Vous êtes sur la page 1sur 19

BAB I

PENDAHULUAN

Spondilitis tuberkulosis adalah infeksi Mycobacterium tuberculosis pada tulang belakang.


Infeksi spinal oleh tuberkulosis, atau yang biasa disebut sebagai spondilitis tuberkulosis (TB),
sangat berpotensi menyebabkan morbiditas serius, termasuk defisit neurologis dan deformitas
tulang belakang yang permanen, oleh karena itu diagnosis dini sangatlah penting. Diagnosis dini
spondilitis TB sulit ditegakkan dan sering disalah artikan sebagai neoplasma spinal atau
spondilitis piogenik lainnya.Diagnosis biasanya baru dapat ditegakkan pada stadium lanjut, saat
sudah terjadi deformitas tulang belakang yang berat dan defisit neurologis yang bermakna seperti
paraplegia/paraparese.

Pada tahun 2005, World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa jumlah
kasus TB baru terbesar terdapat di Asia Tenggara (34 persen insiden TB secara global) termasuk
Indonesia jumlah penderita diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya
jumlah penderita acquired immunodefi ciency syndrome (AIDS) oleh infeksi human immunodefi
ciency virus (HIV). Satu hingga lima persen penderita TB, mengalami TB osteoartikular.Separuh
dari TB osteoartikular adalah spondilitis TB.

Di negara berkembang, penderita TB usia muda diketahui lebih rentan terhadap


spondilitis TB daripada usia tua. Sedangkan di negara maju, usia munculnya spondilitis TB
biasanya pada dekade kelima hingga keenam. TB osteoartikular banyak ditemukan pada
penderita dengan HIV positif, imigran dari negara dengan prevalensi TB yang tinggi, usia tua,
anak usia dibawah 15 tahun dan kondisi-kondisi defi siensi imun lainnya. Pada pasien-pasien
HIV positif, insiden TB diketahui 500 kali lebih tinggi dibanding populasi orang HIV negatif.
Di sisi lain, sekitar 25 – 50 persen kasus baru TB di Amerika Serikat adalah HIV positif.

Menurut penelitian di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, lesi vertebra torakal
terlapor pada 71 persen kasus spondilitis TB, diikuti dengan vertebra lumbal, dan yang terakhir
vertebra servikal. Lima hingga tujuh persen penderita mengalami lesi di dua hingga empat badan
vertebra dengan rata-rata 2.51.Jika pada orang dewasa spondilitis TB banyak terjadi pada
vertebra torakal bagian bawah dan lumbal bagian atas, khususnya torakal 12 dan lumbal 1, pada
anak-anak spondilitis TB lebih banyak terjadi pada vertebra torakal bagian atas.

1
Metastasis suatu kanker atau karsinoma adalah penyebaran sel-sel kanker keluar dari
tempatasalnya ( primary site ) ke tempat lain atau bagian tubuh yang lain. Sel-sel kanker dapat
keluar dari suatu tumor primer yang ganas, dan kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya
melalui peredaran darah ataupun aliran limfe. Metastasis juga dapat terjadi melalui penyebaran
langsung.Apabila sel kanker melalui aliran limfe, maka sel-sel tersebut dapat terperangkap di
dalam kelenjar limfe, biasanya yang terdekat dengan lokasi primernya. Apabila sel berjalan
melalui peredaran darah, maka sel-sel tersebut dapat menyebar ke seluruh tubuh, mulai tumbuh,
dan membentuk tumor baru. Proses ini disebut metastasis .Tulang adalah salah satu organ target
yang paling sering menjadi tempat metastasis setelah paru-paru dan hati.

