Vous êtes sur la page 1sur 24

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Gangguan Jiwa Harga Diri Rendah”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan Mata PelajaraN. Dalam penulisan makalah, tidak sedikit hambatan
yang penulis hadapi.Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penulisan
makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua,
sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi.
Baik pada teknis penulisan maupun dalam materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang
membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat
tercapai.

Medan, Mei 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang.........................................................................................1
B. Rumusan masalah....................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................2
BSB II PEMBAHASAN
A. Pengertian ...............................................................................................4
B. Etiologi....................................................................................................4
C. Tanda dan gejala......................................................................................4
D. Proses terjadinya masalah.......................................................................5
E. Rentang respon........................................................................................6
F. Pohon masalah.........................................................................................8
G. Masalah keperawatan yang mungkin muncul.........................................8
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian...............................................................................................9
B. Diagnosa keperawatan.............................................................................11
C. Intervensi keperawatan............................................................................11
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................23
B. Saran........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dalam hidup di masyarakat manusia harus dapat mengembangkan dan
melaksanakan hubungan yang harmonis baik dengan individu lain maupun
lingkungan sosialnya. Tapi dalam kenyataannya individu sering mengalami
hambatan bahkan kegagalan yang menyebabkan individu tersebut sulit
mempertahankan kestabilan dan identitas diri, sehingga konsep diri menjadi
negatif. Jika individu sering mengalami kegagalan maka gangguan jiwa yang
sering muncul adalah gangguan konsep diri misal harga diri rendah.
Faktor psikososial merupakan faktor utama yang berpengaruh dalam
kehidupan seseorang (anak, remaja, dan dewasa). Yang mana akan menyebabkan
perubahan dalam kehidupan sehingga memaksakan untuk mengikuti dan
mengadakan adaptasi untuk menanggulangi stressor yang timbul.
Ketidakmampuan menanggulangi stressor itulah yang akan memunculkan
gangguan kejiwaan.
Salah satu gangguan jiwa yang ditemukan adalah gangguan konsep harga
diri rendah, yang mana harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang
negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri,
merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, 1999). Perawat akan mengetahui jika
perilaku seperti ini tidak segera ditanggulangi, sudah tentu berdampak pada
gangguan jiwa yang lebih berat. Beberapa tanda-tanda harga diri rendah adalah
rasa bersalah terhadap diri sendiri, merendahkan martabat sendiri, merasa tidak
mampu, gangguan hubungan sosial seperti menarik diri, percaya diri kurang,
kadang sampai mencederai diri (Townsend, 1998).
Peristiwa traumatic, seperti kehilangan pekerjaan, harta benda, dan orang
yang dicintai dapat meninggalkan dampak yang serius. Dampak kehilangan
tersebut sangat mempengaruhi persepsi individu akan kemampuan dirinya
sehingga mengganggu harga diri seseorang.

1
Banyak dari individu-individu yang setelah mengalami suatu kejadian yang
buruk dalam hidupnya, lalu akan berlanjut mengalami kehilangan kepercayaan
dirinya. Dia merasa bahwa dirinya tidak dapat melakukan apa-apa lagi, semua
yang telah dikerjakannya salah, merasa dirinya tidak berguna, dan masih banyak
prasangka-prasangka negative seorang individu kepada dirinya sendiri. Untuk itu,
dibutuhkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak agar rasa percaya diri
dalam individu itu dapat muncul kembali. Termasuk bantuan dari seorang
perawat. Perawat harus dapat menangani pasien yang mengalami diagnosis
keperawatan harga diri rendah, baik menggunakan pendekatan secara individual
maupun kelompok.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, kami dapat mengambil rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan harga diri rendah?
2. Apa saja etiologi dari harga diri rendah?
3. Apa manifestasi klinis klien dengan harga diri rendah?
4. Bagaimana proses terjadinya masalah?
5. Bagaimana rentang respon klien dengan harga diri rendah?
6. Bagaimana pohon masalah dari harga diri rendah?
7. Apa saja masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan harga
diri rendah?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan harga diri rendah?
9. Bagaimana contoh aplikasi komunikasi terapeutik pada SP klien?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, kami dapat mengambil tujuan sebagai
berikut :
1. Menjelaskan definisi dari harga diri rendah.
2. Menjelaskan etiologi dari harga diri rendah
3. Menjelaskan manifestasi klinis klien dengan harga diri rendah
4. Menjelaskan proses terjadinya masalah
5. Menjelaskan rentang respon klien dengan harga diri rendah
6. Menjelaskan pohon masalah dari harga diri rendah
7. Menjelaskan masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan
harga diri rendah

