Vous êtes sur la page 1sur 8

Atraksi Wisata

Atraksi merupakan sektor yang sangat kompleks dalam industri pariwisata, (Swarbrooke
(1995:3). Atraksi adalah sesuatu yang permanen dalam daerah tujuan wisata. Atraksi
ditujukan untuk kepada pengunjung, yang tujuan utamanya untuk memberikan akses kepada
masyarakat umum berupa hiburan, untuk bersenang-senang, pendidikan, menyaksikan
sesuatu yang menarik . Hal ini harus terbuka untuk umum tanpa harus ada pemesanan, harus
di publikasikan setiap tahun dan harus dapat menarik wisatawan dan masyarakat lokali.
(Scottish Touris Board, 1991). Atraksi juga merupakan sumber daya yang bersifat alami yang
dikontrol dan diatur untuk bersenang-senang, hiburan, musik dan pendidikan yang dikunjungi
oleh publik (Middleton, 1988).
Dari berbagai penelitian ilmiah bidang pariwisata, atraksi diklasifikasikan sebagai atribut dari
suatu tempat seperti keindahan alam, iklim, situs, dan budaya. Definisi atraksi wisata yang
lain adalah ‘segala hal yang membuat wisatawan tertarik’ (Lundberg,1985: 33); ‘atraksi bisa
berupa situs atraksi atau peristiwa-peristiwa, dimana keduanya merupakan pengaruh gravitasi
yang mempengaruhi’ (Burkart dan Medlik,1974: 44); ‘atraksi adalah merupakan daya pikat’,
jika tidak demikian, tidak bisa dikatakan sebagai sebuah atraksi’ (Gunn,1972: 37), ‘terkadang
alam dan sejarah mempunyai daya tarik intrinsik’ (Gunn,1979: 71) dan, yang paling nyata,
atraksi memiliki kesatupaduan, keunggulan unik yang mampu menarik wisatawan’ (Schmidt,
1989: 447). Kata ‘atraksi’, ‘daya pikat’ merupakan kata yang menarik dalam penjabaran
atraksi wisata. Namun hal ini pun masih ditentang kembali oleh Pigram (1983:193), bahwa
atraksi sebagai daya pikat bukanlah semata-mata sebuah kesatupaduan’. Ungkapan seperti
atraksi, faktor pendorong, kesatupaduan memiliki arti yang biasa. Makna yang lebih berarti,
akan terungkap ketika terjadinya ‘suatu proses’. Melalui contoh Bumi menjaga keseimbangan
dengan daya tarik gravitasi, dan magnet menarik besi dengan gaya tarik magnet. Proses
tersebut melibatkan sebuah kesatupaduan sifat didalam menarik suatu benda yang mampu
membuat suatu perubahan fisik dan menggerakkan benda lain didalam suatu area.
Sebagai tempat yang menawarkan atraksi, daerah tujuan wisata mempunyai keistimewaan
pada suatu wilayah sebagai suatu tempat untuk berlibur dengan kriteria sebagai berikut:
1. Sesuatu yang menarik wisatawan yang berbeda dari tempat asalnya dimana
wisatawan dapat melakukan aktivitas yang sesuai dengan keinginannya.
2. Memberikan kesenangan dan pengalaman yang menarik,
kepuasan pengunjung/wisatawan untuk menghabiskan waktu berliburnya.
3. Mengembangkan potensi pengetahuan/pendidikan
4. Menyajikan atraksi wisata, memberikan kesenangan kepada wisatawan.
5. Kemungkinan membayar dalam kunjungannya (Walsh-Heron and Stevens,
1990 ed. Swarbrooke, 1995:4)
Dari definisi diatas, Atraksi wisata terbagai dalam 4 kelompok (Swarbrooke,1996:5)
1. Menonjolkan keistimewaan kealamian lingkungan
2. Terbentuk dari buatan manusia, struktur dan tempatnya tergantung kepada tujuan
para pengunjung, seperti kegiatan budaya dan tempat bersejarah, akan tetapi
sekarang ada beberapa wisatawan yang menggunakannya untuk kegiatan bersantai
3. Terbentuk dari buatan manusia, struktur dan tempatnya dengan desain untuk
menarik wisatawan dan kebutuhan tujuan mereka seperti seperti Taman Safari
4. Special event

Pariwisata Event
Event is affair; effect; happening; notable occurance (Getz,glossary). Event dapat
dikategorikan sebagai kegiatan, kejadian yang dapat dirancang dengan tujuan positif maupun
negatif serta kejadian yang tanpa diduga-duga yang menjadi kenyataan.
