DWK 1

ISTN
COURSE GOALS

This course has two specific goals:

i. To introduce students to the theory
and application of vibration analyses.
ii. To develop analytical skills relevant
to the areas mentioned in (i) above in
the field of mechanical engineering.

DWK 2
 ISTN
COURSE OBJECTIVES
Upon successful completion of this course, students
should be able to:
1. Understand the theory of vibration analyses.
2. Distinguish between mathematics and mechanical
engineering systems.
3. Familiarize the application of vibration analysis
theory.
4. Analyze the problem solution induces in mechanical
engineering systems in relation of vibration.
5. Apply sound analytical techniques and logical
procedures in the solution of engineering problems.
DWK 3
 ISTN
Teaching Strategies
The course will be taught via Lectures and
Tutorial Sessions, the tutorial being designed to
complement and enhance both the lectures
and the students appreciation of the subject.
Course work assignments will be reviewed
with the students.
Attendance at Lectures and Tutorials is
Compulsory

DWK 4
 ISTN
Analysis Getaran
Struktur bergetar atau berosilasi karena
gaya bervariasi berdasarkan waktu.
Getaran dalam struktur hasil dari
transformasi energi potensial ke energi
kinetik atau sebaliknya.
Energi potensial dalam struktur ditentukan
oleh elemen elastisnya, sedangkan energi
kinetiknya ditentukan oleh elemen massa.

DWK 5
 ISTN
Getaran Mekanis
Getaran mekanis adalah gerak partikel atau bodi yang
berosilasi disekitar posisi keseimbangannya. Getaran dalam
mesin dan struktur tidak diharapkan karena menaikkan
tegangan dan mengurangi energinya.
Periode getaran adalah waktu yang diperlukan dari suatu sistem
untuk melengkapi satu siklus gerakan
Frekuensi getaran adalah jumlah siklus per satuan waktu.
Amplitudo getaran adalah simpangan maksimum dari sistem
terhadap posisi keseimbangan.
Getaran bebas terjadi jika gerakannya hanya diakibatkan oleh gaya
internal. Getaran paksa dikarenakan sistem dipengaruhi oleh gaya
periodik dari luar (eksternal).
Getaran tak teredam jika energi disipasi gesekan diabaikan.
Kenyataannya, semua getaran teredam dalam beberapa tingkatan.
DWK 6
DWK 7
DWK 8
DWK 9
DWK 10
DWK 11
DWK 12
DWK 13
DWK 14
DWK 15
sa

DWK 16
DWK 17
DWK 18
DWK 19
DWK 20
DWK 21
 Contoh Soal 2 ISTN
Sebuah balok 50 kg bergerak antara
pengarah vertikal seperti gambar.
Balok ditarik sejauh 40 mm kebawah
dari posisi keseimbangan dan dilepas.
Untuk masing-masing susunan
pegas, tentukan a) periode getaran, b) kecepatan maksimum
balok, dan c) percepatan maksimum balok. SOLUSI:
• Untuk masing-masing susunan pegas, tentukan konstanta pegas
untuk pegas ekuivalen tunggal
• Gunakan pendekatan gerak harmonis sistem massapegas.

DWK 22
DWK 23
DWK 24
DWK 25
DWK 26
DWK 27
DWK 28
DWK 29
DWK 30
DWK 31
DWK 32
DWK 33
DWK 34
DWK 35
 Contoh Soal 8 ISTN
Piringan dan roda gigi bergetar putar dengan
periode seperti pada gambar. Diasumsikan
momen terhadap kawat proporsional dengan
sudut puntirnya.
Tentukan a) konstanta pegas torsi kawat, b) momen
inersia roda gigi, dan c) kecepatan sudut maksimum
τ τ
W = 20 lb roda gigi jika diputar hingga 90o dan dilepas. n =1.13s n =1.93s

SOLUSI:
• Menggunakan persamaan diagram bodi bebas untuk momen eksternal dan
efektif yang ekuivalen, tulis persamaan gerak piringan/gear dan kawat.
• Dengan frekuensi natural dan momen inersia piringan yang diketahui, hitung
konstanta pegas torsi.
• Dengan frekuensi natural dan konstanta pegas yang diketahui, hitung momen
inersia roda gigi.
• Gunakan rumus SHM untuk menghitung kecepatan roda gigi maksimum
DWK 36
DWK 37
DWK 38
DWK 39
DWK 40
DWK 41
DWK 42
DWK 43
DWK 44
DWK 45
DWK 46
DWK 47
DWK 48
DWK 49
DWK 50
DWK 51
DWK 52
DWK 53
DWK 54
DWK 55
DWK 56
DWK 57
DWK 58
DWK 59
DWK 60
DWK 61
DWK 62
DWK 63
DWK 64
DWK 65
DWK 66
DWK 67
DWK 68
DWK 69
DWK 70
DWK 71
DWK 72
DWK 73
DWK 74
DWK 75
DWK 76
DWK 77
DWK 78
DWK 79
DWK 80
DWK 81
DWK 82
DWK 83
 Natural Frequencies, Mode Shapes ISTN
The square roots of the eigenvalues of M-1K yield the two
natural frequencies of the two-DOF system ω1 and ω2 ;
the smaller of the two frequencies is labeled ω1 and is
known as the fundamental frequency
The assumed amplitudes of oscillation can now be
determined from
(M K−1
−ωi2I U) (i)
=0 i = 1,2

where each vector U(i) is the i th eigenvector of M-1K

Recall that the components of U(i) cannot be determined
explicitly; only the ratio between the two components can
be determined
The resulting U(i) are known as the mode shapes of
vibration
DWK 84
DWK 85
 Modal Analysis ISTN

The free motion of the masses is determined by taking a

weighted superposition of the different mode shapes (as
in the case of the two-DOF system)
The determination of the free motion of the masses using
a weighted superposition of the mode shapes is known as
modal analysis
Lower frequency modes are more dominant
Consequently the motion of the masses can be
approximated by taking a weighted superposition of only
the first few modes

DWK 86
DWK 87
DWK 88
DWK 89
DWK 90
DWK 91
DWK 92
DWK 93
DWK 94
DWK 95
DWK 96
DWK 97
DWK 98
DWK 99
DWK 100
DWK 101
DWK 102
 Conclusions ISTN

The response of a structure to a pattern of harmonic excitations depends

on the points of application and the amplitudes (as well as phases) of the
forcing functions
In general the strongest response will be in the first or fundamental
mode (corresponding to lowest natural frequency) but depending on
special circumstances higher modes may also be excited
disproportionately
In all structural analysis first a modal analysis must be performed to
determine natural frequencies and mode shapes; this must be
followed by a harmonic analysis over a frequency range that brackets
the first several natural frequencies to determine their response to
expected loading conditions

DWK 103