Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENELITIAN MANDIRI
Oleh:
ABDUL HADI
UNIVERSITAS PATTIMURA
MARET 2015
HalamanPengesahan
Mengetahui,
KetuaLembagaPenelitian
BAB I PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
Kata Kunci : Telescopic Shock Absorber, Oil Damper, Getaran Respon Frekuensi
BAB I
PENDAHULUAN
Sesuai fungsinya sebagai alat transportasi maka kendaraan bermotor harus didesain
sehingga dapat membuat rasa aman dan nyaman bagi pengendaranya, salah satu
antara body atau rangka dengan roda-roda yang berfungsi untuk meredam getaran-
getaran atau kejutan-kejutan (beban dinamis) yang ditimbulkan oleh keadaan jalan
dan juga berfungsi sebagai tumpuan atau penahan berat kendaraan (beban statis).
Kontruksi suspensi dibuat sedemikian rupa sehingga kendaraan dapat berjalan dengan
Shock absorber adalah sebuah alat mekanik yang didesain untuk meredam
getaran dan merupakan bagian penting dalam susupensi kendaraan bermotor, alat ini
selain itu Shock absorber diharapkan tetap stabil saat sepeda motor menikung,
sehingga mudah dikendalikan dengan itu getaran akibat kerja mesin dapat diredam.
Oleh Shock absorber gerak ayun naik turun badan sepeda motor diperlambat
2
sehingga menjadi nyaman dan tidak mengejut, itulah sebabnya shock absorber
disebut juga sebagai peredam kejut. Dengan demikian, gangguan pada shock
Media peredaman yang digunakan oleh shock absorber dapat berupa oli, karet
(rubber), ataupun gas nitrogen. Gaya redaman dihasilkan akibat adanya tahanan
media peredaman baik oli ataupun gas nitrogen melalui saluran output pada saat
(naik maupun turun) melalui lubang-lubang saluran yang terdapat pada piston
damper. Gerakan menahan yang dilakukan oleh piston damper didapatkan dari oli
yang meredam gerakan pegas, melalui perubahan lubang keluar masuknya oli pada
telah menyediakan Oli refile yang bisa kita dapatkan di bengkel resmi maupun
bengkel-bengkel non resmi, namun pada umumnya hanya mnggunakan satu merk oli
peredam yang sama untuk berbagai jenis sepeda motor. Oli yang digunakan yaitu
jumbo oil shock absorber. Sehingga perlu dikaji sberepa besar redaman yang
dihasilkan oleh penggunaan berbagai jenis merk pelumas yang dipakai sebagai
redaman.
3
minyak pelumas.
Jupiter
TINJAUAN PUSTAKA
Suspensi pada sepeda motor biasanya bersatu dengan garpu (fork), baik untuk
bagian depan maupun bagian belakang. Tetapi ada juga sebagian motor, suspensi
belakang bukan sekaligus sebagai garpu belakang dan biasanya disebut sebagai
monoshock (peredam kejut tunggal).
6
2.2. Prinsip kerja suspensi
1) Pada saat kendaraan melewati permukaan jalan yang tidak rata Kendaraan
akan mengalami kejutan dan getaran yang diterima roda dari permukaan jalan,
kemudian kejutan dan getaran tersebut akan diteruskan oleh roda ke sistem
suspensi. Pegas suspensi bereaksi dengan cara melakukan gerakan mengayun,
kemudian dikembalikan lagi (rebound) ke roda, sehingga kejutan dan getaran
tidak langsung diterima oleh body/rangka.
2) Setelah kendaraan melewati permukaan jalan yang tidak rata gerakan ayunan
pegas tetap akan berlangsung beberapa saat walaupun kendaraan telah
melewati permukaan jalan yang tidak rata. Keadaan ini akan mengakibatkan
pengendaraan tidak nyaman dan berbahaya.
