Vous êtes sur la page 1sur 2

BAB IV

DISKUSI

Telah dilaporkan kasus seorang pasien perempuan berumur 80 tahun datang ke RSUP
Dr.M.Djamil padang tanggal 14 Juli 2017 dengan diagnosis kerja Endoftalmitis OS. Dasar
diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik mata dan pemeriksaan penunjang.

Dari anamnesis diketahui pasien mengeluh mata kiri merah dan nyeri sejak ± 5 hari yang
lalu. Pasien sudah tidak dapat melihat sejak tahun 2013. Riwayat operasi glaukoma akut +
ekstraksi lensa mata kiri pada tahun 2013 di Pariaman. Penegakkan diagnosis endoftalmitis pada
pasien ini berdasarkan gejala yang dialami pasien yaitu adanya mata merah dan nyeri, kemudian
diperkuat dengan adanya riwayat operasi glaukoma akut + ekstraksi lensa mata kiri.

Mata kiri pasien memutih sejak ± 4 hari yang lalu. Dari pemeriksaan fisik mata kiri
didapatkan visus tanpa koreksi 0, reflek fundus tidak ada, injeksi konjungtiva (+), injeksi siliaris
(+) pada konjungtiva, pada kornea maserasi (+). Hal ini sesuai dengan gejala endoftalmitis.
Endoftalmitis merupakan radang purulen pada seluruh jaringan intraokuler, disertai dengan
terbentuknya abses di dalam badan kaca. Pada mata timbul gejala berupa nyeri, mata merah
edema palpebral dan refleks fundus hilang akibat adanya nanah di dalam badan kaca, sehingga
tajam penglihatan sangat menurun. Tekanan bulbus okuli N+1 (P). Tekanan bola mata meningkat
akibat massa supuratif yang tertumpuk di dalam bola mata. Pada endoftalmitis terjadi infiltrasi
dari sel-sel mononuclear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan
timbulnya infiltrate, yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu dan keruh, kemudian dapat
terjadi kerusakan epitel.

Pasien memiliki riwayat operasi glaucoma akut dan ekstraksi lensa mata kiri.
Endoftalmitis sering terjadi setelah trauma pada mata termasuk setelah dilakukannya operasi
mata yang merupakan faktor resiko masuknya mikroorganisme ke dalam mata. Setiap prosedur
operasi yang mengganggu integritas bola mata dapat menyebabkan endoftalmitis eksogen.

Penatalaksaan pada pasien ini adalah dengan pemberian antibiotik, karena endoftalmitis
pada umumnya disebabkan oleh bakteri. Karena belum dilakukan kultur dan sensitifitas test
maka antibiotik yang diberikan adalah yang berspektrum luas. Obat ini dapat diberikan secara
topikal, sistemik atau intravitreal. Pada pasien diberikan antibiotik golongan kuinolon yaitu
levofloxacin, dimana golongan kuinolon merupakan antibiotik dengan daya infiltrasi intraokuler
yang sangat baik.

Pasien pada kasus ini mempunyai prognosis dubia ad malam karena pasien sudah
mengalami kebutaan. Prognosis penderita endoftalmitis tergantung dari kondisi imunitas
penderita, durasi endoftalmitis, virulensi bakteri, jangka waktu infeksi sampai penatalaksanaan.
Pada kasus ini, prognosis pasien dubia ad malam karena mengingat umur penderita yang sudah
cukup tua.

Vous aimerez peut-être aussi