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru
o Auskultasi : suara nafas vesikuler (+/+), ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)

Abdomen
o Inspeksi : datar
o Auskultasi : bising usus (+) 15 x/ menit, hiperperistaltik
o Perkusi : timpani
o Palpasi : supel, nyeri tekan (-), turgor baik
Punggung : tampak sebagian kulit kemerahan, edema (-)

Genitalia dan Anus : perempuan, tampak kemeraham pada perineum

Ekstremitas : akral hangat (+), CRT < 2 detik

- Superior : tampak normal, akral hangat, (-)

- Inferior : sebagian kulit tampak melepuh dibagian paha kiri 1/3 bawah
bagian posterior, akral hangat, edema (+)

Keadaan Spesifik
Perkiraan luas luka bakar metode Lund & Browder pada:
- ½ Posterior trunk : 7,5 %
- Pantat kanan dan kiri :5%
- Betis Kiri : 6,5 %
- Tungkai bawah :3%
TOTAL : 22 %
Gambaran luka bakar :
Luka Bakar derajat I sebesar 21 % dari hampir ½ punggung ke bawah
meliputi bokong, hingga betis kiri berupa kulit eritema disertai nyeri dan
panas.
Luka Bakar derajat II sebesar 1 % di 1/3 inferior paha belakang berupa
gelembung atau bula yang pecah yang berisi cairan eksudat dari pembuluh
darah karena perubahan permeabilitas dindingnya disertai rasa nyeri.
Disekitarnya tampak eritem dan rasa perih
PEMERIKSAAN KHUSUS
Data Antropometri
Anak perempuan usia 2 tahun 10 bulan , berat badan 10 kg, tinggi badan 85 cm.
Z-Score Indikator Pertumbuhan
Panjang/tinggi Berat terhadap umur Berat terhadap
terhadap umur panjang/tinggi
Di atas 3 Lihat catatan 1 Obesitas
Di atas 2 Lihat catatan 2 Overweight (gizi
lebih)
Di atas 1 Beresiko gizi
lebih (lihat
catatan 3)
0 (median)
Di bawah -1
Di bawah -2 Perawakan pendek Gizi kurang Kurus
(lihat catatan 4)
Di bawah -3 Perawakan sangat Gizi buruk (lihat Sangat kurus
pendek/kerdil (lihat catatan 5)
catatan 4)

Catatan :
1. Anak dalam kelompok ini berperawakan tinggi. Hal ini tidak masih normal. Singkirkan
kelainan hormonal sebagai penyebab perawakan tinggi.
2. Anak dalam kelompok ini mungkin memiliki masalah pertumbuhan, tapi lebih baik
diukur menggunakan perbandingan berat badan terhadap panjang/tinggi atau IMT
terhadap umur.
3. Titik plot yang berada di atas angka 1 menunjukan beresiko gizi lebih. Jika makin
mengarah ke garis Z-scor 2 resiko gizi lebih makin meningkat.
4. Mungkin untuk anak dengan perawakan pendek atau sangat pendek memiliki gizi lebih.
5. Hal ini merujuk pada gizi sangat kurang dalam modul pelatihan IMCI (Integrated
Management of Childhood Illness in-service training. WHO, Geneva 1997).

Kesan : Status gizi baik


III. RESUME
Telah diperiksa seorang anak perempuan berusia 2 tahun 10 bulan, berat badan 10 kg, dan
tinggi badan 85 cm, terkena air panas di punggung, pantat, hingga betis kiri 15 menit
sebelum masuk rumah sakit,
Pemeriksaan Primary Survey; Airway: Bebas, trakea ditengah (paten); Breathing: Dada
simetris, Pernapasan: 25x/menit, vesikuler, Rh-/- Wh-/-; Circulation: Nadi: 117x/menit
regular, kuat angkat, Sp O2: 98%.; Disability: GCS 15 (E4M6V5), pupil: isokor,diameter
2mm/2mm; Enviroment: Suhu axilla: 36,5°C

Secondary Survey
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Data antropometri :
- Berat badan : 10 kg
- Tinggi badan : 85 cm
- Status gizi : gizi baik
- Status Lokalis : Tampak luka kemerahan dan perih di daerah punggung, pantat, perineum
hingga betis kiri, Tampak luka dengan bula yang pecah di 1/3 paha kiri bawah bagian
belakang,

IV. DIAGNOSIS KERJA


Combustio Grade I 21 % + Grade II 1 %

V. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
- Kompres Kassa + NS
- Salep Burnazin Luka Bakar Grade I, Salep Bioplacenton Luka Bakar Grade II
- IVFD RL 880 cc/24 jam
- Diet sesuai usia tinggi karbohidrat tinggi protein 1000 kkal
- Cefadroxil 2 x 150 mg p.o
- Parasetamol pulv 4x 150 mg p.r.n demam
Kebutuhan cairan : Baxter Formula
4cc x BB x persen luka bakar
4 x 10 x 22
880 cc
440 cc diberikan dalam 8 jam pertama , 440 cc berikutnya diberikan untuk 16 jam
- Hari kedua jumlah cairan ½ dari kebutuhan cairan hari pertama : 440 cc

Non Medikamentosa
- Tirah baring
- Diet TKTP

VI. EVALUASI
- Keadaan umum dan tanda – tanda vital
- Tanda-tanda dehidrasi
- Diuresis

VII. KOMPLIKASI
- Dehidrasi berat - Syok
- Kontraktur
- Gizi buruk
- SIRS
- Sepsis
- ARDS
- Gagal Ginjal Akut

VIII. EDUKASI
1. Menjelaskan orangtua tentang kondisi anak
 Keadaan umum
 Gambaran luas luka bakar
2. Memberitahukan cara penanganan awal luka bakar.
 Hentikan kontak penyebab
 Bersihkan dengan air mengalir
 Bawa sesegera mungkin ke faskes terdekat

3. Edukasi terkait penanganan di rumah setelah perawatan di Rumah Sakit

 Perawatan luka : luka dibersihkan dengan air matang bersih, disalepkan setelah dibersihkan
 Jika muncul keropeng, biarkan mengering dan lepas sendiri
 Jika muncul nanah, demam tinggi, nafas dalam disertai sesak, anak tidak sadar segera ke
faskes terdekat
 Jika muncul gatal dalam masa pemulihan luka, hindari anak menggaruk luka

4. Memberikan informasi mengenai kemungkinan komplikasi dan proses penyembuhan luka.

 Dapat muncul infeksi sebagai resiko tergantung perawatan


 Gizi buruk
 Luka termasuk kategori luka derajat ringan- sedang: sembuh dalam kurun waktu 5-14 hari
tergantung proses penyembuhan dan perawatan

