Vous êtes sur la page 1sur 27

BAB II

KEMANDIRIAN PEMUDA MEWUJUDKAN INDONESIA YANG


KOMPETETIF

A. Pengertian Kemandirian Menurut Para Ahli

Pengertian Kemandirian menurut Masrun (1986:8), kemandirian adalah suatu


sikap yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan
sesuatu atas dorongan sendiri dan untuk kebutuhannya sendiri tanpa bantuan
dari orang lain, maupun berpikir dan bertindak original/kreatif, dan penuh
inisiatif, mampu mempengaruhi lingkungan, mempunyai rasa percaya diri dan
memperoleh kepuasan dari usahanya.

Pengertian mandiri berarti mampu bertindak sesuai keadaan tanpa meminta


atau tergantung pada orang lain. Mandiri adalah dimana seseorang mau dan
mampu mewujudkan kehendak/keinginan dirinya yang terlihat dalam
tindakan/perbuatan nyata guna menghasilkan sesuatu (barang/jasa) demi
pemenuhan kebutuhan hidupnya dan sesamanya (Antonius,2002:145).
Kemandirian secara psikologis dan mentalis yaitu keadaan seseorang yang
dalam kehidupannya mampu memutuskan dan mengerjakan sesuatu tanpa
bantuan dari orang lain. Kemampuan demikian hanya mungkin dimiliki jika
seseorang berkemampuan memikirkan dengan seksama tentang sesuatu yang
dikerjakannya atau diputuskannya, baik dalam segi-segi manfaat atau
keuntungannya, maupun segi-segi negatif dan kerugian yang akan dialaminya
(Hasan Basri,2000:53). Setiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang agar
berhasil sesuai keinginan dirinya maka diperlukan adanya kemandirian yang
kuat.

36
Pengertian Kemandirian menurut Brawer dalam Chabib Toha
(1993:121), kemandirian adalah suatu perasaan otonomi, sehingga pengertian
perilaku mandiri adalah suatu kepercayaan diri sendiri, dan perasaan otonomi
diartikan sebagai perilaku yang terdapat dalam diri seseorang yang timbul
karena kekuatan dan dorongan dari dalam diri seseorang yang timbul karena
kekuatan dorongan dari dalam tidak karena terpengaruh oleh orang lain.

Pengertian Kemandirian menurut Kartini Kartono (1985:21), kemandirian


seseorang terlihat pada waktu orang tersebut menghadapi masalah. Bila
masalah itu dapat diselesaikan sendiri tanpa meminta bantuan dari orang tua
dan akan bertanggung jawab terhadap segala keputusan yang telah diambil
melalui berbagai pertimbangan maka hal ini menunjukkan bahwa orang
tersebut mampu untuk mandiri.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
kemandirian merupakan sikap yang memungkinkan seseorang untuk
bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan kemampuan
mengatur diri sendiri, sesuai dengan hak dan kewajibannya sehingga dapat
menyelesaikan sendiri masalah-masalah yang dihadapi tanpa meminta bantuan
atau tergantung dari orang lain dan dapat menyelesaikan sendiri masalah-
masalah yang dihadapi tanpa meminta bantuan atau tergantung dari orang lain
dan dapat bertanggung jawab terhadap segala keputusan yang telah diambil
melalui berbagai pertimbangan sebelumnya.

37
B. Pengertian Pemuda

1. Definisi Pemuda.

Definisi yang pertama, Pemuda adalah individu yang bila dilihat secara fisik
sedang mengalami perkembangan dan secara psikis sedang mengalami perkembangan
emosional, sehingga pemuda merupakan sumber daya manusia pembangunan baik
saat ini maupun masa datang. Sebagai calon generasi penerus yang akan
menggantikan generasi sebelumnya. Secara internasional, WHO menyebut sebagai”
young people” dengan batas usia 10-24 tahun, sedangkan usia 10-19 tahun disebut
”adolescenea” atau remaja. International Youth Year yang diselenggarakan tahun 1985,
mendefinisikan penduduk berusia 15-24 tahun sebagai kelompok pemuda.
Definisi yang kedua, pemuda adalah individu dengan karakter yang dinamis, bahkan
bergejolak dan optimis namun belum memiliki pengendalian emosi yang stabil.
Pemuda menghadapi masa perubahan sosial maupun kultural.

Sedangkan menurut draft RUU Kepemudaan, Pemuda adalah mereka yang


berusia antara 18 hingga 35 tahun. Menilik dari sisi usia maka pemuda merupakan
masa perkembangan secara biologis dan psikologis. Oleh karenanya pemuda selalu
memiliki aspirasi yang berbeda dengan aspirasi masyarakat secara umum. Dalam
makna yang positif aspirasi yang berbeda ini disebut dengan semangat pembaharu.

Dalam kosakata bahasa Indonesia, pemuda juga dikenal dengan sebutan


generasi muda dan kaum muda. Seringkali terminologi pemuda, generasi muda, atau
kaum muda memiliki definisi beragam. Definisi tentang pemuda di atas lebih pada
definisi teknis berdasarkan kategori usia sedangkan definisi lainnya lebih fleksibel.
Dimana pemuda/ generasi muda/kaum muda adalah mereka yang memiliki
semangat pembaharu dan progresif.

38
2. Pengertian Pemuda Menurut Para Ahli :

WHO

Pengertian pemuda adalah seseorang yang berusia 10 sampai 24 tahun


(young people), sedangkan untuk usia 10 sampai 19 tahun disebut WHO
menyebutnya dengan adolescenea/ remaja.

Mulyana (2011)

Definisi pemuda adalah individu yang memiliki karakter dinamis, artinya bisa
memiliki karakter yang bergejolak, optimis, dan belum mampu
mengendalikan emosi yang stabil.

RUU Kepemudaan

Arti pemuda adalah inidvidu yang berusia 18 sampai dengan 35 tahun.

Koentjaraningrat (1997)

Pengertian masa muda/kepemudaan/pemuda adalah suatu fase yang berada


dalam siklus kehidupan manusia, dimana fase tersebut bisa kearah
perkembangan atau perubahan.

Taufik Abdullah (1974)

Pemuda adalah generasi baru dalam sebuah komunitas masyarakat untuk


melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.

