Vous êtes sur la page 1sur 148

GAMBARAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP

PENGOBATAN KOMPLEMENTER DAN ALTERNATIF DI


WILAYAH KELURAHAN PONDOK BENDA RW 013
PAMULANG 2

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh:

SARI PURBOYEKTI

1113104000021

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2017 M
ii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SCHOOL OF NURSING
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA
Undergraduate Thesis, June 2017

Sari Purboyekti, NIM: 1113104000021

Public Perception Towards Complementary And Alternative Medicine In


Kelurahan Pondok Benda RW 013 Pamulang 2

xvii + 96 pages + 7 tables + 2 schemes + 9 attachements

ABSTRACT
Complementary and alternative medicine are progressing globally. Research
in various worlds shows complementary and alternative ways are very common. This
study held respondents who have used and never use complementary and alternative
medicine. The purpose of this research is to know people's perception of
compelementer and alternative medicine. This type of research is quantitative with
descriptive design. The sample of this research is 88 respondents in Kelurahan
Pondok Benda RW 013 Pamulang 2 with random sampling technique. Data collection
using questionnaires made by the researcher. The results showed that 53.4% of
respondents had postive perception of complementary and alternative medicine,
62.6% had positive perception on cupping, 60.2% of respondents had positive
persespi on acupuncture and acupressure, respondent's perception of reflexology had
the amount Similarly, 80.7% of respondents had positive perceptions of herbal
medicine, 60.2% of respondents had good perception on traditional bone setter,
61.4% of respondents had positive perception of shamanism, and 61.4% of
respondents had good perception on profit and lack of complementary and alternative
medicine. Researchers advise the community to choose complementary and
alternative medicine that has been standardized.

Keyword: perception, complementary and alternative medicine

References: 88 (1995-2017)

iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juni 2017

Sari Purboyekti, NIM: 1113104000021

Gambaran Persespi Masyarakat Terhadap Pengobatan Komplementer Dan


Alternatif Di Wilayah Kelurahan Pondok Benda RW 013 Pamulang 2

xvii + 96 halaman + 7 tabel + 2 bagan + 9 lampiran

ABSTRAK
Pengobatan komplementer dan alternatif mengalami perkembangan secara
global. Penelitian di berbagai dunia menunjukkan bahwa pengobatan komplementer
dan alternatif sangat umum digunakan. Penelitian ini meneliti responden yang pernah
menggunakan dan tidak pernah menggunakan pengobatan komplementer dan
alternatif. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui persepsi masyarakat terhadap
pengobatan kompelementer dan alternatif. Jenis penelitian ini adalah kuantitaif
dengan desain deskriptif. Sampel penelitian adalah 88 orang warga di wilayah
Kelurahan Pondok Benda RW 013 Pamulang 2 dengan teknik random sampling.
Pengambilan data menggunakan kuesioner yang dibuat oleh peneliti. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 53,4 % responden memiliki persepsi yang positif terhadap
pengobatan komplementer dan alternatif, 62,6% memiliki persepsi positif terhadap
bekam, 60,2% responden memiliki persespi positif terhadap akupuntur dan akupresur,
persepsi responden terhadap pijat refleksi memilki jumlah yang sama, 80,7%
responden memilki persepsi positif terhadap obat herbal, 60,2 % responden memilki
persepsi positif terhadap ahli patah tulang, 61,4% responden memilki persepsi positif
terhadap dukun sembur, dan 61,4% responden memilki persepsi positif terhadap
keuntungan dan kekurangan dari pengobatan komplementer dan alternatif. Peneliti
menyarankan kepada masyarakat untuk dapat memilih pengobatan komplementer dan
alternatif yang sudah terstandarisasi.

Kata Kunci: persepsi, pengobatan komplementer dan alternatif

Daftar Pustaka: 88 (1995-2017)

iv
RIWAYAT HIDUP

Nama : Sari Purboyekti

Temapt/ Tanggal Lahir : Tangerang, 31 Juli 1995

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jalan Benda Barat 11 B Blok D 38/7

Pamulang 2 RT 004/RW 013 Kota Tangerang Selatan

Telepon : 08567088224

Email : saripurboyekti@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. 1999 - 2001: TK Tunas Harapan I


2. 2001 - 2007: SDN Serua 03
3. 2007 - 2010: SMP Negeri 9 Kota Tangerang Selata
4. 2010 - 2013: SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan
5. 2013 - 2017: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengalaman Organisasi :

1. 2016: Himpunan Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas


Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

viii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, hidayah, kekuatan, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran Persepsi Masyarakat Terhadap

Pengobatan Komplementer Dan Alternatif Di Wilayah Kelurahan Pondok Benda RW

013 Pamulang 2.” Yang disusun dan diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk

memperoleh gelar Sarjana Keperawatan. Sholawat serta salam juga tercantum kepada

Nabi Muhammad SAW.

Penulis telah berusaha untuk menyajikan suatu tulisan ilmiah yang rapi dan

sistematik sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Penulis menyadari bahwa dalam

proses penulisan skiripsi ini jauh dari sempurna dan banyak mengalami kendala,

namun penulis berkat bantuan, bimbingan serat dukungan dari berbagai pihak

sehingga penulis ingin mengucapkan ucapan terimakasih dan penghargaan yang

sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada yang terhormat:

1. Kedua orang tua saya yang tercinta Bapak Ahmad Zaidi dan Ibu Suparti yang

tidak pernah lelah untuk memberikan dukungan baik moril, material, kasih

sayang, dan selalu mendoakan penulis dalam proses menyelesaikan skripsi

ini.

ix
2. Prof.Dr.H. Arif Sumantri, S.KM., M.Kes, selaku dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc, selaku Ketua Program Studi dan Ernawati,

S.Kp, M.Kep, Sp.KMB, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Ibu Ernawati, S. Kp, M.Kep, Sp.KMB, dan Ibu Maulina Handayani, S.Kp.,

M.Sc, Selaku Dosen Pembimbing, terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau

yang telah meluangkan waktu serta memberikan arahan dan bimbingan

dengan sabar kepada penulis selama proses pembuatan skripsi ini.

5. Bapak Karyadi, S.Kp.,MKep., PhD, selaku dosen pembimbing akademik,

terimakasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah membimbing dan

memberikan motivasi selama 3 tahun duduk di bangku kuliah.

6. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membekali penulis ilmu dan

pengetahuan serta pengalamannya selama penulis mengikuti perkuliahan.

7. Seluruh staf dan karyawan Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Seluruh angkatan 2013 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Terimakasih karena telah saling mengingatkan, mendukung, mendo’akan, dan

menjadi penyemangat untuk berjuang menggapai semua impian.

Ciputat, Juni 2017

Sari Purboyekti

x
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................................... ii

ABSTRACT ................................................................................................................. iii

ABSTRAK ................................................................................................................... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................ Error! Bookmark not defined.

LEMBAR PENGESAHAN ........................................... Error! Bookmark not defined.

LEMBAR PENGESAHAN ........................................... Error! Bookmark not defined.

RIWAYAT HIDUP..................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................................. ix

DAFTAR ISI ................................................................................................................ xi

DAFTAR SINGKATAN ............................................................................................xiv

DAFTAR TABEL ........................................................................................................xv

DAFTAR BAGAN .....................................................................................................xvi

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 5

xi
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ............................................................................................. 6

E. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 8

A. Persepsi .............................................................................................................. 8

1. Pengertian ....................................................................................................... 8

2. Macam-macam persepsi ................................................................................. 9

3. Syarat dan proses pembentukan persepsi ..................................................... 11

4. Faktor yang mempengaruhi persepsi ............................................................ 12

B. Pengobatan komplementer dan alternatif ......................................................... 15

1. Pengertian ..................................................................................................... 15

2. Klasifikasi..................................................................................................... 17

3. Kuntungan dan kekurangan CAM................................................................ 45

C. Masyarakat ....................................................................................................... 47

D. Penelitian Terkait ............................................................................................. 48

E. Kerangka Teori ................................................................................................ 51

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ...................... 52

xii
A. Kerangka konsep .............................................................................................. 52

B. Definisi operasional ......................................................................................... 53

BAB IV METODELOGI PENELITIAN ................................................................... 56

A. Desain Penelitian ............................................................................................. 56

B. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................................... 56

C. Populasi dan Sampel ........................................................................................ 57

D. Instrumen Penelitian ........................................................................................ 59

E. Pengumpulan Data ........................................................................................... 63

F. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ..................................................................... 64

G. Teknik Analisa Data ........................................................................................ 66

H. Etika Penelitian ................................................................................................ 68

BAB V HASIL PENELITIAN ................................................................................... 70

A. Gambaran Tempat Penelitian ........................................................................... 70

B. Analisis Univariat ............................................................................................ 71

1. Data Demografi ............................................................................................ 71

2. Gambaran Persespi Pengobatan Komplementer dan Alternatif ................... 72

3. Distribusi Proporsi Persepsi Terhadap Pengobatan Komplementer dan

Alternatif Berdasarkan Usia ................................................................................ 73

xiii
4. Distribusi Proporsi Persepsi Terhadap Pengobatan Komplementer dan

Alternatif Berdasarkan Jenis Kelamin ................................................................. 74

5. Distribusi Proporsi Persepsi Terhadap Pengobatan Komplementer dan

Alternatif Berdasarkan Pendidikan Terakhir ....................................................... 75

6. Distribusi Proporsi Persepsi Terhadap Pengobatan Komplementer dan

Alternatif Berdasarkan Pengalaman .................................................................... 76

7. Gambaran Persepsi Tehadap Pengobatan Komplementer dan Alternatif

Berdasarkan Item Pernyataan .............................................................................. 77

BAB VI PEMBAHASAN........................................................................................... 80

A. Karakteristik Responden .................................................................................. 80

B. Gambaran Persespi Masyarakat Terhadap Pengobatan Komplementer dan

Alternatif ................................................................................................................. 82

C. Keterbatasan Penelitian .................................................................................... 91

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 92

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 92

B. Saran ................................................................................................................ 93

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 95

LAMPIRAN .............................................................................................................. 102

xiv
DAFTAR SINGKATAN

CAM : Complementary and Alternative Medicine

NCCAM : National Center of Compelemtary and Alternative Medicine

WHO : World Health Organization

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional……………………………………………………...53

Tabel 4.1 Kisi-Kisi Kuesioner………………………………………………………60

Tabel 4.2 Skor Perhitungan Stastistik Persepsi Tentang Pengobatan Komplementer

dan Alternatif………………………………………………………….....61

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Data Demografi…………………………………....71

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Persepsi…………………………………………….72

Tabel 5.3 Distribusi Persepsi Berdasarkan Usia……………………………………73

Tabel 5.4 Distribusi Persespi Berdasarkan Jenis Kelamin………………………….74

Tabel 5.5 Distribusi Persespi Berdasarkan Pendidikan Terakhir…………………...75

Tabel 5.6 Distribusi Persespi Berdasarkan Pengalaman Terhadap Pengobatan

Komplementer dan Alternatif……………………………………………77

Tabel 5.7 Distribusi Persepsi Tehadap Pengobatan Komplementer dan Alternatif..78

xv
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori…………………………………………………………51

Bagan 3.1 Kerangka Konsep………………………………………………………52

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Informed concent

Lampiran 2: Kuesioner penelitian

Lampiran 3: Uji validitas dan reliabilitas kuesioner

Lampiran 4: Hasil olahan SPSS

Lampiran 5: Surat permohonan izin studi pendahuluan

Lampiran 6: Surat izin studi pendahuluan dari Kelurahan Pondok Benda

Lampiran 7: Surat permohonan izin uji validitas dan reliabilitas

Lampiran 8: Surat izin uji validitas dan reliabilitas dari Kelurahan Benda Baru

Lampiran 9: Surat izin penelitian dan pengambilan data dari Kelurahan Pondok

Benda

xvii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

National Center for Complementary and Alternative Medicine

(NCCAM) mengartikan Complementary and Alternative Medicine (CAM)

sebagai sekelompok dari berbagai macam pengobatan dan perawatan

kesehatan yang terdiri dari praktisi dan pelayanannya tidak termasuk dalam

pengobatan konvensional (NCCAM. 2012, dalam Lindquist, 2014). Peraturan

Menteri Kesehatan tahun 2007 mengartikan pengobatan komplementer dan

alternatif sebagai pengobatan non konvesnional yang ditujukan untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif,

preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan

terstruktur dengan kulaitas kemanaan, dan efektifitas yang tinggi

berlandasakan ilmu pengetahuan biomedik.

Data dari World Health Organization (WHO) tahun 2010,

menargetkan sejumlah negera di dunia, masyarakatnya menggunakan

pengobatan komplementer dan alternatif, yaitu sekitar 80% pengguna (WHO,

2010). Sejumlah negera sudah menerapkan pengobatan komplementer dan

alternatif sebagai pendukung pengobatan konvensional. Ethiopia 80%

masyarakatnya menggunakan pengobatan tradisional karena mereka percaya

bahwa pengobatan tradisional dapat menyembuhkan dengan biaya yang

1
2

murah. Negara di Asia seperti China dan Jepang yang mempunyai berbagai

macam pengobatan komplementer dan alternatif sudah mengintegrasikannya

ke dalam pengobatan konvensional, yaitu terdapat 95% rumah sakit di China

yang sudah menerapakan dan sekitar 72% dokter di Jepang sudah

menerapakan penggunaan pengobatan komplementer dan alternatif kedalam

prakteknya (Kamaludin, 2010). Pengobatan ini berkembang ke negara-negara

barat seperti Amerika Serikat yang diperkirakan 38% orang dewasanya

menggunakan pengobatan komplementer dan alternatif (Mc Fadden et al,

2010). Australia dan Perancis jumlah pengguna pengobatan ini sekitar 49%,

serta Kanada sekitar 70% masyarakatnya menggunakan pengobatan

komplementer dan alternatif (Elolemy dan AlBedah, 2012).

Seseorang yang mengalami sakit pasti akan mencari tindakan untuk

memperoleh kesembuhan (Sunaryo, 2004; Asmadi, 2008). Jumlah penduduk

Indonesia mengalami peningkatan dalam menggunakan pengobatan

komplementer dan alternatif dari tahun 2000 - 2006 dari 15,2% menjadi

38,30% (Supardi dan Susyanty, 2010). Jenis-jenis pengobatan komplementer

dan alternatif yang sering digunakan oleh masyarakat seperti bekam,

akupuntur dan akupresur, pijat refleksi, obat herbal, ahli patah tulang, dan

tukang urut (NCCAM, 2012; Kemenkes, 2007). Pengunaan pengobatan

komplementer dan alternatif sudah mulai digunakan di sejumlah rumah sakit,

seperti Rumah Sakit Kanker Dharmais, RS Orthopedi Prof. Dr. R. Soeharso


3

Solo, dan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang menyediakan layanan

pengobatan komplementer dan alternatif (Setyaningsih, 2012).

Masyarakat yang menggunakan pengobatan komplementer dan

alternatif terus mengalami peningkatan (Widyatuti, 2008). Penelitian terkait

yang dilakukan oleh Onyiapat et al (2011) mengenai pravelensi penggunaaan

CAM pada orang dewasa di Enugu menunjukan bahwa jenis kelamin (laki-

laki), usia (26-41 tahun), dan status ekonomi berpengaruh dalam penggunaan

CAM. Dahilig dan Selenga (2012) dalam penelitiannya di Filipina

menunjukan bahwa wanita dengan status pendidikan tinggi lebih cenderung

menggunakan CAM. Alasan seseorang menggunakan pengobatan ini antara

lain untuk meningkatkan kesehatan atau untuk mengurangi gejala penyakit,

menghindari efek samping pengobatan konvesional, memiliki kontrol yang

besar terhadap kesehatan sendiri (Barnes et al, 2008). Pengaruh media massa,

informasi dari sebuah produk, rekomendasi keluarga dan teman, sifat alami

manusia yang ingin selalu mencoba hal-hal baru serta kemudahan akses pada

pengobatan ini dapat mempengaruhi persepsi seseorang untuk menggunakan

CAM karena dinilai alami dan aman digunakan (Limsatchapanich et al,

2013); (Onyiapat et al, 2014).

Persepsi merupakan padangan pribadi atas apa yang terjadi, setiap

orang merasakan, menginterprestasikan, dan memahami kejadian secara

berbeda (Potter dan Perry, 2012). Persepsi menangkap stimulus,


4

mengorganisasikan stimulus, dan menerjemahkan atau mengintegrasikan

stimulus yang terorganisir untuk mempengaruhi perilaku dan membentuk

sikap (Ivancevich, 2007). Pemahaman pasien ataupun masyarakat mengenai

persepsi pengobatan komplementer dan alternatif itu penting karena pasien

yang menggunakan CAM harus mengetahui efek dari pengobatan tersebut.

Masyarakat lebih memilih menggunakan tempat pengobatan komplementer

dan alternatif yang masih dipertanyakan keamanannya (Bahall, 2015). Peran

penting tenaga kesehatan terhadap penggunaan pengobatan komplementer dan

alternatif di masyarakat perlu dilakukan karena tenaga kesehatan mempunyai

peran sebagai konsultan, advokat, pemberi pelayanan pendidikan dan

promosi kesehatan (Asmadi,2008)

Praktek keperawatan saat ini membutuhkan pengetahuan dan sikap

yang baik mengenai pengobatan komplementer dan alternatif karena jumlah

masyarakat yang semakin banyak menggunakannya. Penyedia pelayanan

kesehatan konvesional perlu mehamai isu-isu terkait keamaan dan keefektifan

penggunaan CAM. Perawat yang mempunyai pengetahuan dan persepsi yang

baik terhadap pengobatan komplementer dan alternatif dapat memenuhi

tanggung jawab sebagai seorang perawat (Waheida, 2016).

Wilayah Tangerang Selatan terdapat kurang lebih 162 klinik

pengobatan komplementer dan alternatif. Studi pendahuluan yang dilakukan

oleh peneliti pada warga RW 013 Pamulang 2 di wilayah Kelurahan Pondok


5

Benda, terdapat hasil 9 dari 10 orang menggunakan pengobatan

komplementer dan alternatif. Produk pengobatan komplementer dan alternatif

yang banyak digunakan adalah herbal dan pijat urut, 1 dari 9 orang pernah

menggunakan pengobatan ke ahli patah tulang, 2 dari 9 orang pernah

menggunakan bekam dan 2 orang pernah melakukan pijat refleksi dan 1 orang

belum pernah menggunakan terapi pengobatan ini. Berdasarkan studi

pendahuluan diatas yang dilakukan oleh peneliti, masih ada masyarakat yang

beralasan penggunaan pengobatan komplementer dan alternatif karena lebih

efisien dan praktis, harga yang murah, alami, efek samping yang tidak akan

menggangu kesehatan dan prosedur yang tidak sulit namun ada juga yang

beralasan lebih baik menggunakan pengobatan konvensionalPada tempat

tersebut terdapat seorang warga yang mampu melakukan praktik pengobatan

komplementer dan alternatif yaitu bekam dan pijat refleksi.

B. Rumusan Masalah

Pengobatan komplementer dan alternatif beberapa waktu belakangan

ini mulai banyak digunakan masyarakat di berbagi negara, termasuk

Indonesia. Banyaknya tempat praktik pengobatan komplementer dan alternatif

yang menawarkan berbagai macam manfaat kesembuhan dan kepraktisan

prosedur namun masih ada tempat praktik perorangan yang belum sesuai

dengan standar dan masih ada masyarakat yang mempersepsikan bahwa

pengobatan komplementer dan alternatif memiliki efek samping yang tidak


6

akan menggangu kesehatan serta dalam menentukan pilihan untuk

menggunakan pengobatan ini masih ada masyarakat yang mengikuti kata

orang lain tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan tenaga medis.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik mengetahui persepsi masyarakat

wilayah Kelurahan Pondok Benda RW 013 Pamulang 2 terhadap pengobatan

komplementer dan alternatif.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi persepsi masyarakat

mengenai pengobatan komplementer dan alternatif.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik responden meliputi usia, jenis kelamin,

pendidikan terakhir, dan pengalaman terhadap pengobatan

komplementer dan alternatif.

b. Mengetahui persepsi masyarakat terhadap pengobatan komplementer

dan alternatif.

c. Mengetahui gambaran persepsi tentang pengobatan komplementer dan

alternatif berdasarkan karakteristik demografi.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian bagi peneliti yaitu dapat menambah pengalaman

yang diperoleh dari penelitian ini dan dapat mengetahui persepi masyarakat
7

mengenai pengobatan komplementer dan alternatif. Manfaat bagi institusi

pendidikan adalah dapat memperoleh masukkan untuk dijadikan

pertimbangan agar pengobatan komplementer dan alternatif ini dapat

dikembangkan ke bidang keperawatan lainnya. Manfaat bagi profesi yaitu

agar mampu menyikapi penggunaan pengobatan komplementer dan alternatif

ini dengan positif serta dapat mengintegrasikannya kedalam pelayanan

keperawatan. Manfaat bagi pemerintah yaitu dapat mengawasi praktek-

praktek pengobatan komplementer dan alternatif yang ada di Indonesia dan

manfaat penelitian untuk masyarakat yaitu dapat mengetahui dan memilih

pengobatan komplementer dan alternatif yang keamanannya sudah jelas dan

dapat dipertanggung jawabkan.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Pamulang 2 Kelurahan Pondok

Bneda untuk mengetahui persepsi masyarakat mengenai pengobatan

komplementer dan alternatif. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan

rancangan desain deskriptif. Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Mei

2017.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persepsi

1. Pengertian

Persepsi (perception) adalah proses di mana individu mengatur dan

menginterprestasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti

bagi lingkungan mereka (Robbins dan Judge, 2008). Pendapat yang lain

mengartikan persespsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkannya. Persepsi adalah memberikan makna kepada stimulus

(Notoatmojo, 2010). Persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan

tentang pengalaman terhadap sesuatu benda ataupun suatu kejadian yang

dialami.

