Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
COMBUSTIO ANAK
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. I
Agama : Islam
Suku : Betawi
Ruang : Tulip
No.RM : 03.68.21
Jaminan : BPJS
Keluhan utama:
Kulit punggung, pantat, hingga betis kiri kemerahan disertai lepuh di paha kiri belakang
terkena air panas
Riwayat perinatal :
Ibu pasien biasa memeriksakan kandungannya secara teratur ke bidan 1 kali setiap bulan
sampai usia kehamilan 9 bulan. Selama hamil ibu mengaku mendapat imunisasi TT 2 kali
di bidan. Obat–obat yang diminum selama kehamilan adalah vitamin dan penambah darah.
Tidak pernah menderita penyakit selama kehamilan.
Pasien merupakan anak perempuan lahir dari ibu G2P1A0 dengan usia kehamilan 39
minggu, lahir secara normal, persalinan ditolong oleh bidan, anak lahir langsung
menangis, berat badan lahir 2.900 gram. Panjang badan lahir lupa.
Riwayat imunisasi :
Campak : 1x (9 bulan)
Kesan : imunisasi dasar sudah lengkap sesuai dengan jadwal imunisasi depkes
2017
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan :
Pertumbuhan :
Berat badan lahir 2900 gram. Panjang badan lahir lupa. Berat badan saat ini 10 kg,
panjang badan saat ini 85 cm.
Perkembangan :
Motorik kasar
Motorik halus
Secondary Survey
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Data antropometri :
- Berat badan : 10 kg
- Tinggi badan : 85 cm
- Status gizi :
TB / U : -2SD sampai -3SD
BB/U : -2SD sampai -3SD
BB/TB : -1SD sampai -2 SD
Kesan gizi : baik
Pemeriksaan sistem
Kepala : normocephal
Mulut : bibir kering (-), bibir sianosis (-), mukosa hiperemis (-),
Jantung
Paru – paru
Abdomen
o Inspeksi : datar
o Auskultasi : bising usus (+) 15 x/ menit, hiperperistaltik
o Perkusi : timpani
o Palpasi : supel, nyeri tekan (-), turgor baik
Punggung : tampak sebagian kulit kemerahan, edema (-)
- Inferior : sebagian kulit tampak melepuh dibagian paha kiri 1/3 bawah
bagian posterior, akral hangat, edema (+)
Keadaan Spesifik
Perkiraan luas luka bakar metode Lund & Browder pada:
- ½ Posterior trunk : 7,5 %
- Pantat kanan dan kiri :5%
- Betis Kiri : 6,5 %
- Tungkai bawah :3%
TOTAL : 22 %
Gambaran luka bakar :
Luka Bakar derajat I sebesar 21 % dari hampir ½ punggung ke bawah
meliputi bokong, hingga betis kiri berupa kulit eritema disertai nyeri dan
panas.
Luka Bakar derajat II sebesar 1 % di 1/3 inferior paha belakang berupa
gelembung atau bula yang pecah yang berisi cairan eksudat dari pembuluh
darah karena perubahan permeabilitas dindingnya disertai rasa nyeri.
Disekitarnya tampak eritem dan rasa perih
PEMERIKSAAN KHUSUS
Data Antropometri
Anak perempuan usia 2 tahun 10 bulan , berat badan 10 kg, tinggi badan 85 cm.
Z-Score Indikator Pertumbuhan
Panjang/tinggi Berat terhadap umur Berat terhadap
terhadap umur panjang/tinggi
Di atas 3 Lihat catatan 1 Obesitas
Di atas 2 Lihat catatan 2 Overweight (gizi
lebih)
Di atas 1 Beresiko gizi
lebih (lihat
catatan 3)
0 (median)
Di bawah -1
Di bawah -2 Perawakan pendek Gizi kurang Kurus
(lihat catatan 4)
Di bawah -3 Perawakan sangat Gizi buruk (lihat Sangat kurus
pendek/kerdil (lihat catatan 5)
catatan 4)
Catatan :
1. Anak dalam kelompok ini berperawakan tinggi. Hal ini tidak masih normal. Singkirkan
kelainan hormonal sebagai penyebab perawakan tinggi.
