Vous êtes sur la page 1sur 24

ASUHAN KEPERAWATAN PARKINSON

OLEH

ACHIRI APRIYANTO

NIM.PO.71.20.3.17.083 RPL

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

LUBUKLINGGAU

TAHUN 2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Parkinson adalah suatu penyakit degeneratif pada sistem saraf
(neurodegenerative) yang bersifat progressive, ditandai dengan ketidakteraturan pergerakan
(movement disorder), tremor pada saat istirahat, kesulitan pada saat memulai pergerakan, dan
kekakuan otot. Tanda-tanda khas yang ditemukan pada penderita diantaranya resting tremor,
rigiditas, bradikinesia, dan instabilitas postural. Tanda-tanda motorik tersebut merupakan
akibat dari degenerasi neuron dopaminergik pada system nigrostriatal. Namun, derajat
keparahan defisit motorik tersebut beragam. Tanda-tanda motorik pasien sering disertai
depresi, disfungsi kognitif, gangguan tidur, dan disfungsi autonom.
Penyakit Parkinson terjadi di seluruh dunia, jumlah penderita antara pria dan wanita
seimbang. 5 – 10 % orang yang terjangkit penyakit parkinson, gejala awalnya muncul sebelum
usia 40 tahun, tapi rata-rata menyerang penderita pada usia 65 tahun. Secara keseluruhan,
pengaruh usia pada umumnya mencapai 1 % di seluruh dunia dan 1,6 % di Eropa, meningkat
dari 0,6 % pada usia 60 – 64 tahun sampai 3,5 % pada usia 85 – 89 tahun. Di Amerika Serikat,
ada sekitar 500.000 penderita parkinson. Di Indonesia sendiri, dengan jumlah penduduk 210
juta orang, diperkirakan ada sekitar 200.000-400.000 penderita. Rata-rata usia penderita di atas
50 tahun dengan rentang usia-sesuai dengan penelitian yang dilakukan di beberapa rumah sakit
di Sumatera dan Jawa- 18 hingga 85 tahun. Statistik menunjukkan, baik di luar negeri maupun
di dalam negeri, lelaki lebih banyak terkena dibanding perempuan (3:2) dengan alasan yang
belum diketahui.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari parkinson?
2. Apa etiologi parkinson?
3. Bagaimana pathofisiologi parkinson?
4. Bagaimana manifestasi klinis pada parkinson?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang parkinson?
6. Bagaimana pengobatan penyakit parkinson?
7. Bagaimana asuhan keperawatan hernia?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari parkinson.
2. Untuk mengetahui etiologi dari parkinson.
3. Untuk mengetahui pathofisiologi parkinson.
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis pada penyakit parkinson.
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada parkinson.
6. Untuk mengetahui dan memahami pengobatan untuk penyakit parkinson.
7. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada parkinson.

D. Manfaat Penulisan
1. Menambah ilmu pengetahuan mengenai penyakit parkinson.
2. Menambah pemahaman bagaimana cara melakukan asuhan keperawatan pada
penderita parkinson secara tepat.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Parkinson
Penyakit Parkinson (paralysis agitans) atau sindrom Parkinson (Parkinsonismus)
merupakan suatu penyakit/sindrom karena gangguan pada ganglia basalis akibat penurunan
atau tidak adanya pengiriman dopamine dari substansia nigra ke globus palidus/ neostriatum
(striatal dopamine deficiency). Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif progresif
yang berkaitan erat dengan usia. Penyakit ini mempunyai karakteristik terjadinya degenerasi
dari neuron dopaminergik pas substansia nigra pars kompakta, ditambah dengan adanya inklusi
intraplasma yang terdiri dari protein yang disebut dengan Lewy Bodies. Neurodegeneratif pada
parkinson juga terjadi pasa daerah otak lain termasuk lokus ceruleus, raphe nuklei, nukleus
basalis Meynert, hipothalamus, korteks cerebri, motor nukelus dari saraf kranial, sistem saraf
otonom.
Penyakit Parkinson merupakan suatu gangguan neurologist progresif yang mengenai
pusat otak yang bertanggung jawab untuk mengontrol dan mengatur gerakan.Karakteristik
yang muncul berupa bradikinesia (perlambatan gerakan),tremor,dan kekakuan otot.

