Vous êtes sur la page 1sur 6

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No.

1, (2013) 1-6 1

Studi Hidrolika Aliran Di Sekitar Jembatan


Pagerluyung Desa Gedek,Mojokerto Dengan
Model Matematik Satu Dimensi
Ahmad Sholahuddin Fayumi, Dr.techn. Umboro Lasminto, ST., MSc.
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: umboro@ce.its.ac.id

Abstrak - Studi hidrolika aliran di sekitar rencana Jembatan saluran di sekitar pilar jembatan terjadi scouring (gerusan),
Pagerluyung di Desa Gedek, Mojokerto ini dilakukan untuk maka gerusan tersebut tidak mencapai kedalaman yang
menanggulangi masalah gerusan akibat adanya rencana membahayakan kestabilan pilar.
struktur jembatan lebih tepatnya gerusan di sekitar pilar dan Karena itu tidak hanya kajian struktur saja yang
akibat penyempitan penampang sungai. Untuk menanggulangi diperlukan, namun juga diperlukan kajian hidrodinamika
gerusan tersebut yang bisa mengakibatkan kelongsoran tebing aliran sungai dan pengaruh keberadaan struktur jembatan
di sekitar rencana jembatan diperlukan bangunan pengendali tersebut terhadap aliran sungai. Maka diperlukan adanya
gerusan pada pilar dan tebing. analisa scouring pada penampang dan pilar jembatan terhadap
Metodologi dalam Tugas Akhir ini, pertama kali aliran sungai di wilayah studi.
dilakukan analisa hidrologi, analisa hidrolika, dan desain Setelah mendapatkan kedalaman gerusan yang terjadi,
revertmen (perkuatan lereng). Analisa hidrologi digunakan bisa direncanakan bangunan penahan gerusan pada daerah
untuk menentukan debit andalan 80% dengan metode statistic sekitar rencana jembatan. Untuk dapat mencegah atau
duration curve dan debit rencana dengan metode Gumbel. mengurangi gerusan yang terjadi.
Analisa hirolika meliputi analisa kapasitas penampang Lokasi rencana jembatan yang melintas Sungai Brantas
saluran, kecepatan aliran, dan gerusan yang terjadi di pilar terletak di Desa Gedeg, Kabupaten Mojokerto, seperti
jembatan dengan program bantu Hec-Ras, dan perhitungan ditunjukkan pada gambar 1 berikut ini:
analitik gerusan terhadap pilar. Desain revertmen meliputi
menghitung kestabilan tebing, menentukan struktur pengaman
tebing dan pengaman pilar jembatan.
Dalam Tugas Akhir ini digunakan bangunan
pengaman pasangan batu dengan batu berdiameter rata-rata
15 cm. Penggunaan ini dipertimbangkan karena mudahnya
memperoleh material yang tersedia. Diharapkan dengan
adanya penanggulangan tersebut kerusakan akibat gerusan di
sekitar rencana jembatan dapat diminimalisir sehingga
kerugian yang ditimbulkan tidak terjadi.
LOKASI
Kata kunci: Gerusan, Pilar, Revetmen, Brantas RENCANA
JEMBATAN
1. PENDAHULUAN

D ewasa ini pertumbuhan ekonomi menuntut Gambar 1 Lokasi rencana Jembatan Pagerluyung,
pertumbuhan dan percepatan pemenuhan fasilitas Desa Gedek, Mojokerto
infrastruktur. Salah satu kebutuhan insfrastruktur yang
diperlukan adalah kebutuhan akan fasilitas jalan raya, 2. TUJUAN
khususnya jalan tol. Rencana pembangunan Jalan Tol 1. Mengetahui kondisi eksiting Sungai Brantas di
Kertosono – Mojokerto sebagai lanjutan dari Jalan Tol sekitar rencana jembatan.
Surabaya – Mojokerto yang merupakan salah satu realisasi 2. Mengetahui kondisi aliran Sungai Brantas sebelum
kebutuhan infrastruktur jalan tersebut. dan sesudah adanya struktur jembatan dengan
Alinemen jalan tol Kertosono – Mojokerto tersebut Qrencana di sekitar rencana jembatan.
memotong kali Brantas, di Desa Gedeg, Mojokerto. Oleh 3. Memprediksi kedalaman gerusan yang terjadi
karena itu, direncanakan sebuah jembatan yang melintang di disekitar rencana jembatan dengan metode matematik
sungai tersebut. Umumnya pada jembatan memerlukan 1 dimensi.
struktur pilar untuk menopangnya. Pilar yang ditanam pada 4. Dapat mendesain bangunan penahan gerusan.
dasar sungai memerlukan kretiria desain. Sehingga bila dasar
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 2