Kegiatan event, secara keseluruhan dapat dibedakan atas 2 (dua) hal yaitu :
1. Event yang dikemas, yang dapat dilihat dari 2 (sua) sisi, dikemas dengan tujuan
positif dan dikemas secara negatif. Contoh event yang dikemas dengan tujuan positif
adalah event yang selama ini dikenal sebagai event wisata (festival, carnaval, special
event, , event budaya, event sosial, event politik, event olahraga, wedding event .
Sedangkan event yang dikemas dengan tujuan negatif dilihat dari perspektif
kepariwisataan termasuk dalam hal ini adalah demonstrasi, kerusuhan, peledakan
bom.
2. Event yang tidak dikemas, adalah kejadian yang biasanya terjadi secara tiba-tiba,
mendadak, tanpa perencanaan, tidak diharapkan, tanpa memerlukan ‘organizer’.
Contoh event ini adalah tsunami, banjir, tanah longsor, gempa bumi dan lain
sebagainya.
Event yang terkait kepariwisataan dapat dilihat atas lingkup (a) Festivals, Special Event,
Mega Event (Getz:1991), (b) Major Event (Torkildson,1986:456). Seperti diungkapkan
diatas, event dalam kamus secara umum dapat berarti sesuatu yang terjadi, kejadian, sebagai
suatu hasil atau bagian dari kegiatan olahraga (Getz, 1991:43).
A special event is a onetime or infrequently occurring event outside the normal program or
activities of the sponsoring or organizing body.To the customer, a special event is an
opportunity for a leisure, social, or cultural experience outside the normal range of choices
or beyond everyday experience.
Tidak semua kegiatan bisa dikategorikan event wisata. Event dapat dikategorikan sebagai
event wisata, apabila event tersebut memiliki beberapa ciri-ciri, yaitu :
1. Berbeda dengan atraksi dalam bentuk permanen (patung, pura, gedung)
2. Mempunyai kepastian atau ketentuan kegiatan (fixed time)
3. Biasanya memiliki waktu yang pendek
4. Biasanya terlibat masyarakat atau kelompok tertentu
5. Dapat berdiri sendiri, tanpa harus terikat dengan atraksi permanen
Menurut Getz (1991:45), dalam bukunya “Festivals, Special Event and
Tourism”, memberikan gambaran Pariwisata event dilihat dari sisi penawaran. Terdapat 7
(tujuh) elemen yang ada dalam sebuah daerah tujuan wisata untuk dapat tidaknya sebuah
daerah menyelenggarakan kegiatan event wisata. Adapun ketujuh elemen tersebut (1)
infrastruktur (2) akomodasi (3)transportasi (4) atraksi (5) katering (6) pedagang pengecer (7)
sarana rekreasi atau hiburan.
Dari ketujuh elemen tersebut, wisatawan yang datang ke destinasi dapat menikmati 3
bagian elemen atraksi, yang disebut Atraksi Mutlak, Atraksi Permanen, dan event (Ambient
Atraction, Permanent Atraction, dan event). Karakteristik dari Pariwisata event adalah
sebagai berikut :
1. Terbuka untuk umum
2. Tujuan utamanya untuk memperingati atau memamerkan tema tertentu
3. Diselenggarakan dalam jangka waktu setahun atau kurang
4. Ada acara pembukaan dan penutupan
5. Struktur organisasi yang dibentuk tidak permanen
6. Program acara terdiri dari beberapa aktivitas
7. Seluruh aktivitas diselenggarakan pada tempat dan lokasi yang sama dalam satu
wilayah.
