Vous êtes sur la page 1sur 25

MAKALAH

TRANSPLANTASI ORGAN
Nama Kelompok :
1. Anisa Fitri
2. Feri Setyawan
3. Eni Israini
4. Ahmad Ruba’i
5. Ika Nur Hidayati
6. Toha Machsun
7. Nur Agny Dwiningsih
8. Eny Purwati
9. Verty Mahesi
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN LINTAS JALUR SEMARANG
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH SEMARANG
2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Transplantasi ginjal adalah pengambilan ginjal dari tubuh seseorang
kemudian dicangkokkan ke dalam tubuh orang lain yang mengalami gangguan
fungsi ginjal yang berat dan permanen. Saat ini, transplantasi ginjal merupakan
terapi pilihan pada gagal ginjal kronik stadium akhir yang mampu memberikan
kualitas hidup menjadi normal kembali.
Di Indonesia sendiri, salah satu transplantasi yang paling banyak
dilakukan adalah transplantasi ginjal. Total jumlah transplantasi ginjal yang
pernah dilakukan di Indonesia dalam periode tahun 1977- 2006 adalah
sebanyak 479 dimana pelaksanaan tertinggi di RS PGI Cikini Jakarta (277 kali)
transplantasi ginjal sejak tahun 1977. Di Semarang, transplantasi ginjal telah
dikerjakan sejak tahun 1985 di 2 Rumah Sakit yaitu sebanyak 58 kali di RS
Telogorejo dan sebanyak 2 kali di RSUP dr. 2 Kariadi.
Peningkatan jumlah pelaksanaan transplantasi ini mengakibatkan
peningkatan jumlah permintaan organ. Sayangnya, organ yang tersedia tidak
mampu mengimbangi jumlah permintaan. Pada akhirnya, ketidakseimbangan
ini menjadi salah satu penghalang kemajuan per kembangan transplantasi. Di
Indonesia sendiri, dikarenakan sulitnya mendapatkan donor organ, banyak
pasien berobat ke luar negeri seperti Cina dan India. Diperkirakan lebih dari
1.000 warga Indonesia yang menjalani pencangkokan ginjal di luar 3 negeri.
Hingga saat ini di Indonesia, organ donor merupakan donor hidup
(living donor) yang dapat berupa “living related donor” (berasal dari ibu / ayah
/ saudara kandung) atau “living unrelated donor” yang berasal dari pasangan
suami / istri, teman dekat atau orang lain yang dengan sukarela mendonorkan
ginjalnya tanpa mengetahui kepada siapa ginjalnya diberikan. Donor cadaver
(donor jenazah).
Keberhasilan transplantasi ginjal ditentukan oleh beberapa faktor
diantaranya adalah skrining penderita, persiapan pra transplantasi ginjal,
pendekatan bedah yang diambil dan penatalaksanaan pasien pasca transplantasi
ginjal termasuk penggunaan obat imunosupresif.
Pada dasarnya tujuan utama transplantasi ginjal adalah untuk
meningkatkan kualitas hidup dan harapan hidup bagi penderita gagal ginjal.
Kelangsungan hidup pasien-pasien transplantasi ginjal ditentukan oleh
beberapa faktor diantaranya adalah skrining penderita, persiapan
pratransplantasi, pendekatan bedah yang diambil pada waktu transplantasi dan
penatalaksanaan penderita paska transplantasi termasuk penggunaan obat-obat
imunosupresif.
Perawat mempunyai peran penting sebagai advokat, perawat juga
berperan vital dalam mendukung keluarga secara psikologis, serta sebagai
coordinator transplan sehingga kami ingin membahas Asuhan Keperawatan
Transplantasi Ginjal.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep transplantasi organ?
2. Bagaimana siste
3. Apa pengertian Transplantasi ginjal?
4. Apa tujuan Transplantasi ginjal?
5. Bagaimana proses Transplantasi ginjal?
6. Bagaimana peran perawat pada Transplantasi ginjal?
C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi transplantasi ginjal
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan dari transplantasi ginjal
3. Mahasiswa mampu menjelaskan bagaimana terjadinya transplantasi ginjal
4. Mahasiswa mampu memahami peran perawat pada pasien transplantasi
ginjal
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Transplantasi (cangkok) ginjal adalah proses pencangkokan ginjal ke
dalam tubuh seseorang melalui tindakan pembedahan. Ginjal baru bersama
ginjal lama yang fungsinya sudah memburuk akan bekerja bersama-sama untuk
mengeluarkan sampah metabolisme dari dalam tubuh.
B. Etiologi
Yang menyebabkan seseorang harus dilakukan transplantasi ginjal
adalah penyakit gagal ginjal terminal atau biasa disebut dengan stadium akhir.
C. Patofisiologi
Pengurangan massa ginjal  hipertrofi structural dan fungsional nefron