Metastasis ke tulang dapat menyebabkan osteolitik yang mungkin mengakibatkan fraktur


patologik yaitu patah tulang yang spontan, tanpa di dahului kekerasan. Jika terjadi fraktur
kompresi patologik di korpus vertebra, penderita terancam jelas lintang sumsum tulang belakang
sehingga terjadi paraplegia/paraparese. Tulang menjadi lokasi yang ketiga tentang penyakit
metastatis. Kanker yang hampir bisa dipastikan bermetastasis ke tulang meliputi dada, paru-paru,
prostat, tyroid dan ginjal.Carcinoma jauh lebih mungkin ke metastasis ke tulang dibanding
sarcomas. Tulang rusuk, tulang panggul dan tulang belakang secara normal tulang yang pertama
dilibatkan dan bagian distal tulang jarang kena atau terpengaruh.

Paraparese merupakan hilangnya fungsi motorik kedua tungkai. Pada saat ini, istilah
paraparese umumnya dipakai untuk semua keadaan kelemahan kedua tungkai, baik yang parsial
maupun komplit. Penyebab dari paraparese kebanyakan karena kompresi yang hebat sehingga
dapat menghancurkan korpus vertebra yang menyebabkan kegagalan pada kolum vertebralis
anterior dan pertengahan dalam mempertahankan posisinya. Bagian posterior korpus vertebra
hancur sehingga fragmen tulang dan diskus dapat bergeser ke kanalis spinalis.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi fisiologi
a. Columna vertebralis
Columna vertebra merupakan struktur tulang penyokong utama tubuh. Vertebra
tidak hanya menyokong tulang tengkorak, tetapi juga toraks, ekstremitas atas, pelvis,
dan menyalurkan berat tubuh ke ekstremitas bawah. Selain itu, struktur ini
memberikan perlindungan yang bermakna bagi struktur-struktur yang ada didalamnya,
antara lain medulla spinalis, nervus spinalis, dan meninges. Kolumna vertebralis terdiri
dari 33 vertebrae, antara lain 7 servikal, 12 torakal, 5 lumbar, 5 sakral (bergabung
menjadi sakrum), dan 4 koksigeal, dengan bantalan fibrocartilage diantara tiap
segmen yang disebut diskus intervertebralis.

Walaupun terdapat perbedaan secara regional pada segmen-segmen tersebut,


namun secara umum terdapat pola anatomi yang mirip . Vertebra umumnya terdiri dari
korpus di bagian anterior dan arkus vertebra di posterior, dan diantaranya terdapat
lubang yang disebut sebagai foramen vertebralis yang berisikan medulla spinalis dan

3
lapisan meninges.Arkus vertebra terdiri dari sepasang pedikel dan laminae. Arkus
vertebralis membentuk 7 prosesus, antara lain satu prosesus spinosus, dua prosesus
tranversus, dan 4 prosesus artikularis. Prosesus spinosus merupakan sambungan dari
kedua laminae, sedangkan prosesus transversus terletak diantara laminae dan
pedikel.Kedua prosesus tersebut berfungsi sebagai tuas pengungkit dan menjadi
tempat perlekatan otot dan ligamen.Prosesus artikularis terbagi menjadi dua prosesus
superior dan dua prosesus inferior, kedua prosesus tersebut membentuk sendi
sinovial.Pedikel terdiri dari inferior notch dan superior notch yang membentuk
foramen intervertebralis (dari dua vertebra). Sendi dari collumna vertebralis terbagi
menjadi 2, antara lain sendi antara dua korpus vertebra yaitu fibrocartilaginous
joint dari diskus intervertebralis dan sendi antara dua arkus vertebralis yaitu sendi
sinovial antara prosesus artikularis.

Terdapat 6 ligamen di sekitar collumna vertebralis, antara lain ligamen anterior


longitudinal dan posterior longitudinal (ligamen di sekitar korpus) dan ligamen
supraspinatus, interspinatus, intertraversum, dan flavum (ligamen diantara arkus
vertebralis). Pada daerah servikal, ligamen supraspinatus dan interspinatus bergabung
membentuk ligamentum nuchae.

4
Medulla Spinalis merupakan bagian dari Susunan Syaraf Pusat. Terbentang dari
foramen magnum sampai dengan L1, di L1 melonjong dan agak melebar yang disebut
conus terminalis atau conus medullaris. Terbentang dibawah conu terminalis serabut-
serabut bukan syaraf yang disebut filum terminale yang merupakan jaringan ikat.