2. Anak dalam kelompok ini mungkin memiliki masalah pertumbuhan, tapi lebih baik
diukur menggunakan perbandingan berat badan terhadap panjang/tinggi atau IMT
terhadap umur.
3. Titik plot yang berada di atas angka 1 menunjukan beresiko gizi lebih. Jika makin
mengarah ke garis Z-scor 2 resiko gizi lebih makin meningkat.
4. Mungkin untuk anak dengan perawakan pendek atau sangat pendek memiliki gizi lebih.
5. Hal ini merujuk pada gizi sangat kurang dalam modul pelatihan IMCI (Integrated
Management of Childhood Illness in-service training. WHO, Geneva 1997).
Secondary Survey
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Data antropometri :
- Berat badan : 10 kg
- Tinggi badan : 85 cm
- Status gizi : gizi baik
- Status Lokalis : Tampak luka kemerahan dan perih di daerah punggung, pantat, perineum
hingga betis kiri, Tampak luka dengan bula yang pecah di 1/3 paha kiri bawah bagian
belakang,
V. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
- Kompres Kassa + NS
- Salep Burnazin Luka Bakar Grade I, Salep Bioplacenton Luka Bakar Grade II
- IVFD RL 880 cc/24 jam
- Diet sesuai usia tinggi karbohidrat tinggi protein 1000 kkal
- Cefadroxil 2 x 150 mg p.o
- Parasetamol pulv 4x 150 mg p.r.n demam
Kebutuhan cairan : Baxter Formula
4cc x BB x persen luka bakar
4 x 10 x 22
880 cc
440 cc diberikan dalam 8 jam pertama , 440 cc berikutnya diberikan untuk 16 jam
- Hari kedua jumlah cairan ½ dari kebutuhan cairan hari pertama : 440 cc
Non Medikamentosa
- Tirah baring
- Diet TKTP
VI. EVALUASI
- Keadaan umum dan tanda – tanda vital
- Tanda-tanda dehidrasi
- Diuresis
VII. KOMPLIKASI
- Dehidrasi berat - Syok
- Kontraktur
- Gizi buruk
- SIRS
- Sepsis
- ARDS
- Gagal Ginjal Akut
VIII. EDUKASI
1. Menjelaskan orangtua tentang kondisi anak
Keadaan umum
Gambaran luas luka bakar
2. Memberitahukan cara penanganan awal luka bakar.
Hentikan kontak penyebab
Bersihkan dengan air mengalir
Bawa sesegera mungkin ke faskes terdekat
Perawatan luka : luka dibersihkan dengan air matang bersih, disalepkan setelah dibersihkan
Jika muncul keropeng, biarkan mengering dan lepas sendiri
Jika muncul nanah, demam tinggi, nafas dalam disertai sesak, anak tidak sadar segera ke
faskes terdekat
Jika muncul gatal dalam masa pemulihan luka, hindari anak menggaruk luka
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
LEMBAR FOLLOW UP
Tanggal &Jam 4/1/2017 8.30 WIB
Keluhan Panas (+) Perih bagian luka (+), BAB (+) 1 x di RS, Kentut (+) BAK baik,
Makan minum baik,
KU/KES TSS/CM
TTV:
RR 19x/menit
HR 98x/menit
S 37,4 0C
Kepala Dbn
Kulit Dbn
Telinga Dbn
Hidung Dbn
Tenggorok Dbn
Thorax :
Cor dbn
Pulmo dbn
Abdomen Supel, BU + normal, turgor kulit baik
Ekstremitas Akral hangat, CRT < 2’’, luka bakar grade 2 mulai mengering
TINJAUAN PUSTAKA
Kulit adalah organ terbesar di tubuh, tidak hanya berfungsi sebagai sawar mekanis antara
lingkungan eksternal dan jaringan dibawahnya, tetapi secara dinamis juga terlibat dalam
mekanisme pertahanan dan berbagai fungsi lain. Kulit terdiri dari dua lapisan, epidermis dan
dermis.1
EPIDERMIS
Epidermis terdiri dari beberapa lapisan sel epitel. Lapisan epidermis di bagian dalam
terdiri dari sel- sel berbentuk kubus yang hidup dan cepat membelah diri, sementara sel di
lapisan luar mati dan menggepeng. Sewaktu sel-sel di bagian luar mati, yang tertinggal
hanya inti kreatinin fibrosa yang membentuk skuama keras-gepeng dan menjadi lapisan
kreatinisasi protektif-kuat. Lapisan kreatinisasinya bersifat kedap udara, cukup kedap air
dan sulit untuk ditembus oleh sebagian besar bahan. Lapisan ini juga berfungsi menahan
lewatnya bahan dalam kedua arah antara tubuh dan lingkungan eksternal. Epidermis
mengandung empat jenis sel : 1
Sel kreatinosit
Melanosit
Sel langerhans
Sel granstein
1. Stratum corneum
2. Stratum lucidum
3. Stratum granulosum
4. Stratum spinosum
5. Stratum basale
Kelenjar eksokrin kulit terdiri dari kelenjar dari kelenjar sebasea,yang menghasilkan sebum,
suatu bahan berminyak yang melunakkan dan membuat kulit kedap air, dan kelenjar keringat,
yang mengahsilkan keringat pendingin.1
B. DEFINISI & ETIOLOGI LUKA BAKAR
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar
merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi yang memerlukan
penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok) sampai fase lanjut.