sebagai kompensasi (diperantarai sitokin+ growth factor) peningkatan

aktivitas renin-angiotensin-aldosteron intrarenal  hiperfiltrasi  peningkatan

tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus  adaptasi  maladaptasi 

sclerosis nefron penurunan fungsi nefron progresif. Stadium dini 

kehilangan daya cadang ginjal (LFG normal/ meningkat) Penurunan fungsi

nefron progresif (peningkatan urea dan kreatinin serum)  LFG 60%

(asimtomatik) LFG 30% keluhan nokturia, lemah, mual, nafsu makan turun,

BB turun  LFG < 30% gejala dan tanda uremia nyata: anemia, gangguan

metabolism fosfor dan kalsium, pruritus, mual, muntah, mudah terkena infeksi,

gangguan keseimbangan air, gangguan kesimbangan elektrolit (natrum,


kalium)  LFG <15% gejala komlikasi serius, perlu terapi pengganti ginjal

(transplantasi ginjal).

D. Manifestasi Klinik
Demam, mialgia malaise, nyeri pada ginjal baru, produksi urine menurun, berat
badan meningkat, tekanan darah naik, kreatinin serum meningkat,
histopatologi.
E. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Praoperatif
Tujuan praoperatif adalah mengembalikan status metabolik pasien ke
kadar normal sedekat mungkin. Pemeriksaan fisik lengkap dilakukan untuk
mendeteksi dan menangani satiap kondisi yang kemungkinan dapat
menyebabkan komplikasi akibat transplantasi. Sample jaringan, sample
darah dan skrining antibodi dilakukan untuk menentukan kecocokan
jaringan dan sel dari donor dan resipien. Traktur urinarius bawah diteliti
untuk mengkaji fungsi leher kandung kemih dan untuk mendeteksi refluks
ureteral. Hemodialisis sering dilakukan sehari sebelum jadwal prosedur
transplantasi ginjal untuk meyakinkan status fisik pasien.
Pasien harus bebas dari infeksi pada saat menjalani transplantasi ginjal
karena pasien ini mengalami imunosupresi dan beresiko terhadap infeksi.
Oleh karena itu pasien harus dievaluasi dan ditangani terhadap tanda-tanda
penyakit yang memunkingkan timbul akibat adanya mikroorganisme.
Evaluasi psikososial dilakukan untuk mengkaji kemampuan pasien
dalam menyesuaikan diri dengan transplan, pola koping, riwayat sosial,
ketersediaan dukungan sosial, dan sumber finansial. Riwayat penyakit
psikiatrik juga penting untuk dikaji, karena kondisi psikiatrik sering
diperburuk oleh kortikosteroid yang diperlukan untuk imunosupresi pada
transplantasi ginjal. Sehingga memberikan penyuluhan mengenai informasi
terkait prosedur transplantasi ginjal, dan memfasilitasi setiap pertanyaan
pasien merupakan bagian dari peran perawat dalam penatalaksanaan
praoperatif.