Dari 4 pengertian pemuda menurut para ahli diatas dapat dikatakan jika
pemuda atau kepemudaan memiliki dua visi besar dalam menjalankan
perubahan yang lebih baik kepada masyarakat, yaitu visi pendidikan dan
pelestarian seni dan budaya lokal. Kedua visi ini terintegrasi dalam sebuah

39
model pengembangan untuk mewujudkan Indonesia yang berkeadilan dan
juga mampu bersaing dengan Negara-negara maju.

40
C. Pemuda Sebagai Tonggak Kemandirian Bangsa

Indonesia memang negara kaya, tapi orang-orangnya pemalas dan suka


melalaikan tanggung jawab yang diberikan”. Mungkin itulah sepatah kalimat
yang diberikan oleh orang Jepang atau bangsa lain yang dikenal pekerja keras,
jika ditanya tentang Indonesia. Wajar saja jika ‘penghinaan’ itu dilontarkan
kepada masyarakat Indonesia, karena memang kenyataannya kita harus
mengakui sebagian fenomena itu.

Bagaimana tidak, bangsa indonesia yang ‘katanya’ negara subur makmur


tetapi untuk memenuhi sandang dan pangan saja harus impor dari negara lain?
Katanya, Indonesia punya beribu-ribu hektar lahan tebu, tapi mengapa untuk
minum teh saja harus mengimpor gula dari luar negeri? Yang lebih ironis lagi,
adalah Indonesia mengimpor garam dari luar negeri. Padahal dalam peta
terpampang jelas, wilayah kita kepulauan dan lautan yang membentang dari
Sabang hingga Merauke yang mempunyai lebih dari tujuh belas ribu pulau.

Sering kita baca juga indeks kekayaan wilayah NKRI, yang menyebutkan
Indonesia adalah negara maritim yang sebagian besar wilayahnya berupa
lautan. Tapi untuk memenuhi kebutuhan dapur saja harus bergantung pada
orag lain. Lantas dimana kekayaan yang sering dibanggakan selama ini?

Itu hanya sebagian kecil fakta yang memperlihatkan, betapa tragisnya


stabilitas ekonomi negeri ini. Krisis dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa
pun tidak dapat terelakkan lagi. Indonesia sudah sangat kompleks menghadapi
segala permasalahanya, tidak hanya pada krisis moral dan kepercayaan para
pemimpinnya, akan tetapi juga krisis ekonomi yang sangat mempengaruhi
perut rakyat. Kemandirian bangsa tinggal cita-cita yang kembang kempis
dimakan arus globalisasi yang berkembang pesat.

Tidak bisa dipungkiri Indonesia memang punya sumber daya alam yang
berlimpah. Namun, kenyataanya banyaknya SDA tidak bisa menjadikan negara

41
ini lebih unggul. Bahkan, untuk bisa sejajar dengan bangsa lain pun masih sulit.
Bisa dibilang Indonesia sudah tertinggal jauh, jika berkaca pada negara -negara
maju seperti Amerika Serikat dan Jepang.

Seharusnya kita bisa mengatakan “kita bisa”, bahkan kita seharusnya “lebih
bisa” dari mereka, bila dilihat dari sudut sumber daya alam yang kita miliki.
Kita punya berbagai macam flora dan fauna yang tersebar di seluruh
Nusantara. Akan tetapi, yang jadi pertanyaan adalah mengapa kita “tidak bisa”
seperti mereka, bahkan lebih dari mereka? Nah, mungkin jawabannya adalah
karena minimnya sumber daya manusia yang mampu mengelola dan
meningkatkan pembangunan ekonomi. Semua harus didukung perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.

Siapa yang menjadi penopang utama SDM tersebut? Tentu saja para
pemuda sebagi penerus dan pemangku cita-cita bangsa. Saat ini, pemuda
mempunyai kesempatan. Sebuah kesempatan untuk memperbaiki anjloknya
berbagai aspek kehidupan, khususnya dalam bidang ekonomi.

Sebagai pemuda sudah selayaknya kita mengambil peran kita dalam


kehidupan berbangsa. Kita harus bisa menjalankan tugas dan kewajiban
sebagai generasi penerus bangsa yaitu mampu melakukan perubahan. Sebagai
tulang punggung perekonomian yang memikul tanggung jawab demi
memajukan bangsa, pemuda harus bisa melanjutkan dan mengisi perannya
untuk pembangunan dan perbaikan bangsa, termasuk dalam bidang ekonomi.
dengan menggali kembali eksistensi dalam cita-cita kemandirian bangsa di
bidang perekonomian.

Apa yang harus kita lakukan sebagai pemuda untuk mewujudkan kemandiria
bangsa?

1. Meningkatkan produktivitas dan kualitas dalam proses industri. Tanpa


peningkatan tersebut kita tidak akan mampu besaing, karena

42
kenyataanya masyarakat kita lebih percaya pada produk luar. Sebuah
kalimat “kemandirian” akan terealisasi, jika sebagai penggerak
pembangunan pemudanya mampu meciptakan konsep kreatifitas dan
daya saing guna memenuhi kebutuhan bangsanya sendiri, baik dalam
kebutuhan sandang, pangan maupun papan.
2. Membiasakan untuk menjadi pencipta sesuatu yang selalu muncul
dengan gebrakan-gebrakan kreatifitasnya, sehingga kita sebagai pemuda
tidak hanya menjadi penikmat konsumsi. Muncul ini ikutan ini, muncul
itu ikutan itu. Harus kita akui arus globalisasi yang berkembang dewasa
ini meyebabkan kaburnya batasan antar negara. Tak terkecuali dalam
bidang ekonomi. Dalam keadaan seperti itu pemuda dituntut untuk
lebih kreatif dalam mengeluarkan ide-idenya.

Untuk menghadapi globalisasi dan perubahan yang semakin pesat


dibutuhkan peranan pemuda dalam perencanaan menjadi kelompok
inovatif, kreatif, kompetitif, mandiri serta mempunyai ketangguhan
untuk tetap bertahan pada persaingan dengan dunia luar. Sebenarnya
perlu dibangun oleh bangsa Indonesia adalah kualitas SDM, dimana
kekuatan terbesar SDM terletak pada generasi muda

3. Mewujudkan kemandirian dan kemajuan bangsa perlu didukung oleh


kemampuan mengembangkan potensi diri dan konsep yang terarah.
Konsep kemandirian itu sendiri bisa diartikan sebagai upaya
pemenuhan dan pengerjaan segala sesuatu untuk diri sendiri dengan
kekuatan dan kemampuan sendiri. Sebisa mungkin tidak bergantung
pada orang lain sesuai dengan semangat yang dicita-citakan oleh Bung
Karno: berdiri di atas kaki sendiri (berdikari).