5. Menganjurkan orang tua untuk konsultasi gizi

IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
LEMBAR FOLLOW UP
Tanggal &Jam 4/1/2017 8.30 WIB
Keluhan Panas (+) Perih bagian luka (+), BAB (+) 1 x di RS, Kentut (+) BAK baik,
Makan minum baik,

KU/KES TSS/CM
TTV:
RR 19x/menit
HR 98x/menit
S 37,4 0C
Kepala Dbn

Kulit Dbn

Mata Cekung -/-

Telinga Dbn

Hidung Dbn
Tenggorok Dbn

Mulut Mukosa bibir lembab

Thorax :
Cor dbn
Pulmo dbn
Abdomen Supel, BU + normal, turgor kulit baik

Ekstremitas Akral hangat, CRT < 2’’, luka bakar grade 2 mulai mengering
TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI & FISIOLOGI KULIT

Kulit adalah organ terbesar di tubuh, tidak hanya berfungsi sebagai sawar mekanis antara
lingkungan eksternal dan jaringan dibawahnya, tetapi secara dinamis juga terlibat dalam
mekanisme pertahanan dan berbagai fungsi lain. Kulit terdiri dari dua lapisan, epidermis dan
dermis.1

EPIDERMIS
Epidermis terdiri dari beberapa lapisan sel epitel. Lapisan epidermis di bagian dalam
terdiri dari sel- sel berbentuk kubus yang hidup dan cepat membelah diri, sementara sel di
lapisan luar mati dan menggepeng. Sewaktu sel-sel di bagian luar mati, yang tertinggal
hanya inti kreatinin fibrosa yang membentuk skuama keras-gepeng dan menjadi lapisan
kreatinisasi protektif-kuat. Lapisan kreatinisasinya bersifat kedap udara, cukup kedap air
dan sulit untuk ditembus oleh sebagian besar bahan. Lapisan ini juga berfungsi menahan
lewatnya bahan dalam kedua arah antara tubuh dan lingkungan eksternal. Epidermis
mengandung empat jenis sel : 1
 Sel kreatinosit
 Melanosit
 Sel langerhans
 Sel granstein

Lapisan epidermis ada 5, yaitu :

1. Stratum corneum
2. Stratum lucidum
3. Stratum granulosum
4. Stratum spinosum
5. Stratum basale

Fungsi epidermis sendiri yaitu :


 Melindungi dari kekeringan
 Pelindung dari masuknya bakteri
 Melindungi dari toksin
 Menjaga keseimbangan cairan: menghindari kehilangan cairan yang berlebihan
 Neuronsensori dan interaksi sosial
A. DERMIS
Dermis adalah lapisan jaringan ikat yang mengandung banyak serat elstin (untuk
peregangan) dan serat kolagen (untuk kekuatan), serta sejumlah besar pembuluh darah
dan ujung-ujung saraf khusus. Jaringan penyambung padat berbentuk irregular yg
mensupport epdermis dan berikatan dng jar.subcutan ( hypodermis)
Tebal : 0,6 mm – 3 mm,pada wanita lebih tipis dibanding pria.1
Pembuluh darah dermis tidak hanya memasok darah kedermis dan epidermis tetapi, juga
berperan penting dalam mengatur suhu.. Dermis dibagi menjadi :1
 Superficial yang tipis yang dikenal dengan papilary layer, terdapat
fibroblast, serat elastin dan kolagen tipe 3 serta banyak terdapat kapiler.
 Dan bagian yang paling tebal yang dikenal dengan reticular layer,terdapat
serat kolagen tipe 2, terisi matriks ekstrasel yang mengandung dermatan
sulfat dan glikosaminoglikan,sel fibroblas,makrofag,lymfosit dan mast
cells. Membentuk garis paralel dengan permukaan tubuh diuat lines of
Langer → surgical important minimize scar tissue.

Fungsi dermis sendiri yaitu :

 Melindungi dari trauma dengan elastisitas, daya tahan dan komponennya.


 Menjaga keseimbangan cairan melalui regulasi aliran darah kulit
 Termoregulasi melalui control aliran darah.
 Faktor pertumbuhan dan arah kontak pada replikasi epidermis dan
perbaikan dermis.
B. Hypodermis ( subcutaneous tissue)
Hypodermis merupakan bagian dalam dari lapisan reticular layer. Jaringan penyambung
jarang terbungkus oleh serabut kolagen, serta banyak mengandung jaringan lemak
terutama bagian perut dan pinggul yg dapat mencapai ketebalan 3 cm → lapisan ini
disebut panniculus adiposus.1

Gambar 1. Anatomi kulit

Kelenjar eksokrin kulit terdiri dari kelenjar dari kelenjar sebasea,yang menghasilkan sebum,
suatu bahan berminyak yang melunakkan dan membuat kulit kedap air, dan kelenjar keringat,
yang mengahsilkan keringat pendingin.1
B. DEFINISI & ETIOLOGI LUKA BAKAR

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar
merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi yang memerlukan
penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok) sampai fase lanjut.
Luka bakar dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara langsung maupun tidak
langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga.
Selain itu, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia juga dapat
menyebabkan luka bakar. Secara garis besar, penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi
menjadi:2
 Paparan api
o Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka, dan
menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut.
o Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan benda panas. Luka
bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang mengalami kontak.
 Scalds (air panas)
Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan semakin lama waktu
kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan ditimbulkan.
 Uap panas
Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator mobil. Uap panas
menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang tinggi dari uap serta dispersi oleh
uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi inhalasi, uap panas dapat menyebabkan cedera
hingga ke saluran napas distal di paru..
 Aliran listrik
Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh. Umumnya luka
bakar mencapai kulit bagian dalam menimbulkan luka masuk dan keluar. Listrik yang
menyebabkan percikan api dan membakar pakaian dapat menyebabkan luka bakar
tambahan. Pada luka akibat petir ditemukan gambaran khas aboressent mark(gambaran
seperti pohon cemara)
 Zat kimia (asam atau basa)
 Radiasi
Sunburn sinar matahari, terapi radiasi

Patofisiologi

Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kesakitan. Pembuluh kapiler yang terpajan
suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak
sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan edema dan
menimbulkan bula yang mengandung banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya
volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan
akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar
derajat II, dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat III.