2. Penatalaksanaan pascaoperatif
Tujuan perawatan setelah transplantasi ginjal adalah untuk
mempertahankan homeostatis sampai ginjal transplan dapat berfungsi
dengan baik.
a. Terapi imunosupresif, kelangsungan ginjal transplan bergantung pada
kemampuan tubuh untuk menyekat respons imun terhadap ginjal
transplan. Untuk mengurangi dan mengatasi mekanisme pertahanan
tubuh, medikasi imunosupresif seperti Azathioprine (Imuran),
kortikosteroid (prednisole), siklosporin., dan OKT-3 (antibodi
monoklonal) dapat diberikan secara bertahap selama beberapa minggu.
b. Rejeksi tandur, rejeksi transplan ginjal dan kegagalan dapat terjadi
dalam waktu 24jam (hiperakut), dalam 3 sampai 14hari (akut), atau
setelah beberapa tahun pertamasetelah transplantasi. Ultrasound dapat
digunakan untuk mendeteksi pembesaran ginjal, sedangkan biopsi renal
dan tekni radiografik digunakan untuk mengevaluasi rejeksi transplan,
jika transpla ditolak maka pasien kaan kembali menjalani dialisis. Ginjal
yang ditolak tersebut dapat diangkat kembali atau tidak bergantung
kapan penolakan tersebut terjadi dan risiko infeksi jika ginjal dibiarkan
di tempat.
Besarnya risiko infeksi dan rejeksi, maka melakukan pengkajian terkait
tanda dan gejala rejeksi transplan seperti oliguri, edema, peningktan
tekanan darah, pertambahan berat badan, bengkak atau nyeri tekan
diseluruh ginjal transplan. Hasil tes kimia darah (BUN dan kreatinin) dan
hitung leukosit serta trombosit dipantau dengan ketat, karena imunosupresi
akan menekan pembentukan leukosit dan trombosit. Pasien dipantau ketat
akan adanya infeksi karena mengalami kegagalan penyembuhan atau
infeksi akibat terapi imunosupresif dan komplikasi gagal ginjal