Peranan pemuda dalam pembangunan bangsa, terutama dalam


pembangunan perekonomian, sangat dibutuhkan. Pada hakikatnya,
pembangunan yang dilakukan adala pembangunan insan-insannya, agar bisa

43
menjadi SDM berkualitas, karena SDA yang melimpah saja tidak cukup jika
tidak didukung oleh SDM berkompeten dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi.

Kita harus percaya bahwa para pemuda Indonesia lahir dan hidup saat
ini bisa membangun perekonomian demi kemajuan dan kemandirian bangsa,
serta mampu membwa Indonesia menuju developed country( negara maju)
sehingga tidak hanya berada pada status quo sebagai negara berkembang.
Karena dengan kemandirian dan eksistensi dalam pembangunan itulah kita
akan diakui dan bermartabat dalam pergaulan dunia, dan itu menjadi tugas
kita sebagai generasi muda untuk mewujudkannya. Melalui semangat dan
eksistensi kita menjadi seorang pemimpin dan penopang harapan di masa
depan.

44
D. Integritas dan Kontribusi Pemuda Menuju Kemandirian Bangsa

“Setiap masa memiliki generasinya masing-masing, lakukanlah sesuka hatimu, asal itu
baik.” (Dahlan Iskan)

Indonesia, secuil bagian dari perjalanan panjang kisah peradaban


manusia, segerbang lokomotif di tengah rentetan kereta tua penyambung tali
kehidupan. Sebuah negara dengan potensi luar biasa, telah tenar di pojok-pojok
dunia bahkan karena telalu menggiurkannya, keperawanannya telah
memanggil para ‘lelaking jalang’ untuk mengerumuni, menjajah dan merampas
hak-haknya untuk diangkut ke sarang-sarang penyampun di seantero dunia.
Ya, itulah Indonesia, surganya para dhuafa merangkap penyedia kredit bagi
penduduk dunia.

Sebuah negara yang ketika ditanya tentang keberaniannya, maka Bung


Tomo-lah yang maju di garda terdepan dan lantang untuk mengatakan
”merdeka..merdeka..merdeka ALLAHHUAKBAR!!”. Menjadi aneh ketika ditanya
tentang kegigihan, dimana di sinilah tempat lahirnya seorang panglima yang
bergerilya di atas tandu bersama penyakit paru-paru kronisnya, dan berkata:
” Jenderal besar tidak pernah lelah dan sakit”. Sebuah semangat yang mengilhami
ribuan pasukannya untuk mengusir para menir dan anak buahnya lari
tunggang langgang dari bumi pertiwi.

Tempat lahirnya politikus yang mengotaki kemerdekaan Indonesia,


penembak jitu di tengah lowongnya kekuasaan dan penjajahan, menjadi simbol
proklamasi kemerdekaan RI dan salah satu pemimpin besar dunia di zaman
keemasannya, Putra Sang Fajar, pemilik 26 gelar doktor honoris causa,
penguasa 5 bahasa dan arsitek gedung pusat universitas pertama di Indonesia (
Universitas Gajah Mada). Tidak sebatas itu, para kaum hawanya pun tidak
lantas terdiam di balik kepulan asap di dapur rumah tangga, Penulis Door
Duistermis tox Litch (menjadi buku “ Habis Gelap Terbitlah Terang”), R.A.

45
Kartini, menjadi piooner perjuangan hak-hak wanita layaknya titisan Fatimah
Az Zahra di tengah gersangnya sosok pemimpin wanita Indonesia.

Belum lagi Drs. Moh Hatta, B.J. Habibie, HOS Cokroaminoto dan sederet
nama besar lain yang mampu menjadi tokoh pembaharu bangsa, orang-orang
yang dengan ridho-Nya memiliki kapasitas dan kematangan pribadi sebagai
modal investasi kepahlawanan, memiliki momentum dalam potongan waktu
dalam hidupnya dan mengobarkan api keberanian untuk bersatu padu
melahirkan sebuah gelar “kepahlawanan”. Sosok- sosok inspiratif yang dengan
ikhlasnya berkorban, memilih keluar dari “zona nyaman” dan menerbangkan
impian-impian tak terbatas ruang sembari berpijak dibumi sosialita.

Namun kini Indonesia tengah mencari rupa, bingung mencari identitas,


sempoyongan memburu tempat peraduan dan kekeringan karena mampetnya
kran-kran pahlawan di tengah krisis yang menghujam. Lebih risau lagi jika
menilik ungkapan Annis Matta yang menjadikan kondisi kekinian Indonesia
sebagai “isyarat kematian sebuah bangsa”, tanda- tanda sakaratul maut dan tanda
semakin dekatnya bangsa ini dengan akhir hayatnya.

Namun, di tengah suremnya nasib bangsa, Indonesia masih merupakan


pemilik hujan tropis terluas di Asia Pasifik dan paling kaya keanekaragaman
hayatinya dengan 400 jenis kayu dipterocarp, 515 spesies mamalia, 121
spesies swalow tail, 600 lebih jenis reptil, 1519 spesies burung, 270 spesies
ampfibi, 2500 spesies tumbuhan berbunga, 6000 jenis anggrek . Selain itu,
Indonesia adalah pemilik pesisir pantai terpanjang di dunia,
pemilik coral reef terkaya ( 18 % dari total dunia), memiliki produksi perikanan
laut 6,4 juta ton pertahun, pemilik hutan bakau terluas di dunia, pemilik
cadangan minyak 9,7 juta barel, pemilik cadangan gas alam sebanyak 146,7
triliun kaki kubik, dan penyuplai 20 % gas alam cair di pasar dunia. Bahkan,
Indonesia masih menjadi penghasil karet terbesar kedua di dunia, produsen

46
minyak sawit terbesar (2006) dengan 16 juta ton pertahun, pengekspor terbesar
kayu lapis ke seluruh dunia, dan penghasil timah terbesar kedua di dunia.

Hingga saat ini pun, banyak yang berkeyakinan bahwa Indonesia masih
berpotensi menjadi salah satu kekuatan utama dunia. Dengan lebih dari 200
juta penduduk, Indonesia merupakan nomor empat terbesar di dunia.
Heterogenitas adat dan budaya Indonesia pun telah ditutupi dengan semangat
nasionalisme dan ukhuwah keislaman.