Hude (2006) mengatakan persepsi merupakan suatu tindakan lanjut

dari suatu perasaan, karena persepsi pada hakikatnya merupakan

pemberian suatu makna pada stimulasi yang ditangkap oleh sistem

pengindraan. Persepsi juga sangat bergantung pada beberapa faktor yaitu

faktor personal dan faktor situasional atau faktor fungsional dan juga

faktor sturktural. Persepsi dapat membantu individu untuk bertindak dan

8
9

juga mengerti sosial lingkungan sekitarnya, karena persepsi merupakan

suatu proses akhir dari rangkaian peristiwa yang saling berhubungan.

Dari penjelasan di atas dapat ditarik suatu kesamaan pendapat bahwa

persepsi merupakan suatu ransangan objek yang dilihat sehinnga

menciptakan tanggapan pada diri individu. Tanggapan tersebut yang

nantinya akan mempengaruhi sikap individu terhadap lingkungannya.

2. Macam-macam persepsi

Menurut (Sunaryo, 2013) persepsi dapat dibedakaan menjadi dua

macam, yaitu: Persepsi eksternal, yaitu suatu persepsi yang datangnya

karena adanya rangsangan dari luar tubuh individu dan persepsi internal

atau persepsi diri merupakan sutau persepsi yang datangnya karena

adanya rangsangan dari stimulus dalam tubuh individu.

Mulyana (2007) mengatakan bahwa terdapat 2 macam persepsi yang

dimilki oleh manusia yaitu:

a. Persepsi terhadap objek lingkungan fisik

Persepsi setiap individu dalam menilai suatu objek atau suatu

lingkungan fisik terjadi kekeliruan, karena suatu onjek tersebut

dapat menipu indera individu tersebut. Hal ini disebabkan karena:

1) Kondisi yang dapat mempengaruhi pandangan seseorang

seperti cuaca yang dapat membuat fatamorgana, pembiasan

cahaya contohnya peristiwa ketika seseorang melihatnya


10

didalam air yang akan terlihat bengkok yang sebenarnya

berposisi lurus. Hal tersebut yang disebut ilusi.

2) Latar belakang pengalaman yang berbeda antara individu satu

dengan yang lainnya.

3) Budaya yang berbeda yang dapat mempengaruhi persepsi

inividu tersebut.

4) Gambaran psikologi yang berbeda juga dapat mempengaruhi

perbedaan persespi individu dengan orang lain dalam

mepersepsikan suatu objek.

b. Persepsi terhadap manusia atau persepsi sosial

Persepsi manusia atau persepsi sosial merupakan proses

penangkapan makan dari objek-objek sosial dan kejadian yang

dialami oleh individu dalam lingkungan individu tersebut persepsi

ini lebih kompleks karena:

1) Manusia memiliki sifat yang dinamis karenanya persepsi

manusai dapat berubah dari waktu ke waktu dan labih cepat

dari pada persepsi terhadap objek.

2) Persepsi sosial tidak meliputi sifat-sifat yang tampak dari luar,

namun juga sifat-sifat ataupun alasan-alasan dari dalam.


11

3) Persepsi sosial bersifat interaktif karena pada saat individu

mempersepsikan orang lain, maka orang tersebut tidak diam

meliankan turut mempersepsikan orang tersebut.

3. Syarat dan proses pembentukan persepsi

Persepsi dapat membuat seseorang menyadari dan memahami suatu

keadaan di lingkungan sekitarnya, dan juga dapat menyadari dan

memahami keadaan diri sendiri (self perception). Persepsi terjadi dari

proses sistem penginderaan. Pertama, stimulus akan diterima oleh resptor,

yang kemudian akan diteruskan kedalam otak atau pada susunan saraf

pusat yang akan diorganisasikan dan juga diinterprestasikan sebagai

proses psikologi. Pada akhirnya individu akan menyadari apa yang telah ia

lihat dan yang telah ia dengar (Sunaryo, 2013)

Ada beberapa syarat terjadinya suatu persepsi, yaitu:

a. Adanya objek. Objek berperan sebagai suatu rangsangan sedangkan

pacaindra berperan sebagai reseptornya.

b. Adanya perhatian sebagai salah satu langkah pertama untuk

mengadakan suatu persepsi

c. Adanya pancaindra sebagai reseptor penerima rangsangan

d. Saraf sensorik berguna sebagai meneruskan rangsangan ke dalam otak

(pusat saraf atau pusat kesadaraan) yang kemudian dibawa melalui

saraf motorik untuk menghasilkan sebuah respon.


12

Sebuah persepsi terjadi melalui tiga porses, yaitu proses fisik,

fisiologis, dan psikologis. Proses fisik terjadi melalui pengalaman, yakni

objek diberikan rangsangan, kemudian diterima oleh resptor atau sistem

indra. Sementara itu, proses fisiologis terjadi karena rangsangan yang

dihantarkan ke saraf sensorik akan disampaikan ke otak. Terakhir, proses

psikologis yaitu proses yang terjadi pada otak sehingga seseorang

menyadari rangsangan yang diterima. Jadi, ketiga syarat tersebut sangat

diperlukan untuk tercapainya suatu persepsi yang baik (Sunaryo, 2013)

4. Faktor yang mempengaruhi persepsi

Menurut (Toha, 2008) faktor yang mempengaruhi persepsi individu

yaitu:

a. Faktor internal

Faktor internal meliputi perasaan, sikap, dan kepribadian individu,

prasangka, keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar,

keadaan fisik, kebutuhan serta minat, dan motivasi.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal meliputi latar belakang keluarga, informasi yang

diperoleh, pengetahuan, intensitas, keberlawanan, hal-hal baru dan

familiar atau ketidakasingan suatu objek.

Menurut (Rakhmat, 2011); (Sobur, 2003) faktor yang mempengaruhi

persepsi individu, yaitu:


13

c. Faktor fungsional

Faktor fungsional merupakan faktor yang berasal dari

kebutuhan, kegembiraan, pelayanan yang diterima, dan pengalaman

masa lalu individu. Faktor ini bersifat subjektif dan internal dari

seseorang. Persepsi pada dasarnya tidak ditentukan oleh jenis

rangsangan, tetapi tergantung pada karakter individu yang

memberikan respon terhadap rangsangan tersebut, dengan demikian

persespi bersifat selektif fungsional, maka seseorang yang

mempersepsikan sesuatu akan memberikan tekanan sesuai dengan

tujuan individu tersebut.

d. Faktor struktural

Faktor-faktor yang timbul dari bentuk rangsangan dan efek

netral yang akan dihasilkan dari sistem saratf individu. Faktor ini

merupakan faktor biologis dari tubuh seseorang. Usia merupakan

faktor biologis, usia 26-33 tahun sudah dapat menentukan pilihan yang

mereka pilih dan menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan

mereka, usia 33-40 tahun merupakan periode yang menetap dimana

mereka sudah menemukan tempat dalam hidup dan berusaha

menggabungkan peran potensial mereka (Durkin, 1995). Usia 40-65

tahun kemampuan kognitif dan intelektual dimasa paruh baya tidak


14

banyak mengalami perubahan, kemampuan dalam memecahkan

masalah tetap sama (Kozier, 2011).

Gestalt ahli psikologis mengatakan, manusia mempresepsikan

sesuatu cenderung sebagai suatu yang keseluruhan, meskipun

rangsangan yang diterima dengan rangakaian stimulus yang di

persepsikan. Hal itu menyebabakan individu cenderung

mengelompokan orang, ataupun persitiwa sejenis dan

memisahakannya dari kelompok lain yang tidak serupa.

e. Faktor situasional

Faktor ini merupakan faktor yang berhubungan dengan bahasa

nonverbal. Persepsi dilihat secara kontekstual yang artinya situasi

dimana persepsi tersebut muncul dan harus mendapatkan perhatian.

Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam proses

pembentukan persepsi individu.

f. Faktor personal

Faktor personal merupakan faktor yang terdiri dari faktor

pengalaman, sosial budaya, pengetahuan. Pengetahuan dapat diperoleh

melalui pendidikan, penelitian yang dilakukan oleh (Barnes et al,

2008) memperlihatkan bahwa masyarakat yang memiliki pendidikan

tinggi lebih sering menggunakan pengobatan komplementer dan

alternatif, penelitian lain juga menunjukan masyarakat yang sekolah di


15

perguruan tinggi menyatakan pengobatan ini dapat membantu (Pooya,

2011). Faktor personal juga dipengaruhi oleh harapan, motivasi, dan

kepribadian individu.

Faktor-faktor tersebut menjadikan persepsi individu berbeda satu sama

lain dan akan berpengaruh pada individu dalam mempersepsikan suatu

objek, stimulus, meskipun objek tersebut benar-benar sama. Persepsi

seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau

kelompok lain sekalipun situasinya sama. Perbedaan persepsi dapat

ditelusuri pada adanya perbedaan-perbedaan individu, perbedaan dalam

sikap atau perbedaan dalam motivasi (Walgito, 2003).

B. Pengobatan komplementer dan alternatif

1. Pengertian

Pengobatan komplementer dan alaternatif beberapa tahun belakangan

ini mulai banyak digunakan oleh masyarakat sebagai salah satu terapi

pilihan untuk kesehatan. Pengertian dari pengobatan komplementer dan

alternatif sendiri merupakan suatu bentuk penyembuhan yang bersumber

pada berbagai sitem, modalitas dan praktek kesehatan yang didukung oleh

teori dan kepercayaan (Setyaningsih, 2012). National Center for

Complementary and Alternative Medicine (NCCAM) mendefinisikan

pengobatan komplementer dan alternatif sebagai istilah umum terhadap


16

berbagai praktik ataupun produk yang umunya tidak dianggap bagian

terapi medis ataupun konvensional (Snyder dan Lindquis 2014).

Menurut peraturan Menteri Kesehatan tahun 2007. Pengobatan

komplementer dan alternatif adalah pengobatan non konvensional yang

ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi

upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang diperoleh

memalui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan, dan efektifitas

yang tinggi yang berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik, yang belum

diterima dalam kedokteran konvensional (Kemenkes, 2007). Hampir

setengah (49,53%) penduduk Indonesia berusia 15 tahun keatas,

mengonsumsi jamu yang merupakan salah satu produk dari pengobatan

komplementer dan alternatif. Sekitar lima persen (4,36%) mengkonsumsi

jamu setaip hari, sedangkan sisanya (45,17%) mengkonsumsi jamu

sesekali (Kemenkes, 2011).

Penggunaan komplementer dan alternatif sudah digunakan sejak

berabad-abad yang lalu. Florence Nightingale yang dikenal sebagai

pelopor keperawatan telah menggunakan terapi musik dalam proses

penyembuhan pasein (Snyder dan Lindquist, 2014). Komplementer dan

alternatif terapi bukan tradisi dari sebuah negara sendiri dan tidak

terintegrasi kedalam sistem perawatan konvensional. Pengobatan ini


17

terkadang di istilahkan sebagai pengobatan alami, non konvensional dan

pengobatan holistic (Health Professions Licensing Authority, 2007).

2. Klasifikasi

Berdasarkan peraturan (Kemenkes, 2007) dan National Center for

Complementary and Alternative Medicine (NCCAM) tahun 2012

pengobatan komplementer dan alternatif dapat dikalsifikasikan sebagai

berikut:

a. Sistem pelayanan pengobatan alternatif (alternative system of medical

practice

Terapi ini sebagai sistem yang lengkap dari teori dari praktek yang

berbeda dari pengobatan konvensional. Contohnya:

1) Bekam

a) Pengertian Bekam

Bekam merupakan metode pengobatan dengan cara

mengeluarkan darah kotor dari badan tubuh melalui permukaan

kulit. Bekam mempunyai nama lain seperti canduk, canthuk,

kop, mambakan, di Eropa bekam dikenal dengan istilah Cuping

Therapeutic Method (Aldjoefrie, 2015) . Bekam dalam bahasa

Arab berasal dari kata “Al Hijmu” yang berarti menghisap atau

menyedot. Kesimpulan definisi hijamah menurut bahasa adalah

ungkapan tentang menghisap darah dan mengeluarkannya dari


18

permukaan kulit, yang kemudian ditampung di dalam gelas

mihjamah, yang menyebabkan pemusatan dan penarikan darah

di sana, lalu dilakukan penyayatan permukaan kulit dengan

pisau bedah, guna untuk mengeluarkan darah (Kasmui, 2014).

b) Cara Melakukan Bekam

(1) Bekam basah

(a) Mengukur tekanan darah

(b) Siapkan gelas kop ukuran sedang yang telah dipasang

alat pemantiknya, dalam kedaan steril

(c) Sebelum ditusuk titik yang akan dibekam, dibersihkan

terlebih dahulu dengan kapas beralkohol 70%

(d) Lakukan pemijatan pada seluruh badan atau daerah

yang ingin di bekam dengan menggunakan minyak

zaitun/ minyak habbatusaudah

(e) Bersihkan derah akhda’ dengan kassa streril yang telah

diberikan betadine. Juru bekam dan pasien dalam

keadaan suci dari hadas dengan wudhu. Juru bekam

dapat membaca/berdoa dengan bacaan ruqyah untuk

orang sakit yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW,

dan ingatkan pasein untuk selalu berdzikir dengan

mambaca minimal “Allahu hawa asysyifa” atau


19

“Allahu Huwasysyafi” (Allah Yang Maha

Menyembuhkan), selama proses pembekaman supaya

yakin bahwa hanya Allah SWT yang dapat

menyembuhkan penyakit. Juru bekam juga harus selalu

mambaca dzikir ini.

(f) Letakkan alat bekam di daerah akhda’ dan ucapkan

Basmalah

(g) Vacuum gelas kop secukupnya 2-3 kali, tidak terlalu

kuat atau lemah pada titik yang ingin di bekam. Biarkan

selama 2-3 menit untuk meberikan kekebalan pada kulit

saat akan dilakukan penyayatan

(h) Lepas gelas kop tersebut, lakukan penyayatan dengan

jarum (lancing), penyayatan di sesuaikan dengan

besarnya diameter gelas kaca tersebut. Vacuum

kembali hingga darah keluar

(i) Bersihkan darahnya, kemudian bekas sayatannya di

bersihkan menggunakan tissue/kassa dan tutup luka

sayatan dengan membersihkan darah dengan betadine,

lalu oleskan minyak habatussauda/ zaitun agar tidak

terjadi infeksi dan lukanya cepat sembuh (Kasmui,

2014)
20

(2) Bekam kering

(a) Pijat bagain tubuh yang ingin dilakukan bekam dengan

minyak zaitun selama 5 menit

(b) Vaccum gelas kop pada permukaan kulit di titik yang

telah ditentukan. Kemudian diamkan selama 10-12

menit

(c) Lepas gelas kop tersebut dan pijat kembali bekas

bekam dengan minyak zaitun selama 3-5 menit

(Nilawati, 2008).

(3) Bekam meluncur

(a) Pijat bagian tubuh yang ingin dilakukan bekam dengan

menggunakan minyak zaitun atau minyak

habatussaudah

(b) Vaccum gelas kop di permukaan kulit 1-3 kali

pompaan. Kemudian gerakkan gelas kop ke bagain

tubuh yang sudah diolesi minyak zaitun atau minyak

habatussaudah samapi terlihat kemerhaan. Cukup

dilalukan 2-3 menit.

(c) Lepas kop bekam (Nilawati, 2008).


21

c) Manfaat Bekam

Bekam mempunyai beberapa manfaat seperti mengatasi

tekanan darah yang tidak normal, kolesterol tinggi, mengatasi

migrain dan sakit kepala, mengatasi permasalahan pada sistem

pernapasan seperti: asma, flu, sinusitis, alergi, membersihkan

darah dari racun-racun dalam tubuh yang berasal dari sisa

makanan, bermanfaat bagi wanita yang mengalami keputihan

dan mengalami gangguan pada rahim, mengatasi stroke,

mengurangi nyeri pada bahu, kram otot, nyeri pinggang,

rematik, membantu dalam pengobatan mata (Kasmui, 2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Mei Chi (2016) mengenai

keefktifan terapi bekam terhadap penurunan nyeri leher dan

punggung, didapatkan hasil terjadi penurunan tingkat nyeri

yang signifikan dari 9,7 menjadi 3,6 pada kelompok yang

diberikan intervensi sedangkan kelompok kontrol hanya

memiliki perubahan yang sedikit yaitu dari 9,7 menjadi 9,5.

d) Indikasi dan kontraindikasi

Bekam dapat digunakan untuk mengobati beberapa

penyakit seperti penyakit kulit, gangguan reproduksi pada pria,

reumatik, gangguan pembuluh darah, glaukoma, penyakit

jantung, hemoroid, hipertensi. Bekam juga memiliki


22

kontraindikasi seperti anemia, hemophilia, wanita hamil,

leukemia, nyeri selama prosedur bekam, hipotensi, infeksi,

alergi, sepsi (Alam, 2013).

2) Akupuntur dan Akupresur

a) Pengertian akupuntur dan akupresur

Lebih dari 2500 tahun pembanguan, kekayaan pengalaman

telah terakumulasi dalam akupuntur, berbagi penyakit dan

kondisi terbukti dapat disembuhkan secara efektif dengan

akupuntur. Akupuntur telah digunakan di seluruh dunia,

terutama sejak tahun 1970-an. Pengertian akupuntur sendiri

secara harfiah berarti tusakan dengan jarum. Sedangkan

pengertian akupresur merupakan istilah yang digunakan untuk

memberikan rangsangan (stimulasi) titik akupuntur dengan

teknik penekanan atau teknik mekanik. Penekanan dilakukan

sebagai pengganti penusukan jarum yang dilakukan pada

akupuntur dengan tujuan untuk melancarkan aliran energi vital

(qi) pada seluruh tubuh (Kemenkes, 2015).

b) Pengobatan China dasar

Dasar dari pengobatan tradisional China berdasarkan pada

hubungan antara pikiran pribadi, tubuh dan spiritualitas.

Pengobatan tradisional China menginterpretasikan tubuh


23

sebagai alam semesta, salah satu hukum keseimbangan yang di

percaya masyarakat China adalah Yin Yang. Emosi dan mental

yang baik akan mempengaruhi tubuh terhadap kerentanan

penyakit serta faktor-faktor dari luar seperti pekerjaan, gaya

hidup, lingkungan. Berikut adalah konsep dasar pengobatan

tradisional China:

(a) Lima elemen

Konsep lain dalam teori pengobatan tradisional China

adalah mengenai tubuh manusia dan alam semesta yang

digambarkan terbuat dari lima elemen utama yang ada di

alam. Elemen tersebut saling berhubungan satu sama lain

dan masing-masing elemen menghasilkan unsur lain atau

mengontrol elemen lain. Pengobatan tradisional China

menggunakan ini untuk mengkategorikan organ dan

menggambarkan elemen, mendiagnosa, dan mengobati

kondisi medis. Berikut 5 elemen dalam pengoabtan

tradisional China:

(1) Kayu berhubungan dengan organ hepar dan kantung

empedu

(2) Api berhubungan dengan organ jantung dan sistem

pencernaan kecil
24

(3) Bumi berhubungan dengan organ limpa dan perut

(4) Air berhubungan dengan organ ginjal dan kandung

kemih

(5) Logam berhubungan dengan paru-paru dan sistem

pencernaan besar

(b) Meridian

Dalam tubuh selain mengalir sistem peredaran darah,

sistem saraf, dan sistem getah bening, menurut ilmu

pengobatan tradisional China ada juga sistem meridian.

Merdian berfungsi sebagai tempat mengalirnya energi vital,

penghubung bolak-balik antar organ, bagian-bagian, dan

jaringan tubuh, panca indra, titik akupuntur, masuk dan

keluarnya penyebab penyakit, serta tempat rangsangan

penyembuhan. Melalui sistem meridian ini energi vital

dapat diarahkan ke organ atau bagian tubuh yang sedang

mengalami gangguan. Pada meridian ini terdapat titik-titik

akupuntur dan akupresur yang akan dirangsang dengan

tekanan jari atau alat tumpul lain yang tidak menembus

kulit dan tidak menimbulkan rasa sakit (Sukanta, 2008).

(1) Penggolongan
25

Meridian digolongkan menjadi jalur yang

membujur dan melintang. Jalur yang membujur terdiri

atas meridian umum, meridian cabang, dan meridian

istimewa, sedangkan jalur yang melintang teridiri atas

luo dan salurannya.

(a) Meridian umum digolongkan berdasarkan yin yang,

organ tubuh dan kaki tangan, yang jumlahnya ada

12.

i. Yin bersifat pasif, meridian yin dalam

tubuh manusia letaknya di sisi depan.

Yang bersifat aktif, meridian yang dalam

tubuh manusia letaknya di sisi belakang.

ii. Organ tubuh menurut ilmu akupuntur

terdiri dari enam organ zang (organ

padat) yang bersifat yin yaitu paru,

jantung, selaput jantung, limpa, ginjal, dan

hati. Enam organ fu (organ berongga)

bersifat yang yaitu usus besar, usus kecil,

tri pemanas, lambung, kandung kemih,

dan kandung empedu. Selanjutnya

meridian umum ynag berhubungan dengan


26

organ tetentu dalam tubuh diberi nama

sesuai dengan nama organ tersebut.

iii. Jalur meridian umum melewati anggota

gerak tangan dan kaki untuk selanjutnya

meridian yang melewati tangan disebut

meridian tangan yang dari yin tangan dan

yang tangan, demikian juga meridian yang

melewati kaki disebut meridian kaki yang

terdiri dari yin kaki dan yang kaki.

(b) Meridian istimewa

Merupakan bagian penting dari sistem meridian

yang jumlahnya ada 8 (delapan). Meridian ini tidak

berhubungan dengan organ tubuh. Fungsi dari

meridian istimewa adalah sebagai regulator dan

reservoir dari energi vital (qi) meridian umum. Ada

dua jenis meridian istimewa yaitu meridian

Konsepsi/Ren (bersifat yin) dan meridian

Gubernur/Du (bersifat yang) karena pada kedua

meridian istimewa tersebut terdapat titik

akupuntur/akupresur tersendiri.
27

(c) Luo merupakan jalur meridian yang melintang dan

berasal dari meridian umum, berfungsi untuk

mempererat hubungan antara meridian (Kemenkes,

2015).