F. Pengkajian fokus
a. Pengkajian Primer
1. Anamnesa
a) Identitas Klien: Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku bangsa, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, alamat,
no register, Tanggal MRS, Tanggal Pengkajian, Diagnosa
medis
b) Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis kelamin,
hubungan dengan keluarga, pekerjaan, alamat.
c) Keluhan Utama
Keluhan utama yang didapat biasanya bervariasi, biasanya
datang dengan keluhan nyeri pada pinggang, bengkak/edema
pada ekstremitas, perut kembung, sesak, urine output sedikit
sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan kesadaran,
tidak selera makan (anoreksia), mual, muntah, mulut terasa
kering, rasa lelah, napas berbau ( ureum ), dan gatal pada kulit.
d) Riwayat Penyakit Dahulu
Infeksi saluran kemih, payah jantung, penggunaan obat-obat
nefrotoksik, Benign prostatic hyperplasia, dan prostektomi.
Kaji adanya riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi
system prkemihan yang berulang, penyakit diabetes mellitus,
dan penyakit hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi
predisposisi penyebab. Penting untuk dikaji mengenai riwayat
pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi
terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan.
e) Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji onet penurunan urine output, penurunan kesadaran,
perubahan pola nafas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit,
adanya nafas berbau ammonia, dan perubahan pemenuhan
nutrisi. Kaji pula sudah kemana saja klien meminta
pertolongan untuk mengatasi masalahnya dan mendapat
pengobatn apa.
f) Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami
penyakit yang sama. Bagaimana pola hidup yang biasa di
terapkan dalam keluarga, ada atau tidaknya riwayat infeksi
system perkemihan yang berulang dan riwayat alergi, penyakit
hereditas dan penyakit menular pada keluarga.
g) Riwayat Psikososial
Adanya perubahan fungsi struktur tubuh dan adanya tindakan
dialysis akan menyebabkan penderita mengalami gangguan
pada gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya biaya
perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami
kecemasan, gangguan konsep diri ( gambaran diri ) dan
gangguan peran pada keluarga.
h) Lingkungan dan tempat tinggal
Mengkaji lingkungan tempat tinggal klien, mengenai
kebersihan lingkungan tempat tinggal, area lingkungan rumah,
dll.
b. Pengkajian Sekunder
1. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum dan TTV
Keadaan umum : Klien lemah dan terlihat sakit berat
Tingkat Kesadaran : Menurun sesuai dengan tingkat uremia
dimana dapat mempengaruhi system saraf pusat
TTV : Sering didapatkan adanya perubahan RR meningkat,
tekanan darah terjadi perubahan dari hipertensi ringan sampai
berat
b) Sistem Pernafasan
Klien bernafas dengan bau urine (fetor uremik), respon
uremia didapatkan adanya pernafasan kussmaul. Pola nafas
cepat dan dalam merupakan upaya untuk melakukan
pembuangan karbon dioksida yang menumpuk di sirkulasi
c) Sistem Hematologi
Pada kondisi uremia berat tindakan auskultasi akan
menemukan adanya friction rub yang merupakan tanda khas
efusi pericardial. Didapatkan tanda dan gejala gagal jantung
kongestif, TD meningkat, akral dingin, CRT > 3 detik, palpitasi,
nyeri dada dan sesak nafas, gangguan irama jantung, edema
penurunan perfusiperifer sekunder dari penurunan curah
jantungakibat hiperkalemi, dan gangguan kondisi elektrikal otot
ventikel.
Pada system hematologi sering didapatkan adanya
anemia. Anemia sebagai akibat dari penurunan produksi
eritropoetin, lesi gastrointestinal uremik, penurunan usia sel
darah merah, dan kehilangan darah, biasanya dari saluran GI,
kecenderungan mengalami perdarahan sekunder dari
trombositopenia.
d) Sistem Neuromuskular