47
E. Karakter Pemuda Bangsa

Pemuda telah menjadi satu identitas yang potensial sebagai penerus cita-cita
perjuangan bangsa dan sebagai sumber insane bagi pembangunan Negara dan
bangsa. Di samping itu, pemuda juga memiliki peran penting sebagai agen
intelektual dan agen social. Perlu diingat bahwa generasi sekarang berbeda
dengan generasi sebelumnya dan generasi mendatang juga pasti akan berbeda
dengan generasi sekarang. Setiap generasi, sesuai dengan zamannya, memiliki
cirri khas corak atau watak perjuanga. Berikut adalah bentuk-bentuk
regenerasi:

 Regenerasi alamiah artinya regenerasi ini berjalan sebagai suatu hal yang
biasa saja, berlangsung secara alami, dan tidak dipublikasikan.
 Regenerasi berencana artinya proses regenerasi ini benar-benar
direncanakan dan dipersiapkan sehingga regenerasi ini juga disebut
regenerasi kaderisasi.

48
Banyak cara dilakukan untuk membentuk generasi muda yang memiliki
karakter sebagai pemimpin sejak dini. Apalagi dengan masalah-masalah
kepemudaan yang berkembang dewasa ini, pemuda dituntut memiliki karakter
yang meliputi kepemimpinan yang kuat, kemandirian, dan kepeloporan
pemuda. Selain memiliki jiwa kepemimpinan, kepemimpinan, dan
kepeloporan, para pemuda Indonesia diharapkan emiliki karakter yang
memiliki semangat kejuangan, kesukarelaan, tanggung jawab, dan ksatria serta
memiliki sifat kritis, idealis, inovatif, progresif, dinamis, reformis, dan
futuristik.

49
F. Menanamkan Keunggulan Kompetetif Generasi Emas Indonesia

Indonesia boleh saja bangga pada sumber daya alam yang melimpah. Puja
dan puji syukur selalu dipanjatkan karena negeri ini begitu disayangi,
dianugerahi berbagai potensi alam yang dimiliki. Namun, kini sudah bukan
saatnya lagi untuk menjejali pemikiran pemuda kita dengan kebanggaan itu.
CUKUP! Pemuda Indonesia kini harus dibiasakan untuk merubah pola
pikirnya. Menciptakan, mengolah, mendesain dan yang terpenting, tidak hanya
sekedar menikmati.

Sedikit menggebu memang, tapi dengan berkaca kondisi generasi muda


Indonesia kini, rasanya hal itu wajar dan harus dilakukan. Entah disadari atau
tidak, kecenderungan perilaku dan pemikiran sebagian pemuda kita saat ini
sudah berada pada titik yang mengkhawatirkan. Menurunnya moralitas dan
lemahnya kemampuan menghadapi persaingan global menjadi sebuah tantang
besar bagi generasi muda Indonesia saat ini.

Generasi Emas
Pesimis? Tentu tidak. Ini adalah sebuah refleksi bagaimana pemuda harus
menentukan langkahnya mulai dari sekarang. Sebagian besar pemuda
Indonesia kini harus disadarkan bahwa mereka adalah generasi emas yang
dimiliki bangsa ini. Menteri Pendidikan M.Nuh dalam peringatan Hardiknas
Tahun 2012 lalu menyatakan bahwa dari 2012-2035 Indonesia mendapat bonus
demografi, dimana jumlah penduduk usia produktif paling tinggi di antara
usia anak-anak dan orang tua.

Meskipun demikian, alasan lain yang kiranya pantas untuk menyebut mereka
generasi emas tidak hanya itu. Merekalah yang telah belajar banyak pada
bobroknya kondisi negara kita saat ini. Mereka yang menjadi pemuda pada
masa ini, dalam 10-20 tahun kedepan diharapkan dapat menjadi pemimpin

50
baru yang memperbaiki kelemahan berbagai sistem pemerintahan dan
kehidupan yang ada. Mereka pula yang sekarang aktif melakukan kritik sosial
dan menunjukkan prestasi di berbagai kompetisi. Lalu, selanjutnya apa?
Apakah cukup dengan melabeli mereka generasi emas?

Banyak hal yang harus ditempuh untuk menyambut era keemasan pemuda
Indonesia. Dengan berkaca pada kondisi negara sekarang ini, generasi muda
bisa saja terjebak dalam dilema besar. Apakah mereka mampu mendesain
pembangunan yang lebih baik? Atau justru dengan jumlah usia produktif yang
besar di periode 2020-2030 mereka hanya akan sebagai penonton, sasaran
konsumtif pasar global dan lebih parah lagi (maaf) budak kapitalis!

Tantangan terberat bagi generasi muda Indonesia di masa depan adalah


bagaimana mereka menciptakan kemandirian bangsa. Tidak terlepas secara
menyeluruh dari dunia luar, melainkan mampu bersaing dengan pasar global
dan tenaga kerja asing. Generasi muda kelak, harus mampu memberdayakan
masyarakat Indonesia secara merata sesuai dengan potensinya. Dengan begitu,
negara akan diurus oleh orang-orang yang kompeten, menciptakan proses
pembangunan negara yang terencana dengan baik, sehingga negara akan
mengalami kemajuan, serta pembangunan akan berlangsung secara
berkesinambungan.

Karakteristik itulah yang harus ditananamkan pada pemuda Indonesia kini.