Bila luas luka bakar kurang dari 20%, mekanisme kompensasi tubuh relatif masih bisa
mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20%, dapat terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang
khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun dan
produksi urin yang berkurang. Pada kebakaran ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah,
dapat terjadi kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap atau uap panas yang terisap. Edema
laring yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala sesak
napas, takipnea, stridor, suara serak dan dahak berwarna gelap akibat jelaga.

Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lainnya. CO akan mengikat
hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu lagi mengikat oksigen. Tanda
keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual dan muntah. Pada keracunan yang berat
terjadi koma. Bila lebih dari 60% hemoglobin terikat CO, penderita dapat meninggal.

Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi serta
penyerapan kembali cairan edema ke pembuluh darah. Ini ditandai dengan meningkatnya
diuresis.

Luka bakar relatif tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang merupakan medium
yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah infeksi. Pada awalnya, infeksi
biasanya disebabkan oleh kokus Gram positif yang berasal dari kulit sendiri atau dari saluran
napas, tetapi kemudian dapat terjadi invasi kuman Gram negatif, Pseudomonas aeruginosa yang
dapat menghasilkan eksotoksin protease dari toksin lain yang berbahaya, terkenal sangat agresif
dalam invasinya pada luka bakar. Infeksi pseudomonas dapat dilihat dari warna hijau pada kasa
penutup luka bakar.

Infeksi ringan dan noninvasif ditandai dengan keropeng yang mudah terlepas dengan
nanah yang banyak. Infeksi yang invasif ditandai dengan keropeng yang kering dengan
perubahan jaringan di tepi keropeng yang mula-mula sehat menjadi nekrotik; akibatnya, luka
bakar yang mula-mula derajat II menjadi derajat III.
Pada luka bakar berat dapat ditemukan ileus paralitik. Pada fase akut, peristalsis usus
menurun atau berhenti karena syok, sedangkan pada fase mobilisasi, peristalsis dapat menurun
karena kekurangan ion kalium.

Stres atau badan faali yang terjadi pada penderita luka bakar berat dapat menyebabkan
terjadinya tukak di mukosa lambung atau duodenum dengan gejala yang sama dengan gejala
tukak peptik. Kelainan ini dikenal sebagai tukak Curling.

Fase permulaan luka bakar merupakan fase katabolisme sehingga keseimbangan protein menjadi
negatif. Protein tubuh banyak hilang karena eksudasi, metabolisme tinggi dan infeksi. Penguapan
berlebihan dari kulit yang rusak juga memerluka kalori tambahan. Tenaga yang diperlukan tubuh
pada fase ini terutama didapat dari pembakaran protein dari otot skelet. Oleh karena itu,
penderita menjadi sangat kurus, otot mengecil, dan berat badan menurun. Dengan demikian,
korban luka bakar menderita penyakit berat yang disebut penyakit luka bakar. Bila luka bakar
menyebabkan cacat, terutama bila luka mengenai wajah sehingga rusak berat, penderita mungkin
mengalami beban kejiwaan berat. Jadi prognosis luka bakar ditentukan oleh luasnya luka bakar.4

Gambar 2. Patofisiologi luka bakar


Fase Pada Luka Bakar

Dalam perjalanan penyakit, dapat dibedakan menjadi tiga fase pada luka bakar, yaitu:

1. Fase awal, fase akut, fase syok


Pada fase ini, masalah utama berkisar pada gangguan yang terjadi pada saluran nafas yaitu
gangguan mekanisme bernafas, hal ini dikarenakan adanya eskar melingkar di dada atau
trauma multipel di rongga toraks; dan gangguan sirkulasi seperti keseimbangan cairan
elektrolit, syok hipovolemia.
2. Fase setelah syok berakhir, fase sub akut
Masalah utama pada fase ini adalah Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan
Multi-system Organ Dysfunction Syndrome (MODS) dan sepsis. Hal ini merupakan dampak
dan atau perkembangan masalah yang timbul pada fase pertama dan masalah yang bermula
dari kerusakan jaringan (luka dan sepsis luka)
3. Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah penutupan luka sampai terjadinya maturasi jaringan. Masalah
yang dihadapi adalah penyulit dari luka bakar seperti parut hipertrofik, kontraktur dan
deformitas lain yang terjadi akibat kerapuhan jaringan atau struktur tertentu akibat proses
inflamasi yang hebat dan berlangsung lama

Pembagian zona kerusakan jaringan:

1. Zona koagulasi, zona nekrosis


Merupakan daerah yang langsung mengalami kerusakan (koagulasi protein) akibat
pengaruh cedera termis, hampir dapat dipastikan jaringan ini mengalami nekrosis
beberapa saat setelah kontak. Oleh karena itulah disebut juga sebagai zona nekrosis.
2. Zona statis
Merupakan daerah yang langsung berada di luar/di sekitar zona koagulasi. Di daerah ini
terjadi kerusakan endotel pembuluh darah disertai kerusakan trombosit dan leukosit,
sehingga terjadi gangguam perfusi (no flow phenomena), diikuti perubahan permeabilitas
kapilar dan respon inflamasi lokal. Proses ini berlangsung selama 12-24 jam pasca cedera
dan mungkin berakhir dengan nekrosis jaringan.
3. Zona hiperemi
Merupakan daerah di luar zona statis, ikut mengalami reaksi berupa vasodilatasi tanpa
banyak melibatkan reaksi selular. Tergantung keadaan umum dan terapi yang diberikan,
zona ketiga dapat mengalami penyembuhan spontan, atau berubah menjadi zona kedua
bahkan zona pertama.

Diagnosis

Diagnosa luka bakar didasarkan pada:


a. Luas luka bakar
b. Derajat (kedalaman) luka bakar
c. Lokalisasi
d. Penyebab

Indikasi Rawat Inap

Menurut American Burn Association, seorang pasien diindikasikan untuk dirawat inap
bila:

1. Luka bakar derajat III > 5%


2. Luka bakar derajat II > 10%
3. Luka bakar derajat II atau III yang melibatkan area kritis (wajah, tangan, kaki, genitalia,
perineum, kulit di atas sendi utama)  risiko signifikan untuk masalah kosmetik dan
kecacatan fungsi
4. Luka bakar sirkumferensial di thoraks atau ekstremitas
5. Luka bakar signifikan akibat bahan kimia, listrik, petir, adanya trauma mayor lainnya,
atau adanya kondisi medik signifikan yang telah ada sebelumnya
6. Adanya trauma inhalasi

Klasifikasi Luka Bakar

Kedalaman luka bakar dideskripsikan dalam derajat luka bakar, yaitu:


 Luka Bakar Derajat I:
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (superfisial), kulit hiperemik berupa eritem,
tidak dijumpai bullae, terasa nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi. Biasanya
sembuh dalam 5-7 hari dan dapat sembuh secara sempurna. Contoh luka bakar derajat I
adalah sunburn.3

Gambar 3. Luka bakar derajat I

 Luka Bakar Derajat II:


Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai
proses eksudasi. Terdapat bullae, nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.
Dibedakan menjadi 2 bagian:
A. Derajat II dangkal/superfisial (IIA)
Kerusakan mengenai bagian epidermis dan lapisan atas dari corium/dermis. organ-organ
kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebasea masih banyak. Semua ini merupakan benih-
benih epitel. Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari tanpa
terbentuk sikatrik. Gejala yang timbul adalah sangat nyeri, terdapat lepuhan yang timbul
beberapa menit, bula atau blister yang berisi cairan eksudat yang keluar dari pembuluh
darah akibat permeabilitas dindingnya meningkat. Komplikasi jarang terjadi, terkadang
timbul infeksi sekunder pada luka.
B. Derajat II dalam/deep (IIB)
Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa-sisa jaringan epitel hingga
tinggal sedikit. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea tinggal sedikit. Gejala yang timbul berupa rasa nyeri pada luka yang lebih
superfisial, warna merah muda, hipoestesia (rasa nyeri sedikit), dan bula atau blister
tidak karakteristik. Penyembuhan terjadi lebih lama dan disertai parut hipertrofi.
Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.
Apabila luka bakar derajat II yang dalam ini tidak ditangani dengan baik, dapat timbul
edema dan penurunan aliran darah di jaringan, sehingga cedera berkembang menjadi
full-thickness burn atau luka bakar derajat III.

Gambar 4. Luka bakar derajat II

 Luka Bakar Derajat III:


Kerusakan meliputi seluruh tebal kulit dan lapisan yang lebih dalam sampai mencapai
jaringan subkutan, otot dan tulang. Organ kulit mengalami kerusakan, tidak ada lagi sisa
elemen epitel. Tidak dijumpai bullae, kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan lebih pucat
sampai berwarna hitam kering. Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi karena ujung-
ujung saraf sensorik rusak. Terjadi koagulasi protein dan epidermis dan dermis yang dikenal
sebagai escar, yang dapat menyebabkan kompartemen sindrom. Penyembuhan terjadi lama
karena tidak terjadi epitelisasi spontan, pada kebanyakan kasus untuk melindungi jaringan di
bawah kulit dilakukan skin graft.
Gambar 5. Luka bakar derajat III

Luas Luka Bakar


Luas luka tubuh dinyatakan sebagai persentase terhadap luas permukaan tubuh atau Total
Body Surface Area (TBSA). Untuk menghitung secara cepat dipakai Rules of Nine atau
Rules of Walles dari Walles. Perhitungan cara ini hanya dapat diterapkan pada orang dewasa,
karena anak-anak mempunyai proporsi tubuh yang berbeda. Pada anak-anak dipakai
modifikasi Rule of Nines menurut Lund and Browder, yaitu ditekan kan pada umur 15
tahun, 5 tahun dan 1 tahun.4
Wallace membagi tubuh atas bagian – nagian 9 % atau kelipatan dari 9 terkenal dengan nama Rule of
Nine atau Rule of Wallace.
Kepala dan leher - 9%
Lengan - 18 %
Badan Depan - 18 %
Badan Belakang - 18 %
Tungkai - 36 %
Genitalia/perineum - 1%
Total - 100 %

Gambar 6. Rules of nine

Dalam perhitungan agar lebih mempermudah dapat dipakai luas telapak tangan penderita adalah 1
% dari luas permukaan tubuhnya. Pada anak –anak dipakai modifikasi Rule of Nine menurut Lund and
Brower, yaitu ditekankan pada umur 15 tahun, 5 tahun dan 1 tahun.

Gambar 7: Wallence Rule of Nines 4

Gambar 8: Lund and Browder 4


1. Bedasarkan derajat ringan luka bakar menurut American Burn Association2,4,7:
a. Luka Bakar Ringan
 Luka bakar derajat II < 5%
 Luka bakar derajat II 10% pada anak
 Luka bakar derajat II < 2%(2,4,7)
b. Luka Bakar Sedang
 Luka bakar derajat II 15-25% pada orang dewasa
 Luka bakar derajat II 10-20% pada anak-anak
 Luka bakar derajat III < 10%(2,4,7)
c. Luka Bakar Berat
 Luka bakar derajat II 25% atau lebih pada orang dewasa
 Luka bakar derajat II 20% atau lebih pada anak-anak
 Luka bakar derajat III 10% atau lebih
 Luka bakar mengenai tangan, telinga, mata, kaki, dan genitalia/perineum.
 Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain.

 Metode Lund and Browder


Metode yang diperkenalkan untuk kompensasi besarnya porsi massa tubuh di kepala anak.
Metode ini digunakan untuk estimasi besarnya luas permukaan pada anak. Apabila tidak
tersedia tabel tersebut, perkiraan luas permukaan tubuh pada anak dapat menggunakan
“Rumus 9” dan disesuaikan dengan usia. Untuk tiap pertambahan usia 1 tahun, tambahkan
0,5% untuk tiap tungkai dan turunkan presentasi kepala sebesar 1% hingga tercapai nilai
dewasa. Metode Lund dan Browder. Metode yang diperkenalkan untuk kompensasi besarnya porsi
massa tubuh di kepala pada anak. Metode ini digunakan untuk estimasi besarnya luas permukaan
pada anak. Apabila tidak tersedia tabel tersebut, perkiraan luas permukaan tubuh pada anak dapat
menggunakan ‘Rumus 9’ dan disesuaikan dengan usia:
o Pada anak di bawah usia 1 tahun: kepala 18% dan tiap tungkai 14%. Torso dan lengan
persentasenya sama dengan dewasa.
o Untuk tiap pertambahan usia 1 tahun, tambahkan 0.5% untuk tiap tungkai dan turunkan
persentasi kepala sebesar 1% hingga tercapai nilai dewasa.
Lund and Browder chart illustrating the method for calculating the percentage of body surface area affected by
burns in children.