Untuk mengatasi hal ini, peredam kejut atau (shock absorber) dipasangkan
pada sistem suspensi, dimana peredam kejut akan bekerja menyerap kelebihan
ayunan (osilasi) pegas sehingga pengendalian akan terasa stabil.
7
2.3. Sistem Suspensi Depan (Front Suspension)
Jenis sistem suspensi depan yang umum digunakan pada sepeda motor
diantaranya :
1) Suspensi Bottom Link/Pivoting Link, jenis ini dipergunakan pada sepeda
motor tipe cub (Leading link) dan scooter (Trailing Link) model lama,
dan belakangan ini sudah tidak begitu popular.
Keuntungan :
Pada saat pengereman, konstruksi link akan menaikkan bagian depan
kendaraan, sehingga gejala kendaraan menukik akibat pengereman dapat
diminimalisir.
Kerugian :
a) Adanya link dan engsel menyebabkan sistem suspensi ini
memerlukan perawatan dan pelumasan rutin.
b) Keausan bushing pada bagian engsel link akan menyebabkan
kedudukan roda miring terhadap sumbu geometrinya. Kurang
nyaman digunakan pada kecepatan tinggi maupun off road.
2) Suspensi Telescopic, jenis ini paling banyak dipergunakan pada sepeda
motor CC kecil sampai dengan CC sedang.
Keuntungan :
a) Tidak memerlukan perawatan ekstra seperti halnya pada sistem
suspensi bottom link.
b) Kenyamanan dan keamanan pada kecepatan tinggi tetap terjaga.
Kerugian :
Bagian depan kendaraan cenderung menukik pada saat pengereman,
sehingga kemungkinan pengendara terjungkal pada saat pengereman
mendadak lebih besar.
8
Gambar 2.4. Suspensi Depan Telescopic & Bottom Link
Telescopic fork terdiri dari inner tube dan outer tube, ujung bagian bawah dari
outer tube dipasang as roda depan dan ujung atas inner tube terpasang under bracket.
Telescopic fork ditekan dan ditarik oleh gulungan pegas/coil spring dan oli. Sistem
ini mempunyai kekuatan yang sempurna dengan langkah peredam yang panjang
sehingga mempunyai faktor peredam yang sangat besar.
Suspensi teleskopik terdiri dari dua garpu (fork) yang dijepitkan pada steering
yoke.
9
Gambar 2.6 Bagian Luar Suspensi Depan Telescopic Fork
Garpu teleskopik menggunakan penahan getaran pegas dan oli garpu. Pegas
menampung getaran dari benturan roda dengan permukaan jalan dan oli garpu
mencegah getaran diteruskan ke batang kemudi.
Sistem suspensi depan jenis telescopic fork ini paling banyak digunakan pada
sepeda motor jenis sport bike, moped dan scooter. Suspensi jenis ini bekerja
berdasarkan pergerakan turun naik pipa garpu yang mendapat bantuan tekanan pegas
dan sebagai fungsi damping (peredam) sistem. Suspensi telescopic fork ada dua tipe,
yaitu Piston Slide Type dan Inner Spring Type.
10
1. Piston Slide Type
Piston dan slide metal bergerak dengan bagian tabung luar. Pada posisi ini,
kontak areanya kecil dan tekanan permukaannya tinggi. Pegasnya terpasang pada
bagian luar dari inner tube. Dampernya ditempatkan pada celah antara inner tube dan
outer tube. Sesuai dengan hal itu, gaya redam untuk gaya menyamping lebih lemah
sehingga karakteristik damper mudah berubah dalam kondisi kerja berat dan limit
langkahnya 150 mm. Tipe ini banyak digunaan pada model sport.
Tipe ini dikembangkan oleh perusahaan Itali Ceriani. Bagian inner tube dan
outer tube meluncur saling berlawanan sehingga kontak area luas dan tekanan
permukaan rendah yang membuat faktor regiditas tinggi. Pegas terpasang dalam
inner tube dan dapat melentur dengan langkah yang panjang lebih dari 300 mm.