Tiga puluh satu pasang nervus spinal keluar dari medulla spinalis melalui foramen
intervertebralis. Mereka meninggalkan sistem saraf pusat dan menjadi awal dari sistem
saraf perifer. Tiga puluh satu pasang saraf ini diberi nama sesuai dengan tingkat kolom
vertebra:

 Cervical (C) - 8 pasang saraf


 Thoracic (T) - 12 pasang saraf
 Lumbar (L) - 5 pasang saraf
 Sacral (S) - 5 pasang saraf
 Coccygeal - 1 sepasang saraf

Nervus spinalis ini mengandung serabut eferen (motor) yang membawa impuls
saraf dari medulla spinalis ke perifer seperti otot, dan serabut aferen (sensorik) yang
membawa impuls sensorik dari perifer ke medulla spinalis.
Medulla Spinalis adalah bagian dari sistem saraf pusat (SSP), yang memanjang
kearah kaudal dan dilindungi oleh struktur vertebra. Medulla spinalis dibungkus oleh
tiga lapisan sama seperti otak yakni duramater, arachnoidmater dan yang paling

5
dalam piamater. Pada orang dewasa kebanyakan hanya menempati bagian atas dua-
pertiga dari kanalis vertebralis sebagai pertumbuhan tulang yang menyusun tulang
punggung secara proporsional lebih cepat dibandingkan dengan sumsum vertebra.

Sepanjang median sagittal, fissure anterior dan posterior membagi medulla


spinalis menjadi dua bagian simetris, yang terhubung oleh commisura anterior
dan posterior. Di kedua sisi lateralnya, dimana terdapat fissura anterolateral dan
posterolateral, disitu terdapat titik dimana radiks spinalis keluar yang akhirnya
membentuk medulla spinalis.
Tidak seperti otak, pada medulla spinalis substantia nigra dikelilingi
substantia alba. Substantia alba secara konvensional dibagi menjadi funikulus
dorsal, dorsolateral, lateral, ventral dan ventrolateral. Separuh dari tiap bagian
berbentuk bulan sabit, walaupun susunan dari substantia nigra dan substantia alba
berbeda di setiap tingkatan rostrocaudal.
Substansia nigra dapat dibagi menjadi cornu dorsalis, cornu intermedia, cornu
ventralis, dan bagian ventromedial mengelilingi canalis medulla spinalis.
Substantia alba semakin berkurang sampai di akhiran medulla spinalis, dan
bersatu dengan subtantia nigra membentuk membentuk conus terminalis, dimana
radiks spinalis yang secara paralel membentuk cauda equine.
Setiap pasangan nervus spinalis mempersarafi daerah tertentu dari tubuh
dengan neuron sensorik dan motorik. Serabut saraf sensorik dan stimulus dari

6
daerah kulit yang dipersarafi disebut dermatom. Serabut saraf motorik dan otot-
otot yang dipersarafi disebut myotomes.
Pusat saraf vertebra terdiri dari substantia nigra, sel body neuron dari akson
tidak bermielin neuron motorik dan juga interneuron, yang menghubungkan saraf
aferen dan eferen. Substantia nigra tampak seperti gambaran kupu-kupu di sekitar
kanal pusat dan dibagi menjadi tiga pasang cornu. Cornu dorsalis neuron sensorik,
cornu ventralis neuron motorik dan cornu lateral menginervasi sistem saraf
simpatik. Substantia nigra medulla spinalis dikelilingi oleh upper dan lower
neuron sensorik dan motorik yang terdiri dari materi putih bermielin. Ramus
komunikans substantia alba bercabang dari saraf vertebra khusus di daerah dada
dan bagian atas vertebra lumbar. Mereka adalah serabut preganglionik yang
memanjang dari saraf vertebra ke ganglion saraf simpatik. Ramus komunikans
substantia nigra adalah serabut postganglionik dari cranial kembali ke vertebra.

