Vous êtes sur la page 1sur 25

PERAN SIKAP DALAM ASPEK KEPERILAKUAN PADA

PENGAMBILAN KEPUTUSAN

OLEH

OKTA JULIO

15622029

AKUNTANSI P/1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan penyusunan Makalah Akuntansi Hotel
yang berjudul “Peran sikap dalam aspek keprilakuan pada Pengambilan keptusan
dan Para Pengambil Keputusan”.

Tema yang saya bahas dalam makalah ini berhubungan dengan konsep
keperilakuan dari psikologi dan psikologi sosial. Hal ini dilakukan agar kita
semua dapat mengetahui secara rinci perihal pokok bahasan tersebut.

Penyusun menyadari, bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari pembaca sangat saya butuhkan guna kesempurnaan di
masa mendatang.

Terakhir, tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang terlibat dalam penyusunan makalah ini, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Semoga makalah yang saya susun dapat bermanfaat.

Penyusun

Okta Julio

i
Daftar Isi

Kata Pengantar ................................................................................................. ii

Daftar Isi .......................................................................................................... iii

Bab 1: Pendahuluan

1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 1
1.3 Tujuan ................................................................................................. 1
Bab 2: Pembahasan

2.1 Pengertian Prilaku ............................................................................... 5


2.2 Sikap ................................................................................................... 5
2.3 Pengantar Akuntansi Keprilakuan ....................................................... 13
2.4 Peran sikap dalam aspek keprilakuan pada Pengambilan keptusan dan Para
Pengambil Keputusan .......................................................................... 16
Bab 3: Penutup

3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 22

Daftar Pustaka ................................................................................................ 24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akuntansi sebagai sistem, akuntansi sebagai suatu ilmu, akuntansi sebagai


suatu mitos, akuntansi sebagai seni pencatatan, semakin lama semakin luas saja
bidang cakupan akuntansi. Asumsi bahwa akuntansi bisa mempengaruhi bidang
apapun mulai terlihat nyata pada perkembangannya di era globalisasi, di era layar
yang kita hadapi sekarang.

Akuntansi semakin diperlukan oleh semua sektor dan semua bidang.


Sebuah sunnatullah yang diajarkan oleh Rasulullah S.A.W tentang pentingnya
pengelolaan keuangan dengan mengedepankan prinsip transparansi. Telah jauh
sebelumnya di lukiskan di dalam Surah Al-Baqarah ayat 282 tentang wajibnya
mengedepankan transparansi dalam setiap transaksi dan semakin jelas dengan
pencatatan.

Akuntansi mulai menyentuh aspek keperilakuan yaitu pada individu


manusia itu sendiri menjadi tren positif di kalangan praktisi dan akademik di
bidang akuntansi. Dengan hanya melihat, mendengar, mengetahui informasi,
bahkan memberi pendapat terhadap laporan keuangan ternyata tidak dapat
dipungkiri, juga dipengaruhi oleh faktor sosilologis dan psikologis manusia. Bisa
saja kondisi seorang individu sebelum menyatakan pendapatnya atas laporan
keuangan berubah. Karena menurut penulis sendiri faktor psikologis merupakan
salah satu faktor internal dan mempunyai andil penting ketika opini atau pendapat
dikeluarkan terkait dengan laporan keuangan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu perilaku?


2. Bagaimanakah konsep keperilakuan dalam akuntansi?
3. Bagaimana aspek keperilakuan pada pengambilan keputusan dalam
akuntansi?

3
1.3 Tujuan

Penyusunan makalah ini merupakan syarat ujian mid semester dari mata
kuliah Akuntansi Keperilakuan pada semester enam. Selain merupakan syarat
ujian semester, banyak kemudian manfaat yang kita dapatkan ketika membaca,
menelaah, dan membutuhkan informasi dari makalah ini. Makalah ini juga
merupakan ringkasan dari beberapa hasil diskusi kami dalam perkuliahan. Tujuan
dari makalah ini adalah memberikan informasi seluas-luasnya kepada mahasiswa,
dosen, civitas akademika tentang adanya aspek keperilakuan yang turut
mengambil andil penting dalam akuntansi. Terlebih lagi dari makalah ini dapat
memberikan informasi ke masyarakat pada umumnya.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Prilaku

Perilaku berasal dari kata “peri” dan “laku”. Peri berarti cara berbuat
kelakuan perbuatan, dan laku berarti perbuatan, kelakuan, cara menjalankan. .
Belajar dapat didefinisikan sebagai satu proses dimana suatu organisasi berubah
perilakunya sebagai akibat pengalaman. Skinner membedakan perilaku menjadi
dua, yakni :

1. Perilaku yang alami (innate behaviour), yaitu perilaku yang dibawa sejak
organisme dilahirkan yang berupa refleks-refleks dan insting-insting.
2. Perilaku operan (operant behaviour) yaitu perilaku yang dibentuk melalui
proses belajar.

Pada manusia, perilaku operan atau psikologis inilah yang dominan.