2
8. Menjelaskan asuhan keperawatan klien dengan harga dirir rendah.
9. Mencontohkan aplikasi komunikasi terapeutik dari SP klien.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian

3
Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri
atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung
diekspresikan ( Townsend, 1998 ).
Menurut Schult & Videbeck ( 1998 ), gangguan harga diri rendah adalah
penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan
secara langsung maupun tidak langsung
Dari pendapat-pendapat di atas dapat dibuat kesimpulan, harga diri rendah
adalah suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya kepercayaan diri,
dan gagal mencapai tujuan yang diekspresikan secara langsung maupun tidak
langsung, penurunan harga diri ini dapat bersifat situasional maupun kronis atau
menahun.

B. Etiologi
1. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis adalah penolakan
orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak
realistis.
2. Faktor presipitasi
Factor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya sebagian
anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan,
serta menurunnya produktivitas. Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis
ini dapat terjadi secara situasional maupun kronik.

C. Tanda dan Gejala


1. Mengkritik diri sendiri dan orang lain
2. Penurunan produktivitas
3. Destruktif yang diarahkan pada orang lain
4. Gangguan dalam berhubungan
5. Rasa diri penting yang berlebihan
6. Perasaan tidak mampu dan rasa bersalah
7. Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan
8. Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri
9. Ketegangan peran yang dirasakan
10. Pandangan hidup yang pesimis dan bertentangan

4
11. Keluhan fisik dan khawatir
12. Penolakan terhadap kemampuan personal
13. Destruktif terhadap diri sendiri dan pengurangan diri
14. Menarik diri secara sosial dan dari realitas
15. Penyalahgunaan zat

D. Proses Terjadinya Masalah


Individu yang kurang mengerti akan arti dan tujuan hidup akan gagal
menerima tanggung jawab untuk diri sendiri dan orang lain. Ia akan tergantung
pada orang tua dan gagal mengembangkan kemampuan sendiri ia mengingkari
kebebasan mengekspresikan sesuatu termasuk kemungkinan berbuat kesalahan
dan menjadi tidak sabar, kasar dan banyak menuntut diri sendiri, sehingga ideal
diri yang ditetapkan tidak tercapai.
Sedangkan stressor yang mempengaruhi harga diri rendah dan ideal diri
adalah penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang yang
berarti, pola asuh yang tidak tepat, misalnya terlalu dilarang, dituntut, dituruti,
persaingan dengan saudara. Kesalahan dan kegagalan yang terulang, cita-cita yang
tidak tercapai, gagal bertanggung jawab terhadap diri sendiri.
Harga diri rendah dapat terjadi karena adanya kegagalan atau berduka
disfungsional dan individu yang mengalami gangguan ini mempunyai koping
yang tidak konstruktif atau kopingnya maladaptive.
Resiko yang dapat terjadi pada individu dengan gangguan harga diri
rendah adalah isolasi sosial: menarik diri karena adanya perasaan malu kalau
kekurangannya diketahui oleh orang lain. ( Stuart dan Sundeen, 1991 )

E. Rentang Respon
Harga diri rendah merupakan komponen Episode Depresi Mayor, dimana
aktifitas merupakan bentuk hukuman atau punishment (Stuart & Laraia, 2005).
Depresi adalah emosi normal manusia, tapi secara klinis dapat bermakna
patologik apabila mengganggu perilaku sehari-hari, menjadi pervasive dan mucul
bersama penyakit lain.
Menurut NANDA (2005) tanda dan gejala yang dimunculkan sebagai
perilaku telah dipertahankan dalam waktu yang lama atau kronik yang meliputi
mengatakan hal yang negative tentang diri sendiri dalam waktu lama dan terus