B. Etiologi Parkinson
Etiologi Parkinson primer belum diketahui. Tetapi terdapat beberapa dugaan, di
antaranya ialah: infeksi oleh virus yang non-konvensional (belum diketahui), reaksi abnormal
terhadap virus yang sudah umum, pemaparan terhadap zat toksik yang belum diketahui,
terjadinya penuaan yang prematur atau dipercepat. Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel
otak, tepatnya di substansi nigra. Suatu kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang
tidak dikehendaki (involuntary). Akibatnya, penderita tidak bisa mengatur/menahan gerakan-
gerakan yang tidak disadarinya. Mekanis-me bagaimana kerusakan itu belum jelas benar.
Beberapa hal yang diduga bisa menyebabkan parkinson adalah sebagai berikut:
1. Usia
Insiden meningkat dari 10 per 10.000 penduduk pada usia 50 sampai 200 dari 10.000
penduduk pada usia 80 tahun. Hal ini berkaitan dengan reaksi mikrogilial yang
mempengaruhi kerusakan neuronal, terutama pada substansia nigra, pada penyakit
parkinson.
2. Geografi
Faktor resiko yang mempengaruhi perbedaan angka secara geografis ini termasuk
adanya perbedaaan genetik, kekebalan terhadap penyakit dan paparan terhadap faktor
lingkungan.
3. Periode
Fluktuasi jumlah penderita penyakit parkinson tiap periode mungkin berhubungan
dengan hasil pemaparan lingkungan yang episodik, misalnya proses infeksi,
industrialisasi ataupun gaya hidup.
4. Genetik
Adanya riwayat penyakit parkinson pada keluarga meningakatkan faktor resiko
menderita penyakit parkinson sebesar 8,8 kali pada usia kurang dari 70 tahun dan 2,8
kali pada usia lebih dari 70 tahun. Meskipun sangat jarang, jika disebabkan oleh
keturunan, gejala parkinsonisme tampak pada usia relatif muda.
5. Faktor Lingkungan
a. Xenobiotik
Berhubungan erat dengan paparan pestisida yang dapat menmbulkan kerusakan
mitokondria.
b. Pekerjaan
Lebih banyak pada orang dengan paparan metal yang lebih tinggi dan lama.
c. Infeksi
Paparan virus influenza intrautero diduga turut menjadi faktor predesposisi
penyakit parkinson melalui kerusakan substansia nigra. Penelitian pada hewan
menunjukkan adanya kerusakan substansia nigra oleh infeksi Nocardia
astroides.
d. Diet
Konsumsi lemak dan kalori tinggi meningkatkan stress oksidatif, salah satu
mekanisme kerusakan neuronal pada penyakit parkinson. Sebaliknya,kopi
merupakan neuroprotektif.
e. Trauma kepala
Cedera kranio serebral bisa menyebabkan penyakit parkinson, meski
peranannya masih belum jelas benar
f. Stress dan depresi
Beberapa penelitian menunjukkan depresi dapat mendahului gejala motorik.
Depresi dan stress dihubungkan dengan penyakit parkinson karena pada stress
dan depresi terjadi peningkatan turnover katekolamin yang memacu stress
oksidatif.

C. Pathofisiologi
Jauh di dalam otak ada sebuah daerah yang disebut ganglia basalis. Jika otak
memerintahkan suatu aktivitas (misalnya mengangkat lengan), maka sel-sel saraf di dalam
ganglia basalis akan membantu menghaluskan gerakan tersebut dan mengatur perubahan sikap
tubuh. Ganglia basalis mengolah sinyal dan mengantarkan pesan ke talamus, yang akan
menyampaikan informasi yang telah diolah kembali ke korteks otak besar.
Keseluruhan sinyal tersebut diantarkan oleh bahan kimia neurotransmiter sebagai impuls
listrik di sepanjang jalur saraf dan di antara saraf-saraf. Neurotransmiter yang utama pada
ganglia basalis adalah dopamin.
Pada penyakit Parkinson, sel-sel saraf pada ganglia basalis mengalami kemunduran
sehingga pembentukan dopamin berkurang dan hubungan dengan sel saraf dan otot lainnya
juga lebih sedikit. Penyebab dari kemunduran sel saraf dan berkurangnya dopamin terkadang
tidak diketahui. Penyakit ini cenderung diturunkan, walau terkadang faktor genetik tidang
memegang peran utama.
Kadang penyebabnya diketahui. Pada beberapa kasus, Parkinson merupakan komplikasi
yang sangat lanjut dari ensefalitis karena virus (suatu infeksi yang menyebabkan peradangan
otak). Kasus lainnya terjadi jika penyakit degeneratif lainnya, obat-obatan atau racun
memengaruhi atau menghalangi kerja dopamin di dalam otak. Misalnya obat anti psikosa yang
digunakan untuk mengobati paranoia berat dan skizofrenia menghambat kerja dopamin pada
sel saraf.

D. Manifestasi Klinis
Meskipun gejala yang disampaikan di bawah ini bukan hanya milik penderita parkinson,
umumnya penderita parkinson mengalami hal itu.