Sebagian terbesar perilaku ini merupakan perilaku yang dibentuk, perilaku yang
diperoleh, perilaku yang dikendalikan oleh pusat kesadaran atau otak (kognitif).
Timbulnya perilaku (yang dapat diamati) merupakan resultan dari tiga daya pada
diri seseorang, yakni :

1. Daya seseorang yang cenderung untuk mengulangi pengalaman yang enak


dan cenderung untuk menghindari pengalaman yang tidak enak (disebut
conditioning dari Pavlov & Fragmatisme dari James);
2. Daya rangsangan (stimulasi) terhadap seseorang yang ditanggapi, dikenal
dengan “stimulus-respons theory” dari Skinner;
3. Daya individual yang sudah ada dalam diri seseorang atau kemandirian
(Gestalt Theory dari Kohler).
2.2 Sikap
A. Pengertin Sikap

Sikap adalah suatu hal yang mempelajari mengenai seluruh tendensi


tindakan, baik yang menguntungkan maupun yang kurang menguntungkan, tujuan

5
manusia, objek, gagasan, atau situasi. Istilah objek dalam sikap digunakan untuk
memasukkan semua objek yang mengarah pada reaksi seseorang. Ketiga
komponen sikap: pengertian (cognition), pengaruh (affect), dan perilaku
(behavior). Susunan sikap yang dipandang berdasarkan ketiga komponen tersebut
membantu untuk memahami kerumitan sikap dan hubungan potensial antara sikap
dan perilaku.

B. Komponen Sikap

Terdapat tiga komponen sikap, tiga komponen sikap itu adalah komponen
respons evaluative kognitif, komponen respons evaluative afektif, dan komponen
respons evaluative perilaku. Ketiga komponen itu secara bersama merupakan
penentu bagi jumlah keseluruhan sikap seseorang, yaitu:

1. Komponen Respons evaluatif kognitif

Gambaran tentang cara seseorang dalam mempersepsi objek, peristiwa atau situasi
sebagai sasaran sikap. Komponen ini adalah pikiran, keyakinan atau ide seseorang
tentang suatu objek. Dalam bentuk yang paling sederhana, komponen kognitif
adalah kategori-kategori yang digunakan dalam berpikir. Aspek sikap yang
berkenaan dengan penilaian individu terhadap obyek atau subyek. Informasi yang
masuk ke dalam otak manusia, melalui proses analisis, sintesis, dan evaluasi akan
menghasilkan nilai baru yang akan diakomodasi atau diasimilasikan dengan
pengetahuan yang telah ada di dalam otak manusia. Nilai – nilai baru yang
diyakini benar, baik, indah, dan sebagainya, pada akhirnya akan mempengaruhi
emosi atau komponen afektif dari sikap individu.

2. Komponen Respons evaluative afektif

Adalah perasaan atau emosi yang dihubungkan dengan suatu objek sikap.
Perasaan atau emosi meliputi kecemasan, kasihan, benci, marah, cemburu,atau
suka. Dinegara Amerika Serikat, kemungkinan berpindahnya oaring kulit hitam
ke daerah perumahan orang kulit putih dapat menimbulkan rasa cemas banyak
warga kulit putih.

6
3. Komponen Respons evaluative perilaku

Adalah tendensi untuk berperilaku pada cara-cara tertentu terhadap objek


sikap. Dalam hal ini, tekanan lebih pada tendensi untuk berperilaku dan bukan
pada perilaku secara terbuka.

Sikap seseorang terhadap suatu obyek atau subyek dapat positif atau negatif.
Manifestasikan sikap terlihat dari tanggapan seseorang apakah ia menerima atau
menolak, setuju atau tidak setuju terhadap obyek atau subyek. Komponen sikap
berkaitan satu dengan yang lainnya. Dari manapun kita memulai dalam analisis
sikap, ketiga komponen tersebut tetap dalam ikatan satu sistem.

Komponen kognitif, afektif, dan kecenderungan bertindak merupakan suatu


kesatuan sistem, sehingga tidak dapat dilepas satu dengan lainnya. Ketiga
komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap dan Ketiga komponen
kognitif, afektif, dan kecenderungan bertindak secara bersama- sama membentuk
sikap.

C. Fungsi Sikap

Sikap memiliki empat fungsi utama: pemahaman,kebutuhan akan


kepuasan, defensif ego, dan ungkapan nilai. Pemahaman atau pengetahuan
berfungsi untuk membantu seseorang dalam memberikan maksud atau memahami
situasi atau peristiwa baru. Sikap juga melayani suatu hal yang bermanfaat atau
fungsi kebutuhan yang memuaskan. Sikap juga melayani fungsi defensif ego
dengan melakukan pengembangan guna melindungi manusia dari pengetahuan
yang berlandaskan kebenaran mengenai dasar manusia itu sendiri atau dunianya.
Sikap juga melayani fungsi nilai ekspresi.