(2) Penamaan

Meridian umum diberi nama berdasarkan singkatan

dari nama organ mapun meridian istimewa yaitu: Lung

(LU): Paru-paru, Large Intestine (LI): Usus Besar,

Stomach (ST): Lambung, Spleen (SP): Limpa, Heart

(HT): Jantung, Small Intestine (SI): Usus Kecil,

Bladder (BL): Kandung Kemih, Kidney (KL): Ginjal,

Pericardium (PC): Selaput Jantung, San jiao (SJ): Tri

Pemanas, Gallbladder (GB): Kandung Empedu, Liver

(LV): Hati, Consepsion Vessel/Ren (CV/RN): Merdian

Konsespi, dan Govemoor Vessel/Du (GV/DU: Meridian

Gubernur (Focks, 2008).

c) Titik akupuntur dan akupresur

Titik akupuntur dan akupresur merupakan tempat

terpusatnya energi vital (qi) sekaligus merupakan tempat untuk

melakukan penekanan atau penusukan jarum sehingga tercapai


28

keseimbangan yin yang dalam tubuh. Ada 3 titik untuk

melakukan akupuntur/akupresur

(1) Titik akupuntur/akupresur umum adalah titik

akupuntur/akupresur yang terletak di jalur meridian

umum dan meridian istimewa

(2) Titik akupuntur/akupresur ekstra adalah titik

akupuntur/akupresur yang terletak di luar jalur meridian

umum dan meridian istimewa

(3) Titik nyeri adalah titik akupuntur/akupresur yang bukan

merupakan titik akupuntur/akupresur umum maupun

titik akupuntur/ekupresur ekstra. Pada titik tersebut

akan dirasakan nyeri apabila dilakukan penekaan

(dalam fase pasif) maupun tidak dilakukan penekanan

(dalam fase aktif).

d) Cara melakukan akupuntur dan akupresur

Pemilihan titik-titik akupuntur/akupresur sangat penting

dilakukan dimana titik yang dipilih merupukan tempat

penekanan ataupun penusukan jarum untuk mengatasi keluhan

gangguan kesehatan tertentu. Keluhan gangguan kesehatan

akibat bekerja di tempat kerja yang dapat dilakukan perawatan

mandarin akupuntur/ akupresur antara lain: keluhan sakit


29

kepala, sakit leher, mata lelah, nyeri bahu, nyeri pergelangan

tangan, nyeri pinggang, nyeri lutut dan stress. Penelitian yang

dilakukan oleh Dodik (2012) mengenai pengaruh akupuntur

terhadap penurunan nyeri lutut pada pasien osteoatritis

didapatkan hasil sebelum dilakukan terapi tingkatan nyeri

berada rata-rata pada skala nyeri sedang (4-6) sedangkan

setelah dilakukan terapi akupuntur nyeri berkurang menjadi

skala ringan (1-3). Penelitian lain yang dilakukan oleh Putri

dkk (2014) mengenai pengaruh akupresur terhadap moring

sickness menunjukkan hasil rata-rata skor sebelum dilakukan

akupresur pada kelompok intervensi lebih tinggi dengan rata-

rata 8,48 dibandingkan kelompok kontrol yaitu 7,96,

sedangkan setelag dilakukan akupresur rata-rata moring

sickeness pada kelompok intervensi lebih rendah yaitu 1,28

dan kelompok kontrol sebesar 7,84. Adapun tahapan

pelaksanaan akupuntur dan akupresur adalah sebagi berikut:

(1) Relaksasi

Relaksasi dilakukan dengan memijat tengkuk, bahu,

lengan, tangan, pinggang, paha dan kaki dengan

menggunakan jari dan telapak tangan, masing-masing

sebanyak 5 kali.
30

(2) Menentukkan titik-titik akupuntur/akupresur pada tubuh

yang mengalami keluhan

(3) Penekanan/pemijatan

Pemijatan dilakukan pada titik-titik akupresur sebanyak 20-

30 kali tekanan, kekuatan tekanan dianggap cukup apabila

sepertiga kuku menjadi putih pasa saat penekanan

dilakukan. Kekuatan tekanan disesuaikan apabila dilakukan

dengan alat bantu tumpul. Pada akupuntur jarum yang

ditusukan ke tubuh pasien berlangsung selama 30 menit

(Kemenkes, 2015).

e) Kontraindikasi

Akupuntur dapat menginduksi terjadinya persalinan, wanita

hamil tidak dianjurkan untuk menggunakan terapi ini selama

masa kehamilan. Pada trimester pertama kehamilan titik-titik

tertentu pada daerah abdomen dan lumbal sacral dapat

merangsang kontraksi uterus yang kuat. Akupuntur tidak boleh

diberikan kepada pasien yang mengalami kondisi darurat,

selian itu pada pasien yang menderita tumor ganas bisa

menggunakan tercapai ini hanya untuk mengurangi efek

samping dari kemoterapi. Akupuntur juga tidak dianjurkan

bagi pasien yang menderita kelainan darah (WHO, 2000)


31

b. Cara penyembuhan manual (manual healing methods)

Teknik terapi ini berdasarkan manipulasi atau pergerakan dari satu

atau lebih dari bagain tubuh. Contohnya:

1) Pijat refleksi

a) Pengertian

Refleksi diambil dari kata refleks, yaitu suatu istilah yang

mengandung makna “gerak yang tak sengaja” atau gerak yang

otomatis, atau dapat pula berarti berbalik kembali atau

memantul (Hadikusumo, 2000). Teknik pengobatan dengan

cara memijat, mengusap tau mengurut, memanaskan atau

menghangatkan, atau menusuk sebenarnya adalah keterampilan

umum milik semua bangsa yang dilakukan, baik oleh yang ahli

ilmu pengobatan maupun orang awam, bahkan oleh anak kecil

sekalipun Saat ini terapi pijat refleski telah berkembang di

seluruh dunia. Pijat refleksi menjadi salah satu pilihan untuk

mengatasi gangguan kesehatan pada manusia. Masyarakat di

Indonesia telah banyak memanfaatkan jasa pelayanan pijat

refleksi untuk menjaga kesehatan (Kemdendikbud, 2015).

b) Mekanisme kerja pijat refleksi

Refleksologi adalah pengobatan holistik berdasarkan

prinsip bahwa terdapat titik atau area pada kaki, tangan, dan
32

telinga yang terhubung ke bagian tubuh atau organ lain melalui

sistem saraf. Tekanan atau pijatan di titik atau area tersebut

akan merangsang pergerakan energi di sepanjang saluran saraf

yang akan membantu mengembalikan homeostatis

(keseimbangan) energi tubuh. Stress, cedera, atau gangguan

penyakit dapat menyebabkan keseimbangan energi tubuh

terganggu.

Ketidakseimbangan energi dapat dirasakan melalui Kristal

di titik refleski yang sesuai dengan bagain tubuh yang

bermasalah. Kristal tersebut terasa bervariasi dari yang seperti

pasir hingga terasa berbentuk benjolan. Kristal tersebut terjadi

karena terhalangnya saluran energi. Pijatan di daerah yang

bermasalah akan merangsang aliran energi yang akan

membongkar halangan dan melancarkan kembali aliran energi.

Ketidakseimbangan energi dapat dilihat atau dirasakan melalui

tanda-tanda, antara lain mengerasnya kulit, muncul tanda-tanda

di kaku (tanda merah dapat menunjukan masalah akut), bau

kaki, atau temperatur kaki dan kelembaban kaki yang tidak

normal.

Pijat refleksi dilakukan dengan memanipulasi di titik atau

area refleski untuk merangsang aliran dan pergerakan energi di


33

sepanjang saluran zona yang akan membantu mengembalikan

homeostasis (keseimbangan) energi tubuh. Rangsangan pijat

refleksi bekerja dari dalam ke luar, memanipulasi energi tubuh

agar tubuh memperbaiki gangguan, dan merangsang sistem

saraf untuk melepaskan ketegangan (Kemendikbud, 2015).

c) Manfaat pijat refleksi

Teori Endorphin Pommeranz menyatakan bahwa tubuh

akan bereaksi dengan mengeluarkan endorphin karena

pemijatan. Endorphin bersifat menenangkan, memberikan efek

nyaman, dan sangat berperan dalam regenerasi sel-sel guna

memperbaiki bagian tubuh yang sudah rusak. Pijat refleksi

juga memberikan manfaat bagi sistem dalam tubuh. Beberapa

di antaranya adalah sebagai berikut:

(1) Stress, kurang tidur, nyeri kepala, dan sebaginya

menimbulkan ketegangan pada sistem saraf. Pijat refleksi

dapat sedatif yang berfungsi meringankan ketegangan

pada saraf. Karena mempengaruhi sistem saraf, pijat

refleksi juga dapat meningkatkan aktivitas sistem vegetasi

tubuh yang dikontrol oleh otak dan sistem saraf, yakni

sistem kelenjar-hormonal, penelitian yang dilakukan oleh

Srilestari (1997) tentang pengaruh pijat refleksi pada


34

penderita non insulin dependen diabetes mellitus didapatka

hasil pada kelompok intervensi setelah dilakukan pijat

refleksi 5 kali, kadar glukosa darah puasa menurun sebesar

11,7 mg %, sedangkan pada kelompok kontrol meningkat

8,6 mg % dan glukosa dara pospradinal setelah pijar

refleksi 5 kali, pada kelompok intervensi menurun 3 mg %

sedangkan pada kelompok kontrol meningkat 17,7 mg %.

Sistem peredaran darah, Rezky dkk (2015) melakukan

penelitian mengenai pengaruh pijat refleksi terhadap

tenakan darah pada penderita hipertesi primer didapatkan

hasil pada kelompok intervensi mengalami penurunan

tekanan darah sitolik yaitu dari 158 mmHg menjadi 152

mmHg dan tekanan darah diastolik mengalami penurunan

sebesar 3,44 mmHg sedangkan pada kelompok kontrol

tekanan daran sistolik juga mengalami penurunan dari 159

mmHg menjadi 157 mmHg dengan selisih sebesar 2,42

mmHg dan tenakan darah diastoliknya naik sebesar 0,97

mmHg, sistem pencernaan.

(2) Mengurangi pegal dan nyeri pada otot ataupun persendian

yang diakibatkan penumpukan asam laktat. Pijat refleksi


35

dapat membuat otot dan jaringan lunak tubuh lebih releks

dan meregang (Kemendikbud, 2015).

c. Pengobatan farmakalogi dan biologi (pharmacologic and biologic

treatments)

Terapi yang menggunakan bahan-bahan yang tersedia di alam.

Contohnya:

1) Obat herbal

a) Pengertian

Obat herbal adalah obat-obatan yang dibuat dari bahan

tumbuan, baik itu tumbuhan yang sudah dibudidayakan

maupun tumbuhan liar. Obat herbal merupakan salah satu obat

tradisional. Dalam obat tradisional mencakup juga obat yang

dibuat dari bahan hewan, mineral, atau gabungan dari bahan

hewan, mineral, dan tumbuhan (Mangan, 2009).

b) Macam-macam obat herbal

Obat herbal dapat dikelompokkan menjadi empat kategori

(WHO, 2004), yaitu berdasarkan asal usul, evolusi, dan bentuk

penggunaan saat ini.

(1) Obat-obatan herbal asli

Kategori obat herbal ini secara historis digunakan di

masyarakat atau daerah setempat dan sudah digunakan


36

sejak lama dalam hal kompisisinya. Informasi mengenai

penjelasan pengobatan dan dosis hanya berdasarkan

informasi dari masyarakat saja karena belum adanya label

mengenai kemanjuran dan keamanaan dari kategori obat

herbal ini.

(2) Obat herbal dengan sistem

Obat-obatan dalam kategori ini sudah lama digunakan

dan mempunyai informasi yang jelas berdasarkan teori dan

konsep pengobatan dan diterima secara global. Misalnya

Ayurveda, Unani, dan Siddha masuk ke dalam kategori ini.

(3) Obat herbal yang dimodifikasi

Pada kategori ini obat herbal sudah mengalami

modifikasi baik dari cara, bentuk sediaan, dosis, bahan

yang digunakan sebagai ramuan obat herbal, cara

penggunaan, dan indikasi medis. Pada kategori ini obat

herbal yang akan digunakan harus memenuhi persayaratan

mengenai keamanan dari lembaga pengawasan obat dan

keampuhan dari obat herbal itu sendiri.

(4) Produk impor dengan basis obat herbal

Kategori ini mencakup semua obat-obatan herbal impor

termasuk bahan baku dan produk herbal impor harus


37

terdaftar dan dipasarkan juga di negara asalnya sebelum

produk tersebut dipasarkan ke negara lain. Produk obat

herbal impor ini juga harus mempunyai data mengenai

keamanaan dan kemapuhan baik dari negara asalnya

maupun negara yang menerima produk tersebut.

c) Penggunaan obat herbal dengan tepat

Katno (2008), menyatakan bahwa obat herbal akan

bermanfaat dan aman jika digunakan dengan

mempertimbangkan enam aspek ketepatan, yaitu:

(1) Tepat takaran (dosis)

Obat herbal sama seperti obat buatan pabrik yang harus

dikonsumsi sesuai dengan dosis, seperti penggunaan daun

keji beling (Strobilantus cripus) untuk menghancurkan batu

ginjal melebihi dua gram serbuk dalam sekali minum dapat

menimbulkan iritasi saluran kemih. Permasalahan dalam

ketepatan takaran penggunaan obat herbal karena

penentuan takaran umumnya belum banyak didukung oleh

hasil penelitian. Peracikan secara tradisional hanya

menggunakan ukuran tradisional, seperti sejumput,

segenggam, dan seruas sehingga sulit ditentukan

ketepatannya.
38

(2) Tepat waktu penggunaan

Penggunaan ekstrak kunyit dapat mengurangi nyeri saat

menstruasi karena kunyit bersifat abortivum sehingga

memiliki efek stimultan pada kontraksi uterus,

mengkonsumsi ekstrak kunyit tidak dianjurkan pada awal

masa kehamilan, karena akan meningkatkan resiko

keguguran. Hal ini menunjukkan bahwa ketepatan waktu

penggunaan obat herbal akan sangat menentukan tercapi

tidaknya efek yang diharapkan.

(3) Tepat cara penggunaan

Secara umum, masyarakat menggunakan obat herbal

dengan cara direbus untuk mengambil sarinya. Hal ini tidak

sepenuhnya dapat digunakan untuk semua jenis obat herbal

ataupun tanaman obat, seperti daun kecebung (Datura

metel L), daun ini mengandung alkaloid (seperti hiosiamin

dan atropin) yang bersifat bronkodilator. penggunaan daun

ini tidak boleh dengan cara di rebus karena akan

meningkatkan alkaloid dalam darah sehingga akan terjadi

keracunan.
39

(4) Tepat pemilihan bahan

Obat herbal biasanya diproses menggunakan tanaman

obat yang mempunyai beragam spesies sehingga sulit

untuk dibedakan. Masyarakat harus lebih teliti dalam

pemilihan bahan agar khasiat yang ingin di dapat dapat

diperoleh jika terjadi kesalahan dalam membuat ramuan

obat herbal maka akan menimbulkan efek samping seperti

keracunan.

(5) Tepat telaah informasi

Perkembangan teknologi informasi meberikan

kemudahan akses dalam mencari informasi. Kemudahan

akses ini harus didukung dengan pengetahuan dasar yang

memadai dan telaah atau kajian yang cukup sehingga tidak

akan terjadi kesalahan dalam menerima informasi.

Ketidaktahuan bisa menyebabkan obat herbal dapat

memimbulkan efek samping yang berbahaya.

(6) Sesuai dengan indikasi penyakit tertentu

Masyarakat mempunyai banyak pilihan untuk

menggunakan obat herbal. Pemilihan jenis obat herbal

untuk mengobati suatu penyakit harus dilakukan dengan

tepat dan rasio antara keberhasilan terapi dan efek samping


40

yang ditimbulkan harus menjadi pertimbangan dalam

pemilihan obat herbal.

d) Tanaman obat herbal

Beberapa tanaman obat yang biasa digunakan menjadi obat

herbal antara lain:

(1) Kunyit

Termasuk salah satu tanaman suku temu-temuan

(Zingiberaceae). Kunyit yang dikenal sebagai penyedap

dapat digunakan juga sebagai obat untuk meyembuhkan

berbagi penyakit. Kunyit kaya akan kandungan minyak

atsiri yang dapat mencegah keluarnya asam lambung yang

berlebihan dan mengurangi gerak usus terlalu kuat. Selain

minyak atsiri, kunyit juga berkhasiat untuk menyembuhkan

gangguan pada hepar dan saluran empedu.

Zat aktif yang terkandung dalam kunyit dan efek

farmakologis

No. Nama Zat Aktif Efek Farmakologis


1 Caffeic acid Merangsang semangat, penyegar,
mengurangi rasa letih, antiradang,
antikejang, dan antioksidan
2 L-a dan L-b curcumae Penyegar
3 Guanicol Menurunkan kepekaan saraf
perbaba dan menekan batuk
4 Protochatechuic acid Merangsang daya tahan tubuh
41

5 Ukanon A, B, C dan D Merangsang daya tahan, stamina,


dan kekebalan tubuh
(Winarto, 2008)

(5) Jahe merah

Jahe (Zingiber afficinale Rosc) adalah salah satu

tanaman obat yang sering digunakan oleh masyarakat.

Pemanfaatan jahe sudah diwariskan secara turun-temurun,

seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi dan dilengkapi dengan penelitian yang

mendukung, jahe mulai dimanfaatkan secara komersial.

Salah satu jenis jahe yang sering dijadikan obat adalah

jenis jahe merah.

Zat aktif yang terkandung dalam jahe merah dan efek

farmakologi

No. Nama Zat Aktif Efek Farmakologis


1 Limonene Menghambat jamur Candida
albicans, anticholinesterase, obat
flu
2 1,8-cineole Mengatasi ejakulasi premature,
anestetik anticholinesterase,
perangsang aktivitas saraf pusat,
pengaut hepar
3 10-dehydroginger-dione, Merangsang keluarnya ASI,
10-ginger-dione, 6- menghambat kerja enzim siklo-
gingerdion, 6-gingerol oksigenase, penekan prostaglandin
4 Alpha-linolenic acid Anti-pendarahan di luar haid,
42

merangsang kekebalan tubuh,


merangsang produksi getah bening
5 Arginine Mencegah kemandulan,
memperkuat daya than sperma
6 Aspartic acid Perangsang saraf, penyegar
7 Betha-sitoserol Perangsang hormone androgen,
menghambat hormone estrogen,
mencegah hiper-lipoprotein,
melemahkan potensi sperma, bahan
baku feroid
8 Caprylic-acid Antijamur Candida albicans
9 Capcaisin Merangsang ereksi, menghembat
keluarnya enzim 5-lipoksigenase
dan siklo-oksigenase,
meningkatkan aktivitas kelenjar
endokrin
10 Chlorogenic acid Mencegah proses penuaan,
merangsang regenerasi sel kulit,
farnesal
11 Farnesol Bahan pewangi makanan, parfum,
merangsang regenerasi sel normal.
(Winarto, 2008)

(2) Mengkudu

Mengkudu (Morinda citrifolia) yang termasuk anggota

family Rubiaceae ini juga dikenal dengan nama keumudee,

lengkudu, atau bangkudu pada daerah Sumatra. Nama

mengkudu berbeda-beda disetiap daerah. Mengkudu

mempunyai beberapa kandungan untuk kesehatan seperti

sebagai pencahar, bersifat fiuretik, obat anticacing gelang,


43

menghilangkan hawa lembab pada tubuh, meningkatkan

kekuatan tulang, membersihkan darah, meluruhkan haid,

melembutkan kulit, serta mengobati batuk (Suharmiati dkk,

2006). Mengkudu mengandung potasium yang tinggi

sehingga pasien yang mempunyai gangguan pada ginjal

harus berhati-hati karena dapat menyebabkan aritmia dan

infark miokard (Hussin, 2001).

(3) Alang-alang

Alang-alang merupakan tanaman yang berbentuk

rumput panjang yang tumbuh merayap di tanah. Alang-

alang mempunyai nama latin Imperata cylindrical dan

mempunyai beberapa nama yang berbeda di setiap daerah

contohnya di daerah Sumatera alang-alang dinamakan

naleueng lakoe. Beberapa khasiat yang terdapat pada alang-

alang di antaranya mempunyai sifat penurun panas, peluruh

kencing (diuretik), menghentikan pendarahan (hemostatik),

menghilangkan haus (Andareto, 2015; Dalimartha, 2007).

e) Efek samping

Masyarakat yang mengkonsumsi obat herbal harus berhati-

hati terhadap efek samping. Wanita hamil harus berhati-hati

dalam mengkonsumsi obat herbal karena kandungan senyawa


44

pada obat herbal dapat mengakibatkan gangguan pada janin

atau masalah pada bayi baru lahir. Penggunaan obat herbal

yang dikombinasi dengan obat konvesional dapat merubah

farmakokinetik dan farmakodinamik. Interaksi obat herbal

dapat menyebabkan terjadinya penurunan atau peningkatan

penyerapan, distribusi, metabolisme, dan ekskresi dari obat

konvensional (Hussin, 2001).

d. Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan (unclassified diagnostic and

treatment methods)

a) Ahli patah tulang

Ahli patah tulang adalah seorang praktisi manipulasi sendi.

Ahli patah tulang juga dapat didefinisikan sebagai praktisisi yang

terbentuk dari sebuah tradisi dan tidak mengikuti pendidikan

formal atau pelatihan medis mengenai patah tulang/fraktur.

Pengobatan dasar yang dilakukan oleh seorang ahli patah tulang

meliputi teknik pembalutan, dislokasi, strain dan sprain, metode

awal penyembuhan patah tulang, dan memproduksi minyak untuk

memperkuat tulang. Ahli patah tulang mendapatkan ilmu secara

turun-temurun tanpa adanya dokumentasi dan prosedur yang jelas

mengenai praktik ini (Singh, 2013; Aries, 2007).


