Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Tonsil atau yang lebih sering dikenal dengan amandel adalah massa yang terdiri dari jaringan
limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus didalamnya, bagian organ tubuh yang
berbentuk bulat lonjong melekat pada kanan dan kiri tenggorok.Organisme penyebabnya yang
utama meliputi streptococcus atau staphylococcus
(Charlene J. Reeves,2001).
Tonsillitis sendiri adalah inflamasi pada tonsila palatine yang disebabkan oleh infeki virus atau
bakteri. Saat bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh melalui hidung atau mulut, tonsil berfungsi
sebagai filter/ penyaring menyelimuti organisme yang berbahaya tersebut dengan sel-sel darah
putih. Hal ini akan memicu sistem kekebalan tubuh untuk membentuk antibody terhadap infeksi
yang akan datang. Tetapi bila tonsil sudah tidak dapat menahan infeksi dari bakteri atau virus
tersebut maka akan timbul tonsillitis. Dalam beberapa kasus ditemukan 3 macam tonsillitis, yaitu
tonsillitis akut, tonsillitis membranosa, dan tonsillitis kronis. Oleh karena itu penting bagi
perawat untuk mempelajari patofisiologi, manifestasi klinis, prosedur diagnostik dan asuhan
keperawatan yang komprehensif pada klien tonsilitis beserta keluarganya.
Berdasarkan dari latar belakang diatas maka penulis mencoba untuk mengangkat kasus dengan
gangguan tonsillitis akut.
2. TUJUAN PENULISAN
Tujuan Khusus: Siswa mampu menerapkan masalah serta hambatan yang timbul dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Tonsilitis Akut.
Tujuan Umum :
b. Mampu mengelompokan data dan menganalisa data yang didapat dari pengkajian
e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan pada klien dengan
tonsillitis
3. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I : PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan Penulisan
3. Sistematika Penulisan
1. Definisi/ pengertian
2. Etiologi
3. Klasifikasi
4. Patofisiologi
5. Manifestasi Kinik
6. Komplikasi
7. Penatalaksanaan / Pengobatan
8. Diagnosa Keperawatan
9. Intervensi
1. Pengkajian
a. Biodata
b. Keluhan Utama
f. Pemeriksaan Fisik
g. Pemeriksaan Penunjang
h. Theraphy
2. Pengumpulan Data
3. Analisa Data
BAB IV : PEMBAHASAN
BAB V : PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian.
a. Tonsilitis adalah suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri berlangsung sekitar lima hari
dengan disertai disfagia dan demam (Megantara, Imam, 2006).
b. Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman streptococcus beta
hemolyticus, streptococcus viridons dan streptococcus pygenes, dapat juga disebabkan oleh virus
(Mansjoer, A. 2000).
c. Tonsilitis kronik merupakan hasil dari serangan tonsillitis akut yang berulang.
Tonsil tidak mampu untuk mengalami resolusi lengkap dari suatu serangan akut kripta
mempertahankan bahan purulenta dan kelenjar regional tetap membesar akhirnya tonsil
memperlihatkan pembesaran permanen dan gambaran karet busa, bentuk jaringan fibrosa,
mencegah pelepasan bahan infeksi (Sacharin, R.M. 1993).
d. Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A streptococcus
beta hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis lain atau oleh infeksi virus
(Hembing, 2004).
e. Tonsilitis adalah suatu peradangan pada hasil tonsil (amandel), yang sangat sering
ditemukan, terutama pada anak-anak (Firman sriyono, 2006, 2006).
f. Tonsilitis adalah inflamasi dari tonsil yang disebabkan oleh infeksi (Harnawatiaj, 2006).
2. Etiologi. Menurut Adams George (1999), tonsilitis bakterialis supuralis akut paling
sering disebabkan oleh streptokokus beta hemolitikus grup A.
a. Pneumococcus
b. Staphilococcus
c. Haemalphilus influenza
b. Streptococcus viridens.
c. Streptococcus pyogenes.
d. Staphilococcus.
e. Pneumococcus.
g. Virus.
h. Adenovirus.
i. ECHO.
j. Virus influenza serta herpes.
Menurut Firman S (2006), penyebabnya adalah infeksi bakteri streptococcus atau infeksi virus.
Tonsil berfungsi membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya sebagai tindakan
pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun virus, sehingga
membengkak dan meradang, menyebabkan tonsillitis.
3. Klasifikasi.
a. Tonsillitis akut.
b. Tonsilitis falikularis.