3. METODOLOGI Jumlah data (n) adalah sebanyak 751 hari, jadi 𝑛𝑛 = 751
𝐾𝐾 = 1 + 3,3322 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙751
STA 𝐾𝐾 = 10,599 ≈ 11
Interval debit metode statistik duration curve
𝑅𝑅 1451
= = 131,909 ≈ 132
Data Sekunder 𝐾𝐾 11
- Data topografi sungai
- Data debit
- Long section dan Cross section
sungai
- Data sedimen

Analisa Hidrologi

Gambar 2 Grafik Duration Curve

Pemodelan Hec-Ras Untuk menentukan besarnya debit dominan 80% dari


steady flow duration curve tersebut, bisa diperoleh rumus dari trendline:
𝑦𝑦 = 943𝑒𝑒 −0,028𝑥𝑥
Dimana 𝑦𝑦 adalah debit (m3/dt) dan 𝑥𝑥 adalah prosentase,
maka:
Kondisi Kondisi Setelah
𝑄𝑄80 = 943𝑒𝑒 −0,028𝑥𝑥80
Adanya Rencana = 100,495 𝑚𝑚3 /𝑑𝑑𝑑𝑑
Jembatan Untuk menghitung debit periode ulang ini digunakan
metode Gumbel. Adapun langkah perhitungan adalah sebagai
Pemodel berikut:
Perhitung Rata-rata debit maksimum yang terjadi setiap bulan
an Hec-
an Manual
Ras
Scouring 𝑋𝑋𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 2 = 714,960 𝑚𝑚3 /𝑑𝑑𝑑𝑑
Scouring
∑(𝑋𝑋𝑖𝑖 − 𝑋𝑋)2 = 4512289 (𝑚𝑚3 /𝑑𝑑𝑑𝑑)2
4512289
Standart deviasi 𝜎𝜎𝑁𝑁−1 � = 433,604
Analisa 25−1
Analisa Hasil
Hasil Kedalaman Perhitungan debit periode ulang
Hidrolika Scouring 𝑇𝑇 = 2 𝑡𝑡𝑡𝑡ℎ𝑢𝑢𝑢𝑢
Aliran
2
𝑌𝑌2 = −𝑙𝑙𝑙𝑙 �𝑙𝑙𝑙𝑙. � = 0,366
2−1
Desain Karena harga 𝑛𝑛 untuk metode Gumbel terbatas sampai
Bangunan 100 saja, maka untuk menghitung 𝑛𝑛 > 100 digunakan
Riprap
persamaan berikut:
0,366 − 0,577
NOT 𝐾𝐾2 = = −0,165
1,2825
Kontrol Debit periode ulang 2 tahun (𝑋𝑋2) diperoleh dengan
Stabilitas persamaan 2.4
𝑋𝑋2 = 714,960 − 0,165.433,604 = 643,622 𝑚𝑚3 /𝑑𝑑𝑑𝑑
OK

Kesimpulan Tabel 1 Hasil perhitungan debit rencana


periode ulang
Periode Ulang 𝑌𝑌𝑇𝑇 𝐾𝐾𝑇𝑇 𝑋𝑋𝑇𝑇
FINI
SH
(tahun) (𝑚𝑚3 /𝑑𝑑𝑑𝑑)
2 0,37 -0,165 643,622
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 5 1,50 0,72 1027,019
1. Analisa Hirologi 10 2,25 1,30 1280,589
Data maksimum hasil pengukuran diatas adalah sebesar
25 3,20 2,05 1601,776
1482 m3/dt dan debit minimum hasil pengukuran diatas
50 3,90 2,59 1838,441
sebesar 31 m3/dt. Kemudian kita menghitung R, dimana R
100 4,60 3,14 2075,106
adalah selisih antara debit maksimum dan debit minimum.
𝑅𝑅 = 1482 − 31 = 1451 𝑚𝑚3 /𝑑𝑑𝑑𝑑 2. Analisa Hidrolika
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 3