45

Beberapa faktor yang mempengaruhi masyarakat memilih ahli

patah tulang antara lain karena akses yang mudah, pelayanan yang

cepat, takut dengan prosedur medis seperti pemasangan implant

dan traksi, kemudahan dan fleksibilitas, percaya dengan tradisi

turun-temurun, dan ahli patah tulang dipandang sebagai seorang

yang mengobati patah tulang minor (Owumi, 2013).

b) Dukun sembur

Sebuah profesi tradisional yang ada dalam masyarakat Betawi

yang berfungsi membantu orang melahirkan anak. Biasanya dukun

beranak adalah perempuan yang sudah berusia lanjut. Selain

membantu melahirkan dukun sembur juga membantu pengobatan

dengan cara mengolesi ramuan yang dijadikan obat pada tubuh

pasien kemudian di bacakan doa-doa khusus atau jampi-jampi.

Media penyembuhan yang biasa digunakan oleh dukun sembur

seperti air atau ramuan (akar, daun) yang dijampi-jampi lalu

disemburkan (Ensiklopedia Jakarta, 2012).

3. Kuntungan dan kekurangan CAM

Beberapa keuntungan dan kerugian dalam penggunaan pengobatan

komplementer dan alternatif (WHO, 2012), sebagai berikut:

a. Keuntungan

1) Kemudahan akses
46

Pengobatan komplementer dan alternatif lebih sering digunakan

oleh masyarakat di negara berkembang karena pengobatan ini

banyak ditemukan di negara berkembang dan lebih terjangkau dari

pada pengobatan konvensional.

2) Terjangkau

Kebanyakan masyarakat miskin di negera berkembang membeli

obat dengan harga yang tidak sesuai dengan kantung mereka,

meskipun layanan pengobatan disekitar mereka menyediakan

pengabatan gratis ataupun pengobatan esensial tidak dapat

diandalkan serta jauhnya jarak fasilitas kesehatan.

3) Dirasa aman

Terapi pengobatan komplementer dan alternatif dikenal dengan

masyarakat karena memiliki efek samping yang rendah

dibandingkan dengan terapi medis.

4) Berpotensi menyembuhan penyakit

Masyarakat yang menggunakan pengobatan komplementer dan

alternatif secara umum menganggap bahwa pengobatan ini

mempunyai manfaat yang baik khususnya dalam mengobati

penyakit kronis. Selain itu masyarakat yang menggunakan

pengobatan komplementer dan alternatif biasanya menolak

menggunakan pengobatan konvensional.


47

b. Kekurangan

1) Kualitas yang tidak baik

Salah satu produk dari pengobatan komplementer dan alternatif

adalah obat herbal. Obat herbal yang di produksi masih

mempunyai standar yang kurang dalam hal pengawasan. Hal

tersebut dapat menyebabkan masalah seperti pemalsuan, kesalahan

identifikasi bahan, kontaminasi, dan kurangnya informasi pada

label kemasan.

2) Penggunaan yang tidak tepat

Penggunaan pengobatan komplementer dan alternatif yang tidak

tepat dapat menimbulkan hal yang serius.

3) Informasi yang kurang

Kebanyakan konsumen di negara berkembang menggunakan

produk pengobatan komplementer dan alternatif untuk mengobati

diri mereka sendiri tanpa adanya pendampingan dari orang yang

ahli karena pengobatan ini memiliki kebebasan dan harga yang

tidak begitu mahal.

C. Masyarakat

Masyarakat dalam istilah bahasa Inggris adalah society yang berasal dari

kata latin socius yang berarti kawan. Masyarakat adalah sekumpulan manusia

yang saling berinteraksi satu sama lain (Koentjaraningrat, 2009). Pengertian


48

lain mendefinisikan masyarakat sebagai sekelompok manusia yang telah

hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri

mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan

batas-batas yang telah ditetapkan dengan jelas (Effendy, 2000).

Horton et al (dalam Satria, 2008) mendefinisikan masyarakat sebagai

sekumpulan manusia yang relatif mandiri, yang hidup bersama-sama cukup

lama, mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan sama, dan

melakukan sebagian besar kegiatannya dalam sekelompok tersebut. Soerjono

Soekanto (dalam Satria, 2008) mencirikan unsur-unsur masyarakat sebagai

berikut:

a. Manusia yang hidup bersama

b. Mereka bercampur untuk waktu yang lama

c. Mereka sadar sebagai suatu kesatuan, dan

d. Mereka merupakan suatu sitem hidup bersama.

D. Penelitian Terkait

1. Onyiapat dkk tahun 2011 melakukan penelitian di Negeria mengenai

penggunaan pengobatan komplementer dan alternatif terhadap orang

dewasa di Enugu, Nigeria. Penelitian ini menggunakan kuisioner dengan

metode cross-sectional dan random sampling di dapatkan hasil sebanyak

732 peserta (37, 2% laki-laki dan 62,8% perempuan) yang usianya 18-65
49

tahun. Sebanyak 620 (84,7%) menggunakan satu atau lebih pegobatan

komplementer dan alternatif sedangkan sebanyak 112 (15,3%) tidak

menggunakan segala bentuk dari pengobatan komplementer dan alternatif.

Alasan utama masyarakat Enugu menggunakan pengobatan ini karena

sudah menjadi kebiasaan masyarakat disana dan sebagai sarana promosi

serta pemeliharan kesehatan.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Hermalinda dkk tahun 2015 mengenai

pengalaman orang tua dalam penggunaan pengobatan alternatif pada anak

yang menderita kanker di Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan

fenomenologi dengan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara

mendalam terhadap 8 orang tua dan dianalisis dengan metode Colaizzi.

Hasil pada penelitian ini adalah tidak ada perubahan dan adanya efek jera

dalam penggunaan pengobatan alternatif. Orang tua yang memilih

menggunakan pengobatan alternatif karena memiliki ketidakpuasan pada

pengobatan konvensional.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Khan dkk tahun 2015 pemilihan dan

kebiasaan menggunakan ahli patah tulang. Penelitian ini menggunakan

design observational study. Hasil penelitian ini sebayak 60 perempuan dan

44 laki-laki, 2 (3,3%) pasien tetap memimilih menggunakan pelayanan

orthopedic modern, 47 (78,3%) pasien yang menggunakan ahli patah

tulang berdasarkan keinginan sendiri dan saran dari keluarga mereka, 20%
50

atas rekomendasi dari teman. Alasan mereka menggunakan pengobatan

ahli patah tulang karena percaya, harga yang murah, pelayanan yang cepat

dan pelayanannya sama seperti tenaga medis yang ada di rumah sakit.
51

E. Kerangka Teori

Masyarakat
Self perception:
pengetahuan, sikap,
perasaan,
kepribadian,
Medis/konvensional: Pengobatan komplementer harapan, keinginan,
dan alternatif: motivasi , keadaan
- Operasi fisik, dan sosial
- Farmakologi - Bekam budaya
- Akupuntur dan
akupresur
- Pijat refleksi Persepsi
- Obat herbal
- Ahli patah tulang External
- Dukun sembur perception:
keluarga, orang
lain, informasi
yang diterima,
lingkungan, dan
hal baru
Pandangan masyarakat
terhadap pengobatan
komplementer dan alternatif
meliputi pengertian, jenis,
keuntungan dan kerugian

Bagan 2.1 Kerangka teori: NCCAM (2013), Toha (2003), Rakhmat (2011), (Sobur,
2003)
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka konsep

Variabel penelitian adalah sesutau yang digunakan sebagai ciri, sifat, dan

ukuran yang dimiliki atau didapat oleh satuan penelitian tentang suatu konsep

pengertian tertentu (Notoatmojo, 2010). Penelitian ini memiliki satu variable

yaitu persepsi masyarakat di wilayah Kelurahan Pondok Benda RW 013

Pamulang 2 terhadap pengobatan komplementer dan alternatif.

Persepsi

Pandangan masyarakat terhadap pengobatan


komplementer dan alternatif menurut
masyarakat meliputi: pengertian, jenis,
keuntungan dan kerugian

52
53

B. Definisi operasional

Definisi operasional adalah medefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati,

sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat suatu objek atau

fenomena.

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Usia Suatu rentang waktu kehidupan Kuesioner 1 = Dewasa awal = 26-35 tahun Ordinal
yang diukur dengan tahun 2 = Dewasa akhir = 36-45 tahun
berdasarkan tahun yang sudah 3 = Lansia awal = 46-55 tahun
dilalui oleh responden pada saat 4 = Lansia akhir = 56-65 tahun
pengambilan data (Kozier, 2011), (Durkin, 1995)

Jenis kelamin Status seks antara laki-laki dan Kuesioner 1 = Laki-laki Nominal
perempuan yang dimiliki oleh 2 = Perempuan
responden secara biologis yang
dibawa sejak responden lahir

Pendidikan Pendidikan yang sedang Kuesioner 0 = Tidak sekolah Ordinal


berlangsung ataupun pendidikan 1 = Lulus SD
terakhir responden 2 = Lulus SMP/SLTPTA
3 = Lusus SMA/SLTA/SMK
4 = Perguruan tinggi
(UU nomer 20 tahun 2003)
54

Pengalaman Berpengalaman menggunakan Kuesioner 1= Pernah Nominal


menggunakan pengobatan komplementer dan 2= Tidak pernah
pengobatan alternative
komplementer dan
alternative
Persepsi tentang Pandangan masyarakat terhadap Menggunakan kusioner yang dibuat Cut of point: Ordinal
pengobatan pengobatan komplementer dan sendiri oleh peneliti yang sudah di uji 1. Persepsi positif (skor
komplementer dan alternatif meliputi: pengertian, jenis, validitas dan reliabilitas berjumlah 28 jawaban ≥ median ,
alternative keuntungan, dan kerugian pernyataan lalu menghitung skor pada 92,00)
pernyataan yang sudah dijawab 2. Persepsi negatif (skor
repsonden dengan cara ukur skala jawaban ≤ median,
likert 92,00)
Persepsi tentang Suatu persepsi yang dimiliki Menggunakan kusioner yang dibuat Cut of point:
pengertian responden terhadap pengertian sendiri oleh peneliti yang sudah di uji 1. Persepsi positif (skor
pengobatan pengobatan komplementer dan validitas dan reliabilitas berjumlah 2 jawaban ≥ median ,
komplementer dan altenatif dan makanya apabila pernyataan lalu menghitung skor pada 6,00)
alternative persepsi positif maka responden pernyataan yang sudah dijawab 2. Persepsi negatif (skor
tersebut dapat menjawab dengan repsonden dengan cara ukur skala jawaban ≤ median, 6,00)
tepat tentang pengertian pengobatan likert
komplementer dan alternatif
Persepsi tentang Suatu persepsi dimana responden Menggunakan kusioner yang dibuat Cut of point:
bekam menganggap bahwa bekam tetap sendiri oleh peneliti yang sudah di uji 1. Persepsi positif (skor
memiliki indikasi, kontraindikasi validitas dan reliabilitas berjumlah 5 jawaban ≥ median ,
serta harus mempunyai keamanan pernyataan lalu menghitung skor pada 18,00)
dalam prosedur tindakan pernyataan yang sudah dijawab 2. Persepsi negatif (skor
repsonden dengan cara ukur skala jawaban < median,
likert 18,00)
Persepsi tentang Suatu persepsi dimana responden Menggunakan kusioner yang dibuat Cut of point:
akupuntur dan menganggap bahwa akupuntur dan sendiri oleh peneliti yang sudah di uji 1. Persepsi positif (skor
akupresur akupresur tetap memiliki indikasi, validitas dan reliabilitas berjumlah 5 jawaban ≥ median ,
kontraindikasi serta harus pernyataan lalu menghitung skor pada 18,00)
mempunyai keamanan dalam pernyataan yang sudah dijawab 2. Persepsi negatif (skor
prosedur tindakan repsonden dengan cara ukur skala jawaban < median,
likert 18,00)
3.
55

Persepsi tentang Suatu persepsi dimana responden Menggunakan kusioner yang dibuat Cut of point:
pijat refleksi menganggap bahwa pijat sendiri oleh peneliti yang sudah di uji 1. Persepsi positif (skor
refleksitetap memiliki indikasi, validitas dan reliabilitas berjumlah 4 jawaban ≥ median ,
kontraindikasi serta harus pernyataan lalu menghitung skor pada 15,50)
mempunyai keamanan dalan pernyataan yang sudah dijawab 2. Persepsi negatif (skor
prosedur tindakan repsonden dengan cara ukur skala jawaban < median,
likert 15,50)
Persepsi tentang Suatu persepsi dimana responden Menggunakan kusioner yang dibuat Cut of point:
obat herbal menganggap bahwa obat herbal sendiri oleh peneliti yang sudah di uji 1. Persepsi positif (skor
tetap memiliki indikasi, validitas dan reliabilitas berjumlah 3 jawaban ≥ median ,
kontraindikasi serta harus pernyataan lalu menghitung skor pada 6,00)
mempunyai informasi mengenai pernyataan yang sudah dijawab 2. Persepsi negatif (skor
keamanan dan kemapuhan dari obat repsonden dengan cara ukur skala jawaban < median,
herbal likert 6,00)
Persespi tentang ahli Suatu persepsi dimana responden Menggunakan kusioner yang dibuat Cut of point:
patah tulang menganggap bahwa ahli patah sendiri oleh peneliti yang sudah di uji 1. Persepsi positif (skor
tulang tetap memiliki indikasi, validitas dan reliabilitas berjumlah 2 jawaban ≥ median ,
kontraindikasi serta harus pernyataan lalu menghitung skor pada 6,00)
mempunyai keamanan dalam pernyataan yang sudah dijawab 2. Persepsi negatif (skor
prosedur tindakan repsonden dengan cara ukur skala jawaban < median,
likert 6,00)
Persepsi tentang Suatu persepsi dimana responden Menggunakan kusioner yang dibuat Cut of point:
dukun sembur menganggap bahwa dukum sendiri oleh peneliti yang sudah di uji 1. Persepsi positif (skor
semburtulang tetap memiliki validitas dan reliabilitas berjumlah 2 jawaban ≥ median ,
indikasi kontraindikasi serta harus pernyataan lalu menghitung skor pada 7,00)
mempunyai keamanan dalam pernyataan yang sudah dijawab 2. Persepsi negatif (skor
prosedur tindakan repsonden dengan cara ukur skala jawaban < median,
likert 7,00)
Persepsi tentang Suatu persepsi dimana responden Menggunakan kusioner yang dibuat Cut of point:
keuntungan dan menganggap bahwa pengobatan sendiri oleh peneliti yang sudah di uji 1. Persepsi positif (skor
kerugian pengobatan komplementer dan alternatif tetap validitas dan reliabilitas berjumlah 5 jawaban ≥ median ,
komplementer dan mempunyai keuntungandan pernyataan lalu menghitung skor pada 16,00)
alternatif kerugian pernyataan yang sudah dijawab 2. Persepsi negatif (skor
repsonden dengan cara ukur skala jawaban < median,
likert 16,00)
BAB IV
METODELOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan

penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penun

tun penelitian pada seluruh proses penelitian (Setiadi, 2007). Jenis penelitian

ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan desain deskriptif. Penelitian

ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran persepsi masyarakat terhadap

pengobatan komplementer dan alternatif pada wilayah Kelurahan Pondok

Benda RW 013 Pamulang 2.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Pondok Benda RW 013 Pamulang 2.

Tempat ini dipilih oleh peneliti karena belum ada penelitian yang sama

dan untuk mengetahui pengobatan komplementer dan alternatif yang

umumnya akan digunakan oleh masyarakat. Selain itu tempat ini terdapat

seorang warga yang mampu melakukan praktik pengobatan dan alternatif

seperti bekam dan pijat refleksi.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan April-Mei 2017.

56
57

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah jumlah dari keseluruhan objek yang karakteristiknya tidak

ditetapkan (Nursalam, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah semua

masyarakat di wilayah Kelurahan Pondok Benda RW 013 Pamulang 2

yang berusia 26 sampai 65 tahun. Populasi pada penelitian ini berjumlah

403.

2. Sampel

Sampel adalah bagan populasi yang dipilih dengan sampling tertentu

untuk bisa memenuhi atau mewakili populasi (Nursalam, 2008). Penelitian

ini menggunakan random sampling yang merupakan cara pengambilan

sampel untuk memberikan peluang yang sama kepada setiap anggota

populasi untuk terpilih sebagai sampel (Morton, 2009). Teknik random

sampling yang digunakan adalah simple random sampling dengan sistem

lotre (Gulo, 2010).

Sampel ditentukan dengan cara mengambil responden yang memenuhi

kriteria inklusi dan ekslusi. Pengambilan kriteria inklusi dan kriteria

eksklusi yang ditentukan oleh peneliti.

a. Kriteria inklusi yang ditetapkan adalah

1) Bersedia menjadi responden

2) Memahami bahasa Indonesia

3) Masyarakat yang berusia 26 sampai 65 tahun


58

4) Masyarakat yang pernah menggunakan ataupun belim pernah

menggunakan pengobatan komplementer dan alternatif

5) Sehat jasmani dan rohani

b. Kriteria ekslusi

1) Menolak untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian

2) Responden tidak dapat diwakilkan oleh orang lain.

Perhitungan jumlah sampel dibawah ini menggunakan rumus Slovin untuk

menentukan berapa minimal sampel yang dibutuhkan jika ukuran populasi

diketahui (Hamdi, 2014), yaitu:

N
n=
1+N (d2)
Keterangan:

n: Jumlah sampel

N: Populasi

d: Derajat kesalahan yang diinginkan

Maka pengambilan sampel yang diinginkan adalah:

403
n=
1+ 403 (10%)2
403
=
1+ 4,03

403
=
5,03
59

= 80,11 (dibulatkan 80)

Untuk mengantisipasi responden yang droupout, maka total sampel yang

diambil sebanyak 80 orang ditambah 10% sehingga sampel penelitian

sebanyak 88 orang.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh

informasi dari responden ialah menggunakan kuesioner

1. Kuesioner

Pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah kuesioner atau

angket yang disesuaikan dengan tujuan penelitian dan mengacu kepada

konsep dan teori yang telah dibuat. Pertanyaan terdiri dari empat bagian

yaitu:

a. Bagian A berisi tentang data demografi yang meliputi inisial, usia,

jenis kelamin, riwayat pendidikan terakhir, dan pengalaman terhadap

pengoabtan komplementer dan alternatif.

b. Bagian B berkaitan dengan persepsi masyarakat terhadap pengobatan

komplementer dan alternatif.


60

Tabel 4.1 Kisi-Kisi Kuesioner


Persepsi terhadap pengobatan Positif Negatif Jumlah
komplementer dan alternative
Pengetian 1 2 2
Bekam:
Pengertian 3 - 1
Keamanan 4 5, 6 3
Kontraindikasi 7 - 1
Akupuntur dan akupresur:
Pengertian 8 - 1
Keamanan 9 10, 12 3
Kontraindikasi 12 - 1
Pijat refleksi:
Pengertian 13 - 1
Keamanan 14 15 2
Kontraindikasi 16 - 1
Obat herbal:
Pengertian - - -
Keamanan - 17 1
Khasiat - 18 19 2
Ahli patah tulang:
Pengertian 20 - 1
Kemananan - 21 1
Biaya - - -
Dukun sembur/ “ Orang pintar”:
Pengertian
Keefektifan 22 - 1
- 23 1
Keuntungan 24, 26, 28 - 3
Kekurangan - 25, 27 2

Berdasarkan skala likert, dengan penilaian untuk pertanyaan positif

“sangat tidak setuju” = 1, “kurang setuju” = 2, “ragu-ragu” = 3,


61

“setuju” = 4, “sangat setuju” = 5. Sedangkan untuk pertanyaan yang

bersifat negatif diberi nilai “sangat setuju” = 1, “setuju” = 2, “ragu-

ragu” = 3, “kurang setuju” = 4, “sangat tidak setuju” = 5.

Penelitian ini menggunakan cut of point sebagai nilai tengah untuk

mengetahui skor persepi tentang pengobatan komplementer dan alternatif,

sehingga dilakukan uji normalitas. Uji normalitas data pada penelitian ini

menggunakan Kolmogrov-Smirnov jika nilai p < 0,05, maka distribusi

data tidak normal sedangkan jika p > 0,05 maka distribusi data normal

(Sopiyudin, 2012). Perhitungan statistik persepsi tentang pengobatan

komplementer dan alternatif dan subvariabelnya dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.2

Skor perhitungan statistik persespi tentang pengobatan


komplementer dan alternatif beserta subvariabelnya
Mean Median Kolmogrov-
Smirnov
Persepsi total 93,74 92,00 .001
Pengertian 6,53 6,00 .000
Bekam 18,07 18,00 .000
Akupuntur dan akupresur 18,01 18,00 .011
Pijat refleksi 15,31 15,50 .000
Obat herbal 6,68 6,00 .000
Ahli patah tulang 5,97 6,00 .000
Dukun sembur/”orang pintar” 7,16 7,00 .000
Keuntungan dan kekurangan 16,01 16,00 .005
62

Pada tabel 4.2 diatas didapatkan bahwa data mengenai persepsi

tentang pengobatan komplementer dan alternatif berdistribusi tidak

normal, sehingga pada penelitian ini menggunakan nilai median sebagai

batas tengah atau cut of point. Nilai cut of point untuk persepsi tentang

pengobatan komplementer dan alternatif adalah 92,00, apabila persespi

positif maka skor hitung ≥ 92,00 dan apabila persespi negatif maka skor

hitung ≤ 92,00. Persespi positif pengertian pengobatan komplementer dan

alternatif skor hitung ≥ 6,00 dan persespi negatif skor hitung ≤ 6,00.

