Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
KESELAMATAN KERJA
KELOMPOK B.1
dr. Ilmah
dr. Melisia
dr. Mario
dr. Nancy
A. Latar Belakang
Keselamatan kerja telah menjadi perhatian dikalangan pemerintah dan bisnis sejak
lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja
karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin tersedianya fasilitas
keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.05/MEN/1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) merupakan bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan
yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggungjawab, pelaksanaan, prosedur,
proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,
pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka
pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja
yang aman, efisien, dan produktif.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau K3 merupakan hal yang tidak terpisahkan
dalam sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia. Keselamatan dan kesehatan kerja
tidak saja sangat penting dalam meningkatkan jaminan sosial dan kesejahteraan para
pekerjanya akan tetapi jauh dari itu keselamatan dan kesehatan kerja berdampak positif atas
keberlanjutan produktivitas kerjanya. Oleh sebab itu isu keselamatan dan kesehatan kerja
pada saat ini bukan sekedar kewajiban yang harus diperhatikan oleh para pekerja, akan
tetapi juga harus dipenuhi oleh sebuah sistem pekerjaan. Dengan kata lain pada saat ini
keselamatan dan kesehatan kerja bukan semata sebagai kewajiban, akan tetapi sudah
menjadi kebutuhan bagi setiap para pekerja dan bagi setiap bentuk kegiatan pekerjaan.
Sistem manajemen K3 wajib diterapkan oleh setiap perusahaan yang
mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih, serta perusahaan yang
mempunyai potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan yang
dapat mengakibatkan kecelakaan seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit
akibat kerja.
PT Martina Berto Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang kosmetik dan
obat tradisional (jamu) berskala internasional yang juga tidak lepas dari faktor dan potensi
bahaya dari setiap proses produksinya yang menggunakan bahan dan peralatan berteknologi
tinggi. Dengan kondisi ini sudah selayaknya PT Martina Berto Tbk menerapkan Sistem
Manajeman K3 (SMK3) dalam menjalankan kegiatan di perusahaan sebagai salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
B. Tujuan Kunjungan
Tujuan kunjungan ke PT Torishima Guna, antara lain :
C. Profil Perusahaan
Nama perusahaan : PT Torishima Guna Engineering
Alamat : JalanSelayar II Blok H-12, Kawasan Industri MM2100
Telajung - Cikarang Barat, Bekasi, 17845, Jawa Barat, Indonesia.
Jumlah karyawan : 50 orang
Asuransi : BPJS
Jenis Usaha : Manufacturing and Sevices
Visi
PT Torishima Guna Engineering percaya bahwa Asia adalah wilayah masa depan, dan
PT Torishima Guna Engineeringadalah perusahaan yang diarahkan menuju visi tersebut.
PT TorishimaGunaEngineering, sebagai produsen dan pabrik, menerapkan teknologi beserta
keunggulannya di pasar global.
PT Torishima Guna Engineering berkomitmen untuk mengambil langkah-langkah
dalam membangun lingkungan yang lebih bersih. Fokus utama PT Torishima Guna adalah
menuju merancang dan membangun sistem perlindungan lingkungan dan fasilitasnya, yang akan
berkontribusi dalam menciptakan keseimbangan alam sehingga meningkatkan kualitas hidup
manusia.
Misi
Sertifikat
PT Torishima Guna Engineering telah disertifikasi oleh ISO 9001 , ISO
14001 dan OHSAS 18001 dan untuk mendukung bisnis kami di industri Oil & Gas
Untuk mendukung Peraturan Pemerintah tentang memprioritaskan bahan
lokal untuk produk lokal, PT Torishima Guna Engineering telah mencapai sertifikasi
TKDN (Tingkat Kandungan Lokal Dalam Negeri) dari Departemen Industri dan
sertifikasi SKUP (Surat Kemampuan Usaha Penunjang Migas) .
BAB II
TINJAUAN TEORI
Keselamatan kerja menurut PP no.50/ 2012 adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja.