Anhsumsi yang digunakan dalam melakukan analisa Panjang pilar: 34,60 m


dengan program bantu Hec-Ras ini adalah:
1. Kondisi sungai yang diamati sama dengan kondisi
dari data yang ada.
2. Analisa hanya menggunakan steady flow.
3. Angka koefesien manning yang dipakai sesuai
dengan kondisi eksiting sungai.
4. Debit yang digunakan pada tabel 1.
5. Untuk pemodelan scouring akan digunakan debit
periode ulang 2, 5, 10, 25, 50, 100 tahun. Gambar 2 Hasil output gerusan pada Hec-Ras

Pemodelan dilakukan dua kali kondisi, dimana kondisi Tabel 4 Kedalaman gerusan pemodelan pada Hec-Ras
eksiting sebelum adanya struktur jembatan dan kondisi setelah
adanya struktur jembatan.
Hasil output dari Hec-Ras untuk debit periode ulang
100 tahun sebagai berikut:
Tabel 2 Hasil output profil kondisi eksiting
dengan debit banjir periode ulang 100 tahun
Elevasi Tinggi Kecepatan Luas
Profil Kedalaman Angka
minimum muka air rata-rata penampang
penampang Froude
m m m m/dt m2
A2 14.07 22.64 8.57 2.14 1017.79 0.27
A1 14.14 22.63 8.49 2.16 1011.44 0.27 Kedalaman gerusan juga dihitung dalam perhitungan
A0 14.10 22.57 8.47 2.34 930.75 0.30 analitik dengan menggunakan berbagai rumus sebagai berikut:
P1 14.05 22.57 8.52 2.33 934.71 0.30
P2 14.24 22.56 8.32 2.31 945.24 0.30
𝑄𝑄2 = 643,622 𝑚𝑚3 /𝑑𝑑𝑑𝑑
P3 14.30 22.49 8.19 2.54 855.18 0.34 𝑢𝑢2 = 1,04 𝑚𝑚/𝑑𝑑𝑑𝑑
P4
P5
14.29
14.19
22.48
22.51
8.19
8.32
2.50
2.22
871.76
982.58
0.33
0.28
𝛾𝛾𝑠𝑠 = 𝛾𝛾𝑑𝑑 + 𝛾𝛾𝑤𝑤 = 1,3 + 1 = 2,3 𝑡𝑡/𝑚𝑚3
P6 14.19 22.50 8.31 2.25 970.61 0.28 𝐷𝐷𝐷𝐷 = 0,13 𝑚𝑚𝑚𝑚
upstream
14.67 22.45 7.78 2.41 908.87 0.30 𝑎𝑎 = 5,5 𝑚𝑚
jembatan lama
downstream • Cartens, 1996
jembatan lama
14.34 22.46 8.12 2.28 960.95 0.27 𝑢𝑢
P7 13.09 22.48 9.39 2.14 1022.81 0.26 𝑁𝑁𝑁𝑁 =
𝛾𝛾𝛾𝛾
P8 14.36 22.44 8.08 2.15 964.48 0.28 �� − 1� 𝑔𝑔. 𝐷𝐷𝐷𝐷
𝛾𝛾
1,04
Tabel 3 Hasil output profilkondisi setelah adanya rencana 𝑁𝑁𝑁𝑁 =
jembatandengan debit periode ulang 100 tahun 2,3
�� − 1� 9,8.0,13
Elevasi Tinggi Kecepatan Luas 1
Profil Kedalaman Angka
minimum muka air rata-rata penampang 𝑁𝑁𝑁𝑁 = 2,30
penampang Froude
m m m m/dt m2
A2 14.07 22.66 8.59 2.14 1020.81 0.27
5/6
A1 14.14 22.65 8.51 2.15 1014.43 0.27 𝑆𝑆𝑆𝑆 𝑁𝑁𝑁𝑁 2 − 1,64
upstream = 0,546 � 2 �
jembatan baru
15.50 22.57 7.07 2.27 959.09 0.30 𝐷𝐷 𝑁𝑁𝑁𝑁 − 5,02
downstream 5/6
jembatan baru
15.63 22.52 6.89 2.38 915.83 0.31 𝑆𝑆𝑆𝑆 2,302 − 1,64
= 0,546 � �
P5 14.19 22.51 8.32 2.22 982.58 0.28 5,5 2,302 − 5,02
P6 14.19 22.50 8.31 2.25 970.61 0.28
upstream
𝑆𝑆𝑆𝑆 = 0,18. 5,5 = 1,02 𝑚𝑚
14.19 22.45 8.26 2.41 908.87 0.30
jembatan lama
downstream
13.12 22.46 9.34 2.28 960.95 0.27 • Alvarez dan Sanches, 1964
jembatan lama
P7 13.09 22.48 9.39 2.14 1022.81 0.26 𝑆𝑆𝑆𝑆 𝑢𝑢2 30. 𝐷𝐷𝐷𝐷
= 𝐾𝐾1 . 𝐾𝐾2 −
P8 14.36 22.44 8.08 2.27 964.48 0.28
𝑎𝑎 𝑔𝑔. 𝑎𝑎 𝑎𝑎
𝑆𝑆𝑆𝑆 1,042 30.0,13
Pada tabel 4.2 sampai dengan tabel 4.3 dapat diketahui = 10.1 −
bahwa terjadi perubahan kecepatan pada profil penampang 5,5 9,8.5,5 5,5
sungai A1 ke upstream jembatan baru ± 0.10 m/dt 𝑆𝑆𝑆𝑆 = 0,20. 5,5 = 1,09 𝑚𝑚
dikarenakan terjadi penyempitan (contraction) penampang
karena struktur pilar pada jembatan tersebut. • Breauser, 1966
𝑆𝑆𝑆𝑆 = 1,4. 𝑎𝑎
3. Analisa Scouring (Gerusan) 𝑆𝑆𝑆𝑆 = 1,4. 5,5 = 7,7 𝑚𝑚
Pemodelan menggunakan Hec-Ras dengan data sebagai
berikut: • Laras, 1963
Butiran sedimen: 0,13 mm 𝑆𝑆𝑆𝑆 = 142. 𝑘𝑘. 𝑎𝑎0,75
Lebar pilar: 5,5 m
𝑆𝑆𝑆𝑆 = 142. 1. 5,50,75
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 4

