Vous êtes sur la page 1sur 6

ASKEP PASIEN DENGAN HIPOTIROID

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Hipotiroidisme adalah tingkat pengurangan hormon tiroid (tiroksin). Yaitu suatu
keadaan di mana kelenjar tiroid kurang aktif dan menghasilkan sedikit tiroksin.
Hal ini dapat menyebabkan fungsi metabolisme tubuh bekerja sangat lambat.

Hipotiroidisme adalah penurunan sekresi hormone tiroid sebagai akibat kegagalan


mekanisme kompensasi kalenjar tiroid dalam memenuhi kebutuhan jaringan tubuh
akan hormon-hormon tiroid
( Askep Klien Dengan Gangguan Sistem Endokrin, Hotma R )

Hipotiroidisme terjadi bila terdapat defisiensi hormone tiroid, berakibat turunnya


laju metabolisme dan proses-proses umum tubuh.
(Patofisiologi Untuk Keperawatan, Jan Tambayong)

2. Epidemiologi / insiden kasus


Prevalensi penderita hipotiroidisme meningkat pada usia 30-60 tahun, empat kali
lipat angka kejadiannya pada wanita lebih dibandingkan pria. Namun ini juga
dapat terjadi pada setiap usia. Hipotiroidisme congenital dijumpai satu orang pada
empat ribu kelahiran hidup.

3. Penyebab / factor predisposisi


a. Penyakit system kekebalan tubuh ( tiroiditis )
b. Kongenital ( kecacatan perkembangan )
c. Efek patologis ( autoimun )
d. Kurangnya asupan iodium

4. Patofisiologi

Dari etiologi ( penyakit system kekebalan tubuh atau tiroiditis,


congenital, autoimun serta kurangnya asupan iodium). Karena kekurangan asupan
iodium sehingga dapat menghambat produksi T3 dan T4. Akibatnya tidak
tersedianya hormon yang dapat dipakai untuk menghambat produksi TSH oleh
hipofisis anterior sehingga kalenjar hipofisis mensekresi banyak sekali TSH.
Selanjutnya TSH menyebabkan sel-sel tiroid mensekresi banyak sekali tioglobulin
(koloid) kedalam folikel, dan kalenjarnya tumbuh semakin besar. Tetapi oleh
karena iodiumnya berkurang produksi tiroksin dan triiodotironin tidak meningkat
dan oleh sebab itu tidak ada penekanan secara normal pada produksi TSH oleh
kalenjar hipofisis. Ukuran folikelnya menjadi sangat besar dan kalenjar tiroidnya
dapat membesar 10-30 kali ukuran normal (hyperplasia kal. Tiroid). Muncul
masalah gangguan body image.
Dari etiologi yang lain akan mengakibatkan penurunan produksi T3
dan T4 yang akan menyebabkan kegagalan fungsi tropik tubuh ditandai dengan
rambut sedikit, gangguan pertumbuhan (kretinisme).
Mempengaruhi penurunan perkembangan saraf yaitu penurunan SSP
menyebabkan terjadi samnolen dan retardasi mental muncul masalah gangguan
pola tidur dan resti inefektif penatalaksanaan program terapeutik. Penurunan
aktifitas medulla spinalis menyebabkan peningkatan kelemahan otot dan
penurunan reflek otot, disini muncul masalah intoleransi aktivitas.
Penurunan proses metabolik mengakibatkan peningkatan jumlah
lipoprotein darah, keratonemia, oksidasi menurun, penurunan distribusi hasil
metabolisme kejaringan dan penurunan peristaltik saluran pencernaan.
Peningkatan jumlah lipoprotein darah yang mengandung kolesterol biasanya
berkaitan dengan meningkatnya atherosclerosis dan arteriosklerosis. Oleh karena
itu sebagian besar penderita hipotiroidisme terutama yang disertai dengan gejala
miksedema akan menderita arteriosklerosis yang menimbulkan penyakit vascular
perifer, tuli dan seringkali mengalami sklerosis koroner berat yang dapat
menyebabkan kematian pada umur muda.