Persepsi positif item bekam skor hitung ≥ 18,00 da persespi negate jika

skor hitung ≤ 18,00. Persepsi positif item akupuntur dan akupresur skor

hitung ≤ 18,00 dan persespi negatif jika skor hitung ≤ 18,00. Persepsi

positif item pijat refleksi skor hitung ≥ 15,50 dan persepsi negatif skor

hitung ≤ 15,50. Persepsi positif item obat herbal skor hitung ≥ 6,00 dan

persespi negatif skor hitung ≤ 6,00. Persepsi positif item ahli patah tulang

skor hitung ≥ 6,00 dan persepsi negatif skor hitung ≤ 6,00. Persespi positif

item duku sembur/”orang pintar” ≥ 7,00 dan persepsi negatif skor hitung ≤

7,00. Persepsi positif item keuntungan dan kerugian skor hitung ≥ 16,00

dan persespi negatif ≤ 16,00.


63

E. Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Data primer yang didapatkan peneliti adalah langsung dari responden

melalui kuesioner yang diberikan oleh peneliti. Sebelum melakukan

pengumpulan data peneliti sudah melakukan uji validitas dan uji

reliabilitas kuesioner yang digunakan untuk penelitian ini. Responden

diminta untuk mengisi sendiri kuesioner yang telah diberikan oleh peneliti

dan tidak boleh diwakilkan. Kuesioner yang telah diisi langsung diberikan

kepada peneliti.

2. Prosedur Pengumpulan Data

Proses-proses pengumpulan data pada penelitian melalui beberapa tahap,

yaitu:

a. Setelah proposal penelitian disetujui oleh penguji dan pembimbing

peneliti membuat kuesioner berdasarkan teroi yang ada

b. Selanjutnya peneliti mengambil data setelah mendapatkan surat

pemohonan izin penelitian dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang ditujukan kepada

Kepala Kelurahan Pondok Benda.

c. Setelah mendapat persetujuan dari Kepala Kelurahan Pondok Benda,

peneliti melakukan pengambilan data yang memenuhi kriteria

penelitian
64

d. Meminta kesediaan calon responden yang terpilih agar bersedia

menjadi responden setelah mengadakan pendekatan dan memberikan

penjelasan tentang tujuan dan manfaat, dan prosedur penelitian serta

hak dan kewajiban selama menjadi responden. Responden yang

bersedia selanjutnya diminta menandatangani lembar informed

consent.

e. Memberikan kesempatan kepada responden untuk mengisi kuesioner

dan bertanya kepada peneliti bila ada pernyataan yang tidak jelas jelas.

f. Mengingatkan responden untuk memeriksa kembali kueisoner yang

telah diisi untuk memastikan semua pernyataan diisi dengan baik

g. Responden memberikan kembali kueisoner yang sudah diisi oleh

reponden untuk diperiksa

h. Setelah seluruh pernyataan dalam kuisioner sudah dijawab, maka

peneliti mengumpulkan data dan mengucapkan terimakasih.

i. Mengolah data dan menganalisa data sesuai uji statistik yang telah

ditetapkan oleh peneliti

F. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

1. Uji Validitas

Uji validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu

benar-benar mengukur apa yang diukur. Suatu kuisioner dikatakan valid

jika pertanyaan pada kuisioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu


65

yang akan diukur oleh kuesioner tersebut yaitu variabel ( Hidayat, 2008).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner yang dibuat sendiri

oleh peneliti. Setelah membuat instrument sesuai dengan aspek-aspek

yang akan diukur berlandaskan dengan teori tertentu Uji validitas

dilakukan pada masyarakat di Kelurahan Benda Baru sebanyak 30

responden. Uji yang dilakukan adalah menggunakan rumus Pearson

Product Moment (Hastono, 2006). Pertanyaan valid apabila r hitung > r

tabel, sedangkan pertanyaan dianggap tidak valid jika r hitung < r tabel

(0,361) pada n = 30 (Sugiyono, 2016). Hasil uji validitas kuesioner dari 33

pernyataan didapatkan nomor 3, 14, 17, 18, 21, 24, 25, 26, 27, dan 30

tidak valid. Setelah itu peneliti melakukan uji conten validity didapatkan

untuk nomor 14, 17, 21, 26, dan 27 tetap dimasukan ke dalam kuesioner

karena merupakan pernyataan pokok yang ingin diteliti oleh peneliti dan

dilakukan modifikasi , sedangkan untuk nomor 3,18, 24, 25, dan 30 tidak

dimasukan karena mempunyai kesamaan makna pada pernyataan

sebelumnya.

2. Uji Reliabilitas

Reabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti

menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat

diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu

tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap
66

gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama

(Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini menggunakan uji reliabilitas Alpha

Cronbach a> 0,60 (Ridwan, 2007), dalam uji reliabilitas r hasil adalah

alpha. Uji reliabilitas untuk jumlah pernyataan sebanyak 33 didapatkan

nilai reliabilitasnya adalah 0,842 yang menunjukkan bahwa kuesioner ini

bersifat reliabel.

G. Teknik Analisa Data

Berikut langkah-langkah dalam pengolahan data meliputi editing,

coding, processing, cleaning data menurut Hidayat (2008) dengan penjelasan

sebagai berikut:

1. Langkah Analisa Data

a. Editing

Editing adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian dari

kueisoner yang telah diisi apakah sudah sesuai, atau apakah sudah

lengkap atau belum. Pada proses ini peneliti melakukan pemerikasaan

data yang telah terkumpul misalnya, apakah semua pernyataan sudah

terisi, apakah penulisannya jelas, dan apakah jawaban yang ditulis

relevan dengan perntayaan.

b. Coding

Memberikan kode tertentu untuk setiap pertanyaan. Dalam coding,

data yang terbentuk huruf diubah menjadi data berbentuk angka atau
67

bilangan. Misalnya untuk variabel tingkat pendidikan terakhir

diberikan koding 0 = Tidak sekolah, 1= SD, 2= SMP, 3= SMA, 4=

Perguruan Tinggi. Proses koding ini untuk mempermudah peneliti saat

melakukan analisa data dan mempercepat entery data atau

memasukkan data kedalam program komputer SPSS.

c. Processing

Pemrosesan data dilakukan dengan mengentri data yang sudah diubah

dalam bentuk kode kedalam program komputer SPSS.

d. Cleaning Data

Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang

sudah dientri, apakah ada kesalahan atau tidak. Setelah proses entery

data selesai peneliti mengecek kembali data-data yang telah di entery,

dan semuanya data tidak ada yang salah. (Notoatmodjo, 2010).

2. Analisis Univariat

Penelitian ini menggunakan analisis univariat. Analisis univariat

bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap

variabel penelitian (Sumantri, 2011). Karakteristik responden pada

penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, dan

pengalaman terhadap pengobatan komplementer dan alternatif. Analisis

univariat dalam penelitian ini menggunakan distribusi frekuensi. Variabel

yang akan dianalisis univariat adalah persepsi masyarakat terhadap


68

pengobatan komplementer dan alternatif di wilayah Kelurahan Pondok

Benda RW 013 Pamulang 2.

H. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menerapkan prinsip etis

(Sumantri, 2011) sebagai berikut:

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)

Peneliti mempertimbangkan hak subjek dalam mendapatkan informasi

yang berkaitan dengan berjalannya penelitian. Peneliti mempersiapkan

formulir informed concent dalam menghormati harkat dan martabat subjek

dalam penelitian, yaitu sebagai berikut:

a. Menjelaskan manfaat dan tujuan penelitian

b. Menjelaskan resiko yang mungkin dapat muncul serta

ketidaknyamanan

c. Melakukan persetujuan penelitian dapat menjawab perntayaan yang

diajukan sebjek berkaitan dengan prosedur penelitian

d. Melakukan persetujan subjek apabila menolak untuk dijadikan subjek

penelitian.

2. Menghormati privasi dan kerahasian subjek penelitian (respect for privacy

and confidentiality)

Peneliti memperhatikan kerahasiaan data subjek dalam penelitian

karena tidak semua orang menginginkan informasinya diketahui oleh


69

orang lain, dalam pelaksanaan, peneliti tidak menampilkan informasu

identitas responden secara lengkap dalam kuesioner serta alat ukur apapun

dalam menjaga anominitas dan kerahasiaan identitas responden.

3. Keadilan dan inklusivitas (repect for justice and inlusiveness)

Prinsip keadilan dan keterbukaan dalam penelitian. Penelitian ini

dilakukan secara jujur, hati-hati, professional, berperikamusiaan, dan

memperhatikan faktor-faktor ketepatan, keseksamaan, kecermataan,

intimitas, psikologi dari subjek penelitian. Prinsip keterbukaan mengenai

kejelasan prosedur penelitian. Prinsip keadilan menekankan sejauh mana

peneliti membagikan keuntungan dan beban yang secara merata kepada

semua subjek yang bersedia dalam penelitan

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harm and benefits)

Peneliti melakuan penelitian ini sesuai dengan proses dan prosedur

penelitian untuk mendapatkan hasil yang bermanfaat secara maksimal dan

dapat digeneralisasikan dalam tingkat populasi.


BAB V
HASIL PENELITIAN

Bab ini akan memaparkan secara lengkap hasil penelitian persepsi masyarakat

terhadap pengobatan komplementer dan alternatif di wilayah Kelurahan Pondok

Benda RW 013 Pamulang 2. Peneliti menyebarkan 88 kuesioner di wilayah tersebut,

pembagian kuesioner sesuai dengan kriteria inklusi penelitian.

A. Gambaran Tempat Penelitian

Kelurahan Pondok Benda merupakan kelurahan yang masuk kedalam wilayah

Kecamatan Pamulang. Kelurahan ini mempunyai batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan: Kelurahan Bambu Apus

2. Sebelah Barat Laut berbatasan dengan: Kelurahan Benda Barau

3. Sebelah Tenggara berbatas dengan:Kelurahan Pamulang Timur

Kelurahan Pondok Benda terdiri dari 33 RW yang salah satunya RW 013

Pamulang 2. RW 013 Pamulang 2 mempunyai jumlah kepala keluarga sebanyak

dengan jumlah RT sebanyak 6. Pada RW 013 terdapat seorang yang membuka

praktik pengobatan komplementer dan alternatif berupa tindakan bekam dan pijat

refleksi. Kelurahan Pondok Benda ini berada dalam wilayah kerja Puskesmas

Pondok Benda.

70
71

B. Analisis Univariat

Pada penelitian ini, karakteristik responden yang dianalisis adalah sebagai


berikut:

1. Data Demografi
Pengelompokan responden berdasarkan data demografi digambarkan

pada tabel 5.1 berikut:

Tabel 5.1

Distribusi frekuensi data demografi masayarakat di Kelurahan Pondok


Benda RW 013 Pamulang 2 (N=88)
Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
Usia
Dewasa awal (26-35) 29 33
Dewasa akhir (36-45) 19 21,6
Lansia awal (46-55) 21 23,9
Lanisa akhir (56-65) 19 21,6
Total 88 100
Jenis Kelamin
Laki-laki 44 50
Perempuan 44 50
Total 88 100
Pendidikan Terakhir
SD 3 3,4
SMP/SLTP 13 14,8
SMA/SLTA/SMK 38 43,2
Perguruan Tinggi 36 38,6
Total 88 100
Pengalaman CAM
Pernah 50 56,8
Tidak pernah 38 43,2
Total 88 100
72

Berdasarkan tabel diatas didapatkan karakteristik responden berdasarkan

usia terbanyak adalah usia dewasa awal (26-35) (33%). Karakteristik

responden berdasarkan jenis kelamin memiliki jumlah yang sama yaitu

sebanyak 50% laki-laki dan 50% perempuan. Karakteristik responden

berdasarkan pendidikan terakhir terbanyak adalah SMA (43,2%).

Karakteristik responden berdasarkan pengalaman terbanyak adalah pernah

(56,8%).

2. Gambaran Persespi Pengobatan Komplementer dan Alternatif

Pada penelitian ini tingkat persepsi terhadap pengobatan komplementer

dan alternatif dikelompokan menjadi positif dan negatif. Persepsi positif

apabila nilai jawaban responden lebih besar dari nilai COP median (92,00),

sedangkan persepsi negatif apabila nilai jawaban responden lebih kecil dari

nilai COP

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Persepsi Pada Masyarakat di Kelurahan Pondok
Benda RW 013 Pamulang (N=88)
Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
Positif 47 53,4
Negatif 41 46,6

Total 88 100

Pada tabel 5.2 menggambarkan bahwa tingkat persepsi terhadap

pengobatan komplementer dan alternatif responden yang positif sebanyak 47


73

responden atau 53,4% dan yang negatif sebanyak 36 responden atau

sebanyak 46,6%

3. Distribusi Proporsi Persepsi Terhadap Pengobatan Komplementer dan

Alternatif Berdasarkan Usia

Penglompokan responden berdasarkan kategori usia digambarkan pada

table 5.3 berikut:

Tabel 5.3
Distribusi Persepsi Berdasarkan Usia (N=88)
Usia Persepsi terhadap pengobatan Total
komplementer dan alternative
Positif Negatif
Dewasa awal 17 12 29
58,6% 41,4% 100%
Dewasa akhir 12 14 21
63,2% 36,8% 100%
Lansia awal 7 14 21
33,3% 66,7% 100%
Lansia akhir 11 8 19
57,9% 42,1% 100%
Total 47 41 88
53,4% 46,6% 100,0%

Pada tabel 5.3 menunjukan bahwa persepsi terhadap pengobatan

komplementer dan alternatif berdasarkan usia dewasa awal yang memiliki

persepsi positif sebanyak 17 responden (58,6%) dan yang memiliki persepsi


74

negatif sebanyak 12 responden (41,4%), usia dewasa akhir yang memiliki

persepsi positif sebanyak 12 responden (63,2%) dan yang memiliki persepsi

negatif sebanyak 14 responden (36,8%), usia lansia awal yang memiliki

persepsi positif sebanyak 7 responden (33,3%) dan yang memiliki persepsi

negatif sebanyak 14 responden (66,7%), dan usia lansia akhir yang memiliki

persepsi positif sebanyak 11 responden (57,9 %) dan yang memiliki persepsi

negatif sebanyak 8 responden (42,1%).

4. Distribusi Proporsi Persepsi Terhadap Pengobatan Komplementer dan


Alternatif Berdasarkan Jenis Kelamin
Penglompokan responden berdasarkan kategori jenis kelamin

digambarkan pada tabel 5.4 berikut:

Tabel 5.4
Distribusi Persepsi Berdasarkan Jenis Kelamin (N=88)
Jenis kelamin Persepsi terhadap pengobatan Total
komplementer dan alternative
Positif Negatif
Laki-laki 24 20 44
54,5% 45,5% 100%
Perempuan 23 21 44
52,3% 47,7% 100%
Total 47 41 88
53,4% 46,6% 100,0%

Pada table 5.4 Pada tabel ini menunjukkan bahwa persepsi terhadap

pengobatan komplementer dan alternatif berdasarkan jenis kelamin, laki-laki


75

yang memiliki persepsi positif sebanyak 24 responden (54,5%) dan yang

memiliki persepsi negatif sebanyak 20 responden (45,5%). Sedangkan jenis

kelamin perempuan yang memiliki persepsi positif sebanyak 23 responden

(52,3%) dan yang memiliki persespi negatif sebanyak 21 responden (47,7%).

5. Distribusi Proporsi Persepsi Terhadap Pengobatan Komplementer dan

Alternatif Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pengelompokan responden berdasarkan kategori pendidikan terakhir

digambarakan pada tabel 5.5 berikut:

Tabel 5.5
Distribusi Persepsi Berdasarkan Pendidikan Terakhir (N=88)
Pendidikan Persepsi terhadap pengobatan Total
terakhir komplementer dan alternative
Positif Negatif
SD 0 3 3
0,0% 100% 100%
SMP/SLTP 8 5 13
61,5% 38,5% 100%
SMA/SLTA/SMK 18 13 34
47,4% 52,6% 100%
Perguruan Tinggi 21 13 34
61,8% 38,2% 100%
Total 47 41 88
53,4% 46,6% 100,0%

Pada tabel 5.5 menunjukan bahwa persepsi terhadap pengobatan

komplementer dan alternatif berdasarkan jenjang pendidikan terakhir

responden. Responden dengan jenjang pendidikan terakhir SD yang


76

memiliki persepsi positif sebanyak 0 responden (0%) dan yang memiliki

persespi negatif sebanyak 3 responden (100%), responden dengan jenjang

pendidikan terakhir SMP/SLTP yang memiliki persespi positif sebanyak 8

responden (61,5%) dan yang memiliki persepsi negatif sebanyak 5 responden

(38,5%), responden dengan jenjang pendidikan terakhir SMA/SLTA/SMK

yang memiliki persepsi positif sebanyak 18 responden (47,4%) dan yang

memiliki persepsi negatif sebanyak 13 responden ( 52,6%), dan responden

dengan jenjang pendidikn terakhir perguruan tinggi yang memiliki persespi

positif sebanyak 21 responden (61,8%) dan yang memiliki persespi negatif

sebanyak 13 responden (38,2%).

6. Distribusi Proporsi Persepsi Terhadap Pengobatan Komplementer dan

Alternatif Berdasarkan Pengalaman

Pengelompokan responden berdasarkan pengalaman menggunakan

pengobatan komplementer dan alternatif digambarkan pada tabel 5.6 berikut:


77

Tabel 5.6
Distribusi Persepsi Berdasarkan Pengalaman CAM (N=88)
Pengalaman Persepsi terhadap pengobatan Total
komplementer dan alternatif
Positif Negatif
Pernah 30 20 50
60,0% 40,0% 100%
Tidak pernah 17 21 38
44,7% 53,3% 100%
Total 47 41 88
53,4% 46,6% 100%

Pada tabel 5.6 menunjukan bahwa persepsi terhadap pengobatan

komplementer dan alternatif berdasarkan pengalaman terhadap pengobatan

ini. Responden yang pernah menggunakan pengobatan ini sebanyak 30

responden (60%) memiliki persespi yang positif dan responden yang

memiliki persespi negatif sebanyak 20 (40%), sedangkan responden yang

tidak pernah menggunakan pengobatan ini sebanyak 17 responden (44,7%)

memilki persespi yang positif dan responden yang memiliki persespi negatif

sebanyak 21 (53,3%).

7. Gambaran Persepsi Tehadap Pengobatan Komplementer dan Alternatif

Berdasarkan Item Pernyataan

Gambaran persepsi terhadap pengobatan komplementer dan alternatif

akan dijelaskan pada tabel dibawah ini mengenai pengertian, jenis

pengobatan komplementer dan alternatif seperti: bekam, akupuntur dan


78

akupresur, pijat refleksi, obat herbal, ahli patah tulang, dan dukun sembur/

“orang pintar” serta mengenai keuntungan dan kerugian dari pengobatan ini.

Tabel 5.7
Distribusi persespi terhadap pengobatan komplementer dan alternatif
(N=88)
Persepsi Pengobatan Positif Negatif
Komplementer dan Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Alternatif (%) (%)
Pengertian 77 87,5 11 12,5

Bekam 55 62,6 33 37,5

Akupuntur dan Akupresur 53 60,2 35 39,8

Pijat Refleksi 44 50 44 50

Obat Herbal 72 80,7 17 19,3

Ahli Patah Tulang 53 60,2 35 39,8

Dukun Sembur/ “Orang 54 62,4 34 38,6


Pintar”
Keuntungan dan Kerugian 54 62,4 34 38,6

Pada tabel 5.7 menggambarkan bahwa persepsi responden terhadap

pengertian pengobatan komplementer dan alternatif yang positif sebanyak 77

responden (87,%) dan yang persepsinya negatif sebanyak 11 responden

(12,5%). Persepsi responden terhadap bekam yang positif sebanyak 55

responden (62,6%) dan yang persepsinya negatif sebanyak 33 responden

(37,5%). Persepsi responden terhadap akupuntur dan akupresur yang positif

sebanyak 53 responden (60,2%) dan yang persepsinya negtaif sebanyak 35

responden (39,8%). Persepsi responden terhadap pijat refleksi yang positif


79

sebanyak 44 responden (50%) dan yang persepsinya negatif sebanyak 44

responden (50%). Persepsi responden terhadap obat herbal yang positif

sebanyak 71 responden (80,7%) dan yang persepsinya negatif sebanyak 17

responden (19,5%). Persepsi responden terhadap pengobatan ahli patah

tulang yang positif sebanyak 55 responden (60,2%) dan yang persepsinya

negatif sebanyak 35 responden (39,8%). Persepsi responden terhadap dukun

sembur/ “orang pintar” yang positif sebanyak 54 responden (61,4,%) dan

yang persepsinya negatif sebanyak 34 responden (38,6%), dan persepsi

responden terhadap keuntungan dan kerugian pengobatan komplementer dan

alternatif yang positif sebanyak 54 responden (61,4%) dan yang persepsinya

negatif sebanyak 34 responden (38,6%).


BAB VI
PEMBAHASAN

Bab ini akan menjelasakan hasil penelitian dan keterbatasan penelitian.

Interpretasi hasil akan membahas mengenai hasil penelitian yang dikaitkan dengan

teori yang ada pada tinjauan pustaka, sedangkan keterbatasan penelitian akan

memaparkan keterbatasan yang terjadi selama penelitian.

A. Karakteristik Responden

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usia mayoritas responden termasuk

dalam kategori usia dewasa awal (26-35 tahun) sebanyak 29 orang (33%). Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Onyiapat (2011),

penelitian ini dilakukan di Nigeria dengan jumlah responden terbanyak yaitu usia

26-41 tahun. Menurut teori Durkin (1995) usia 26-35 tahun sudah dapat

menentukkan suatu pilihan dan dapat menyelesaikan masalah-masalah dalam

kehidupan mereka.