Memang untuk membuat suatu perubahan tidak semudah membalikkan
telapak tangan atau berdasarkan teori semata. Proses penciptaan generasi emas
yang unggul, kompetitif dan mampu bersaing hanya terjadi apabila pemerintah
memiliki kesadaran untuk itu. Pemuda tanpa karakter kebangsaan ibarat raga
tanpa jiwa, seolah tidak memiliki tujuan dan cita-cita perjuangan. Karakter
kebangsaan inilah yang menjadi nilai plus yang mengarahkan pemuda dan

51
para generasi emas kita pada cita-cita untuk mampu menciptakan Indonesia
yang lebih baik

Bangsa-Cita-cita bangsa Indonesia adalah menjadi negara besar,kuat,disegani


dan dihormati keberadaannya di tengah-tengah bangsa-bangsa di dunia.
Setelah 67 tahun Indonesia merdeka pencapaian cita-cita ini belum sepenuhnya
dipenuhi,meskipun kita sadari telah terjadi kemajuan dan capaian yang telah di
raih di bidang politik,keamanan,ekonomi,dan kesejahteraan rakyat. Namun
kita harus tetap sadar dan lebih meningkatkan kemauan dan kemampuan kita
karena ke depan masih banyak persoalan dan tantangan bahkan lebih
kompleks yang harus diselesaikan. Optimisme dan upaya kuat seluruh anak
bangsa dengan semangat nasionalisme dalam mewujudkan cita-cita harus tetap
dilakukan secara sistematik, sistemik dan berkelanjutan,meskipun dihadapkan
pada berbagai tantangan.Meningkatkan komitmen menjadikan pendidikan
sebagai sarana utama untuk menuju terwujudnya bangsa Indonesia sebagai
bangsa yang mandiri dan berdaya saing tinggi.
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam
pembangunan nasional. Oleh karena itu pemerintah bertekad memberikan
perhatian yang besar pada pembangunan pendidikan. Sampai saat ini,
pemerintah telah mengambil berbagai terobosan kebijakan pendidikan berskala
besar.
Kita semua menyadari,bahwa hanya melalui pendidikan bangsa kita
menjadi maju dan dapat mengejar ketertinggalan dari bangsa lain,baik dalam
bidang sains dan teknologi maupun ekonomi. Peran pendidikan penting juga
dalam membangun peradaban bangsa yang berdasarkan atas jati diri dan
karakter bangsa.Apapun persoalan bangsa yang dihadapi komitmen kita untuk
melaksanakan pembangunan pendidikan sesuai dengan amanat konstitusi dan
berbagai peraturan perundangan-undangan yang berlaku tetap dipegang.
Komitmen ini direalisasikan dalam berbagai kebijakan dan program yang
diarahkan untuk mencapai tujuan meningkatnya kualitas sumber daya

52
manusia demi tercapainya kemajuan bangsa dan negara di masa depan,
sebagaimana yang kita cita-citakan bersama. Ini menjadi bagian penting yang
menentukan perkembangan pendidikan di Indonesia.
Pendidikan adalah suatu proses di mana suatu bangsa mempersiapkan
generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan dan untuk memenuhi tujuan
hidup secara efektif dan efisien. Pendidikan adalah suatu proses dimana suatu
bangsa atau negara membina dan mengembangkan kesadaran diri diantara
individu-individu.Disamping itu pendidikan adalah suatu hal yang benar-
benar ditanamkan selain menempa fisik,mental dan moral bagi individu-
individu,agar mereka menjadi manusia yang berbudaya sehingga diharapkan
mampu memenuhi tugasnya sebagai manusia yang diciptakan Allah Tuhan
Semesta Alam,sebagai mahluk yang sempurna dan terpilih sebagai
khalifahNya di muka bumi ini yang sekaligus menjadi warga negara yang
berarti dan bermanfaat bagi suatu negara.
Dalam konteks modern dan kontemporer, isitilah pendidikan senantiasa
diletakkan dalam kerangka kegiatan dan tugas yang ditujukan bagi sebuah
angkatan atau generasi yang sedang ada dalam masa-masa pertumbuhan. Oleh
karena itu pendidikan lebih mengarahkan dirinya pada pembentukan dan
pendewasaan pengembangan kepribadian manusia yang mengutamakan
proses pengembangan dan pembentukan diri secara terus menerus (on going
formation).
Proses pembentukan diri terus-menerus ini terjadi dalam kerangka
ruang dan waktu. Pendidikan dengan demikian mengacu pada setiap bentuk
pengembangan dan pembentukan diri yang sifanya prosesual,yaitu sebuah
kesinambungan yang terus menerus yang tertata rapi dan terorganisasi,berupa
kegiatan yang terarah dan tertuju pada strukturasi dan konsolidasi kepribadian
serta kehidupan rasional yang menyertainya,secara personal,
komuniter,mondial, dan sebagainya.
Pendidikan menyangkut diri manusia . Manusia membutuhkan
pendidikan yang bermutu dalam kehidupannya. Dalam Undang-undang

53
Pendidikan Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1
butir 1 dinyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk
meuwujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan,pengendalian diri,kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia,serta keterampilan
yang diperlukan dirinya,masyarakat,bangsa dan negara. Selanjutnya Pasal 3
menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa,bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa,berakhlak mulia, sehat,berilmu,cakap,kreatif, mandiri,dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggungjawab.

GENERASI EMAS INDONESIA: APA,SIAPA?


Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada sambutan Peringatan Hari
Pendidikan Nasional pada tanggal 2 Mei 2012 menyatakan bahwa tema Hari
Pendidikan Nasional Tahun 2012 adalah “Bangkitnya Generasi Emas
Indonesia”. Karena pada periode tahun 2010 sampai 2035 bangsa kita
dikaruniai oleh Tuhan Yang Maha Kuasa potensi sumber daya manusia berupa
populasi usia produktif yang jumlahnya luar biasa. Jika kesempatan emas yang
baru pertama kalinya terjadi sejak Indonesia merdeka tersebut dapat kita kelola
dan manfaatkan dengan baik, populasi usia produktif yang jumlahnya luar
biasa tersebut insya Allah akan menjadi bonus demografi (demographic dividend)
yang sangat berharga.Di sinilah peran strategis pembangunan bidang
pendidikan untuk mewujudkan hal itu menjadi sangat penting. (Kemeterian
Pendidikan dan Kebudayaan:Sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada
Peringatan Hari Pendidikan Nasional 2012,Rabu,2 Mei 2012).

