Vous êtes sur la page 1sur 22

Luka bakar adalah sejenis cedera pada daging atau kulit yang disebabkan oleh panas, listrik, zat

kimia, gesekan, atau radiasi.[1] Luka bakar yang hanya mempengaruhi kulit bagian luar dikenal
sebagai luka bakar superfisial atau derajat I. Bila cedera menembus beberapa lapisan di
bawahnya, hal ini disebut luka bakar sebagian lapisan kulit atau derajat II. Pada Luka bakar yang
mengenai seluruh lapisan kulit atau derajat III, cedera meluas ke seluruh lapisan kulit.
Sedangkan luka bakar derajat IV melibatkan cedera ke jaringan yang lebih dalam,
seperti otot atau tulang.
Perawatan yang diperlukan bergantung pada tingkat keparahan luka bakar. Luka bakar
superfisial mungkin dapat ditangani dengan pereda nyeri sederhana, sementara luka bakar besar
mungkin memerlukan pengobatan yang lebih lama di pusat perawatan luka bakarkhusus.
Mendinginkan dengan air ledeng mungkin membantu meredakan nyeri dan mengurangi
kerusakan; akan tetapi, paparan dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan suhu tubuh
rendah. Luka bakar yang mengenai sebagian lapisan kulit mungkin perlu dibersihkan dengan
sabun dan air, kemudian dibalut. Cara untuk menangani lepuh masih belum jelas, tetapi mungkin
ada baiknya untuk membiarkan lepuh tersebut tetap utuh. Luka bakar yang mengenai seluruh
lapisan kulit biasanya membutuhkan pembedahan, seperti cangkok kulit. Luka bakar yang luas
seringkali membutuhkan banyak cairan intravena karena respon peradangan selanjutnya akan
mengakibatkan kebocoran cairan kapiler yang signifikan dan edema. Komplikasi paling umum
dari luka bakar adalah infeksi.
Meskipun luka bakar yang besar bisa berakibat fatal, perawatan modern yang dikembangkan
sejak tahun 1960 telah meningkatkan hasil penanganan secara signifikan, terutama pada anak
dan remaja.[2] Secara global, sekitar 11 juta orang dengan luka bakar akan mencari perawatan
medis, dan 300.000 orang meninggal karena luka bakar setiap tahunnya. [3] Di Amerika Serikat,
sekitar 4% dari pasien yang dirawat di pusat perawatan luka bakar meninggal karena luka
bakar.[4] Hasil jangka panjang dari perawatan luka bakar berhubungan erat dengan ukuran luka
bakar dan usia orang yang mengalami luka bakar tersebut.
Gejala dan Tanda[sunting | sunting sumber]
Karakteristik luka bakar bergantung pada kedalamannya. Luka bakar superfisial menyebabkan
nyeri selama dua atau tiga hari, yang dilanjutkan dengan pengelupasan kulit selama beberapa
hari berikutnya.[5][6] Individu yang menderita luka bakar berat mungkin menunjukkan perasaan
tidak nyaman atau mengeluhkan adanya tekanan dibandingkan nyeri. Luka bakar yang mengenai
seluruh lapisan kulit mungkin sepenuhnya tidak sensitif terhadap sentuhan ringan atau
tusukan.[6] Luka bakar superfisial biasanya berwarna merah, sedangkan luka bakar berat bisa
berwarna merah muda, putih atau hitam.[6] Luka bakar di sekitar mulut atau rambut yang terbakar
di dalam hidung bisa mengindikasikan terjadinya luka bakar di saluran napas, tetapi temuan ini
sifatnya tidak pasti.[7] Tanda-tanda yang lebih mengkhawatirkan meliputi: sesak napas, serak,
dan stridor atau mengi.[7] Rasa gatalumum dialami selama proses penyembuhan, serta terjadi
pada 90% orang dewasa dan hampir semua anak.[8] Mati rasa atau kesemutan masih dapat
dirasakan dalam waktu yang lama setelah cedera listrik. [9] Luka bakar juga bisa menyebabkan
gangguan emosional dan psikologis.[3]

Waktu
Jenis[10 Lapisan yang Tekstu Sensa Cont
] Tampilan Penyembu Prognosis
dilibatkan r si oh
han

Superfi Sembuh
5-
sial Merah tanpa Nyeri [1
Epidermis[5] Kering 10 hari[10][11 dengan
(derajat lepuh[10] 0]
] baik;[10] Seng
I) atan
matahari yan
g berulang
meningkatkan
risiko kanker
kulit di
kemudian
hari[12]

Agak
superfis
ial,
menge Merah Infeksi
Meluas ke
nai dengan lepuhy Sangat kurang dari lokal/selulitis t
lapisan dermis(p Lemba
sebagia ang jelas. nyeri[10 2–3 etapi
apiler) b[10] ] [6][10]
n Pucat dengan minggu biasanya
superfisial [10]
lapisan tekanan.[10] tanpa parut[6]
kulit
(derajat
II)