5
menerus, mengekspresikan sikap malu /minder/rasa bersalah, kontak mata
kurang/tidak ada, selalu mengatakan ketidakmampuan/kesulitan untuk mencoba
sesuatu, bergantung pada orang lain, tidak asertif, pasif dan hipoaktif, bimbang
dan ragu-ragu serta menolak umpan balik positif dan membesarkan umpan balik
negative mengenai dirinya.
Mekanisme koping jangka pendek yang biasa dilakukan klien harga diri
rendah adalah kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis, misalnya
pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton TV terus menerus. Kegiatan
mengganti identitas sementara, misalnya ikut kelompok social, keagamaan dan
politik. Kegiatan yang memberi dukungan sementara, seperti mengikuti suatu
kompetisi atau kontes popularitas. Kegiatan mencoba menghilangkan anti
identitas sementara, seperti penyalahgunaan obat-obatan.
Jika mekanisme koping jangka pendek tidak memberi hasil yang
diharapkan individu akan mengembangkan mekanisme koping jangka panjang,
antara lain adalah menutup identitas, dimana klien terlalu cepat mengadopsi
identitas yang disenangi dari orang-orang yang berarti tanpa mengindahkan
hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri. identitas negative, dimana asumsi yang
bertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat. disasosiasi, isolasi, proyeksi,
mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri dan orang lain. terjadinya gangguan
konsep diri harga diri rendah juga dipengaruhi beberapa factor predisposisi seperti
factor biologis, psikologis, social dan cultural.
Factor biologis biasanya karena ada kondisi sakit fisik secara yang dapat
mempengaruhi kerja hormone secara umum, yang dapat pula berdampak pada
keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh kadar serotonin yang menurun
dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien depresi
kecenderungan harga diri rendah semakin besar karena klien lebih dikuasai oleh
pikiran-pikiran negative dan tidak berdaya.
Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga diri
rendah adalah :

6
1. System Limbic yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi pada klien dengan harga
diri rendah yang kadang berubah seperti sedih, dan terus merasa tidak berguna
atau gagal terus menerus.
2. Hipothalamus yang juga mengatur mood dan motivasi, karena melihat kondisi
klien dengan harga diri rendah yang membutuhkan lebih banyak motivasi dan
dukungan dari perawat dalam melaksanakan tindakan yang sudah dijadwalkan
bersama-sama dengan perawat padahal klien mengatakan bahwa membutuhkan
latihan yang telah dijadwalkan tersebut.
3. Thalamus, system pintu gerbang atau menyaring fungsi untuk mengatur arus
informasi sensori yang berhubungan dengan perasaan untuk mencegah
berlebihan di korteks. Kemungkinan pada klien dengan harga diri rendah
apabila ada kerusakan pada thalamus ini maka arus informasi sensori yang
masuk tidak dapat dicegah atau dipilah sehingga menjadi berlebihan yang
mengakibatkan perasaan negative yang ada selalu mendominasi pikiran dari
klien.
4. Amigdala yang berfungsi untuk emosi.

F. Pohon masalah

Keputusasaan prilaku kekerasan

Gangguan konsep diri harga diri rendah

Perubahan Isolasi sosial Penampilan Menarik diri

Gangguan citra tubuh Ideal diri tidak realistik

G. Masalah Keperawatan yang mungkin muncul


1. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
2. Koping individu tidak efektif
3. Isolasi social : menarik diri
4. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
5. Resiko tinggi perilaku kekerasan

7
6. Berduka disfungsional

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Menurut Stuard and Sudeen ( 1998 ) pengkajian pada pasien harga diri rendah
meliputi tingkah laku :
a. Menyalahkan diri atau orang lain.
b. Produktivitas menurun.
c. Gangguan berhubungan
d. Rasa bersalah.
e. Mudah marah
f. Pesimis terhadap kehidupan
g. Keluhan fisik
h. Menarik diri dari realita
i. Cemas dan takut
j. Mengurung diri
k. Penyalahgunaaan zat