D. Sikap dan Konsistensi

Orang-orang mengusahakan konsistensi antara sikap-sikapnya serta antara


sikap dan perilakunya. Ini berarti bahwa individu-individu berusaha untuk
menghubungkan sikap-sikap mereka yang terpisah dan menyelaraskan sikap
dengan perilaku mereka sehingga mereka kelihatan rasional dan konsisten.

7
E. Formasi Sikap dan Perubahan

Formasi sikap mengacu pada pengembangan suatu sikap yang mengarah


pada suatu objek yang tidak ada sebelumnya. Perubahan sikap mengacu pada
substitusi sikap baru untuk seseorang yang telah ditangani sebelumnya. Sikap
dibentuk berdasarkan karakter faktor psikologis, pribadi dan sosial. Hal pokok
yang paling fundamental mengenai cara sikap dibentuk sepenuhnya berhubungan
langsung dengan pengalaman pribadi terhadap suatu objek, yaitu pengalaman
yang menyenangka maupun tidak, traumatis, frekuensi kejadian, dan
pengembangan sikap tertentu yang mengarah pada gambaran hidup baru.

F. Beberapa Teori Terkait dengan Sikap


1. Teori Perubahan Sikap
Teori perubahan sikap dapat membantu untuk memprediksikan
pendekatan yang paling efektif. Sikap, mungkin dapat berubah sebagai hasil
pendekatan dan keadaan.
2. Teori Pertimbangan Sosial
Teori pertimbangan sosial ini merupakan suatu hasil perubahan mengenai
bagaimana orang-orang merasa menjadi suatu objek dan bukannya hasil
perubahan dalam memercayai suatu objek. Teori ini menjelaskan bahwa manusia
dapat menciptakan perubahan dalam sikap individu jika mau memahami struktur
yang menyangkut sikap orang laindan membuat pendekatan setidaknya untuk
dapat mengubah ancaman.
3. Konsistensi dan Teori Perselisihan
Teori konsistensi menjaga hubungan antara sikap dan perilaku dalam
ketidakstabilan, walaupun tidak ada tekanan teori dalam sistem. Teori perselisihan
adalah suatu variasi dari teori konsistensi.
4. Teori Disonansi Kognitif
Leon Festinger pada tahun 1950-an mengemukakan teori Disonansi
Kognitif. Teori ini menjelaskan hubungan antara sikap dan perilaku. Disonansi
dalam hal ini berarti adanya suatu inkonsistensi. Festinger mengatakan bahwa
hasrat untuk mengurangi disonansi akan ditentukan oleh pentingnya unsur-unsur

8
yang menciptakan disonansi itu, derajat pengaruh yang diyakini dimiliki oleh
individu terhadap unsur-unsur itu, dan ganjaran yang mungkin terlibat dalam
disonansi. Teori ini dapat membantu kecenderungan untuk mengambil bagian
dalam perubahan sikap dan perilaku.
5. Teori Persepsi Diri
Teori persepsi diri menganggap bahwa orang-orang mengembangkan
sikap berdasarkan bagaimana mereka mengamati dan menginterpretasikan
perilaku mereka sendiri. Teori ini mengusulkan fakta bahwa sikap tidak
menentukan perilaku, tetapi sikap itu dibentuk setelah perilaku terjadi guna
menawarkan sikap yang konsisten dengan perilaku.
6. Teori Motivasi dan Aplikasinya
Terdapat keyakinan bahwa perilaku manusia ditimbulkan oleh adanya
motivasi. Dengan demikian, ada sesuatu yang mendorong (memotivasi) seseorang
untuk berbuat sesuatu.
7. Teori Motivasi Awal
Tiga teori spesifik dirumuskan selama kurun waktu tahu 1950-an. Ketiga
teori ini adalah teori hierarki kebutuhan,teori X dan Y, dan teori motivasi higiene.
Teori-teori ini bersifat awal karena: 1) teori-teori ini mewakili suatu dasar dari
mana teori-teori kontemporer berkembang, dan 2) para manajer mempraktikkan
penggunaan teori dan istilah-istilah ini untuk menjelaskan motivasi karyawan
secara teratur.
8. Teori Kebutuhan dan Kepuasan
Moslow menjelaskan suatu bentuk teori kelas. Teorinya menjelaskan
bahwa masing-masing individu mempunyai beraneka ragam kebutuhan yang
dapat mempengaruhi perilaku mereka.

Hierarki kebutuhan manusia oleh Moslow

a. Kebutuhan fisiologis (physiologis needs ), yaitu kebutuhan fisik , seperti


rasa lapar, rasa haus, kebutuhan akan perumahan, pakaian, dan lain
sebagainya.