Tahapan Pengembangan Pariwisata Event
Event dalam kaitannya dengan perencanaan destinasi wisata, Getz (1991:5) menyebutkan
Event mempunyai peranan penting dalam pembangunan pariwisata. Terdapat 4 (empat) hal
penting perlunya pariwisata event antara lain:
1. Event sebagai atraksi (attraction), sangat jelas dapat diungkapkan dimana kegiatan
Pariwisata event merupakan atraksi/daya tarik tersendiri bagi sebuah destinasi.
Atraksi adalah sesuatu yang menarik untuk dilihat/dinikmati. Atraksi menunjukkan
hal utama pilihan wisatawan konvensi menilai Bali (Mahadewi,2004).
2. Event sebagai pemberi citra destinasi (image maker); melalui kegiatan event sebuah
destinasi dapat memasarkan dirinya untuk memberikan kesan dan pandangan terhadap
destinasi yang ditawarkan.
3. Event sebagai pendorong tumbuhnya atraksi wisata (animators of static attractions).
Melalui kegiatan event, dapat ditunjukkan segala bentuk atraksi yang merupakan
ajang aktivitas dan kreativitas pelaku event.
4. Event sebagai penggerak tumbuhnya pembangunan sektor lain (catalyst for other
development). Melalui event, pertumbuhan sektor lain secara tidak langsung tumbuh
untuk melengkapi kegiatan event yang dilaksanakan.
Hal yang paling mendasar dan aspek penting dari Pariwisata event adalah untuk upaya
mendatangkan wisatawan baik domestic maupun mancanegara (Getz, 1991:5). Getz juga
menyampaikan, tidak semua event yang ditawarkan mampu menarik bagi wisatawan.
Adakalanya wisatawan datang bersamaan dengan kegiatan event, hanya untuk melihat
peluang apa yang bisa dilakukannya selama event. Dalam hal ini wisatawan yang datang
adalah untuk bisnis. Sehingga batasan Pariwisata yang menyebutkan Pariwisata adalah
kegiatan bersenang-senang dan mengeluarkan uang, dalam hal event dapat terjadi menjadi
kegiatan untuk bisnis dan mendapatkan uang. Gunn (1988,ed.Getz, 1991:6), menyebutkan
atraksi pada sebuah destinasi merupakan promosi paling efektif dalam mengemas kegiatan
event. Atraksi yang atraktif dapat digunakan sebagai alat ukur untuk menentukan sebuah
event menjadi manarik atau tidak (Getz,1991:6). Gambar 1 berikut menunjukkan hubungan
kegiatan event dan Pariwisata.
Getz mengemukakan pendapatnya bahwa kegiatan event dapat menjadi katalis, image maker,
atraksi, animator dan sebagai bentuk pariwisata alternatif serta pengembangan yang
berkesinambungan.
Event are an important part of any comprehensive community recreation programme.
They capture the imagination. Events can involve the community; they can increase
awareness; they can help put an organization or an activity on the map.Event can bring top
class performers, entertainment, novelty, adventure, surprise and fun to add height, width,
depth and glamour to a programme(Torkildson, 1986:456).

Event adalah adalah bagian penting dari keseluruhan kegiatan rekreasi yang ditawarkan.
Kegiatan event banyak melibatkan masyarakat dan dapat memberikan kesejahteraan;
melibatkan organisasi secara langsung dalam kegiatan yang diselenggarakan. Penanganan
yang profesional dalam kegiatan event, dapat memberi nilai tambah bagi program wisata
yang ditawarkan. Penanganan yang buruk dalam menyelenggarakan kegiatan event dapat
berakibat berkurangnya nilai event yang ditawarkan (Torkildson, 1986:456). Hal ini dapat
berakibat buruk bagi nama baik pihak penyelenggara yang menawarkannya. Yang perlu
mendapat perhatian adalah para Recreation Manager hendaknya dapat mengontrol
pelaksanaan kegiatan event dari awal perencanaan sampai event berlangsung. Bagamanapun
juga kegiatan event adalah kegiatan berwisata yang tujuan utamanya adalah untuk bersenang-
senang, to switch off and relax (Krippendorf dalam France, 1997:39).