Untuk tipe yang sama, ada tipe yang menggunakan tempat luncuran piston
dan letak damper yang independent dibawah outer tube. Konstruksi yang bervariasi
ini, bergantung dari pabrik.
11
Gambar 2.9 Inner Spring Type Suspension
12
rebound yang lebih kuat. Pada saat tersebut terjadi aliran oli dari ruang C
menuju ruang B, melalui lubang orifice yang berada pada bagian bawah
piston fork.
Getaran adalah gerakan bolak-balik dalam suatu interval waktu tertentu. Getaran
berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan dengan gerak
tersebut. Semua benda yang mempunyai massa dan elastisitas mampu bergetar, jadi
kebanyakan mesin dan struktur rekayasa (engineering) mengalami getaran sampai
derajat tertentu dan rancangannya biasanya memerlukan pertimbangan sifat
osilasinya.
13
Ada dua kelompok getaran yang umum yaitu :
1. Getaran bebas
Getaran bebas terjadi jika sistem berosilasi karena bekerjanya gaya yang ada
dalam sistem itu sendiri (inherent), dan jika ada gaya luar yang bekerja.
Sistem yang bergetar bebas akan bergerak pada satu atau lebih frekuensi
naturalnya, yang merupakan sifat sistem dinamika yang dibentuk oleh
distribusi massa dan kekuatannya. Semua sistem yang memiliki massa dan
elastisitas dapat mengalami getaran bebas atau getaran yang terjadi tanpa
rangsangan luar.
Dengan kata lain terjadi bila sistem mekanis dimulai dengan gaya awal,
kemudian dibiarkan bergetar secara bebas. Contoh getaran seperti ini adalah
memukul garpu tala dan membiarkannya bergetar, atau bandul yang ditarik
dari keadaan setimbang lalu dilepaskan.
2. Getaran Paksa
Getaran yang terjadi karena rangsangan gaya luar, jika rangsangan tersebut
berosilasi maka sistem dipaksa untuk bergetar pada frekuensi rangsangan.
Jika frekuensi rangsangan sama dengan salah satu frekuensi natural sistem,
maka akan didapat keadaan resonansi dan osilasi besar yang berbahaya
mungkin terjadi. Kerusakan pada struktur besar seperti jembatan, gedung
ataupun sayap pesawat terbang, merupakan kejadian menakutkan yang
disebabkan oleh resonansi. Jadi perhitungan frekuensi natural merupakan hal
yang utama.
Dengan kata lain terjadi bila gaya bolak-balik atau gerakan diterapkan pada
sistem mekanis. Contohnya adalah getaran gedung pada saat gempa bumi.
2.4.1. Karateristik Getaran
Getaran secara teknis didefenisikan sebagai gerak osilasi dari suatu objek
terhadap posisi objek awal/diam, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.11.
Gerakan massa dari posisi awal menuju atas dan bawah lalu kembali ke posisi
14
semula, dan akan melanjutkan geraknya disebut sebagai satu siklus getar. Waktu yang
dibutuhkan untuk satu siklus disebut sebagai periode getaran. Jumlah siklus pada
suatu selang waktu tertentu disebut sebagai frekuensi getaran.
15
Perpindahan (displacement) mengindikasikan berapa jauh suatu objek
bergetar, kecepatan (velocity) mengindikasikan berapa cepat objek bergetar dan
percepatan (acceleration) suatu objek bergetar terkait dengan gaya penyebab getaran.
Dimana : h(t) = tinggi angkatan massa sistem shock absorber karena pengaruh gaya
eksitasi lifter (source) dalam waktu t.