9
b. Kebutuhan akan keamanan (safety needs ), yaitu akan kebutuhan
keselamatan dan perlindungan dari bahaya, ancaman, perampasan atau
pemecatan.
c. Kebutuhan sosial (social needs ), yaitu kebutuhan akan rasa cinta dan
kepuasan dalam menjalin hubunnga dengan orang lain, kebutuhan akan
kepuasan dan perasaan memiliki serta diterima dalam suatu kelompok,
rasa kekeluargaan, persahabatan, dan kasih sayang.
d. Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs ), yaitu kebutuhan akan status
atau kedudukan, kehormatan diri, reputasi, dan prestasi.
e. Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization needs ), yaitu kebutuhan
pemenuhan diri untuk mempergunakan potensi ekspresi diri dan
melakukan apa yang paling sesuai dengan dirinya.
9. Teori Prestasi
Teori ini pada awalnya dikembangkan oleh McClelland pada awal tahun
1990. Teori McClelland mempunyai suatu faktor hierarki yang memotivasi
perilaku. Dalam kasus ini, terdapat tiga faktor yaitu prestasi, kekuatan dan afiliasi.
Riset yang dilakukan oleh McClellandmembri hasil bahwa terdapat tiga
karakreristik dari orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi, yaitu :
a. Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi memiliki rasa
tanggung jawab yang tinggi terhadap pelaksanaan suatu tugas atau
pencarian solusi atas suatu permasalahan.
b. Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi cenderung
menetapkan tingkat kesulitan tugas yang moderat dan menghitung
risikonya.
c. Orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi memiliki keinginan
yang kuat untuk memperoleh umpan balik (feed back ) atau tanggapan atas
pelaksanaan tugasnya.
10. Teori Motivasi
Pada pertengehan tahun 1960-an Herzberg mengajukan suatu teori
motivasi yang di bagi kedalam beberapa faktor. Asumsi terpenting dari bentuk
teori Herzberg adalah factor yang mempunyai pengaruh positif dalam motivasi

10
dan menjadi bahan perbedaan yang menyenangkan dari seluruh pengaruh negatif.
Faktor-faktor ini meliputi : kebijakan perusahaan , kondisi pekerjaan, hubungan
perseorangan, keamanan kerja dan gaji. Faktor motivasi meliputi : prestasi,
pengakuan, tantangan pekerjaan, promosi, dan tanggung jawab.
11. Teori Keadilan
Teori keadilan pertama kali dipublikasikan oleh Adam pada tahun1963.
Dalam teori keadilan, kunci ketidakpuasan terhadap pekerjaan yang dilakukan
oleh seorang individu adalah jika orang tersebut membandingkannya dengan
lingkungan lainnya.
12. Teori ERG
Teori ERG (existence, relatedness, growth ) menganggap bahwa
kebutuhan akan manusia memilki tiga hierarki kebutuahan, yaitu kebutuhan akan
eksistensi ( existence needs), kebutuhan akan keterikatan ( relatedness needs ) dan
kebutuhan akan pertumbuhan (growth needs ).
13. Teori Harapan
Teori ini dikembangkan sejak tahun 1930-an oleh Kurt Levin dan Edward
Tolman. Teori harapan disebut juga teori valensi atau teori instrumentalis. Ide
dasar teori ini adalah bahwa motivasi ditentukan oleh hasil yang diharapkan akan
diperoleh seseorang sebagai akibat dari tindakannya. Variabel-variabel kunci
dalam teori harapan adalah: usaha (effort), hasil (income),harapan (expectancy),
instrumen-instrumen yang berkaitan dengan hubungan antara hasil tingkat
pertama dengan hasil tingkat kedua,hubungan antara prestasi dan imbalan atas
pencapaian prestasi, serta valensi yang berkaitan dengan kader kekuatan dan
keinginan seseorang terhadap hasil tertentu.
14. Teori penguatan
Teori penguatan memiliki konsep dasar yaitu :
a. Pusat perhatian adalah pada perilaku yang dapat diukur, seperti jumlah
yang dapat diproduksi, kualitas produksi, ketepatan pelaksanaan jadwal
produksi, dan sebagainya.

11
b. Kontinjensi penguatan (contingencies of reinforcement), yaitu berkaitan
dengan urutan-urutan antara stimulus, tanggapan, dan konsekuensi dari
perilaku yang ditimbulkan.
c. Semakin pendek interval waktu antara tanggapan atau respon karyawan
(misalnya prestasi kerja) dengan pemberian penguatan (imbalan), maka
semakin besar pengaruhya terhadap perilaku.
15. Teori Penetapan Tujuan
Teori ini dikembangkan oleh Edwin Loceke(1986) konsep dasar dari teori
ini adalah bahwa karyawan yang memahami tujuan (apa yang diharapkan
organisasi terhadapnya) akan terpengaruh perilaku kerjanya.
16. Teori Atribusi
Teori ini dikembangkan oleh Fritz Heider yang berargumentasi bahwa
perilaku seseorang ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan internal(internal
forces), yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, seperti
kemampuan atau usaha, dan kekuatan eksternal (eksternal forces), yaitu factor-
faktor yang berasal dari luar seperti kesulitan dalam pekerjaan atau
keberuntungan.
17. Teori Agensi
Teori ini mengasumsikan kinerja yang efisien dan bahwa kinerja
organisasi ditentukan oleh usaha dan pengaruh kondisi lingkunngan. Teori ini
secara umum mengasumsikan bahwa principal bersikap netral terdadap risiko
sementara agen bersikap menolak usaha dan risiko.
18. Pendekatan Dyadic
Pendekatan tersebut menyatakan bahwa ada dua pihak, yaitu atasan
(superior) dan bawahan (subordinate), yang berperan dalam [proses evaluasi
kinerja. Pendekatan ini dikembangkan oleh Danserau et al. pada tahun 1975.
Danserau menyatakan bahwa pendekatan ini tepat untuk menganalisis hubungan
antara atasan dan bawahan karena mencerminkan proses yang menghubungkan
keduanya.