Tonsil membengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi eksudat diliputi bercak putih yang
mengisi kipti tonsil yang disebut detritus. Detritus ini terdapat leukosit, epitel yang terlepas
akibat peradangan dan sisa-sisa makanan yang tersangkut.
c. Tonsilitis Lakunaris.
Bila bercak yang berdekatan bersatu dan mengisi lacuna (lekuk-lekuk) permukaan tonsil.
Bila eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang membengkak tersebut menyerupai membran.
Membran ini biasanya mudah diangkat atau dibuang dan berwarna putih kekuning-kuningan.
e. Tonsilitis Kronik.
Tonsillitis yang berluang, faktor predisposisi : rangsangan kronik (rokok, makanan) pengaruh
cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat danhygiene mulut yang buruk.
4. Patofisiologi.
Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial
mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit poli
morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil yang berisi bercak kuning yang
disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas, suatu
tonsillitis akut dengan detritus disebut tonsillitis lakunaris, bila bercak detritus berdekatan
menjadi satu maka terjadi tonsillitis lakonaris.Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga
terbentuk membran semu (Pseudomembran), sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena
proses radang berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses
penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut sehingga
ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses ini meluas
sehingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengkapan dengan jaringan sekitar fosa
tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe submandibula.
5. Manifestasi Kinik.
Gejalanya berupa nyeri tenggorokan (yang semakin parah jika penderita menelan) nyeri
seringkali dirasakan ditelinga (karena tenggorokan dan telinga memiliki persyarafan yang
sama). Gejala lain :
a. Demam.
c. Sakit kepala.
d. Muntah.
c. Persarafan bau.
d. Pada pemeriksaan tonsil membesar dengan permukaan tidak rata, kriptus membesar dan
terisi detritus.
f. Mudah lelah.
g. Nyeri abdomen.
h. Pucat.
i. Letargi.
j. Nyeri kepala.
b. Lesu.
c. Nyeri sendi.
d. Odinafagia.
e. Anoreksia.
f. Otalgia.
h. Tonsil membengkak.
Gejala yang timbul sakit tenggorokan, demam, ngorok, dan kesulitan menelan.
a. Dimulai dengan sakit tenggorokan yang ringan hingga menjadi parah, sakit saat menelan,
kadang-kadang muntah.
b. Tonsil bengkak, panas, gatal, sakit pada otot dan sendi, nyeri pada seluruh badan,
kedinginan, sakit kepala dan sakit pada telinga.
c. Pada tonsilitis dapat mengakibatkan kekambuhan sakit tenggorokan dan keluar nanah
pada lekukan tonsil.
6. Komplikasi. Komplikasi tonsilitis akut dan kronik menurut Mansjoer, A (1999), yaitu :
a. Abses pertonsil. Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum
mole, abses ini terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh
streptococcus group A.
b. Otitis media akut. Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius
(eustochi) dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur spontan
gendang telinga.
c. Mastoiditis akut. Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke
dalam sel-sel mastoid.
d. Laringitis
e. Sinusitis
f. Rhinitis
a. Jika penyebabnya bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut) selama 10 hari,
jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan.
2) Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2 tahun.
3) Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3 tahun.
1) Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur atau obat
isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan eritromisin atau klindomisin.
3) Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari komplikasi kantung
selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan tenggorok 3x negatif.
4) Pemberian antipiretik.
2) Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi konservatif
tidak berhasil.
a. Perawatan Prabedah. Diberikan sedasi dan premedikasi, selain itu pasien juga
harus dipuasakan, membebaskan anak dari infeksi pernafasan bagian atas.
Metode apapun yang digunakan penting untuk mengangkat tonsil secara lengkap. Perdarahan
dikendalikan dengan menginsersi suatu pak kasa ke dalam ruang post nasal yang harus diangkat
setelah pembedahan. Perdarahan yang berlanjut dapat ditangani dengan mengadakan ligasi
pembuluh darah pada dasar tonsil.
c. Perawatan Paska-bedah
3) Diet
(1) Mendukung posisi untuk menelan potongan makanan yang besar (lebih nyaman dari ada
kepingan kecil).
b) Menawarkan makanan
(2) Refined sereal dan telur setengah matang biasanya lebih dapat dinikmati pada pagi hari
setelah perdarahan.
(3) Hindari jus jeruk, minuman panas, makanan kasar, atau banyak bumbu selama 1 minggu.