16
c1 = viscositas damping (absorber/dashpot) coefficient. interaksi antara
massa lifter dan shock absorber pada batas contact atau
clearance
Dengan demikian dari gambar 2.13 dan sesuai dengan hukum Newton ke-2
diperoleh persamaan matematik sistem getaran massa shock absorber dalam arah
vertikal yaitu :
̈= ℎ̇ − ̇+ − ……………………………………………………..(2.1)
Atau
̈ + ̇ + = ℎ+ ℎ̇ = ( )...(2.2)
Gerakan Eccentric cam dan follower ring-nya sebagai sumber eksitasi shock
absorber untuk posisi-posisi titik mati atas (TMA) dan titik mati bawah (TMB)
sehingga diperoleh tinggi angkatan maksimum h = h max dapat diilustrasikan pada
gambar berikut :
Gambar 2.14 Eccentric cam dan follower ring dari penggerak shock absorber pada
posisi-posisi TMA (solit line) dan TMB (dashid line)
Sedangkan untuk mendapatkan tinggi ankatan shock absorber pada posisi perjalanan
rotor dari TMA dengan sudut , dapat diilustrasikan gambar berikut :
17
Gambar 2.15 Eccentric Cam dan Follow Ring penggerak shock absorber
pada posisi sudut dari TMA
= …………..…………………………………………..……..……………...(2.4)
ℎ = ℎ( ) = − ( − cos )………………………….……………………...………...(2.5)
= , …..…………..…..................................……………………..…………….…(2.6)
Dimana :
= frekuensi eksitasi.
Persamaan (2.7) menunjukan suatu sistem getaran paksa dengan model 1-DOF
(model 2-DOF direduksi kedalam model 1-DOF)
18
Dengan menuliskan :
= = ……………………………………………………………..(2.8)
19
Pemodelan Piston Silnder Dashpot
(y + dy) biarkan kecepatan dan tegangan geser menjadi (c - dv) dan ( + d ), masing-
masing (lihat gambar 2.16b). tanda negatif untuk dv menunjukan bahwa kecepatan
menurun saat bergerak menuju dinding silinder. Pada kekentalan ini berlaku pada
cincin annular sama dengan
F= / = / ……………………………....……………......…….. (2.10)
= − ……………………………………………………..……………..… (2.11)
20
Dimana tanda negatif konsisten dengan penurunan gradien kecepatan [1,33].
menggunakan pers. (2.10) kedalam Pers. (2.11), maka diperoleh :
Gaya pada piston menyebabkan perbedaan tekanan pada ujung elemen, persamaan
tekanan tersebut adalah :
= = ……………………………………………………….…..…… (2.13)
Atau
=− ……..………………………………………………………… (2.15)
=− ( − )− 1− ………..............................................…… (2.16)
/
Laju aliran yang melintasi ruang sisa antara ring dan dinding silinder dapat
diperoleh dengan mengintegrasikan laju aliran melintasi antara elemen dengan
batasan yang y = 0 dan y = d, kita peroleh :
21
= ∫ = − ……………………………….……..… (2.17)
Volume dari cairan yang melintasi ruang sisa pembakaran per detik tergeser
oleh piston. Oleh karena itu kecepatan piston akan sama dengan laju aliran ini dibagi
dengan luas piston. Diperoleh :
= …………………………………….…………………..………….. (2.18)
22
Persamaan (2.17) dan (2.18) menjadi :
= ..……………………………………………………...(2.19)
= 1+ ……………………………………………………..…… (2.20)
= ……………………………………………………….……….(2.21)
( )
Dimana :
6 = modulus kekakuan
= modulus geser
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pengertian dari variabel bebas adalah merupakan variabel yang menjadi sebab
variabel yang di pengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.
- Densitas fluida ( )
- v = kecepatan osilasi
- a = percepatan osilasi
1) Alat :
Tachometer
Personal komputer
Jangka sorong
Micrometer
Timbangan analog
Stopwacth
2) Bahan :
Setelah data yang diperoleh, selanjutnya adalah menganalisa data dengan cara
mengolah data yang sudah terkumpul untuk mendapatkan nilai variasi campuran yang
ditampilkan dalam bentuk grafik-grafik.