Luka bakar dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara langsung maupun tidak
langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga.
Selain itu, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia juga dapat
menyebabkan luka bakar. Secara garis besar, penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi
menjadi:2
Paparan api
o Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka, dan
menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut.
o Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan benda panas. Luka
bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang mengalami kontak.
Scalds (air panas)
Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan semakin lama waktu
kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan ditimbulkan.
Uap panas
Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator mobil. Uap panas
menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang tinggi dari uap serta dispersi oleh
uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi inhalasi, uap panas dapat menyebabkan cedera
hingga ke saluran napas distal di paru..
Aliran listrik
Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh. Umumnya luka
bakar mencapai kulit bagian dalam menimbulkan luka masuk dan keluar. Listrik yang
menyebabkan percikan api dan membakar pakaian dapat menyebabkan luka bakar
tambahan. Pada luka akibat petir ditemukan gambaran khas aboressent mark(gambaran
seperti pohon cemara)
Zat kimia (asam atau basa)
Radiasi
Sunburn sinar matahari, terapi radiasi
Patofisiologi
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kesakitan. Pembuluh kapiler yang terpajan
suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak
sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan edema dan
menimbulkan bula yang mengandung banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya
volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan
akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar
derajat II, dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat III.
Bila luas luka bakar kurang dari 20%, mekanisme kompensasi tubuh relatif masih bisa
mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20%, dapat terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang
khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun dan
produksi urin yang berkurang. Pada kebakaran ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah,
dapat terjadi kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap atau uap panas yang terisap. Edema
laring yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala sesak
napas, takipnea, stridor, suara serak dan dahak berwarna gelap akibat jelaga.
Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lainnya. CO akan mengikat
hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu lagi mengikat oksigen. Tanda
keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual dan muntah. Pada keracunan yang berat
terjadi koma. Bila lebih dari 60% hemoglobin terikat CO, penderita dapat meninggal.
Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi serta
penyerapan kembali cairan edema ke pembuluh darah. Ini ditandai dengan meningkatnya
diuresis.
Luka bakar relatif tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang merupakan medium
yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah infeksi. Pada awalnya, infeksi
biasanya disebabkan oleh kokus Gram positif yang berasal dari kulit sendiri atau dari saluran
napas, tetapi kemudian dapat terjadi invasi kuman Gram negatif, Pseudomonas aeruginosa yang
dapat menghasilkan eksotoksin protease dari toksin lain yang berbahaya, terkenal sangat agresif
dalam invasinya pada luka bakar. Infeksi pseudomonas dapat dilihat dari warna hijau pada kasa
penutup luka bakar.
Infeksi ringan dan noninvasif ditandai dengan keropeng yang mudah terlepas dengan
nanah yang banyak. Infeksi yang invasif ditandai dengan keropeng yang kering dengan
perubahan jaringan di tepi keropeng yang mula-mula sehat menjadi nekrotik; akibatnya, luka
bakar yang mula-mula derajat II menjadi derajat III.
