Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
A. Tujuan
Menurut Depkes RI (1996: 14), Tujuan Umum dari Akreditasi Rumah Sakit
adalah mendapatkan gambaran seberapa jauh Rumah Sakit di Indonesia telah
memenuhi berbagai standar yang ditentukan, dengan demikian mutu pelayanan
rumah sakit dapat dipertanggungjawabkan.
b. Manfaat
c) Penting untuk rekruitmen dan membatasi turn over staf Rumah Sakit.
g) Status akreditasi merupakan status simbol bagi Rumah Sakit dan dapat
meningkatkan citra dan kepercayaan masyarakat kepada Rumah Sakit.
b. Memberi gambaran, Rumah Sakit mana yang dapat dijadikan mitra kerja
a) Petugas Rumah Sakit merasa lebih senang dan aman serta terjamin
bekerja.
b) Biasanya pada unit pelayanan yang mendapat nilai baik sekali akan
mendapat imbalan (materi/non materi) dalam usahanya memenuhi
standar
2. Pelayanan Medis;
4. Pelayanan Keperawatan;
6. Pelayanan Radiologi;
7. Pelayanan Laboratorium;
9. Pelayanan Farmasi;
12.Pengendalian Infeksi;
13.Pelayanan Anestesi;
15.Pelayanan Gizi;
16.Pelayanan Intensif;
17.Strerilisasi Sentral;
18.Pemeliharaan Sarana;
20.Pelayanan Perpustakaan.
Dari 20 (dua puluh) pelayanan rumah sakit ini kemudian disusunlah instrumen
akreditasi lengkap berjumlah 16 (enam belas) pelayanan dan bukan 20 (dua puluh)
pelayanan, hal ini dikarenakan ada penggabungan-penggabungan pelayanan yaitu
Sterilisasi Sentral dimasukkan kedalam instrumen Pengendalian Infeksi,
Pemeliharaan Sarana dan Perpustakaan dimasukkan kedalam instrumen Pelayanan
Administrasi dan Manajemen, dan Pelayanan Anestesi dimasukkan kedalam
instrumen Pelayanan Intensif dan Pelayanan Kamar Operasi.
2. Pelayanan Medis;
2. Pelayanan Medis;
4. Pelayanan Keperawatan;
7. Pelayanan Laboratorium;
8. Pelayanan Radiologi;
4. Pelayanan Keperawatan;
7. Pelayanan Laboratorium;
8. Pelayanan Radiologi;
KRITERIA KELULUSAN
Rumah sakit yang mendapat status akreditasi Dasar, Madya, atau Utama, pada
waktu dilakukan akreditasi ulang 3 (tiga) tahun lagi, harus terjadi peningkatan
status akreditasinya dari akreditasi pertama.
b) Komite Farmasi Terapi (KFT) adalah kelompok penasehat bagi staf medik yang
secara organisasi bertindak sebagai garis komunikasi atau penghubung antara
staf medik dan instalasi farmasi rumah sakit. KFT merupakan suatu Tim
yang beranggotakan para dokter dan sarjana farmasi yang berfungsi
dalam membantu pimpinan Rumah Sakit untuk menentukan kebijaksanaan
penggunaan obat dan pengobatan.
c)
d) TUGAS KOMITE FARMASI DAN TERAPI RUMAH SAKIT :
e) 1, Memberikan rekomendasi dalam pemilihan penggunaan obat obatan.
f) 2. Menyusun Formularium yang menjadi dasar dalam penggunaan obat obatan
di RS dan apabila perlu dapat diadakan perubahan secara berkala.
g) 3, Menyusun Standart Terapi bersama sama dengan staf medik.
h) 4. Melaksanakan evaluasi penulisan resep dan penggunaan obat generik
bersama sama dengan Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
i)
PANITIA FARMASI & TERAPI :
j) Ø Adalah organisasi yang mewakili hubungan komunikasi antara para staf medis
dengan staf farmasi serta tenaga kesehatan lainnya.
k) Ø Sekurang kurangnya terdiri dari 3(tiga) dokter, Apoteker dan perawat. Dokter
bisa lebih dari tiga sesuai SMF yang ada.
l) Ø Ketua Panitia Farmasi & Terapi dipilih dari dokter yang ada. Jika ada ahli
Farmakilogi klinik maka sbg ketua. Sekretaris Apoteker dari IFRS.