b. Fisiologi Sistem Saraf Spinalis


Sistem motorik berhubungan dengan sistem neuromuskular terdiri atas Upper
Motor Neuron (UMN) dan Lower Motor Neuron (LMN). Upper Motor Neuron
(UMN) merupakan kumpulan saraf-saraf motorik yang menyalurkan impuls dan area
motorik di korteks motorik sampai inti-inti motorik di saraf kranial di batang otak
atau kornu anterior medula spinalis.
Berdasarkan perbedaan anatomik dan fisiologik kelompok UMN dibagi dalam
susunan piramidal dan susunan ekstrapiramidal. Susunan piramidal terdiri dari traktus
kortikospinal dan traktus kortikobulbar. Melalui lower motor neuron (LMN), yang
merupakan kumpulan saraf motorik yang berasal dari batang otak, pesan tersebut dari
otak dilanjutkan ke berbagai otot dalam tubuh seseorang. Kedua saraf motorik
tersebut mempunyai peranan penting di dalam sistem neuromuscular tubuh. Sistem
ini yang memungkinkan tubuh kita untuk bergerak secara terencana dan terukur.
 Upper Motor Neuron
Traktus kortikospinalis berfungsi menyalurkan impuls motorik pada sel-sel
motorik batang otak dan medula spinalis untuk geraakan-gerakan otot kepala dan
leher. Traktus kortikobulber membentuk traktus piramidalis, mempersarafi sel-sel

7
motorik batang otak secara bilateral, kecuali nervus VII & XII, berfungsi untuk
menyalurkan impuls motorik untuk gerak otot tangkas. Dalam klinik gangguan
traktus piramidalis memberikan kelumpuhan tipe UMN berupa parese/paralisis
spastis disertai dengan tonus meninggi, hiperrefleksi, klonus, refleks patologis
positif, tak ada atrofi. Rangkaian neuron di korteks selanjutnya membentuk jalan
saraf sirkuit meliputi berbagai inti di sub korteks.dan kemudian kembali ke
tingkat kortikal. Terdiri dari :
a. Korteks serebri area 4, 6, 8
b. Ganglia basalis antara lain nukleus kaudatus, putamen, globus
pallidus, nukleus Ruber, formasio retikularis, cerebellum.
Susunan ekstrapiramidal dengan formasio retukularis :
 Pusat eksitasi / fasilitasi : mempermudah pengantar impuls ke korteks
maupun ke motor neuron.
 Pusat inhibisi : menghambat aliran impuls ke korteks/motor neuron.
 Pusat kesadaran
Susunan ekstrapiramidal berfungsi untuk gerak otot dasar / gerak otot tonik,
pembagian tonus secara harmonis, mengendalikan aktifitas pyramidal.
 Lower Motor Neuron
Merupakan neuron yang langsung berhubungan dgn otot, dapat dijumpai pada
batang otak dan kornu anterior medulla spinalis. Gangguan pada LMN
memberikan kelumpuhan tipe LMN yaitu parese yang sifatnya flaccid, arah fleksi,
tak ada refleks patologis, atrofi cepat terjadi.
 Susunan Somestesia
Perasaan yang dirasa oleh bagian tubuh baik dari kulit, jaringan ikat, tulang
maupun otot dikenal sebagai somestesia. Terdiri dari:
 Perasaan eksteroseptif dalam bentuk rasa nyeri, rasa suhu dan rasa raba.
 Perasaan proprioseptif : disadari sebagai rasa nyeri dalam, rasa getar, rasa
tekan, rasa gerak dan rasa sikap.
 Perasaan luhur: diskriminatif & dimensional.

8
B. Patologi
1. Definisi

Spondilitis tuberkulosa atau tuberkulosis tulang belakang adalah peradangan


granulomatosa yg bersifat kronis destruktif oleh Mycobacterium tuberculosis. Dikenal
pula dengan nama Pott’s disease of the spine atau tuberculous vertebral osteomyelitis.
Spondilitis ini paling sering ditemukan pada vertebra T8 - L3 dan paling jarang pada
vertebra C1 – 2. Spondilitis tuberkulosis biasanya mengenai korpus vertebra, tetapi
jarang menyerang arkus vertebra.