Pada luka bakar berat dapat ditemukan ileus paralitik. Pada fase akut, peristalsis usus
menurun atau berhenti karena syok, sedangkan pada fase mobilisasi, peristalsis dapat menurun
karena kekurangan ion kalium.
Stres atau badan faali yang terjadi pada penderita luka bakar berat dapat menyebabkan
terjadinya tukak di mukosa lambung atau duodenum dengan gejala yang sama dengan gejala
tukak peptik. Kelainan ini dikenal sebagai tukak Curling.
Fase permulaan luka bakar merupakan fase katabolisme sehingga keseimbangan protein menjadi
negatif. Protein tubuh banyak hilang karena eksudasi, metabolisme tinggi dan infeksi. Penguapan
berlebihan dari kulit yang rusak juga memerluka kalori tambahan. Tenaga yang diperlukan tubuh
pada fase ini terutama didapat dari pembakaran protein dari otot skelet. Oleh karena itu,
penderita menjadi sangat kurus, otot mengecil, dan berat badan menurun. Dengan demikian,
korban luka bakar menderita penyakit berat yang disebut penyakit luka bakar. Bila luka bakar
menyebabkan cacat, terutama bila luka mengenai wajah sehingga rusak berat, penderita mungkin
mengalami beban kejiwaan berat. Jadi prognosis luka bakar ditentukan oleh luasnya luka bakar.4
Dalam perjalanan penyakit, dapat dibedakan menjadi tiga fase pada luka bakar, yaitu:
Diagnosis
Menurut American Burn Association, seorang pasien diindikasikan untuk dirawat inap
bila:
Dalam perhitungan agar lebih mempermudah dapat dipakai luas telapak tangan penderita adalah 1
% dari luas permukaan tubuhnya. Pada anak –anak dipakai modifikasi Rule of Nine menurut Lund and
Brower, yaitu ditekankan pada umur 15 tahun, 5 tahun dan 1 tahun.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan:
1. Pemeriksaan darah rutin dan kimia darah
2. Urinalisis
3. Pemeriksaan keseimbangan elektrolit
4. Analisis gas darah
5. Radiologi – jika ada indikasi ARDS
6. Pemeriksaan lain yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis SIRS dan MODS
Penatalaksanaan
Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api pada tubuh, misalnya dengan
menyelimuti dan menutupi bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen pada api
yang menyala. Kontak dengan bahan yang panas juga harus cepat diakhiri, misalnya dengan
mencelupkan bagian yang terbakar atau menceburkan diri ke air dingin atau melepaskan baju
yang tersiram air panas.4
Pertongan pertama setelah sumber panas dihilangkan adalah merendam daerah luka
bakar dengan air atau menyiraminya dengan air mengalir selama sekurang kurangnya lima belas
menit. Proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung terus
setelah api dipadamkan sehingga destruksi tetap dapat meluas.4
Pada luka bakar ringan, prinsip penanganan utama adalah mendinginkan daerah yang
terbakar dengan air, mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisa-sisa sel epitel untuk
berploriferasi dan menutup permukaan luka. Luka dapat dirawat secara tertutup atau terbuka.
Pada luka bakar berat, selain penanganan umum seperti pada luka bakar ringan, kalau
perlu dilakukan resusitasi segera bila penderita menunjukkan gejala syok. Bila penderita
menunjukkan gejala terbakarnya jalan nafas/ edema laring, dipasang endotrakeal tube atau dibuat
trakeostomi. Trakeostomi berfungsi untuk membebaskan jalan nafas, mengurangi ruang mati dan
memudahkan pembersihan jalan nafas dari lendir atau kotoran. Bila ada dugaan keracunan CO,
diberikan oksigen murni.
Perawatan lokal adalah mengoleskan luka dengan antiseptik dan membiarkannya terbuka
untuk perawatan terbuka atau menutupnya dengan pembalut steril untuk perawatan tertutup.