𝑆𝑆𝑆𝑆 = 509,99𝑐𝑐𝑐𝑐 ≈ 5,1 𝑚𝑚 Sudut kemiringan rata-rata tiap bidang luncur:


𝑎𝑎 = 16,71°
• Neil, 1973 𝑁𝑁 = 𝐴𝐴. 𝛾𝛾. cos 𝑎𝑎 = 9,08. 1,3. 0,94 = 11,30 t/m
𝑆𝑆𝑆𝑆 = 𝑘𝑘. 𝑎𝑎 𝑁𝑁𝑁𝑁 = 𝐴𝐴. 𝛾𝛾. sin 𝑎𝑎. 𝑒𝑒 = 9,08. 1,3. 0,33. 0,15
𝑆𝑆𝑆𝑆 = 1,5 . 5,5 = 6,85 𝑚𝑚 = 0,51 t/m
𝑇𝑇 = 𝐴𝐴. 𝛾𝛾. sin 𝑎𝑎 = 9,08. 1,3. 0,33 = 3,93 t/m
Jadi hasil dari semua perhitungan gerusan dari beberapa 𝑇𝑇𝑇𝑇 = 𝐴𝐴. 𝛾𝛾. cos 𝑎𝑎. 𝑒𝑒 = 9,08. 1,3. 0,94. 0,15
metode diatas didapatkan rata-rata yaitu: = 1,70 t/m
� = 1,02+1,09+7,7+5,1+6,85 = 21,76/5 = 4,35 m
𝑆𝑆𝑆𝑆 𝑈𝑈 = 𝑢𝑢. 𝑏𝑏/ cos 𝑎𝑎 = 6.42. 2,68/ 0,94 = 17,98 t/m

Tabel 5 Kedalaman gerusan perhitungan analitik Untuk pias 2 sampai pias 8 digunakan perhitungan
yang sama dengan perhitungan pias 1, sehingga
diperoleh:

Σ𝑁𝑁 = 87,05 t/m


Σ𝑁𝑁𝑁𝑁 = 3,92 t/m
Σ𝑇𝑇 = 29,13 t/m
Σ𝑇𝑇𝑇𝑇 = 13,06 t/m
Σ𝑈𝑈 = 125,90 t/m
𝑏𝑏 2,68
𝐶𝐶 = 𝑐𝑐. = 1,3. =8
cos 𝑎𝑎 0,96
4. Analisa Kelongsoran Tanah Tebing Sungai
Σ[𝐶𝐶 𝐿𝐿 + (𝑁𝑁 − 𝑈𝑈 − 𝑁𝑁𝑁𝑁)𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡∅]
Perhitungan kelongsoran tanah tebing sungai metode 𝐹𝐹𝐹𝐹 =
irisan bidang luncur bundar. Karena keterbatasan data yang Σ(𝑇𝑇 + 𝑇𝑇𝑇𝑇)
diperoleh, sehingga data tanah pada tebing diasumsikan
dengan melihat kondisi tanah yang dominan adalah tanah 8. 21,46 + (87,05 − 125,90 − 3,92) 0,67
𝐹𝐹𝐹𝐹 =
lanau. 29,13 + 13,06
Angka kohesi tanah : 3 t/m2 𝐹𝐹𝐹𝐹 = 3,86
Berat volume tanah : 𝛾𝛾𝑑𝑑 = 1,3 t/m3
Sudut geser dalam tanah : 34° Kondisi lereng ini bisa dikatakan stabil karena
Tekanan air pori U : 𝛾𝛾𝑤𝑤 . ℎ = 1. 6,42 = 6,42t/m2 persyaratan 𝐹𝐹𝐹𝐹 adalah lebih besar dari 1,2.
Intensitas seismic horizontal 𝑒𝑒 = 0,15
Kedalaman diukur dari muka air pada saat debit Tabel 6 Stabilitas tanah tebing sungai
dominan 80% karena debit tersebut sudah mewakili 80% debit
yang sering melewati penampang sungai tersebut. Perhitungan
kestabilan tanah hanya di hitung pada penampang A1, A2,
Jembatan Baru, P5, dan P6.
• Penampang A1 sisi utara
Data kemiringan tebing sungai:
𝑛𝑛 = 2 : 1
𝜑𝜑 = 24°
𝑅𝑅 = 13,17 m
𝐿𝐿 = 21,46 m

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa tanah tebing


Sungai Brantas yang ditinjau aman dari bahaya kelongsoran.

5. Perencanaaan Desain Perkuatan lereng


Desain perkuatan lereng yang digunakan adalah
pasangan batu dengan diameter batu 15 cm kemiringan lereng
di sebelah utara 2:1 dan disebelah selatan 3:1 menyesuaikan
dengan kondisi lapangan yang ada. Struktur dinding
pengaman membentang dari penampang A1 sampai dengan P6
Gambar 3 Bidang longsor A1 sisi utara dengan panjang total 160 m di bagian utara dan 160 m di
bagian selatan. Dibagi tiap segmen sepanjang 20 m.
Luas pias: 𝐴𝐴 = 9,08 m2 Struktur dapat dilihat pada gambar 4.34 berikut:
Lebar masing-masing pias: 𝑏𝑏 = 2,68 m
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 5

Jadi 𝑊𝑊total untuk struktur dinding pengaman bagian selatan


adalah 31,60 t/m.

Σ𝐻𝐻 : 0,5. 𝛾𝛾air. h. t = 0,5. 1. 6,42. 6,42


= 13,80 t
Σ𝑉𝑉 : 𝑐𝑐. 𝑏𝑏 + 𝑊𝑊. 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 = 3. 2 + 31,60. 0,67
= 27,17 t/m
Σ𝑉𝑉 27,17
= = 2,0 > 1,5 ….OK
Σ𝐻𝐻 13,80

Gambar 4 Struktur dinding pengaman Hasil perhitungan diatas menyebutkan bahwa struktur dinding
tampak samping pengaman aman dari stabilitas geser.