1. Gejala Motorik
a. Tremor/Bergetar
Gejala penyakit parkinson sering luput dari pandangan awam, dan dianggap sebagai
suatu hal yang lumrah terjadi pada orang tua. Salah satu ciri khas dari penyakit
parkinson adalah tangan tremor (bergetar) jika sedang beristirahat. Namun, jika orang
itu diminta melakukan sesuatu, getaran tersebut tidak terlihat lagi. Itu yang disebut
resting tremor, yang hilang juga sewaktu tidur. Tremor terdapat pada jari tangan,
kadang-kadang tremor seperti menghitung uang logam. Pada sendi tangan fleksi-
ekstensi atau pronasi-supinasi pada kaki fleksi-ekstensi, kepala fleksi-ekstensi atau
menggeleng, mulut membuka menutup, lidah terjulur-tertarik. Tremor ini menghilang
waktu istirahat dan menghebat waktu emosi terangsang. Tremor tidak hanya terjadi
pada tangan atau kaki, tetapi bisa juga terjadi pada kelopak mata dan bola mata, bibir,
lidah dan jari tangan (seperti orang menghitung uang). Semua itu terjadi pada saat
istirahat/tanpa sadar. Bahkan, kepala penderita bisa bergoyang-goyang jika tidak
sedang melakukan aktivitas (tanpa sadar). Artinya, jika disadari, tremor tersebut bisa
berhenti. Pada awalnya tremor hanya terjadi pada satu sisi, namun semakin berat
penyakit, tremor bisa terjadi pada kedua belah sisi.
b. Rigiditas/Kekakuan
Tanda yang lain adalah kekakuan (rigiditas). Jika kepalan tangan yang tremor tersebut
digerakkan (oleh orang lain) secara perlahan ke atas bertumpu pada pergelangan
tangan, terasa ada tahanan seperti melewati suatu roda yang bergigi sehingga
gerakannya menjadi terpatah-patah/putus-putus. Selain di tangan maupun di kaki,
kekakuan itu bisa juga terjadi di leher. Akibat kekakuan itu, gerakannya menjadi tidak
halus lagi seperti break-dance. Gerakan yang kaku membuat penderita akan berjalan
dengan postur yang membungkuk. Untuk mempertahankan pusat gravitasinya agar
tidak jatuh, langkahnya menjadi cepat tetapi pendek-pendek. Adanya hipertoni pada
otot fleksor ekstensor dan hipertoni seluruh gerakan, hal ini oleh karena meningkatnya
aktifitas motorneuron alfa, adanya fenomena roda bergigi (cogwheel phenomenon).
c. Akinesia/Bradikinesia
Kedua gejala di atas biasanya masih kurang mendapat perhatian sehingga tanda
akinesia/bradikinesia muncul. Gerakan penderita menjadi serba lambat. Dalam
pekerjaan sehari-hari pun bisa terlihat pada tulisan/tanda tangan yang semakin
mengecil, sulit mengenakan baju, langkah menjadi pendek dan diseret. Kesadaran
masih tetap baik sehingga penderita bisa menjadi tertekan (stres) karena penyakit itu.
Wajah menjadi tanpa ekspresi. Kedipan dan lirikan mata berkurang, suara menjadi
kecil, refleks menelan berkurang, sehingga sering keluar air liur. Gerakan volunter
menjadi lambat sehingga berkurangnya gerak asosiatif, misalnya sulit untuk bangun
dari kursi, sulit memulai berjalan, lambat mengambil suatu obyek, bila berbicara gerak
lidah dan bibir menjadi lambat. Bradikinesia mengakibatkan berkurangnya ekspresi
muka serta mimik dan gerakan spontan yang berkurang, misalnya wajah seperti topeng,
kedipan mata berkurang, berkurangnya gerak menelan ludah sehingga ludah suka
keluar dari mulut. Disamping itu, kulit muka seperti berminyak dan ludah suka keluar
dari mulut karena berkurangnya gerak menelan ludah.
d. Tiba-tiba Berhenti atau Ragu-ragu untuk Melangkah
Gejala lain adalah, yaitu berhenti di tempat saat mau mulai melangkah, sedang berjalan,
atau berputar balik; dan start hesitation, yaitu ragu-ragu untuk mulai melangkah. Bisa
juga terjadi sering kencing, dan sembelit. Penderita menjadi lambat berpikir dan
depresi. Bradikinesia mengakibatkan kurangnya ekspresi muka serta mimic muka.
Langkah Dan Gaya Jalan (Sikap Parkinson) Berjalan dengan langkah kecil menggeser
dan makin menjadi cepat (marche a petit pas), stadium lanjut kepala difleksikan ke
dada, bahu membengkok ke depan, punggung melengkung bila berjalan.
e. Bicara Monoton
Hal ini karena bradikinesia dan rigiditas otot pernapasan, pita suara, otot laring,
sehingga bila berbicara atau mengucapkan kata-kata yang monoton dengan volume
suara halus ( suara bisikan ) yang lambat.
f. Dimensia
Adanya perubahan status mental selama perjalanan penyakitnya dengan deficit kognitif.
g. Gangguan Behavioral
Lambat-laun menjadi dependen ( tergantung kepada orang lain ), mudah takut, sikap
kurang tegas, depresi. Cara berpikir dan respon terhadap pertanyaan lambat
(bradifrenia) biasanya masih dapat memberikan jawaban yang betul, asal diberi waktu
yang cukup.
h. Gejala Lain
Kedua mata berkedip-kedip dengan gencar pada pengetukan diatas pangkal hidungnya
(tanda Myerson positif).