Menurut Suma’mur (2001, p.104), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk
menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di
perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Simanjuntak (1994), Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas
dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi
bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja .
Mathis dan Jackson (2002, p. 245), menyatakan bahwa Keselamatan adalah merujuk pada
perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait dengan
pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi
secara umum.
B. Tujuan Keselamatan Kerja
Pentingnya keselamatan kerja tidak hanya untuk para pekerja tetapi juga untuk sebuah
perusahaan. Jika perusahaan dapat menurunkan angka kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja,
atau penyakit yang berhubungan dengan kerja maka perusahaan akan semakin efektif.
Keselamatan kerja merupakan hak para pekerja karena diatur dalam UU No. 1 Tahun 1970 yang
secara garis besar adalah untuk melindungi para pekerja dan orang lain di tempat kerja,
menjamin agar setiap sumber produksi dapat dipakai secara aman dan efisien, dan untuk
menjamin proses produksi berjalan lancar. Secara lebih terperinci di sebutkan dalam UU No. 1
Tahun 1970 Bab III Pasal 3 yaitu untuk :
Terdapat beberapa faktor penyebab kecelakaan kerja, antara lain : penyebab langsung
kecelakaan kerja, penyebab tidak langsung kecelakaan kerja dan penyebab dasar kecelakaan
kerja.
1. Termasuk dalam faktor penyebab langsung kecelakaan kerja ialah kondisi tidak
aman/berbahaya (unsafe condition) dan tindakan tidak aman/berbahaya (unsafe
action).
Kondisi tidak aman (unsafe condition), antara lain :
- Tidak dipasang (terpasangnya) pengaman (safeguard) pada bagian mesin yang
berputar, tajam ataupun panas
- Terdapat instalasi kabel listrik yang kurang standar (isolasi terkelupas, tidak
rapi)
- Alat kerja/ mesin/ kendaraan yang kurang layak pakai
- Bising yang ditimbulkan oleh alat kerja/ mesin/ kendaraan
- Suasana kerja yang tidak nyaman karena udara panas
- Tidak terdapat label pada kemasan bahan (material) berbahaya, dll.
Termasuk dalam tindakan tidak aman (unsafe action,) antara lain :
- Kecerobohan
- Meninggalkan prosedur kerja
- Tidak menggunakan alat pelindung diri (APD)
- Bekerja tanpa perintah
- Mengabaikan instruksi kerja
- Tidak mematuhi rambu-rambu di tempat kerja
- Tidak melaporkan adanya kerusakan alat/mesin ataupun APD
- Tidak mengurus izin kerja berbahaya sebelum memulai pekerjaan
dengan resiko/bahaya tinggi.
2. Termasuk dalam faktor penyebab tidak langsung kecelakaan kerja ialah faktor
pekerjaan dan faktor pribadi.
Termasuk dalam faktor pekerjaan, antara lain :
- Pekerjaan tidak sesuai dengan tenaga kerja
- Pekerjaan tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya
- Pekerjaan beresiko tinggi namun belum ada upaya pengendalian di dalamnya,
beban kerja yang tidak sesuai, dll.
Termasuk dalam faktor pribadi, antara lain : Mental/kepribadian tenaga kerja
tidak sesuai dengan pekerjaan, konflik, stress, keahlian yang tidak sesuai.
3. Termasuk dalam faktor penyebab dasar kecelakaan kerja ialah lemahnya manajemen
dan pengendalian, kurangnya sarana dan prasarana, kurangnya sumber daya,
kurangnya komitmen, dll.
Menurut teori efek domino H.W Heinrich juga bahwa kontribusi terbesar penyebab
kasus kecelakaan kerja adalah berasal dari faktor kelalaian manusia yaitu sebesar 88%.
Sedangkan 10% lainnya adalah dari faktor ketidaklayakan mesin/ aset/ barang dan 2% faktor
lain-lain. Gambar di bawah ialah ilustrasi dari teori domino effect kecelakaan kerja H.W.
Heinrich.
Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja menurut teori efek domino H.W Heinrich
Penyebab
Penyebab Penyebab Kecelakaan
Tidak
Dasar Langsung Kerja
Langsung
• Kurangnya • Faktor • Tindakan tidak • Kontak dengan
prosedur/ pekerjaan aman (Unsafe sumber bahaya
aturan • Faktor personal Action) • Kegagalan
• Kurangnya • Kondisi tidak fungsi
sarana aman (Unsafe
• Kurangnya Condition)
kesadaran
• Kurangnya
kepatuhan
1. Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja yang didalamnya
melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya akibat kerja dan usaha yang
dikerjakan.
2. Aspek perlindungan hiperkes meliputi :
a) Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian
b) peralatan dan bahan yang dipergunakan
c) Faktor-faktor lingkungan fisik, biologi, kimiawi maupun social
d) Proses produksi
e) Karakteristik dan sifat pekerja
f) Teknologi dan metodologi kerja
3. Penerapan hiperkes dilaksanakan dilaksanakan secara holistik sejak perencanaan hingga
perolehan hasil dari kegiatan industry barang maupun jasa
4. Semua pihak yang terlibat dalam proses industry / perusahaan ikut bertanggung jawab
atas keberhasilan usaha hiperkes
Penggunaan alat pelindung diri (APD) merupakan upaya pengendalian yang banyak
digunakan di industri-industri, namun tidak sedikit industri-industri yang belum menggunakan
alat pelindung diri sebagai salah satu pengendalian bahaya di tempat kerja.
1. Definisi Alat Pelindung Diri
Seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh atau
sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya atau kecelakaan kerja.
APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi tenaga kerja apabila usaha
rekayasa (engineering) dan administratif tidak dapat dilakukan dengan baik. Namun
pemakaian APD bukanlah pengganti dari kedua usaha tersebut, namun sebagai usaha
akhir.
Pakaian Pelindung
Berdasarkan jenis bahayanya pakaian pelindung terdiri atas :
- Flame resistant catton atau duck
Untuk bahaya panas atau percikan api yang sedang.
- Special flame- resistant and heat resistant synthetic fabrics
Untuk memadamkan api atau untuk pekerjaan-pekerjaan disekeliling api yang
terbuka.
- Rubber, neoprene, vinyl or other protective material
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang basah atau menanggulangi asam, korosi dan zat-
zat kimia.
Sabuk Pengaman
Berguna untuk melindungi tubuh dari kemungkinan terjatuh, biasanya digunakan
pada pekerjaan konstruksi dan memanjat serta tempat tertutup atau boiler. Harus dapat
menahan beban sebesar 80 Kg. Jenis penggantung unifilar penggantung berbentuk U.
Gabungan penggantung unifilar dan bentuk U, ada beberapa macam safety harness yaitu
penunjang dada (chest harness), penunjang dada dan punggung (chest waist harness),
penunjang seluruh tubuh (full body harness).
Pemeliharaan APD
Secara umum pemeliharaan APD dapat dilakukan antara lain dengan :
- Menyimpan dengan benar alat pelindung diri
- Mencuci dengan air sabun, kemudian dibilas dengan air secukupnya. Terutama
untuk helm, kaca mata, sepatu kerja, pakaian kerja, sarung tangan kain/kulit/karet.
- Menjemur Di bawah sinar matahari untuk menghilangkan bau, terutama pada
sepatu dan helm.
Penyimpanan APD
Untuk menjaga daya guna dari APD, hendaknya disimpan ditempat khusus
sehingga terbebas dari debu, kotoran, gas beracun, dan gigitan serangga/binatang. Tempat
tersebut hendaknya kering dan mudah dalam pengambilannya
HASIL PENGAMATAN
Yang harus diperhatikan pada rencana keadaan darurat antara lain : orang yang
bertanggung jawab pada setiap keadaan darurat, tindakan untuk keadaan darurat, data dan
informasi tentang bahan-bahan berbahaya, dan rencana pelatihan keadaan darurat.