5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan
kesimpulan sebagai berikut:
1. Kondisi morfologi sungai di sekitar rencana jembatan
yaitu pada profil penampang A2 sampai P8 dominan
saluran alami dengan lebar rata-rata 168 m. Pada hilir
lokasi studi terdapat checkdam dan juga terdapat
struktur Jembatan Pagerluyung Lama.
Gambar 5 Potongan A-A struktur dinding pengaman
2. Kondisi aliran sungai dengan debit banjir periode ulang
Sebagai contoh untuk kontrol kestabilan dinding 100 tahun sebelum adanya rencana jembatan terjadi
pengaman, kecepatan rata-rata di sekitar rencana jembatan sebesar
yaitu kontrol geser. Berikut perhitungan kontrol stabilitas 2,25 m/dt dengan kedalaman rata-rata 8,03 m.
geser dinding pengaman: Sedangkan kondisi sungai setelah adanya rencana
jembatan terjadi kecepatan rata-rata di sekitar jembatan
Perhitungan berat struktur:
sebesar 2,30 m/dt dengan kedalaman rata-rata 8,37 m.
Bagian utara
1. Pasangan batu Terdapat kenaikan kecepatan aliran sebesar 0,05 m/dt
𝛾𝛾 batu : 2,6 t/m3 setelah adanya rencana jembatan dan terdapat
tebal : 0,4 m penurunan kedalaman sebesar 0,34 m.
𝑊𝑊 : 𝛾𝛾. a. t = 2,6. 16. 0,4 = 16,64 t/m 3. Pada pemodelan Hec-Ras rata-rata total gerusan dengan
2. Pasir urug debit periode ulang 100 tahun yang terjadi akibat
𝛾𝛾 sirtu : 1,8 t/m3 adanya pilar dan penyempitan penampang sungai
tebal : 0,3 m
sebesar 7,36 m. Dan pada perhitungan manual, rata-rata
𝑊𝑊 : 𝛾𝛾. a. t = 1,8. 16. 0,3 = 8,64 t/m
gerusan yang terjadi sebesar 6,52 m.
Jadi 𝑊𝑊total untuk struktur dinding pengaman bagian utara 4. Perlindungan gerusan untuk pilar direncanakan
adalah 25,28 t/m. menggunakan pasangan batupada tebing sungai. Pada
pilar sebelah utara karena struktur pilar menjorok ke
Σ𝐻𝐻 : 0,5. 𝛾𝛾air. h. t = 0,5. 1. 6,42. 6,42 dalam sungai sehingga diperlukan perlindungan
= 13,80 t timbunan tanah pada daerah sekitar pilar, sedangkan
Σ𝑉𝑉 : 𝑐𝑐. 𝑏𝑏 + 𝑊𝑊. 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 = 3. 2 + 25,28. 0,67
pada pilar sebelah selatan hanya perlindungan pada
= 25,44 t/m
Σ𝑉𝑉 25,44 tebing saja.
= = 1,84 > 1,5 ….OK
Σ𝐻𝐻 13,80 5. Dimensi batuan pada perlindungan tebing digunakan
batuan dengan diameter rata-rata 15 cm.
Bagian selatan
1. Pasangan batu DAFTAR PUSTAKA
𝛾𝛾 batu : 2,6 t/m3 Departemen Pekerjaan Umum. 1986. Standart Perencanaan
tebal : 0,4 m Irigasi.
𝑊𝑊 : 𝛾𝛾. a. t = 2,6. 20. 0,4 = 20,80 t/m Departemen Pekerjaan Umum. 1990. Petunjuk Desain
2. Pasir urug Permukaan Jalan.
𝛾𝛾 sirtu : 1,8 t/m3 Gary W. Brunner. 2008. HEC-RAS Reference Manual 4.0.
tebal : 0,3 m Ir Suyatman. 1985. Hidrolika Saluran Terbuka. Penerbit
𝑊𝑊 : 𝛾𝛾. a. t = 1,8. 20. 0,3 = 10,80 t/m Erlangga, Jakarta.
Istiarto. 2011. Modul HEC-RAS Dasar Simple Geometry
Rivers.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 6

Istiarto. 2011. Modul HEC-RAS Lanjut Junction and Inline


Structures.
Istiarto. 2011.
http://istiarto.staff.ugm.ac.id/index.php/2011/10/hec-
ras/. Teknik Sipil dan Lingkungan. FT. UGM
Yogyakarta.
Listya Hery Mularto. 2006. Aplikasi Program Bantu HEC-
RAS dengan Analisa Steady dan Unsteady Flow
untuk Pemodelan Muka Air.
Nino. 2011. Jurnal Mekanika Fluida (Macam-Macam
Aliran Zat Cair).
Salmani, MS, MT. 2011. Jurnal Perencanaan Bangunan
Tebing Terhadap Gerusan.
Soewarno. 1995. Aplikasi Metode untuk Analisa Data, Jilid
1. Penerbit Nova, Bandung.
Yaser E. Mostafa. 2011. JurnalScour Around Single Pile
and Pile Group to Waves and Current.
Zainal Abidin, SST. 2011. http://abie-
dinz.blogspot.com/2011/10/analisa-scouring-pada-
jembatan.html.

Vous aimerez peut-être aussi