Cukup Kuning atau Tekan Parut, kerut


Meluas ke
dalam, putih. Lebih an dan 3– (mungkin
lapisan dermis Agak
menge tidak pucat. tidak 8 minggu[10 memerlukan
(retikular) kering[6]
nai Mungkin nyama ] eksisi
dalam[10]
sebagia melepuh.[10] n[6] dan cangkok
n kulit)[6]
lapisan
kulit
(derajat
II)
Lama
Seluruh
(berbulan- Parut, kerut,
lapisan Meluas ke Kaku dan [10 Tidak
Kasar bulan) dan amputasi
kulit seluruh lapisan putih/coklat[10] ] nyeri[10
tidak (eksisi dini
(Derajat dermis[10] Tidak pucat[6] ]
sempurna[1 dianjurkan)[6]
III) 0]

Amputasi,
Meluas ke gangguan
seluruh lapisan fungsional
kulit, dan ke yang
Derajat Hitam; hangus Tidak Perlu
dalam lapisan Kering signifikan
IV dengan eskar nyeri eksisi[10]
lemak, otot dan dan, dalam
tulang di beberapa
bawahnya [10] kasus,
kematian.[10]

Penyebab[sunting | sunting sumber]


Luka bakar disebabkan oleh berbagai sumber eksternal yang dapat digolongkan menjadi panas,
kimia, listrik, dan radiasi.[13] Di Amerika Serikat, penyebab paling umum dari luka bakar adalah:
kebakaran atau api (44%), melepuh (33%), benda panas (9%), listrik (4%), dan zat kimia
(3%).[14] Sebagian besar (69%) cedera luka bakar terjadi di rumah atau tempat kerja (9%), [4] dan
kebanyakan adalah akibat kecelakaan, sementara 2% disebabkan oleh serangan orang lain, dan
1-2% disebabkan oleh percobaan bunuh diri.[3] Sumber-sumber ini bisa menyebabkan cedera
inhalasi di saluran napas dan/atau paru-paru, dengan tingkat kejadian sekitar 6%.[15]
Merokok merupakan faktor risiko, tetapi konsumsi alkohol bukan merupakan faktor risiko. Luka
bakar yang berhubungan dengan api lebih umum terjadi pada iklim yang lebih dingin. [3] Faktor
risiko spesifik di negara berkembang meliputi memasak dengan api terbuka atau di atas
lantai[1] serta gangguan perkembangan pada anak dan penyakit kronis pada orang dewasa.[16]
Panas[sunting | sunting sumber]
Di Amerika Serikat, api dan cairan panas adalah penyebab luka bakar yang paling umum. [15] Dari
semua kasus kebakaran rumah yang mengakibatkan kematian, 25% disebabkan oleh rokok dan
22% disebabkan oleh alat pemanas.[1] Hampir separuh cedera diakibatkan oleh upaya
memadamkan kebakaran.[1] Melepuh disebabkan oleh cairan panas atau gas dan paling umum
terjadi karena paparan pada minuman panas, suhu air keran yang panas di bak mandi atau
pancuran, minyak goreng yang panas, atau uap.[17] Cedera lepuh paling umum terjadi pada anak
di bawah usia lima tahun[10] dan, di Amerika Serikat dan Australia, populasi ini mencakup sekitar
dua pertiga dari seluruh kasus luka bakar.[15]Kontak dengan benda panas adalah penyebab dari
20-30% kasus luka bakar pada anak.[15] Pada umumnya, lepuh adalah luka bakar derajat I atau II,
tetapi bisa juga mengakibatkan luka bakar derajat III, terutama karena kontak yang
lama.[18] Kembang api adalah penyebab umum luka bakar selama musim liburan di banyak
negara.[19] Hal ini khususnya merupakan faktor risiko bagi remaja pria. [20]
Zat kimia[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Luka bakar kimia
Zat kimia menyebabkan 2 sampai 11% dari semua kasus luka bakar dan menyebabkan hingga
30% kematian yang berkaitan dengan luka bakar.[21] Luka bakar kimia bisa disebabkan oleh lebih
dari 25.000 zat,[10] kebanyakan di antaranya adalah basa keras (55%) atau asam keras
(26%).[21] Kebanyakan kematian akibat luka bakar kimia terjadi akibat menelan zat
tersebut ingesti.[10] Penyebab umumnya meliputi: asam sulfat yang biasa ditemukan pada
pembersih toilet, sodium hipoklorit yang biasa ditemukan pada pemutih, dan hidrokarbon
berhalogen yang biasa ditemukan pada penghilang cat.[10] Asam hidrofluorida bisa menyebabkan
luka bakar dalam yang mungkin tidak menimbulkan gejala hingga beberapa saat setelah
terpapar.[22] Asam format bisa menyebabkan kerusakan sel darah merah dalam jumlah besar.[7]
Listrik[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Luka bakar listrik
Luka bakar atau cedera listrik digolongkan menjadi cedera listrik tegangan tinggi (1000 volt atau
lebih), cedera listrik tegangan rendah (kurang dari 1000 volt), atau luka bakar kilatyang
disebabkan oleh busur listrik.[10] Penyebab paling umum dari luka bakar listrik pada anak-anak
adalah kabel listrik (60%) dan saklar listrik (14%).[15] Petir juga bisa mengakibatkan luka bakar
listrik.[23] Faktor risiko tersambar petir meliputi aktivitas luar ruangan seperti mendaki gunung,
golf, dan olahraga di lapangan, serta bekerja di luar ruangan.[9] Angka kematian akibat sambaran
petir adalah sekitar 10%.[9]
Meskipun cedera listrik terutama mengakibatkan luka bakar, cedera ini juga bisa
mengakibatkan patah tulang atau dislokasi karena trauma tumpul atau kontraksi otot.[9] Pada
cedera istrik tegangan tinggi, sebagian besar kerusakan mungkin terjadi di bagian dalam tubuh,
sehingga sejauh mana cedera terjadi tidak dapat dinilai dengan pemeriksaan kulit saja. [9]Kontak
dengan tegangan rendah maupun tinggi bisa mengakibatkan aritmia jantung atau serangan
jantung.[9]
Radiasi[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Luka bakar radiasi
Luka bakar radiasi bisa disebabkan oleh paparan berlarut-larut terhadap sinar ultraviolet (seperti
dari matahari, bilik pewarna kulit atau pengelasan busur) atau dari radiasi pengion(seperti
dari terapi radiasi, sinar-X atau debu radioaktif).[24] Paparan sinar matahari adalah penyebab
paling umum dari luka bakar radiasi dan penyebab paling umum dari luka bakar superfisial
secara keseluruhan.[25] Jenis kulit seseorang akan secara bermakna menentukan kerentanannya
dalam mengalami sengatan matahari.[26] Efek radiasi pengion pada kulit tergantung pada jumlah
paparan ke area tersebut, di mana kerontokan rambut terlihat setelah paparan sebesar 3 Gy,
kemerahan terlihat setelah paparan sebesar 10 Gy, pengelupasan kulit basah setelah paparan
sebesar 20 Gy, dan nekrosis setelah paparan sebesar 30 Gy.[27] Kemerahan, bila terjadi, mungkin
tidak muncul hingga beberapa saat setelah terpapar.[27] Pengobatan luka bakar radiasi sama
seperti luka bakar lainnya.[27] Luka bakar gelombang mikro terjadi karena pemanasan termal yang
disebabkan oleh gelombang mikro.[28] Meskipun paparan selama dua detik bisa mengakibatkan
cedera, secara keseluruhan kasus ini jarang terjadi.[28]
Bukan kecelakaan[sunting | sunting sumber]
Dari semua pasien yang dirawat karena lepuh atau luka bakar api, 3 – 10% disebabkan oleh
serangan orang lain.[29] Alasannya mencakup: penganiayaan anak, konflik pribadi, penganiayaan
pasangan, penganiayaan orang tua, dan konflik bisnis. [29] Cedera rendam atau lepuh rendam
mungkin mengindikasikan penganiayaan anak.[18] Cedera ini terjadi ketika salah satu anggota
tubuh atau bagian bawah tubuh (pantat atau perineum) ditahan di bawah permukaan air
panas.[18] Ini biasanya mengakibatkan batasan atas yang tajam dan seringkali simetris. [18] Tanda-
tanda kemungkinan penganiayaan lainnya meliputi: luka bakar melingkar, tidak adanya tanda
cipratan, luka bakar dengan kedalaman yang sama, dan ditemukannya tanda-tanda penelantaran
atau penganiayaan lainnya.[30]
Pembakaran pengantin, merupakan suatu bentuk kekerasan dalam rumah tangga, yang terjadi
pada sejumlah budaya seperti misalnya di India dimana perempuan dibakar karena pihak suami
atau keluarganya menganggap mas kawin dari pihak perempuan tidak memadai.[31][32] Di
Pakistan, luka bakar asam merupakan penyebab dari 13% dari luka bakar disengaja, dan
umumnya berhubungan dengan kekerasan dalam rumah tangga.[30] Pembakaran-diri (membakar
diri sebagai bentuk protes) juga merupakan sesuatu yang relatif umum di antara perempuan
India.[3]

Patofisiologi[sunting | sunting sumber]