54
Mengapa dikatakan Generasi Emas Indonesia ? Karena merupakan generasi
penerus bangsa yang pada periode tersebut adalah sangat produktif,sangat
berharga dan sangat bernilai, sehingga perlu dikelola dan dimanfaatkan dengan
baik agar berkualitas menjadi insan yang berkarakter, insan yang cerdas, dan
insan yang kompetitif, serta menjadi bonus demografi. Mengapa berkarakter?
Karena karakter menentukan kulitas moral dan arah dari setiap generasi muda
dalam mengambil keputusan dan tingkah laku. Karena karakter merupakan
bagian integral yang harus dibangun,agar generasi muda sebagai harapan
bangsa,sebagai penerus bangsa yang akan menentukan masa depan harus
memiliki sikap dan pola pikir yang berlandaskan moral yang kokoh dan benar
dalam upaya membangun bangsa.
Mengapa Cerdas? Karena dengan kecerdasan yang tinggi,akan mampu
memanipulasi unsur-unsur kondisi yang dihadapi untuk sukses mencapai
tujuan. Kemampuan,yaitu karakteristik diri individu yang ditampilkan dalam
bentuk perilaku untuk memenuhi kebutuhan/tuntutan tertentu.
Manipulasi,yaitu perilaku aktif dan disengaja untuk melihat dan
mengorganisasikan dalam membentuk hubungan antar unsur yang ada dalam
suatu kondisi. Unsur-unsur,yaitu hasil pemilahan/pemisahan atas bagian-
bagian dari suatu kesatuan tertentu. Tujuan,yaitu kondisi yang diharapkan
terjadi melalui penampilan kemampuan dalam bentuk usaha. Sukses adalah
kondisi yang unsur-unsurnya sesuai dengan kriteria yang diharapkan.
Mengapa Kompetitif? Karena dengan kemampuan kompetitif,akan mampu
mencapai keunggulan,memiliki daya saing dengan bangsa-bangsa lain,dan
akan menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa Indonesia. Akan menjadi
bangsa dan negara yang besar,kuat,disegani dan dihormati keberadaannya di
tengah-tengah bangsa di dunia. Ini akan menjadi perwujudan cita-cita bangsa
Indonesia setelah 67 tahun merdeka.
Generasi emas sebagai generasi penerus bangsa yang akan menentukan
masa depan dan int depan diri dan bangsegritas bangsa Indonesia. Generasi
emas adalah generasi yang memandang masa depan diri dan

55
bangsanya,merupakan hal yang pertama dan utama. Generasi emas adalag
generasi muda yang penuh optimisme dan gairah untuk maju dengan sikap
dan pola pikir yang berlandaskan moral yang kokoh dan benar. Generasi emas
adalah generasi dengan visi ke depan yang cemerlang,kompetensi yang
memadai, dan dengan karakter yang kokoh,kecerdasan yang tinggi, dan
kompetitif,merupakan produk pendidikan yang diidam-idamkan.
Peserta didik dalam setiap jenjang,jenis,dan jalur pendidikan
merupakan individu yang sedang dalam masa-masa pertumbuhan dan
perkembangan,sedang dalam proses pengembangan dan pembentukan diri
secara terus menerus untuk menjadi generasi emas yaitu insan yang bekarakter,
cerdas dan kompetitif. Proses pembentukan diri terus-menerus (on going
formation) ini terjadi dalam kerangka ruang dan waktu, melalui proses
pendidikan bermutu.
Insan Indonesia berkarakter adalah insan yang memiliki sifat pribadi yang
relatif stabil pada diri individu yang menjadi landasan bagi penampilan
perilaku dalam standar nilai dan norma yang tinggi. Insan yang memiliki sikap
dan pola pikir yang berlandaskan moral yang kokoh dan benar. Indikator
karakter yang terwujud dalam perilaku insan berkarakter adalah iman dan
takwa,pengendalian diri,sabar, disiplin,kerja keras,ulet,bertanggung jawab,jujur
,membela kebenaran, kepatutan, kesopanan,kesantunan,taat pada peraturan,loyal
,demokratis,sikap kebersamaan, musyawarah,gotong royong,toleran, tertib,damai, anti
kekerasan,hemat,konsisten. Insan yang berperilaku berkarakter hendaknya
disertai tindakan yang cerdas dan perilaku cerdas hendaknya pula diisi upaya
yang cerdas. Karakter dan kecerdasan dipersatukan dalam perilaku yang
berbudaya. Kehidupan yang berkarakter tanpa disertai kehidupan yang cerdas
akan menimbulkan berbagai kesenjangan dan penyimpangan serta
ketidakefisienan.
Insan Indonesia cerdas adalah insan yang cerdas komprehensif,yaitu cerdas
spiritual, cerdas emosional,cerdas sosial,cerdas intelektual,dan cerdas
kinestetis.Cerdas spiritual, yaitu beraktualisasi diri melalui olah hati/kalbu

56
untuk menumbuhkan dan memperkuat keimanan,ketakwaan dan akhlak mulia
termasuk budi pekerti luhur dan kepribadian unggul.Cerdas emosional, yaitu
beraktualisasi diri melalui olah rasa untuk meningkatkan sensitivitas dan
apresiativitas akan kehalusan dan keindahan seni dan budaya,serta kompetensi
untuk mengekspresikannya. Cerdas sosial,yaitu beraktualisasi diri melalui
interaksi sosial yang (i) membina dan memupuk hubungan timbal balik,(ii)
demokratis, (iii) empatik dan simpatik, (iv) menjunjung tinggi hak asasi
manusia, (v) ceria dan percaya diri, (vi) menghargai kebhinekaan dalam
bermasyarakat dan bernegara, (vii) berwawasan kebangsaan dengan kesadaran
akan hak dan kewajiban warga negara. Cerdas intelektual, yaitu beraktualisasi
diri melalui olah pikir untuk memperoleh kompetensi dan kemandirian dalam
ilmu pengetahuan dan teknologi; aktualisasi insan intelektual yang
kritis,kreatif,inovatif dan imajinatif. Cerdas kinestetik,yaitu beraktualisasi diri
melalui olah raga untuk mewujudkan insan sehat,bugar,berdaya-
tahan,sigap,terampil dan trengginas; serta aktualisasi insan adiguna.
Insan Indonesia kompetitif, yaitu insan yang berkepribadian unggul dan
gandrung akan keunggulan, bersemangat juang tinggi, mandiri,pantang
menyerah, pembangun dan pembina jejaring, bersahabat dengan
perubahan,inovatif dan menjadi agen perubahan,produktif, sadar
mutu,berorientasi global,pembelajar sepanjang hayat,dan menjadi rahmat bagi
semesta alam.

Generasi emas sebagai generasi penerus bangsa mempunyai peranan penting


dalam upaya pembangunan karakter bangsa.