Pada seluruh responden yang berjumlah 88 orang, didapatkan sebanyak 44

(50%) orang berjenis kelamin laki-laki dan 44 (50%) berjenis kelamin

perempuan. Pada penelitian ini jumlah responden berdasarkan jenis kelamin

mempunyai jumlah yang sama. Dahilig (2012) melakukan penelitian pada

masyarakat Filipina mengenai pravelensi, persepsi dan prediktor terhadap

penggunaan pengobatan komplementer dan alternatif hasilnya menunjukkan

80
81

bahwa responden mayoritas adalah perempuan (60,3%) sedangkan penelitian

yang dilakukan oleh Onyiapat (2011) tentang penggunaan pengobatan

komplementer dan alternatif pada orang dewasa di Enugu, menunjukkan hasil

mayoritas responden adalah laki-laki, ini menunjukkan bahwa hasilnya akan

berdeda-beda disetiap wilayah dan tergantung dengan cara pengambilan

sampelnya.

Mayoritas responden memiliki pendidikan terakhir SMA yaitu sebanyak 38

orang (43,2%), terbanyak kedua adalah responden dengan pendidikan terakhir

Sarjana/ Diploma yaitu sebanyak 36 orang (38,6%), Wied Hary (1996) (dalam

Notoatmodjo, 2012), menjelaskan bahwa, pendidikan akan berdampak pada

tingkat pengetahuan seseorang. Seseorang yang memiliki pendidikan tinggi akan

mempunyai wawasan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang

berpendidikan lebih rendah. Toha (2008) menyebutkan bahwa salah satu faktor

yang dapat mempengaruhi terbentuknya persespi yaitu faktor eksternal, dimana

faktor eksternal ini salahsatunya berasal dari pengetahuan individu.

Responden yang pernah mempunyai pengalaman terhadap pengobatan

komplementer dan alternatif sebanyak 50 orang (56,8%), sedangkan responden

yang tidak pernah mempunyai pengalaman terhadap pengobatan ini sebanyak 38

orang (43,2%). Pengalaman merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi persespi individu (Rakhmat, 2011).


82

B. Gambaran Persespi Masyarakat Terhadap Pengobatan Komplementer dan

Alternatif

Persepsi adalah proses di mana individu mengatur dan menginterprestasikan

kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka

(Robbins dan Judge, 2008). Persepsi dapat diinterperestasikan dengan baik atau

persepsi yang positif maupun persepsi yang negatif (Walgito, 2004), persepsi ini

seperti file yang sudah tersimpan rapi di dalam alam pikiran bawah sadar

seseorang individu. File itu akan segera muncul jika ada stimulus yang

merangsangnya. Persepsi merupakan hasil kerja otak dalam memahami atau

menilai suatu hal yang terjadi di sekitarnya (Waidi, 2006).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 88 responden 47 orang (53,4%)

mempunyai persepsi yang positif terhadap pengobatan komplementer dan

alternatif, sedangkan responden yang mempunyai persespi negatif sebanyak 41

orang (46,6%). Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Nigeria

sebanyak 44,6% mempunyai persepsi yang positif terhadap pengobatan

komplementer dan alternatif (Ejimah, 2015).

1. Persepsi berdasarkan usia

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden kategori

usia dewasa akhir sebanyak 12 orang (63,2%) memiliki persepsi yang positif.

Pada penelitian ini usia tersebut sudah mampu untuk menyelesaikan masalah

dalam hidupnya (Durkin, 1995), mempunyai pola pikir yang stabil, dan

merasa positif dengan diri sendiri (Muhith, 2015). Hal ini didukung oleh
83

(Notoadmojo, 2010) menyatakan bahwa usia seseorang berkaitan dengan

bertambahnya pengalaman, dimana pengalaman tersebut akan meningkatkan

pengetahuan dan kematangan seseorang dalam menhadapi masalah.

Pengalaman dan pengetahuan juga merupakan salah satu faktor yang akan

memperngaruhi persepsi. Penelitian ini sejalan dengan Berikani (2014) yang

meneliti praktisi pengobatan komplementer dan alternatif berdasarkan

pengetahuan dan sikap, penelitian ini sebagian besar berusia 25 tahun keatas

dan hasilnya sebanyak 96,4 % memiliki persepsi yang positif mengenai

keuntungan dalam menjalankan praktik pengobatan ini.

2. Persepsi berdasarkan jenis kelamin

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki

mempunyai persespi yang positif yaitu sebanyak 24 orang (54,5%). Laki-laki

lebih memilih membaca informasi-informasi faktual daripada cerita dan hanya

mencari informasi tertentu yang diinginkannya daripada membaca dari awal

sampai akhir (Santana, 2007). Ejimah (2015) meneliti mengenai penggunaan

pengobatan komplementer dan alternatif pada pekerja di Negeria, didapatkan

hasil sebanyak 62,3 % berjenis kelamin laki-laki, pada penelitian tersebut

mayoritas reponden memiliki persepsi positif terhadap pengobatan

komplementer dan alternatif serta vitamin untuk meningkatkan daya tahan

tubuh.
84

3. Persespi berdasarkan tingkat pendidikan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan tingkat

pendidikan akhir perguruan tinggi mempunyai persepsi yang positif yaitu

sebanyak 21 orang (61,8%). Tingkat pendidikan akan mempengaruhi tingkat

pengetahuan seseorang, diharapkan dengan pendidikan yang tinggi maka

individu akan memiliki wawasan yang luas. Pengetahuan seseorang tentang

suatu objek mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan negatif. Kedua

aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang semakin banyak aspek

positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap semakin

positif terhadap objek tertentu (Wawan dan Dewi, 2010). Toha (2008)

menyebutkan bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya

persespi yaitu faktor eksternal, dimana faktor eksternal ini salah satunya

berasal dari pengetahuan individu. Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Roy (2015), pada penelitian tersebut peneliti

membandingkan persepsi antara dokter dengan pasien mengenai pengobatan

komplementer dan alternatif hasilnya secara umum sebanyak 58% dokter

memiliki persepsi yang positif terhadap pengobatan komplementer dan

alternatif.

4. Persespi berdasarkan pengalaman terhadap pengobatan komplementer dan

alternatif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang pernah

menggunakan pengobatan komplementer dan alternatif sebanyak 30 orang


85

(60,0%) memilki persepsi yang positif. Pengalaman merupakan sumber

pengetahuan atau pengalaman merupakan suatau cara memperoleh kebenaran

pengetahuan (Notoatmodjo, 2012). Pengetahuan dan pengalaman merupakan

salah satu faktor yang dapat mempengaruhi persespi seseorang (Rahkmat,

2011). Penelitian ini meneliti masyarakat baik yang pernah menggunakan

ataupun belum pernah menggunakan pengobatan komplementer dan alternatif

sehingga sudah mengetahui dengan baik mengenai manfaat, keamanan

prosedur, dan efek samping yang akan timbul, Honda dkk (2005) melakukan

penelitian terhadap pengguna dan non pengguna dari pengobatan

komplementer dan alternatif di Amerika, di dapatkan hasil mayoritas

responden mempunyai persepsi yang positif terhadap pengobatan ini. Sridhar

(2017) melakukan penelitian di Uni Emirates Arab terhadap masyarakat yang

menggunakan pengobatan ini, hasilnya sebanyak 51,6% memiliki persepsi

yang positif tentang keuntungan, keamanan dan keefektifan dari pengobatan

komplementer dan alternatif ini.

5. Persepsi Tentang Pengertian Pengobatan Komplementer dan Alternatif

Persepsi responden terhadap pengertian pengobatan komplementer dan

alternatif adalah persepsi yang positif dengan jumlah 77 orang (87,5%).

Pernyataan yang dijawab tepat ini dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan

yaitu jumlah terbanyak rata-rata responden adalah yang pendidikan

terakhirnya SMA dan perguruan tinggi. Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Ejima (2015), penelitian ini menunjukkan


86

bahwa sebanyak 164 responden (73,9%) mempunyai pengetahuan yang cukup

baik terhadap pengobatan komplementer dan alternatif. Menurut Waidi (2006)

setiap individu mempunyai kecenderungan dalam menilai suatu objek yang

sama dengan cara yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut dapat dipengaruhi

oleh banyak faktor, yaitu salah satunya faktor pengetahuan.

6. Persepsi Tentang Jenis Pengobatan Komplementer dan Alternatif

a. Persespi Tentang Bekam

Persepsi responden terhadap pengobatan komplementer dan alternatif

bekam sebanyak 55 responden (62,6%) memiliki persepsi yang positif.

Mayoritas responden mengetahui bahwa bekam merupakan tindakan

yang hanya boleh dilakukan oleh seorang tenaga ahli, bekam merupakan

sebuah terapi dengan mengelurakan darah kotor dan responden

mengetahui bahwa bekam mempunyai kontraindikasi terhadap penyakit

tertentu. Penelitian ini sejalan dengan Razzaq (2013) mayoritas

responden mempunyai persepsi yang positif dimana 59,6% setuju bahwa

bekam efektif dan mempunyai efek samping.

b. Persepsi Tentang Akupuntur dan Akupresur

Persepsi responden terhadap akupuntur dan akupresur sebanyak 53

orang (60,2%) mempunyai persepsi yang positif terhadap pengobatan ini.

Mayoritas responden mengetahui bahwa akupuntur dan akupresur hanya

boleh dilakukan oleh seorang tenaga terapis yang ahli, serta mengetahui

tehnik pengobatan ini yang dilakukan pada titik-titik tubuh dan


87

mengetahui bahwa pengobatan ini mempunyai kontraindikasi terhadap

penyakit tertentu. Chan (2015) melakukan penelitian dengan metode

kualitatif kepada pengguna dan non pengguna akupuntur didapatkan hasil

yang berbeda antara kedua kelompok tersebut. Kelompok pengguna

mempunyai persespi yang positif mengenai keefektifan dan efek

samping, sedangkan untuk kelompok bukan pengguna mempunyau

persespi yang negatif terhadap pengobatan ini karena menganggap

pengobatan ini tidak mempunyai kejelasan informasi mengenai klinik,

mempunyai resiko tinggi, dan tidak terstandarisasi.

c. Persepsi Tentang Pijat Refleksi

Persepsi responden terhadap pengobatan pijat refleksi memiliki jumlah

yang sama yaitu sebanyak 44 orang (50%) mempunyai persepsi yang

positif dan persepsi yang negatif, hal ini karena responden

mempersepsikan bahwa pijat refleksi sama dengan pijat pada umumnya

sehingga pijat refleksi dirasa aman jika dilakukan oleh orang yang bukan

tenaga ahli pada bidang ini, selain itu juga responden mempersepsikan

bahwa pijat refleksi tidak dikontraindikasikan pada kondisi kesehatan

tertentu. Haswani (2016) melakukan penelitian mengenai pijat refleksi

secara kualitatif, didapatkan hasil bahwa pijat refleksi saat ini telah

diterima sebagai salah satu cara untuk menjaga kesehatan. Penelitian ini

menunjukkan masih adanya batasan pada praktik pengobatan ini, seperti

masih ada klinik pijat refleksi yang melakukan prosedur tindakan dengan
88

tidak benar atau tenaga ahli yang kurang profesional sehingga

menyebabkan efek samping yang memperparah kondisi kesehatan pasien.

Masalah ini dapat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap

keefektifan dan keamanan dari pijat refleksi.

d. Persepsi Tentang Obat Herbal

Persepsi responden terhadap obat herbal sebanyak 77 orang (80,7%)

mempunyai persepsi yang positif. Mayoritas responden mengetahui

bahwa obat herbal tetap mempunyai efek samping dan informasi

mengenai khasiat kurang jelas. Penelitian ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Gyasi (2011), menyatakan bahwa sebanyak 37 orang

(52,9%) menyatakan bahwa penggunaan obat tradisional herbal tidak

aman digunakan karena dalam proses produksi tidak menggunakan

standar yang benar mengenai kebersihan dan standar dosis yang tepat .

Penggunaan produk dan suplemen obat herbal telah meningkat secara

pesat beberapa tahun belakang ini, kurang lebih 80% orang di seluruh

dunia pernah menggunakan obat herbal. Obat herbal dapat berpotensi

menyembuhkan penyakit namun obat herbal sendiri tetap mempunyai

efek samping ataupun khasiat yang belum teruji secara klinis sehingga

masyarakat perlu mengetahui mengenai cara kerja, kontraindikasi, dan

interaksi dengan obat-obatan konvensional (Ekor, 2014).

e. Persepsi Tentang Ahli Patah Tulang


89

Persepsi responden terhadap pengobatan ahli patah tulang sebanyak 53

orang (60,2%) mempunyai persespi yang positif. Mayoritas responden

mengetaui bahwa ahli patah tulang tidak mengikuti pendidikan mengenai

patah tulang dan mengetahui berobat ke ahli patah tulang tetap

mempunyai terjadinya komplikasi yang akan memperparah keadaan.

Pada penelitian ini berdeda dengan penelitian yang ada mengenai

pengobatan ahli patah tulang, peneliti hanya meneliti responden

berdasarkan pengalaman terhadap pengobatan komplementer dan

alternatif secara umum saja. Edusai (2015) melakukan penelitian pada

pasien fraktur di Ghana, menyatakan bahwa masyarakat mempunyai

persepsi yang baik mengenai pelayanan yang diberikan oleh pengobatan

ahli patah tulang kecuali beberapa masalah mengenai kebersihan pada

tempat praktik. Pada penelitian ini masalah mengenai komplikasi yang

timbul tidak dijadikan sebagai objek penelitian.

f. Persepsi Tentang Dukun Sembur/”Orang Pintar”

Persepsi responden terhadap pengobatan duku sembur/ “orang pintar”

sebanyak 54 orang (61,4 %) mempunyai persespi yang positif.

Responden mengetahui bahwa praktik pengobatan ini tidak efektif

digunakan sebagai terapi pengobatan. Penelitian ini tidak sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Syuhudi dkk (2012) menyatakan bahwa

masyarakat di Makassar masih mempunyai persepsi yang negatif karena

masyarakat disana masih mempercayai bahwa praktik perdukunan efektif


90

dapat menyembuhkan penyakit. Masyarakat yang masih mempercayai

praktik pengobatan ini biasanya disebabkan oleh pengetahuan dan

pengalaman mereka. Pengetahuan dan pengalaman merupakan salah satu

faktor yang dapat mempengaruhi persespi seseorang (Walgito, 2004).

7. Persepsi Tentang Kelebihan dan Kekurangan Pengobatan Komplementer dan

Alternatif

Persespi terhadap kelebihan dan kekurangan pengobatan komplementer

dan alternatif sebanyak 54 orang (61,4%) mempunyai persespi yang positif.

Pengobatan komplementer dan alternatif mempunyai kelebihan dan

kekurangan. Kelebihan pegobatan ini yaitu bersifat alami, lebih hemat biaya

dan lebih praktis dibandingkan pengoabtan konvensional sedangkan untuk

kekurangan pengobatan komplementer dan alternatif yaitu kurang

memberikan informasi mengenai kejelasan khasiat serta masih kurangnya

bukti mengenai keefektifan praktik pengobatan ini (WHO, 2012). Penelitian

ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bahall (2015), menyebutkan

bahwa pasien jantung yang menggunakan terapi pengobatan ini setuju bahwa

pengobatan komplementer dan alternatif lebih bersifat alami, mengatasi

keterbatasan pengobatan konvensional, kurang memberikan informasi

mengenai khasiat dan informasi ilmiah.


91

C. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian ini.

Keterbatasan penelitian tersebut anatara lain adalah sebagai berikut:

1. Dalam penelitian ini tidak bisa di generalisasi karena dilakukan pada satu

area, sehingga mungkin hasilnya akan berbeda dengan wilayah lainnya.


BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian mengenai persespi masyarakat terhadap pengobatan

komplementer dan alternatif di wilayah Kelurahan Pondok Benda Pada RW

013 Pamulang 2 dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, usia responden sebagian besar

adalah kategori usia dewasa awal yaitu sebanyak 29 orang (33%).

Persentase jenis kelamin memiliki jumlah yang sama antara laki-laki dan

perempuan yaitu sebanyak 44 (50%) orang untuk masing-masing kategori

jenis kelamin. Mayoritas responden memiliki pendidikan terakhir yaitu

SMA sebesar sebanyak 38 orang (43,2%). Persentase responden yang

mempunyai pengalaman terhadap pengobatan komplementer dan alternatif

sebanyak 50 orang (56,8%).

2. Hasil penelitian ini menunjukkan secara umum masyarakat mempunyai

persespi yang positif terhadap praktik pengobatan ini sebanyak 47 orang

(53,4%). Persepsi tentang bekam 55 orang (62,%) mempunyai persespi

yang positif. Persepsi tentang akupuntur dan akupresur sebanyak 53 orang

(60,2%) mempunyai persespi yang positif. Persespi terhadap pijat refleksi

sebanyak 44 orang (50%) mempunyai persepsi yang positif dan 44 orang

(50%) memiliki persepsi yang negatif. Persepsi terhadap obat herbal

92
93

masyarakat sebagian besar mempunyai persepsi yang positif yaitu

sebanyak 77 orang (80,7%). Persepsi terhadap ahli patah tulang

masyarakat yang mempunyai persespi positif sebanyak 53 orang (60,2%),

dan persepsi masyarakat terhadap pengobatan dengan dukun sembur/

“orang pintar” sebanyak 54 orang (61,2%) memiliki persespi yang positif.

Persespi terhadap keuntungan dan kekurangan pengobatan komplementer

dan alternatif sebanyak 54 orang (61,4%) mempunyai persepsi yang

positif.

3. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi berdasarkan: jenis

kelamin laki-laki sebanyak 24 (54,5%) mempunyai persespi yang positif,

usia dewasa akhir sebanyak 12 (63,2%) memiliki persepsi yang positif,

tingkat pendidikan terakhir yaitu perguruan tinggi sebanyak 21 (61,2%)

mempunyai persepsi yang positif dan mayoritas responden memiliki

persepsi yang positif berdasarkan pengalaman pernah menggunakan

pengobatan komplementer dan alternatif yaitu sebanyak 30 (60,0%).

B. Saran

1. Bagi masyarakat, agar masyarakat dapat mengetahui keefektifan tentang

pengobatan komplementer dan alternatif, serta dapat memilih pengobatan

komplementer dan alternatif yang mempunyai standar prosedur yang jelas

dan benar.
94

2. Bagi institusi pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi

landasan dan acuan dalam mengembangkan ilmu pembelajaran dan dapat

menjadi sumber informasi mengenai pengobatan komplementer dan

alternatif.

3. Bagi peneliti selanjutnya, dapat melakukan penelitian ini dengan

menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode wawancara agar

mendapatkan hasil persepsi yang lebih mendalam dan membahas lebih

mendalam mengenai pengalaman terhadap pengobatan komplementer dan

alternatif.
DAFTAR PUSTAKA

Alam, Tanwir et al. 2013. Leech Therapy (Taleeq): Indication, Contraindication and
Standard Operative Procedures (SOPS). Journal of Biological and Scientific
Opinion: Moksha Publishing House. India

Aldjoefrie, Mohamad Riza. 2015. Bekam Hijamah Menurut Sains dan Kedokteran
Modern. Surabaya

Andareto, Oki. 2015. Apotik Herbal di Sekitar Anda. Jakarta: PT. Serambi Distribusi

Aries, Marcel J et al. 2007. Fracture Treatment by Bonesetters in Central Ghana:


Patients Explain Their Choices and Experiences. Journal Tropical Medicine
and International Health. Department of Neurology, University of Groningen.

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Bahall dan Edwards. 2015. Perception of Complementary and Alternative Medicine


Among Cardiac Patients in South Trinidad: A Qualitative Study. University Of
The West Indies, St. Agustine, Trinidad and Tobago

Barnes et al. 2008. Complementary and Alternative Medicine Use Among Adults and
Children: United States. Journal of National Center for Health Statistics. USA

Barikani, Ameneh. 2014. Knowledge, Attitude and Practice of General Practitioners


Towards Complementary and Alternative Medicine: A Cross-Sectional Study.
Tehran University of Medical Sciences Journal

Chan, Kara. 2015. Attitudes Toward Acupunnture in Hongkong. International Journal


of Pharmaceutical and Health Care Marketing

Dalimartha, Setiawan. 2007. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 4. Jakarta: Puspa
Swara

Devananda, Swami V. 1988. The Complete Illustrated Book Of Yoga. New York:
Three River Press

Dodik dkk. 2012. Pengaruh Terapi Akupuntur Terhadap Penurunan Nyeri Lutut
Pada Pasien dengan Osteoartritis di Praktik Klinik Perawatan Mandiri Latu
Usadha Abiansemal. Jurnal Keperawatan Universitas Udayana

Durkin, Kevin. 1995. Developmental Social Psychology: From Infancy to Old Age.
New Jersey: Wiley-Blackwell
Edusei, Anthony. 2015. Prespectives in Musculoskeletal Injury Management By
Traditional Bone Setters in Ashanti, Ghana. African Journal of Disability 4

Effendi, Nasrul. 2000. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:


EGC

Elolemy, Ahmed T dan Albedah, Abdullah M.N. 2012. Public Knowledge, Attitude
and Practice of Complementary and Alternative Medicine in Riyadh Region,
Saudi Arabia: Oman Medical Journal, vol. 27

Ekor, Martins. 2014. The Growing Use of Herbal Medicines: Issues Relating to
Adverse Reaction and Challenges in Monitoring Safety. Journal of Department
of Pharmacology, University of Cape Coast, Ghana

Focks, Claudia. 2008. Atlas of Acupunture. New York: Elsevier

Grant, J Emily. 2013. Medical Music Therapy: Medical and Nursing Student
Perception and Barries to Program Implementation. Florida State University.
Thesis

Gulo, W. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo

Gyasi, Razak M. 2011. Public Perceptions of The Role of Traditional Medicine in


The Health Care Delivery System in Ghana. Global Journal of Health Science

Hadikusumo. 2000. Kop, Moksibasi, dan Pijat Refleksi. Jakarta: Kanisius

Hamdi, Asep. 2014. Metodologi Penelitian Kuantitatif Aplikasi Dalam Pendidikan.


Yogyakarta: Deepulish

Haswani, Nurul et al. 2016. Perspectives on Reflexology: A Qualitative Approach.