Tiga derajat luka bakar


Pada suhu lebih tinggi dari 44 °C (111 °F), protein mulai kehilangan bentuk tiga dimensinya dan
mulai terurai.[33] Keadaan ini menyebabkan kerusakan pada sel dan jaringan. [10] Kebanyakan efek
kesehatan langsung dari luka bakar adalah gangguan sekunder terhadap fungsi kulit yang
normal.[10] Efek-efek ini meliputi gangguan sensasi kulit, kemampuan untuk mencegah keluarnya
air melalui evaporasi, dan kemampuan untuk mengontrol suhu tubuh. [10] Gangguan pada
membran sel menyebabkan sel kehilangan kalium yang keluar dari sel dan mengisi ruang di luar
sel sehingga sel tersebut mengikat air dan natrium.[10]
Pada luka bakar yang luas (lebih dari 30% dari total area permukaan tubuh), akan terdapat suatu
respon peradangan yang signifikan.[34]Keadaan ini menyebabkan meningkatnya kebocoran cairan
dari pembuluh kapiler,[7] dan kemudian menyebabkan pembengkakan jaringan edema.[10] Hal ini
selanjutnya menyebabkan hilangnya volume darah secara keseluruhan, dan
kehilangan plasma yang signifikan dari darah yang tersisa, sehingga menyebabkan darah
menjadi lebih kental.[10] Terhambatnya aliran darah ke organ seperti misalnya ginjal dan saluran
cerna dapat mengakibatkan gagal ginjal dan tukak lambung.[35]
Meningkatnya kadar katekolamin dan kortisol dapat menyebabkan keadaan hipermetabolik yang
dapat berlangsung bertahun-tahun.[34]Keadaan ini berhubungan dengan meningkatnya curah
jantung, metabolisme, denyut jantung cepat, dan buruknya fungsi imun.[34]

Diagnosis[sunting | sunting sumber]


Luka bakar dapat diklasifikasikan berdasarkan kedalaman, mekanisme cedera, luasan dan
cedera lain yang diakibatkan oleh luka bakar tersebut. Klasifikasi yang paling umum digunakan
adalah yang berdasarkan kedalaman luka bakar. Kedalaman dari luka bakar biasanya ditentukan
berdasarkan pemeriksaan, walaupun kadang dapat juga dilakukan pemeriksaan
biopsi.[10] Biasanya sangat sulit untuk menentukan kedalaman luka bakar hanya dengan satu kali
pemeriksaan sehingga perlu dilakukan pemeriksaan ulang dalam beberapa hari. [7] Pada pasien
dengan keluhan sakit kepala atau pusing dan menderita luka bakar karena api, harus
dipertimbangkan keracunan karbon monoksida.[36] Keracunan sianida juga perlu
dipertimbangkan.[7]
Ukuran[sunting | sunting sumber]
Ukuran luka bakar ditentukan berdasarkan persentase dari luas permukaan tubuh (LPB) yang
terkena luka bakar sebagian atau seluruh lapisan kulit.[10] Luka bakar derajat satu hanya
menunjukkan warna merah dan tidak melepuh tidak termasuk kedalam perkiraan
ini.[10] Kebanyakan luka bakar (70%) mengenai kurang dari 10% LPB. [15]
Terdapat beberapa cara untuk menentukan LPB, didalamnya termasuk "aturan sembilan", tabel
Lund dan Browder, serta perkiraan berdasarkan ukuran telapak tangan seseorang. [5]"Aturan
sembilan" sangat mudah diingat tetapi hanya akurat untuk orang yang berusia lebih dari
16 tahun.[5] Estimasi yang lebih akurat akan diperoleh bila menggunakan tabel Lund dan
Browder, yang juga mempertimbangkan berbagai proporsi bagian tubuh pada orang dewasa dan
anak-anak.[5] Ukuran telapak tangan seseorang (termasuk telapak dan jari) mendekati 1% dari
LPBnya.[5]
Tingkat Keparahan[sunting | sunting sumber]

Klasifikasi American Burn Association[36]

Ringan Sedang Berat

Dewasa <10% LPB Dewasa 10-20% LPB Dewasa >20% LPB

Usia muda atau tua < 5% Usia muda atau tua >10%
Usia muda atau tua 5-10% LPB
LPB LPB
<2% luka bakar yang 2-5% luka bakar yang mengenai >5% luka bakar yang
mengenai seluruh mengenai
seluruh lapisan kulit lapisan kulit seluruh lapisan kulit