Kalau perlu, penderita dimandikan terlebih dahulu. Selanjutnya diberikan pencegahan tetanus
berupa ATS dan/atau toksoid. Analgesik diberikan bila penderita kesakitan.1
Terdapat prinsip terapi pada luka bakar yang dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Terapi fase akut
1. Hentikan dan hindarkan kontak langsung dengan penyebab luka bakar.
2. Menilai keadaan umum penderita: adanya sumbatan jalan nafas, nadi, tekanan darah
dan kesadaran (ABC)
- Bila terjadi obstruksi jalan nafas: Bebaskan jalan nafas
- Bila terjadi shock: segera infuse (grojog) tanpa memperhitungkan luas luka bakar
dan kebutuhan cairan (RL).
- Bila tidak shok: segera diinfus sesuai dengan perhitungan kebutuhan cairan.
3. Perawatan luka
- Luka dicuci dan dibersihkan dengan air steril dan antiseptic
- Bersihkan luka dengan kasa atau handuk basah, inspeksi tanda-tanda infeksi,
keringkan dengan handuk bersih dan re-dress pasien dengan menggunakan
medikasi topikal. Luka bakar wajah superficial dapat diobati dengan ointment
antibacterial. Luka sekitar mata dapat diterapi dengan ointment antibiotik mata
topical. Luka bakar yang dalam pada telinga eksternal dapat diterapi dengan
mafenide acetat, karena zat tersebut dapat penetrasi ke dalam eschar dan
mencegah infeksi purulen kartilago.
- Obat- obat topical yang digunakan untuk terapi luka bakar seperti: silver
sulfadiazine, contoh Silvaden, Burnazine, Dermazine, dll.
- Kulit yang terkelupas dibuang, bulae (2-3 cm) dibiarkan
- Bula utuh dengan cairan > 5 cc dihisap, < 5 cc dibiarkan
Bula sering terjadi pada jalur skin graft donor yang baru dan pada luka yang
ungraft. Membrane basal lapisan epitel baru kurang berikatan dengan bed dari
luka bakar. Struktur ini dapat mengalami rekonstruksi sendiri dalam waktu
beberapa bulan dan menjadi bullae. Bulla ini paling baik diterapi dengan dihisap
dengan jarum yang bersih, memasang lagi lapisan epitel pada permukaan luka,
dan menutup dengan pembalut adhesif. Pembalut adhesive ini dapat direndam.
- Pasien dipindahkan ke tempat steril
- Pemberian antibiotic boardspectrum bersifat profilaksis.
- Berikan analgetik untuk menghilangkan nyeri dan antacid untuk menghindari
gangguan pada gaster.
- Berikan ATS untuk menghindari terjadinya tetanus
- Pasang catheter folley untuk memantau produksi urine pasien
- Pasang NGT (Nasogastric tube), untuk menghindari ileus paralitic.
b. Terapi fase pasca akut
- Perawatan luka
- Eschar escharectom (Eschar : jaringan kulit yang nekrose, kuman yang mati,
serum, darah kering)
- Gangguan AVN distal karena tegang (compartment syndrome) escharotomi
atau fasciotomi
- Kultur dan sensitivity test antibiotika Antibiotika diberikan sesuai hasilnya
- Dimandikan tiap hari atau 2 hari sekali
- Kalau perlu pemberian Human Albumin
- Keadaan umum penderita
Dilihat keadaan umum penderita dengan menilai beberapa hal seperti kesadaran, suhu
tubuh, dan sirkulasi perifer. Jika didapatkan penurunan kesadaran, febris dan sirkulasi
yang jelek, hal ini menandakan adanya sepsis.
- Diet dan cairan
Survei primer :
Adakah trauma inhalasi: anamnesa, suara serak (stridor)→observasi selama 24 jam bila
perlu pasang ET atau lakukan trakheostomi.
Perhatikan adanya stridor (mengorok), suara serak, dahak berwarna jelaga (black sputum),
gagal napas, bulu hidung yang terbakar, bengkak pada wajah. Luka bakar pada daerah
orofaring dan leher membutuhkan tatalaksana intubasi (pemasangan pipa saluran napas ke
dalam trakea/batang tenggorok) untuk menjaga jalan napas yang adekuat/tetap terbuka.
