Vous êtes sur la page 1sur 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Berbagai masalah yang dimiliki manusia khususnya secara psikis, tentu
saja memiliki penyelesaian yang berbeda-beda. Untuk menyelesaikannya pun
memerlukan ketepatan dalam mengambil teknik yang digunakan seorang konselor
atau psikolog. Namun puluhan bahkan ratusan teknik tidak mungkin digunakan
semua secara sekaligus. Maka sangat diperlukannya penentuan teknik yang akan
dipakai. Teknik itu merupakan salah-satu cara konselor atau psikolog dalam
melakukan proses pendekatan terhadap pihak klien berdasarkan sikap, masalah
yang dihadapi, dan berbagai hal lainnya yang harus dipahami para konselor atau
psikolog secara teori untuk kemudian dipraktekkan di lapangan.
Dalam pemecahan masalah yang berhubungan dengan psikologis, ada
banyak pendekatan-pendekatan yang berguna untuk keselarasan problem solving
yang akan diberikan seorang konselor atau psikolog dalam membantu kliennya.
Pendekatan konseling merupakan teori yang mendasari sesuatu kegiatan
dan praktik konseling. Pendekatan itu dirasakan penting karena jika kita
mempunyai pemahaman berbagai pendekatan atau teori-teori konseling, maka
akan memudahkan kita dalam menentukan arah proses konseling.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana aplikasi konsep-konsep psikoanalisis dalam konseling keluarga

C. Tujuan Pembahasan
1. Memahami aplikasi konsep-konsep psikoanalisis dalam konseling keluarga

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendekatan Psikoanalisis
Aliran psikoanalisis dipelopori oleh Sigmund Freud
pada tahun 1896. Dia mengemukakan bahwa struktur kejiwaan manusia
sebagian besar terdiri dari alam ketidaksadaran. Alam kesadarannya dapat
diumpamakan puncak gunung es yang muncul di tengah laut, sedangkan
sebagian besar gunung es yang terbenam itu adalah alam ketaksadaran
manusia.

Pengertian psikoanalisis mencakup tiga aspek :


1) Sebagai metode penelitian proses-proses psikis,
2) Sebagai suatu teknik untuk mengobati gangguan-gangguan psikis,
3) Sebagai teori kepribadian

Psikoanalisis mempunyai beberapa prinsip, yakni :


1) Prinsip konstansi, artinya bahwa kondisi psikis manusia cenderung dalam
keadaan konflik yang permanen (tetap);
2) Prinsip kesenangan, artinya kehidupan psikis cenderung untuk menghindari
ketidaksenangan dan sebanyak mungkin memperoleh kesenangan;
3) Prinsip realitas yaitu prinsip kesenangan yang disesuaikan dengan keadaan
nyata.

Struktur kepribadian menurut Freud terdiri dari Id, Ego dan Super Ego.
Id merupakan aspekbiologis yang mempunyai energi yangdapat mengaktifkan
ego dan super ego. Energi yangmeningkat dari id sering menimbulkan
ketegangan dan rasa tidak enak. Dorongan-doronganuntuk memuaskan hawa
nafsu manusia bersumber dari id. Sedangkan ego berperan untuk mengatur
agarego bertindak sesuai moral masyarakat. Di samping itu super ego
berfungsi untu

2
k merintangi dorongan-dorongan (impuls) id terutama dorongan seksual dan
agresif yang ber tentangan dengan moral masyarakat.
1. Dinamika kepribadian
Freud menganggap bahwa organisme manusia sebagai suatu kompleks
sistem energi yang mendapat energi dari makanan. Energi tersebut digunakan
untuk berbagai macam keperluan seperti sirkulasi pernafasan, gerakan otot,
mengamati, mengingat, berpikir, dan sebagainya. Freud menyebut
energi dalam psikis itu sebagai psychic energy. Energi itu dapat berpindah.
Atas dasar itu maka energi psikis dapat pindah kepada energi fisiologis dan
sebaliknya. Sebagai titik temu energi tubuh dengan kepribadian adalah id
dengan insting-instingnya.
a. Insting
Insting adalah suatu pernyataan psikologis dari suatu sumber perangsang
somatik yang di bawa sejak lahir. Suatu insting merupakan sejumlah energi
psikis yang disebut oleh Freud sebagai suatu ukurantuntutan yang membuat
manusia bekerja. Freud mengelompokkan insting menjadi dua jenis, yakni
insting hidup dan insting mati.