Cedera tegangan tinggi Luka bakar tegangan tinggi

Diketahui menderita cedera


Kemungkinan cedera inhalasi
inhalasi

Luka bakar signifikan pada


Luka bakar melingkar muka,
persendian, tangan dan kaki

Masalah kesehatan lainnya Cedera yang berkaitan

Untuk menentukan apakah diperlukan Referensi untuk dibawa ke pusat perawatan khusus luka
bakar, Asosiasi Luka Bakar Amerika merancang suatu sistem klasifikasi. Pada sistem ini, luka
bakar diklasifikasikan menjadi berat, sedang, dan ringan. Keadaan ini dinilai berdasrkan sejumlah
faktor, di antaranya adalah luas permukaan total tubuh yang terkena, adanya luka bakar pada
bagian tubuh tertentu, usia penderita, dan cedera lain yang terkait.[36] Luka bakar ringan pada
umumnya dapat diatasi di rumah, luka bakar sedang biasanya dapat diatasi di rumah sakit, luka
bakar berat harus ditangani di pusat perawatan khusus luka bakar.[36]
Pencegahan[sunting | sunting sumber]
Berdasarkan sejarah, sekitar setengah dari luka bakar dapat dicegah. [1] Program pencegahan
luka bakar secara signifikan telah menurunkan tingkat kejadian luka bakar yang bersifat
serius.[33] Tindakan pencegahan termasuk: membatasi suhu air panas, alarm asap, sistem
penyemprot air, konstruksi bangunan yang sesuai, dan pakaian tahan api. [1] Para ahli
menganjurkan pengaturan pemanas air di bawah suhu 488 °C (910,4 °F).[15] Tindakan lain untuk
menghindari lepuh adalah dengan mengukur suhu air mandi dengan termometer, dan
meletakkan pelindung cipratan pada kompor.[33]Walaupun pengaruh peraturan penggunaan
kembang api masih belum jelas, terdapat bukti sementara bahwa peraturan ini
bermanfaat[37] dengan adanya rekomendasi pembatasan penjualan kembang api kepada anak-
anak.[15]

Penatalaksanaan[sunting | sunting sumber]