Didapatkan penurunan tingkat kesadaran, disfungsi
serebral, seperti perubahan proses berfikir dan disorientasi.
Klien sering didapatkan adanya kejang, adanya neuropati
perifer, burning feet syndrome, restless leg syndrome, kram otot,
dan nyeri otot.
e) Sistem Kardiovaskuler
Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau
peningkatan aktivitas system rennin- angiostensin- aldosteron.
Nyeri dada dan sesak nafas akibat perikarditis, efusi pericardial,
penyakit jantung koroner akibat aterosklerosis yang timbul dini,
dan gagal jantung akibat penimbunan cairan dan hipertensi.
f) Sistem Endokrin
Gangguan seksual : libido, fertilisasi dan ereksi menurun
pada laki-laki akibat produksi testosterone dan spermatogenesis
yang menurun. Sebab lain juga dihubungkan dengan metabolic
tertentu. Pada wanita timbul gangguan menstruasi, gangguan
ovulasi sampaiamenorea.
Angguan metabolism glukosa, resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin. Pada gagal ginjal yang lanjut (klirens
kreatinin < 15 ml/menit) terjadi penuruna klirens metabolic
insulin menyebabkan waktu paruh hormon aktif memanjang.
Keadaan ini dapat menyebabkan kebutuhan obat penurunan
glukosa darah akan berkurang. Gangguan metabolic lemak, dan
gangguan metabolism vitamin D
g) Sistem Perkemihan
Penurunan urine output < 400 ml/ hari sampai anuri,
terjadi penurunan libido berat
h) Sistem pencernaan
Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia, dan
diare sekunder dari bau mulut ammonia, peradangan mukosa
mulut, dan ulkus saluran cerna sehingga sering di dapatkan
penurunan intake nutrisi dari kebutuhan.
i) Sistem Muskuloskeletal
Di dapatkan adanya nyeri panggul, sakit kepala, kram
otot, nyeri kaki (memburuk saat malam hari), kulit gatal, ada/
berulangnya infeksi, pruritus, demam ( sepsis, dehidrasi ),
petekie, area ekimosis pada kulit, fraktur tulang, deposit fosfat
kalsium pada kulit jaringan lunak dan sendi, keterbatasan gerak
sendi.
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum sekunder dari
anemia dan penurunan perfusi perifer dari hipertensi.
3. Pemeriksaan Bio-Psiko
a. Pre-operative
1) Status nutrisi : kebutuhan nutrisi, obesitas, penggunaan obat
dan alcohol
2) Status pernafasan : pola pernafasan, frekwensi dan kedalaman
3) Status kardiovaskuler :fungsi system kardiovaskuler
4) Fungsi hepatic : fungsi hepar
5) Fungsi endokrin: pemeriksaan kadar gula darah
6) Fungsi imonologi : reaksi alergi sebelumnya, medikasi,
transfuse darah
7) Terapi medikasi sebelumnya : segala medikasi sebelumnya,
termasuk obat –obatan yang dijual bebas dan frekwensi
penggunaanya
8) Pertimabanagn gerontology : lansia dianggap memiliki resiko
pembedahan yang lebih buruk dibandingkan pasien yang
lebih muda
b. Pasca operatif
1) Status pernafasan : frekwensi kedalaman , pola pernafasan
2) Status sirkulasi dan kehilangan darah : tanda-tanda vital ,
tekanan darah arteri dan vena sentral , warna dan suhu kulit ,
keluaran urin , keadaan luka insisi , dan selang drainase
3) Nyeri : lokasi dan intesitas nyeri sebelum dan sesudah
pemberian preoart analgesic , adanya distensi abdomen
4) Drainase ; keluaran urin dan drainase ( jumlah,warna,tipenya
) dari selang yang di pasang pada saat pembedahan,
penurunan atau tidak adanya drainase urin
G. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit sebelumnya
Riwayat Kesehatan sebelumnya pasien mengalami CKD sejak 5 tahun
yang lalu, sebelumnya pasien menjalani hemodialisa.
b. Riwayat penyakit Sekarang
Pasien di rawat di ruang HND dengan CKD post operasi transplantasi
ginjal hari ke-2.
H. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium, ECG, pemeriksaan radiologi: foto
thorak,USG ginjal,CT scan ginjal, IVP
I. Pathways
Terdapat indikasi transplantasi
ginjal : penyakit ginjal tahap
akhir