Intubasi dilakukan di fasilitas kesehatan yang lengkap.5
C (Circulation)
Dilakukan resusitasi cairan. Bila penderita syok maka diatasi dulu syoknya dengan infus RL
diguyur sampai nadi teraba atau tekanan darah >90mmHg. Baru kemudian lakukan resusitasi
cairan. Cairan yang dibutuhkan dalam penanganan syok tidak dihitung. Resusitasi cairan
yang sering digunakan adalah cara Baxter.5
Setengah dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama dan sisanya diberikan selama
16 jam berikutnya. Cairan yang diberikan biasanya RL karena terjadi defisit ion Na.
Keduanya merupakan pengganti cairan yang hilang akibat edema. Plasma diperlukan
untuk mengganti plasma yang keluar dari pembuluh darah dan meninggikan tekanan osmosis
hingga mengurangi perembesan keluar dan menarik kembali cairan yang telah keluar.
3. Sebagai pengganti cairan yang hilang akibat penguapan, diberikan 2000cc glukosa 5%
per 24jam.
Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya dalam 16 jam
berikutnya.
- Pasang CVP pada luka bakar >/=40% dan pada penderita yang mengalami kesulitan
untuk mengukur tekanan darah.
Formula Parkland:
Hari I (24jam pertama):
8 jam pertama: [0,5 x (4 cc x kgBB x % TBSA )] / 8 jam =cc/jam
16 jam kedua: [0,5 X (4 cc x kg BB x % TBSA)] / 16 jam = cc/jam
Penambahan cairan rumatan pada anak :
4 cc/kgBB/jam dalam 10 kg pertama
2 cc/kg BB/jam dalam 10 kg kedua (11-20kg)
1 cc/kgBB/jam untuk tiap >20kg
Survei Sekunder
Penilaian luas luka bakar dan derajat kedalamannya. Biasanya dihitung sebelum resusitasi
cairan definitive
Pasang NGT. Untuk dekompresi penderita yang mengalami ileus paralitik dan untuk
memasukkan makanan
Cuci luka dengan NaCl dan savlon, keringkan, olesi dengan salep (Dermazin) kemudian
rawat luka secara tertutup
Pemeriksaan laboratorium darah dan Analisa Gas Darah tiap 24 jam
Pemberian analgetika dan antibiotika
1. Analgetik
analgetik untuk menghilangkan rasa nyeri dan memberikan kenyamanan pada pasien.
Morfin sulfat, Demerol dan Vicodin mungkin diresepkan untuk nyeri yang sangat hebat.
2. Anti Inflamasi Non steroid
Golongan obat ini digunakan untuk nyeri akibat luka bakar ringan sampai sedang.
Ibuprofen biasanya digunakan untuk terapi awal, tapi pilihan lain seperti naproxen,
ansaid dan anaprox dapat juga diberikan.
3. Antibiotik Topikal
Antibiotik topikal digunakan untuk mencegah infeksi dan pertumbuhan bakteri. Neo
sporin digunakan untuk infeksi minor dan dioleskan ke kulit 1 – 3x sehari.
Silvadene adalah krim topikal yang digunakan untuk luka bakar yang lebih berat.
Silvadene adalah obat golongan sulfa yang digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi
bakteri atau jamur. Silvadene harus dioleskan menggunakan teknik steril ke tempat luka bakar
dan tempat luka bakar tersebut harus dicuci bersih sebelum pemakaian. Hindari menggunakan
silvadene pada wajah dan silvadene tidak boleh digunakan pada neonatus, bayi berumur kurang
dari 2 tahun atau pada kehamilan trimester akhir.
1. Antibiotik
Silvadene digunakan untuk luka bakar pada kulit dan berguna dalam pencegahan
infeksi pada luka bakar derajat 2 dan 3. Obat ini harus dioleskan pada kulit 1 atau 2x sehari
dan semua obat yang diberikan sebelumnya harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum
mengoleskan salep baru. Eritromicin salep (bacitracin) digunakan untuk mencegah infeksi
pada luka bakar yang terdapat di bagian mata.
2. Analgetik
Morfin dan asetaminofen diberikan untuk penatalaksanaan nyeri dan mungkin dapat
bertindak sebagai sedatif yang penting bagi pasien yang mengalami cedera pada daerah mata.
Advil, Motrin, Ansaid, Naprosyn, dan anaprox adalah obat anti inflamasi yang
digunakan untuk menghilangkan nyeri ringan sampai sedang.