25
3.5 Mekanisme Percobaan
5. menjalankan Alat uji dan Alat ukur Hend-helds Analyzer dengan selang waku
26
3.7. Diagram Alir
berikut :
Start
Studi Pustaka
Perumusan Masalah
Desain Peralatan
Penguraian
Data Pengujian
Perhitungan
NO
EFISIENSI
Analisa Dan Pembahasan
YES
Kesimpulan
Stop
27
BAB IV
4.1 HASIL
hasil eksperimen redaman dengan Yamalube yakni ; 50.6 (g/ml) dengan selang waktu
140
120
100
80
60
28
Velocity Cursor values
[dB re 1nm/s] X: 10.05 kHz
160 FFT: 114.5 dB re 1nm/s
140
120
100
160
150
140
130
29
Displacement Cursor values
[dB re 1pm] X: 10.05 kHz
180 FFT: 87.5 dB re 1pm
160
140
120
100
80
60
160
140
120
100
170
160
150
140
30
Sebagai mana terlihat pada gambar 4.1 dan 4.2. Bahwa respon frekuensi yang
terjadi dalam bentuk (RMS dan Peak-Peak) pada perlakuan Yamalube Oil,
31
4.1.2 Hasil Karakteristik Respon Frekuensi Untuk Perlakuan Jumbo Oil
Dalam Bentuk (RMS dan Peak-Peak)
Hasil eksperimen Jumbo yakni ; 45.0 (g/ml) dengan selang waktu 30 detik,
160
120
80
180
160
140
120
100
32
Acceleration Cursor values
[dB re 1µm/s²] X: 10.05 kHz
190 FFT: 145.9 dB re 1µm/s²
180
170
160
150
140
Gambar 4.3 Grafik nilai-nilai karakteristik respon frekuensi Jumbo Oil dalam
bentuk (RMS) untuk Displacement, Velocity, dan Acceleration
200
160
120
80
33
Velocity Cursor values
[dB re 1nm/s] X: 10.05 kHz
FFT: 118.9 dB re 1nm/s
200
180
160
140
120
190
180
170
160
150
Sebagai mana terlihat pada gambar 4.3 dan 4.4 Bahwa respon getaran yang
terjadi dalam bentuk (RMS dan Peak-Peak) pada perlakuan Jumbo Oil mempunyai
34
4.1.3 Hasil Karakteristik Respon Frekuensi Untuk Perlakuan Ke-1 Dalam
Bentuk (RMS dan Peak-Peak)
dan Jumbo yakni ; 46.1 (g/ml) dengan selang waktu 30 detik, memperlihatkan
100
80
60
40
20
100
80
60
35
Acceleration Cursor values
[dB re 1µm/s²] X: 10.05 kHz
130 FFT: 104.9 dB re 1µm/s²
120
110
100
90
120
100
80
60
40
20
36
Velocity Cursor values
[dB re 1nm/s] X: 10.05 kHz
FFT: 77.9 dB re 1nm/s
120
100
80
60
130
120
110
100
terjadi dalam bentuk (RMS dan Peak-Peak) pada perlakuan ke-1 dengan variasi
37
4.2 Pembahasan
Dari hasil karakteristik getaran respon frekuensi untuk 1050 (Hz) pada setiap
perlakuan dapat diperoleh RMS (Root Mean Square) dan Peak-Peak mengalami
perubahan simpangan akibat tahanan fluida karena kekentalan dapat dilihat pada
grafik berikut:
200
145 150.4
150
109.9 114.5
100 73.9 78.5
50
0
Jumbo oil yamalube oil
Gambar 4.7 Grafik Karakteristik getaran untuk FFT dalam bentuk (RMS)
Data yang diperoleh dari penelitian adalah getaran respon frekuensi dari tiap-
tiap perlakuan. Kemudian data dari pengaruh fluida dibuat dalam bentuk grafik.