Penurunan oksidasi menyebabkan produksi panas menurun sehingga


keringat berkurang, kulit menjadi kering dan tidak tahan dingin. Muncul masalah
resti terhadap kerusakan integritas kulit, perubahan kenyamanan,risiko terhadap
hipotermia. Bila ada penimbunan zat dan makanan dalam jaringan tubuh
mengakibatkan peningkatan BB disini muncul masalah perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh.
Penurunan distribusi hasil metabolisme kejaringan menyebabkan
penimbunan mukopolisakarida ( asam hialuronat) diruang interstisil. Pada jantung
terjadi retensi sodium dan air disertai miksidemia menyebabkan akan menderita
atheroskerosis dan arteriosklerosis yang menurunkan ketahanan perifer muncul
diagnosa perubahn perfusi jaringan perifer. Bila terjadi diserat miokardium akan
mengakibatkan degenerasi serat-serat miokardial sehingga ada penurunan
kontraktilitas, penurunan curah jantung, pembesaran jantung dan CRF. Penurunan
peristaltik saluran cerna mengakibatkan terjadi konstipasi

5. Gejala klinis
Integumen : kulit dingin, pucat, kering, bersisik dan menebal, pertumbuhan kuku
buruk, kuku menebal, rambut kering, kasar, rambut rontok dan
pertumbuhannya buruk.
Pulmonary : hipoventilasi, pleural efusi, dispnea
Kardiovaskuler : bradikardia, disritmia, pembesaran jantung, toleransi terhadap
aktivitas menurun, hipotensi.
Metabolic : penurunan metabolism basal, penurunan suhu tubuh, intoleransi
terhadap dingin
Muskuloskletal : nyeri otot, kontraksi dan relaksasi otot yang melambat
Neurologi : fungsi intelektual yang lambat, berbicara lambat dan terbata-bata,
gangguan memori, perhatian kurang, letargi atau somnolen,
bingung, hilang pendengaran, parastesia, penurunan refleks tendon.
Gastrointestinal : anoreksia, peningkatan BB,obstipasi, distensi abdomen.
Reproduksi :
Pada wanita : perubahan menstruasi seperti amenore atau masa menstruasi
yang memanjang, infertilitas, anovulasi dan penurunan libido.
Pada pria : penurunan libido dan impoten.

Psikosis / emosi : apatis, agitasi, depresi, paranoid, menarik diri, perilaku mania.
Manifestasi klinis lain berupa edema periorbita, wajah seperti bulan (moon face),
wajah kasar, suara serak, pembesaran leher, lidah tebal, sensitifitas
terhadap opioid dan transkuilizer meningkat, ekspresi wajah kosong,
lemah, haluaran urine menurun, anemi, mudah berdarah.

6. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik mencakup:
a. Penampilan secara umum: amati wajah klien terhadap adanya edema disekitar
mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman wajah kasar. Lidah
tampak menebal dan gerak-gerik klien sangat lamban. Postur tubuh kecil dan
pendek. Kulit kasar, tebal dan bersisik, dingin dan pucat.
b. Nadi lambat dan suhu tubuh menurun
c. Pembesaran jantung
d. Disritmia dan hipotensi
e. Parastesia dan reflek tendon menurun

7. Pemeriksaan diagnostik / penunjang


a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum
Pemeriksaan TSH ( pada klien hipotiroidisme primer akan terjadi peningkatan
TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat menurun atau
normal).