2. Etiologi

Spondilitis tuberculosis merupakan suatu tuberkulosis tulang yang sifatnya


sekunder dari TBC tempat lain di dalam tubuh.Spondilitis TB dapat terjadi akibat
penyebaran secara hematogen/limfogen melalui nodus limfatikus para-aorta dari fokus
tuberculosis di luar tulang belakang yang sebelumnya sudah ada. Pada anak, sumber
infeksi biasanya berasal dari fokus primer di paru, sedangkan pada orang dewasa
berasal dari fokus ekstrapulmoner (usus, ginjal, tonsil). Dari paru-paru, kuman dapat
sampai ke tulang belakang melalui pleksus venosus paravertebral Batson.
Lesi tuberculosis pada tulang belakang dimulai dengan inflamasi paradiskus.
Setelah tulang mengalami infeksi, hiperemia, edema sumsum tulang belakang dan
osteoporosis terjadi pada tulang. Destruksi tulang terjadi akibat lisis jaringan tulang,
sehingga tulang menjadi lunak dan gepeng terjadi akibat gaya gravitasi dan tarikan
otot thoracolumbal.
Selanjutnya, destruksi tulang diperberat oleh iskemik sekunder akibat
tromboemboli, periarteritis, endarteritis. Karena transmisi beban gravitasi pada
vertebra thoracal lebih terletak pada setengah bagian anterior body vertebra, maka lesi
kompresi lebih banyak ditemukan pada bagian anterior body vertebra sehingga body
vertebra bagian anterior menjadi lebih pipih daripada bagian posterior. Resultan dari
hal-hal tersebut mengakibatkan deformitas kifotik. Deformitas kifotik inilah yang
sering disebut sebagai gibbus (gambar 1).
Spondilitis TB dapat juga terjadi karena Kuman yang ”bangun” kembali dari
paru-paru akan menyebar mengikuti aliran pembuluh darah vertebra yang dekat

9
dengan ginjal. Kuman berkembang biak umumnya di aliran darah sehingga
menyebabkan kuman berkumpul banyak terutama di vertebra, di sekitar tulang
thoracal (dada) dan lumbal (pinggang) kuman bersarang. Kemudian kuman tersebut
akan menggerogoti body vertebra , membentuk kantung nanah (abses) yg bisa
menyebar sepanjang otot pinggang sampai bisa mencapai daerah lipat paha. Dapat
pula memacu terjadinya deformitas.
Terbentuknya abses dan body vertebra yang hancur, bisa menyebabkan tulang
belakang jadi kolaps dan miring ke arah depan. Kedua hal ini bisa menyebabkan
penekanan saraf-saraf sekitar tulang belakang yang mempersarafi tungkai bawah,
sehingga gejalanya bisa kesemutan, pharastesia, dan yang terberat adalah
kelemahan/kelumpuhan tungkai bawah, karena penekanan batang saraf di tulang
belakang yang dapat disertai lumpuhnya saraf yang mempersarafi organ yg lain,
seperti saluran kencing dan anus (saluran pembuangan).
Body vertebra yang kolaps dan miring ke depan menyebabkan tulang belakang
dapat diraba dan menonjol serta nyeri bila tertekan, sering sebut sebagai gibbus.

Gambar 1. Gibbus. Tampak penonjolan bagian posterior


tulang belakang ke arah dorsal akibat angulasi kifotik vertebra.

10
Spondilitis tuberculosis di sebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis
merupakan bakteri berbentuk batang yg bersifat acid-fastnon-motile (tahan terhadap
asam pada pewarnaan, sehingga sering disebut juga sebagai Basil/bakteri Tahan Asam
(BTA)) dan tidak dapat diwarnai dengan baik melalui cara yg konvensional.
Dipergunakan teknik Ziehl-Nielson untuk memvisualisasikannya. Bakteri tubuh secara
lambat dalam media egg-enriched dengan periode 6-8 minggu. Produksi niasin
merupakan karakteristik Mycobacterium tuberculosis dan dapat membantu untuk
membedakannnya dengan spesies lain.