Pembagian Luka Bakar2,4


1. Luka bakar ringan
 Luka bakar dengan luas < 15% pada dewasa
 Luka bakar dengan luas < 10% pada anak dan usia lanjut
 Luka bakar dengan luas < 2% pada segala usia (tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan
perineum)

2. Luka bakar sedang (moderate burn)


 Luka bakar dengan luas 15-25% pada dewasa, dengan luka bakar derajat III < 10%
 Luka bakar dengan luas 10-20% pada anak usia < 10 tahun atau dewasa > 40 tahun,
dengan luka bakar derajat III < 10%
 Luka bakar dengan derajat III < 10% pada anak maupun dewasa yang tidak mengenai
muka, tangan, kaki, dan perineum

3. Luka bakar berat (major burn)


 Derajat II-III > 20% pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas usia 50 tahun
 Derajat II-III > 25% pada kelompok usia selain disebutkan pada butir pertama
 Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum
 Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan luas luka
bakar
 Luka bakar listrik tegangan tinggi
 Disertai trauma lainnya
 Pasien-pasien dengan resiko tinggi

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan:
1. Pemeriksaan darah rutin dan kimia darah
2. Urinalisis
3. Pemeriksaan keseimbangan elektrolit
4. Analisis gas darah
5. Radiologi – jika ada indikasi ARDS
6. Pemeriksaan lain yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis SIRS dan MODS

Penatalaksanaan
Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api pada tubuh, misalnya dengan
menyelimuti dan menutupi bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen pada api
yang menyala. Kontak dengan bahan yang panas juga harus cepat diakhiri, misalnya dengan
mencelupkan bagian yang terbakar atau menceburkan diri ke air dingin atau melepaskan baju
yang tersiram air panas.4

Pertongan pertama setelah sumber panas dihilangkan adalah merendam daerah luka
bakar dengan air atau menyiraminya dengan air mengalir selama sekurang kurangnya lima belas
menit. Proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung terus
setelah api dipadamkan sehingga destruksi tetap dapat meluas.4

Pada luka bakar ringan, prinsip penanganan utama adalah mendinginkan daerah yang
terbakar dengan air, mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisa-sisa sel epitel untuk
berploriferasi dan menutup permukaan luka. Luka dapat dirawat secara tertutup atau terbuka.

Pada luka bakar berat, selain penanganan umum seperti pada luka bakar ringan, kalau
perlu dilakukan resusitasi segera bila penderita menunjukkan gejala syok. Bila penderita
menunjukkan gejala terbakarnya jalan nafas/ edema laring, dipasang endotrakeal tube atau dibuat
trakeostomi. Trakeostomi berfungsi untuk membebaskan jalan nafas, mengurangi ruang mati dan
memudahkan pembersihan jalan nafas dari lendir atau kotoran. Bila ada dugaan keracunan CO,
diberikan oksigen murni.

Perawatan lokal adalah mengoleskan luka dengan antiseptik dan membiarkannya terbuka
untuk perawatan terbuka atau menutupnya dengan pembalut steril untuk perawatan tertutup.
Kalau perlu, penderita dimandikan terlebih dahulu. Selanjutnya diberikan pencegahan tetanus
berupa ATS dan/atau toksoid. Analgesik diberikan bila penderita kesakitan.1

Terdapat prinsip terapi pada luka bakar yang dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Terapi fase akut
1. Hentikan dan hindarkan kontak langsung dengan penyebab luka bakar.
2. Menilai keadaan umum penderita: adanya sumbatan jalan nafas, nadi, tekanan darah
dan kesadaran (ABC)
- Bila terjadi obstruksi jalan nafas: Bebaskan jalan nafas
- Bila terjadi shock: segera infuse (grojog) tanpa memperhitungkan luas luka bakar
dan kebutuhan cairan (RL).
- Bila tidak shok: segera diinfus sesuai dengan perhitungan kebutuhan cairan.
3. Perawatan luka
- Luka dicuci dan dibersihkan dengan air steril dan antiseptic
- Bersihkan luka dengan kasa atau handuk basah, inspeksi tanda-tanda infeksi,
keringkan dengan handuk bersih dan re-dress pasien dengan menggunakan
medikasi topikal. Luka bakar wajah superficial dapat diobati dengan ointment
antibacterial. Luka sekitar mata dapat diterapi dengan ointment antibiotik mata
topical. Luka bakar yang dalam pada telinga eksternal dapat diterapi dengan
mafenide acetat, karena zat tersebut dapat penetrasi ke dalam eschar dan
mencegah infeksi purulen kartilago.
- Obat- obat topical yang digunakan untuk terapi luka bakar seperti: silver
sulfadiazine, contoh Silvaden, Burnazine, Dermazine, dll.
- Kulit yang terkelupas dibuang, bulae (2-3 cm) dibiarkan
- Bula utuh dengan cairan > 5 cc dihisap, < 5 cc dibiarkan
Bula sering terjadi pada jalur skin graft donor yang baru dan pada luka yang
ungraft. Membrane basal lapisan epitel baru kurang berikatan dengan bed dari
luka bakar. Struktur ini dapat mengalami rekonstruksi sendiri dalam waktu
beberapa bulan dan menjadi bullae. Bulla ini paling baik diterapi dengan dihisap
dengan jarum yang bersih, memasang lagi lapisan epitel pada permukaan luka,
dan menutup dengan pembalut adhesif. Pembalut adhesive ini dapat direndam.
- Pasien dipindahkan ke tempat steril
- Pemberian antibiotic boardspectrum bersifat profilaksis.
- Berikan analgetik untuk menghilangkan nyeri dan antacid untuk menghindari
gangguan pada gaster.
- Berikan ATS untuk menghindari terjadinya tetanus
- Pasang catheter folley untuk memantau produksi urine pasien
- Pasang NGT (Nasogastric tube), untuk menghindari ileus paralitic.
b. Terapi fase pasca akut
- Perawatan luka
- Eschar  escharectom (Eschar : jaringan kulit yang nekrose, kuman yang mati,
serum, darah kering)
- Gangguan AVN distal karena tegang (compartment syndrome) escharotomi
atau fasciotomi
- Kultur dan sensitivity test antibiotika Antibiotika diberikan sesuai hasilnya
- Dimandikan tiap hari atau 2 hari sekali
- Kalau perlu pemberian Human Albumin
- Keadaan umum penderita
Dilihat keadaan umum penderita dengan menilai beberapa hal seperti kesadaran, suhu
tubuh, dan sirkulasi perifer. Jika didapatkan penurunan kesadaran, febris dan sirkulasi
yang jelek, hal ini menandakan adanya sepsis.
- Diet dan cairan

Terdapat penangan berdasarkan durasi waktu setelah kontak, yaitu;

DUA PULUH EMPAT JAM PERTAMA (HARI 1)

Survei primer :

A & B (Airway &Breathing)

Adakah trauma inhalasi: anamnesa, suara serak (stridor)→observasi selama 24 jam bila
perlu pasang ET atau lakukan trakheostomi.