m) Ø Mengadakan rapat secara teratur sedikitnya 2 (dua) bulan sekali. Untuk RS besar
1(satu) bulan sekali
n)
o) TUJUAN :
p) 1. Menerbitkan kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan obat serta
evaluasinya.
q) 2. Melengkapi sttaf fungsional di bidang kesehatan dengan pengetahuan
terbaru yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai dengan
kebutuhan.
r)
s) FUNGSI & RUANG LINGKUP :
t) Ø Mengembangkan Formularium dan merevisinya.
u) Ø Dasar Pemilihan Obat pada efek terapi, keamanan serta harga obat, juga
minimalisasi duplikasi tipe obat.
v) Ø Mengevaluasi untuk menyetujui atau menolak produk obat baru atau dosis
obat yang diusulkan anggota staf medis
w) FORMULARIUM adalah himpunan obat yang diterima/ disetujui oleh Panitia
farmasi dan Terapi untuk digunakan di RS pada batas waktu tertentu.
x)
y) Komposisi Formularium :
z) 1. Halaman judul,
aa) 2. Daftar anggota PFT,
bb) 3. Daftar isi, Informasi tentang kebijakan & prosedur,
cc) 4. Produk yang diterima, lampiran.
dd)
ee)Pedoman penggunaan formularium :
ff) 1. Membuat kesepakatan antara staf medis berbagai disiplin ilmu
dengan PFT untuk menentukan tugas dan fungsi, serta tujuan organisasi
gg) 2. Staf medis harus menerima kebijakan dan prosedur, harus
menyesuaikan sistim yang berlaku dengan kebutuhan tiap institusi.
hh) 3. Nama obat tercantum adalah nama obat generic
ii) 4. Membatasi jumlah produk obat yang tersedia
jj) 5. Membuat prosedur yang mengatur pendistribusian
kk) 6. Apoteker bertanggung jawab menentukan jenis obat generik yang
sama untuk disalurkan ke dokter sesuai produk asli yang diminta.
ll) 7. Dokter yang mempunyai pilihan terhadap obat paten tertentu harus
didasarkan pertimbangan farmakologi dan terapi
mm) 8. Apoteker bertanggung jawab terhadap kualitas, kuantitas dan
sumber obat dari sediaan kimia, biologi dan sediaan farmasi yang
digunakan oleh dokter untuk mendiagnosa dan mengobati pasien.
nn)
oo) Mekanisme rekapitulasi obat formularium :
pp) 1. Menyebarluaskan usulan obat formularium ke semua anggota
panitia farmasi dan terapi.
qq) 2.Merekapitulasi obat usulan formularium menjadi draf formularium
(CD)
rr) 3.Menyebarluaskan draf formularium (CD) keanggota panitia farmasi
dan terapi untuk diperiksa kembali apakah obat usulannya sudah masuk
ss) 4.Mengumpulakan draf formularium (CD)
tt) 5.Memeriksa kembali kemuadian di buat bentuk buku dan disyahkan oleh
Ketua panitia farmasi dan terapi serta direktur.
1.
uu)Komite Farmasi Terapi (KFT) adalah kelompok penasehat bagi staf medik yang
secara organisasi bertindak sebagai garis komunikasi atau penghubung antara
staf medik dan instalasi farmasi rumah sakit. KFT merupakan suatu Tim
yang beranggotakan para dokter dan sarjana farmasi yang berfungsi
dalam membantu pimpinan Rumah Sakit untuk menentukan kebijaksanaan
penggunaan obat dan pengobatan.
vv)
ww) TUGAS KOMITE FARMASI DAN TERAPI RUMAH SAKIT :
xx)¡ Memberikan rekomendasi dalam pemilihan penggunaan obat obatan.
yy)¡ Menyusun Formularium yang menjadi dasar dalam penggunaan obat obatan di
RS dan apabila perlu dapat diadakan perubahan secara berkala.
zz)¡ Menyusun Standart Terapi bersama sama dengan staf medik.
aaa) ¡ Melaksanakan evaluasi penulisan resep dan penggunaan obat generik
bersama sama dengan Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
bbb)
ccc) PANITIA FARMASI & TERAPI :
ddd) ¡ Adalah organisasi yang mewakili hubungan komunikasi antara para staf
medis dengan staf farmasi serta tenaga kesehatan lainnya.