2. Gejala non motorik


a. Disfungsi Otonom
 Keringat berlebihan, air ludah berlebihan, gangguan sfingter terutama inkontinensia
dan hipotensi ortostatik.
 Kulit berminyak dan infeksi kulit seborrheic
 Pengeluaran urin yang banyak
 Gangguan seksual yang berubah fungsi, ditandai dengan melemahnya hasrat seksual,
perilaku, orgasme.
b. Gangguan Suasana Hati, Penderita Sering Mengalami Depresi
c. Ganguan Kognitif, Menanggapi Rangsangan Lambat
d. Gangguan Tidur, Penderita Mengalami Kesulitan Tidur (Insomnia)
e. Gangguan Sensasi,
 kepekaan kontras visuil lemah, pemikiran mengenai ruang, pembedaan warna,
 penderita sering mengalami pingsan, umumnya disebabkan oleh hypotension
orthostatic, suatu kegagalan sistemsaraf otonom untuk melakukan penyesuaian tekanan
darah sebagai jawaban atas perubahan posisi badan
 berkurangnya atau hilangnya kepekaan indra perasa bau ( microsmia atau anosmia)

E. Pengobatan Parkinson
Pengobatan penyakit parkinson bersifat individual dan simtomatik, obat-obatan yang
biasa diberikan adalah untuk pengobatan penyakit atau menggantikan atau meniru dopamin
yang akan memperbaiki tremor, rigiditas, dan slowness.
Perawatan pada penderita penyakit parkinson bertujuan untuk memperlambat dan
menghambat perkembangan dari penyakit itu. Perawatan ini dapat dilakukan dengan
pemberian obat dan terapi fisik seperti terapi berjalan, terapi suara/berbicara dan pasien
diharapkan tetap melakukan kegiatan sehari-hari.
1. Terapi Obat-Obatan
Beberapa obat yang diberikan pada penderita penyakit parkinson:
a. Antikolinergik
Benzotropine ( Cogentin), trihexyphenidyl ( Artane). Berguna untuk mengendalikan
gejala dari penyakit parkinson. Untuk mengaluskan pergerakan, mengontrol tremor dan
kekakuan.
b. Carbidopa/levodopa
Merupakan preparat yang paling efektif untuk menghilangkan gejala Derivat dopamin-
agonis-ergot berguna jika ditambahkan kedalam levodopa untuk mempelancar fluktasi
klinis.
c. Obat-obat antihistamin untuk menghilangkan tremor.
Preparat antivirus, Amantandin hidroklorida,digunakan untuk mengurangi
kekakuan,tremor dan bradikinestesia.
d. Inhibitor MAO untuk menghambat pemecahan dopamine
e. Obat-obat antidepresan
f. Selain terapi obat yang diberikan, pemberian makanan harus benar-benar diperhatikan,
karena kekakuan otot bisa menyebabkan penderita mengalami kesulitan untuk menelan
sehingga bisa terjadi kekurangan gizi (malnutrisi) pada penderita. Makanan berserat
akan membantu mengurangi ganguan pencernaan yang disebabkan kurangnya aktivitas,
cairan dan beberapa obat.
2. Terapi Fisik
Sebagian terbesar penderita Parkinson akan merasa efek baik dari terapi fisik. Pasien
akan termotifasi sehingga terapi ini bisa dilakukan di rumah, dengan diberikan petunjuk atau
latihan contoh diklinik terapi fisik. Program terapi fisik pada penyakit Parkinson merupakan
program jangka panjang dan jenis terapi disesuaikan dengan perkembangan atau perburukan
penyakit, misalnya perubahan pada rigiditas, tremor dan hambatan lainnya. Latihan fisik
yang teratur, termasuk yoga, taichi, ataupun tari dapat bermanfaat dalam menjaga dan
meningkatkan mobilitas, fleksibilitas, keseimbangan, dan range of motion. Latihan dasar
selalu dianjurkan, seperti membawa tas, memakai dasi, mengunyah keras, dan
memindahkan makanan di dalam mulut.
3. Terapi Suara
Perawatan yang paling besar untuk kekacauan suara yang diakibatkan oleh penyakit
Parkinson adalah dengan Lee Silverman Voice Treatment (LSVT). LSVT fokus untuk
meningkatkan volume suara.
4. Terapi Gen
Penyelidikan telah dilakukan hingga tahap terapi gen yang melibatkan penggunaan
virus yang tidak berbahaya yang dikirim ke bagian otak yang disebut subthalamic nucleus
(STN). Gen yang digunakan memerintahkan untuk mempoduksi sebuah enzim yang disebut
glutamic acid decarboxylase (GAD) yang mempercepat produksi neurotransmitter (GABA).
GABA bertindak sebagai penghambat langsung sel yang terlalu aktif di STN.
5. Pencangkokan Syaraf
Cangkok sel stem secara genetik untuk memproduksi dopamine atau sel sistem yang
berubah menjadi sel memproduksi dopamine telah mulai dilakukan.

F. Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian
A. Data Dasar
a) Identitas
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan,
pendidkan, agama, suku, alamat, tanggal dan jam masuk rumah sakit, no. register,
rungan, serta identitas orang yang bertanggung jawab selama klien di rawat di RS.
b) Keluhan Utama
Keluhan utama yang dirasakan klien adalah gangguan gerakan, kaku otot, tremor
menyeluruh dan kelemahan otot.
c) Riwayat Penyakit
Latar belakang kehidupan klien sebelum masuk rumah sakit yang menjadi faktor
predisposisi seperti riwayat bekerja mengangkat benda-benda berat, riwayat penyakit
menular dan atau penyakit keturunan, serta riwayat operasi sebelumnya pada daerah
abdomen atau operasi hernia yang pernah dialami klien sebelumnya.
B. Pola Fungsi
a) Pola Persepsi Kesehatan
 Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang pengobatan dan
pemeliharaan kesehatan, khususnya pengetahuan mengenai penyakit parkinson
yang dialami klien.
 Kaji riwayat penyakit yang pernah dialami klien sebelumnya.
 Kaji upaya untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah penyakit.
 Kaji yang dilakukan klien bila mengalami gangguan kesehatan.
b) Pola Nutrisi Metabolik
 Tanyakan makanan dan minuman sehari-hari dalam 24 jam.
 Kaji makanan kesukaan atau yang tidak disukai klien serta alergi makanan.
 Kaji adanya gangguan menelan, mual, dan muntah, karena klien dengan hernia
biasanya akan mengalami mual dan muntah berhubungan dengan proses
patofisiologi parkinson. Kaji juga nafsu makan klien akibat keadaan mual dan
muntah tersebut.
c) Pola Eliminasi
 Tanyakan kebiasaan buang air besar, teratur atau tidak, frekuensinya dalam
sehari, warna dan konsistensinya, adakah sulit saat membuang air besar dan
bagaimana klien mengatasinya.
d) Pola Aktivitas – Latihan
 Kaji tingkat aktivitas klien setiap hari, riwayat pekerjaan yang perlu
mengangkat beban berat, duduk, mengemudi dalam waktu lama.
 Klien dengan parkinaon, biasanya mengalami penurunan rentang gerak, tidak
mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
e) Pola Istirahat dan Tidur
 Tanyakan kebiasaan dan jumlah tidur pada siang hari.
 Tanyakan kebiasaan sebelum tidur.
 Tanyakan jumlah tidur semalam, apakah tetap cukup seperti biasanya atau
terganggu.
f) Pola Kognitif Perseptual
Kaji adakah kekhawatiran karena pusing, kesemutan, gangguan penglihatan,
penglihatan ganda, gangguan koordinasi, pikiran sukar berkonsentrasi.
g) Pola Persepsi Diri
 Tanyakan pada klien bagaimana perasaannya terhadap gangguan yang
dialaminya saat ini.
 Bagaimana masalah ini dapat membuat pandangan klien terhadap diri sendiri.
 Tanyakan pada klien bagaimana perasaannya tentang operasi yang dialaminya.
h) Pola Peran-Hubungan
Tanyakan apakah penyakit ini mempengaruhi klien dengan keluarga, teman dan
orang-orang sekitar klien.
i) Pola Seksualitas – Reproduksi
Klien dengan hernia akan mengalami kesulitan dalam hubungan seksualitas,
terutama pada klien dengan pembesaran skrotum akibat hernia.
j) Pola Koping – Toleransi stress
Kaji apakah klien mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik.
Emosi labil (euforia sedang sampai delirium), depresi.
k) Pola Nilai Kepercayaan
 Tanyakan apakah klien menganut sistem kepercayaan tertentu.
 Tanyakan kebebasan klien dalam melakukan kegiatan ibadahnya akibat hernia
yang sekarang ini dialami klien.

C. Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien, pemeriksaan
fisik sangat berguna untuk mendukung data yang diperoleh dari pengkajian anamnesis.
Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan per sistem (B1-B6) dan terarah dengan fokus
pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 dan dihubungkan dengan keluhan klien. Klien
dengan penyakit Parkinson umumnya tidak mengalami penurunan kesadaran. Adanya
perubahan pada tanda vital, yaitu bradikardi, hipotensi, dan penurunan frekuensi
pernafasan.
a. B1 (Breathing)
Gangguan fungsi pernapasan yang terjadi berkaitan dengan hipoventilasi,
inaktivitas, aspirasi makanan atau saliva, dan berkurangnya fungsi pembersihan saluran
nafas.
Inspeksi, ditemukan klien batuk atau mengalami penurunan kemampuan untuk batuk
efektif, peningkatan produksi sputum, sesak napas dan penggunaan otot bantu napas.
Palpasi, ditemukan taktil premitus seimbang kanan dan kiri.
Perkusi, ditemukan adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru.
Auskultasi, ditemukan bunyi napas tambahan seperti napas berbunyi, stridor, ronkhi
pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun
yang sering ditemukan pada klien dengan inaktivitas.
b. B2 (Blood)
Hipotensi postural yang terjadi berkaitan dengan efek samping pemberian obat
dan juga gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh sistem saraf otonom.
c. B3 (Brain)
Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap
dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya. Pada inspeksi umum ditemukan
perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum pada seluruh otot dan kaku pada
seluruh gerakan.
1) Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis dan juga bergantung pada
penurunan aliran darah serebri regional mengakibatkan perubahan pada status
kognitif klien.
2) Pemeriksaan fungsi serebri
Status mental : biasanya mengalami perubahan yang berhubungan dengan
penurunan status kognitif, penurunan persepsi, dan penurunan memori baik
jangka pendek dan memori jangka panjang.
3) Pemeriksaan saraf kranial
a) Saraf I. Biasanya pada klien cedera tulang belakang tidak ditemukan
kelainan dan fungsi penciuman tidak ada kelainan.
b) Saraf II. Hasil uji ketajaman penglihatan mengalami perubahan sesuai
tingkat usia, biasanya klien lanjut usia dengan penyakit Parkinson
mengalami penurunan ketajaman penglihatan.
c) Saraf III, IV, dan VI. Gangguan saraf okulomotorius : sewaktu
melakukan konvergensi penglihatan menjadi kabur karena tidak mampu
mempertahankan kontraksi otot- otot bola mata.
d) Saraf V. Pada klien dengan penyakit Parkinson umumnya ditemukan
perubahan pada otot wajah. Adanya keterbatasan otot wajah
menyebabkan ekspresi wajah klien mengalami penurunan , saat bicara
wajah seperti topeng (sering mengedipkan mata).
e) Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal.
f) Saraf VIII. Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi yang berhubungan
dengan proses senilis dan penurunan aliran darah regional.
g) Saraf IX dan X. Ditemukan kesulitan menelan dalam menelan
makanan.
h) Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
i) Saraf XII. Lidah simetris, tidak ditemukan deviasi pada satu sisi dan
tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.
4) Sistem Motorik
a) Inspeksi umum, ditemukan perubahan pada gaya berjalan, tremor
secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan. Klien
sering mengalami rigiditas deserebrasi.
b) Tonus otot ditemukan meningkat.
c) Keseimbangan dan koordinasi, ditemukan mengalami gangguan
karena adanya kelemahan otot, kelelahan, perubahan pada gaya berjalan,
tremor secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan.
5) Pemeriksaan Refleks
Terdapat kehilangan refleks postural, apabila klien mencoba untuk
berdiri, klien akan berdiri dengan kepala cenderung kedepan dan
berjalan dengan gaya berjalan seperti didorong. Kesulitan dalam
berputar dan hilangnya keseimbangan (salah satunya kedepan atau
kebelakang) dapat menimbulkan sering jatuh.
6) Sistem Sensorik
Sesuai berlanjutnya usia Klien dengan penyakit Parkinson mengalami
penurunan terhadap sensasi sensorik secara progresif. Penurunan
sensorik yang ada merupakan hasil dari neuropati.
d. B4 (Bladder)
Refleks kandung kemih perifer dihubungkan dengan disfungsi kognitif dan
persepsi klien secara umum. Klien mungkin mengalami inkontinensia urine,
ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk
menggunakan urinal karena kerusakan kontrol motorik dan postural. Selama periode
ini, dilakukan kateterisasi intermiten dengan teknik steril.
e. B5 (Bowel)
Pemenuhan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan nutrisi kurang
karena kelemahan fisik umum, kelelahan otot dan adanya tremor menyeluruh. Klien
sering mengalami konstipasi karena penurunan aktivitas.
f. B6 ( Bone)
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kelelahan otot, tremor
secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan menyebabkan masalah
pada pola aktivitas dan pemenuhan aktivitas sehari-hari. Adanya gangguan
keseimbangan dan koordinasi dalam melakukan pergerakan karena perubahan pada
gaya berjalan dan kaku pada seluruh gerakan memberikan risiko pada trauma fisik bila
melakukan aktivitas.

II. Diagnosa Keperawatan


1. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot.
2. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan neuromuskular,
menurunnya kekuatan, kehilangan kontrol otot/koordinasi.
3. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) yang berhubungan dengan medikasi dan
penurunan aktivitas.
4. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan tremor,
pelambatan dalam proses makan, kesulitan menguyah dan menelan.
5. Hambatan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan volume bicara,
pelambatan bicara, ketidakmampuan menggerakan otot-otot wajah
6. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan depresi dan disfungsi karena
perkembangan penyakit.
7. Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan sumber informasi prosedur perawatan
rumah yang tidak adekuat.