3. Tanda dan gejala


Spondilitis TB relatif indolen (tanpa nyeri). Pasien biasanya mengeluhkan :
1. nyeri lokal tidak spesifik pada daerah vertebra yang terinfeksi.
2. Demam subfebril
3. Menggigil
4. Malaise
5. berkurangnya berat badan atau berat badan tidak sesuai umur pada anak yang
merupakan gejala klasik TB paru juga terjadi pada pasien dengan spondilitis
TB.
6. Deformitas pada punggung (gibbus)
7. Pembengkakan setempat (abses)
Defisit neurologis terjadi pada 12 – 50 persen penderita. Defisit yang mungkin
antara lain: paraplegia, paraparese, hipestesia, nyeri radikular atau sindrom kauda

11
equina. Nyeri radikuler menandakan adanya gangguan pada radiks (radikulopati).
Spondilitis TB servikal jarang terjadi, namun tanda dan gejalanya lebih berbahaya
karena dapat menyebabkan disfagia dan stridor, tortikollis, suara serak akibat
gangguan n. laringeus. Jika n. frenikus terganggu, pernapasan terganggu dan timbul
sesak napas (disebut juga Millar asthma).Umumnya gejala awal spondilitis servikal
adalah kaku leher atau nyeri leher yang tidak spesifik.

4. Proses terjadinya gangguan gerak dan fungsi


Basil tuberkulosis masuk melalui traktus respiratorius. Kuman dapat bersarang di
korpus vertebra . Bila keadaan umum buruk, dapat terjadi reaktivasi bila ada factor
pemicu (trauma, defisiensi imun dll).
Penyakit ini paling sering menyerang korpus vertebra terutama thorakal tengah-
bawah dan menyebabkan korpus vertebra rusak sehingga diskus intervertebralis
mengalami sekuesterasi. Dapat terbentuk abses paravertebralis disekitar korpus
vertebra. Abses ini mengandung fragmen tulang, diskus, jaringan granulasi, febris
yang akan menekan medulla spinalis menyebabkan Lesi yang mendesak medula
spinalis sehingga merusak daerah jaras kortikospinalis lateral dapat menimbulkan
kelumpuhan/kelemahan UMN pada otot–otot bagian tubuh yang terletak di bawah
tingakt lesi. Lesi yang memotong melintang (transversal) medula spinalis pada tingkat
servikal, misalnya C5 dapat mengakibatkan kelumpuhan/kelemahan UMN pada otot
yang berada di bawah C5, yaitu sebagian dari kedua otot – otot kedua lengan yang
berasal dari miotoma C6 sampai miotoma C8, kemudian otot – otot thorax dan
abdomen serta segenap muskular kedua tungkai. Akibat terputusnya lintasan
somatosensorik dan lintasan autonom neurovegetatif asenden dan desenden, maka
tingkat dari lesi kebawah, penderita tidak merasakan buang air besar dan buang air
kecil serta tidak memperlihatkan reaksi nuerovegetatif.
C. Pendekatan Intervensi Fisioterapi
a) Komunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutik yaitu memberikan motivasi dan penjelasan mengenai
pengobatan yang bisa diberikan untuk penyembuhan pasien, dengan tujuan untuk
menghilangkan rasa khawatir dan kecemasan mengenai penyakit yang dialami pasien.