Untuk mengerti bagaimana sebuah kawasan dapat berkembang menjadi kawasan dengan
pariwisata event , dengan mengadopsi Getz (1991:140,187) membagi tahapan perencanaan
pemasaran pariwisata event menjadi beberapa tahap. Tahap pertama yaitu tahap perencanaan
yang terdiri dari dua bagian yaitu perencanaan secara individu dan kolektif. Tahap ini pada
awalnya dicirikan oleh adanya kesadaran sebagian kecil penduduk lokal akan peluang
pemanfaatan sumberdaya lokal dalam perencanaan sosial ekonomi. Tahap ini merupakan
evolusi awal ketika atraksi dengan aktivitasnya mengintegrasikan konsep pariwisata dalam
proses pembangunan ekonominya. Proses dalam tahap ini berjalan lambat dimana hanya
sedikit wisatawan tiba untuk menyaksikan tetapi beberapa penduduk lokal telah menyadari
akan peluang yang ditawarkannya. Tahap ini lebih bersifat inisiatif secara individual. Seiring
diterimanya ide pariwisata maka akan diadopsi secara kolektif yang dicirikan oleh diadopsi
dan diimplementasikannya ide pariwisata sebagai bagian dari pembangunan ekonomi secara
kolektif oleh komunitas tersebut. Tahap ini merupakan tahap perencanaan dan
pengimplementasian strategi untuk kepentingan bersama. Hal ini akan diakomodasikan dalam
kerangka perencanaan yang bersifat formal berdasarkan kerjasama antara penduduk,
organisasi, dan lembaga bisnis di kawasan tersebut. Tidak tertutup kemungkinan untuk
menjajaki kemitraan antar organisasi lokal, regional, nasional dan pemerintah. Contohnya,
diakomodasikannya festival dan event budaya untuk menarik lebih banyak wisatawan masuk
ke kawasan tersebut oleh Pemerintah Daerah.
Tahap kedua merupakan tahap penguatan sistem sosial (network) yang dicirikan oleh
dibangunnya kemitraan antara komunitas lokal dengan lembaga pariwisata formal untuk
menjamin keberlanjutan atraksi pariwisata. Pada tahap ini komponen pendukung pariwisata
mulai dilembagakan untuk menjamin pengelolaan pariwisata yang memberikan manfaat dan
keuntungan dalam jangka pendek dengan tidak melupakan konservasi sumber daya untuk
kepentingan jangka panjang. Termasuk dalam tahap ini berupa peningkatan efesiensi dan
efektifitas pengembangan sumberdaya yang ada. Organisasi pariwisata yang dibangun untuk
mengelola atraksi dengan aktivitasnya tersebut mengambil kendali semua proses
pengembangan untuk menjamin keterpaduan dan integrasi pemasaran destinasi.
Tahap terakhir merupakan implementasi/pelaksanaan pariwisata event yang dicirikan oleh
telah berjalannya pariwisata event melalui festival. Ada pengembangan kerjasama pemasaran
destinasi jangka panjang yang sepenuhnya terpadu. Dalam tahap ini, perencanaan
pengembangan harus bertanggung jawab, berdasar kebutuhan lokal, dan dapat menjangkau
dan menjamin keuntungan komunitas lokal dalam jangka pendek dan jangka panjang dengan
tanpa melupakan isu konservasinya. Tahap ini mengandung beberapa prinsip pokok
yaitu strategic plan for destination area, product development, product-market matching,
market research, policies and priorities (Getz, 1991: 140).

Dampak Event Pariwisata


Kegiatan event dapat dikatakan kegiatan pariwisata karena para pengunjung event melakukan
suatu perjalanan yang meninggalkan tempat asal mereka dengan menghabiskan uang dan
waktu serta dilaksanakan dengan bersenang-senang.