eee) ¡ Sekurang kurangnya terdiri dari 3(tiga) dokter, Apoteker dan perawat. Dokter
bisa lebih dari tiga sesuai SMF yang ada.
fff)¡ Ketua Panitia Farmasi & Terapi dipilih dari dokter yang ada. Jika ada ahli
Farmakilogi klinik maka sbg ketua. Sekretaris Apoteker dari IFRS.
ggg) ¡ Mengadakan rapat secara teratur sedikitnya 2 (dua) bulan sekali. Untuk RS
besar 1(satu) bulan sekali
hhh)
iii) TUJUAN :
jjj) ¡ Menerbitkan kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan obat serta
evaluasinya.
kkk) Melengkapi sttaf fungsional di bidang kesehatan dengan pengetahuan terbaru
yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai dengan kebutuhan.
lll)
mmm)
nnn) FUNGSI & RUANG LINGKUP :
ooo) ¡ Mengembangkan Formularium dan merevisinya.
ppp) ¡ Dasar Pemilihan Obat pada efek terapi, keamanan serta harga obat, juga
minimalisasi duplikasi tipe obat.
qqq) ¡ Mengevaluasi untuk menyetujui atau menolak produk obat baru atau dosis
obat yang diusulkan anggota staf medis.
rrr)
sss) KEWAJIBAN PANITIA FARMASI & TERAPI :
ttt) ¡ Memberi rekomendasi pada pimpinan RS utk mencapai budaya pengelolaan &
penggunaan obat secara rasional.
uuu) ¡ Mengkoordinir pembuatan pedoman diagnosis & terapi, formularium RS,
Pedoman Penggunaan Antibiotika, dll.
vvv) ¡ Melaksanakan pendidikan dlm bidang pengelolaan & penggunaan obat
terhadap pihak2 lain
Definisi Perencanaan Obat
Perencanaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka menyusun
daftar kebutuhan obat yang berkaitan dengan suatu pedoman atas dasar konsep
kegiatan yang sistematis dengan urutan yang logis dalam mencapai sasaran atau
tujuan yang telah ditetapkan. Proses perencanaan terdiri dari perkiraan kebutuhan,
menetapkan sasaran dan menentukan strategi, tanggung jawab dan sumber yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Perencanaan dilakukan secara optimal
sehingga perbekalan farmasi dapat digunakan secara efektif dan efisien.
II.2 Tujuan Perencanaan Obat
Beberapa tujuan perencanaan dalam farmasi adalah untuk menyusun
kebutuhan obat yang tepat dan sesuai kebutuhan untuk mencegah terjadinya
kekurangan atau kelebihan persediaan farmasi serta meningkatkan penggunaan
persediaan farmasi secara efektif dan efisien.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mencapai tujuan
perencanaan obat, yaitu :
a. Mengenal dengan jelas rencana jangka panjang apakah program dapat
mencapai tujuan dan sasaran.
b. Persyaratan barang meliputi : kualitas barang, fungsi barang, pemakaian satu
merk dan untuk jenis obat narkotika harus mengikuti peraturan yang berlaku.
c. Kecepatan peredaran barang dan jumlah peredaran barang.
d. Pertimbangan anggaran dan prioritas.
II.3 Prinsip Perencanaan Pengadaan Obat
Ada 2 cara yang digunakan dalam menetapkan kebutuhan yaitu berdasarkan
:
a. Data statistik kebutuhan dan penggunaan obat, dari data statistik berbagai
kasus penderita dengan dasar formularium Rumah Sakit, kebutuhan disusun
menurut data tersebut.
b. Data kebutuhan obat disusun berdasarkan data pengelolaan sistem administrasi
atau akuntansi Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
Data kebutuhan tersebut kemudian dituangkan dalam rencana operasional
yang digunakan dalam anggaran setelah berkonsultasi dengan Panitia Farmasi dan
Terapi.
II.4 Tahap Perencanaan Kebutuhan Obat
Tahap perencanaan kebutuhan obat meliputi :
1. Tahap Persiapan
Perencanaan dan pengadaan obat merupakan suatu kegiatan dalam rangka
menetapkan jenis dan jumlah obat sesuai dengan pola penyakit serta kebutuhan
pelayanan kesehatan, hal ini dapat dilakukan dengan membentuk tim perencanaan
pengadaan obat yang bertujuan meningkatkan efisiensi dan efektifitas penggunaan
dana obat melalui kerjasama antar instansi yang terkait dengan masalah obat.
