Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Pada tahun 2005, World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa jumlah
kasus TB baru terbesar terdapat di Asia Tenggara (34 persen insiden TB secara global) termasuk
Indonesia jumlah penderita diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya
jumlah penderita acquired immunodefi ciency syndrome (AIDS) oleh infeksi human immunodefi
ciency virus (HIV). Satu hingga lima persen penderita TB, mengalami TB osteoartikular.Separuh
dari TB osteoartikular adalah spondilitis TB.
Menurut penelitian di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, lesi vertebra torakal
terlapor pada 71 persen kasus spondilitis TB, diikuti dengan vertebra lumbal, dan yang terakhir
vertebra servikal. Lima hingga tujuh persen penderita mengalami lesi di dua hingga empat badan
vertebra dengan rata-rata 2.51.Jika pada orang dewasa spondilitis TB banyak terjadi pada
vertebra torakal bagian bawah dan lumbal bagian atas, khususnya torakal 12 dan lumbal 1, pada
anak-anak spondilitis TB lebih banyak terjadi pada vertebra torakal bagian atas.
1
Metastasis suatu kanker atau karsinoma adalah penyebaran sel-sel kanker keluar dari
tempatasalnya ( primary site ) ke tempat lain atau bagian tubuh yang lain. Sel-sel kanker dapat
keluar dari suatu tumor primer yang ganas, dan kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya
melalui peredaran darah ataupun aliran limfe. Metastasis juga dapat terjadi melalui penyebaran
langsung.Apabila sel kanker melalui aliran limfe, maka sel-sel tersebut dapat terperangkap di
dalam kelenjar limfe, biasanya yang terdekat dengan lokasi primernya. Apabila sel berjalan
melalui peredaran darah, maka sel-sel tersebut dapat menyebar ke seluruh tubuh, mulai tumbuh,
dan membentuk tumor baru. Proses ini disebut metastasis .Tulang adalah salah satu organ target
yang paling sering menjadi tempat metastasis setelah paru-paru dan hati.
Paraparese merupakan hilangnya fungsi motorik kedua tungkai. Pada saat ini, istilah
paraparese umumnya dipakai untuk semua keadaan kelemahan kedua tungkai, baik yang parsial
maupun komplit. Penyebab dari paraparese kebanyakan karena kompresi yang hebat sehingga
dapat menghancurkan korpus vertebra yang menyebabkan kegagalan pada kolum vertebralis
anterior dan pertengahan dalam mempertahankan posisinya. Bagian posterior korpus vertebra
hancur sehingga fragmen tulang dan diskus dapat bergeser ke kanalis spinalis.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi fisiologi
a. Columna vertebralis
Columna vertebra merupakan struktur tulang penyokong utama tubuh. Vertebra
tidak hanya menyokong tulang tengkorak, tetapi juga toraks, ekstremitas atas, pelvis,
dan menyalurkan berat tubuh ke ekstremitas bawah. Selain itu, struktur ini
memberikan perlindungan yang bermakna bagi struktur-struktur yang ada didalamnya,
antara lain medulla spinalis, nervus spinalis, dan meninges. Kolumna vertebralis terdiri
dari 33 vertebrae, antara lain 7 servikal, 12 torakal, 5 lumbar, 5 sakral (bergabung
menjadi sakrum), dan 4 koksigeal, dengan bantalan fibrocartilage diantara tiap
segmen yang disebut diskus intervertebralis.
3
lapisan meninges.Arkus vertebra terdiri dari sepasang pedikel dan laminae. Arkus
vertebralis membentuk 7 prosesus, antara lain satu prosesus spinosus, dua prosesus
tranversus, dan 4 prosesus artikularis. Prosesus spinosus merupakan sambungan dari
kedua laminae, sedangkan prosesus transversus terletak diantara laminae dan
pedikel.Kedua prosesus tersebut berfungsi sebagai tuas pengungkit dan menjadi
tempat perlekatan otot dan ligamen.Prosesus artikularis terbagi menjadi dua prosesus
superior dan dua prosesus inferior, kedua prosesus tersebut membentuk sendi
sinovial.Pedikel terdiri dari inferior notch dan superior notch yang membentuk
foramen intervertebralis (dari dua vertebra). Sendi dari collumna vertebralis terbagi
menjadi 2, antara lain sendi antara dua korpus vertebra yaitu fibrocartilaginous
joint dari diskus intervertebralis dan sendi antara dua arkus vertebralis yaitu sendi
sinovial antara prosesus artikularis.
