Vous êtes sur la page 1sur 32

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN POST OP TONSILITIS AKUT

I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Tonsil dikenal di masyarakat sebagai penyakit amandel, merupakan penyakit yang sering di jumpai
di masyarakat sebagian besar terjadi pada anak-anak. Namun tidak menutup kemungkinan terjadi pada
orang dewasa, dan masih banyak masyarakat yang belum mengerti bahkan tidak tahu mengenai gejala-
gejala yang timbul dari penyakit ini.

Tonsil atau yang lebih sering dikenal dengan amandel adalah massa yang terdiri dari jaringan
limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus di dalamnya, bagian organ tubuh yang berbentuk
bulat lonjong melekat pada kanan dan kiri tenggorok. Organisme penyebabnya yang utama meliputi
streptococcus atau staphylococcus (Charlene J. Reeves,2001).

Tonsillitis sendiri adalah inflamasi pada tonsila palatine yang disebabkan oleh infeki virus atau
bakteri. Saat bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh melalui hidung atau mulut, tonsil berfungsi sebagai
filter/ penyaring menyelimuti organisme yang berbahaya tersebut dengan sel-sel darah putih. Hal ini akan
memicu sistem kekebalan tubuh untuk membentuk antibody terhadap infeksi yang akan datang. Tetapi bila
tonsil sudah tidak dapat menahan infeksi dari bakteri atau virus tersebut maka akan timbul tonsillitis.
Dalam beberapa kasus ditemukan 3 macam tonsillitis, yaitu tonsillitis akut, tonsillitis membranosa, dan
tonsillitis kronis. Oleh karena itu penting bagi perawat untuk mempelajari patofisiologi, manifestasi klinis,
prosedur diagnostik dan asuhan keperawatan yang komprehensif pada klien tonsilitis beserta keluarganya.

B. TUJUAN PENULISAN

Tujuan Khusus: Siswa mampu menerapkan masalah serta hambatan yang timbul dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Tonsilitis Akut.

Tujuan Umum :

1. Mampu melaksanakan pengkajian secara menyeluruh pada klien dengan tonsillitis.


2. Mampu mengelompokan data dan menganalisa data yang didapat dari pengkajian
3. Mampu menganalisa dan menentukan masalah keperwatan pada klien tonsillitis
4. Mampu menyusun perencanaan, intervensi, dan implementasi untuk mengatasi masalah keperawatan
yang timbul pada klien tonsillitis
5. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan pada klien dengan tonsillitis

C. SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun Sistematika Penulisan Asuhan Keperawatan ini terdiri dari :

BAB I : PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan Penulisan
3. Sistematika Penulisan

BAB II : TINJAUAN TEORI


1. Definisi/ pengertian
2. Etiologi
3. Klasifikasi
4. Patofisiologi
5. Manifestasi Kinik
6. Komplikasi
7. Penatalaksanaan / Pengobatan
8. Diagnosa Keperawatan
9. Intervensi

BAB III : TINJAUAN KASUS


1. Pengkajian
a. Biodata
b. Keluhan Utama
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
f. Pemeriksaan Fisik
g. Pemeriksaan Penunjang
h. Theraphy
2. Pengumpulan Data
3. Analisa Data
4. Perumusan Diagnosa Keperawatan Sesuai Prioritas

BAB IV : PEMBAHASAN

BAB V : PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Pengertian.
a. Tonsilitis adalah suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri berlangsung sekitar lima hari dengan
disertai disfagia dan demam (Megantara, Imam, 2006).
b. Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman streptococcus beta hemolyticus,
streptococcus viridons dan streptococcus pygenes, dapat juga disebabkan oleh virus (Mansjoer, A.
2000).
c. Tonsilitis kronik merupakan hasil dari serangan tonsillitis akut yang berulang. Tonsil tidak mampu
untuk mengalami resolusi lengkap dari suatu serangan akut kripta mempertahankan bahan purulenta
dan kelenjar regional tetap membesar akhirnya tonsil memperlihatkan pembesaran permanen dan
gambaran karet busa, bentuk jaringan fibrosa, mencegah pelepasan bahan infeksi (Sacharin, R.M.
1993).
d. Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A streptococcus beta
hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis lain atau oleh infeksi virus (Hembing,
2004).
e. Tonsilitis adalah suatu peradangan pada hasil tonsil (amandel), yang sangat sering ditemukan,
terutama pada anak-anak (Firman sriyono, 2006,).
f. Tonsilitis adalah inflamasi dari tonsil yang disebabkan oleh infeksi (Harnawatiaj, 2006).

2. Etiologi.
Menurut Adams George (1999), tonsilitis bakterialis supuralis akut paling sering disebabkan oleh
streptokokus beta hemolitikus grup A.
a. Pneumococcus
b. Staphilococcus
c. Haemalphilus influenza
d. Kadang streptococcus non hemoliticus atau streptococcus viridens.

Menurut Iskandar N (1993). Bakteri merupakan penyebab pada 50 % kasus.


a. Streptococcus B hemoliticus grup A.
b. Streptococcus viridens.
c. Streptococcus pyogenes.
d. Staphilococcus.
e. Pneumococcus.
f. Virus.
g. Adenovirus.
h. ECHO.
i. Virus influenza serta herpes.

Menurut Firman S (2006), penyebabnya adalah infeksi bakteri streptococcus atau infeksi virus. Tonsil
berfungsi membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya sebagai tindakan pencegahan
terhadap infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun virus, sehingga membengkak dan
meradang, menyebabkan tonsillitis.

3. Klasifikasi.
Macam-macam tonsillitis menurut Imam Megantara (2006)
a. Tonsillitis akut. Disebabkan oleh streptococcus pada hemoliticus, streptococcus viridians, dan
streptococcus piogynes, dapat juga disebabkan oleh virus.
b. Tonsilitis falikularis. Tonsil membengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi eksudat diliputi
bercak putih yang mengisi kipti tonsil yang disebut detritus. Detritus ini terdapat leukosit, epitel yang
terlepas akibat peradangan dan sisa-sisa makanan yang tersangkut.
c. Tonsilitis Lakunaris. Bila bercak yang berdekatan bersatu dan mengisi lacuna (lekuk-lekuk)
permukaan tonsil.
d. Tonsilitis Membranosa (Septis Sore Throat). Bila eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang
membengkak tersebut menyerupai membran. Membran ini biasanya mudah diangkat atau dibuang
dan berwarna putih kekuning-kuningan.
e. Tonsilitis Kronik. Tonsillitis yang berluang, faktor predisposisi : rangsangan kronik (rokok,
makanan) pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat danhygiene mulut yang
buruk.

4. Patofisiologi.
Menurut Iskandar N (1993), patofisiologi tonsillitis yaitu :
Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial mengadakan
reaksi. Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit poli morfonuklear. Proses ini secara
klinik tampak pada korpus tonsil yang berisi bercak kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan
kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas, suatu tonsillitis akut dengan detritus disebut
tonsillitis lakunaris, bila bercak detritus berdekatan menjadi satu maka terjadi tonsillitis lakonaris.Bila
bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu (Pseudomembran), sedangkan pada
tonsillitis kronik terjadi karena proses radang berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid
terkikis. Sehingga pada proses penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akan
mengkerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses ini
meluas sehingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengkapan dengan jaringan sekitar fosa
tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe submandibula.

5. Manifestasi Kinik.
Menurut Megantara, Imam 2006
Gejalanya berupa nyeri tenggorokan (yang semakin parah jika penderita menelan) nyeri seringkali
dirasakan ditelinga (karena tenggorokan dan telinga memiliki persyarafan yang sama). Gejala lain :
a. Demam.
b. Tidak enak badan.
c. Sakit kepala.
d. Muntah.

Menurut Mansjoer, A (1999) gejala tonsilitis antara lain :


a. Pasien mengeluh ada penghalang di tenggorokan.
b. Tenggorokan terasa kering.
c. Persarafan bau.
d. Pada pemeriksaan tonsil membesar dengan permukaan tidak rata, kriptus membesar dan terisi
detritus.
e. Tidak nafsu makan.
f. Mudah lelah.
g. Nyeri abdomen.
h. Pucat.
i. Letargi.
j. Nyeri kepala.
k. Disfagia (sakit saat menelan).
l. Mual dan muntah.
Gejala pada tonsillitis akut :
a. Rasa gatal / kering di tenggorokan.
b. Lesu.
c. Nyeri sendi.
d. Odinafagia.
e. Anoreksia.
f. Otalgia.
g. Suara serak (bila laring terkena).
h. Tonsil membengkak.