(1) Hindari latihan berlebihan, batuk, bersin, berdahak dan menyisi hidung segera selama 1-
2 minggu.
(2) Tinja mungkin seperti teh dalam beberapa hari karena darah yang tertelan.
(3) Tenggorokan tidak nyaman dapat sedikit bertambah antara hari ke-4 dan ke-8 setelah
operasi.
8. Diagnosa Keperawatan.
b. Post Operasi.
9. Intervensi.
Pre Operasi
Tujuan : Setelah dlakukan tindakan keperawatan terapi menelan selama 3 x24 jam diharapkan
tidak ada masalah dalam makan dengan skala 4 sehingga kerusakan menelan dapat diatasi.
Kriteria hasil :
a. Reflek makan
Skala :
1) Sangat bermasalah
2) Cukup bermasalah
3) Masalah sedang
4) Sedikit bermasalah
Intervensi :
c. Bantu pasien untuk memposisikan kepala fleksi ke depan untuk menyiapkan menelan.
d. Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan dan penenangan pasien selama makan /
minum obat.
Kriteria hasil :
Skala :
1) Ekstream.
2) Berat.
3) Sedang.
4) Ringan.
5) Tidak Ada.
Intervensi :
Kriteria hasil :
Skala :
2) Jarang dilakukan
3) Kadang-kadang dilakukan
4) Sering dilakukan
5) Selalu dilakukan
NOC : Termoregulasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan fever treatment selama 3 x 24 jam diharapkan
tidak ada masalah dalam suhu tubuh dengan skala 4 sehingga suhu tubuh kembali normal atau
turun.
Kriteria hasil :
Skala :
1) Ekstrem
2) Berat
3) Sedang
4) Ringan
5) Tidak ada
Kriteria hasil :
a. Ansietas berkurang
Skala :
2) Jarang dilakukan.
3) Kadang-kadang dilakukan.
4) Sering dilakukan.
5) Selalu dilakukan.
NIC : Pengurangan Cemas
c. Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan.(takhikardi, eskpresi
cemas non verbal)
Post Operasi
Kriteria hasil :
a. Melaporkan nyeri
b. Frekuensi nyeri.
c. Lamanya nyeri
Skala :
2) Jarang dilakukan
3) Kadang dilakukan
4) Sering dilakukan
5) Selalu dilakukan
NIC : Menejemen Nyeri
Intervensi :
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kontrol infeksi selama 3 x 24 jam diharapkan
tidak ada infeksi dengan skala 4 sehingga resiko infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil:
Keterangan Skala :
2) Jarang menunjukkan
3) Kadang menunjukkan
4) Sering menunjukkan
5) Selalu menunjukkan
Keterangan :
1 : Tidak mengetahui
2 : Terbatas pengetahuannya
3 : Sedikit mengetahui
4 : Banyak pengetahuannya
Evaluasi
Dx 1 : Kerusakan menelan berhubungan dengan proses inflamasi. Skala
a. Reflek makan 4
a. Ansietas berkurang 4
a. Melaporkan nyeri 4
b. Frekuensi nyeri. 4
c. Lamanya nyeri 4
TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian.
a. Biodata.
1) Identitas pasien :
b) Pangkat/Gol :- NRP/Nip :-
c) Kesatuan :-
e) Pendidikan : SD.
f) Agama : Islam.
2) Penanggung Jawab :
c. Riwayat penyakit sekarang :Pasien mengatakan bahwa sebelum masuk Rmah Sakit,
pasien sering radang pada tenggorokan dan badannya panas. Setelah meakukan pengkajian
mendapat data bahwa pasie mengatakan sakit pada tenggorokan, untuk berbicara susah, terasa
ada yang mengganjal di tenggorokan, untk menelan terasa sakit dan badan terasa lemas serta
sering tidur.
d. Riwayat penyakit dahulu : Pasien mengatakan bahwa belm pernah masuk Rumah
Sakit sebelumnya.
f. Pemeriksaan Fisik.
BB : 29 Kg.
TB : 134 Cm.
IMT : 16,15
Rambut : Penyebaran merata, tidak terdapat lesi, warna rambut hitam, tidak
mudah dicabut dan tidak ada ketombe.
Mata : Konjungtiva tidak anemis, skela tidak ikterik, warna mata hitam
kecoklatan dan tidak menggunakan alat bantu.
Hidung : Tidak terdapat polip, tidak ada secret dan penciuman normal.