4
Medulla Spinalis merupakan bagian dari Susunan Syaraf Pusat. Terbentang dari
foramen magnum sampai dengan L1, di L1 melonjong dan agak melebar yang disebut
conus terminalis atau conus medullaris. Terbentang dibawah conu terminalis serabut-
serabut bukan syaraf yang disebut filum terminale yang merupakan jaringan ikat.
Tiga puluh satu pasang nervus spinal keluar dari medulla spinalis melalui foramen
intervertebralis. Mereka meninggalkan sistem saraf pusat dan menjadi awal dari sistem
saraf perifer. Tiga puluh satu pasang saraf ini diberi nama sesuai dengan tingkat kolom
vertebra:
Nervus spinalis ini mengandung serabut eferen (motor) yang membawa impuls
saraf dari medulla spinalis ke perifer seperti otot, dan serabut aferen (sensorik) yang
membawa impuls sensorik dari perifer ke medulla spinalis.
Medulla Spinalis adalah bagian dari sistem saraf pusat (SSP), yang memanjang
kearah kaudal dan dilindungi oleh struktur vertebra. Medulla spinalis dibungkus oleh
tiga lapisan sama seperti otak yakni duramater, arachnoidmater dan yang paling
5
dalam piamater. Pada orang dewasa kebanyakan hanya menempati bagian atas dua-
pertiga dari kanalis vertebralis sebagai pertumbuhan tulang yang menyusun tulang
punggung secara proporsional lebih cepat dibandingkan dengan sumsum vertebra.
6
daerah kulit yang dipersarafi disebut dermatom. Serabut saraf motorik dan otot-
otot yang dipersarafi disebut myotomes.
Pusat saraf vertebra terdiri dari substantia nigra, sel body neuron dari akson
tidak bermielin neuron motorik dan juga interneuron, yang menghubungkan saraf
aferen dan eferen. Substantia nigra tampak seperti gambaran kupu-kupu di sekitar
kanal pusat dan dibagi menjadi tiga pasang cornu. Cornu dorsalis neuron sensorik,
cornu ventralis neuron motorik dan cornu lateral menginervasi sistem saraf
simpatik. Substantia nigra medulla spinalis dikelilingi oleh upper dan lower
neuron sensorik dan motorik yang terdiri dari materi putih bermielin. Ramus
komunikans substantia alba bercabang dari saraf vertebra khusus di daerah dada
dan bagian atas vertebra lumbar. Mereka adalah serabut preganglionik yang
memanjang dari saraf vertebra ke ganglion saraf simpatik. Ramus komunikans
substantia nigra adalah serabut postganglionik dari cranial kembali ke vertebra.
7
motorik batang otak secara bilateral, kecuali nervus VII & XII, berfungsi untuk
menyalurkan impuls motorik untuk gerak otot tangkas. Dalam klinik gangguan
traktus piramidalis memberikan kelumpuhan tipe UMN berupa parese/paralisis
spastis disertai dengan tonus meninggi, hiperrefleksi, klonus, refleks patologis
positif, tak ada atrofi. Rangkaian neuron di korteks selanjutnya membentuk jalan
saraf sirkuit meliputi berbagai inti di sub korteks.dan kemudian kembali ke
tingkat kortikal. Terdiri dari :
a. Korteks serebri area 4, 6, 8
b. Ganglia basalis antara lain nukleus kaudatus, putamen, globus
pallidus, nukleus Ruber, formasio retikularis, cerebellum.
Susunan ekstrapiramidal dengan formasio retukularis :
Pusat eksitasi / fasilitasi : mempermudah pengantar impuls ke korteks
maupun ke motor neuron.
Pusat inhibisi : menghambat aliran impuls ke korteks/motor neuron.
Pusat kesadaran
Susunan ekstrapiramidal berfungsi untuk gerak otot dasar / gerak otot tonik,
pembagian tonus secara harmonis, mengendalikan aktifitas pyramidal.
Lower Motor Neuron
Merupakan neuron yang langsung berhubungan dgn otot, dapat dijumpai pada
batang otak dan kornu anterior medulla spinalis. Gangguan pada LMN
memberikan kelumpuhan tipe LMN yaitu parese yang sifatnya flaccid, arah fleksi,
tak ada refleks patologis, atrofi cepat terjadi.
Susunan Somestesia
Perasaan yang dirasa oleh bagian tubuh baik dari kulit, jaringan ikat, tulang
maupun otot dikenal sebagai somestesia. Terdiri dari:
Perasaan eksteroseptif dalam bentuk rasa nyeri, rasa suhu dan rasa raba.