Menurut Smelizer, Suzanne (2000)


Gejala yang timbul sakit tenggorokan, demam, ngorok, dan kesulitan menelan.

Menurut Hembing, (2002) :


a. Dimulai dengan sakit tenggorokan yang ringan hingga menjadi parah, sakit saat menelan, kadang-
kadang muntah.
b. Tonsil bengkak, panas, gatal, sakit pada otot dan sendi, nyeri pada seluruh badan, kedinginan, sakit
kepala dan sakit pada telinga.
c. Pada tonsilitis dapat mengakibatkan kekambuhan sakit tenggorokan dan keluar nanah pada lekukan
tonsil.

6. Komplikasi.
Komplikasi tonsilitis akut dan kronik menurut Mansjoer, A (1999), yaitu :
a. Abses pertonsil. Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini terjadi
beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh streptococcus group A.
b. Otitis media akut. Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi) dan
dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur spontan gendang telinga.
c. Mastoiditis akut. Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam sel-sel
mastoid.
d. Laringitis
e. Sinusitis
f. Rhinitis

7. Penatalaksanaan / Pengobatan.
Penatalaksanaan tonsilitis secara umum, menurut Firman S, 2006 :
a. Jika penyebabnya bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut) selama 10 hari, jika
mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan.
b. Pengangkatan tonsil (tonsilektomi) dilakukan jika :
1) Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih / tahun.
2) Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2 tahun.
3) Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3 tahun.
4) Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.

Menurut Mansjoer, A (1999) penatalaksanan tonsillitis adalah :


a. Penatalaksanaan tonsilitis akut
1) Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur atau obat isap
dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan eritromisin atau klindomisin.
2) Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder, kortikosteroid untuk mengurangi
edema pada laring dan obat simptomatik.
3) Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari komplikasi kantung selama 2-3
minggu atau sampai hasil usapan tenggorok 3x negatif.
4) Pemberian antipiretik.
b. Penatalaksanaan tonsilitis kronik
1) Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap.
2) Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi konservatif tidak
berhasil.

Tonsilektomi menurut Firman S (2006), yaitu :


a. Perawatan Prabedah.
Diberikan sedasi dan premedikasi, selain itu pasien juga harus dipuasakan, membebaskan anak dari
infeksi pernafasan bagian atas.
b. Teknik Pembedahan.
Anestesi umum selalu diberikan sebelum pembedahan, pasien diposisikan terlentang dengan kepala
sedikit direndahkan dan leher dalam keadaan ekstensi mulut ditahan terbuka dengan suatu penutup dan
lidah didorong keluar dari jalan. Penyedotan harus dapat diperoleh untuk mencegah inflamasi dari
darah. Tonsil diangkat dengan diseksi / quillotine.
Metode apapun yang digunakan penting untuk mengangkat tonsil secara lengkap. Perdarahan
dikendalikan dengan menginsersi suatu pak kasa ke dalam ruang post nasal yang harus diangkat setelah
pembedahan. Perdarahan yang berlanjut dapat ditangani dengan mengadakan ligasi pembuluh darah
pada dasar tonsil.

c. Perawatan Paska-bedah
1) Berbaring ke samping sampai bangun kemudian posisi mid fowler.

2) Memantau tanda-tanda perdarahan


a) Menelan berulang.
b) Muntah darah segar.
c) Peningkatan denyut nadi pada saat tidur.

3) Diet
a) Memberikan cairan bila muntah telah reda
1) Mendukung posisi untuk menelan potongan makanan yang besar (lebih nyaman dari ada
kepingan kecil).
2) Hindari pemakaian sedotan (suction dapat menyebabkan perdarahan).

b) Menawarkan makanan
1) Es crem, crustard dingin, sup krim, dan jus.
2) Refined sereal dan telur setengah matang biasanya lebih dapat dinikmati pada pagi hari setelah
perdarahan.
3) Hindari jus jeruk, minuman panas, makanan kasar, atau banyak bumbu selama 1 minggu.

c) Mengatasi ketidaknyamanan pada tenggorokan


1) Menggunakan ice color (kompres es) bila mau
2) Memberikan anakgesik (hindari aspirin)
3) Melaporkan segera tanda-tanda perdarahan.
4) Minum 2-3 liter/hari sampai bau mulut hilang.

d) Mengajari pasien mengenal hal berikut


1) Hindari latihan berlebihan, batuk, bersin, berdahak dan menyisi hidung segera selama 1-2
minggu.
2) Tinja mungkin seperti teh dalam beberapa hari karena darah yang tertelan.
3) Tenggorokan tidak nyaman dapat sedikit bertambah antara hari ke-4 dan ke-8 setelah operasi.

8. Diagnosa Keperawatan.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
a. Pre Operasi.
1) Kerusakan menelan berhubungan dengan proses inflamasi.
2) Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan jaringan tonsil.
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
4) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.
5) Cemas berhubungan dengan rasa tidak nyaman.

b. Post Operasi.
1) Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, diskontinuitas jaringan.
2) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
3) Kurang pengetahuan tentang diet berhubungan dengan kurang informasi.

9. Intervensi.

Pre Operasi

Dx 1 : Kerusakan menelan berhubungan dengan proses inflamasi.


NOC : Perawatan Diri : Makan
Tujuan : Setelah dlakukan tindakan keperawatan terapi menelan selama 3 x24 jam diharapkan tidak ada
masalah dalam makan dengan skala 4 sehingga kerusakan menelan dapat diatasi.

Kriteria hasil :
a. Reflek makan
b. Tidak tersedak saat makan
c. Tidak batuk saat menelan
d. Usaha menelan secara normal
e. Menelan dengan nyaman

Skala :
1) Sangat bermasalah
2) Cukup bermasalah
3) Masalah sedang
4) Sedikit bermasalah
5) Tidak ada masalah

NIC : Terapi menelan


Intervensi :
a. Pantau gerakan lidah klien saat menelan
b. Hindari penggunaan sedotan minuman
c. Bantu pasien untuk memposisikan kepala fleksi ke depan untuk menyiapkan menelan.
d. Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan dan penenangan pasien selama makan / minum obat.
Dx 2 : Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan jaringan tonsil.
NOC : Kontrol Nyeri
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan manejemen nyeri selama 3 x 24 jam diharapkan tidak
ada masalah dalam nyeri dengan skala 4 sehingga nyeri dapat hilang atau berkurang.
Kriteria hasil :
a. Mengenali faktor penyebab.
b. Mengenali serangan nyeri.
c. Tindakan pertolongan non analgetik
d. Mengenali gejala nyeri
e. Melaporkan kontrol nyeri

Skala :
1) Ekstream.
2) Berat.
3) Sedang.
4) Ringan.
5) Tidak Ada.

NIC : Menejemen Nyeri


Intervensi :
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi.
b. Ajarkan teknik non farmakologi dengan distraksi / latihan nafas dalam.
c. Berikan analgesik yang sesuai.
d. Observasi reaksi non verbal dari ketidanyamanan.
e. Anjurkan pasien untuk istirahat.

Dx 3 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.


NOC : Fluid balance
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan manejemen nutrisi selama 3 x 24 jam diharapkan
tidak ada masalah nutrisi dengan skala 4 sehingga ketidak seimbangan nutrisi dapat teratasi.
Kriteria hasil :
a. Adanya peningkatan BB sesuai tujuan
b. BB ideal sesuai tinggi badan
c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.

Skala :
1) Tidak pernah dilakukan
2) Jarang dilakukan
3) Kadang-kadang dilakukan
4) Sering dilakukan
5) Selalu dilakukan

NIC : Manajemen nutrisi


a. Berikan makanan yang terpilih
b. Kaji kemampuan klien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
c. Berikan makanan sedikit tapi sering
d. Berikan makanan selagi hangat dan dalam bentuk menarik.
Dx 4 : Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
NOC : Termoregulasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan fever treatment selama 3 x 24 jam diharapkan tidak
ada masalah dalam suhu tubuh dengan skala 4 sehingga suhu tubuh kembali normal atau turun.
Kriteria hasil :
a. Suhu tubuh dalam rentang normal
b. Suhu kulit dalam batas normal
c. Nadi dan pernafasan dalam batas normal.