8
Sedangkan menurut Towsend ( 1998 ) pada pasien dengan gangguan harga diri
rendah akan ditemukan batasan karakteristik :
a. Kurang kontak mata
b. Ungkapan yang mengaktifkan diri
c. Ekspresi rasa malu
d. Mengevaluasi diri sebagai individu yang tidak mampu untuk menghadapi
berbagai peristiwa.
e. Menolak umpan balik yang positif dan melebih-lebihkan umpan balik
yang negatif tentang dirinya.
f. Ragu-ragu untuk mencoba hal-hal yang baru.
g. Hipersensitif terhadap kritik, mudah tersinggung dengan
pembicaraan orang lain.
Data yang perlu dikaji
No Masalah Keperawatan Data Subyektif Data Obyektif
1. Masalah utama : Gangguan Mengungkapkan ingin  Merusak diri sendiri
konsep diri : harga diri  Merusak orang lain
diakui jati dirinya
rendah  Mengungkapkan tidak ada  Menarik diri dari
hubungan sosial
lagi yang peduli
 Mengungkapkan tidak bisa  Tampak mudah
tersinggung
apa-apa
 Mengungkapkan dirinya  Tidak mau makan dan
tidak tidur
tidak berguna
 Mengkritik diri sendiri
2. Masalah Keperawatan :  Mengkritik diri sendiri  Tampak sedih dan tidak
Penyebab gangguan citra  Mengungkapkan perasaan melakukan aktivitas yang
tubuh main terhadap diri sendiri seharusnya dapat
 Mengungkapkan malu dan
dilakukan
tidak bisa bila diajak  Wajah tarnpak murung
melakukan sesuatu  Klien terlihat lebih suka
 Perasaan tidak mampu
sendiri
 Perasaan negatif mengenai  Bingung bila disuruh
dirinya sendiri memilih alternatif
tindakan
3. Masalah Keperawatan:  Mengungkapkan tidak  Ekspresi wajah kosong
Akibat Isolasi sosial :  Tidak ada kontak mata
berdaya dan tidak ingin
menarik diri ketika diajak bicara
hidup lagi
 Suara pelan dan tidak

9
 Mengungkapkan enggan jelas
berbicara dengan orang
lain
 Klien malu bertemu dan
berhadapan dengan orang
lain
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra
tubuh
2. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

C. Intervensi keperawatan
 Diagnosa 1 : Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan
gangguan citra tubuh
1. Tujuan Umum (TUM)
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
2. Tujuan Khusus (TUK)
a. TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya
1. Kriteria evaluasi :
 Ekspresi wajah bersahabat
 Menunjukkan rasa senang dan ada kontak mata
 Mau berjabat tangan dan mau menyebutkan nama
 Mau menjawab salam dan duduk berdampingan dengan perawat
 Mau mengutarakan masalah yang dihadapi
2. Intervensi :
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik :
a) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukainya
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Jujur dan menepati janji
f) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g) Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien

b. TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang


dimiliki.
1) Kriteria evaluasi :

10
Klien mengidentifikasi kemampuan dan aspek yang dimiliki :
1. Kemampuan yang dimiliki klien
2. Aspek positif keluarga
3. Aspek positif keluarga yang dimiliki klien
2) Intervensi :
1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
Rasional : Mendiskusikan tingkat kemampuan klien seperti menilai realitas,
kontrol diri atau integritas ego diperlukan sebagai dasar asuhan
keperawatan.
2. Setiap bertemu dengan klien hindarkan dari memberi penilaian negatif
Rasional : Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri klien.
3. Usahakan memberi pujian yang realistik
Rasional : Pujian yang realistik tidak menyebabkan klien melakukan
kegiatan hanya mendapatkan pujian.
c. TUK 3 : Klien dapat menilai kemampuan yang masih dapat digunakan selama
sakit.
1) Kriteria evaluasi :
Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan.
2) Intervensi :
a) Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama
sakit.
Rasional : Keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang dimiliki
adalah prasarat untuk berubah.
b) Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat dilanjutkan
penggunaannya.
Rasional : Pengertian tentang kemampuan yang dimiliki klien memotifasi
untuk tetap mempertahankan kegunaannya.

 Diagnosa 2 : Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
1. Tujuan Umum :
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.

2. Tujuan Khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
1. Kriteria evaluasi :
 Ekspresi wajah bersahabat
 Ada kontak mata
 Mau berjabat tanganMau menyebutkan nama
 Mau duduk berdampingan dengan perawat

11
 Mau mengutarakan masalah yang dihadapi
2. Intervensi
Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip komunikasi terapeutik:
a) Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Jujur dan menepati janji
f) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g) Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
1. Kriteria evaluasi :
 Kemampuan yang dimiliki klien
 Aspek positif keluarga
 Aspek positif lingkungan yang dimiliki klien
2. Intervensi :
a) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat
b) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
c) Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan
memberi pujian yang realistis
d) Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
c. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
1. Kriteria evaluasi :
kemampuan yang dapat digunakan
2. Intervensi :
 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
 Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke
rumah
d. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki
1. Kriteria evaluasi
Klien dapat membuat rencana kegiatan harian
2. Intervensi :
 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan
 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
1. Kriteria evaluasi :
Klien melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuannya
2. intervensi :
 Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan

12
 Beri pujian atas keberhasilan klien
 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
f. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
1. Kriteria evaluasi :
Kilen memanfaatkan sistem pendukung yang ada
2. Intervensi :
 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien.
 Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
 Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

 Contoh Aplikasi Komunikasi Terapeutik pada SP Klien


SP 1 pasien :Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
pasien, membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan,
membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dialtih, melatih
kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan
yang telah dilatih dalam rencana harian.

Orientasi
“Selamat pagi! Bagaimana keadaan T hari ini? T terlihat segar.”
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan
yang pernah T lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih
dapat T lakukan di rumah sakit. Setelah itu kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan
untuk kita latih.”
“Di mana kita duduk? Bagaimana kalau di ruang tamu? Berapa lama?
Bagaimana kalau 20 menit?”

Kerja
“T, apa saja kemampuan yang T dimiliki? Bagus, apa lagi? Saya buat
daftarnya ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa T lakukan? Bagaimana
dengan merapikan kamar? Menyapu? Mencuci piring dan seterusnya. Wah, bagus
sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang T miliki!”

13
“T, dari kelima kegiatan/kemampuan ini, yang masih dapat dikerjakan di
rumah sakit? (mis.ada tiga yang masih dapat dilakukan). Bagus sekali ada tiga
kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini!”
“Sekarang, coba T pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah
sakit ini. baik, yang nomor satu, merapikan tempat tidur? Kalau begitu,
bagaimana kalau sekarang kita latihan merapikan tempat tidur T. Mari kita lihat
tempat tidur T! Coba lihat, sudah rapikah temapt tidurnya?”
“Nah, kalau kita mau merapikan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal
dan selimutnya. Bagus! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik.
Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus!
Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan.
Sekarang ambil bantal, rapikan, dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita
lipat selimut! Bagus!”
“T sudah bisa merapikan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan
bedakan dengan sebelum dirapikan! Bagus!”
“Coba T lakukan dan jangan lupa member tanda di kertas daftar kegiatan,
tulis M (mandiri) kalau T lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) kalau T
melakukan dengan dibantu, dan tulis T (tidak) kalau T tidak melakukan (perawat
member kertas berisi daftar kegiatan harian).”

Terminasi
“Bagaimana perasaan T setelah kita bercakap-cakap, dan latihan merapikan
tempat tidur? Ya, T ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan
di rumah sakit ini. Salah satunya, merapikan tempat tidur, yang sudah T
praktikkan dengan baik sekali. Nah, kemampuan ini dapat dilakukan juga di
rumah setelah pulang. Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. T mau
berapa kali sehari merapikan tempat tidur. Bagus, dua kali, yaitu pagi jam berapa?
Lalu sehabis istirahat, jam 4 sore.”
“Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. T masih ingat kegiatan
apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain merapikan tempat tidur? Ya

14
bagus, cuci piring… kalau begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8
pagi di dapur ruangan ini sehabis makan pagi. Sampai jumpa ya!”

SP 2 Pasien : latih pasien melakukan kegiatan lain sesuai dengan kemampuan


pasien
Orientasi :
“Selamat pagi, bagaimana perasaan Bapak pagi ini ? Wah, tampak cerah ”
”Bagaimana Bapak, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/ tadi
pagi? Bagus (kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi, sekarang kita akan
latihan kemampuan kedua. Masih ingat apa kegiatan itu t?”
”Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur”
”Waktunya sekitar 15 menit. Mari kita ke dapur!”