2. Tahap Perencanaan
a. Tahap pemilihan obat
Tahap ini untuk menentukan obat-obat yang sangat diperlukan sesuai dengan
kebutuhan, dengan prinsip dasar menentukan jenis obat yang akan digunakan atau
dibeli.
b. Tahap perhitungan kebutuhan obat
Tahap ini untuk menghindari masalah kekosongan obat atau kelebihan obat.
Dengan koordinasi dari proses perencanaan dan pengadaan obat diharapkan obat
yang dapat tepat jenis, tepat jumlah dan tepat waktu. Metode yang biasa digunakan
dalam perhitungan kebutuhan obat, yaitu :
- Metode konsumsi
Secara umum metode konsumsi menggunakan konsumsi obat individual dalam
memproyeksikan kebutuhan yang akan datang berdasarkan analisa data konsumsi
obat tahun sebelumnya.
- Metode morbiditas
Memperkirakan kebutuhan obat berdasarkan jumlah kehadiran pasien, kejadian
penyakit yang umum, dan pola perawatan standar dari penyakit yang ada.
- Metode penyesuaian konsumsi
Metode ini menggunakan data pada insiden penyakit, konsumsi penggunaan obat.
Sistem perencanaan pengadaan didapat dengan mengekstrapolasi nilai konsumsi
dan penggunaan untuk mencapai target sistem suplai berdasarkan pada cakupan
populasi atau tingkat pelayanan yang disediakan.
- Metode proyeksi tingkat pelayanan dari keperluan anggaran
Metode ini digunakan untuk menaksir keuangan keperluan pengadaan obat
berdasarkan biaya per pasien yang diobati setiap macam-macam level dalam
sistem kesehatan yang sama.
II.5 Definisi Pengadaan Obat
Pengadaan merupakan proses penyediaan obat yang dibutuhkan di Rumah
Sakit dan untuk unit pelayanan kesehatan lainnya yang diperoleh dari pemasok
eksternal melalui pembelian dari manufaktur, distributor, atau pedagang besar
farmasi.
II.6 Siklus Pengadaan Obat
Pada siklus pengadaan tercakup pada keputusan-keputusan dan tindakan
dalam menentukan jumlah obat yang diperoleh, harga yang harus dibayar, dan
kualitas obat-obat yang diterima.
Siklus pengadaan obat mecakup pemilihan kebutuhan, penyesuaian
kebutuhan dan dana, pemilihan metode pengadaan, penetapan atau pemilihan
pemasok, penetapan masa kontrak, pemantauan status pemesanan, penerimaan dan
pemeriksaan obat, pembayaran, penyimpanan, pendistribusian dan pengumpulan
informasi penggunaan obat. Proses pengadaan dikatakan baik apabila tersedianya
obat dengan jenis dan jumlah yang cukup sesuai dengan mutu yang terjamin serta
dapat diperoleh pada saat diperlukan.
II.7 Jenis Pengadaan Obat di Rumah Sakit
Jenis pengadaan obat di Rumah Sakit dibagi menjadi :
a. Berdasarkan dari pengadaan barang, yaitu :
Pengadaan barang dan farmasi
Pengadaan bahan dan makanan
Pengadaan barang-barang dan logistik
b. Berdasarkan sifat penggunaannya :
Bahan baku, misalnya : bahan antibiotika untuk pembuatan salep
Bahan pembantu, misalnya : Saccharum lactis untuk pembuatan racikan puyer
Komponen jadi, misalnya : kapsul gelatin
Bahan jadi, misalnya : bukan kapsul antibiotika, cairan infus
c. Berdasarkan waktu pengadaan, yaitu :
Pembelian tahunan (Annual Purchasing)
Merupakan pembelian dengan selang waktu satu tahun
Pembelian terjadwal (Schedule Purchasing)
Merupakan pembelian dengan selang waktu tertentu, misalnya 1 bulan, 3 bulan
ataupun 6 bulan
Pembelian tiap bulan
Merupakan pembelian setiap saat di mana pada saat obat mengalami kekurangan.