Berdasarkan grafik yang diperoleh tersebut menunjukan bahwa pada perlakuan dalam
bentuk RMS (Root mean Square). Untuk RMS dalam perlakuan Displacement
didapatkan FFT (Fast Fourier Transform) pada fluida jumbo oil dengan frekuensi
1050 Hz (frekuensi input dari alat ukur) sebesar 73,9 m, untuk perlakuan dalam
bentuk Velocity sebesar 109.9 m/s dan perlakuan dalam bentuk Acceleration sebesar
145.9 m/s2. Sedangkan pada fluida yamalube oil dengan frekuensi yang sama unuk
38
perlakuan Displacement sebesar 78.5 m, untuk perlakuan dalam bentuk Velocity
114.5 m/s, dan perlakuan dalam bentuk Acceleration seberas 150.4 m/s2.
200 197.5
154.9
150
118.9 123.5
100 83 87.5
50
0
Jumbo oil yamalube oil
Gambar 4.8. Grafik karakteristik getaran untuk FFT dalam bentuk (Peak-Peak)
Hasil getaran respon frekuensi dari tiap-tiap perlakuan dari fluida dibuat
dalam bentuk grafik. Berdasarkan grafik yang diperoleh tersebut menunjukan bahwa
Fourier Transform) pada fluida jumbo oil dengan frekuensi 1050 Hz (frekuensi input
dari alat ukur) sebesar 83.0 m, untuk perlakuan dalam bentuk Velocity sebesar 118.9
m/s dan perlakuan dalam bentuk Acceleration sebesar 154.9 m/s2. Sedangkan pada
fluida yamalube oil dengan frekuensi yang sama unuk perlakuan Displacement
sebesar 87.5 m, untuk perlakuan dalam bentuk Velocity 123.5 m/s, dan perlakuan
39
4.2.1 Analisa Pengaruh Fluida terhadap karakteristik getaran respon
frekuensi pada Perlakuan 1-9 untuk (RMS dan Peak-Peak).
Dari hasil karakteristik getaran respon frekuensi untuk 1050 (Hz) pada
perlakuan 1-9 dapat diperoleh RMS (Root Mean Square) dan Peak-Peak mengalami
perubahan simpangan akibat tahanan fluida karena kekentalan dapat dilihat pada
grafik berikut:
150 149.8
0
I II III IV V VI VII VIII IX
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa nilai karakteristik amplitudo pada
perlakuan pertama dalam bentuk RMS untuk Displacement sebesar 32.9 m, Velocity
sebesar 68.9 m/s, dan Acceleration sebesar 104.9 m/s2. Pada perlakuan ke-dua
71.0 m/s, dan Acceleration sebesar 107.0 m/s2. Perlakuan ke-tiga untuk Displacement
sebesar 36.2 m, Velocity sebesar 72.2 m/s, dan Acceleration sebesar 108.2 m/s2. Pada
31.8 m, Velocity sebesar 67.2 m/s, dan Acceleration sebesar 103.7 m/s2. Kemudian
40
pada perlakuan ke-lima kembali terjadi kenaikan Displacement sebesar 34.4 m,
Velocity sebesar 70.4 m/s, Acceleration sebesar 106.4 m/s2. Pada perlakuan ke-enam
Displacement sebesar 39.9 m, Velocity sebesar 75.9 m/s, Acceleration sebesar 111.9
m/s2. Pada perlakuan ke-tujuh kembali terjadi penurunan Displacememnt sebesar 33.7
m, Velocity sebesar 69.7 m/s, dan Acceleration sebesar 105.6 m/s2. Pada perlakuan
ke-delapan terjadi kenaikan untuk Displacement sebesar 34.9, Velocity sebesar 70.8
m/s, dan Acceleration sebesar 106.8 m/s2. Pada perlakuan ke-sembilan amplitudo
untuk Displacement sebesar 77.8 m, Velocity sebesar 113.8 m/s, dan Acceleration
160 158.8
140
113.9 116 117.2 112.8 115.4 120.9 114.7 115.8 122.8
120