Perasaan proprioseptif : disadari sebagai rasa nyeri dalam, rasa getar, rasa
tekan, rasa gerak dan rasa sikap.
Perasaan luhur: diskriminatif & dimensional.
8
B. Patologi
1. Definisi
2. Etiologi
9
dengan ginjal. Kuman berkembang biak umumnya di aliran darah sehingga
menyebabkan kuman berkumpul banyak terutama di vertebra, di sekitar tulang
thoracal (dada) dan lumbal (pinggang) kuman bersarang. Kemudian kuman tersebut
akan menggerogoti body vertebra , membentuk kantung nanah (abses) yg bisa
menyebar sepanjang otot pinggang sampai bisa mencapai daerah lipat paha. Dapat
pula memacu terjadinya deformitas.
Terbentuknya abses dan body vertebra yang hancur, bisa menyebabkan tulang
belakang jadi kolaps dan miring ke arah depan. Kedua hal ini bisa menyebabkan
penekanan saraf-saraf sekitar tulang belakang yang mempersarafi tungkai bawah,
sehingga gejalanya bisa kesemutan, pharastesia, dan yang terberat adalah
kelemahan/kelumpuhan tungkai bawah, karena penekanan batang saraf di tulang
belakang yang dapat disertai lumpuhnya saraf yang mempersarafi organ yg lain,
seperti saluran kencing dan anus (saluran pembuangan).
Body vertebra yang kolaps dan miring ke depan menyebabkan tulang belakang
dapat diraba dan menonjol serta nyeri bila tertekan, sering sebut sebagai gibbus.
10
Spondilitis tuberculosis di sebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis
merupakan bakteri berbentuk batang yg bersifat acid-fastnon-motile (tahan terhadap
asam pada pewarnaan, sehingga sering disebut juga sebagai Basil/bakteri Tahan Asam
(BTA)) dan tidak dapat diwarnai dengan baik melalui cara yg konvensional.
Dipergunakan teknik Ziehl-Nielson untuk memvisualisasikannya. Bakteri tubuh secara
lambat dalam media egg-enriched dengan periode 6-8 minggu. Produksi niasin
merupakan karakteristik Mycobacterium tuberculosis dan dapat membantu untuk
membedakannnya dengan spesies lain.
11
equina. Nyeri radikuler menandakan adanya gangguan pada radiks (radikulopati).
Spondilitis TB servikal jarang terjadi, namun tanda dan gejalanya lebih berbahaya
karena dapat menyebabkan disfagia dan stridor, tortikollis, suara serak akibat
gangguan n. laringeus. Jika n. frenikus terganggu, pernapasan terganggu dan timbul
sesak napas (disebut juga Millar asthma).Umumnya gejala awal spondilitis servikal
adalah kaku leher atau nyeri leher yang tidak spesifik.
12
b) Positioning
Dengan melakukan positioning maka resiko akan terkena komplikasi akibat
berbaring lama menjadi berkurang dan bertujuan untuk mencegah dekubitus.
c) Breathing exercise
Breathing exercise adalah suatu intervensi mendasar untuk pencegahan atau
penanganan yang komprehensif pada impairment yang berhubungan dengan gangguan
pernafasan akut maupun kronis dengan tujuan untuk memperbaiki pola nafas dan
sesak pasien.
D. Pemeriksaan MRI
1. Definisi
Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu teknik penggambaran
penampang tubuh berdasarkan prinsip resonansi magnetik inti atom hidrogen. Tehnik
penggambaran MRI relatif komplek karena gambaran yang dihasilkan tergantung
pada banyak parameter. Alat tersebut memiliki kemampuan membuat gambaran
potongan coronal, sagital, aksial dan oblik tanpa banyak memanipulasi tubuh pasien
Bila pemilihan parameternya tepat, kualitas gambaran detil tubuh manusia akan
tampak jelas , sehingga anatomi dan patologi jaringan tubuh dapat dievaluasi secara
teliti.
13
2. Kelebihan MRI
Ada beberapa kelebihan MRI dibandingkan dengan pemeriksaan CT Scan yaitu :
1. MRI lebih unggul untuk mendeteksi beberapa kelainan pada jaringan lunak seperti
otak, sumsum tulang serta muskuloskeletal.
2. Mampu memberi gambaran detail anatomi dengan lebih jelas.
3. Mampu melakukan pemeriksaan fungsional seperti pemeriksaan difusi, perfusi
dan spektroskopi yang tidak dapat dilakukan dengan CT Scan.