Ada ginjal transplan Ada donor Ada resipen

Antigen cocok
(ABO+HLA)

Tidak ada pengalaman Prosedur transplantasi ginjal


bedah, takut akan hasil
Insisi abdomen
Asites
Nefrotomi ginjal pasien

Penanaman ginjal
transplan difosa iliaka Respon imun tubuh
Nekrosis tubuler
anterior-krista iliaka turun

Ginjal belum
berfungsi dengan baik Heating abdomen Medikasi
imunosupresif

Perubahan saluran Luka bekas insisi


cairan Pertahanan tubuh
turun
Penumpukan cairan
tubuh Distensi
Resiko infeksi
abdomen

Kelebihan volume
cairan Resiko cidera
Nyeri akut
J. Diagnosa keperawatan
1. Diagnosa Teori
a. Pre Operasi
1) Ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan dari
transplantasi ginjal.
b. Post Operasi
1) Nyeri (akut) berhubungan dengan adanya insisi luka operasi, spasme
otot, atau adanya distensi abdomen/kandung kemih.
2) Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan drainase urin ;
resiko tinggi infeksi berhubungan denagn drainase urin
3) Kelebihan atau kekurangan volume cairan berhubungan dengan
penurunan haluaran urine, gagal ginjal, penolakkan tranplantasi,
tingginya volume cairan intravena.
4) Resiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan imunosupresi
5) Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan resiko dari reaksi
imun transplantasi dan efek samping dari obat-obatan imunosupresi,
atau kebutuhan hemodialisa lanjut.
2. Diagnosa Kasus
a. Nyeri akut berhubungan dengan Insisi luka operasi, spasme otot, atau
adanya distensi abdomen/kandung kemih
b. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan Transplantasi ginjal,
penolakan, obat-obatan nefrotoksik, gagal ginjal
K. Fokus intervensi dan Rasional
1. Intervensi dan Rasional Teori
a. Pre Operasi
1) Ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan dari
transplantasi ginjal.
Tujuan: menurunkan anxietas dan cemas praoperatif
Kriteria hasil : Rasa cemas berkurang, Pasien dapat menyebutkan
proses transplantasi ginjal, Wajah rileks
Intervensi :
a) Kaji ketakutan dan kecemasan pasien sebelum dilakukan
pembedahan
Rasional : Memberi data dasar untuk pengkajian praoperatif
b) Kaji pengetahuan pasien mengenai prosedur pembedahan dan
kemungkinan hasil akhir pembedahan.
Rasional : Memberiakn dasar yang lebih lanjut
c) Evaluasi perubahan makna bagi pasien dan anggota keluarga
atau pasangannya .
Rasional : Memudahakan pemahan akan reaksi atau respon
pasien terhadap kemungkinan hasil akhir pembedahan
d) Dorong pasien untuk mengutarakan dengan kata-kata reaksi ,
perasaan dan ketakutannya.
Rasional : verbalisasi respon sering diperlukan untuk mengkaji
pemahan pasien terhadap hal-hal tersebut dan pemecahannya.
e) Dorong pasien untuk membagi perasaanya denagn pasangannya.
Rasional : memudahkan pasien dan pasanagnya untuk menerima
dukungan bersama dan mengurangi perasaan terisolasi satu sama
lain.
b. Post Operasi
1) Nyeri (akut) berhubungan dengan adanya insisi luka operasi, spasme
otot, atau adanya distensi abdomen/kandung kemih.
Tujuan : pengurangan rasa nyeri dan gangguan rasa nyaman
Kriteria Hasil : Pasien dapat toleransi terhadap rasa nyeri, Ungkapan
rasa nyeri berkurang/hilang, Ekpresi wajah tenang.
Intervensi :
a) Kaji tingkat nyeri pasien
Rasional : memberikan data dasar untuk mengevaluasi
keberhasilan strategi dalam meredakan rasa nyeri
b) Berikan preparat analgesic yang diresepkan
Rasional : meningkatkan pengurangan rasa nyeri
c) Lakukan kompres hangat dan masase pada daerah yang terasa
pegal serta mengalami gangguan rasa nyaman
Rasional : meningkatkan relaksasi dan peredaan nyeri otot serta
gangguan rasa nyaman
d) Fiksasi luka insisi dengan kedua belah tangan atau bantal pada
saat melakukan gerakan atau melakukan latihan batuk
Rasional : meminimalkan tarikan atau tegangan pada luka insisi
dan memberikan dukungan pada pasien
e) Bantu dan dorong ambulasi dini
Rasional : dimudahkan dilanjutkannya kembali latihan aktivitas
otot
2) Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan drainase urin ;
resiko tinggi infeksi berhubungan denagn drainase urin
Tujuan : mempertahankan eliminasi urin ; saluran kemih yang bebas
dari infeksi.
Kriteria Hasil : Pasien akan mempertahankan keluaran urine yang
adekuat.
Intervensi :
a) kaji system drainase urin dengan segera
Rasional : memberikan dasar bagi pengkajian dan tindakan
selanjutnya
b) kaji keadekuatan keluaran urin dan potensi system drainase
Rasional : memberikan data dasar
c) pertahankan sistem drainase urin yang tertutup
Rasional : mengurangi resiko kontaminasi bakteri dan infeksi
d) observasi warna , volume, bau dan konstituen urin
Rasional : memberikan informasi mengenai kecukupan keluaran
urin, kondisi dan patensi system drainase, serta debris dalam urin
e) pertahankan asupan cairan yang adekuat
Rasional : meningkatkan keluaran urin yang adekuat dan
mencegah stasis urinarius.
3) Kelebihan atau kekurangan volume cairan berhubungan dengan
penurunan haluaran urine, gagal ginjal, penolakkan tranplantasi,
tingginya volume cairan intravena.
Tujuan : mempertahankan keseimbanagn cairan yang normal
Kriteria Hasil : Pasien mengeluarkan urine yang adekuat dan tidak
menahan cairan.
Intervensi :
a) timbang berat badan pasien setiap hari
Rasional : penimbangan berat setiap hari merupakan indicator
yang sensitive untuk menunjukkan kehilangan atau penambahan
cairan
b) ukur asupan dan keluaran cairan yang akurat
Rasional : mendeteksi retensi urin akibat curah jantung atau
keluaran ginjal yang buruk
c) berikan semua terapi parenteral dengan pompa infuse
Rasional : memastikan agar cairan infuse tidak kelebihan atau
kekurangan tanpa disengaja