100 80 81.2 85 79.9 86.8
77.9 76.8 79.4 78.7
80
60 42 44 45.3 43.4 49 42.7 43.7
40.8
40
20
0
I II III IV V VI VII VIII IX
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa nilai karakteristik amplitudo pada
perlakuan pertama dalam bentuk RMS untuk Displacement sebesar 42.0 m, Velocity
sebesar 77.9 m/s, dan Acceleration sebesar 113.9 m/s2. Pada perlakuan ke-dua
41
80.0 m/s, dan Acceleration sebesar 116.0 m/s2. Perlakuan ke-tiga untuk Displacement
sebesar 45.3 m, Velocity sebesar 81.2 m/s, dan Acceleration sebesar 117.2 m/s2. Pada
40.8 m, Velocity sebesar 76.8 m/s, dan Acceleration sebesar 112.8 m/s2. Kemudian
Velocity sebesar 79.4 m/s, Acceleration sebesar 115.4 m/s2. Pada perlakuan ke-enam
Displacement sebesar 49.0 m, Velocity sebesar 85.0 m/s, Acceleration sebesar 120.9
m/s2. Pada perlakuan ke-tujuh kembali terjadi penurunan Displacememnt sebesar 42.7
m, Velocity sebesar 78.7 m/s, dan Acceleration sebesar 114.7 m/s2. Pada perlakuan
ke-delapan terjadi kenaikan untuk Displacement sebesar 43.7, Velocity sebesar 79.9
m/s, dan Acceleration sebesar 115.8 m/s2. Pada perlakuan ke-sembilan amplitudo
untuk Displacement sebesar 86.8 m, Velocity sebesar 122.8 m/s, dan Acceleration
Dari grafik RMS dan Peak-Peak diatas untuk perlakuan terhadap Jumbo Oil
dan Yamalube Oil diketahui bahwa pada kedua grafik terjadi kenaikan nilai FFT, dan
untuk perlakuan kombinasi campuran 1-9 terjadi penurunan nilai FFT pada perlakuan
ke-4 relatif kecil. Maka dari grafik tersebut dapat dibuat kesimpulan bahwa semakin
kecil nilai FFT yang didapat maka semakin baik redaman yang diberikan oleh shock
absorber. Karena pada saat shock absorber diberi beban terhadap tahanan dalam
fluida atau energi yang diakitbatkan pada pergerakan pegas sebagian sudah terserap
oleh fluida.
42
BAB V
5.1 Kesimpulan
tanpa campuran oli redaman Shock absorber dengan melihat pengaruh getaran respon
frekuensi dalam bentuk FFT line/spectrum pada RMS (Root Mean Square) dan Peak-
1. Berdasarkan grafik yang didapat dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa
1 / ).
2. Berdasarkan grafik yang didapat dari hasil penelitian dapat diketahui pula
kombinasi oli table 3.1 (27ml+37ml) dengan redaman yang baik dengan
simpangan relatif kecil adalah pada perlakuan ke-4 untuk RMS yakni ;
5.2 Saran
44
DAFTAR PUSTAKA
Aburass et al. Investigation of the Effect of Biodiesel Blends on Fuel Injection Pumps
Bhushan, B., ed., Handbook of Micro/Nano Tribology, Boca Raton, Fla., 1999.
Budio Sugeng P,. Buku Ajar Dinamika Sturktur. Fakultas Teknik, Jurusan Teknik
Ishihama et al. “Camshaft Drive Torque Measuring Device Built in a Chain Sprockt”.
2010.
Boston, 1998.
Madou, M., Fundenmental of Microvabrication, CRC Press, Boca Raton., Fla., 1998.
Shigley, J., and Mischke, C., Standart Handbook of Machine Design, Chap 18, D.
Szakallas, L. E., and Savage, M., “The Characterization of Cam drive System
Yipeng et al. Study on vibration control methods of Diesel engine fuel injection