4. Mampu membuat gambaran potongan melintang, tegak, dan miring tanpa
merubah posisi pasien.
5. MRI tidak menggunakan radiasi pengion.
3. Prinsip MRI
Struktur atom hidrogen dalam tubuh manusia saat diluar medan magnet
mempunyai arah yang acak dan tidak membentuk keseimbangan. Kemudian saat
diletakkan dalam alat MRI (gantry), maka atom H akan sejajar dengan arah medan
magnet . Demikian juga arah spinning dan precessing akan sejajar dengan arah
medan mag-net. Saat diberikan frequensi radio , maka atom H akan mengabsorpsi
energi dari frequensi radio tersebut. Akibatnya dengan bertambahnya energi, atom H
akan mengalami pembelokan, sedangkan besarnya pembelokan arah, dipengaruhi
oleh besar dan lamanya energi radio frequensi yang diberikan. Sewaktu radio
frequensi dihentikan maka atom H akan sejajar kembali dengan arah medan magnet .
Pada saat kembali inilah, atom H akan memancarkan energi yang dimilikinya.
Kemudian energi yang berupa sinyal tersebut dideteksi dengan detektor yang khusus
dan diper-kuat. Selanjutnya komputer akan mengolah dan merekonstruksi citra
berdasarkan sinyal yang diperoleh dari berbagai irisan.
Adapun jenis pemeriksaan MRI sesuai dengan organ yang akan dilihat, misalnya :
1. Pemeriksaan kepala untuk melihat kelainan pada : kelenjar pituitary, lobang telinga
dalam , rongga mata , sinus ;
14
2. Pemeriksaan otak untuk mendeteksi : stroke / infark, gambaran fungsi otak,
pendarahan, infeksi; tumor, kelainan bawaan, kelainan pembuluh darah seperti
aneurisma, angioma, proses degenerasi, atrofi;
3. Pemeriksaan tulang belakang untuk melihat proses Degenerasi (HNP), tumor, infeksi,
trauma, kelainan bawaan
5. Pemeriksaan Abdomen untuk melihat hati , ginjal, kantong dan saluran empedu,
pakreas, limpa, organ ginekologis, prostat, buli-buli 6. Pemeriksaan Thorax untuk
melihat : paru –paru, jantung.
15
BAB III
PEMERIKSAAN MRI TANPA KONTRAS PADA KASUS SPONDILITIS TB
Pemeriksaan MRI :
16
2. Tampak pemipihan CV C5 yang menekan sac
3. Tampak destruksi CV T2 dan retropulsi fragmen fraktur yang menekan medulla spinalis
disertai abses paravertebra bilateral terutama kiri
4. Osteofit pada Cv thoracal
5. Ligamentum longitudinal anterior tampak normal
6. Intensitas discus thoracalis pada semua level baik
7. MR Myelografi : Tampak stenosis canalis spinal pada level CV C5-C6 dan T1-T2
Kesan :
- Destruksi CV T2 dan retropulsi fragmen fraktur yang menekan medulla spinalis disertai
abses paravertebra bilateral terutama kiri pada level tersebut sesuai spondilitis TB
- Fraktur kompressi CV C5
- Spondylosis Thoracalis
17
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Spondilitis tuberkulosis adalah infeksi Mycobacterium tuberculosis pada tulang
belakang. Infeksi spinal oleh tuberkulosis, atau yang biasa disebut sebagai spondilitis
tuberkulosis (TB), sangat berpotensi menyebabkan morbiditas serius, termasuk defisit
neurologis dan deformitas tulang belakang yang permanen, oleh karena itu diagnosis dini
sangatlah penting. Diagnosis dini spondilitis TB sulit ditegakkan dan sering disalah
artikan sebagai neoplasma spinal atau spondilitis piogenik lainnya.Diagnosis biasanya
baru dapat ditegakkan pada stadium lanjut, saat sudah terjadi deformitas tulang belakang
yang berat dan defisit neurologis yang bermakna seperti paraplegia/paraparese.
B. Saran
Bagi keluarga pasien perlunya keteribatan dan dukungan dari keluarganya agar pasien
merasa semangat dalam proses terapi atau penyembuhan.
Daftar Pustaka
18
Zuwanda,Janitr Raka.2013.Diagnosa Dan Penatalaksanaan Spondilitis Tuberkulosis/ICD(Cermin
Dunia Kodekteran).Cempaka Putih,Jakarta :Kalbe Fatrma.PT.Dian Rakyat
19