Sistem pengadaan perbekalan farmasi adalah penentu utama ketersediaan obat
dan biaya total kesehatan. Manajemen pembelian yang baik membutuhkan tenaga
medis. Proses pengadaan efektif seharusnya :
Membeli obat-obatan yang tepat dengan jumlah yang tepat
Memperoleh harga pembelian serendah mungkin
Yakin bahwa seluruh obat yang dibeli standar kualitas diketahui
Mengatur pengiriman obat dari penyalur secara berkala (dalam waktu
tertentu), menghindari kelebihan persediaan maupun kekurangan persediaan
Yakin akan kehandalan penyalur dalam hal pemberian serius dan kualitas
Atur jadwal pembelian obat dan tingkat penyimpanan yang aman untuk
mencapai total lebih rendah.
II.8 Metode Pelaksanaan Pengadaan Obat
Terdapat banyak mekanisme metode pengadaan obat, baik dari pemerintah,
organisasi non pemerintahan dan organisasi pengadaan obat lainnya. Sesuai dengan
keputusan Presiden No. 18 Tahun 2000 tentang Pedoman Pelakasanaan Barang dan
Jasa Instansi Pemerintah, metode pengadaan perbekalan farmasi di setiap tingkatan
pada sistem kesehatan dibagi menjadi 5 kategori metode pengadaan barang dan
jasa, yaitu :
1. Pembelian
a. Pelelangan (tender)
b. Pemilihan langsung
c. Penunjukan langsung
d. Swakelola
2. Produksi
a. Kriterianya adalah obat lebih murah jika diproduksi sendiri.
b. Obat tidak terdapat dipasaran atau formula khusus Rumah Sakit
c. Obat untuk penelitian
3. Kerjasama dengan pihak ketiga
4. Sumbangan
5. Lain-lain
II.9 Kriteria Umum Pemilihan Pemasok
Kriteria pemilihan pemasok sediaan farmasi untuk Rumah Sakit, adalah :
1. Telah memenuhi persyaratan hukum yang berlaku untuk melakukan produksi
dan penjualan (telah terdaftar).
2. Telah terakreditasi sesuai dengan persyaratan CPOB dan ISO 9000.
3. Suplier dengan reputasi yang baik.
4. Selalu mampu dan dapat memenuhi kewajibannya sebagai pemasok produk
obat.
II.10 Beberapa Prinsip Praktek Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan yang
baik dan merupakan standar universal mencakup aspek :
a. Pengadaan Obat merujuk kepada obat generik
b. Pengadaan Obat terbatas kepada DOEN atau daftar formularium Rumah Sakit
c. Pengadaan obat secara terpusat dan dengan jenis terbatas akan menurunkan
harga
d. Pengadaan secara kompetitif
Pada tender terbatas, hanya suplier yang telah melewati prakualifikasi yang
diizinkan mengikuti.
e. Adanya komitmen pengadaan
Suplier harus menjamin pasokan obat yang kontraknya telah ditandatangani
f. Jumlah obat yang diadakan harus sesuai dengan perkiraan kebutuhan nyata
Gunakan penghitungan berdasarkan konsumsi kebutuhan masa kros cek
dengan pola penyakit dan jumlah kunjungan
Lakukan penyesuaian terhadap stok over, stok out, obat expired
Lakukan penyesuaian dan perhitungan terhadap kebutuhan program dan
perubahan pola penyakit (utamanya) lansia
g. Lakukan Manajemen Keuangan yang baik dan Pembayaran Pasti
Kembangkan kepastian pembayaran
Mekanisme pembayaran yang pasti akan dapat menurunkan harga
h. Prosedur tertulis dan transparan
Kembangkan dan ikuti prosedur tertulis seperti pada Kepres nomor 18 tahun
2000
Umumkan hasil pelelangan kepada publik
i. Pembagian Fungsi
Pembagian fungsi membutuhkan keahlian tertentu
Beberapa fungsi akan melibatkan beberapa tim, unit individu dalam aspek
perencanaan kebutuhan, pemilihan jenis obat, pemilihan suplier dan pelelangan
j. Program Jaminan Mutu Produk
Pastikan ada keharusan melakukan jaminan mutu produk dalam setiap
dokumen
Jaminan Mutu Produk Termasuk : Sertifikasi, test lab, mekanisme laporan
terhadap obat yang diduga tidak memenuhi syarat
k. Lakukan Audit tahunan dan Publikasikan hasilnya.