Perkusi : Sonor.
Aukultasi :Tidak ada wheezing dan ronchi suara vesikuler.
Perkusi : Redup.
Perkusi : Tympani.
Genetalia : Tidak terdapat hemoloid, tidak ada penyakit kelamin, tidak ada
lesi, bersih dan tidak terasa nyeri.
Pengkajian Nyeri :
Q : Mengganjal.
R : Tenggorokan.
S : 7 (skala 0-10).
T : Terus-menerus.
g. Data Penunjang.
1) Laboraturium
6
WBC : 7,7 10³/mm³ (3,5-10,0) MCV : 8,5 Nm³ (80-97)
DIFF :
2) Rongent -
3) EKG -
h. Terapi.
1) Infus RL 16 TPm
2) Zibag 2 x 750
3) Kalinex 3 x ½
4) Dexa 3 x ½
5) Tramal 2 x ½
2. Pengumpulan Data.
DO a. TTV = TD = 100/70 S = 36
N = 84 RR = 20
d. Selama pengkajian klien masih belum mendapatkan diit kecuali ice cream.
3. Analisa Data.
DO :
P = saat menelan
Q = mengganjal
R = tenggorokan
S=7
T = terus-menerus
DIAGNOSA PERENCANAAN
IMPLEME
TGL/JAM KEPERAWA RENCANA EVALUASI PARAF
TUJUAN NTASI
TAN TINDAKAN
4. Membe
rikan cairan
DIAGNOSA PERENCANAAN
IMPLEME
TGL/JAM KEPERAWA RENCANA EVALUASI PARAF
TUJUAN NTASI
TAN TINDAKAN
7. 6.
Kolaborasi Memberi d
dengan orongan
vitamin individu
penambah untuk
nafsu makan. makan
khususnya
yang lunak.
7.
Berkolabora
si dengan
vitamin
penambah
nafsu
makan.
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis mampelajari tinjauan teori dan membandingkannya dengan tinjauan
kasus, maka penulis mendapat beberapa kesenjangan dan persamaan selama dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada an.N dengan penyakit Tonsilitisakut yang antara lain :
1. Pengkajian.
Selama dalam tahap pengkajian terhadap an.N baik dalam wawancara dan observasi tidak
menemui hambatan yang berarti . Hal in terjadi karena respon yang positif pasien terhadap
perawat dan dukungan dari keluarga pasien yang menginginkan pasien cepat sembuh.
Pengkajian yang dilakukan penulis meliputi pengumpulan data yang dbantu oleh pasien
itu sendiri dan info dari keluarga pasien serta status pasien yang berkolaborasi dengan Dokter
serta ahli gizi guna menangani pasien selama berada di Rumah sakit Dr. Soedjono Magelang.
Informasi tersebut benar adanya dengan keadaan yang dikatakan pasien dan keluarga
serta pemeriksaan pennjang lainnya. Setelah tanda-tanda tersebut didapat kemudian dirumuskan
diagnosa keparawatan pasien melalui analisa data dan didapatkan diagnosa keperawatan pasien
antara lain :
Ketiga diagnose di atas di dapatkan pada landasan teori, keadaan in menunjukkan bahwa
keadaan pasien benar mengalami penyakit Tonsitis Akut.
Dibandingkan denag diagnosa yang ada di teori, ada beberapa diagnose yang tidak muncul, yaitu
:
Kedua diagnosa tersebut tidak muncul karena pasien tidak mengalami tanda-tanda yang
menunjukkan gejala timbulnya masalah –masalah di atas seperti adanya adanya resiko tinggi
terhadap infeksi berhubungan denagn prosedur invasif dxan kurang pengetahuan tentang Diet
yang berhubungan denagn kurang informasi.
Dalam pengkajian dan perumusan diagnosa keperawatan perlu dilakukan hubungan interaksi
yang baik dan komunikasi terapoetik dengan pasien dan keluarga karena menimblkan perasaan
rendah diri pada pasien.
BAB V
PENUTUP
1. KESIMPULAN.
Seingga terjalin hubungan yang terapeutik antara perawat dan pasien serta keluarga. Hal
ini akan sangat membantu perawat dalam melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan
yang direncanakan berdasarkan masala yang dihadapi pasien. Karena masalah yang dihadapi
pasien sangat kompleks berhubungan dengan faktor interaksi pasien di masyarakat terhadap
pasien bila sudah dinyatakan sembuh dari Rumah Sakit.