III. Perencanaan/Intervensi

No Tgl/ Diagnosa Tujuan Intervensi TTD

Jam Keperawatan
1. Hambatan Dalam waktu Kaji mobilitas yang ada dan
mobilitas fisik 2 x 24 jam, observasi peningkatan
yang klien mampu kerusakan.
berhubungan melaksanakan Kaji secara teratur fungsi motorik
dengan aktivitas fisikLakukan program latihan yang
kekakuan dan sesuai dengan meningkatkan kekuatan otot.
kelemahan otot. kemampuan  Lakukan latihan postural.
nya. DenganAjarkan teknik berjalan khusus:
Kriteria Ajarkan untuk berkosentrasi
Hasil: pada berjalan tegak, memandang
1.Klien dapat lurus kedepan, dan
ikut serta menggunakan cara berjalan
dalam dengan dasar lebar (misalnya
program berjalan dengan kaki terpisah).
latihan, tidak  Klien dianjurkan untuk latihan
terjadi berjalan dengan diiringi musik
kontraktur marching band atau lagu, karena
sendi. hal ini memberikan rangsangan
2.Bertambah sensorik.
nya kekuatan Latihan bernapas sambil berjalan
otot. membantu untuk menggerakan
3.Klien rangka tulang rusuk dan transpor
menunjukkan oksigen untuk mengisi bagian
tindakan paru-paru yang kadar
untuk oksigennya rendah.
meningkatkan  Melakukan periode istirahat yang
mobilitas. sering untuk membantu
pencegahan frustasi dan
kelelahan.
 Bantu klien melakukan latihan
ROM, perawatan diri, sesuai
toleransi.
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi
untuk latihan fisik klien.
2. Defisit Setelah  Kaji kemampuan dan tingkat
perawatan diri dilakukan penurunan dalam skala 0-4
yang tindakan untuk melakukan ADL.
berhubungan keperawatan  Hindari apa yang tidak dapat
dengan 2 x 24 jam, dilakukan klien dan bantu bila
kelemahan perawatan perlu.
neuromuskular, diri klien Ajarkan dan dukung klien selama
menurunnya terpenuhi aktivitas.
kekuatan, dengan  Rencanakan tindakan untuk
kehilangan kriteria Hasil: mengatasi keterbatasan
kontrol 1.Klien dapat penglihatan seperti tempatkan
otot/koordinasi. menunjukkan makanan dan peralatan dalam
perubahan suatu tempat, dekatkan tempat
gaya hidup tidur kedinding.
untuk  Modifikasi lingkungan.
memenuhi  Gunakan pagar disekeliling
kebutuhan tempat tidur.
merawat diri  Kaji kemampuan komunikasi
2.klien untuk buang air kecil,
mampu kemampuan menggunakan
melakukan urinal, pispot. Antarkan
aktivitas kekamar mandi bila kondisi
perawatan memungkinkan.
diri sesuai Pemberian supositoria dan
dengan pelumas feses/pencahar.
tingkat  Konsultasi kedokter terapi
kemampuann okupasi.
ya
3. Gangguan Setelah  Monitor adanya konstipasi.
eliminasi dilakukan  Berikan penjelasan pada klien
(konstipasi) tindakan dan keluarga penyebab
yang keperawatan konstipasi.
berhubungan selama 2 x 24 Modifikasi defekasi yang teratur.
dengan jam, Anjurkan pada klien untuk
medikasi dan kebutuhan makan makanan yang
penurunan eliminasi mengandung serat.
aktivitas. terpenuhi.  Bila klien mampu minum,
Dengan berikan asupan cairan yang
kriteria Hasil: cukup (2liter/hari) jika tidak ada
1.klien dapat kontraindikasi.
defekasi  Kolaborasi dengan tim dokter
secara dalam pemberian pelunak feses
spontan dan (laksatif, supositoria, enema).
lancar tanpa
menggunakan
obat. 2.
konsistensi
feses lembek,
tidak teraba
massa pada
kolon, bising
usus
normal(15-
30x/mnt).
4. Perubahan Setelah  Evaluasi kemampuan makan
nutrisi: kurang dilakukan klien.
dari kebutuhan tindakan  Observasi/timbang berat badan
tubuh yang keperawatan jika memungkinkan.
berhubungan selama 3 x 24 Berikan makanan kecil dan lunak
dengan tremor, jam dan monitor pemakaian alat
pelambatan kebutuhan bantu.
dalam proses nutrisi klien Kaji fungsi sistem
makan, terpenuhi. gastrointestinal meliputi suara
kesulitan Dengan bising usus, catat terjadinya
menguyah dan kriteria Hasil: perubahan didalam lambung
menelan. 1. pasien seperti mual, muntah. Observasi
mengerti perubahan pergerakan usus
tentang misalnya diare, konstipasi.
pentingnya  Anjurkan pemberian cairan 2500
nutrisi bagi cc/hari selama tidak terjadi
tubuh, 2. gangguan jantung.
Pasien  Lakukan pemeriksaan
memperlihatk laboratorium yang
an kenaikan diindikasikan, seperti serum,
berat badan transferin, BUN/kreatinin, dan
sesuai dengan glukosa.
hasil
pemeriksaan
laboratorium.
5. Hambatan Setelah  Kaji kemampuan klien untuk
komunikasi dilakukan berkomunikasi.
verbal yang tindakan  Menentukan cara-cara
berhubungan selama 2 x 24 komunikasi seperti
dengan klien mampu mempertahankan kontak mata,
penurunan membuat memberikan pertanyaan dengan
volume bicara, teknik/metode jawaban ya atau tidak,
pelambatan komunikasi menggunakan kertas dan
bicara,ketidakm yang dapat pensil/bolpoin, gambar, atau