Tindakan resusitasi dimulai dengan menilai dan menstabilkan jalan napas, pernapasan, serta
sirkulasi penderita.[5] Jika dicurigai terjadi cedera inhalasi, mungkin
diperlukan intubasiawal.[7] Penanganan ini kemudian diikuti dengan penanganan luka bakar itu
sendiri. Seseorang dengan luka bakar yang luas dapat dibungkus menggunakan kain seprei
bersih sampai tiba di rumah sakit.[7] Karena luka bakar mudah terkena infeksi, suntikan booster
tetanus harus diberikan bila pasien tersebut belum mendapatkan imunisasi tetanus ini dalam
jangka lima tahun terakhir.[38] Di Amerika Serikat, 95% dari penderita luka bakar yang masuk ke
unit gawat darurat dirawat dan diperbolehkan pulang, sementara 5% memerlukan perawatan di
rumah sakit.[3] Pada luka bakar berat, pemberian asupan makanan dini sangat
penting.[34] Oksigenasi hiperbarik mungkin dapat beguna sebagai tambahan dari penanganan
secara tradisional.[39]
Cairan intravena[sunting | sunting sumber]
Pada penderita dengan perfusi jaringan yang buruk, harus diberikan bolus larutan kristaloid
isotonik.[5] Pada anak-anak dengan kondisi luka bakar lebih dari 10-20%&nbsp LPB dan pada
dewasa dengan kondisi luka bakar lebih dari 15%&nbsp LPB harus ditindaklanjuti dengan
resusitasi cairan formal dan pemantauan.[5][40][41] Bila memungkinkan, tindakan ini harus dilakukan
sebelum ke rumah sakit bagi penderita dengan luka bakar lebih luas dari 25% LPB.[40] Formula
Parkland dapat membantu menentukan volume cairan intravena yang diperlukan dalam waktu
24 jam pertama. Formula ini didasarkan atas LPB dan berat badan orang yang terkena luka
bakar. Setengah dari jumlah cairan ini harus diberikan pada 8 jam pertama, dan sisanya
diberikan pada sisa waktu 16 jam. Jangka waktu ini dimulai sejak luka bakar bakar terjadi, bukan
dari saat resusitasi cairan diberikan.Pada anak diperlukan pemberian cairan rumatan tambahan
berupa glukosa.[7] Selain itu, penderita dengan cedera inhalasi memerlukan lebih banyak
cairan.[42] Sementara resusitasi cairan yang tidak cukup dapat menyebabkan masalah, resusitasi
yang berlebihan juga dapat berakibat buruk.[43] Formula ini hanya merupakan pedoman, dengan
infus yang ideal diberikan berdasarkan keluaran urin yaitu >30 mL/h pada orang dewasa atau
>1mL/kg pada anak-anak dan tekanan darah arteri rata-rata lebih tinggi dari 60 mmHg.[7]
Walaupun Larutan ringer laktat sering digunakan, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa
larutan ini lebih baik dari larutan salin normal.[5] Cairan kristaloid tampak sama baiknya
dengan cairan koloid, dan karena koloid lebih mahal, penggunaan cairan ini tidak
dianjurkan.[44] Transfusi darah sangat jarang diperlukan.[10] Transfusi darah hanya dianjurkan bila
kadar hemoglobin turun di bawah 60-80 g/L (6-8 g/dL)[45] karena adanya risiko
komplikasi.[7] Kateter intravena dapat dipasang melalui kulit yang terbakar bila diperlukan, atau
dapat juga menggunakan infus intraoseus.[7]
Perawatan luka[sunting | sunting sumber]
Pendinginan dini (selama 30 menit pertama sejak terjadinya luka bakar) akan mengurangi
kedalaman luka bakar dan nyeri, tetapi harus dilakukan dengan hati-hati karena pendinginan
berlebih dapat menimbulkan hipotermia.[5][10] Tindakan ini harus dilakukan dengan menggunakan
air dingin 10–25 °C (50,0–77,0 °F) dan bukan air es, karena air es dapat menyebabkan cedera
yang lebih parah.[5][33] Luka bakar karena zat kimia memerlukan irigasi yang
ekstensif[10] Membersihkan, pembersihan jaringan mati menggunakan sabun dan air , dan
penggunaan pembalut merupakan aspek yang penting dalam penanganan luka bakar. Bila
terdapat lepuh yang utuh, tidak terlalu jelas apa yang harus dilakukan. Beberapa bukti sementara
mendukung dibiarkannya lepuh ini apa adanya. Luka bakar derajat dua memerlukan evaluasi
kembali setelah dua hari.[33]
Pada penatalaksanaan luka bakar derajat satu dan dua, tidak ditemukan bukti nyata untuk