Selama pengkajian hingga proses keperawatan pada pasien Tonsilitis Akutini, penlis
dapat memahami dan menerapkan pendekatan proses asuhan keperawatan. Penlis dapat
menyusun intervensi dan implementasi pada pasien penderita Tonsilitis Akut serta dapat
membuat diagnosa berdasarkan analisa data dan tinjauan teori. Setelah dilakukan proses
keperawatan , jadi apapun yang bersifat pengetahuan, hartusnya terlebih dahulu mengetahui dan
mempelajari teori, karena teori merupakan hasil penelitian dan pengamatan para ahli yang sudah
terpercaya. Denagn begitu penulis masih harus banyak belajar lagi sehingga mampu menerapkan
sistem pendokumentasian keperawatan yang benar dan nayta pada penderita Tonsilitis Akut.
2. SARAN.
Penulis menyadari bahwa penulis masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu
penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun bagi penlis.
Saran dapat berupa :
a. Untuk perawat dan tenaga medis agar selalu meningkatkan keprofesionalisme agar
mempercepat proses penyembuhan.
b. Untuk pasien diharapkan makan sedikit tapi sering, belajar gera aktif dan pasif untuk
mempercepat kesembuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Wilkinson, Judith.2000.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria
hasil NOC Edisi 7.Jakarta:EGC.
Posting Komentar
Mengenai Saya
Dewi Siti
Arsip Blog
▼ 2015 (2)
o ▼ Januari (2)
I.PENGKAJIAN
A.Identitas
1.Identitas Klien
Nama : An. R
Umur : 9 tahun
Anak ke :2
Pendidikan :-
Suku/bangsa : Sunda/Indonesia
NO.MED.REC : 205694
Ruang/kamar : Raflesia/ II
Nama : Tn. D
Umur : 46 tahun
Pendididkan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama :
Klien mengatakan nyeri menelan. Nyeri yang di rasakan klien hanya di daerah tenggorokan.
Pasien datang ke rumah sakit tanggal 26 september 2012 dan di rawat di ruang raflesia kamar II.
Pada saat di kaji tanggal 27 september 2012 klien mengeluh nyeri menelan. Nyeri bertambah
hebat jika klien makan atau minum, tenggorokan klien terasa nyeri.
Ibu klien mengatakan bahwa klien mengalami penyakit ini sejak 1 tahun yang lalu, dan belum
pernah melakukan tindakan operasi di Rumah Sakit.
Klien mengatakan di keluarga nya tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan klien.
C.Keadaan Umum
2. Kesadaran :
Kualitas : Composmentis
4. TTV
T =36,40 C
P = 80x/menit
R = 20x/menit
S = 100/80 mmHg
D. Pemeriksaan Fisik
2. Mata
Bentuk simetris, konjungtiva merah muda,sklera mata putih,tidak memakai alat bantu
penglihatan,lapang pandang baik,tidak ada keluhan.
3. Hidung
4. Telinga
5. Oral Cavity
Mukosa bibir kering, kondisi gigi kurang bersih,tonsil klien terlihat membesar.
6. Leher
Tidak ada pembesaran KGB, tidak ada pembesaran tyroid,pergerakan leher baik.
7. Dada
8. Abdomen
Bentuk simetris,tidak ada nyeri tidak ada keluhan.
9. Genetalia
Tidak terpasang DC
Kekuatan maksimal.
5 5
12. Integumen
Keadaan kulit bersih, tidak terdapat lesi dan keadaan kulit lembab.
E. Pola Aktivitas
*Nutrisi
Pantangan - -
Keluhan - -
*Cairan
Kualitas - -
3. Eliminasi
*BAB
*BAK
Keluhan - -
4. Personal Hygiene
F. Data Penunjang
1. Data fsikologis
Klien terlihat stabil,persepsi terhadap penyakit ia yakin dan optimis akan kesembuhan
penyakitnya.
2. Data sosial
Hubungan klien dengan lingkungan rumah sakit dan tenaga kesehatan baik,serta dukungan
keluarga sangat penuh untuk kesembuhan klien.