Journal of Traditional and Complementary Medicine

Hermalinda dkk. 2015. Pengalaman Orang Tua Dalam Penggunaan Pengobatan


Alternatif Pada Anak yang Menderita Kanker di Jakarta. Jurnal Keperawatan
Universitas Indonesia

Hidayah, Zulyani. 2015. Ensiklopedia Suku Bangsa di Indonesia. Jakarta: Pustaka


Obor Indonesia

Hidayat, Alimul Aziz, 2008. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis
Data. Jakarta: Salemba Medika
http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/471/Dukun-Sembur diakses pada
tanggal 12 Januari 2017 pukul 7.14 WIB

Hude, M. D. 2006. Emosi: Penjelajah Religio-Psikologi Tentang Emosi Manusai di


Dalam Al-Quran. Jakarta: Erlangga

Hussin, Abas. 2001. Adverse Effects of Herbs and Drug-Herbal Interactions.


Malaysian Journal of Pharmacy, Universiti Sains Malaysia

Ivancevich, John M dkk. 2007. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta:


Erlangga

Kamaludin, Ridlwan. 2010. Pengalaman Pasien Hipertesni yang Menjalani Terapi


Alternatif Komplementer Bekam Di Kabupaten Banyumas. Jakarta: Faklutas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Tesis

Kasmui. 2014. Bekam Terapi Modern: Cara Membekam dengan Betul. Jakarta: As-
Sabil

Katno. 2008. Tingkat Manfaat, Keamanan dan Efektifitas Tanaman Obat dan Obat
Tradisional. Jakarta: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat
dan Obat Tradisional (B2P2TO-OT), Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Depkes RI

Kementrian Kesehatan RI. 2011. Integrasi Pengobatan Tradisional dalam Sistem


Kesehatan Nasional. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI

Kementrian Kesehatan RI. 2015. Panduan Akupresur Mandiri Bagi Pekerja di


Tempat Kerja. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI. 2015. Ilmu Pijat Pengobatan Refleksi
Relaksasi. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI

Khan, Imran et al. 2015. Traditional Bone Setters: Preference and Patronage. The
Professional Medical Journal

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta

Kozier, Erb. 2011. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC

Lindquist, Ruth et al. 2014. Complementary and Alternative Therapies in Nurisng.


New York: Springter Publishing Company
Mangan, Yellia. 2009. Solusi Sehat Mencegah dan Mengatasi Kanker. Jakarta: Agro
Media Pustaka

McFadden, Kristina L et al. 2010. Attitudes Towards Complementary and Alternative


Medicine Infulence Its Use. Elsevier Inc

Mei Chi, Lee et al. 2016. The Effectiveness of Cupping Therapy on Relieving Chronic
Neck and Shoulder Pain: A Randomized Controlled Trail. Journal of National
Institute of Health. USA

Nilawati, Sri. 2008. Care Yourself: Kolesterol. Jakarta: Penebar Plus

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka


Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT.
Rineka Cipta

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan.


Jakarta: Salemba Medika

Onyiapat et al. 2011. Complementary and Alternative Medicine Use Among Adults in
Enugu, Nigeria. Journal of Nursing: Department of Nurisng Sciences College
of Medicine University of Nigeria

Owumi, B. E et al. 2013. Utilization of Traditional Bone-Setter in The Treatment of


Bone Fracture in Ibadan North Local Government. International Journal of
Humanities and Social Science Invention Vol 2

Pooya, Ali A dan Emami. 2014. Perceptiona and Use of Complementary and
Alternative Medicine Among Children and Adults With Epilepsy: The
Importance of The Decision Makers. Traditional Medicine and History of
Medicine Research Center, Shiraz University of Medical Sciences, Iran

Putri, Hikma A dkk. 2014. Pengaruh Akupresur Terhadap Morning Sickenss di


Kecamatan Magelang Utara Tahun 2014. Jurnal Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Magelang

Rakhmat, Jalaluddin. 2011. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya

Razzaq et al. 2013. Public Awarenness Towards Cupping Therapy in Karaci.


Pakistan Journal of Medicine and Dentistry
Rezky, Rindang A dkk. 2015. Pengaruh Terapi Pijat Refleksi Kaki Terhadap
Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Primer. Jurnal Keperawatan
Universitas Riau

Richard F, Morton. 2009. Epidemologi dan Biostatistika. Jakarta: EGC

Robbins dkk. 2008. Perilaku Organisasi, edisi 12. Jakarta: Salemba Empat

Roy, Vandana. 2015. Perception, Attitude and Usage of Complementary and


Alternative Medicine Among Doctors and Patients in A Tertiary Care Hospital
in India. Indian Journal of Pharmacology

Santana, Septiawan. 2007. Menulis Ilmiah Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta:


Obor Indonesia

Satria, Arif. 2014. Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir. Jakarta: Pustaka Obor
Indonesia

Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Setiyaningsih, Yuni. 2012. Hubungan Antara Persepsi dengan Sikap Masyarakat


Terhadap Pengobatan Komplementer dan Alternatif di Kecamatan Grogol
Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Universitas Muhammadiyah Surakarta

Singh, Paramvir et al. 2013. Tradisional Bone Setting: Origin and Practice.
International Journal of Therapeutic Application. Punjabi University.

Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia

Sopiyudin. 2012. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Penerbit


Salemba

Sridhar, Sathuik B et al. 2017. Assessment of Perception, Experience, and


Information-Seeking Behavior of The Public of Ras Al-Kaimah, Uni Emirates
Arab, Toward Usage and Safety of Complementary and Alternative Medicine.
Journal of Pharmacy and Bio Allied Sciences

Srilestari, Adiningsih. 1997. Pengaruh Pijat Refleksi Pada Penderita Non Insulin
Dependen Diabetes Melitus di RSUPN. Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun 1997.
Universitas Indonesia: Tesis

Suharmiati dan Handayani. 2005. Ramuan Tradisional untuk Keadaan Darurat di


Rumah. Jakarta: Agromedia Pustaka
Sugiyono. 2016. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sukanta. 2008. Pijat Akupresur Untuk Kesehatan. Jakarta: Penebar Plus

Sumantri, Arif. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Kencana

Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC

Supardi, Sudibyo dan Susyanti, Andi Leny. 2010. Penggunaan Obat Tradisonal
Dalam Upaya Pengobatan Sendiri Di Indonesia (Analisis Data Susenas 2007).
Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem dan Kebijakan Kesehatan
Jakarta

Syuhudi dkk. 2012. Etnografi Dukun: Studi Atropologi Tentang Praktik Pengobatan
Dukun Di Kota Makassar. Balai Penelitian dan Pengembangan Agama
Makssar

Toha, Miftah. 2008. Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta:
Rajawali Press

Waheida, Soheir et al. 2016. Nursing Students’ Knowledge, Practice, Attitudes and
Barries Toward Complementary and Alternative Therapy: Journal of Nursing
and Health Science

Waidi. 2006. On Becoming A Personal Excellent. Jakarata: PT Elex Media


Komputindo

Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Yogyakarta

Widyatuti. 2008. Terapi Komplementer Dalam Keperawatan: Jurnal Keperawatan


Indonesia Volume 12. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Winarto. 2008. Khasiat dan Manfaat Jahe Merah Si Rimpang Ajaib. Jakarta: Argo
Media

Winarto. 2008. Khasiat dan Manfaat Kunyit. Jakarta: Argo Media

World Health Organization. 2000. Guidelines on Basic Training and Safety in


Acupunture

World Health Organization. 2003. Guidelines for The Regulation of Herbal


Medicines in The South-East Asia Region

World Health Organization. 2012. Management Sciences For Health


Wawan dan Dewi M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika
LAMPIRAN

LAMPIRAN
PERMOHONAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Assalamu’alaikum Wr. Wb.,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Sari Purboyekti

NIM : 1113104000021

Program studi: Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif


Hidayatullah Jakarta

Saya adalah mahasiswi Univeristas Islam Negeri Syarif Hidyatullah Jakarta


Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan yang
sedang melaksanakan penelitian untuk penulisan skripsi sebagai tugas akhir dalam
menyelesaikan pendidikan sebagai Sarjana Keperawatan (S.Kep).

Berkaitan dengan penelitian yang akan saya lakukan, saya mohon bantuan dan
kesedian waktu untuk mengisi daftar pertanyaan berikut ini dengan sejujur-jujurnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran persepsi masyarakat terhadap
pengobatan komplementer dan alternatif di wilayah RW013 Kelurahan Pondok
Benda Pamulang 2. Partisipasi saudara/i akan sangat berarti terhadap penelitian saya.
Kerahasiaan jawaban dan identitas saudara/i akan dijaga dan hanya diketahui oleh
peneliti.

Saya mengucapkan terimakasih atas bantuan dan partisipasi saudara/i dalam


pengisian kuesioner ini.
Hormat saya
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Sari Purboyekti
Bersedia menjadi responden:

YA/TIDAK
SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah saya membaca dan memahami ini dan penjelasan pada lembar
permohonan menjadi responden, maka saya bersedia turut berpartisipasi sebagai
responden dalam penelitian yang akan dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu:

Nama : Sari Purboyekti

NIM : 111314000021

Judul Penelitian : Gambaran Persepsi Masyarakat Terhadap Pengobatan


Komplementer Dan Alternatif Di Wilayah RW 013
Kelurahan Pondok Benda Pamulang 2

Saya memahami bahwa penelitian ini tidak membahayakan dan merugikan


saya maupun keluarga saya, sehingga saya bersedia menjadi responden dalam
penelitian ini.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa ada
paksaan dan ancaman.

Pamulang, Maret 2017

(…………………………….)

Nama terang dan tanda tangan


KUESIONER

GAMBARAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PENGOBATAN


KOMPLEMENTER DAN ALATERNATIF DI WILAYAH RW 013
KELURAHAN PONDOK BENDA PAMULANG 2

A. Data demografi/identitas
1. Nama/ inisial responden :
2. Jenis kelamin : ( ) Laki-laki
( ) Perempuan
3. Usia :……….Tahun
4. Pendidikan terakhir : :
( ) Tidak sekolah ( ) SMP/SLTP
:
( ) SD ( ) SMA/SLTA/SMK

( ) Perguruan tinggi
5. Pengalaman menggunakan pengobatan komplementer dan alternatif:

( ) Pernah ( ) Tidak pernah


KUESIONER

GAMBARAN PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PENGOBATAN


KOMPLEMENTER DAN ALATERNATIF DI WILAYAH RW 013
KELURAHAN PONDOK BENDA PAMULANG 2

No. Responden
Petunjuk pengisian kuesioner:

1. Baca setiap pernyataan dibawah ini dengan teliti


2. Setiap pernyataan memiliki 5 jawaban. Pilihan tersebut adalah :
Sangat Setuju (SS)
Setuju (S)
Ragu-ragu (RR)
Tidak Setuju (TS)
Sangat Tidak Setuju (STS)
3. Harap mengisi pernyataan yang ada didalam kuesioner ini, pastikan tidak ada yang
terlewat
4. Beri tanda cek list (√) pada kotak yang telah disediakan
5. Apabila mengalami kesulitan dalam mengisi kuesioner, silahkan bertanya langsung
kepada peneliti
B. Lembar kuesioner persepsi
Pernyataan SS S RR TS STS

Menurut saya:
1. Pengobatan komplementer dan alternatif adalah
praktik pengobatan yang tidak termasuk ke dalam
pengobatan kedokteran modern
2. Pengobatan komplementer dan alternatif
dilakukan oleh seseorang yang menempuh
pelatihan khusus secara formal
3. Bekam adalah mengeluarkan darah kotor
4. Bekam hanya boleh dilakukan oleh seorang
terapis/tenaga ahli
5. Bekam boleh dilakukan selain dengan
terapis/tenaga ahli
6. Bekam dirasa aman untuk kesehatan
7. Bekam dikontraindikasi pada kondisi kesehatan
tertentu
8. Akupuntur dan akupresur adalah terapi yang
dilakukan pada titik-titik tubuh
9 Akupuntur dan akupresur hanya boleh dilakukan
oleh seorang terapis/tenaga ahli
10 Akupuntur dan akupresur boleh dilakukan selain
dengan terapis/tenaga ahli
11 Akupuntur dan akupresur di rasa aman untuk
kesehatan
12. Akupuntur dan akupresur dikontraindikasikan
pada kondisi kesehatan tertentu
13. Pijat refleksi adalah teknik pemijatan yang
dilakukan pada telapak kaki
14. Pijat refleksi hanya boleh dilakukan oleh seorang
terapis/tenaga ahli
15. Pijat refleksi boleh dilakukan selain dengan
terapis/tenaga ahli
16. Pijat refleksi dikontraindikasikan pada kondisi
kesehatan tertentu
17. Obat herbal bersifat alami tanpa ada efek samping
18. Kandungan obat herbal tertulis jelas pada
kemasan
19. Kandungan obat herbal efektif dapat
menyembuhkan penyakit
20. Ahli patah tulang tidak mengikuti pendidikan
formal mengenai patah tulang
21. Berobat ke ahli patah tulang tidak mempunyai
risiko yang akan memperparah kondisi patah
tulang
22. Dukun sembur/ “orang pintar” merupakan
seorang ahli pengobatan dengan menggunakan
ramuan dan doa-doa tertentu
23 Dukun sembur/ “orang pintar” dirasa lebih efektif
dari pengobatan modern
24. Pengobatan komplementer dan alternatif bersifat
alami
25. klinik/produk pengobatan komplementer dan
alternatif memberikan informasi yang jelas
mengenai khasiat
26. Pengobatan komplementer dan alternatif lebih
praktis daripada pengobatan kedokteran modern
27. Pengobatan komplementer dan alternatif aman
digunakan karena mempunyai efek samping yang
sedikit
28. Berobat ke pengobatan komplementer dan
alternatif lebih hemat biaya
Hasil Uji Validitas dan Relibilitas

Correlations

p1 p1 p1 p1 p1 p1 p1 p1 p1 p1 p2 p2 p2 p2 p2
p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4

p Pears
.5 .5 .5 .4 .4 .4 .3 .4 .4 - - .3 -
1 on .0 .2 .2 .3 .3 .2 .1 .2 .1 .2
1 61 61 72 07 50 43 64 13 14 .3 .0 88 .0
Correl 25 46 ** **
12 27 ** *
23 10 * * * * * *
15 91 79 10
11 69 84
ation

Sig.
.8 .1 .0 .0 .2 .0 .0 .0 .0 .2 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .7 .0 .5 .1 .3 .6 .2
(2-
94 89 01 01 60 78 01 25 81 66 13 14 48 23 23 95 19 34 46 19 44 61 65
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p Pears -
- .4 .7 .4 .4 .4
2 on .0 .0 .2 .2 .2 .0 .2 .0 .2 .0 .2 .1 .0 .1 .2 .2 .4
1 .0 23 71 59 21 61
Correl 25 93 71 10 27 12 75 * ** *
23 09 *
79 95 51 97 *
06 54 32 05
49 *
ation

Sig.
.8 .6 .7 .1 .2 .2 .9 .1 .0 .0 .0 .9 .2 .0 .6 .1 .4 .6 .0 .5 .1 .2 .0
(2-
94 26 98 47 66 27 51 41 20 00 11 03 67 21 77 13 26 11 10 76 75 17 26
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p Pears
- - - - - -
3 on .2 .0 .1 .2 .1 .2 .2 .0 .1 .1 .1 .1 .2 .0 .1 .2 .1
1 .0 .1 .0 .0 .0 .0
Correl 46 93 68 14 57 71 59 72 11 38 64 89 64 62 34 18 44
22 22 63 81 70 84
ation

Sig.
.1 .6 .3 .2 .4 .1 .1 .7 .5 .4 .3 .3 .9 .1 .7 .5 .7 .4 .2 .6 .7 .6 .4
(2-
89 26 75 57 08 47 66 05 60 67 85 17 07 59 43 22 42 80 48 69 13 57 47
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p Pears
.5 - .4 .7 .4 .8 - - -
4 on .1 .3 .1 .2 .1 .2 .2 .3 .2 .2 .1 .2 .1 .2
61 .0 1 42 90 69 66 .2 .1 .0
Correl **
68 11 *
06 ** **
44 32 56 **
76 43 87 64 46 79 62 09
49 85 98 14
ation

Sig.
.0 .7 .3 .0 .0 .5 .0 .0 .1 .4 .1 .0 .1 .0 .1 .1 .2 .1 .4 .1 .3 .2 .9
(2-
01 98 75 95 15 78 00 09 94 87 73 00 40 64 24 27 94 58 42 36 93 68 42
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p Pears
.5 .4 .3 .3 .5 -
5 on .2 .2 .3 .1 .1 .3 .1 .1 .2 .3 .0 .2 .2 .0 .1 .0 .2
61 1 00 92 67 46 .1
Correl **
71 14 11 * * *
60 14 **
25 50 40 09 51 05 29 07 05 30 53 17
39
ation

Sig.
.0 .1 .2 .0 .0 .0 .0 .4 .5 .0 .0 .4 .4 .2 .0 .9 .4 .2 .2 .9 .4 .7 .2
(2-
01 47 57 95 28 32 46 00 49 02 80 30 60 68 57 80 64 23 74 78 94 79 50
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p Pears -
.4 .4 .4 - .4 - - .5
6 on .2 .2 .1 .1 .0 .0 .2 .1 .1 .1 .1 .4 .1 .2 .0
42 00 1 87 .0 30 .0 .1 48
Correl 12 10 57 * *
62 **
24 *
34 58 47 72 01 41 37 08 01 **
39
32 *
13 73
ation

Sig.
.2 .2 .4 .0 .0 .3 .0 .9 .8 .0 .8 .1 .4 .3 .5 .4 .0 .9 .5 .3 .2 .0 .8
(2-
60 66 08 15 28 91 06 00 66 18 58 69 38 63 94 56 16 44 69 61 87 02 38
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p Pears
.3 .3 .4 - - - .6 -
7 on .3 .2 .2 .1 .1 .1 .1 .0 .1 .2 .2 .0 .1 .0 .0
92 1 80 53 .0 .0 .1 25 .0
Correl 27 27 71 06 *
62 68 64 * *
79 37 04 15 **
50 33 97 11
73 52 55 49
ation
Sig.
.0 .2 .1 .5 .0 .3 .3 .3 .0 .0 .6 .7 .4 .2 .2 .7 .4 .0 .7 .4 .7 .6 .9
(2-
78 27 47 78 32 91 73 86 38 12 77 02 71 80 53 86 14 00 92 83 95 11 53
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p Pears -
.5 .7 .3 .4 .4 .7 - -
8 on .0 .2 .1 .2 .1 .3 .1 .3 .2 .4 .1 .1 .2 .1 .0
72 90 67 87 1 73 51 .1 .0
Correl **
12 59 ** * **
68 **
24 74 32 **
90 05 20 76 22 10 38 77 73
**
58 41
ation

Sig.
.0 .9 .1 .0 .0 .0 .3 .0 .2 .3 .0 .0 .3 .1 .2 .0 .4 .5 .5 .8 .2 .3 .7
(2-
01 51 66 00 46 06 73 08 34 57 73 00 14 01 42 08 03 21 63 29 06 50 02
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p Pears - -
.4 .4 .4 .6 .5 .5 .7 - .4 .4 .4 -
9 on .2 .0 .1 .0 .1 .1 .0 .3 .4 .1 .3
07 69 73 1 50 21 05 80 .0 08 16 70 .0
Correl *
75 72 **
60 24 64 ** **
38 ** **
30 **
46 22 * *
35 **
94
*
33 03 *
ation

Sig.
.0 .1 .7 .0 .4 .9 .3 .0 .0 .4 .0 .0 .8 .0 .0 .0 .8 .0 .0 .4 .0 .9 .0
(2-
25 41 05 09 00 00 86 08 00 67 03 04 77 00 61 20 61 25 22 78 09 87 31
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p Pears -
.4 - .3 .6 .4 - .6 - .4 .4 .4
1 on .3 .1 .2 .1 .2 .2 .2 .0 .0 .2 .1 .4
23 .0 80 50 1 21 .0 19 .0 07 17 15
0 Correl 23 *
11 44 14 *
24 **
12 *
77 **
72 77 * *
07 *
43 95
32 23 87 **
ation

Sig.
.0 .0 .5 .1 .5 .8 .0 .2 .0 .2 .0 .1 .9 .0 .7 .6 .6 .0 .0 .2 .0 .4 .0
(2-
81 20 60 94 49 66 38 34 00 60 20 38 05 00 07 46 85 26 22 72 23 50 05
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p Pears
.7 .5 .4 .4 - .4 -
1 on .2 .1 .1 .1 .1 .2 .3 .1 .2 .2 .1 .0 .2 .3 .1 .2
71 46 30 53 1 .0 31 .0
1 Correl 10 **
38 32 ** * *
74 38 12 15 70 89 87 17 00 51 09 67 56 *
69 46
ation

Sig. 1.
.2 .0 .4 .4 .0 .0 .0 .3 .4 .2 .0 .7 .3 .1 .1 .5 .1 .0 .3 .1 .0 .8
(2- 00
66 00 67 87 02 18 12 57 67 60 90 17 69 21 24 39 80 97 79 73 17 09
tailed) 0

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p Pears
.4 .4 .5 .4 .4 - -
1 on .1 .2 .3 .0 .0 .3 .3 .3 .2 .2 .0 .0 .2 .3 .1 .2
50 59 21 21 1 88 .2 .0
2 Correl * *
64 56 25 34 79 32 ** *
15 49 70 **
65 23 95 04 31 73 59
38 27
ation

Sig.
.0 .0 .3 .1 .0 .8 .6 .0 .0 .0 .0 .0 .1 .0 .1 .9 .6 .2 .0 .3 .1 .2 .8
(2-
13 11 85 73 80 58 77 73 03 20 90 58 50 06 56 03 16 79 74 59 67 04 86
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p Pears
.4 .8 - .7 .5 - - - - -
1 on .0 .1 .1 .2 .2 .3 .2 .3 .1 .1 .2 .1 .1
43 66 .0 51 05 .0 1 .2 .1 .0 .1
3 Correl *
23 89 **
50 58 ** **
77 49 44 21 37 34 18 63 40
73 69 13 25 12 26
ation