Perhatikan adanya stridor (mengorok), suara serak, dahak berwarna jelaga (black sputum),
gagal napas, bulu hidung yang terbakar, bengkak pada wajah. Luka bakar pada daerah
orofaring dan leher membutuhkan tatalaksana intubasi (pemasangan pipa saluran napas ke
dalam trakea/batang tenggorok) untuk menjaga jalan napas yang adekuat/tetap terbuka.
Intubasi dilakukan di fasilitas kesehatan yang lengkap.5

C (Circulation)

Dilakukan resusitasi cairan. Bila penderita syok maka diatasi dulu syoknya dengan infus RL
diguyur sampai nadi teraba atau tekanan darah >90mmHg. Baru kemudian lakukan resusitasi
cairan. Cairan yang dibutuhkan dalam penanganan syok tidak dihitung. Resusitasi cairan
yang sering digunakan adalah cara Baxter.5

Baxter dengan rumus :

4cc x kgBB x %luka bakar

Setengah dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama dan sisanya diberikan selama
16 jam berikutnya. Cairan yang diberikan biasanya RL karena terjadi defisit ion Na.

Cara lain yang bisa dilakukan adalah cara Evans :

1. %luka bakar x kgBB menjadi NaCl per 24 jam

2. %luka bakar x kgBB menjadi ml plasma per 24 jam

Keduanya merupakan pengganti cairan yang hilang akibat edema. Plasma diperlukan
untuk mengganti plasma yang keluar dari pembuluh darah dan meninggikan tekanan osmosis
hingga mengurangi perembesan keluar dan menarik kembali cairan yang telah keluar.

3. Sebagai pengganti cairan yang hilang akibat penguapan, diberikan 2000cc glukosa 5%
per 24jam.

Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya dalam 16 jam
berikutnya.

- Pasang kateter untuk memonitor produksi urin. Diharapkan produksi urin ½ -


1cc/KgBB/jam

- Pasang CVP pada luka bakar >/=40% dan pada penderita yang mengalami kesulitan
untuk mengukur tekanan darah.

Formula Parkland:
 Hari I (24jam pertama):
8 jam pertama: [0,5 x (4 cc x kgBB x % TBSA )] / 8 jam =cc/jam
16 jam kedua: [0,5 X (4 cc x kg BB x % TBSA)] / 16 jam = cc/jam
 Penambahan cairan rumatan pada anak :
4 cc/kgBB/jam dalam 10 kg pertama
2 cc/kg BB/jam dalam 10 kg kedua (11-20kg)
1 cc/kgBB/jam untuk tiap >20kg

Survei Sekunder

 Penilaian luas luka bakar dan derajat kedalamannya. Biasanya dihitung sebelum resusitasi
cairan definitive
 Pasang NGT. Untuk dekompresi penderita yang mengalami ileus paralitik dan untuk
memasukkan makanan
 Cuci luka dengan NaCl dan savlon, keringkan, olesi dengan salep (Dermazin) kemudian
rawat luka secara tertutup
 Pemeriksaan laboratorium darah dan Analisa Gas Darah tiap 24 jam
 Pemberian analgetika dan antibiotika

DUA PULUH EMPAT JAM KEDUA (HARI II)

 Cairan yang diberikan volumenya ½ dari hari pertama


 Pemberian koloid/plasma ekspander sudah boleh dilakukan
 Diet sudah mulai 8 jam pasca trauma bila tidak terjadi ileus, melalui NGT
 Perawatan luka dilakukan sesuai kebutuhan, biasanya setiap hari
 Hari ke 7 penderita boleh dimandikan
 Posisi penderita diletakkan dalam posisi yang baik agar tidak terjadi kontraktur maupun
problem rekonstruksi yang lain.

Terapi Luka Bakar Termal

1. Analgetik

analgetik untuk menghilangkan rasa nyeri dan memberikan kenyamanan pada pasien.
Morfin sulfat, Demerol dan Vicodin mungkin diresepkan untuk nyeri yang sangat hebat.
2. Anti Inflamasi Non steroid

Golongan obat ini digunakan untuk nyeri akibat luka bakar ringan sampai sedang.
Ibuprofen biasanya digunakan untuk terapi awal, tapi pilihan lain seperti naproxen,
ansaid dan anaprox dapat juga diberikan.

3. Antibiotik Topikal

Antibiotik topikal digunakan untuk mencegah infeksi dan pertumbuhan bakteri. Neo
sporin digunakan untuk infeksi minor dan dioleskan ke kulit 1 – 3x sehari.

Silvadene adalah krim topikal yang digunakan untuk luka bakar yang lebih berat.
Silvadene adalah obat golongan sulfa yang digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi
bakteri atau jamur. Silvadene harus dioleskan menggunakan teknik steril ke tempat luka bakar
dan tempat luka bakar tersebut harus dicuci bersih sebelum pemakaian. Hindari menggunakan
silvadene pada wajah dan silvadene tidak boleh digunakan pada neonatus, bayi berumur kurang
dari 2 tahun atau pada kehamilan trimester akhir.

Terapi Luka Bakar Kimia

Walaupun obat-obatan memegang peranan yang terbatas pada penatalaksanaan luka


bakar kimia pada umumnya namun antibiotik topikal, garam magesium dan kalsium mungkin
dapat digunakan. Setelah luka dibersihkan, terapi cairan IV dan obat-obat narkotik diberikan

1. Antibiotik

Silvadene digunakan untuk luka bakar pada kulit dan berguna dalam pencegahan
infeksi pada luka bakar derajat 2 dan 3. Obat ini harus dioleskan pada kulit 1 atau 2x sehari
dan semua obat yang diberikan sebelumnya harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum
mengoleskan salep baru. Eritromicin salep (bacitracin) digunakan untuk mencegah infeksi
pada luka bakar yang terdapat di bagian mata.

2. Analgetik
Morfin dan asetaminofen diberikan untuk penatalaksanaan nyeri dan mungkin dapat
bertindak sebagai sedatif yang penting bagi pasien yang mengalami cedera pada daerah mata.

3. Anti Inflamasi Non Steroid

Advil, Motrin, Ansaid, Naprosyn, dan anaprox adalah obat anti inflamasi yang
digunakan untuk menghilangkan nyeri ringan sampai sedang.