Kunci dari penatalaksanaan luka bakar listrik adalah hidrasi. Hidrasi yang adekuat dapat
menurunkan morbiditas. Jika kerusakan otot terjadi sangat parah, diuretik osmotik diberikan. 1
1. Terapi Cairan
Ringer Lactat biasanya digunakan untuk terapi. Ringer lactat adalah larutan isotonik dan
berfungsi sebagai pengganti volume cairan tubuh. Pemberiannya melalui jalur intra vena dan
harus dihentikan apabila terdapat tanda-tanda edema pulmo.
2. Osmosis diuretik
Manitol adalah diuretik osmosis yang tidak dimetabolisme secara signifikan dan melewati
glomerulus tanpa direabsorpsi oleh ginjal. Manitol digunakan untuk mengembalikan dan
mempertahankan urin output.
Nutrisi
Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan keseimbangan
nitrogen yang negatif pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 2.500-3.000 kalori sehari dengan
kadar protein tinggi. Penderita yang sudah mulai stabil keadaannya memerlukan fisioterapi untuk
memperlancar peredaran darah dan mencegah kekakuan sendi. Kalau perlu, sendi diistirahatkan
dalam posisi fungsional dengan bidai.2,3,4. Terdapat beberapa rumus untuk menghitung
kebutuhan nutrisi pasien kula bakar. Persamaan Harris-Benedict dibuat untuk menghitung
kebutuhan kalori orang dewasa sementara Galvaston digunakan pada anak-anak. Rumus Curreri
digunakan untuk menghitung kebutuhan kalori dewasa dan anak-anak
Kebutuhan protein pada umumnya meningkat daripada kebutuhan energi dan tampaknya
berhubungan dengan besarnya massa tubuh. Tubuh kehilangan protein melalui luka dan karena
hal ini tubuh meningkatkan kebutuhan kalori untuk penyembuhan. Bagaimanapun juga
mayoritas dari peningkatan kebutuhan protein berasal dari adanya kerusakan otot dan terkait
penggunaannya dalam memproduksi energi. Memberikan indeks protein yang lebih tinggi tidak
dapat menghentikan proses perusakan ini akan tetapi protein penting untuk menyediakan bahan
untuk sintesis jaringan yang rusak atau hilang.
Lemak dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan akan asam lemak esensial dan juga
sebagai sumber kalori. Rekomendasi umum memberikan 30% kalori dalam bentuk lemak, dan
jumlah ini bisa lebih besar jika diperlukan. Kekurangan asupan lemak berimplikasi pada
penurunan fungsi imun.6
Penilaian status nutrisi awal sebaiknya dilakukan secepatnya setelah masuk rumah sakit.
Hal ini sangat penting agar pemberian makan yang adekuat dapat diberikan dalam 24-48 jam
pertama setelah pasien mengalami luka bakar. Pengukuran berat badan dan tinggi badan yang
akurat seperti sebelum luka bakar terjadi yang dapat dilihat pada Tabel Standar Pertumbuhan
Anak sangat diperlukan untuk memperkirakan kebutuhan nutrisi pada anak.6
Tindakan bedah
Pemotongan eskar atau eskarotomi dilakukan pada luka bakar derajat tiga yang melingkar
pada ekstremitas atau tubuh karena pengerutan keropeng dan pembengkakan yang terus
berlangsung dapat mengakibatkan penjepitan yang membahayakan sirkulasi sehingga bagian
distal bisa mati.
Debridemen diusahakan sedini mungkin uantuk membuang jaringan mati dengan jalan
eksisi tangensial. Tindakan ini dilakukan sesegera mungkin setelah keadaan penderita menjadi
stabil karena eksisi tangensial juga menyebabkan perdarahan. Biasanya eksisi dini ini dilakukan
pada hari ke-3 sampai ke-7, dan pasti boleh dilakukan pada hari ke-10. Eksisi tangensial
sebaiknya tidak dilakukan lebih dari 10% luas permukaan tubuh, karena dapat terjadi perdarahan
yang cukup banyak.