d) pantau jumlah dan karakteristik urin


Rasional : membantu mendeteksi secara dini komplikasi dari
pembedahan atau pemasangan selang yang mungkin terjadi
e) pantau tanda-tanda vital : suhu tubuh , denyut nadi , pernafasan
dan tekanan darah
Rasional : apabila volume cairan atau curah jantung mengalami
perubahan, tanda-tanda vital akan terpengaruh
f) lakukan auskultasi jantung dan paru setiap pergantian shift
Rasional : apabila volume cairan meningkat akibat curah jantung
atau keluaran renal yang buruk, cairan akan tertumpuk. Demikian
pula suara jantung akan berubah ketika terjadi gagal jantung
kongestif. Auskultasi yang sering dilakukan akan menjamin
deteksi dini.
4) Resiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan imunosupresi
Tujuan : Resiko infeksi dapat dicegah
Kriteria Hasil : Pasien akan mengalami penyembuhan jaringan
normal, Pasien tidak demam, insisi kering, urine jernih/kuning tanpa
sediment, paru-paru bersih
Intervensi :
a) Lakukan cuci tangan dengan bersih sebelum, selama, dan setelah
merawat pasien.
Rasional : Mencegah terjadinya kontaminasi melalui tangan
b) Gunakan tehnik aseptik dengan saksama dalam merawat semua
kateter, selang infus sentral, pipa endoktrakheal, dan selang
infuse perifer.
Rasional : Mencegah terjadinya infeksi dari prosedur
c) Periksa suhu tubuh setiap 4 jam.
Rasional : Mengetahui adanya perubahan suhu
d) Pertahankan lingkungan yang bersih.
Rasional : Menjaga kenyamanan pasien
e) Lepaskan kateter secepat mungkin sesuai program.
Rasional : Mengetahui kenormalan miksi pasien
f) Ganti segera balutan yang basah untuk membatasi media bagi
organisme.
Rasional : Mencegah infeksi
g) Berikan nutrisi yang adekuat.
Rasional : Meningkatkan nutrisi, mengembalikan nutrisi tubuh
h) Larang pengunjung dan perawat dengan infeksi saluran
pernapasan aktif untuk kontak dengan pasien.
Rasional : Mempertahankan kenyamana pasien
i) Pantau nilai-nilai laboraturium, khususnya SDP (sel darah putih)
dan periksa spicemen dari drainase yang dicurigai untuk dikultur
dan sensitivitas.
Rasional : Mengetahui kenormalan nilai-nilai laboratorium
j) Inspeksi daerah insisi tiap hari terhadap semua tanda-tanda
inflamasi; nyeri, kemerahan, bengkak, panas, dan drainase.
Rasional : Mencegah infeksi
k) Auskultasi paru terhadap bunyi nafas setiap 4 jam.
Rasional : Memantau bunyi paru
l) Anjurkan dan bantu ambulasi dini.
Rasional : Mencegah komplikasi
m) Perhatikan karakter urine dan laporkan bila keruh dan bau busuk.
Rasional : Mengetahui ketidak normalan urine
n) Beritahu dokter setiap adanya indikasi infeksi.
Rasional : Untuk mengetahui penanganan selanjutnya
o) Berikan antimicrobical, sesuai program.
Rasional : Mempercepat penyembuhan
5) Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan resiko dari reaksi
imun transplantasi dan efek samping dari obat-obatan imunosupresi,
atau kebutuhan hemodialisa lanjut.
Tujuan : cidera berkurang, dan mencegah resiko dari transplantasi
dan efek samping
Kriteria Hasil : Pasien akan mempertahankan fungsi ginjal, Tidak ada
tanda dan gejala reaksi imun, Immunosupresan sesuai toleransi tanpa
adanya efek samping
Intervensi :
a) Pantau dan laporkan tanda dan gejala reaksi imun(kemerahan,
bengkak,nyeri tekan diatas sisi transplantasi, peningkatan suhu,
peningkatan sel darah putih, penurunan haluaran urine,
peningkatan proteinuria, peningkatan BB tiba-tiba, peningkatan
BUN dan kreatinin, edema).
Rasional : Untuk mengetahui adanya alergi terhadap reaksi imun
b) Periksa tanda-tanda vital setiap 2-4 jam.
Rasional : Mengetahui keadaan pasien
c) Monitor masukan dan haluaran cairan setiap jam selanjutnya
setiap 3 jam.
Rasional : Mempertahankan integritas kulit
d) Pantau dan laporkan efek samping dari obat-obatan
immunosupresif
Rasional : Mencegah terjadinya alergi terhadap obat tersebut
e) Siapkan pasien untuk operasi mengangkat ginjal yang ditolak jika
terjadi reaksi hiperakut
Rasional : Mencegah terjadinya reaksi imun yang berlebihan
f) Berikan dukungan kepada pasien dan keluarga.
Rasional : Memotivasi pasien
2. Fokus Intervensi dan Rasioal Kasus

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM


1. DS: Pasien mengatakan Nyeri akut Insisi luka operasi,
nyeri spasme otot, atau
DO: adanya distensi
- Klien tampak meringis abdomen/kandung
- Tanda-tanda Vital: kemih
Tekanan darah 100/80
mmHg
Suhu 370 C
Nadi 103x/menit
Pernafasan 25 x/menit.
- Nyeri
 P: Luka pembedahan
transplantasi ginjal
 Q : Nyeri di rasakan
hilang timbul
 R : Pada bagian LLQ
abdomen belakang
 S : Skala nyeri 4 dari
skala nyeri 1-10 nyeri
 T : Nyeri dirasakan pada
malam hari.
2 DS: Pasien mengatakan Perubahan Transplantasi
sulit untuk kekamar eliminasi urine ginjal, penolakan,
mandi karena masih obat-obatan
terasa nyeri saat bangun. nefrotoksik, gagal
DO: ginjal
- Klien tampak terpasang
kateter
- Warna urine terlihat
pekat
- BAK 250 cc/hari.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan adanya insisi luka operasi, spasme otot, atau
adanya distensi abdomen/kandung kemih
2. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan transplantasi ginjal, penolakan, obat-
obatan nefrotoksik, gagal ginjal.