Skala :
1) Ekstrem
2) Berat
3) Sedang
4) Ringan
5) Tidak ada

NIC : Fever Treatment


a. Monitor suhu sesering mungkin
b. Monitor warna, dan suhu kulit
c. Monitor tekanan darah, nadi, dan pernafasan.
d. Monitor intake dan output
e. Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam.

Dx 5 : Cemas berhubungan dengan rasa tidak nyaman


NOC : Kontrol Cemas
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pengurangan cemas selama 3 x 24 jam diharapkan
tidak ada masalah dengan kecemasan dengan skala 4 sehingga rasa cemas dapat hilang atau berkurang.
Kriteria hasil :
a. Ansietas berkurang
b. Monitor intensitas kecemasan
c. Mencari informasi untuk menurunkan kecemasn
d. Memanifestasi perilaku akibat kecemasan tidak ada

Skala :
1) Tidak pernah dilakukan.
2) Jarang dilakukan.
3) Kadang-kadang dilakukan.
4) Sering dilakukan.
5) Selalu dilakukan.

NIC : Pengurangan Cemas


a. Sediakan informasi yang sesungguhnya meliputi diagnosis, treatmen dan prognosis.
b. Tenangkan anak / pasien.
c. Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan.(takhikardi, eskpresi cemas non
verbal)
d. Berikan pengobatan untuk menurunkan cemas dengan cara yang tepat.
e. Instruksikan pasien untuk melakukan teknik relaksasi
Post Operasi
Dx 6 : Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, diskontinuitas jaringan.
NOC : Level Nyeri
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan manejemen nyeri selama 3 x 24 jam diharapkan tidak
ada masalah tentang nyeri dengan skala 4 sehingga nyeri dapat hilang atau berkurang.
Kriteria hasil :
a. Melaporkan nyeri
b. Frekuensi nyeri.
c. Lamanya nyeri
d. Ekspresi wajah terhadap nyeri

Skala :
1) Tidak pernah dilakukan
2) Jarang dilakukan
3) Kadang dilakukan
4) Sering dilakukan
5) Selalu dilakukan

NIC : Menejemen Nyeri


Intervensi :
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi.
b. Ajarkan teknik non farmakologi dengan distraksi / latihan nafas dalam.
c. Berikan analgesik yang sesuai.
d. Observasi reaksi non verbal dari ketidanyamanan.
e. Tingkatkan istirahat pasien.

Dx 7 : Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasif.


NOC : Kontrol Infeksi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kontrol infeksi selama 3 x 24 jam diharapkan tidak
ada infeksi dengan skala 4 sehingga resiko infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil:
a. Dapat memonitor faktor resiko
b. Dapat memonitor perilaku individu yang menjadi faktor resiko
c. Mengembangkan keefektifan strategi untuk mengendalikan infeksi.
d. Memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi faktor resiko.

Keterangan Skala :
1) Tidak pernah menunjukkan
2) Jarang menunjukkan
3) Kadang menunjukkan
4) Sering menunjukkan
5) Selalu menunjukkan

NIC: Kontrol Infeksi


a. Ajarkan teknik mencuci tangan dengan benar.
b. Gunakan sabun anti mikroba untuk cuci tangan.
c. Lakukan perawatan aseptik pada semua jalur IV.
d. Lakukan teknik perawatan luka yang tepat.
Dx 8 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang mengenal informasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pengajaran pengobatan selama 3 x 24 jam diharapkan
tidak ada masalah dengan kurang pengetahuan dengan skala 4 sehingga pengetahuan pasien dan
keluarga dapat bertambah

NOC : Knowledge: Diet


a. Menyebutkan keuntungan dan diet yang
b. Menyebutkan makanan-makanan yang diperbolehkan
c. Menyebutkan makanan-makanan yang dilarang.

Keterangan :
1 : Tidak mengetahui
2 : Terbatas pengetahuannya
3 : Sedikit mengetahui
4 : Banyak pengetahuannya
5 : Intensif atau mengetahuinya secara kompleks

NIC : Pengajaran Pengobatan


a. Jelaskan kepada anak dan orang tua tentang tujuan obat.
b. Informasikan kepada anak akibat tidak minum obat.
c. Ajarkan anak untuk minum obat sesuai dnegan dosis.
d. Informasikan kepada anak dan keluarga tentang efek samping.

Evaluasi
Dx 1 : Kerusakan menelan berhubungan dengan proses inflamasi. Skala
a. Reflek makan 4
b. Tidak tersedak saat makan 4
c. Tidak batuk saat menelan 4
d. Usaha menelan secara normal 4
e. Menelan dengan nyaman 4

Dx 2 : Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan jaringan tonsil.


a. Mengenali faktor penyebab. 4
b. Mengenali serangan nyeri. 4
c. Tindakan pertolongan non analgetik 4
d. Mengenali gejala nyeri 4
e. Melaporkan kontrol nyeri 4
Dx 3 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
a. Adanya peningkatan BB sesuai tujuan 4
b. BB ideal sesuai tinggi badan 4
c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi 4
d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi. 4
Dx 4 : Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
a. Suhu tubuh dalam rentang normal 4
b. Suhu kulit dalam batas normal 4
c. Nadi dan pernafasan dalam batas normal 4
Dx 5 : Cemas berhubungan dengan rasa tidak nyaman
a. Ansietas berkurang 4
b. Monitor intensitas kecemasan 4
c. Mencari informasi untuk menurunkan kecemasn 4
d. Memanifestasi perilaku akibat kecemasan tidak ada 4
Dx 6 : Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, diskontinuitas jaringan.
a. Melaporkan nyeri 4
b. Frekuensi nyeri. 4
c. Lamanya nyeri 4
d. Ekspresi wajah terhadap nyeri 4
Dx 7 : Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasif.
a. Dapat memonitor faktor resiko 4
b. Dapat memonitor perilaku individu yang menjadi faktor resiko 4
c. Mengembangkan keefektifan strategi untuk mengendalikan infeksi 4
d. Memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi faktor resiko 4
Dx 8 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
a. Menyebutkan keuntungan dan diet yang baik 4
b. Menyebutkan makanan-makanan yang diperbolehkan 4
c. Menyebutkan makanan-makanan yang dilarang 4

BAB III
TINJAUAN KASUS

Pengkajian dilakukan pada tanggal 7 Januari 2014 pukul 20.20 WIB.


1. Pengkajian.
a. Biodata.
1) Identitas pasien :
a) Nama : A.n N Umur : 11 Th.
b) Pangkat/Gol : - NRP/Nip :-
c) Kesatuan :-
d) Jens kelamin : Laki-laki.
e) Pendidikan : SD.
f) Agama : Islam.
g) Alamat : Jl. Bono Keling No 8 PA I, banyurejo, Mertoyudan.
h) Tgl masuk RS : 6 januari 2014.

2) Penanggung Jawab :
a) Pekerjaan : PNS Gol II D.
b) Alamat : Jl. Bono Keling No 8 PA I, banyurejo, Mertoyudan.