Suatu destinasi wisata tempat penyelenggaraan event yang dikunjungi wisatawan dapat
dipandang sebagai konsumen sementara. Mereka datang ke daerah tersebut dalam jangka
waktu tertentu, menggunakan sumber daya dan fasilitasnya, dan biasanya mengeluarkan uang
untuk berbagai keperluan, tidak dapat dibantah bahwa hal itu akan berdampak pada
kehidupan ekonomi destinasi tersebut. Dampak ekonomi yang ditimbulkan, secara langsung
maupun tidak langsung serta dapat bersifat positif maupun negatif. Cohen (1984, dalam
Pitana, 2009) mengemukakan bahwa dampak pariwisata terhadap kondisi sosial ekonomi
masyarakat lokal dapat dikategorikan menjadi delapan kelompok besar, yaitu:
1. dampak terhadap penerimaan devisa
2. dampak terhadap pendapatan masyarakat
3. dampak terhadap kesempatan kerja
4. dampak terhadap harga-harga
5. dampak terhadap distribusi manfaat/keuntungan
6. dampak terhadap kepemilikan dan control
7. dampak terhadap pembangunan pada umumnya, dan
8. dampak terhadap pendapatan pemerintah.
Berridge (2007) menulis ada sumber lain mengemukakan pentingnya dampak event untuk
dipelajari lebih jauh. Hal sama juga diungkapkan oleh Chernushenko, 1994; Getz, 1997;
Hall,1997; Roche,2000; Gratton & Henry,2001; Shibli & Gratton,2001; Berridge,2004;
Shone & Parry, 2004; Allen et al.,2005; Bowdin et al.2006b; yang menekankan dampak
penyelenggaraan event berakibat secara makro dan mikro serta memberi banyak
pengalaman. Dampak yang ditimbulkan dapat secara ekonomi, politik dan sosial.
Ada banyak dampak positif pariwisata bagi perekonomian, diantaranya sebagai berikut
(Leiper, 1990 dalam Pitana, 2010).
a. Pendapatan dari penukaran valuta asing
b. Menyehatkan neraca perdagangan luar negeri
c. Pendapatan dari usaha atau bisnis pariwisata
d. Pendapatan pemerintah
e. Penyerapan tenaga kerja
f. Multiplier effects
g. Pemanfaatan fasilitas pariwisata oleh masyarakat lokal
Di samping dampak positif bagi perekonomian di atas, Pitana mengutip WTO (1980: 9-12)
mengidentifikasi dampak positifnya sebagai berikut.
a. Meningkatnya permintaan akan produk pertanian lokal.
b. Memacu pengembangan lokasi atau lahan yang kurang produktif
c. Menstimulasi minat dan permintaan akan produk eksotik dan tipikal bagi suatu daerah
atau negara
d. Meningkatkan jumlah dan permintaan akan produk perikanan dan laut
e. Mendorong pengembangan wilayah dan penciptaan kawasan ekonomi baru
f. Menghindari konsentrasi penduduk dan penyebaran aktifitas ekonomi
g. Penyebaran infrastruktur ke pelosok wilayah
h. Manajemen pengelolaan sumber daya sebagai sumber revenue bagi otoritas lokal
Di samping dampak positif pariwisata terhadap ekonomi yang telah diuraikan di atas, juga
tidak dapat dipungkiri terdapat beberapa dampak negatif dari keberadaan pariwisata bagi
ekonomi suatu daerah atau negara. Dampak negatif tersebut diantaranya adalah sebagai
berikut (Mathieson dan Wall, 1982 dalam Leiper, 1990: 233).
a. Ketergantungan terlalu besar pada pariwisata
b. Meningkatkan angka inflasi dan meroketnya harga tanah
c. Meningkatnya kecenderungan untuk mengimpor bahan-bahan yang diperlukan dalam
pariwisata sehingga tidak terserapnya produk lokal
d. Sifat pariwisata yang musiman, tidak dapat diprediksi dengan tepat sehingga
pengembalian modal investasi juga tidak pasti waktunya
e. Timbulnya biaya-biaya tambahan lain bagi perekonomian setempat.
Menurut WTO (1980: 9-12) dampak negatif pariwisata lainnya bagi ekonomi suatu daerah
atau negara selain diantaranya sebagai berikut.
a. Kelangkaan akan sumber bahan makanan
b. Ketidakcocokan produk lokal dengan permintaan pasar pariwisata
c. Kelangkaan sumber energi dan bertambahnya biaya pengolahan limbah

Vous aimerez peut-être aussi