Terapi Luka Bakar Elektrik

Kunci dari penatalaksanaan luka bakar listrik adalah hidrasi. Hidrasi yang adekuat dapat
menurunkan morbiditas. Jika kerusakan otot terjadi sangat parah, diuretik osmotik diberikan. 1

1. Terapi Cairan
Ringer Lactat biasanya digunakan untuk terapi. Ringer lactat adalah larutan isotonik dan
berfungsi sebagai pengganti volume cairan tubuh. Pemberiannya melalui jalur intra vena dan
harus dihentikan apabila terdapat tanda-tanda edema pulmo.

2. Osmosis diuretik
Manitol adalah diuretik osmosis yang tidak dimetabolisme secara signifikan dan melewati
glomerulus tanpa direabsorpsi oleh ginjal. Manitol digunakan untuk mengembalikan dan
mempertahankan urin output.

Nutrisi

Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan keseimbangan
nitrogen yang negatif pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 2.500-3.000 kalori sehari dengan
kadar protein tinggi. Penderita yang sudah mulai stabil keadaannya memerlukan fisioterapi untuk
memperlancar peredaran darah dan mencegah kekakuan sendi. Kalau perlu, sendi diistirahatkan
dalam posisi fungsional dengan bidai.2,3,4. Terdapat beberapa rumus untuk menghitung
kebutuhan nutrisi pasien kula bakar. Persamaan Harris-Benedict dibuat untuk menghitung
kebutuhan kalori orang dewasa sementara Galvaston digunakan pada anak-anak. Rumus Curreri
digunakan untuk menghitung kebutuhan kalori dewasa dan anak-anak

Kebutuhan protein pada umumnya meningkat daripada kebutuhan energi dan tampaknya
berhubungan dengan besarnya massa tubuh. Tubuh kehilangan protein melalui luka dan karena
hal ini tubuh meningkatkan kebutuhan kalori untuk penyembuhan. Bagaimanapun juga
mayoritas dari peningkatan kebutuhan protein berasal dari adanya kerusakan otot dan terkait
penggunaannya dalam memproduksi energi. Memberikan indeks protein yang lebih tinggi tidak
dapat menghentikan proses perusakan ini akan tetapi protein penting untuk menyediakan bahan
untuk sintesis jaringan yang rusak atau hilang.

Karbohidrat merupakan penyuplai kalori terbesar pada kebanyakan kondisi terrmasuk


stress pada luka bakar. Memberikan kalori yang adekuat dari karbohidrat dapat mengurangi
penggunaan protein sebagai bahan bakar. Tubuh memecah karbohidrat menjadi glukosa yang
akan digunakan sebagai energi. Luka bakar membutuhkan glukosa untuk energi dan tidak dapat
menggunakan sumber energi lain.

Lemak dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan akan asam lemak esensial dan juga
sebagai sumber kalori. Rekomendasi umum memberikan 30% kalori dalam bentuk lemak, dan
jumlah ini bisa lebih besar jika diperlukan. Kekurangan asupan lemak berimplikasi pada
penurunan fungsi imun.6

Penilaian status nutrisi awal sebaiknya dilakukan secepatnya setelah masuk rumah sakit.
Hal ini sangat penting agar pemberian makan yang adekuat dapat diberikan dalam 24-48 jam
pertama setelah pasien mengalami luka bakar. Pengukuran berat badan dan tinggi badan yang
akurat seperti sebelum luka bakar terjadi yang dapat dilihat pada Tabel Standar Pertumbuhan
Anak sangat diperlukan untuk memperkirakan kebutuhan nutrisi pada anak.6

Tindakan bedah

Pemotongan eskar atau eskarotomi dilakukan pada luka bakar derajat tiga yang melingkar
pada ekstremitas atau tubuh karena pengerutan keropeng dan pembengkakan yang terus
berlangsung dapat mengakibatkan penjepitan yang membahayakan sirkulasi sehingga bagian
distal bisa mati.

Debridemen diusahakan sedini mungkin uantuk membuang jaringan mati dengan jalan
eksisi tangensial. Tindakan ini dilakukan sesegera mungkin setelah keadaan penderita menjadi
stabil karena eksisi tangensial juga menyebabkan perdarahan. Biasanya eksisi dini ini dilakukan
pada hari ke-3 sampai ke-7, dan pasti boleh dilakukan pada hari ke-10. Eksisi tangensial
sebaiknya tidak dilakukan lebih dari 10% luas permukaan tubuh, karena dapat terjadi perdarahan
yang cukup banyak.

Sebaiknya pada penderita luka bakar derajat dua dalam dan derajat tiga dilakukan skin
grafting untuk mencegah terjadinya keloid dan jaringan parut yang hipertropik. Skin grafting
dapat dilakukan sebelum hari kesepuluh, yaitu sebelum timbulnya jaringan granulasi.

Jenis Parut Akibat Luka Bakar(6)

Ada tiga jenis parut utama yang biasanya disebabkan oleh luka bakar: Keloid, Parut
hipertrofik dan kontraktur.

Keloid

Keloid adalah suatu pertumbuhan yang terlalu cepat dari jaringan parut. Keloid terjadi
ketika tubuh melanjutkan prosesnya untuk menghasilkan kolagen suatu protein berserat kuat,
setelah luka telah disembuhkan. Parut keloid biasanya tebal, bersimpai, kaku dan gatal selama
proses pembentukan dan perkembangannya. Keloid yang luas bisa membatasi pergerakan.

Keloid bisa dikurangi ukurannya dengan cryotherapy (pembekuan), tekanan dari luar, suntikan
kortison, suntikan steroid, radiasi atau dengan pembedahan.

Gambar 8. Keloid

Parut Hipertrofik
Parut Hipertrofik biasanya berwarna merah, tebal dan timbul, bagaimanapun juga mereka
berbeda dengan Keloid karena mereka tumbuh di bawah jaringan yang mengalami luka. Apalagi,
Parut Hipertrofik akan tumbuh dari waktu ke waktu. Pertumbuhannya ini bagaimanapun juga
dapat dikurangi dengan bantuan steroid atau suntikan.
Gambar 9. Parut Hipertrofik

Tabel 2. Perbedaan antara keloid dan parut hipertrofik(5)

Keloid Parut Hipertrofik

Permulaan Timbul setelah beberapa bulan atau tahun Timbul dalam beberapa
minggu

Invasi Meluas ke daerah kerusakan epitel Terbatas pada bekas


kerusakan

Penyembuhan Tak ada regresi Hilang sendiri

Predileksi Sternum,bahu,pipi,telinga,pinggang Dapat timbul dimanapun

Ras/bangsa Ras kulit gelap/hitam Ras kulit putih

Luka bakar Mungkin Sering

Gatal Jarang hebat Sangat mengganggu

Kontraktur
Suatu parut kontraktur adalah suatu pengencangan kulit yang permanen yang bisa
mempengaruhi otot dan tendon dibawahnya sehingga membatasi pergerakan dan mungkin
merusak atau mengurangi fungsi saraf. Kontraktur terjadi ketika jaringan elastis normal
digantikan dengan jaringan berserat yang tidak elastis. Hal ini membuat jaringan tersebut resisten
terhadap regangan dan mencegah pergerakan normal area yang terpengaruh.
Fisioterapi, tekanan dan memperbanyak berlatih dapat membantu mengendalikan
kontraktur. Suatu skin graft atau suatu prosedur penutupan mungkin bisa dilakukan.