3) Dx Medis : Post Op. Tonslitis Akut.

b. Keluhan utama : Sakit pada tenggorokan.


c. Riwayat penyakit sekarang :Pasien mengatakan bahwa sebelum masuk Rmah Sakit, pasien
sering radang pada tenggorokan dan badannya panas. Setelah meakukan pengkajian mendapat data bahwa
pasie mengatakan sakit pada tenggorokan, untuk berbicara susah, terasa ada yang mengganjal di
tenggorokan, untk menelan terasa sakit dan badan terasa lemas serta sering tidur.
d. Riwayat penyakit dahulu : Pasien mengatakan bahwa belm pernah masuk Rumah Sakit
sebelumnya.
e. Riwayat penyakit keluarga : Pasien mengatakan bahwa tidak mempunyai riwayat penyakit yang
sama.
f. Pemeriksaan Fisik.
Keadaan Umum : Lemah.
Kesadaran : Compos Mentis.
Tanda-tanda vital : TD = 100/70, S = 36 , N = 84, RR = 20
BB : 29 Kg.
TB : 134 Cm.
IMT : 16,15
Kepala : Bentuk Mesochepal, tidak ada luka.
Rambut : Penyebaran merata, tidak terdapat lesi, warna rambut hitam, tidak mudah
dicabut dan tidak ada ketombe.
Mata : Konjungtiva tidak anemis, skela tidak ikterik, warna mata hitam
kecoklatan dan tidak menggunakan alat bantu.
Telinga : Tidak terdapat serumen, pendengaran normal dan tidak menggunakan alat
bantu.
Hidung : Tidak terdapat polip, tidak ada secret dan penciuman normal.
Mulut : Penyebaran gigi teratur, bibir lembab, tidak terdapat sistematis, tidak ada
caries, lidah dan gigi bersih.
Leher : Reflek menelan sulit, adanya luka tonsilektomi, adanya nyeri telan saat
menelan makan/minum, dan adanya luka memerah di tenggorokan.
Paru Inspeksi : Pengembanag paru-paru normal, bentuk tidak simetris.
Palpasi : Vocal fermitus kanan dan kiri normal.
Perkusi : Sonor.
Aukultasi :Tidak ada wheezing dan ronchi suara vesikuler.
Jantung Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak.
Palpasi : Ictus Cordis teraba di mid linea clavikula 5 ± 2 cm.
Perkusi : Redup.
Aukultasi : Tidak ada Gallop dan tidak ada Mur-mur.
Abdomen Inspeksi : Datar, berwarna coklat dan tidak ada Striae.
Auskultasi : Bising usus sebanyak kurang lebih 12 kali per menit.
Palpasi : Tidak ada pembesaran hepar dan limfe.
Perkusi : Tympani.
Externitas Atas : Terpasang infuse RL 16 Tpm.
Bawah : Pergerakan kaki bebas.
Genetalia : Tidak terdapat hemoloid, tidak ada penyakit kelamin, tidak ada lesi, bersih
dan tidak terasa nyeri.
Kulit : Teraba hangat, turgor kulit baik, warna kecoklatan.
Pengkajian Nyeri :
P : Nyeri terjadi pada saat menelan.
Q : Mengganjal.
R : Tenggorokan.
S : 7 (skala 0-10).
T : Terus-menerus.

g. Data Penunjang.
1) Laboraturium

WBC : 7,7 10³/mm³ (3,5-10,0) MCV : 8,5 Nm³ (80-97)


RBC : 4,44 10 /mm³ (3,80-5,80) MCH : 27,3 Pg (26,5-33,5)
HGB : 12,1 9/d1 (11,0-16,5) MCHC : 32,2 9/d1 (31,5-35,0)
HCT : 37,7 % (35,0-50,0) RDW : 13,2 % (10,0-15,0)
PLT : 461 10³/mm³ (150-390) MPV : 7,3 Nm³ (6,5-11,0)
PCT : 337 % (100-500) PDW : 13,4 % (10,0-18,0)

DIFF :
% LYM : 51,6 H% (17,0-48,0) # LYM : 3,9 H 10³/mm³ (1,2-3,2)
% MON : 5,3 % (4,0-10,0) # MON : 0,4 10³/mm³ (0,3-0,8)
% GRA : 43,1 % (43,0-76,0) # GRA : 3,4 10³/mm³ (1,2-6,8)
2) Rongent -
3) EKG -

h. Terapi.
1) Infus RL 16 TPm
2) Zibag 2 x 750
3) Kalinex 3 x ½
4) Dexa 3 x ½
5) Tramal 2 x ½

2. Pengumpulan Data.
DS a. Pasien mengeluh sakit pada tenggorokan.
b. Pasien mengatakan susah bicara seperti ada yang mengganjal.
c. pasien mengeluh sakit pada saat menelan.
d. Pasien mengeluh badannya terasa lemas.
e. Pasien mengatakan sering tidur.

DO a. TTV = TD = 100/70 S = 36
N = 84 RR = 20
b. Wajah pasien tampak menahan sakit saat menelan.
c. gorokan dengan warna merah.
d. Selama pengkajian klien masih belum mendapatkan diit kecuali ice cream.
e. Pasien nampak lemas saat dilakukan pengkajian.
f. Pasien hanya tidur di atas tempat tidur.

3. Analisa Data.
NO DATA MASALAH ETIOLOGI
1 DS : Klien mengeluh nyeri pada Gangguan rasa nyaman Tindakan pembedahan
tenggorokan, susah untuk berbicara (nyeri)
terasa seperti ada yang mengganjal
DO :
- Ekspresi wajah tampak menahan
sakit.
- Terdapat luka pada tenggorokan.
P = saat menelan
Q = mengganjal
R = tenggorokan
S=7
T = terus-menerus

2. DS : Klien mengatakan sakit saat Gangguan kebutuhan nutrisi Kesulitan menelan


menelan
DO : Selama pengkajian klien masih
belum mendapat diit kecuali ice cream

3. DS : Pasien mengeluh badannya lemas Intoleransi aktivitas Kelemahan


dan sering tidur
DO : pasien tampak lemas saat
dilakukan pengkajian. Pasien hanya tidur
di atas tempat tidur.

Perumusan diagnosa Keperawatan sesuai prioritas.


a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan tindakan pembedahan.
b. Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan kesulitan (nyeri) telan.
c. Intoleransi kebutuhan berhubungan dengan kelemahan.

PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN SESUAI PRIORITAS

DIAGNOSA PERENCANAAN
IMPLEMENT
TGL/JAM KEPERAWAT RENCANA EVALUASI PARAF
TUJUAN ASI
AN TINDAKAN
7 Januari Gannguan rasa Setelah 1. Kaj skala 1. Mengkaji 8 januari 2014
2014 nyaman (nyeri) dilakukan nyeri. skala nyeri. S : Pasien
berhubungan tindakan 2. Monitor 2. Memonitor mengatakan
dengan keperawatan TTV TTV. nyeri
tindakan selama 1 x 24 3. Ajarkan 3. Mengajark berkurang.
pembedahan jam diharapkan tehnik relaksasi. an tehnik O : Pasien
nyeri berkurang. 4. Kolaborasi relaksasi sudah tampak
Kriteria hasil : pemberian obat seperti menarik lebih tenang
Nyeri berkurang analgesic nafas dalam skala 3.
dari skala 7 dari hidung A : Nyeri yang
menjadi 3 mulut. dirasakan
4. Kolaborasi pasien sedikit
pemberian obat P : lanjut
analgesic intervensi 1,2,4
7 Januari Gangguan Setelah 1. Monitor 1. Memonitor S : Pasien
2014 kebutuhan dilakukan berat badan. berat badan. mengatakan diit
nutrisi tindakan 2. Tingkatkan 2. Meningkat yang diberikan
berhubungan keperawatan kenyamanan kan habis.
dengan selama 1 x 24 lingkungan saat kenyamanan O : Pasien
kesulitan jam diharapkan makan. lingkungan saat sudah tidak
(nyeri) telan pasien dapat 3. Sajikan makan. lemas, tidak
memenuhi makanan sesuai 3. Menyajika pucat dan sudah
nutrisi. diit. n makanan terpasang infus.
Kriteria hasil : 4. Berikan yang sesuai diit A : Masalah
diharapkan cairan infus seperti susu, teratasi
pasien dapat yang makanan lunak sebagian.
menghabiskan mengandung dan bubur. P : lanjut
menu makanan nutrisi. 4. Memberik intervensi.
yang diberikan. 5. Jelaskan an cairan
nutrisi yang

DIAGNOSA PERENCANAAN
IMPLEMENT
TGL/JAM KEPERAWAT RENCANA EVALUASI PARAF
TUJUAN ASI
AN TINDAKAN
adekuat. infus yang
6. Beri mengandung
dorongan nutrisi
individu untuk 5. Menjelaska
makan n pentingnya
khususnya nutrisi yang
makanan yang adekuat.
lunak. 6.
7. Memberi doro
Kolaborasi den ngan individu
gan vitamin untuk makan
penambah nafsu khususnya
makan. yang lunak.
7.
Berkolaborasi
dengan vitamin
penambah
nafsu makan.
7 Januari Intoleransi Setelah 1. Observasi 1. Mengobs 8 Januari 2014
2014 aktivitas dilakukan kemampuan ervasi S : Pasien
berhubungan tindakan pasien dalam kemampuan mengatakan
dengan keperawatan melakukan pasien dalam sudag
kelemahan selama 1 x 24 aktivitas. melakukan beraktifitas
jam diharapkan 2. Anjurkan aktivitas. sendiri.
adanya pasien untuk 2. Menganju O : Pasien dapat
peningkatan beraktivitas. rkan pasien beraktivitas
kemampuan 3. Ajarkan untuk sendiri.
dalam gerak aktif dan beraktivitas A : Masalah
melakukan pasif. seperti miring teratasi
aktivitas fisik. 4. Kolaborasi kanan / miring sebagian.
Kriteria hasil : dengan kiri. P : Lanjut
Pasien dapat pemberian 3. Mengajar intervensi 1,2,4
menunjukkan vitamin. kan gerak aktif
adanya dan pasif.
peningkatan 4. Berkolab
kemampuan orasi dengan
dalam pemberian
melakukan vitamin.
aktivitas fisik.

BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah penulis mampelajari tinjauan teori dan membandingkannya dengan tinjauan kasus, maka
penulis mendapat beberapa kesenjangan dan persamaan selama dalam melaksanakan asuhan keperawatan
pada an.N dengan penyakit Tonsilitisakut yang antara lain :

1. Pengkajian.
Selama dalam tahap pengkajian terhadap an.N baik dalam wawancara dan observasi tidak menemui
hambatan yang berarti . Hal in terjadi karena respon yang positif pasien terhadap perawat dan dukungan
dari keluarga pasien yang menginginkan pasien cepat sembuh.
Pengkajian yang dilakukan penulis meliputi pengumpulan data yang dbantu oleh pasien itu sendiri
dan info dari keluarga pasien serta status pasien yang berkolaborasi dengan Dokter serta ahli gizi guna
menangani pasien selama berada di Rumah sakit Dr. Soedjono Magelang.
Informasi tersebut benar adanya dengan keadaan yang dikatakan pasien dan keluarga serta
pemeriksaan pennjang lainnya. Setelah tanda-tanda tersebut didapat kemudian dirumuskan diagnosa
keparawatan pasien melalui analisa data dan didapatkan diagnosa keperawatan pasien antara lain :
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan).
b. Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan kesulitan (nyeri) telan.
c. Intoleransi kebutuhan berhubungan dengan kelemahan.
Ketiga diagnose di atas di dapatkan pada landasan teori, keadaan in menunjukkan bahwa keadaan pasien
benar mengalami penyakit Tonsitis Akut.
Dibandingkan denag diagnosa yang ada di teori, ada beberapa diagnose yang tidak muncul, yaitu :
a. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
b. Kurang pengetahuan tentang Diet, berhubungan dengan kurang adanya informasi.

Kedua diagnosa tersebut tidak muncul karena pasien tidak mengalami tanda-tanda yang menunjukkan
gejala timbulnya masalah –masalah di atas seperti adanya adanya resiko tinggi terhadap infeksi
berhubungan denagn prosedur invasif dxan kurang pengetahuan tentang Diet yang berhubungan denagn
kurang informasi.
Dalam pengkajian dan perumusan diagnosa keperawatan perlu dilakukan hubungan interaksi yang baik
dan komunikasi terapoetik dengan pasien dan keluarga karena menimblkan perasaan rendah diri pada
pasien.
BAB V
PENUTUP

1. KESIMPULAN.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang dilaksanakan mulai tanggal 07 Januari 2014 hingga
selesai pengumplan data yang dibutuhkan penulis untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
yang mengalami Tonvilitis Akut diperlukan proses keperawatan yang jelas dan sistematis dengan
melibatkan peran serta pasien dan keluarga.
Seingga terjalin hubungan yang terapeutik antara perawat dan pasien serta keluarga. Hal ini akan
sangat membantu perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan yang direncanakan
berdasarkan masala yang dihadapi pasien. Karena masalah yang dihadapi pasien sangat kompleks
berhubungan dengan faktor interaksi pasien di masyarakat terhadap pasien bila sudah dinyatakan sembuh
dari Rumah Sakit.
Tonsilektomi / Tonsilitis adalah terdapatnya peradangan umum dan pembekakan dari jaringan
Tonsil dengan pengumpalan Leokosit, sel-sel epitel mati dan bakteri pathogen dalam kripto.
Selama pengkajian hingga proses keperawatan pada pasien Tonsilitis Akutini, penlis dapat
memahami dan menerapkan pendekatan proses asuhan keperawatan. Penlis dapat menyusun intervensi dan
implementasi pada pasien penderita Tonsilitis Akut serta dapat membuat diagnosa berdasarkan analisa data
dan tinjauan teori. Setelah dilakukan proses keperawatan , jadi apapun yang bersifat pengetahuan,
hartusnya terlebih dahulu mengetahui dan mempelajari teori, karena teori merupakan hasil penelitian dan
pengamatan para ahli yang sudah terpercaya. Denagn begitu penulis masih harus banyak belajar lagi
sehingga mampu menerapkan sistem pendokumentasian keperawatan yang benar dan nayta pada penderita
Tonsilitis Akut.
2. SARAN.
Penulis menyadari bahwa penulis masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis
mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun bagi penlis.
Saran dapat berupa :
a. Untuk perawat dan tenaga medis agar selalu meningkatkan keprofesionalisme agar mempercepat
proses penyembuhan.
b. Untuk pasien diharapkan makan sedikit tapi sering, belajar gera aktif dan pasif untuk mempercepat
kesembuhan.
c. Untuk keluarga pasien hendaknya mendukung moril pasien untuk mempercepat pemulihan.
d. Pemberian penyuluhan kesehatan dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar
masyarakat mengetahui tentang gejala dan dapat mengetahui pencegahan penyakit Tontilitis Akut.

DAFTAR PUSTAKA
Adams, George L. 1997. BOISE Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta:EGC.
Doengoes, Marilynn D. 1999. Rencana Asuhan Keparawatan. Jakarta:EGC.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Media Aeus Calpius.
Ngastiyah. 1997. Perawatan anak Sakit. Jakarta:EGC.
Pracy R, dkk.1985. Pelajaran Ringkasan Telinga hidung Tenggorokan.Jakarta:Gramedia.
Price, Silvia.1995.Patofisiologi Konsep Klinis Proses PenyakitJakarta:EGC.
Wilkinson, Judith.2000.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria hasil NOC
Edisi 7.Jakarta:EGC.
http://www.medicastore.com diakses tanggal 12 Juni 2008.
http://fkui.firmansriyono.org.com diakses tanggal 12 Juni 2008.
http://imammegantara.blogspot.com diakses tanggal 12 Juni 2008.

ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERASI PADA An. R


DENGAN TONSILITIS KRONIK HIPERTROFI
DI RUANG RAFLESIA RSU BANJAR

I.PENGKAJIAN
A.Identitas
1.Identitas Klien
Nama : An. R
Umur : 9 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Anak ke :2
Pendidikan :-
Suku/bangsa : Sunda/Indonesia
Tanggal Masuk RS : 26 september 2012
NO.MED.REC : 205694
Ruang/kamar : Raflesia/ II
Diagnosa Medis : Tonsilitis Kronik Hipertrofi
Tanggal Pengkajian : 27 september 2012
Alamat :Dusun Babakan Rt/02 Rw/07 Desa Babakan,Kec. Pangandaran-Ciamis
2.Identitas Penanggung Jawab :
Nama : Tn. D
Umur : 46 tahun
Pendididkan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Alamat : Dusun Babakan Rt/02 Rw/07 Desa Babakan, Kec. Pangandaran-Ciamis
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama :
Klien mengatakan nyeri menelan. Nyeri yang di rasakan klien hanya di daerah tenggorokan.
2. Riwayat Kesehatan saat ini :
Pasien datang ke rumah sakit tanggal 26 september 2012 dan di rawat di ruang raflesia kamar II. Pada saat
di kaji tanggal 27 september 2012 klien mengeluh nyeri menelan. Nyeri bertambah hebat jika klien makan
atau minum, tenggorokan klien terasa nyeri.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu :
Ibu klien mengatakan bahwa klien mengalami penyakit ini sejak 1 tahun yang lalu, dan belum pernah
melakukan tindakan operasi di Rumah Sakit.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Klien mengatakan di keluarga nya tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan klien.