b. Kecemasan
Freud mengemukakan tiga macam kecemasan; 1) kecemasan realistis
(bersumber dari ego), 2) kecemasan neurotis (bersumber dari id), dan 3)
kecemasan moral (bersumber dari super ego).

2. Proses konseling
a. Tujuan konseling
Tujuan konseling aliran psikoanalisis adalah untuk membentuk kembali
struktur kepribadian konseli dengan jalan mengembalikan hal yang tidak
disadari menjadi sadar kembali. Proses konseling dititikberatkan pada usaha
kosnelor agar konseli dapat menghayati, memahami dan
mengenalpengalaman-pengalaman masa kecilnya terutama antaraumur 2-5
tahun. Pengalamanpengalaman tersebut ditata, didiskusikan, dianalisis dan
ditafsirkan dengan tujuan agarkepribadian konseli dapat direkonstruksi
kembali. Jadi penekanan konseling adalah pada aspekafektif sebagai pokok

3
pangkal munculnya ketaksadaran manusia. Sudah barang tentu tilikan kognitif
tetap diperhatikan akan tetapi tidak seperti aspek afektif.

b. Fungsi konselor
Konselor bersikap anonim, artinya konselor berusahatak dikenal konseli, dan
bertindak sedikit sekali memperlihatkan perasaan dan pengalamannya.
Tujuannya adalah agar konseli dengan mudah memantulkan perasaan kepada
konselor. Pemantulan itu merupakan proyeksi konseliyang menjadi bahan
analisis bagi konselor.

c. Proses konseling
Secara sistematis proses konseling yang dikemukakandalam urutan fase-fase
konseling dapat diikuti berikut ini; 1) Membina hubungan konseling yang
terjadi pada tahap awal konseling; 2) Tahap krisis bagi konseli, yaitu
kesukaran dalam mengemukakan masalahnya, dan melakukan trasferensi; 3)
Tilikan terhadap masa lalu konseli terutama pada masa kanak-kanaknya; 4)
Pengembangan resistensi untuk pengembangan diri; 5)Pengembangan
hubungan trasferensi konseli dengan konselor.Transferensi adalah apabila
konseli menghidupkan kembali pengalaman dan konflikmasa lalu sehubungan
dengan cinta, seksualitas, kebencian, kecemasan, yang oleh konseli dibawa ke
masa sekarang dan dilemeparkan kepada konselor. Biasanya konseli bisa
membenci atau mencintai konselor.

d. Teknik konseling
Ada lima (5) teknik dasar dari konseling psikoanalisis yaitu:

1) Asosiasi bebas, yaitu konseli diupayakan untuk menjernihkan atau mengikis


alam pikirannya dari alam pengalaman dan pemikiran sehari-hari sekarang ini,
sehingga konseli mudah mengungkapkan pengalaman masa lalunya. Tujuan
teknik ini ialah untuk mengungkapkan pengalaman masa lalu dan
menghentikan emosi-emosi yang berhubungan dengan pengalamantraumatik
masa lampau. Hal ini disebut juga katarsis.

4
2) Interpretasi, adalah teknik yang digunakan oleh konselor untukmenganalisis
asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dantrasferensi konseli. Konselor
menetapkan, menjelaskan dan bahkan mengajar konseli tentang makna
perilaku yang termanifestasi dalam mimpi, asosiasi bebas, resistensi atau
trasferensi langsung. Tujuannya adalah agar ego konseli dapat mencerna
materi baru dan mempercepat proses penyadaran.