menentukan tipe pembalutan yang harus digunakan.[46][47] Biasanya tidak masalah untuk
membiarkan luka bakar tingkat satu tanpa pembalutan.[33] Pemberian antibiotik oles umumnya
disarankan, walaupun pemakaian obat ini tidak didukung oleh bukti yang cukup. [48]Perak
sulfadiazine (suatu jenis antibiotik) tidak dianjurkan untuk dipakai karena berpotensi
memperlambat waktu penyembuhan.[47] Masih belum ada cukup bukti yang mendukung
penggunaan balutan yang mengandung perak[49] atau terapi luka tekanan negatif.[50]
Pengobatan[sunting | sunting sumber]
Luka bakar bisa sangat menyakitkan dan terdapat berbagai pilihan yang bisa digunakan
untuk mengatasi rasa sakit. Pilihannya meliputi analgesik sederhana
(seperti ibuprofen dan asetaminofen) dan opioid seperti morfin. Benzodiazepin bisa digunakan
sebagai tambahan untuk analgesik guna membantu menurunkan kecemasan. [33] Selama proses
penyembuhan, antihistamin, pijat, atau stimulasi saraf transkutaneus bisa digunakan untuk
membantu mengatasi rasa gatal.[8] Namun, antihistamin hanya efektif untuk tujuan ini pada 20%
orang.[51] Terdapat bukti sementara yang mendukung penggunaan gabapentin[8] dan penggunaan
obat tersebut beralasan pada pasien yang tidak mengalami perbaikan dengan antihistamin. [52]
Antibiotik intravena dianjurkan sebelum pembedahan pada pasien yang mengalami luka bakar
luas (>60% LPB).[53] Templat:Hingga, panduan yang ada tidak menganjurkan penggunaan
antibiotik secara umum karena adanya kekhawatiran mengenai resistensi antibiotik[48] dan
meningkatnya risiko infeksi jamur.[7] Namun bukti sementara menunjukkan bahwa penggunaan
antibiotik intravena bisa memperbaiki tingkat kelangsungan hidup pada pasien yang mengalami
luka bakar luas dan berat.[48] Eritropoietin belum ditemukan efektif untuk mencegah atau
mengobati anemia pada orang yang mengalami luka bakar.[7] Pada luka bakar yang disebabkan
oleh asam hidrofluorat, kalsium glukonat merupakan antidot khusus dan bisa digunakan secara
intravena dan/atau dioleskan.[22]
Pembedahan[sunting | sunting sumber]
Luka yang memerlukan penutupan dengan pembedahan menggunakan cangkok kulit atau flap
(biasanya untuk luka bakar yang lebih dari luka bakar ketebalan lengkap berukuran kecil) harus
ditangani sesegera mungkin.[54] Luka bakar melingkar pada anggota gerak atau dada mungkin
memerlukan bedah segera untuk membuang kulit mati, yang dikenal
sebagai eskarotomi.[55] Tindakan ini dilakukan untuk menangani atau mencegah masalah dengan
sirkulasi jauh, atau ventilasi.[55] Belum jelas apakah bedah eskarotomi berguna untuk luka bahar
pada leher atau jari.[55] Fasiotomi mungkin diperlukan untuk luka bakar akibat sengatan listrik.[55]
Pengobatan Alternatif[sunting | sunting sumber]
Madu sudah digunakan sejak zaman kuno untuk membantu penyembuhan luka dan mungkin
bermanfaat untuk luka bakar derajat pertama dan kedua.[56][57] Belum cukup bukti untuk
penggunaan lidah buaya.[58] Walaupun perak sulfadiazine mungkin bermanfaat untuk
menurunkan rasa sakit,[11] dan tinjauan pustaka yang dilakukan pada tahun 2007 menemukan
bukti sementara yang menunjukkan bahwa perak sulfadiazine dapat memperbaiki waktu
penyembuhan [59] tinjauan pustaka selanjutnya yang dilakukan pada tahun 2012 tidak
menunjukkan perbaikan penyembuhan luka dengan penggunaan perak sulfadiasin. [58]
Ada sedikit bukti bahwa vitamin E dapat membantu menyembuhkan keloid atau bekas
luka.[60] Penggunaan mentega tidak dianjurkan.[61] Di negara berpendapatan rendah, sepertiga
luka bakar diobati dengan obat tradisional, yang dapat meliputi pengolesan telur, lumpur, daun
atau kotoran sapi.[16] Penanganan dengan pembedahan terbatas pada beberapa kasus karena
sumber daya dan ketersediaan keuangan yang tidak mencukupi. [16] Ada sejumlah metode lain
yang bisa digunakan sebagai tambahan untuk pengobatan guna menurunkan rasa sakit dan
kecemasan termasuk: terapi realitas maya, hipnosis, dan pendekatan perilaku seperti teknik
pengalihan perhatian.[52]