3. Data spiritual
4. Data ekonomi
6. Pemeriksaan Laboraturium
Hematokrit 39 P40-48,w37-43%
Eosinofil 3 0-1%
Basofil 0 1-4%
Batang 0 2-5%
Segmen 62 40-70%
Limfosit 31 19-48%
Monosit 4 3-9%
Gol darah B
G. Therapi
Infus RL 15 gtt/menit
Cefotaxime 2x500 mg IV
Plasminex 2x250 mg IV
H. Analisa Data
NO Tgl/jam Data Penyebab Masalah
Terjadinya
peradangan pada
tonsil
Tindakan
pembeda
han
Luka insisi
Nyeri
2. DS : - Klien mengeluh nyeri Operatif Resiko tinggi
pada daerah post op Invasif infeksi
Penyebaran Kuman
Resti Infeksi
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penyebaran kuman akibat invasif pasca operatif.
-Antibiotik
dapat
mencegah
sekaligus
membunuh
kuman
penyakit untuk
berkembang
biak.
3. Kolaborasi
dengan dokter
pemberian
antibiotik.
Hasil :
Klien terlihat
2. Menganjurkan teknik tenang.
relaksasi dan distraksi.
3.Berkolaborasi dengan Respon :
dokter pemberian
analgetik. Therapi obat
masuk.
Hasil :
2.Mengobservasi TTV.
T = 36,20C
P =80x/menit
R =22x/menit
S =100/80
mmHg.
V. EVALUASI KEPERAWATAN
OVA FAUZIYAH
CIAMIS
TONSILITIS AKUT
(TONSILEKTOMI)
A. Pengertian
Tonsilitis adalah terdapatnya peradangan umum dan pembengkakan dari jaringan tonsil
dengan pengumpulan lekosit, el-sel epitel mati dan bakteri patogen dalam kripta (Adam
Boeis, 1994: 330).
Tonsilektomi adalah suatu tindakan invasif yang dilakukan untuk mengambil tonsil
dengan atau tanpa adenoid (Adam Boeis, 1994: 337).
B. Etiologi
2. Pneumokokus.
3. Stafilokokus.
4. Haemofilus influezae.
C. Pathofisiologi
5. Nekrosis jaringan.
D. Gejala-gejala
3. Malaise.
4. Demam.
5. Nafas bau.
E. Penatalaksanaan
1. Tirah baring.
4. Apabila tidak ada kemajuan maka alternatif tindakan yang dapat di lakukan adalah
pembedahan.
1. Indikasi absolut
a. Timbulnya kor pulmonale akibat adanya obstruksi jalan nafas yang kronis.
b. Hipertrofi tonsil atau adenoid dengan sindroma apnea pada waktu tidur.
c. Hipertrofi yang berlebihan yang mengakibatkan disfagia dan penurunan berat badan
sebagai penyertanya.
e. Abses peritonsilaris berulang atau abses yang meluas pada jaringan sekitarnya.
2. Indikasi relatif
Seluruh indikasi lain untuk tindakan tonsilektomi di anggap sebagai indikasi relatif.
G. Kontraindikasi
2. Asma.
4. Sinusitis.
I. Pengkajian
2. Peredaradan darah
Palpitasi, sakit kepala pada saat melakukan perubahan posisi, penurunan tekanan darah,
bradikardi, tubuh teraba dingin, ekstrimitas tampak pucat.
3. Eliminasi
Perubahan pola eliminasi (inkontinensia uri/ alvi), distensi abdomen, menghilangnya bising
usus.
4. Aktivitas/ istirahat
Terdapat penurunan aktivitas karena kelemahan tubuh, kehilangan sensasi atau parese/
plegia, mudah lelah, sulit dalam beristirahat karena kejang otot atau spasme dan nyeri.
Menurunnya tingkat kesadaran, menurunnya kekuatan otot, kelemahan tubuh secara
umum.
Anoreksia, mual muntah akibat peningkatan TIK (tekanan intra kranial), gangguan
menelan, dan kehilangan sensasi pada lidah.
6. Persarafan
Pusing/ syncope, nyeri kepala, menurunnya luas lapang pandang/ pandangan kabur,
menurunnya sensasi raba terutama pada daerah muka dan ekstrimitas. Status mental
koma, kelmahan pada ekstrimitas, paralise otot wajah, afasia, pupil dilatasi, penurunan
pendengaran.
7. Kenyamanan
8. Pernafasan
Nafas yang memendek, ketidakmampuan dalam bernafas, apnea, timbulnya periode apnea
dalam pola nafas.
9. Keamanan
10. Psikolgis
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kerusakan jaringan atau trauma pada
pusat pernafasan
Tujuan: Pasien menunjukkan kemampuan dalam melakukan pernafasan secara adekuat dengan
memperlihatkan hasil blood gas yang stabil dan baik serta hilangnya tanda-tanda distress
pernafasan.