Sebaiknya pada penderita luka bakar derajat dua dalam dan derajat tiga dilakukan skin
grafting untuk mencegah terjadinya keloid dan jaringan parut yang hipertropik. Skin grafting
dapat dilakukan sebelum hari kesepuluh, yaitu sebelum timbulnya jaringan granulasi.
Ada tiga jenis parut utama yang biasanya disebabkan oleh luka bakar: Keloid, Parut
hipertrofik dan kontraktur.
Keloid
Keloid adalah suatu pertumbuhan yang terlalu cepat dari jaringan parut. Keloid terjadi
ketika tubuh melanjutkan prosesnya untuk menghasilkan kolagen suatu protein berserat kuat,
setelah luka telah disembuhkan. Parut keloid biasanya tebal, bersimpai, kaku dan gatal selama
proses pembentukan dan perkembangannya. Keloid yang luas bisa membatasi pergerakan.
Keloid bisa dikurangi ukurannya dengan cryotherapy (pembekuan), tekanan dari luar, suntikan
kortison, suntikan steroid, radiasi atau dengan pembedahan.
Gambar 8. Keloid
Parut Hipertrofik
Parut Hipertrofik biasanya berwarna merah, tebal dan timbul, bagaimanapun juga mereka
berbeda dengan Keloid karena mereka tumbuh di bawah jaringan yang mengalami luka. Apalagi,
Parut Hipertrofik akan tumbuh dari waktu ke waktu. Pertumbuhannya ini bagaimanapun juga
dapat dikurangi dengan bantuan steroid atau suntikan.
Gambar 9. Parut Hipertrofik
Permulaan Timbul setelah beberapa bulan atau tahun Timbul dalam beberapa
minggu
Kontraktur
Suatu parut kontraktur adalah suatu pengencangan kulit yang permanen yang bisa
mempengaruhi otot dan tendon dibawahnya sehingga membatasi pergerakan dan mungkin
merusak atau mengurangi fungsi saraf. Kontraktur terjadi ketika jaringan elastis normal
digantikan dengan jaringan berserat yang tidak elastis. Hal ini membuat jaringan tersebut resisten
terhadap regangan dan mencegah pergerakan normal area yang terpengaruh.
Fisioterapi, tekanan dan memperbanyak berlatih dapat membantu mengendalikan
kontraktur. Suatu skin graft atau suatu prosedur penutupan mungkin bisa dilakukan.
Komplikasi
Gagal ginjal akut
Gagal respirasi akut
Syok
Sepsis
SIRS
MODS
Prognosis
Prognosis pada luka bakar tergantung dari derajat luka bakar, luas permukaan badan yang
terkena luka bakar, adanya komplikasi seperti infeksi, dan kecepatan pengobatan
medikamentosa. Luka bakar minor dapat sembuh 5-10 hari tanpa adanya jaringan parut. Luka
bakar moderat dapat sembuh dalam 10-14 hari dan mungkin menimbulkan luka parut. Luka
bakar mayor membutuhkan lebih dari 14 hari untuk sembuh dan akan membentuk jaringan parut.
Jaringan parut akan membatasi gerakan dan fungsi. Dalam beberapa kasus, pembedahan
diperlukan untuk membuang jaringan parut
DAFTAR PUSTAKA
1. Sherwood, Lauralee. Pertahanan Tubuh. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Edisi 2.
2001. Jakarta: EGC.
2. Moenadjat Y. Luka bakar. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003. H. 404-409
3. Georgiade GS, Pederson WC, Luka bakar. Dalam: Sabiston DC, Jonatan O, editors. Buku
ajar bedah. Jakarta. EGC, 1995. Hal 151-63.
4. Sjamsuhidajat R, Jong WD. Luka. Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. 2006. EGC:
Jakarta. hal.73-81
5. Robert. H, Demling. MD. Current Surgical Diagnosis & Treatment. Doherty, Gerard M,
Way, Lawrence W (editor). 2006. Hlm: 248
6. Steven J. Schwults, J Perren Cobb. Wasington Manual Of Surgery, Ed 5. 2008. Hlm: 418-
425.
7. Heimbach DM, Holmes JH. Burns. In: Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL,
Hunter JG, Pollock RE, editors. Schwartz’s principal surgery. 8th ed. USA: The McGraw-Hill
Companies; 2007