Kerja :
“ Bapak sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya,
yaitu sabut/tapes untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring,
dan air untuk membilas., Bapak bisa menggunakan air yang mengalir dari kran
ini. Oh ya jangan lupa sediakan tempat sampah untuk membuang sisa-makanan.
“Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”
“Setelah semuanya perlengkapan tersedia, Bapak ambil satu piring kotor, lalu
buang dulu sisa kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah.
Kemudian Bapak bersihkan piring tersebut dengan menggunakan sabut/tapes yang
sudah diberikan sabun pencuci piring. Setelah selesai disabuni, bilas dengan air
bersih sampai tidak ada busa sabun sedikitpun di piring tersebut. Setelah
itu Bapak bisa mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak yang sudah
tersedia di dapur. Nah selesai…
“Sekarang coba Bapak yang melakukan…”
“Bagus sekali, Bapak dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik. Sekarang
dilap tangannya

Terminasi :

15
”Bagaimana perasaan Bapak setelah latihan cuci piring ?”
“Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan sehari-
hari
Bapak Mau berapa kali t mencuci piring? Bagus sekali Bapak mencuci piring
tiga kali setelah makan.”
”Besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan tempat
tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan latihan
mengepel”
”Mau jam berapa ? Sama dengan sekarang ? Sampai jumpa ”

 Tindakan Keperawatan Pada Keluarga


Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah di rumah
dan menjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien.
a. Tujuan :
1. Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien
2. Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki pasien
3. Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih dan
memberikan pujian atas keberhasilan pasien
4. Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien
b. tindakan keperawatan :
1. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2. Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada pasien
3. Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien dan memuji pasien
atas kemampuannya.
4. Jelaskan cara-cara merawat pasien dengan harga diri rendah.
5. Demontrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
6. Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat pasien
dengan harga diri rendah seperti yang telah perawat yang masih
dimildemonstrasikan sebelumnya
7. Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien di rumah

SP 1 Keluarga : Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat


pasien di rumah, menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala harga diri
rendah, menjelaskan cara merawat pasien dengan harga diri rendah,

16
mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah, dan memberi
kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat
Orientasi :
“Selamat pagi !”
“Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini ?”
“Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat Bapak?
Berapa lama waktu Bapak/Ibu?30 menit? Baik, mari duduk di ruangan
wawancara!”

Kerja :
“Apa yang bapak/Ibu ketahui tentang masalah Bapak”
“Ya memang benar sekali Pak/Bu, Bapak itu memang terlihat tidak percaya diri
dan sering menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya pada Bapak, sering
menyalahkan dirinya dan mengatakan dirinya adalah orang paling bodoh sedunia.
Dengan kata lain, anak Bapak/Ibu memiliki masalah harga diri rendah yang
ditandai dengan munculnya pikiran-pikiran yang selalu negatif terhadap diri
sendiri. Bila keadaan Bapak ini terus menerus seperti itu, Bapak bisa mengalami
masalah yang lebih berat lagi, misalnya t jadi malu bertemu dengan orang lain dan
memilih mengurung diri”
“Sampai disini, bapak/Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri rendah?”
“Bagus sekali bapak/Ibu sudah mengerti”
“Setelah kita mengerti bahwa masalah t dapat menjadi masalah serius, maka kita
perlu memberikan perawatan yang baik untuk Bapak”
”Bpk/Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki Bapak? Ya benar, dia juga
mengatakan hal yang sama(kalau sama dengan kemampuan yang dikatakan
Bapak)
” Bapak itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan cuci
piring. Serta telah dibuat jadual untuk melakukannya. Untuk itu, Bapak/Ibu dapat
mengingatkan Bapak untuk melakukan kegiatan tersebut sesuai jadual. tolong
bantu menyiapkan alat-alatnya, ya Pak/Bu. Dan jangan lupa memberikan pujian

17
agar harga dirinya meningkat. Ajak pula memberi tanda cek list pada jadual yang
kegiatannya”.
”Selain itu, bila Bapak sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit, bapak/Ibu
tetap perlu memantau perkembangan Bapak. Jika masalah harga dirinya kembali
muncul dan tidak tertangani lagi, bapak/Ibu dapat membawa Bapak ke rumah
sakit”
”Nah bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberikan pujian kepada
Bapak”
”temui Bapak dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan pujian
yang yang mengatakan: Bagus sekali Bapak, kamu sudah semakin terampil
mencuci piring”
”Coba Bapak/Ibu praktekkan sekarang. Bagus”

Terminasi :
”Bagaimana perasaan Bapak/bu setelah percakapan kita ini?”
“Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali maasalah yang dihadapi t dan bagaimana
cara merawatnya?”
“Bagus sekali bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap kali
Bapak/Ibu kemari lakukan seperti itu. Nanti di rumah juga demikian.”
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara
memberi pujian langsung kepada Bapak”
“Jam berapa Bp/Ibu dating? Baik saya tunggu. Sampai jumpa.”