Untuk menguji kepatuhan terhadap prosedur pengadaan, kepastian
pembayaran dan faktor lain yang berhubungan
Sampaikan hasilnya kepada pengawas internal atau eksternal
l. Buat Laporan Periodik terhadap Kinerja Pengadaan
Buat laporan untuk indikator kinerja dibandingkan dengan target setidaknya
setahun sekali
Gunakan indikator kunci seperti : rasio harga terhadap harga di pasar (market),
rencana pengadaan dan realisasi
Berdasarkan distribusi obat bagi pasien rawat inap, digunakan empat sistem, yaitu:
1. Sistem distribusi obat resep individual atau permintaan tetap
2. Sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruang
3. Sistem distribusi obat kombinasi resep individual dan persediaan lengkap di
ruang
4. Sistem distribusi obat dosis unit
Sistem ini kurang sesuai untuk rumah sakit-rumah sakit yang besar, seperti kelas A
dan B karena memiliki daerah pasien yang menyebar sehingga jarak antara IFRS
dengan perawatan pasien sangat jauh. Sistem ini biasanya digunakan di rumah
sakit-rumah sakit kecil atau swasta karena memberikan metode yang sesuai dalam
penerapan keseluruhan biaya pengobatan dan memberikan layanan kepada pasien
secara individual.
2. SISTEM DISTRIBUSI OBAT PERSEDIAAN LENGKAP DI RUANG (TOTAL
FLOOR STOCK)
Dalam sistem ini, semua obat yang dibutuhkan penderita tersedia dalam ruang
penyimpanan obat di ruang tersebut. Persediaan obat diruang dipasok oleh IFRS.
Obat yang didispensing dalam sistem ini terdiri atas obat penggunaan umum yang
biayanya dibebankan pada biaya paket perawatan menyeluruh dan resep obat yang
harus dibayar sebagai biaya obat.
Obat penggunaan umum ini terdiri atas obat yang tertera dalam daftar yang telah
ditetapkan PFT dan IFRS yang tersedia di unit perawat, misalnya kapas pembersih
luka, larutan antiseptic dan obat tidur.
Sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruang adalah tatanan kegiatan
penghantaran sediaan obat sesuai dengan yang ditulis dokter pada resep obat, yang
disiapkan dari persediaan di ruang oleh perawat dan dengan mengambil dosis/ unit
obat dari wadah persediaan yang langsung diberikan kepada penderita di ruang itu.
Keuntungan
1. Obat yang diperlukan segera tersedia bagi pasien
2. Peniadaan pengembalian obat yang tidak terpakai ke IFRS
3. Pengurangan penyalinan kembali resep obat
4. Pengurangan jumlah personel IFRS
Keterbatasan
1. Kesalahan obat sangat meningkat karena resep obat tidak dikaji langsung oleh
apoteker
2. Persediaan obat di unit perawat meningkat dengan fasilitas ruangan yang sangat
terbatas
3. Pencurian obat meningkat
4. Meningkatnya bahaya karena kerusakan
5. Penambahan modal investasi untuk menyediakan fasilitas penyiapan obat yang
sesuai di setiap daerah unit perawatan pasien
6. Diperlukan waktu tambahan bagi perawat untuk menangani obat
7. Meningkatnya kerugian karena kerusakan obat
Alur sistem distribusi persediaan lengkap di ruang adalah dokter menulis resep
kemudian diberikan kepada perawat untuk diinterpretasikan kemudian perawat
menyiapkan semua obat yang diperlukan dari persediaan obat yang ada di ruangan
sesuai resep dokter untuk diberikan kepada pasien, termasuk pencampuran sediaan
intravena. Persediaan obat di ruangan dikendalikan oleh instalasi farmasi.
Keuntungan
1. Semua resep / order individual dikaji langsung oleh apoteker
2. Adanya kesempatan berinteraksi profesional antara apoteker-dokter-perawat-
penderita
3. Obat yang diperlukan dapat segera tersedia bagi penderita (obat persediaan di
ruang)
4. Beban IFRS dapat berkurang
5. Mengurangi terjadinya kesalahan terapi obat
Keterbatasan
II. Kemungkinan keterlambatan sediaan obat sampai kepada penderita (obat resep
individual)
III. Kesalahan obat pemberian obat yang disiapkan dari persediaan ruang dapat
terjadi.
IV. Membutuhkan tempat yang cukup untuk tempat penyimpanan obat