C.Keadaan Umum
1. Penampilan : Klien terlihat lemas.
2. Kesadaran :
Kualitas : Composmentis
Kuantitas : E=4, M=6, V=5, GCS=15
Fungsi kortikal (orientasi) : Baik mampu mengenal ruangan,waktu,tempat,dan orang-orangyang
ada di sekitarnya.
3. Berat badan/Tinggi badan ; -
4. TTV
T =36,40 C
P = 80x/menit
R = 20x/menit
S = 100/80 mmHg

D. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala dan rambut
Bentuk simetris tidak ada lesi atau benjolan,tidak ada nyeri.
2. Mata
Bentuk simetris, konjungtiva merah muda,sklera mata putih,tidak memakai alat bantu penglihatan,lapang
pandang baik,tidak ada keluhan.
3. Hidung
Bentuk simetris,tidak ada lesidan benjolan,fungsi penciuman baik.
4. Telinga
Bentuk simetris, telinga bersih, fungsi pendengaran baik.
5. Oral Cavity
Mukosa bibir kering, kondisi gigi kurang bersih,tonsil klien terlihat membesar.
6. Leher
Tidak ada pembesaran KGB, tidak ada pembesaran tyroid,pergerakan leher baik.
7. Dada
Bentuk simetris, pergerakan dada baik,pola nafs normal.
8. Abdomen
Bentuk simetris,tidak ada nyeri tidak ada keluhan.
9. Genetalia
Tidak terpasang DC
10. Punggung dan bokong
Tidak ada lesi dan dekubitus,tidak ada nyeri.
11. - Ekstremitas Atas : Bentuk simetris,kondisi kuku bersih, terpasang infus di sebelah kiri.
- Ekstermitas bawah : Bentuk simetris,kondisi kuku bersih,pergerakan bebas,tanpa ada keluhan/nyeri.
- Kekuatan Otot : Skala otot Klien 0-5 :
* 4 = Bergerak menahan tahanan tetapi kekuatannya berkurang

5 4 *5 = Dapat menahan tahanan dengan


Kekuatan maksimal.
5 5
12. Integumen
Keadaan kulit bersih, tidak terdapat lesi dan keadaan kulit lembab.

E. Pola Aktivitas
NO AKTIVITAS DI RUMAH DI RUMAH SAKIT
1. Nutrisi dan Cairan
*Nutrisi
Jenis Bubur Bubur
Frekuensi 3x1 3x1
Tambahan - -
Pantangan - -
Keluhan - -
*Cairan
Jenis Air putih Air putih
Frekuensi ± 7 gelas/hari ± 7 gelas/hari
Jumlah 1680 ml/hari 1680 ml/hari
2. Istirahat dan Tidur
Tidur siang ± 2 jam 1 jam
Tidur malam 8 jam/hari ± 5-6 jam/hari
Kualitas - -
3. Eliminasi
*BAB
Bentuk Normal feces Normal feces
Frekuensi 1x2/hari 1x/hari
Warna Kuning khas Kuning khas
*BAK
Warna Kuning khas Kuning khas
Frekuensi 2-4x/hari 3x/hari
Keluhan - -
4. Personal Hygiene
Mandi 2x/hari Di seka 1x/hari
Gosok Gigi 2x/hari 2x/hari
Cuci Rambut 3x/minggu -
Ganti Pakaian 1x/hari 2x/hari

F. Data Penunjang
1. Data fsikologis
Klien terlihat stabil,persepsi terhadap penyakit ia yakin dan optimis akan kesembuhan penyakitnya.
2. Data sosial
Hubungan klien dengan lingkungan rumah sakit dan tenaga kesehatan baik,serta dukungan keluarga sangat
penuh untuk kesembuhan klien.
3. Data spiritual
Klien selalu berdoa untuk kesembuhannya.
4. Data ekonomi
Klien termasuk keluarga yang perekonomiannya menengah.
6. Pemeriksaan Laboraturium

Pemeriksaan Hasil Normal

Hb 12,9 13-16 g/dl


Leukosit 7400 5000-10.000/ul
Hematokrit 39 P40-48,w37-43%
Eritrosit 4,47 P4,5-5,5,w4-5 jt/ul
Trombosit 351000 150.000-400.000/ul
LED 21 P0-10, W 0-15 mm/j

Pemeriksaan Hasil Normal

Eosinofil 3 0-1%
Basofil 0 1-4%
Batang 0 2-5%
Segmen 62 40-70%
Limfosit 31 19-48%
Monosit 4 3-9%
PT 12,5 9,8-13 detik
APTT 38,0 76-36 detik
Gol darah B
G. Therapi
Infus RL 15 gtt/menit
Cefotaxime 2x500 mg IV
Plasminex 2x250 mg IV
Tradosik 1 amp drip

H. Analisa Data
NO Tgl/jam Data Penyebab Masalah
1. 27 DS : - Klien mengeluh nyeri Invasi Nyeri
September pada saat menelan. kuman/bakteri/virus
2012 - Klien mengeluh nyeri pada tonsil
11.00 pada tenggorokannya.
DO : - Terlihat luka insisi pada
tonsil klien.
- Klien terlihat meringis.
Terjadinya
peradangan pada
tonsil

Tindakan
pembedahan

Luka insisi

Nyeri
2. DS : - Klien mengeluh nyeri Operatif Invasif Resiko tinggi
pada daerah post op infeksi
DO : - Terlihat adanya luka
insisi.

Penyebaran Kuman

Resti Infeksi
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN :
1. Nyeri berhubungan dengan luka insisi pasca operasi.
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penyebaran kuman akibat invasif pasca operatif.

III. RENCANA KEPERAWATAN


Nama : An. R Tgl masuk RS : 26-09-2012
Umur : 9 tahun No.Med.Rec : 205694
Ruang/kamar : Raflesia/II Diagnosa Medis : Tonsilitis Kronik
No Tgl / jam Diagnosa Perencanaan
keperawatan Tujuan & KH Intervensi Rasional
1. 27 september Nyeri Setelah dilakukan 1.Kaji tingkat -Mengetahui
2012 berhubungan tindakan nyeri skala nyeri
08.30 dengan keperawatan klien.
trauma insisi selama 2X24 jam
pasca operasi. diharapkan klien 2. Anjurkan
tidak mengeluh teknik relaksasi -Membantu
nyeri. dengan mengendalikan
Kriteria Hasil : distraksi dan nyeri dan
- nyeri nafas dalam. mengalihkan
hilang/berkurang. perhatian dari
- klien mengatakan rasa nyeri.
tenggorokan tidak
terasa sakit.
- skala nyeri
berkurang. 3.Kolaborasi
- tonsil klien dengan dokter
kembali normal untuk -Untuk
dan tidak pemberian menghilangkan
kemerahan. analgetik. rasa nyeri.

2. 27 Resiko tinggi Setelah dilakukan 1. Kaji adanya -Deteksi dini


september 2012 infeksi tindakan tanda-tanda terjadinya
09.00 berhubungan keperawatan infeksi. infeksi.
dengan selama 2X24 jam
penyebaran diharapkan
kuman akibat menunjukkan
invasif pasca peningkatan
operatif. penyembuhan luka
tepat waktu 2. Observasi -Mengetahui
dengan kriteria TTV. keadaan umum
hasil : klien
- Tanda-tanda danMerupakan
infeksi tidak tanda adanya
terjadi. infeksi apabila
terjadi
peradangan.

-Antibiotik
dapat
mencegah
3. Kolaborasi sekaligus
dengan dokter membunuh
pemberian kuman
antibiotik. penyakit untuk
berkembang
biak.

IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Nama : An. R Tgl MRS : 26-09-2012
Umur : 9 tahun No.Med.rec : 205694
Jenis kelamin : Laki-laki Dx.medis : Tonsilitis Kronik
No Tgl/ jam No. Implementasi Hasil/Respon Paraf
Diagnosa
keperawatan
1 27 september DX.I 1.Mengkaji tingkat Hasil :
2012 nyeri. Skala nyeri klien
10.30 2, nyeri dengan
tidak nyaman.

Hasil :
2. Menganjurkan teknik Klien terlihat
relaksasi dan distraksi. tenang.

3.Berkolaborasi dengan Respon :


dokter pemberian Therapi obat
analgetik. masuk.