Rencana tindakan:
a. Bebaskan jalan nafas secara paten (pertahankan posisi kepala dalam keadaan sejajar
dengan tulang belakang/ sesuai indikasi).
Tujuan: Pasien menunjukan adanya peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas fisik.
Rencana tindakan:
a. Kaji kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas.
b. Ajarkan pada pasien tentang rentang gerak yang masih dapat di lakukan.
c. Lakukan latihan secara aktif dan pasif pada akstrimitas untuk mencegah kekakuan otot
dan atrofi.
3. Penurunan perfusi jaringan otak berhubungan dengan edema cerebri, perdarahan pada
otak.
Tujuan: Pasien menunjukan adanya peningkatan kesadaran, kognitif dan fungsi sensori.
Rencana tindakan:
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya trauma secara fisik
Tujuan: Pasien mengungkapkan nyeri sudah berkurang dan menunjukkan suatu keadaan yang
relaks dan tenang.
Rencana tindakan:
a. Kaji tingkat atau derajat nyeri yang di rasakan oleh pasien dengan menggunakan skala.
b. Bantu pasien dalam mencarai faktor presipitasi dari nyeri yang di rasakan.
5. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan efek dari kerusakan pada area
bicara pada himisfer otak.
Tujuan: Pasien mampu melakukan komunikasi untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dan
menunjukan peningkatan kemampuan dalam melakukan komunikasi.
Rencana tindakan:
a. Lakukan komunkasi dengan pasien (sering tetapi pendek serta mudah di pahami).
f. Observasi kemampuan pasien dalam melakukan komunikasi baik verbal maupun non
verbal.
Rencana tindakan:
Tujuan: Pasien menunjukkan kemampuan dalam melakukan eliminasi (defekasi/ uri) secara
normal sesuai dengan kebiasaan pasien.
Rencana tindakan:
8. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sirkulasi perifer yang
tidak adekuat, adanya edema, imobilisasi.
Rencana tindakan:
a. Kaji keadaan kulit dan lokasi yang biasanya terjadi luka atau lecet.
b. Anjurkan pada keluarga agar menjaga keadan kulit tetap kering dan bersih.
DAFTAR PUSTAKA
Junadi, Purnawan, 1982, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Price, Sylvia Anderson, 1985, Pathofisiologi Konsep klinik proses-proses penyakit, Jakarta: EGC.
DOKUMENTASI KHUSUS
KANKER TULANG
IKLAN
ANALYTICS
MENTIONS
PREMIUM
18
UPLOADED BY
Septiawan Putra
VIEWS
3,410
INFO
more
DOWNLOADED
NoDataEtiologiMsalah1
INTRA OPERASINoDataEtiologiMsalah1
S :Tak terkajiO :Klien terpasang OPAKien tidak sadar Pasien terlentang selama 40
menit.P :14 x/menitTd : 111/ 65N : 75SAT : 86 %Efek dari anastesiumumKetidak efektifan jalan
nafas
POST OPERASINoDataEtiologiMsalah
S :Klien mengatakan nyeri pada bekas operasiO :Klien tampak menahan sakitKlien
meringisKlien tampak gelisahTd : 130/85N : 84P : 18 x/menitSAT : 95
%Bekas luka operasiNyeri akut
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pre operasi· Cemas berhubungan dengan akan di lakukannya tindakan opersi2. Intra operasi·
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d efek anastesi3. Post operasi· Nyeri b.d adanya luka bekas o
perasi
PenurunanKecemasan
Tujuan :
napas tidaksesak
Kriteria hasil :
S:
tak terkaji
O:
A:
P:
Intervensi di lanjutkan
INTERVENSI KEPERAWATA POST OPERASIDiagnosaNocNicImplementasiEvaluasi
Nyeri b.dadanya lukabekasoperasi
Kriteria hasil :
S:
O:
A:
P:
intervensi di lanjutkan
RELATED PAPERS
By Ahmad Suhir
Download
Bookmark
BAB III TINJAUAN KASUS
By Slamet Riadi
Download
Bookmark
By Ari Wayhu
Download
Bookmark
7 MORE
Nurleli Kurniati
SHARE
About
Blog
People
Papers
Job Board
Advertise
We're Hiring!
Help Center
Terms
Privacy
Copyright
Academia ©2018