12
2.3 Pengantar Akuntansi Keperilakuan

A. Akuntansi Keperilakuan – Tinjauan Umum

Akuntansi merupakan suatu system untuk menghasilkan informasi


keuangan yang digunakan oleh para pemakainya dalam proses pengambilan
keputusan bisnis. Tujuan informasi tersebut adalah memberikan petunjuk dalam
memilih tindakan yang paling baik untuk mengalokasikan sumber daya yang
langka pada aktifitas bisnis dan ekonomi. Namun, pemilihan dan penetapan suatu
keputusan bisnis juga melibatkan aspek-aspek keperilakuan dari para pengambil
keputusan. Dengan demikian, akuntansi tidak dapat dilepaskan dari aspek perilaku
manusia serta kebutuhan organisasi akan informasi yang dapat dihasilkan oleh
akuntansi. Akhirnya, akuntansi bukanlah suatu yang statis, tetapi akan selalu
berkembang sepanjang waktu seiring dengan perkembangan linkungan akuntansi,
agar dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh penggunanya.

Pihak pemakai laporan keuangan dapat dibagi menjadi dua kelompok


yaitu pemakai internal (internal users) dan pemakai eksternal (external users).
Sebagaimana dibahas sebelumnya, pemakaian laporan keuangan oleh pihak
internal dimaksudkan untk melakukan serangkaian evaluasi kinerja. Sedangkan
pihak eksternal, sama seperti pihak internal, tetapi mereka lebih berfokus pada
jumlah investasi yang mereka lakukan dalam orgnisasi tersebut.

Awal perkembangan riset akuntansi keperilakuan menekankan pada aspek


akuntansi manajemen khususnya penganggaran (budgeting), namun domain
dalam hal ini terus berkembang dan bergeser kearah akuntansi keuangan, system
informasi akuntansi, dan audit. Banyaknya volume riset atas akuntansi
keperilakuan dan meningkatnya sifat spesialisasi riset, serta tinjauan studi secara
periodic, akan memberikan manfaat untuk beberapa tujuan berikut ini :

1. Memberikan gambaran state of the art terhadap minat khusus dalam


bidang baru yang ingin diperkenalkan.
2. Membantu dalam mengidentifikasikan kesenjangan riset.

13
3. Untuk meninjau dengan membandingkan dan membedakan kegiatan riset
melalui subbidang akuntansi.

Akuntansi keperilakuan menggunakan metodologi ilmu pengetahuan


perilaku untuk melengkapi gambaran informasi dengan mengukur dan
melaporkan faktor manusia yang mempengaruhi keputusan bisnis dan hasil
mereka. Akuntasi keperilakuan menyediakan suatu kerangka yang disusun
berdasarkan tekhnik berikut ini, yaitu :

1. Untuk memahami dan mengukur dampak proses bisnis terhadap orang-


orang dan kinerja perusahaan.
2. Untuk mengukur dan melaporkan perilaku serta pendapat yang relevan
terhadap perencanaan strategis.
3. Untuk mempengaruhi pendapat dan perilaku guna memastikan
keberhasilan implementasi kebijakan perusahaan.

Akuntansi Konvensional

Ada banyak definisi dan arti akuntansi yang ditulis oleh para ahli dan peneliti
yang merupakan pakar dibidang akuntansi. Salah satu diantaranya, Siegel dan
Marconi (1989), mendefinisikan akuntansi sebagai suatu disiplin jasa yang
mampu memberikan informasi yang relevan dan tepat waktu mengenai masalah
keuangan perusahaan dan untuk membantu pemakai internal dan eksternal dalam
proses pengambila keputusan ekonomi.

Akuntansi sebagai suatu Sistem Informasi

Akuntansi menjadi yang terdepan dan berperan penting dalam


menjalankan ekonomi dan system social kita. Keputusan-keputusan yang diambil
oleh para individu, pemerintah, dan badan usaha lainnya seringkali ditentukan
oleh penggunanya berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki.

Akuntansi adalah Sistem

14
Keterlibatan pemakai dalam pengembangan system informasi adalah
merupakan bagian integral dari kesuksesan suatu system informasi. Keterlibatan
pemakai ini seharusnya ada pada semua tahap yang dinamakan siklus hidup
pengembangan system. Tahap tersebut adalah perencanaan, analisis, perancangan,
implementasi, dan pascaimplementasi.