Sig.
.0 .9 .3 .0 .4 .1 .7 .0 .0 .1 .7 .0 .1 .0 .4 .2 .5 .4 .2 .3 .4 .9 .5
(2-
14 03 17 00 30 69 02 00 04 38 17 58 94 84 70 59 09 80 48 90 60 50 06
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p Pears
.3 - - - - - -
1 on .2 .2 .1 .1 .1 .1 .0 .1 .2 .2 .1 .2 .1 .1 .2 .0
64 .0 .0 1 .1 .0 .1 .1
4 Correl *
09 76 40 47 37 90 30 70 70 44 33 12 54 19 27 59
22 23 24 22 64 09
ation
Sig.
.0 .2 .9 .1 .4 .4 .4 .3 .8 .9 .3 .1 .1 .5 .4 .2 .4 .9 .5 .2 .3 .5 .7
(2-
48 67 07 40 60 38 71 14 77 05 69 50 94 15 84 60 15 08 31 27 86 67 56
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p Pears
.4 .4 .7 .6 .4 - - .4 .4 -
1 on .2 .3 .2 .1 .2 .3 .2 .3 .3 .0 .0 .3 .0
13 21 80 19 88 .1 1 .2 12 05 .3
5 Correl * *
64 43 09 72 04 05 ** **
89 **
21 48 00 * *
23 21 84
24 34 27
ation

Sig. 1.
.0 .0 .1 .0 .2 .3 .2 .1 .0 .0 .1 .0 .0 .5 .0 .2 .0 .0 .9 .0 .6 .0
(2- 00
23 21 59 64 68 63 80 01 00 00 21 06 84 15 59 14 24 26 05 83 58 78
tailed) 0

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p Pears -
.4 - .4 - -
1 on .0 .0 .2 .3 .1 .2 .2 .3 .0 .2 .2 .1 .1 .3 .3 .1 .0 .1
14 1 .0 14 .0 .0
6 Correl *
79 62 87 51 01 15 20 46 72 87 65 37 33 48 99 *
37 66 32
*
41 40 86
ation

Sig.
.0 .6 .7 .1 .0 .5 .2 .2 .0 .7 .1 .1 .4 .4 .0 .0 .8 .0 .8 .4 .7 .4 .6
(2-
23 77 43 24 57 94 53 42 61 07 24 56 70 84 59 29 32 23 33 71 31 85 50
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p Pears - - -
- - - - - - - - - - -
1 on .2 .0 .1 .4 .4 .1 .0 .2 .3 .1 .0 .0
.3 .1 .2 .0 .0 .2 .2 1 .1 .2 .1 .0
7 Correl 95 05 41 76 22 17 23 12 99 31 81 62
11 22 85 52 ** *
87 13 34 *
98 17 64 16
ation

Sig.
.0 .1 .5 .1 .9 .4 .7 .0 .0 .6 .5 .9 .2 .2 .2 .0 .2 .2 .4 .6 .3 .7 .9
(2-
95 13 22 27 80 56 86 08 20 46 39 03 59 60 14 29 95 48 91 72 85 43 32
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p Pears -
- - - - - - - - - - - - - -
1 on .1 .4 .0 .0 .0 .1 .0 .0 .1
.0 .0 .1 .1 .1 .1 .0 .1 .0 .1 1 .0 .2 .3 .0
8 Correl 51 37 77 00 95 54 00 71 57
69 63 98 39 *
55 58 33 25 41 98 98 93 19 33
ation

Sig. 1. 1.
.7 .4 .7 .2 .4 .0 .4 .4 .8 .6 .6 .5 .4 .8 .2 .7 .4 .6 .1 .0 .8
(2- 00 00
19 26 42 94 64 16 14 03 61 85 16 09 15 32 95 11 07 05 16 86 61
tailed) 0 0

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p Pears
.3 - .6 .4 .4 - .4 .4 - - - -
1 on .0 .1 .2 .2 .1 .2 .2 .1 .0 .2 .1
88 .0 25 08 07 .0 12 14 .2 1 .0 .0 .1
9 Correl *
97 34 64 29 **
22 * *
51 04 34 * *
71 45 71
13 22 17 74 55 29
ation

Sig.
.0 .6 .4 .1 .2 .9 .0 .5 .0 .0 .1 .2 .4 .9 .0 .0 .2 .7 .1 .3 .6 .7 .4
(2-
34 11 80 58 23 44 00 21 25 26 80 79 80 08 24 23 48 11 92 65 99 72 97
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p Pears -
.4 .4 .4 .4 -
2 on .1 .2 .1 .2 .1 .0 .1 .3 .3 .2 .1 .1 .1 .2 .0 .3 .0 .4
61 16 17 05 .0 1
0 Correl 15 *
18 46 07 08 50 10 * *
09 31 18 19 *
31 57 45 96 01 58 06
40 *
ation

Sig.
.5 .0 .2 .4 .2 .5 .7 .5 .0 .0 .0 .0 .2 .5 .0 .8 .4 .4 .1 .6 .1 .7 .0
(2-
46 10 48 42 74 69 92 63 22 22 97 74 48 31 26 33 91 07 92 13 06 60 26
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p Pears
- - - - -
2 on .2 .1 .2 .0 .1 .1 .2 .1 .1 .1 .2 .0 .1 .0 .1 .0 .1 .1
.0 .1 .0 .0 1 .1
1 Correl 91 06 79 05 33 35 07 67 73 63 27 23 37 81 71 96 32 76
81 73 41 98 48
ation
Sig.
.1 .5 .6 .1 .9 .3 .4 .8 .4 .2 .3 .3 .3 .2 .9 .4 .6 .6 .3 .6 .4 .3 .4
(2-
19 76 69 36 78 61 83 29 78 72 79 59 90 27 05 71 72 05 65 13 88 52 36
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p Pears
- - .4 .4 - - - - -
2 on .1 .2 .1 .1 .2 .2 .2 .2 .1 .3 .0 .3 .1 .3
.0 .0 70 15 .1 .1 .2 .0 1 .1
2 Correl 79 54 62 30 01 38 ** *
56 59 40 21 66 01 32 58
70 49 64 64 93 74 58
ation

Sig.
.3 .1 .7 .3 .4 .2 .7 .2 .0 .0 .1 .1 .4 .3 .0 .7 .3 .1 .6 .1 .4 .0 .4
(2-
44 75 13 93 94 87 95 06 09 23 73 67 60 86 83 31 85 16 99 06 88 52 06
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p Pears
- - .5 - .4 - - - - - -
2 on .2 .2 .0 .0 .1 .1 .0 .1 .0 .0 .1 .3
.0 .0 48 .0 31 .2 .0 .1 .3 .0 1 .1
3 Correl 32 09 53 **
97 77 43 *
84 32 62 58 76 58
84 84 03 38 12 09 19 55 80
ation

Sig.
.6 .2 .6 .2 .7 .0 .6 .3 .9 .4 .0 .2 .9 .5 .6 .4 .7 .0 .7 .7 .3 .0 .3
(2-
61 17 57 68 79 02 11 50 87 50 17 04 50 67 58 85 43 86 72 60 52 52 41
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p Pears - - - -
- - - - - - - - - - - -
2 on .2 .4 .1 .2 .0 .0 .0 .3 .4 .0 .4
.0 .0 .0 .1 .3 .0 .0 .0 .1 .1 .1 .1 1
4 Correl 10 05 44 17 39 11 73 94 95 59 06
*
14 * **
46 27 26 27 86 16 33 29 *
48 58 80
ation

Sig.
.2 .0 .4 .9 .2 .8 .9 .7 .0 .0 .8 .8 .5 .7 .0 .6 .9 .8 .4 .0 .4 .4 .3
(2-
65 26 47 42 50 38 53 02 31 05 09 86 06 56 78 50 32 61 97 26 36 06 41
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p Pears
- - - - - - - - - - - - .3 - - - - -
2 on .1 .0 .0 .0 .1 .0
.1 .1 .1 .2 .3 .2 .1 .2 .0 .1 .0 .3 74 .2 .2 .2 .2 .0
5 Correl 48 75 53 00 38 *
18
62 10 84 49 35 51 21 94 99 62 95 55 58 91 52 24 13
ation

Sig. 1.
.3 .5 .4 .3 .1 .0 .1 .6 .7 .5 .1 .6 .3 .4 .6 .0 .0 .1 .9 .1 .1 .2 .9
(2- 00
93 63 36 31 84 70 81 95 83 23 15 04 93 69 16 54 42 69 26 19 80 33 45
tailed) 0

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p Pears
- - .4 - - .6 - - - - .4 -
2 on .1 .0 .2 .3 .2 .0 .0 .0 .2 .2 .0 .3
.1 .1 02 .0 .0 14 .3 .2 .1 .1 12 .0
6 Correl 73 *
64 59 43 81 84 58 00 71 84 **
99 37 *
28 36 63 84 29 31 03 47 81
ation

Sig. 1.
.3 .5 .4 .0 .7 .1 .7 .0 .1 .6 .7 .1 .6 .1 .0 .0 .2 .6 .5 .4 .0 .0 .6
(2- 00
60 00 74 27 35 67 42 64 33 61 62 47 61 28 00 76 19 03 87 37 69 24 69
tailed) 0

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p Pears
- - - - - -
2 on .2 .1 .0 .2 .3 .1 .0 .3 .0 .0 .1 .0 .1 .0 .3 .0 .2 .2
.0 .0 .1 .0 .0 .1
7 Correl 90 34 99 51 30 05 25 43 93 40 41 85 82 00 02 59 02 28
10 10 30 86 68 10
ation

Sig. 1.
.1 .9 .4 .6 .1 .9 .0 .5 .4 .8 .0 .6 .6 .8 .7 .4 .5 .6 .3 .1 .7 .2 .2
(2- 00
21 56 79 01 81 58 75 81 92 95 63 25 53 33 20 58 63 55 36 05 57 85 25
tailed) 0

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p Pears
- - - - - -
2 on .2 .1 .2 .1 .2 .1 .1 .1 .2 .1 .3 .1 .1 .0 .3 .0 .1 .2
.1 .1 .0 .0 .1 .0
8 Correl 69 88 80 19 09 10 41 76 71 95 09 27 46 71 07 83 67 42
22 60 55 02 11 95
ation
Sig.
.1 .3 .1 .5 .2 .5 .5 .4 .3 .1 .3 .0 .5 .4 .7 .0 .3 .6 .3 .7 .1 .9 .5 .6
(2-
51 20 34 31 68 20 63 56 51 47 02 96 03 41 09 98 97 64 79 74 97 92 59 18
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p Pears -
1. - .4 .7 .4 .4 .4
2 on .0 .0 .2 .2 .2 .0 .2 .0 .2 .0 .2 .1 .0 .1 .2 .2 .4
00 .0 23 71 59 21 61
9 Correl 25 **
93 71 10 27 12 75 * ** *
23 09 *
79 95 51 97 *
06 54 32 05
0 49 *
ation

Sig.
.8 .0 .6 .7 .1 .2 .2 .9 .1 .0 .0 .0 .9 .2 .0 .6 .1 .4 .6 .0 .5 .1 .2 .0
(2-
94 00 26 98 47 66 27 51 41 20 00 11 03 67 21 77 13 26 11 10 76 75 17 26
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p Pears
- - - - - - .5
3 on .0 .0 .0 .0 .1 .2 .1 .1 .3 .1 .0 .0 .0 .0 .0 .3 .0
.0 .1 .3 .1 .2 .1 50
0 Correl 45 55 92 70 31 59 91 86 58 17 92 64 83 49 99 61 **
49
12 40 39 53 56 33
ation

Sig.
.8 .7 .6 .7 .4 .1 .3 .3 .9 .0 .5 .4 .6 .0 .7 .4 .6 .1 .7 .6 .4 .0 .0 .7
(2-
15 72 29 12 91 67 11 26 49 52 37 61 29 67 36 21 64 72 98 04 84 50 02 97
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p Pears -
.5 .8 .3 .5 .9 .5 .6 .4 - -
3 on .0 .2 .2 .3 .2 .3 .2 .2 .4 .1 .1 .0 .2 .2
87 36 67 43 47 21 86 05 .1 .0
1 Correl **
66 11 ** * **
12 ** **
14 36 21 **
49 *
53 43 68 28 51 56 80
*
47 25
ation

Sig.
.0 .7 .2 .0 .0 .0 .2 .0 .0 .0 .2 .0 .0 .1 .0 .1 .0 .4 .3 .5 .7 .1 .1 .8
(2-
01 30 63 00 46 02 61 00 03 91 09 84 00 85 26 77 14 38 76 02 89 72 34 97
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p Pears
.9 .4 - - - .6 -
3 on .2 .1 .2 .0 .3 .1 .1 .1 .3 .0 .1 .1 .2 .0 .1 .0 .0
88 03 .1 .0 .1 25 .0
2 Correl 95 79 84 57 59 62 **
12 35 37 *
48 29 76 07 **
17 10 87 51
26 21 90 49
ation

Sig.
.1 .3 .1 .7 .0 .3 .0 .5 .4 .0 .0 .8 .5 .4 .3 .2 .9 .3 .0 .9 .5 .7 .6 .7
(2-
13 44 28 63 51 92 00 57 78 69 27 01 06 95 52 73 11 13 00 29 62 97 46 91
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p Pears -
.4 .4 .4 .9 .6 .5 .4 .8 - .4 .3 .4 - -
3 on .3 .0 .0 .0 .2 .1 .0 .2 .3 .1
22 44 36 65 93 58 77 20 .0 41 65 39 .0 .3
3 Correl *
34 92 *
99 21 15 * ** **
88 ** **
15 **
83 76 * *
62 *
*
09 21 33
ation

Sig.
.0 .0 .6 .0 .6 .9 .2 .0 .0 .0 .3 .0 .0 .9 .0 .1 .0 .9 .0 .0 .3 .0 .9 .0
(2-
20 71 30 14 04 11 53 16 00 00 21 01 08 37 00 30 41 64 15 48 94 15 11 72
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

T Pears
.6 .5 .6 .5 .4 .5 .6 .6 .5 .6 .5 .4 .6 .4 - - .5 .4 .4 .3 -
o on .2 .2 .2
47 40 25 67 67 46 28 16 92 82 48 79 30 64 .1 .1 08 41 02 67 .1
t Correl ** **
96 ** ** ** ** ** ** ** ** ** **
92 ** ** ** *
61 * *
61 04 48
a ation
l
Sig.
.0 .0 .1 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .0 .1 .0 .0 .3 .5 .0 .0 .1 .0 .0 .4
(2-
00 02 12 00 01 09 02 00 00 01 00 02 07 17 00 10 96 85 04 15 63 28 46 35
tailed)

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Correlations

p25 p26 p27 p28 p29 p30 p31 p32 p33 Total
p1 Pearson ** * **
-.162 .173 .290 .269 .025 .045 .587 .295 .422 .647
Correlation

Sig. (2-tailed) .393 .360 .121 .151 .894 .815 .001 .113 .020 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p2 Pearson ** **
-.110 -.128 -.010 .188 1.000 .055 .066 .179 .334 .540
Correlation

Sig. (2-tailed) .563 .500 .956 .320 .000 .772 .730 .344 .071 .002

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p3 Pearson
.148 -.136 .134 .280 .093 .092 .211 .284 .092 .296
Correlation

Sig. (2-tailed) .436 .474 .479 .134 .626 .629 .263 .128 .630 .112

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p4 Pearson * ** * **
-.184 .402 .099 .119 -.049 .070 .836 .057 .444 .625
Correlation

Sig. (2-tailed) .331 .027 .601 .531 .798 .712 .000 .763 .014 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p5 Pearson * **
-.249 .064 .251 .209 .271 .131 .367 .359 .099 .567
Correlation

Sig. (2-tailed) .184 .735 .181 .268 .147 .491 .046 .051 .604 .001

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p6 Pearson ** **
-.335 .259 -.010 -.122 .210 .259 .543 .162 .021 .467
Correlation

Sig. (2-tailed) .070 .167 .958 .520 .266 .167 .002 .392 .911 .009

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p7 Pearson ** **
-.251 -.063 .330 .110 .227 .191 .212 .988 .215 .546
Correlation

Sig. (2-tailed) .181 .742 .075 .563 .227 .311 .261 .000 .253 .002

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p8 Pearson ** * **
.075 .343 .105 .141 .012 .186 .947 .112 .436 .628
Correlation

Sig. (2-tailed) .695 .064 .581 .456 .951 .326 .000 .557 .016 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p9 Pearson ** ** **
.053 .281 -.130 .176 .275 -.012 .521 .135 .965 .616
Correlation

Sig. (2-tailed) .783 .133 .492 .351 .141 .949 .003 .478 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p10 Pearson * ** **
-.121 .084 .025 .271 .423 .358 .314 .337 .693 .592
Correlation

Sig. (2-tailed) .523 .661 .895 .147 .020 .052 .091 .069 .000 .001

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p11 Pearson ** * **
-.294 .058 .343 .195 .771 .117 .236 .403 .188 .682
Correlation

Sig. (2-tailed) .115 .762 .063 .302 .000 .537 .209 .027 .321 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p12 Pearson * ** **
.000 .000 .093 .309 .459 -.140 .321 .048 .558 .548
Correlation

Sig. (2-tailed) 1.000 1.000 .625 .096 .011 .461 .084 .801 .001 .002

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p13 Pearson ** ** **
-.099 .271 -.086 .127 .023 .092 .686 -.126 .477 .479
Correlation

Sig. (2-tailed) .604 .147 .653 .503 .903 .629 .000 .506 .008 .007

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p14 Pearson
-.162 -.084 .040 .146 .209 -.339 .249 .129 .015 .292
Correlation

Sig. (2-tailed) .393 .661 .833 .441 .267 .067 .185 .495 .937 .117

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p15 Pearson * * ** **
.138 .284 -.068 .071 .421 .064 .405 .176 .820 .630
Correlation

Sig. (2-tailed) .469 .128 .720 .709 .021 .736 .026 .352 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p16 Pearson ** **
-.095 .614 .141 .307 .079 -.153 .253 .207 .283 .464
Correlation

Sig. (2-tailed) .616 .000 .458 .098 .677 .421 .177 .273 .130 .010

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p17 Pearson * *
-.355 -.329 -.110 -.160 .295 .083 -.443 -.021 -.376 -.161
Correlation

Sig. (2-tailed) .054 .076 .563 .397 .113 .664 .014 .911 .041 .396

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p18 Pearson *
.374 -.231 .085 .083 .151 -.256 -.147 -.190 -.009 -.104
Correlation

Sig. (2-tailed) .042 .219 .655 .664 .426 .172 .438 .313 .964 .585

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p19 Pearson ** * **
-.258 .099 .182 .167 .097 .049 .168 .625 .441 .508
Correlation

Sig. (2-tailed) .169 .603 .336 .379 .611 .798 .376 .000 .015 .004

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p20 Pearson * * *
.018 -.103 .000 -.055 .461 .099 .128 .017 .365 .441
Correlation

Sig. (2-tailed) .926 .587 1.000 .774 .010 .604 .502 .929 .048 .015

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p21 Pearson
-.291 -.147 .302 .242 .106 -.133 .051 .110 .162 .261
Correlation

Sig. (2-tailed) .119 .437 .105 .197 .576 .484 .789 .562 .394 .163

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p22 Pearson * *
-.252 .337 .059 -.002 .254 .361 .256 -.049 .439 .402
Correlation

Sig. (2-tailed) .180 .069 .757 .992 .175 .050 .172 .797 .015 .028

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p23 Pearson * ** *
-.224 .412 .202 -.111 .232 .550 .280 .087 -.021 .367
Correlation

Sig. (2-tailed) .233 .024 .285 .559 .217 .002 .134 .646 .911 .046

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p24 Pearson *
-.013 -.081 .228 -.095 -.405 .049 -.025 .051 -.333 -.148
Correlation

Sig. (2-tailed) .945 .669 .225 .618 .026 .797 .897 .791 .072 .435

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p25 Pearson
1 -.091 -.156 -.176 -.110 -.268 .087 -.257 .047 -.245
Correlation

Sig. (2-tailed) .633 .411 .352 .563 .152 .649 .170 .806 .193

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p26 Pearson *
-.091 1 .031 -.102 -.128 .223 .371 -.074 .221 .317
Correlation

Sig. (2-tailed) .633 .872 .591 .500 .236 .043 .698 .240 .088

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p27 Pearson
-.156 .031 1 .149 -.010 .208 .084 .300 -.091 .311
Correlation

Sig. (2-tailed) .411 .872 .431 .956 .271 .661 .108 .631 .095

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p28 Pearson
-.176 -.102 .149 1 .188 -.035 .129 .113 .183 .261
Correlation

Sig. (2-tailed) .352 .591 .431 .320 .856 .496 .553 .333 .163

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p29 Pearson **
-.110 -.128 -.010 .188 1 .055 .066 .179 .334 .540
Correlation

Sig. (2-tailed) .563 .500 .956 .320 .772 .730 .344 .071 .002

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p30 Pearson
-.268 .223 .208 -.035 .055 1 .126 .172 .012 .262
Correlation

Sig. (2-tailed) .152 .236 .271 .856 .772 .508 .364 .948 .162

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
p31 Pearson * ** **
.087 .371 .084 .129 .066 .126 1 .160 .491 .694
Correlation

Sig. (2-tailed) .649 .043 .661 .496 .730 .508 .398 .006 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p32 Pearson **
-.257 -.074 .300 .113 .179 .172 .160 1 .184 .497
Correlation

Sig. (2-tailed) .170 .698 .108 .553 .344 .364 .398 .329 .005

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

p33 Pearson ** **
.047 .221 -.091 .183 .334 .012 .491 .184 1 .632
Correlation

Sig. (2-tailed) .806 .240 .631 .333 .071 .948 .006 .329 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Tota Pearson ** ** ** **
-.245 .317 .311 .261 .540 .262 .694 .497 .632 1
l Correlation

Sig. (2-tailed) .193 .088 .095 .163 .002 .162 .000 .005 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

a
Excluded 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.842 33

Vous aimerez peut-être aussi