3) Analisis mimpi, yaitu suatu teknik untuk membuka hal-hal yang tak disadari
dan memberi kesempatan konseli untuk menilik masalah-masalah yang belum
terpecahkan. Proses terjadinya mimpi adalah karena diwaktu tidur pertahanan
ego menjadi lemah dan kompleks yang terdesakpun muncul kepermukaan.
Oleh Freud mimpi itu ditafsirkan sebagai jalan raya terhadap keinginan-
keinginan dan kecemasan yang akan disadari yang diekspresikan.

4) Analisis resistensi, analisis resistensi ditujukan untuk menyadarkan konseli


terhadap alasan-alasan terjadinya resistensinya. Konselor meminta perhatian
konseli untuk menafsirkan resistensi.

5) Analisis trasferensi, konselor mengusahakan agar konseli mengembangkan


trasferensinya agar terungkap neurosisnya terutama pada usia selama lima
tahun pertama dalam kehidupannya. Konselor menggunakan sifat-sifat netral,
objektif, anonim dan pasif agar terungkap trasferensi tersebut.

B. Konseling Keluarga
ASCA (American School Counselor Association) mengemukakan
bahwa konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh
sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien,
konselor mempergunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk membantu
kliennya mengatasi masalah-masalahnya.
Minuchin (Sofyan Wilis: 50) mengatakan bahwa keluarga adalah
“multi bodied organism” organisme yang terdiri dari banyak badan. Keluarga
merupakan satu kesatuan (entity) atauorganisme. Dari definisi di atas maka
dapat diambil suatu kesimpulan bahwa konseling keluarga adalah
hubungantatap muka yang bersifat penuh penerimaan dan pemberian

5
kesempatan kepada klien, dimana konselor memergunakan keterampilannya
untuk membantu mengatasi masalah-masalah konseli sebagai bagian dari satu
kesatuan (entity).

Hal yang amat penting sebelum suatu proses konseling keluarga


dilakukan adalah mendekati konseli secara individual dengan individual
counseling (konseling individual) individu yang bermasalah (sumber
masalah).Tujuannya adalah:

1) Agar konseli dapat mengekspresikan perasaan-perasaan yang mengganjal,


menyakitkan menyedihkan, dan yang melukai hatinya.

2) Setelah muncul perasaan lega dan agak tenang, maka tugas konselor ialah
mengungkapkan pengalaman-pengalaman konseli berhubungan dengan
perasaan negatif dalam dirinya. Tujuan dari langkahini adalah agar konselor
memahami perilaku-perilaku apa yang ada diantara orang tua, saudara
terhadap dirinya.

3) Selanjutnya konselor berusaha memunculkan pikiran-pikiran sehat konseli


agar tercipata suatu keluarga bahagia dan utuh.

Di dalam proses konseling keluarga terdapat dua pendekatan yang digunakan,


yakni:
1. Pendekatan individual. Disebut juga individual counseling yaitu upaya untuk
menggali emosi, pengalaman dan pemikiran konseli.

2. Pendekatan kelompok (Family Counseling). Yaitu diskusi dalam keluarga


yang dibimbing oleh konselor keluarga.

Konseling keluarga dilakukan setelah masalah-masalah yang rawan pada


diri-diri anggotakeluarga (bermasalah) telah dapat diselesaikan oleh konselor
secara konseling individual. Dengan cara demikian tugas konselor keluarga akan
lebih ringan dalam membantu keluargamenyelesaikan masalahnya dan
menciptakan keluarga yang utuh setelah lancarnya komunikasi di antara mereka.

6
C. Aplikasi Konsep-konsep Psikoanalisis dalam Konseling Keluarga
Konsep psikoanalisis mengajarkan konselor untuk memahami tentang
ketakberfungsian pola-pola keluarga yang telah menyebabkan isu-isu pribadi yang
tak terpecahkan di antara ayah, ibu dan anak-anak. Di dalam konseling keluarga
situasi yang tak menentu itu merupakan pola masa lalu yang terungkap di masa
sekarang di dalam keluarga. Tantangan besar dari konselor ialah untuk membantu
anggota keluarga agar menyadari keadaannya dan mengambil tanggung jawab
dalam menanggulangi proyeksi dan trasferensinya dan memahami bahwa masalah
keluarga masih saja berlarut-larutseandainya mereka terus-menerus berorientasi
secara tak sadar kepada kehidupan masa lalunya. Pendekatan inimenunjukkan
bahwa suatu kekuatan yang ditempuh untuk memecahkan masalah keluarga
sebagai suatu sistem dengan tujuan mencapai perubahan struktur kepribadian
kedua orang tua.