Akuntansi adalah Informasi

Informasi yang digunakan oleh menejemen harus memiliki karakteristik


seperti akurat dan tepat waktu. Tersedianya informasi secara cepat, relevan, dan
lengkap lebih dikarenakan adanya kebutuhan yang sangat dirasakan oleh masing-
masing unit bisnis untuk mendapatkan posisi keuggulan kompetitif.

B. Perkembangan Sejarah Akuntansi Keperilakuan

Riset akuntasi keperilakuan merupakan suatu bidang baru yang secara luas
berhubungan dengan perilaku individu, kelompok, dan organisasi bisnis, terutama
yang berhubungan dengan proses informasi akuntasi dan audit. Riset akuntansi
keperilakuan merupakan suatu fenomena baru yang sebetulnya dapat ditelusuri
kembali pada awal tahun 1960-an, walaupun sebetulnya dalam banyak hal riset
tersebut dapat dilakukan lebih awal. Riset akuntansi keperilakuan meliputi
masalah yang berhubungan dengan :

1. Pembuatan keputusan dan pertimbangan oleh akuntan dan auditor.


2. Pengaruh dan fungsi akutansi seperti partisipasi dalam penyusunan
anggaran, karakteristik system informasi, dan fungsi audit terhadap
perilaku baik karyawan, manajer, investor, maupun wajib pajak.
3. Pengaruh hasil dari informasi tersebut, seperti informasi akuntansi dan
penggunaan pertimbangan dalam pembuatan keputusan.

C. Landasan Teori dan Pendekatan Akuntansi Keperilakuan

Dari Pendekatan Normatif ke Deskriptif

15
Pada awal perkembangannya, desain riset dalam bidang akuntansi
manajemen masih sangat sederhana, yaitu hanya memfokuskan pada masalah-
masalah perhitungan harga pokok produk. Seiring dengan perkembangan
teknologi produksi, permasalahan riset diperluas dengan diangkatnya topik
mengenai penyusunan anggaran, akuntansi pertanggung jawaban, dan masalah
harga transfer.

Dari Pendekatan Universal ke Kontijensi

Riset akuntansi keperilakuan pada awalnya dirancang dengan pendekatan


universal (universalistic approach), seperti riset argyris di tahun 1952, hopwood
(1972), dan otley (1978). Tetapi karena pendekatan ini memiliki banyak
kelemahan, maka segera muncul pendekatan lain yang selanjutnya mendapat
perhatian besar dalam bidag riset, yaitu pendekatan kontijensi (contingency
approach).

Berbagai riset yang meggunakan pendekatan kontijensi dilakukan dengan


tujuan megidentifikasikan berbagai variable kentijensi yang memengaruhi
perancangan dan penggunaan sistem pengendalian menejemen. Secara ringkas,
berbagai variable kontijensi yang memengaruhi desain system pengendalian
manajemen tersebut adalah sebagai berikut:

1. Ketidakpastian (uncertainty).

2. Teknologi dan saling ketergantungan (technology and interdependence).

3. Industry, perusahaan, dan unit variable.

4. Strategi kompetitif (competitive strategy).

5. Faktor-faktor yang dapat di amati (observability factor).

2.4 Aspek Keperilakuan pada Pengambilan Keputusan dan Para Pengambil


Keputusan

A. Definisi Pengambilan Keputusan

16
1. Kegiatan identifikasi dan diagnosis masalah, penyusunan berbagai
alternatif, evaluasi dan pemilihan alternatif pemecahan masalah (George
Huber).
2. Proses pemilihan salah satu dari antara dua atau lebih alternatif arah
tindakan untuk mencapai suatu tujuan (Sondang Siagian).
3. Kegiatan yang berkaitan dengan manajerial maupun organisasi.

Pengambilan keputusan telah disamakan dengan proses berpikir,


mengelola, dan memecahan masalah. Oleh karena itu, beberapa definisi yang ada,
masing-masing digunakan untuk tujuan tertentu. Dalam pengaturan organisasi,
pengambilan keputusan biasanya didefinisikan sebagai proses memilih dari antara
program alternatif tindakan yang mempengaruhi masa depan.

1. Pengenalan dan pendefinisian suatu masalah atau suatu peluang.

Langkah ini merupakan respon terhadap suatu masalah, ancaman yang


dirasakan, atau kesempatan dibayangkan. Untuk mengenali dan mendefinisikan
masalah dan peluang, pembuat keputusan membutuhkan informasi lingkungan,
keuangan, dan operasi.

2. Pencarian atas tindakan alternatif.

Ketika definisi dari masalah atau peluang selesai, pencarian untuk program
alternatif tindakan dan kuantifikasi konsekuensi mereka dimulai. Pada langkah
ini, sebagai alternatif praktis sebanyak mungkin diidentifikasi dan dievaluasi.
Pencarian sering dimulai dengan melihat masalah serupa yang terjadi di masa lalu
dan tindakan yang dipilih pada saat itu. Jika saja dipilih tindakan bekerja dengan
baik, mungkin akan diulangi. Jika tidak, pencarian alternatif tambahan akan
diperpanjang.