57
G. Membangun Jiwa Kompetitif

Mempunyai jiwa kompetitif itu sangatlah penting,. Tapi! kamu harus


bisa bersaing dengan cara yang sehat. Persaingan yang di sertai dengan
kekerasan, ancaman, atau keinginan untuk merugikan orang lain, di namakan
persaingan tidak sehat, sudah menjurus kearah konflik. Contoh:- persaingan
sepak bola, persaingan produk barang dan lain sebagainya yang berupa
persaingan fisik. Persaingan yang merupakan persaingan sosial ketika dua
pihak saling berlomba untuk mencapai kemenanagan tertentu baik persaingan
yang bersifat fisik atau yang bersifat non fisik. Persaingan fisik seperti sebagian
di sebutkan di atas, juga berbentuk dari segi pakaian yang sering terjadi di
masyarakat khususnya, akan tetapi pesaingan seperti ini minimal mempunyai
nilai yang tidak sehat menurut hukum sosial yang logis. Begitu juga persaingan
yang sebaliknya, yaitu persaingan nonfisik yang berarti cendrung dan menarik
tehadap nilai-nilai yang sangat baik serta dapat mengangkat harkat dan
martabat seseorang, kompetisi/ bersaing dalam segi ilmu misalnya, ini yang
seharusnya menjadi suatu rangkaian dasar untuk seseoarang yang membangun
jiwa kompetitif agar menajdi penuntut limu yang rajin.
Untuk membangun jiwa yang berkompetitifpun memang tidaklah mudah
untuk menggapainya, tidak semudah seprti yang kita duga . Hal ini jika kita
menganggapnya susah. Namun jika kita menganggapnya mudah, maka bisa
juga perkara itu lebih mudah dari yang kita duga. Kamu yang berjiwa
komprtitif, memang sebelumnya kamu harus membaca realitas musuhmu serta
karnu harus melewati beberapa factor rintangan yang mestiya harus di
robohkan, siapa yang kamu anggap sebagai pesaing beratmu untuk
berkompetisi dalam laga kebagaikan itu, berarti itulah salah satu di antara
faktor yang akan menjadi tolak serta rintangan untuk menuju jiwa yang
brkompetitif dalam laga tersebut.

Dengan mempunyai jiwa yang berkompetitif berarti kamu mempunyai


jiwa yang tidak gampang putusasa, kerja keras, rajin belajar ,fokus ( sampai
usaha mengerti dan konsentresi penuh sampai berhasil) serta tidak gampang
menyerah alias (angkat tangan).

Dalam melakukan upaya ini yang tentunya harus di seimbangi dengan


lawanmu itu yang kamu anggap sebagia musuh dalam mengarungi prestasi.
Maka, dengan demikian kamu harus membaca realitas potensimu sendiri.
Seseorang yang mempunyai jiwa yang berkompetitif dengan sendirinya ia akan
mengukur, sampai sejauh mana kemampuan yang saya miliki saat ini, untuk
bersaing dengan lawan yang seharusnya aku hadap ini. Dan sejauh mana pula
bekal dan kemampuan yang di miliki oleh lawan untuk menghadapiku di
arena nanti. Nah dengan kompetisi yang tanpa suporeter ini, jika kamu merasa
masih mempunyai bekal dan persiapan yang sedikit untuk melawan musuhnya
maka sebagi jiwa yang berkomtitif, akan terus menggalih perasaan semangat

58
yang kuat untuk meningkatkan usasha sadarmu agar tidak tidak gagal dalam
kompetisi demi meraih prestasi dan idenditas diri.

Dalam perjalanan yang amat melelahkan ini, rasa sedikit angkat


tanganpun selalu timbul dalam hati dan jiwamu., hal ini merupakan suatu
reaksi yang sangat goolib (wajar). Tapi apabila “MoMoK” ini tidak segera
dibacain mantra serta tidak segera di tindak lanjuti, maka pada gilirangya bisa
memngkikis sedikit demi sedikit jiwa semangatmu, disamping itu juga akan
mengacau balaukan aktifitasmu. Dengan kondisi yang sangat memprihatinkan
seperti inilah, maka dengan mengantisipasi dampak yang bersifat negative
tersebut, ada beberapa factor yang dapat memotifasi jiwa semangatmu;
Desiplin, Proaktif dan Kreatif serta Percaya diri (PD), inilah faktor persyaratan
yang bisa mengantar ke dunia komeptitifmu yang seharusnya menjadi
kendaraan di kala perjalanan yang kamu lalui.

Tidak sedikit seseorang yang gagal dalam mengarungi prestasi, yang


memang di akibatakan kurang tertanamnya rasa jiwa kompetitif yang tinggi
sejak dini. Padahal, guru besar Mustofa al-Gulayaini dalam kitabnya ,ada
sebagian di katakana. “Remaja hari ini, adalah pemimpin masa depan nanti”.
Oleh karena itu, kamu wahai pemuda! dengan agar bisa menjadi pemimpin
dan penuntut ilmu yang rajin demi agar bisa berkiprah dan berperan di
masyarakat nanti, maka untuk membangun jiwa kompetitif dengan ke-empat
faktor yang menjadi persyaratan di depan, sangatlah baik jika dijadikan sebagai
persyaratanmu, penting dan releven sekali, di samping itu agar bisa
mengakases kehidupan yang akan di hadapi yang tidak mungkin lewat begitu
saja tanpa ada suatu halangan yang melintas dalam realitasmu.

a. Cara Mendidik Siswa Agar Memiliki Jiwa Kompetitif

Jiwa kompetitif adalah semangat yang dimiliki seseorang dalam meraih


segala cita-citanya. Orang yang memiliki jiwa kompetitif tidak terfokus pada
seberapa hebat kompetitornya, namun lebih pada perkembangan yang ada di
dalam dirinya. Ia akan berjuang dengan melatih diri, agar semakin menjadi
pribadi yang tangguh dan berkualitas.

Ada banyak kaum sarjana di zaman sekarang, namun banyak pula


diantara mereka yang belum mendapatkan pekerjaan yang layak. Sarjana yang
memiliki nilai yang baik, ternyata belum tentu bisa mendapatkan pekerjaan
sesuai dengan apa yang dicita-citakan. Agar anak-anak didik kita bisa tumbuh
menjadi siswa yang berprestasi dan mampu berkompetisi, maka sebagai
pendidik kita perlu menanamkan nilai berikut ini:

1. Pentingnya kedisiplinan

Tidak ada gunanya orang memiliki ilmu yang tinggi bila ia kurang disiplin.