Prognosis[sunting | sunting sumber]

Prognosis di AS[62]

LPB Kematian

<10% 0.6%

10-20% 2.9%

20-30% 8.6%

30-40% 16%
40-50% 25%

50-60% 37%

60-70% 43%

70-80% 57%

80-90% 73%

>90% 85%

Inhalation 23%

Progonosisnya lebih buruk bagi orang dengan luka bakar luas, orang yang berusia tua, dan
wanita.[10] Terjadinya cedera karena menghirup asap, cedera signifikan lain seperti patah tulang
panjang, dan penyakit penyerta yang bersifat serius (misalnya penyakit jantung, diabetes,
penyakit psikiatrik, dan keinginan untuk bunuh diri) juga mempengaruhi prognosis. [10] Rata-rata,
dari pasien yang dirawat inap di pusat perawatan luka bakar di Amerika Serikat, 4%
meninggal,[15] dengan hasil perawatan untuk tiap orang bergantung pada tingkat keparahan
cedera luka bakar. Contohnya, tingkat mortalitas penderita rawat inap dengan luka bakar kurang
dari 10% LPB adalah sebesar kurang dari 1%, sementara penderita rawat inap dengan luka
bakar 90% LPB memiliki tingkat mortalitas 85%.[62] Di Afghanistan, orang dengan luka bakar lebih
dari 60% LPB jarang dapat bertahan hidup.[15] Skor Baux secara historis sudah digunakan untuk
menentukan prognosis luka bakar berat; namun, dengan perbaikan dalam teknik perawatan, data
ini tidak lagi begitu akurat.[7] Skor tersebut ditentukan dengan menambahkan ukuran luka bakar
(% LPB) pada usia penderita, yang dulunya lebih kurang sama dengan risiko kematian.[7]
Komplikasi[sunting | sunting sumber]
Sejumlah komplikasi bisa muncul, dan infeksi merupakan komplikasi yang paling umum
terjadi.[15] Berdasarkan urutan frekuensi terjadinya, mulai dari yang paling sering sampai yang
paling jarang, komplikasi untuk luka bakar dapat meliputi: pneumonia, selulit, infeksi saluran
kencing dan kegagalan pernafasan.[15] Faktor risiko untuk infeksi termasuk: luka bakar dengan
lebih dari 30% LPB, luka bakar ketebalan lengkap, usia ekstrem (muda atau tua), atau luka bakar
yang terjadi pada kaki atau perineum.[63] Pneumonia umumnya terjadi pada mereka dengan
cedera inhalasi.[7]
Anemia sekunder pada luka bakar ketebalan lengkap dengan LPB lebih dari 10% sering
ditemukan.[5] Luka bakar karena listrik bisa menyebabkan sindrom
kompartemen atau rabdomiolisis karena kerusakan otot.[7] Penggumpalan darah dalam vena
kaki diperkirakan terjadi pada 6% hingga 25% orang.[7] Keadaan hipermetabolik yang mungkin
tidak sembuh selama bertahun-tahun setelah luka bakar berat menyebabkan penurunan
kepadatan tulang dan hilangnya massa otot.[34] Keloid bisa terjadi sebagai akibat dari luka bakar,
terutama pada orang yang berusia muda dan berkulit gelap.[60] Setelah mengalami luka bakar,
anak-anak mungkin mengalami trauma dan mengalami gangguan stress paska trauma.[64] Bekas
luka juga bisa mengakibatkan gangguan citra tubuh.[64] Di Negara-negara berkembang, luka
bakar parah bisa mengakibatkan isolasi sosial, kemiskinan ekstrem dan di kalangan anak-
anak pengucilan.[3]
Epidemiologi[sunting | sunting sumber]