3. Pemilihan alternatif yang optimal dan memuaskan.

Langkah yang paling penting dalam proses pengambilan keputusan adalah


memilih salah satu alternatif. Meskipun langkah ini mungkin memunculkan

17
pilihan rasional, pilihan terakhir sering didasarkan pada pertimbangan politik dan
psikologis daripada fakta ekonomi.

4. Penerapan dan tindak lanjut.

Keberhasilan atau kegagalan dari pilihan akhir tergantung pada efisiensi


dari pelaksanaannya. Pelaksanaan hanya akan berhasil jika individu-individu yang
memiliki kontrol atas sumber daya organisasi yang diperlukan untuk
melaksanakan keputusan (misalnya, uang, orang, dan informasi) benar-benar
berkomitmen untuk membuatnya bekerja.

B. Motif Kesadaran

Motif kesadaran sangat penting dalam proses pengambilan keputusan


karena merupakan sumber dari proses berpikir. Terdapat dua faktor penting dari
motif kesadaran dalam konteks pengambilan keputusan yaitu:

1. Keinginan akan kestabilan atau kepastian.

Ini menjadi pendorong bagi keinginan kita untuk membuat bagian- bagian
dari konsep yang cocok satu sama lain secara konsisten. Motif ini mengaktifkan
baik pikiran sadar dan bawah sadar untuk membuat masuk akal suatu
ketidakseimbangan, ambigu, atau ketidakpastian informasi.

2. Motif kompleksitas dan keragaman.

Motif ini menimbulkan keinginan akan suatu stimulus dan eksplorasi serta
mengaktifkan pikiran sadar dan bawah sadar untuk mencari data baru dari ingatan
atau lingkungan.

C. Jenis-jenis dari Model Proses

Tiga model utama dalam pengambilan keputusan dari pengambilan


keputusan dalam suatu organisasi, model-model tersebut adalah:

1. Model Ekonomi

18
Model tradisional mengasumsikan bahwa semua tindakan manusia dan
keputusan secara sempurna rasional dan bahwa dalam sebuah organisasi, ada
konsistensi antara berbagai motif dan tujuan. Diasumsikan bahwa semua alternatif
adalah dikenal dan bahwa probabilitas yang terkait dengan alternatif dapat
dihitung dengan pasti. Keputusan tidak tergantung pada preferensi pribadi, tetapi
lebih merupakan didikte oleh tujuan yang konsisten dari organisasi.

2. Model Sosial

Model ini merupakan kebalikan ekstrem dari model ekonomi. Model ini
mengasumsikan bahwa manusia pada dasarnya tidak rasional dan bahwa
keputusan dihitung berdasarkan interaksi sosial. Model ini merasakan bahwa
tekanan dan ekspektasi adalah kekuatan motivasi utama.

3. Satisficing Model

Model ini lebih berguna dan model yang lebih praktis. Hal ini didasarkan
pada konsep Simon pada orang administrasi, di mana manusia dipandang sebagai
rasional karena mereka memiliki kemampuan untuk berpikir, memproses
informasi, membuat pilihan, dan belajar.

D. Peran Kepribadian dan Gaya Kognitif dalam Pengambilan Keputusan

Kepribadian mengacu pada sikap atau keyakinan individu, sementara gaya


kognitif mengacu pada cara atau metode dengan mana seseorang menerima,
menyimpan, memproses, serta meneruskan informasi.

Memiliki gaya kognitif yang berbeda dan menggunakan metode yang


sama sekali berbeda ketika menerima, menyimpan, dan memproses informasi.
Dalam situasi pengambilan keputusan, kepribadian dan gaya kognitif saling
berintraksi dan mempengaruhi (menambah atau mengurangi) dampak dari
informasi akuntansi

19
E. Peran Informasi Akuntansi dalam Pengambilan Keputusan

Secara defenisi, keputusan manajemen mempengeruhi kejadian atau


tindakan masa depan. Sedangkan informasi akuntansi memfokuskan pada
peristiwa-peristiwa dimasa lalu tidak dngan sendirinya dapat mengubah kejadian
atau dampaknya kecuali jika hal itu dilakukan melalui proses pengambilan
keputusan dengan kejadian masa depan beserta konsekuensinya ditentukan.

Karena pengambilan keputusan dan informasi mengenai hasil kinerja


akuntansi fokus pada periode waktu yang berbeda, maka keduanya hanya
dihubungkan oleh fakta bahwa proses pengambilan keputusan menggunakan data
akuntansi tertentu yang dimodifikasi selain informasi nonkeuangan.

F. Data Akuntansi sebagai Stimuli dalam Pengenalan Masalah

Akuntansi dapat berfungsi sebagai stimuli dalam pengenalan masalah


melalui pelaporan deviasi kinerja aktual dari sasaran standar anggaran atau
memlalui informasi kepada manajer bahwa mereka gagal untuk mencapai target
output atau laba yang ditentukan sebelumnya.

Ketika informasi akuntansi digunakan sebagai alat pengenalan masalah,


maka informasi tersebut juga digunakan sebagai dasar untuk menentukan
konsekuensi yang dapat dikuantifikasi atas tindakan alternatif yang perlu
dipertimbangkan lebih lanjut.