59
Kedisiplinan seorang siswa akan lebih banyak dilatih saat mereka berada di
sekolah. Karena saat berada di sekolah anak-anak biasa beraktivitas sesuai
jadwal, datang harus tepat waktu, harus mengikuti aturan, dan lainnya.
Sebagai pendidik, kita perlu mempersiapkan penghargaan dan konsekuensi
dalam menegakkan kedisiplinan di sekolah. Sehingga sikap tegas bisa
ditunjukkan secara positif dengan memberikan penghargaan bagi anak-anak
yang mengamalkan disiplin dengan baik, dan memberikan konsekuensi bagi
anak-anak yang kurang bisa mengamalkan disiplin.

2. Cinta belajar semua mata pelajaran

Pelajaran yang terfavorit pasti dimiliki oleh setiap anak-anak didik. Tanamkan
ke dalam hati anak didik bahwa semua mata pelajaran adalah penting dan
berguna bagi masa depan mereka. Salah satu contoh, ada anak yang suka
menggambar karena ingin menjadi seorang arsitek gedung-gedung yang tinggi.
Namun ia tidak suka pelajaran Matematika. Berikan nasihat padanya bahwa
untuk bisa membuat rancangan gambar gedung yang baik, mereka harus pintar
mengukur bangun supaya gedungnya bisa dibangun dengan baik, rapi, dan
kuat.

Beberapa anak mungkin kurang menyukai pelajaran IPS. Salah satu faktornya
adalah karena mereka masal menghafalkan. Tanamkan di dalam hati murid
bahwa pelajaran IPS sangat penting, mengingat kita membutuhkan orang lain
di dalam kehidupan. Pelajaran IPS akan membantu kita agar memiliki
ketrampilan bersosialisasi yang baik.

3. Cerdas dan bijaksana dalam menggunakan teknologi

Teknologi berkembang sangat pesat. Para pendidik pun dituntut untuk


menguasai teknologi dengan baik. Siswa perlu memahami cara memanfaatkan
teknologi secara bijak. Bersosialisasi dalam keghidupan nyata dan belajar secara
interaktif dan off-line memang perlu, namun informasi bisa didapatkan lebih
cepat melalui dunia online.

Maka perlu kita tanamkan di dalam hati dan benak siswa rambu-rambu
berikut ini:
a. Pandai mengatur waktu atau tidak terlalu lama menggunakan computer
atau gadget
b. Tetap meluangkan waktu untuk bersosialisasi dengan teman
c. Meluangkan berolahraga secara teratur
d. Tetap mencintai permainan di luar ruangan bersama teman-teman
Hal-hal di atas perlu dilakukan agar anak tidak kecanduan dalam memainkan
computer, gadget, ataupun smartphone mereka.

60
4. Perlunya kebahagiaan
Tanamkan pada diri anak bahwa kebahagiaan adalah kunci kesuksesan. Kalau
tidak bahagia kita bisa menjadi orang yang pemalas. Malas belajar, malas
mengenal orang, malas bersosialisasi, hanya karena satu sifat, yaitu tidak
bahagia. Ajarkan pada anak bahwa kebahagiaan bisa kita dapatkan mulai dari
sekarang, tidak perlu menunggu kita punya banyak uang, punya banyak
teman, saat bermain game, tapi bisa dirasakan dan ditemukan bila kita bisa
mensyukuri apa yang ada sekarang. Segala impian bisa kita dapatkan bila hati
kita bahagia. Dengan hati yang bahagia, ilmu akan mudah terserap, teman akan
banyak yang datang, dan banyak kesempatan baik akan hadir.

5. Membangun mental

Sebagai anak-anak didik tentu kita harus menyayangi semua anak-anak didik
kita. Hal ini akan membuat anak merasa nyaman dan senang saat mereka
berada di sekolah. Namun jangan sampai kita bersikap terlalu membiarkan.
Bagaimana pun kita juga perlu membuat anak didik kita menjadi anak yang
tegar (kuat mental) dan mau mengakui kesalahan. Jadi bila menemukan anak
yang mudah menyerah, takut salah, sikap kita adalah lebih pada memotivasi
mereka, bukan menyalahkan mereka karena sifat “lemah” mereka. Cara
penanganan di pada bagian ini akan membangun mental mereka untuk
menjadi lebih kuat. Agar siswa memiliki sikap mental yang kuat, guru perlu
bersikap tegas dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

Sebagai pendidik, kita memiliki banyak kesempatan untuk bisa menanamkan


jiwa kompetitif kepada anak-anak didik kita. Banyak aktivitas bisa kita berikan
agar anak-anak didik kita memiliki jiwa kompetitif, misalnya dengan cara
mengadakan aneka lomba, melakukan cerdas cermat, maupun memberikan
motivasi dan inspirasi baik di saat pembelajaran maupun di luar jam
pembelajaran.

b. Membangun Daya Saing Generasi Muda

Membangun daya saing generasi muda dalam kompetisi global tidak


terlepas dari peran serta Pemerintah, Lembaga Kepemudaan dan Organisasi
Kepemudaan (KNPI) ataupun Organisasi Masyarakat lainnya.

Sebagai pewaris tongkat estapet pemuda ataupun generasi perlu


diperhatikan dan dibina, tolak ukur keberhasilan suatu Negara ataupun
lembaga adalah keberhasilan generasi muda dimasa yang akan datang, karena
mempertahankan keberhasilan biasanya lebih sulit dari pada merebut
keberhasilan tersebut.

61
Generasi muda merupakan penerus tongkat estapet kepemimpinan,
perjuangan, sementara tingkat kompetesi semakin tinggi diakibatkan derasnya
arus perputaran modal jasa keseluruh pelosok dunia yang mempengaruhi
integritas nasional, kesemuanya hanya mungkin dijalani dengan kualitas
kompetensi yang berdaya saing.

Peran pemuda tidak bisa lepas dari pembangunan dan peranannya yang
penting. Dalam peranannya untuk pembangunan masa depan atau penentu
masa depan bangsa, diharapkan pemuda mampu dan sanggup untuk
memberikan perubahan dan pembangunan bangsa.

Untuk itu, sebagai generasi muda, hendaknya menjadi orang-orang yang


jujur, berkararter, dan menjunjung tinggi konsistensi. Agar nantinya kita dapat
menjadi pemimpin yang amanah dan berintegritas tinggi untuk bangsa.

62

Vous aimerez peut-être aussi