ampuan dimengerti papan tulis, bahasa isyarat,
menggerakan sesuai perjelas arti dari komunikasi
otot-otot wajah. kebutuhan yang disampaikan.
dan  Pertimbangkan bentuk
meningkatkan komunikasi bila terpasang
kemampuan kateter intravena.
berkomunikas Letakkan bel pemanggil dalam
i. jangkauan klien dan berikan
Dengan penjelasan cara
kriteria hasil: menggunakannya. Jawab
klien dapat panggilan tersebut dengan
berkomunikas segera. Penuhi kebutuhan klien.
i dengan Katakan kepada klien bahwa
sumber yang perawat siap membantu jika
ada. dibutuhkan.
 Buatlah rekaman pembicaraan
klien.
 Anjurkan keluarga/orang lain
yang dekat dengan klien untuk
berbicara dengan klien,
memberikan informasi tentang
keluarganya, dan keadaan yang
sedang terjadi.
 Kolaborasi dengan ahli wicara
bahasa.
6. Koping Setelah  Kaji perubahan gangguan
individu tidak dilakukan persepsi dan hubungan dengan
efektif yang tindakan derajat ketidakmampuan,
berhubungan keperawatan dukung kemampuan koping
dengan depresi selama 1 x 24 klien.
dan disfungsi koping  Catat ketika klien menyatakan
karena individu sekarat atau mengingkari dan
perkembangan menjadi menyatakan inilah kematian.
penyakit. efektif.  Pernyataan pengakuan terhadap
Dengan penolakan tubuh, mengingatkan
kriteria Hasil: kembali fakta kejadian tentang
1. mampu realitas bahwa masih dapat
menyatakan menggunakan sisi yang sakit
atau dan belajar mengontrol sisi yang
mengomunika sehat.
sikan dengan Bantu dan ajarkan perawatan
orang yang baik dengan memperbaiki
terdekat kebiasaan.
tentang  Buat rencana program aktivitas
situasi dan harian pada keseluruhan hari.
perubahan  Anjurkan orang terdekat untuk
yang sedang mengizinkan klien melakukan
terjadi, sebanyak mungkin hal untuk
2. mampu dirinya.
menyatakan  Monitor gangguan tidur,
penerimaan peningkatan kesulitan
diri terhadap konsentrasi, letargi dan
situasi, penolakan.
mengakui,  Kolaborasi: rujuk pada ahli
dan neuropsikologi dan konseling
menggabungk bila ada indikasi.
an perubahan
kedalam
konsep diri
dengan cara
yang akurat
tanpa harga
diri yang
negatif.
7. Defisit Setelah  Kaji pengetahuan klien dan
pengetahuan dilakukan keluarga tentang perawatan
yang tindakan kesehatan dirumah serta
berhubungan keperawatan jelaskan pentingnya perawatan
dengan sumber selama 1 x kesehatan dirumah pada klien
informasi 24, informasi dan keluarga.
prosedur dapat  Beri dukungan pada keluarga
perawatan diterima dalam merawat klien Parkinson.
rumah yang klien.  Fasilitasi anggota keluarga untuk
tidak adekuat. Dengan mengekspresikan perasaannya
kriteria Hasil terhadap frustasi, marah, dan
: klien perasaan bersalah, karena hal ini
mampu sering membantu mereka.
mengulang  Berikan mereka informasi
informasi tentang pengobatan dan
tentang perawatan yang mencegah
prosedur masalah yang tidak perlu ada.
perawatan
rumah.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang bersifat kronis progresif,
merupakan suatu penyakit/sindrom karena gangguan pada ganglia basalis akibat penurunan
atau tidak adanya pengiriman dopamine dari substansia nigra ke globus palidus/ neostriatum
(striatal dopamine deficiency). Penyakit Parkinson merupakan penyakit kronis yang
membutuhkan penanganan secara holistik meliputi berbagai bidang.
Pada saat ini tidak ada terapi untuk menyembuhkan penyakit ini, tetapi pengobatan dan
operasi dapat mengatasi gejala yang timbul . Tanpa perawatan, gangguan yang terjadi
mengalami progress hingga terjadi total disabilitas, sering disertai dengan ketidakmampuan
fungsi otak general, dan dapat menyebabkan kematian. Dengan perawatan, gangguan pada
setiap pasien berbeda-berbeda. Kebanyakan pasien berespon terhadap medikasi. Perluasan
gejala berkurang, dan lamanya gejala terkontrol sangat bervariasi. Efek samping pengobatan
terkadang dapat sangat parah. Obat-obatan yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala
parkinson, sedangkan perjalanan penyakit itu belum bisa dihentikan sampai saat ini. Sekali
terkena parkinson, maka penyakit ini akan menemani sepanjang hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, E, Marylin. 2000. “Rencana Asuhan Keperawatan”, edisi 3 : Jakarta : EGC


Doenges. E. Marylin. 1992.Nursing Care Plan. EGC. Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Vol.3, Edisi 8, EGC : Jakarta.
NANDA Internasional Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi tahun 2009-2011.
Wilkinson, Judit M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria hasil NOC, Ed.7. EGC : Jakarta.

Vous aimerez peut-être aussi