SP 2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien


dengan masalah harga diri rendah langsung kepada pasien

Orientasi:
“Selamat pagi Pak/Bu”
” Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?”
”Bapak/IBu masih ingat latihan merawat keluarga BapakIbu seperti yang kita
pelajari dua hari yang lalu?”

18
“Baik, hari ini kita akan mampraktekkannya langsung kepada Bapak.”
”Waktunya 20 menit”.
”Sekarang mari kita temui Bapak”

Kerja:
”Selamat pagi Bapak. Bagaimana perasaan Bapak hari ini?”
”Hari ini saya datang bersama keluarga Bapak. Seperti yang sudah saya katakan
sebelumnya, keluarga Bapak juga ingin merawat Bapak agar Bapak cepat pulih.”
(kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
”Nah Pak/Bu, sekarang Bapak/Ibu bisa mempraktekkan apa yang sudah kita
latihkan beberapa hari lalu, yaitu memberikan pujian terhadap perkembangan
keluarga Bapak/Ibu”
(Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien seperti
yang telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).
”Bagaimana perasaan Bapak setelah berbincang-bincang dengan keluarga?”
”Baiklah, sekarang saya dan orang tua Bapak ke ruang perawat dulu”
(Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan
keluarga)

Terminasi :
“ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi?”
« «Mulai sekarang Bapak/Ibu sudah bisa melakukan cara merawat tadi
kepada Bapak»
« tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak/Ibu
melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama
seperti sekarang Pak/Bu »
« Sampai jumpa »
SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga

Orientasi :
“Selamat pagi Pak/Bu”

19
”Karena hari ini bapak direncanakan pulang, maka kita akan membicarakan
jadwal Bapakselama di rumah”
”Berapa lama Bpk/Ibu ada waktu? Mari kita bicarakan di kantor

Kerja :
”Pak/Bu ini jadwal kegiatan Bapak selama di rumah sakit. Coba diperhatikan,
apakah semua dapat dilaksanakan di rumah?”Pak/Bu, jadwal yang telah dibuat
selama Bapak dirawat dirumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik jadwal
kegiatan maupun jadwal minum obatnya”
”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan
oleh Bapak selama di rumah. Misalnya kalau Bapak terus menerus menyalahkan
diri sendiri dan berpikiran negatif terhadap diri sendiri, menolak minum obat atau
memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera
hubungi rumah sakit atau bawa bapak lansung kerumah sakit”

Terminasi :
”Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian Bapak.
Jangan lupa kontrol ke rumah sakit sebelum obat habis atau ada gejala yang
tampak. Silakan selesaikan administrasinya!”

20
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri. Berikut ini adalah tanda dan gejala harga diri rendah :
a. Mengkritik diri sendiri
b. Perasaan tidak mampu
c. Pandangan hidup yang pesimis
d. Penurunan produktivitas
e. Penolakan terhadap kemampuan diri
Selain tanda dan gejala tersebut, kita dapat juga mengamati penampilan
seseorang dengan harga diri rendah yang tampak kurang memerhatikan perawatan
diri, berpakaian tidak rapi, selera makan menurun, tidak berani menatap lawan
bicara, lebih banyak menunduk, dan bicara lambat dengan nada suara lemah.

B. Saran
Bermutu atau tidaknya pelayanan Keperawatan di suatu Rumah Sakit sangat
bergantung pada kerjasama antar Perawat itu sendiri. Apabila tidak adanya suatu
hubungan yang baik antara sesama anggota dan klien maka akan sulit membangun
kepercayaan masyarakat dalam Asuhan Keperawatan yang diberikan. Agar kinerja
dalam keperawatan berjalan dengan efektif maka seorang perawat juga perlu
memahami setiap karakter yang berbeda dari setiap klien. Selain dapat
memberikan hasil kerja yang terbaik, dalam memberikan Asuhan Keperawatan
juga dapat dilakukan dengan lancar.

21
DAFTAR PUSTAKA

Kelliat, Budhi Anna 2011 . Manajemen Keperawatan Psikososial dan Kader


Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Maglaya dan Bailon. 1997. Perawatan Kesehatan Keluarga : suatu proses.
Pusdiknakes Depkes RI. jakarta
Yosep , iyus. 2011. Keperawatan Jiwa. Bandung : PT. Refika Aditama

22

Vous aimerez peut-être aussi