Tahun hidup penyesuaian disabilitas untuk luka bakar dalam 100.000 penduduk pada tahun 2004.[65]
no data 300-350
< 50 350-400
50-100 400-450
100-150 450-500
150-200 500-600
200-250 > 600
250-300
Hingga tahun 2004, 11 juta kasus luka bakar memerlukan perawatan medis di seluruh dunia dan
menyebabkan 300.000 kematian.[3] Hal ini membuat luka bakar menjadi penyebab cedera utama
keempat setelah kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh, dan tindak kekerasan.[3]Sekitar 90%
luka bakar terjadi di negara berkembang.[3] Hal ini sebagian disebabkan oleh kepadatan
penduduk yang berlebihan dan kondisi memasak yang tidak aman.[3] Secara keseluruhan, hampir
60% dari luka bakar yang bersifat fatal terjadi di Asia Tenggara dengan tingkat kejadian 11,6 per
100.000 penduduk.[15]
Di negara maju, tingkat mortalitas karena luka bakar pada pria dewasa dua kali lebih tinggi dari
wanita. Hal ini kemungkinan terjadi karena pria dewasa memiliki pekerjaan dan aktivitas dengan
risiko lebih tinggi. Namun, di banyak negara berkembang wanita berisiko dua kali lebih tinggi
daripada pria. Hal ini sering dikaitkan dengan kecelakaan di dapur dan kekerasan rumah
tangga.[3] Di kalangan anak-anak, kematian karena luka bakar terjadi lebih dari sepuluh kali lebih
tinggi di negara berkembang dibandingkan di negara maju. [3] Secara keseluruhan, luka bakar
merupakan salah satu dari lima belas penyebab utama kematian di kalangan anak-anak.[1] Dari
tahun 1980an hingga 2004, banyak negara sudah mengalami penurunan dalam tingkat kematian
karena luka bakar yang bersifat fatal dan luka bakar pada umumnya.[3]
Negara maju[sunting | sunting sumber]
Diperkirakan 500.000 cedera luka bakar mendapatkan perawatan medis tiap tahunnya di
Amerika Serikat.[33] Cedera ini menyebabkan sekitar 3.300 kematian pada tahun
2008.[1] Kebanyakan luka bakar (70%) dan kematian karena luka bakar terjadi di kalangan
pria.[4][10]Insiden tertinggi luka bakar api terjadi di kalangan usia 18 – 35 tahun, sementara insiden
luka bakar lepuh tertinggi terjadi di kalangan anak-anak di bawah 5 tahun dan orang dewasa di
atas 65 tahun.[10] Luka bakar karena listrik menyebabkan sekitar 1.000 kematian per
tahun.[66]Petir menyebabkan kematian sekitar 60 orang per tahun.[9] Di Eropa, luka bakar dengan
sengaja paling sering terjadi di kalangan pria setengah baya.[29]
Negara berkembang[sunting | sunting sumber]
Di India, sekitar 700.000 hingga 800.000 orang per tahunnya menderita luka bakar berat,
walaupun hanya sedikit yang dirawat di pusat perawatan khusus luka bakar. [67] Tingkat luka bakar
tertinggi terjadi di kalangan wanita berusia 16–35 tahun.[67] Sebagian dari tingginya tingkat
kejadian ini berkaitan dengan dapur yang tidak aman dan pakaian longgar khas
India.[67] Diperkirakan sepertiga dari semua luka bakar di India disebabkan oleh pakaian yang
terbakar oleh nyala api terbuka.[68] Luka bakar karena disengaja juga penyebab utama dan
tingkatnya tinggi di kalangan wanita muda, nomor dua setelah kekerasan rumah tangga dan
perlukaan diri sendiri.[3][29]

Sejarah[sunting | sunting sumber]


Guillaume Dupuytren (1777-1835) yang mengembangkan tingkat klasifikasi luka bakar
Lukisan gua dari lebih dari 3500 tahun yang lalu mendokumentasikan luka bakar dan cara
pengobatannya.[2] Papirus Smith Mesir pada 1500 tahun sebelum masehi menggambarkan
pengobatan menggunakan madu dan salep damar.[2] Banyak pengobatan lain yang sudah lama
digunakan, termasuk penggunaan daun teh oleh orang Cina yang didokumentasikan hingga
tahun 600 sebelum masehi, lemak babi dan cuka oleh Hipokrates yang didokumentasikan hingga
tahun 400 sebelum masehi, dan anggur dan mur oleh Celsus yang didokumentasikan hingga
100 tahun sebelum Masehi.[2] Ahli bedah Perancis Ambroise Paré adalah orang pertama yang
menggambarkan berbagai derajat luka bakar pada tahun 1500an. [69] Guillaume
Dupuytren memperluas derajat ini menjadi enam tingkat keparahan yang berbeda pada tahun
1832.[2][70]
Rumah sakit pertama yang merawat luka bakar dibuka pada tahun 1843 di London, Inggris dan
perkembangan perawatan luka bakar modern dimulai pada akhir tahun 1800an dan awal
1900an.[2][69] Selama Perang Dunia I, Henry D. Dakin dan Alexis Carrelmengembangkan standar
untuk membersihkan dan membasmi kuman dari luka dan luka bakar dengan menggunakan
larutan sodium hipoklorit, yang secara signifikan menurunkan mortalitas. [2] Pada tahun 1940an,
pentingnya eksisi dini dan cangkok kulit telah diakui, dan pada sekitar kurun waktu yang sama,
resusitasi cairan dan formula untuk pedoman resusitasi telah dikembangkan. [2] Pada tahun
1970an, para peneliti menunjukkan pentingnya keadaan hipermetabolik yang terjadi setelah luka
bakar berukuran besar.[2]

Vous aimerez peut-être aussi