Jika mereka sadar tentang kebutuhan dan motivasi-motivasinya yang tak


disadari itu, sebagai yang ia alami masa lalu dalam“luka” psikis, dan jika mereka
sadar akan hubungan yang dinamik antara pengalaman-pengalamannya sebagai
anak-anak serta perannya sekarang sebagai orang tua, maka kemungkinan baru
terbuka bagi orang tua itu untuk mencapai perubahan bagi pribadinya dan situasi
keluarganya

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Psikoanalisis merupakan suatu metode penyembuhan yang bersifat
psikologis dengan cara-cara fisik. Psikoanalisis merupakan suatu pandangan baru
tentang manusia, dimana ketidaksadaran memainkan peran sentral. Psikoanalisis
ditemukan dalam usaha untuk menyembuhkan pasien-pasien histeria. Baru
kemudian menarik kesimpulan-kesimpulan teoritis dari penemuannya di bidang
praktis. Dari hasil penelitian yang dilakukannya kemudian lahir asumsi-asumsi
tentang perilaku manusia.
Konsep psikoanalisis mengajarkan konselor untuk memahami tentang
ketakberfungsian pola-pola keluarga yang telah menyebabkan isu-isu pribadi yang
tak terpecahkan di antara ayah, ibu dan anak-anak. Di dalam konseling keluarga
situasi yang tak menentu itu merupakan pola masa lalu yang terungkap di masa
sekarang di dalam keluarga.

B. Saran
Demikian makalah yang penulis buat, semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu
penulis sangat mengharapkan saran yang berisi kritik maupun sanggahan serta
tambahan terhadap makalah ini agar menjadi lebih baik

8
DAFTAR PUSTAKA

Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.

Nandang, R. 2009. Bimbingan dan konseling kelompok di sekolah (Metode,


teknik dan Aplikasi).

Surya, M. 2003. Teori-teori Konseling: cetakan pertama. Bandung: Bani quraisy.

9
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1


A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ......................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 2


A. Pendekatan Psikoanalisis .......................................................................... 2
B. Konseling Keluarga .................................................................................. 5
C. Aplikasi Konsep-konsep Psikoanalisis dalam Konseling Keluarga ......... 7

BAB III PENUTUPAN ................................................................................. 8


A. Kesimpulan ............................................................................................... 8
B. Saran ........................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA

10
KATA PENGANTAR

Patutlah penulis berterimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmatnya penulis dapat merampungkan makalah ini guna memahami
lebih mendalam tentang ” Aplikasi konsep-konsep psikoanalisis dalam konseling
keluarga”. Penulisan makalah ini merupakan bagian dari proses belajar penulis.
Adapun bagi para pembaca selain berguna untuk proses perkuliahan, makalah ini
berguna untuk memperluas wawasan.
Selanjutnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan
anggota, karena dengan semangat kekeluargaan mereka telah banyak membantu
penulisan makalah ini.
Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah bekerja sama, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan ini dengan
baik. Mudah-mudahan Tuhan membalas amal baik tersebut.

Bandarlampung, April 2018

Penulis

11
MAKALAH
BIMBINGAN KONSELING KELUARGA

Dosen Pengampu : Drs. Ahmad Hisbullah, MM.

Oleh :
Kelompok 3
1. Ahlun Nazar 16110014
2. Etika Damayanti 16110068
3. Leni Kumala Dewi 16110043
4. M. Murod 16110049
5. Ni Komang Desi C.W 16110050

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) BANDAR LAMPUNG
2018

12
13

Vous aimerez peut-être aussi