12
b) Positioning
Dengan melakukan positioning maka resiko akan terkena komplikasi akibat
berbaring lama menjadi berkurang dan bertujuan untuk mencegah dekubitus.

c) Breathing exercise
Breathing exercise adalah suatu intervensi mendasar untuk pencegahan atau
penanganan yang komprehensif pada impairment yang berhubungan dengan gangguan
pernafasan akut maupun kronis dengan tujuan untuk memperbaiki pola nafas dan
sesak pasien.

d) Passive ROM exercise


Passive ROM exercise dapat merangsang otot yang mengalami gangguandan
meningkatkan ROM agar kembali ke fungsi normalnya dan bertujuan untuk
memelihara ROM dan mencegah kontraktur.

e) Strengthening extremitas superior


Dengan adanya tahanan isotonic yang diberikan oleh fisioterapi maupun pasien
dapat merangsang otot untuk berkontraksi dan dapat meningkatkan kekuatan otot
tersebut ,dan bertujuan untuk menguatkan otot-otot extremitas superior.

D. Pemeriksaan MRI
1. Definisi
Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu teknik penggambaran
penampang tubuh berdasarkan prinsip resonansi magnetik inti atom hidrogen. Tehnik
penggambaran MRI relatif komplek karena gambaran yang dihasilkan tergantung
pada banyak parameter. Alat tersebut memiliki kemampuan membuat gambaran
potongan coronal, sagital, aksial dan oblik tanpa banyak memanipulasi tubuh pasien
Bila pemilihan parameternya tepat, kualitas gambaran detil tubuh manusia akan
tampak jelas , sehingga anatomi dan patologi jaringan tubuh dapat dievaluasi secara
teliti.

13
2. Kelebihan MRI
Ada beberapa kelebihan MRI dibandingkan dengan pemeriksaan CT Scan yaitu :
1. MRI lebih unggul untuk mendeteksi beberapa kelainan pada jaringan lunak seperti
otak, sumsum tulang serta muskuloskeletal.
2. Mampu memberi gambaran detail anatomi dengan lebih jelas.
3. Mampu melakukan pemeriksaan fungsional seperti pemeriksaan difusi, perfusi
dan spektroskopi yang tidak dapat dilakukan dengan CT Scan.
4. Mampu membuat gambaran potongan melintang, tegak, dan miring tanpa
merubah posisi pasien.
5. MRI tidak menggunakan radiasi pengion.

3. Prinsip MRI
Struktur atom hidrogen dalam tubuh manusia saat diluar medan magnet
mempunyai arah yang acak dan tidak membentuk keseimbangan. Kemudian saat
diletakkan dalam alat MRI (gantry), maka atom H akan sejajar dengan arah medan
magnet . Demikian juga arah spinning dan precessing akan sejajar dengan arah
medan mag-net. Saat diberikan frequensi radio , maka atom H akan mengabsorpsi
energi dari frequensi radio tersebut. Akibatnya dengan bertambahnya energi, atom H
akan mengalami pembelokan, sedangkan besarnya pembelokan arah, dipengaruhi
oleh besar dan lamanya energi radio frequensi yang diberikan. Sewaktu radio
frequensi dihentikan maka atom H akan sejajar kembali dengan arah medan magnet .
Pada saat kembali inilah, atom H akan memancarkan energi yang dimilikinya.
Kemudian energi yang berupa sinyal tersebut dideteksi dengan detektor yang khusus
dan diper-kuat. Selanjutnya komputer akan mengolah dan merekonstruksi citra
berdasarkan sinyal yang diperoleh dari berbagai irisan.

Adapun jenis pemeriksaan MRI sesuai dengan organ yang akan dilihat, misalnya :

1. Pemeriksaan kepala untuk melihat kelainan pada : kelenjar pituitary, lobang telinga
dalam , rongga mata , sinus ;

14
2. Pemeriksaan otak untuk mendeteksi : stroke / infark, gambaran fungsi otak,
pendarahan, infeksi; tumor, kelainan bawaan, kelainan pembuluh darah seperti
aneurisma, angioma, proses degenerasi, atrofi;

3. Pemeriksaan tulang belakang untuk melihat proses Degenerasi (HNP), tumor, infeksi,
trauma, kelainan bawaan

4. Pemeriksaan Musculo-skeletal untuk organ : lutut, bahu , siku, pergelangan tangan,


pergelangan kaki , kaki , untuk mendeteksi robekan tulang rawan, tendon, ligamen,
tumor, infeksi/abses dan lain lain ;

5. Pemeriksaan Abdomen untuk melihat hati , ginjal, kantong dan saluran empedu,
pakreas, limpa, organ ginekologis, prostat, buli-buli 6. Pemeriksaan Thorax untuk
melihat : paru –paru, jantung.