Permasalahan Pasca Luka Bakar


Setelah sembuh dari luka, masalah berikutnya adalah jaringan parut yang dapat berkembang
menjadi cacat berat. Kontraktur kulit dapat mengganggu fungsi dan menyebabkan kekakuan
sendi atau menimbulkan cacat estetik yang buruk sekali sehingga diperlukan juga ahli ilmu jiwa
untuk mengembalikan kepercayaan diri.5
Permasalahan-permasalahan pada luka bakar:
 Infeksi dan sepsis
 Oliguria dan anuria
 Oedem paru
 ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome )
 Anemia
 Kontraktur
 Kematian

Komplikasi
 Gagal ginjal akut
 Gagal respirasi akut
 Syok
 Sepsis
 SIRS
 MODS

Sistemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS), Multi-system Organ Dysfunction


Syndrome (MODS), dan Sepsis
SIRS adalah suatu bentuk respon klinik yang bersifat sistemik terhadap berbagai stimulus
klinik berat akibat infeksi ataupun noninfeksi seperti trauma, luka bakar, reaksi autoimun, sirosis,
pankreatitis, dll. Respon ini merupakan dampak dari pelepasan mediator-mediator inflamasi
(proinflamasi) yang mulanya bersifat fisiologik dalam proses penyembuhan luka, namun oleh
karena pengaruh beberapa faktor predisposisi dan faktor pencetus, respon ini berubah secara
berlebihan (mengalami eksagregasi) dan menyebabkan kerusakan pada organ-organ sistemik,
menyebabkan disfungsi dan berakhir dengan kegagalan organ terkena menjalankan fungsinya;
MODS (Multi-system Organ Disfunction Syndrome) bahkan sampai kegagalan berbagai organ
(Multi-system Organ Failure/MOF).
Ada 5 hal yang bisa menjadi aktivator timbulnya SIRS, yaitu infection, injury,
inflamation, inadequate blood flow, dan ischemia-reperfusion injury. Kriteria klinik yang
digunakan, mengikuti hasil konsensus American College of Chest phycisians dan the Society of
Critical Care Medicine tahun 1991, yaitu bila dijumpai 2 atau lebih menifestasi berikut selama
beberapa hari, yaitu:
- Hipertermia (suhu > 38°C) atau hipotermia (suhu < 36°C)
- Takikardi (frekuensi nadi > 90x/menit)
- Takipneu (frekuensi nafas > 20x/menit) atau tekanan parsial CO2 rendah (PaCO2 < 32
mmHg)
- Leukositosis (jumlah lekosit > 12.000 sel/mm3), leukopeni (< 4000 sel/mm3) atau
dijumpai > 10% netrofil dalam bentuk imatur (band).
Gangguan sirkulasi ke berbagai organ menyebabkan kondisi-kondisi yang memicu SIRS.
Gangguan sirkulasi serebral menyebabkan disfungsi karena gangguan sistem autoregulasi
serebral yang memberi dampak sistemik (ensefelopati). Gangguan sirkulasi ke ginjal
menyebabkan iskemi ginjal khususnya tubulus berlanjut dengan Acute Tubular Necrosis (ATN)
yang berakhir dengan gagal ginjal (Acute Renal Failure/ARF). Gangguan sirkulasi perifer
menyebabkan iskemi otot-otot dengan dampak pemecahan glikoprotein yang meningkatkan
produksi Nitric Oxide (NO); NO ini berperan sebagai modulator sepsis. Gangguan sirkulasi ke
kulit dan sitem integumen menyebabkan terutama gangguan sistim imun; karena penurunan
produksi limfosit dan penurunan fungsi barrier kulit.
Komplikasi SIRS bervariasi tergantung etiologi. Komplikasi yang mungkin terjadi pada
SIRS adalah gagal napas, Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), dan pneumonia
nosokomial, gagal ginjal, perdarahan saluran cerna dan stres gastritis, anemia, Trombosis vena
dalam (Deep Vein Thrombosis/DVT), hiperglikemia, dan Disseminated intravascular
coagulation (DIC). Penatalaksanaan luka bakar bersifat lebih agresif dan bertujuan mencegah
perkembangan SIRS, MODS, dan sepsis.7

Prognosis
Prognosis pada luka bakar tergantung dari derajat luka bakar, luas permukaan badan yang
terkena luka bakar, adanya komplikasi seperti infeksi, dan kecepatan pengobatan
medikamentosa. Luka bakar minor dapat sembuh 5-10 hari tanpa adanya jaringan parut. Luka
bakar moderat dapat sembuh dalam 10-14 hari dan mungkin menimbulkan luka parut. Luka
bakar mayor membutuhkan lebih dari 14 hari untuk sembuh dan akan membentuk jaringan parut.
Jaringan parut akan membatasi gerakan dan fungsi. Dalam beberapa kasus, pembedahan
diperlukan untuk membuang jaringan parut
DAFTAR PUSTAKA

1. Sherwood, Lauralee. Pertahanan Tubuh. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Edisi 2.
2001. Jakarta: EGC.
2. Moenadjat Y. Luka bakar. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003. H. 404-409
3. Georgiade GS, Pederson WC, Luka bakar. Dalam: Sabiston DC, Jonatan O, editors. Buku
ajar bedah. Jakarta. EGC, 1995. Hal 151-63.
4. Sjamsuhidajat R, Jong WD. Luka. Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. 2006. EGC:
Jakarta. hal.73-81
5. Robert. H, Demling. MD. Current Surgical Diagnosis & Treatment. Doherty, Gerard M,
Way, Lawrence W (editor). 2006. Hlm: 248
6. Steven J. Schwults, J Perren Cobb. Wasington Manual Of Surgery, Ed 5. 2008. Hlm: 418-
425.

7. Heimbach DM, Holmes JH. Burns. In: Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL,
Hunter JG, Pollock RE, editors. Schwartz’s principal surgery. 8th ed. USA: The McGraw-Hill
Companies; 2007

Vous aimerez peut-être aussi