2. 27 september DX.II 1. Mengkaji adanya Hasil :


2012 tanda-tanda infeksi. Tidak terjadi
11.00 tanda-tanda
infeksi.

2.Mengobservasi TTV. Hasil :


T = 36,20C
P =80x/menit
R =22x/menit
S =100/80
mmHg.

3.Berkolaborasi dengan
dokter untuk pemberian Respon :
antibiotik. Therapi obat
masuk.

V. EVALUASI KEPERAWATAN
Nama : An. R Tgl MRS : 26-09-2012
Umur : 9 tahun No.Med.rec : 205694
Jenis kelamin : Laki-laki Dx medis : Tonsilitis Kronik
Tgl / jam No.DX Perkembangan Pasien Paraf
Keperawatan Pelaksana
28 sep 2012 DX.I S : Klien masih mengeluh nyeri.
08.00 O : Skala nyeri 2
A : Nyeri belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi
28 sep 2012 DX.II S:-
08.30 O : Tidak terjadi tanda-tanda infeksi.
A : Resiko tinggi infeksi tidak terjadi.
P : Pertahankan intervensi.

ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERASI PADA An.R


DENGAN TONSILITIS KRONIK HIPERTROFI
DI RUANG RAFLESIA RSU BANJAR

DISUSUN OLEH :

OVA FAUZIYAH

STIKes MUHAMMADIYAH CIAMIS


PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
Jl. KH. AHMAD DAHLAN NO. 20 TELP.FAX (0265) 773052
CIAMISARTIKEL
Laporan Pendahuluan Tonsilektomi (Tonsilitis Akut)
TONSILITIS AKUT
(TONSILEKTOMI)

A. Pengertian
Tonsilitis adalah terdapatnya peradangan umum dan pembengkakan dari jaringan tonsil dengan
pengumpulan lekosit, el-sel epitel mati dan bakteri patogen dalam kripta (Adam Boeis, 1994: 330).
Tonsilektomi adalah suatu tindakan invasif yang dilakukan untuk mengambil tonsil dengan atau tanpa
adenoid (Adam Boeis, 1994: 337).

B. Etiologi
1. Streptokokus hemolitikus grup A.
2. Pneumokokus.
3. Stafilokokus.
4. Haemofilus influezae.

C. Pathofisiologi
1. Terjadinya peradangan pada daerah tonsila akibat virus.
2. Mengakibatkan terjadinya pembentukan eksudat.
3. Terjadi selulitis tonsila dan daerah sekitarnya.
4. Pembentukan abses peritonsilar.
5. Nekrosis jaringan.

D. Gejala-gejala
1. Sakit tenggorokan dan disfagia.
2. Penderita tidak mau makan atau minum.
3. Malaise.
4. Demam.
5. Nafas bau.
6. Otitis media merupakan salah satu faktor pencetusnya.
E. Penatalaksanaan
1. Tirah baring.
2. Pemberian cairan adekuat dan diet ringan.
3. Pemberian obat-obat (analgesik dan antibiotik).
4. Apabila tidak ada kemajuan maka alternatif tindakan yang dapat di lakukan adalah pembedahan.

F. Indikasi tindakan pembedahan


1. Indikasi absolut
a. Timbulnya kor pulmonale akibat adanya obstruksi jalan nafas yang kronis.
b. Hipertrofi tonsil atau adenoid dengan sindroma apnea pada waktu tidur.
c. Hipertrofi yang berlebihan yang mengakibatkan disfagia dan penurunan berat badan sebagai
penyertanya.
d. Biopsi eksisi yang di curigai sebagai keganasan (limfoma).
e. Abses peritonsilaris berulang atau abses yang meluas pada jaringan sekitarnya.
2. Indikasi relatif
Seluruh indikasi lain untuk tindakan tonsilektomi di anggap sebagai indikasi relatif.
3. Indikasi lain yang paling dapat di terima adalah
a. Serangan tonsilitis yang berulang.
b. Hiperplasia tonsil dengan gangguan fungsional (disfagia).
c. Hiperplasia dan obstruksi yang menetap selama 6 bulan.
d. Tidak memberikan respons terhadap penatalaksanaan dan terapi.

G. Kontraindikasi
1. Demam yang tidak di ketahui penyebabnya.
2. Asma.
3. Infeksi sistemik atau kronis.
4. Sinusitis.

H. Persiapan operasi yang mungkin di lakukan


1. Pemeriksaan laboratorium (Hb, leko, waktu perdarahan).
2. Berikan penjelasan kepada klien tindakan dan perawatan setelah operasi.
3. Puasa 6-8 jam sebelum operasi.
4. Berikan antibiotik sebagai propilaksis.
5. Berikan premedikasi ½ jam sebelum operasi.

I. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan yang bergubungan dengan faktor pendukung terjadinya tonsilitis serta bio- psiko-
sosio- spiritual.
2. Peredaradan darah
Palpitasi, sakit kepala pada saat melakukan perubahan posisi, penurunan tekanan darah, bradikardi, tubuh
teraba dingin, ekstrimitas tampak pucat.
3. Eliminasi
Perubahan pola eliminasi (inkontinensia uri/ alvi), distensi abdomen, menghilangnya bising usus.
4. Aktivitas/ istirahat
Terdapat penurunan aktivitas karena kelemahan tubuh, kehilangan sensasi atau parese/ plegia, mudah
lelah, sulit dalam beristirahat karena kejang otot atau spasme dan nyeri. Menurunnya tingkat kesadaran,
menurunnya kekuatan otot, kelemahan tubuh secara umum.
5. Nutrisi dan cairan
Anoreksia, mual muntah akibat peningkatan TIK (tekanan intra kranial), gangguan menelan, dan
kehilangan sensasi pada lidah.
6. Persarafan
Pusing/ syncope, nyeri kepala, menurunnya luas lapang pandang/ pandangan kabur, menurunnya sensasi
raba terutama pada daerah muka dan ekstrimitas. Status mental koma, kelmahan pada ekstrimitas, paralise
otot wajah, afasia, pupil dilatasi, penurunan pendengaran.
7. Kenyamanan
Ekspresi wajah yang tegang, nyeri kepala, gelisah.
8. Pernafasan
Nafas yang memendek, ketidakmampuan dalam bernafas, apnea, timbulnya periode apnea dalam pola
nafas.
9. Keamanan
Fluktuasi dari suhu dalam ruangan.
10. Psikolgis
Denial, tidak percaya, kesedihan yang mendalam, takut, cemas.

J. Masalah dan rencana tindakan keperawatan


1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kerusakan jaringan atau trauma pada pusat
pernafasan
Tujuan: Pasien menunjukkan kemampuan dalam melakukan pernafasan secara adekuat dengan
memperlihatkan hasil blood gas yang stabil dan baik serta hilangnya tanda-tanda distress pernafasan.
Rencana tindakan:
a. Bebaskan jalan nafas secara paten (pertahankan posisi kepala dalam keadaan sejajar dengan tulang
belakang/ sesuai indikasi).
b. Lakukan suction jika di perlukan.
c. Kaji fungsi sistem pernafasan.
d. Kaji kemampuan pasien dalam melakukan batuk/ usaha mengeluarkan sekret.
e. Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
f. Observasi tanda-tanda adanya ditress pernafasan (kulit menjadi pucat/ cyanosis).
g. Kolaborasi dengan terapist dalam pemberian fisoterapi.

2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan neuromuskuler pada ekstrimitas.


Tujuan: Pasien menunjukan adanya peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas fisik.
Rencana tindakan:
a. Kaji kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas.
b. Ajarkan pada pasien tentang rentang gerak yang masih dapat di lakukan.
c. Lakukan latihan secara aktif dan pasif pada akstrimitas untuk mencegah kekakuan otot dan atrofi.
d. Anjurkan pasien untuk mengambil posisi yang lurus.
e. Bantu pasien secara bertahap dalam melakukan ROM sesuai kemampuan.
f. Kolaborasi dalam pemberian antispamodic atau relaxant jika di perlukan.
g. Observasi kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas

3. Penurunan perfusi jaringan otak berhubungan dengan edema cerebri, perdarahan pada otak.
Tujuan: Pasien menunjukan adanya peningkatan kesadaran, kognitif dan fungsi sensori.
Rencana tindakan:
a. Kaji status neurologis dan catat perubahannya.
b. Berikan pasien posisi terlentang.
c. Kolaborasi dalam pemberian O2.
d. Observasi tingkat kesadaran, tanda vital.
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya trauma secara fisik
Tujuan: Pasien mengungkapkan nyeri sudah berkurang dan menunjukkan suatu keadaan yang relaks dan
tenang.
Rencana tindakan:
a. Kaji tingkat atau derajat nyeri yang di rasakan oleh pasien dengan menggunakan skala.
b. Bantu pasien dalam mencarai faktor presipitasi dari nyeri yang di rasakan.
c. Ciptakan lingkungan yang tenang.
d. Ajarkan dan demontrasikan ke pasien tentang beberapa cara dalam melakukan tehnik relaksasi.
e. Kolaborasi dalam pemberian sesuai indikasi.

5. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan efek dari kerusakan pada area bicara pada himisfer
otak.
Tujuan: Pasien mampu melakukan komunikasi untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dan menunjukan
peningkatan kemampuan dalam melakukan komunikasi.
Rencana tindakan:
a. Lakukan komunkasi dengan pasien (sering tetapi pendek serta mudah di pahami).
b. Ciptakan suatu suasana penerimaan terhadap perubahan yang dialami pasien.
c. Ajarkan pada pasien untuk memperbaiki tehnik berkomunikasi.
d. Pergunakan tehnik komunikasi non verbal.
e. Kolaborasi dalam pelaksanaan terapi wicara.
f. Observasi kemampuan pasien dalam melakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal.

6. Perubahan konsep diri berhubungan dengan perubahan persepsi.


Tujuan: Pasien menunjukan peningkatan kemampuan dalam menerima keadaan nya.
Rencana tindakan:
a. Kaji pasien terhadap derajat perubahan konsep diri.
b. Dampingi dan dengarkan keluhan pasien.
c. Beri dukungan terhadap tindakan yang bersifat positif.
d. Kaji kemampuan pasien dalam beristirahat (tidur).
e. Observasi kemampuan pasien dalam menerima keadaanya.
7. Perubahan pola eliminasi defekasi dan uri berhubungan dengan an inervasi pada bladder dan rectum.
Tujuan: Pasien menunjukkan kemampuan dalam melakukan eliminasi (defekasi/ uri) secara normal sesuai
dengan kebiasaan pasien.
Rencana tindakan:
a. Kaji pola eliminasi pasien sebelum dan saat di lakukan pengkajian.
b. Auskultasi bising usus dan distensi abdomen.
c. Pertahankan porsi minum 2-3 liter perhari (sesuai indikasi).
d. Kaji/ palpasi distensi dari bladder.
e. Lakukan bladder training sesuai indikasi.
f. Bantu/ lakukan pengeluaran feces secara manual.
g. Kolaborasi dalam(pemberian gliserin, pemasangan dower katheter dan pemberian obat sesuai
indikasi).

8. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sirkulasi perifer yang tidak adekuat,
adanya edema, imobilisasi.
Tujuan: Tidak terjadi kerusakan integritas kulit (dikubitus).
Rencana tindakan:
a. Kaji keadaan kulit dan lokasi yang biasanya terjadi luka atau lecet.
b. Anjurkan pada keluarga agar menjaga keadan kulit tetap kering dan bersih.
c. Ganti posisi tiap 2 jam sekali.
d. Rapikan alas tidur agar tidak terlipat.

9. Resiko terjadinya ketidakpatuhan terhadap penatalaksanaan yang berhubungan dengan kurangnya


informasi.
Tujuan: Pasien menunjukan kemauan untuk melakukan kegiatan penatalak- sanaan.
a. Identifikasi faktor yang dapat menimbulkan ketidak patuhan terhadap penatalaksanaan.
b. Diskusikan dengan pasien cara-cara untuk mengatasi faktor penghambat tersebut.
c. Jelaskan pada pasien akibat dari ketidak patuhan terhadap penatalaksanaan.
d. Libatkan keluarga dalam penyuluhan.
e. Anjurkan pada pasien untuk melakukan kontrol secara teratur.

DAFTAR PUSTAKA

Boeis,Adam, 1994, Buku Ajar Penyakit THT, Jakarta: EGC.

Junadi, Purnawan, 1982, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

Price, Sylvia Anderson, 1985, Pathofisiologi Konsep klinik proses-proses penyakit, Jakarta: EGC.
Laporan Pendahuluan Tonsilektomi (Tonsilitis Akut)
TONSILITIS AKUT (TONSILEKTOMI) A. Pengertian Tonsilitis adalah terdapatnya peradangan umum
dan pembengkakan dari jaringa...
NoDataEtiologiMsalah1
DSKlien mengatakan sedikit cemas dalammelakukaan operasiDOKlien tampak cemasKlien gelisahKlien
sering bertanya Akan di lakukantindakan operasiCemas
INTRA OPERASINoDataEtiologiMsalah1
S :Tak terkajiO :Klien terpasang OPAKien tidak sadar Pasien terlentang selama 40
menit.P :14 x/menitTd : 111/ 65N : 75SAT : 86 %Efek dari anastesiumumKetidak efektifan jalan nafas
POST OPERASINoDataEtiologiMsalah

S :Klien mengatakan nyeri pada bekas operasiO :Klien tampak menahan sakitKlien meringisKlien tampak
gelisahTd : 130/85N : 84P : 18 x/menitSAT : 95 %Bekas luka operasiNyeri akut
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pre operasi· Cemas berhubungan dengan akan di lakukannya tindakan opersi2. Intra operasi· Bersihan ja
lan nafas tidak efektif b.d efek anastesi3. Post operasi· Nyeri b.d adanya luka bekas operasi
INTERVENSI KEPERAWATANINTERVENSI KEPERAWATAN
PRE OPERASIDiagnosaNocNicImplementasiEvaluasi
Cemasberhubungandengan akandilakukannyatindakanoperasiKlien menunjukanrasa cemasberkurang
dalamwaktu 30 menitsebelum operasidengan kriteria :1. Klien mampumengungkapkanpasrah
kepadatuhan.2. Klien mampumengungkapkansiap di operasi.3. Klien dapatberadaptasi saat diruang
premedikasimaupun di ok.4. Tanda-tandavital stabil5. Wajah Rileks
PenurunanKecemasan
Binahubungansalingpercayadengan klienMembinahubungan salingpercaya denganklienS : klien
mengatakan cemasO : klien tampak cemas A : cemas klien sedikitteratasi dengan adanyahubungan saling
percayaP: intervensi di lanjutkan
INTERVENSI KEPERAWATAN PRE OPERASIDiagnosaNocNicImplementasiEvaluasi
Ketidakefektifan jalan nafasb.d efekanastesi
Tujuan :
napas tidaksesak
Kriteria hasil :
Menunjukan jalannapas paten ( klientidak merasatercekik, frekuensipernapasan dalamrentang normal
Manajemen jalan napas
Berikan O2denganmenggunakannasalMonitor statusoksigenpasienMemberikan
O2denganmenggunakannasalMemonitor status oksigenpasien
S:
tak terkaji
O:
Kien terpasang OPA
A:
Klien tidak sesak
P:
Intervensi di lanjutkan

INTERVENSI KEPERAWATA POST OPERASIDiagnosaNocNicImplementasiEvaluasi

Nyeri b.dadanya lukabekasoperasi


Kriteria hasil :
1. Klienmelaporkan nyeriberkurang dg scala2-32. Ekspresi wajahtenang3. klien dapatistirahat dan
tidur ManajemenNyeri :· Kaji skalanyeri· Ajarkantekniskrelaksasinapas dalamuntukmengetasinyeri.·
Kolaborasipemberiananalgetikuntukmenguranginyeri.· Evaluasitindakanpengurangnyeri·
Monitor TTVMengkaji skalanyeri.Mengkolaborasipemberiananalgetik untukmenguranginyeri.
Mengevaluasitindakanpengurangannyeri. Memonitor TTV
S:
klien mengataan nyeripada tenggorokan
O:
Klien tampek meringis
A:
setelah melakukanpengkajian skala nyeri, makanyeri klien teratasi, berikananalgetik apabila nyeridatang.
Evaluasi tindakanpengurangan nyeri. Setelahitu pantau TTV klien
P:
intervensi di lanjutkan

Vous aimerez peut-être aussi