RENCANA KEPERAWATAN
NO NO. TUJUAN DAN RENCANA TTD
DX KRITERIA HASIL KEPERAWATAN
I Setelah dilakukan a. Kaji keadaan umum pasien
tindakan keperawatan
b. Monitor TTV
selama 2 x 24 jam
diharapkan pengurangan c. Kaji skala nyeri, lokasi,
rasa nyeri dan gangguan penyebab, waktu.
rasa nyaman
d. Atur posisi yang nyaman

Kriteria Hasil : e. Anjurkan untuk istirahat


a. Pasien dapat toleransi baring di tempat tidur
terhadap rasa nyeri
f. Ciptakan lingkungan yang
b. Ungkapkan rasa nyeri tenang
berkurang atau hilang
c. Ekpresi wajah tenang g. Ajarkan tehnik relaksasi
(latih nafas dalam)

h. Beri kesempatan untuk


istirahat selama nyeri, buat
jadwal aktifitas bila nyeri
berkurang

i. Kolaborasi dengan dokter


dalam pemberian analgetik,
oksigen dan pemeriksaan
penunjang

j. Berikan obat pengurang rasa


sakit dan observasi 30 menit
kemudian

II Setelah dilakukannya a. Kaji intake dan output pasien


tindakan keprawatan
b. Catat warna urine adanya
selama 2 x 24 jam
bekuan
diharapkan pasien dapat
mempertahankan eliminasic. Amati dan pertahankan
urine terhadap patensi serta drainase
Kriteria Hasil : urine pada setiap kateter
- Pasien akan
d. Pertahankan banyaknya
mempertahankan keluaran
volume cairan intravena untuk
urine yang adekuat
membilas ginjal sesuai
program

e. Beritahu dokter terhadap


adanya kebocoran urine pada
balutan abdomen, nyeri
abdomen hebat atau distensi
abdomen

f. Bila pasien oliguri progresif,


teliti pemeriksaan fungsi
ginjal, kaji status hidrasi dan
beritahu dokter

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Transplantasi ginjal menyerang seorang wanita dengan usia 35
tahun dan sudah menikah, pada penelitian tidak ditemukan laki-laki atau
perempuan yang lebih banyak melakukan transplantasi sedangkan
berdasarkan usia sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa untuk
usia dilakukan transplantasi adalah 13-36 tahun karena pada usia
tersebut keadaan fisik dan mental sudah siap untuk melakukan
transplantasi.
Pada diagnosa yang di prioritaskan antara kasus dan teori sama
yaitu mengambil diagnosa nyeri akut. Pada kasus dan teori, nyeri
disebabkan karena adanya luka insisi pembedahan transplantasi ginjal
dikarenakan nyeri adalah data subjektif yang berasal dari persepsi klien.
Pada diagnosa selanjutnya antara kasus dan teori sama yaitu
mengambil diagnosa perubahan eliminasi urine. Pada kasus dan teori,
perubahan eliminasi urine disebabkan karena pasien baru melakukan
transplantasi ginjal dimana tubuh harus menyesuaikan kondisi tubuh
yang saat ini sudah berbeda karena ginjal tersebut merupakan ginjal
orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Baratawidjaja, Karnen G. 2006. Imunologi Dasar Edisi Ke Tujuh. Jakarta: Balai


Penerbit:FKUI.
Born B Colin. 2002. Manual Ilmu Penyakit Dalam. Binarupa Aksara : Jakarta
Carpernito, Linda juall, 1995. Nursing Care Plans and Documentation : Nursing
diagnosis and colaborative problems. Second Edition J.B. Lippincott Company.
Green H.J. Pengantar Fisiologi Tubuh Manusia. Binarupa Aksara Publisher :
Tangerang
Grace,Pierce A, et all. 2006. At a Glance IlmuBedah (Ed. 3).
Hudak, Carolyn, 1996. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Edisi pertama.
Jakarta; EGC.
Price Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Ed.6. EGC : Jakarta
Smeltzer. 2013. Keperawatan medical bedah Brunner dan Suddarth Edisi 12. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran ECG

Vous aimerez peut-être aussi