8. Diagnosis
Para dokter akan dapat melakukan diagnosis setelah mengadakan pemeriksaan
fisik serta melengkapi keluhan-keluhan dari pasien dan melakukan uji tes
laboratorium. Pemeriksaan fisik diantaranya, pemeriksaan jantung, mata, rambut,
kulit. Penderita tampak pucat, lengan dan tungkainya membengkak, mentalnya
berkurang, denyut jantung lambat, tekanan darah rendah dan suhu tubuh rendah.
Sedangkan tes laboratorium diantaranya untuk mengukur jumlah tiroksin ( T4),
triyodotironin(T3). Disamping itu juga untuk tes darah ( antibody antitiroid),
untuk mengetahui kadar kolesterol serta untuk mendeteksi kadar kalsitonin,
kalsium, prolaktin dan tiroglobulin.
9. Therapy / tindakan penanganan
Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan hormone tiroid yaitu
dengan memberikan sediaan per oral ( lewat mulut). Yang paling banyak disukai
adalah hormone tiroid buatan T4. Bentuk yang lain adalah tiroid yang dikeringkan
(diperoleh dari kalenjar tiroid hewan).
Pengobatan pada penderita lanjut usia dimulai dengan hormone tiroid dosis
rendah, karena dosis terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang serius.
Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal.
Obat ini biasanya terus diminum sepanjang hidup penderita.
Kadar tetap aktivitas hormone tiroid dalam tubuh dapat terus dipertahankan
dengan mudah yaitu dengan pemberian satu tablet atau lebih yang mengandung
tiroksin setiap hari. Selanjutnya berhasilnya pengobatan pernderita hipotiroid
dapat dilihat dari hilangnya seluruh miksedema.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Aktivitas / istirahat
DS : keletihan / kelelahan
DO : bradikardia, kelemahan otot.
Sirkulasi
DS : nyeri badan
DO : pengurangan volume darah, pembengkakan seluruh tubuh
Integritas ego
DS : adanya riwayat factor stress yang baru dialami, termasuk sakit fisik,
ketidakmampuan mengatasi stress, malas.
DO : depresi.
Eliminasi
DS : konstipasi
DO :konsistensi feses padat, distensi abdomen
Makanan / cairan
DS : BB meningkat, nafsu makan menurun
DO : pembengkakan pada bagian depan leher ( goiter), edema nonpitting

Neurosensori
DS : sulit fokus
DO : suara parau, ingatan terganggu, kelambanan mental,
Nyeri / kenyamanan
DS : nyeri badan
DO : distensi abdomen, kulit tebal dan kering, tubuh kasar
Pernafasan
DS :
DO :
Keamanan
DS :
DO :
Seksualitas
DS : siklus menstruasi tidak teratur
DO :berkurangnya pertumbuhan rambut dan kulit bersisik

Penyuluhan / pembelajaran
DS :
DO :

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b/d penurunan proses
metabolisme (peningkatan BB)
2. Konstipasi b/d penurunan motilitas usus sekunder terhadap penurunan
peristaltik saluran pencernaan.
3. Resti terhadap kerusakan integritas kulit b/d nutrisi yang buruk dan
hipotermia.
4. Perubahan kenyamanan b/d penurunan proses metabolik
5. Risiko terhadap hipotermia b/d laju metabolisme yang menurun
6. Perubahan perfusi jaringan perifer b/d penurunan aliran darah sekunder
terhadap arteriosklerosis
7. Intoleransi aktivitas b/d meningkatnya kebutuhan metabolisme sekunder
terhadap kelainan metabolic atau endokrin
8. Gangguan pola tidur b/d respons ansietas
9. Resti inefektif penatalaksanaan program terapeutik b/d pernurunan
perkembangan system saraf pusat.
10. Gangguan body image b/d perubahan penampilan fisik

Prioritas diagnosa keperawatan yang muncul :


1. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b/d penurunan proses metabolisme
(peningkatan BB)
2. Konstipasi b/d penurunan motilitas usus sekunder terhadap penurunan peristaltik
saluran pencernaan.
3. Perubahan perfusi jaringan perifer b/d penurunan aliran darah sekunder terhadap
arteriosklerosis
4. Gangguan body image b/d perubahan penampilan fisik
5. Intoleransi aktivitas b/d meningkatnya kebutuhan metabolisme sekunder terhadap
kelainan metabolic atau endokrin
6. Gangguan pola tidur b/d respons ansietas
7. Perubahan kenyamanan b/d penurunan proses metabolik
8. Resti inefektif penatalaksanaan program terapeutik b/d pernurunan perkembangan
system saraf pusat.
9. Resti terhadap kerusakan integritas kulit b/d nutrisi yang buruk dan hipotermia.
10. Risiko terhadap hipotermia b/d laju metabolisme yang menurun

3. Evaluasi
1. Dx I : nutrisi pasien adekuat
2. Dx 2 : konstipasi tidak terjadi
3. Dx 3:
4. DX 4:

Vous aimerez peut-être aussi