G. Dampak Data Akuntansi dalam Pilihan Keputusan

Informasi akuntansi memainkan peran yang lebih penting dalam


keputusan jangka pendek dibandingkan dalam keputusan yang melibatkan
konsekuensi jangka panjang, karena informasi akuntansi hanya mencerminkan
biaya dan pendapatan yang berkaitan dengan operasi sekarang.

20
Dan kelihatannya para pengambil keputusan lebih memilih informasi
ekternal jika informasi tersebut langsung tersedia dan tidak begitu mahal
dibandingkan dengan data akuntansi yang dikembangkan secara internal.

H. Hipotesis Keperilakuan dari Dampak Data Akuntansi

Para pengambil keputusan memandang akuntansi sebagai “ukuran yang


tidak sempurna” dengan kemungkinan besar bahwa nilai yang sesungguhnya akan
berbeda dengan nilai yang dilaporkan, karena kesalahn dan inakurasi dalam
proses pengukuran dan pelaporan tidak dapat dihindari.

Informasi akuntansi menjadi tujuan ketika penghargaan atau sanksi


dikaitkan dengan hasilnya. Misalnya, jika seorang manajer berharap untuk
dipromosikan jika ia dapat mengurangi biaya, maka manajer tersebut akan melihat
informasi akuntansi sebagai dasar untuk menentukan apakah ia telah berhasil atau
tidak.

21
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan dan Saran

Akuntansi semakin diperlukan oleh semua sektor dan semua bidang.


Sebuah sunnatullah yang diajarkan oleh Rasulullah S.A.W tentang pentingnya
pengelolaan keuangan dengan mengedepankan prinsip transparansi. Telah jauh
sebelumnya di lukiskan di dalam Surah Al-Baqarah ayat 282 tentang wajibnya
mengedepankan transparansi dalam setiap transaksi dan semakin jelas dengan
pencatatan.

Akuntansi mulai menyentuh aspek keperilakuan yaitu pada individu


manusia itu sendiri menjadi tren positif di kalangan praktisi dan akademik di
bidang akuntansi. Dengan hanya melihat, mendengar, mengetahui informasi,
bahkan memberi pendapat terhadap laporan keuangan ternyata tidak dapat
dipungkiri, juga dipengaruhi oleh faktor sosilologis dan psikologis manusia. Bisa
saja kondisi seorang individu sebelum menyatakan pendapatnya atas laporan
keuangan berubah. Karena menurut penulis sendiri faktor psikologis merupakan
salah satu faktor internal dan mempunyai andil penting ketika opini atau pendapat
dikeluarkan terkait dengan laporan keuangan.

Akuntansi merupakan suatu system untuk menghasilkan informasi


keuangan yang digunakan oleh para pemakainya dalam proses pengambilan
keputusan bisnis. Tujuan informasi tersebut adalah memberikan petunjuk dalam
memilih tindakan yang paling baik untuk mengalokasikan sumber daya yang
langka pada aktifitas bisnis dan ekonomi. Namun, pemilihan dan penetapan suatu
keputusan bisnis juga melibatkan aspek-aspek keperilakuan dari para pengambil
keputusan. Contohnya pada aspek keperilakuan dalam pengambilan keputusan
yang merupakan implementasi dari keperibadian dan salah satu komponen dari
sikap yaitu kognitif. Kepribadian mengacu pada sikap atau keyakinan individu,

22
sementara gaya kognitif mengacu pada cara atau metode dengan mana seseorang
menerima, menyimpan, memproses, serta meneruskan informasi.

Memiliki gaya kognitif yang berbeda dan menggunakan metode yang


sama sekali berbeda ketika menerima, menyimpan, dan memproses informasi.
Dalam situasi pengambilan keputusan, kepribadian dan gaya kognitif saling
berintraksi dan mempengaruhi (menambah atau mengurangi) dampak dari
informasi akuntansiDengan demikian, akuntansi tidak dapat dilepaskan dari aspek
perilaku manusia serta kebutuhan organisasi akan informasi yang dapat dihasilkan
oleh akuntansi termasuk dalam pengambilan keputusan dalam bidang akuntansi.
Akhirnya, akuntansi bukanlah suatu yang statis, tetapi akan selalu berkembang
sepanjang waktu seiring dengan perkembangan linkungan akuntansi, agar dapat
memberikan informasi yang dibutuhkan oleh penggunanya.

23
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_manusia

http://akuntansikeperilakuan.blogspot.co.id/2009/07/konsep-keperilakuan-dari-
psikologi-dan_17.html

http://mohamad-khaidir.blogspot.co.id/2013/07/makalah-akuntansi-
keperilakuan.html

http://irma-yuni.blogspot.com/2012/04/pengantar-akuntansi-keperilakuan.html

http://allovista22.blogspot.com/2011/12/aspek-keperilakuan-pada-
pengambilan.html

24

Vous aimerez peut-être aussi