15
BAB III
PEMERIKSAAN MRI TANPA KONTRAS PADA KASUS SPONDILITIS TB

Nama : Tn. Daniel Tonga Sulele


Usia : 60 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Kristen protestan
Pekerjaan : wiraswasta
Alamat : jln. Lanraki no.3,makassar
No.RM : 837905

Pemeriksaan MRI :

1. Kurva khyphosis columna vertebra thoracal tidak intak

16
2. Tampak pemipihan CV C5 yang menekan sac
3. Tampak destruksi CV T2 dan retropulsi fragmen fraktur yang menekan medulla spinalis
disertai abses paravertebra bilateral terutama kiri
4. Osteofit pada Cv thoracal
5. Ligamentum longitudinal anterior tampak normal
6. Intensitas discus thoracalis pada semua level baik
7. MR Myelografi : Tampak stenosis canalis spinal pada level CV C5-C6 dan T1-T2

Kesan :

- Destruksi CV T2 dan retropulsi fragmen fraktur yang menekan medulla spinalis disertai
abses paravertebra bilateral terutama kiri pada level tersebut sesuai spondilitis TB
- Fraktur kompressi CV C5
- Spondylosis Thoracalis

17
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Spondilitis tuberkulosis adalah infeksi Mycobacterium tuberculosis pada tulang
belakang. Infeksi spinal oleh tuberkulosis, atau yang biasa disebut sebagai spondilitis
tuberkulosis (TB), sangat berpotensi menyebabkan morbiditas serius, termasuk defisit
neurologis dan deformitas tulang belakang yang permanen, oleh karena itu diagnosis dini
sangatlah penting. Diagnosis dini spondilitis TB sulit ditegakkan dan sering disalah
artikan sebagai neoplasma spinal atau spondilitis piogenik lainnya.Diagnosis biasanya
baru dapat ditegakkan pada stadium lanjut, saat sudah terjadi deformitas tulang belakang
yang berat dan defisit neurologis yang bermakna seperti paraplegia/paraparese.
B. Saran
Bagi keluarga pasien perlunya keteribatan dan dukungan dari keluarganya agar pasien
merasa semangat dalam proses terapi atau penyembuhan.

Daftar Pustaka

18
Zuwanda,Janitr Raka.2013.Diagnosa Dan Penatalaksanaan Spondilitis Tuberkulosis/ICD(Cermin
Dunia Kodekteran).Cempaka Putih,Jakarta :Kalbe Fatrma.PT.Dian Rakyat

Bee Ant.2010.Spondilitis Tuberculosis. Tersedia


Hhttps://Www.Scribd.Com/Doc/43259295/SPONDILITIS TUBERCKULOSA.Diakses Tanggal
28 April 2018

Muhammad Apriyanti, 2013. Referat “Paraparese E.C Spondilitis Tuberkulosis”.Tersedia


https://www.scribd.com/doc/243957628/REFERAT-PARAPARESE-EC-SPONDILITIS-TB-docx.
Diakses tanggal 25 april 2018.

M sang Jacob, 2013. Metastasis Bone. Tersedia https://www.scribd.com/doc/170407197/Bone-


Metastasis. Diakses tanggal 25 april 2018.

https://www.scribd.com/doc/164188594/Anatomi-Dan-Fisiologi-Vertebrae-1.Diakses pada tanggal 19


April 2018.

staff.ui.ac.id. Diakses tanggal 28 April 2018

PEMANFAATAN MAGNETIC RESONANCE IMAGING (MRI)


www.unhas.ac.id/tahir/.../MRI%20(%20MUHAMMAD%20YUNUS.../mri.pdf. diakses tanggal
18 mei 2018

19

Vous aimerez peut-être aussi