Perusahaan sudah memiliki P2K3 yang bertanggung jawab dalam keselamatan dan
kesehatan kerja. Sudah ditetapkan orang-orang yang bertanggung jawab dalam keadaan darurat
dan rencana alur evakuasi bila terjadi bencana , namun belum ada sosialisasi mengenai nama
serta nomor telepon penting yang wajib dihubungi dalam keadaan darurat. Selain itu perusahaan
memiliki kendala dalam upaya penanganan pertama seperti tidak adanya dokter on site yang
siaga dalam jam kerja namun dalam masalah ini perusahaan telah bekerja sama dengan beberapa
rumah sakit sebagai upaya rujukan dalam menanggulangi keselamatan dan memelihara
kesehatan para karyawannya.
Perusahaan sudah memiliki rencana alur evakuasi untuk di bagian workshop yang
ditempel di papan pengumuman namun pada tidak ditemukan adanya tanda arah jalur evakuasi
pada jalur evakuasi.
Di ruangan kantor juga terdapat smoke detector serta water sprinkle yang berada pada
seluruh ruangan. Smoke detector adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini adanya
kebakaran,agar kebakaran tidak mudah berkembang menjadi lebih besar. Sedangkan sistem
sprinkle akan bekerjajika segelnya pecah akibat adanya panas dari api kebakaran. Dengan
terdeteksinya kebakaran, maka upaya untuk mematikan api dapat segera dilakuksn, sehingga
dapat memiminimalisasi kerugian sejak awal.
Dilakukan pelatihan tanggap darurat berkala, dan latihan bahaya kebakaran yang bekerja
sama dengan pemadam kebakaran.
B. Instalasi Listrik
Secara umum, instalasi listrik pada pabrik sudah baik. Pada bagian workshop terdapat
beberapa kabel yang dilindungioleh pipa pelindung kabel serta melekat rapi pada dinding
workshop dan pada bagian workshop terdapat beberapa sambungan kabel yang berserakan pada
lantai sehingga dapat menyebabkan pekerja tersandung hingga terjatuh atau lilitan2 beberapa
kabel dapat menimbulkan korsleting listrik. Pada ruangan kantor juga ditemukan beberapa kabel
yang terlilit tidak rapih pada lantai yang juga dapat menimbulkan kecelakaan bagi pekerjanya.
C. Struktur Konstruksi
PT. Torishima Guna adalah perusahaan yang bergerak dibidang pembuatan pompa dan
service pompa. PT Torishima Guna memiliki tiga titik lokasi pertama kantor utama terdapat di
Rawa Sumur Timur, kemudian. Manufacturer and Foundry terdapat di Pulo Ayang, dan yang
terakhir Turbomachinery Services Workshop terdapat di Cikarang Barat. Dan untuk
kunjungan kali ini kita diberikan kesempatan ke kawasan Turbomachinery Services
Workshop.
PT. Torishima Guna tediri dari beberapa gedung yang berfungsi sebagai pusat kantor, dan
tempat service.
Terdapat akses pada ruang kerja dan antar gedung yang cukup baik.
Penerangan pada ruang kerja cukup baik.
Kondisi lantai ruang service berupa semen, tidak licin, tidak retak dan pada kantor utama
terdapat keramik.
Terdapat garis-garis kuning pembantas untuk membagi area-area pengerjaan. agar tidak
berantakan
Dinding ruang produksi berwarna putih cerah sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan RI no. 26/Menkes/SK/II/1998.
Untuk sanitasi terdapat WC (toilet) dan tempat cuci tangan tersedia. Untuk WC laki-laki
agak kotor.
Kebersihan, kerapihan, tata ruang tidak berantakan dan tidak merintangi akses lalu lalang.
Sekeliling perusahaan tedapat kurang lebih 3 hidrant untuk pertolongan pada kebakaran
Terdapat sebuah kotak P3K yang lumayan lengkap.
Di sekeliling perusahaan tepatnya sepanjang genteng teras dipasang jaring pengaman
untuk menghindari jatuhnya genteng saat terjadi hujan atau angin kencang.
D. Kecelakaan Kerja
Seluruh tenaga kerja diberikan safety induction terlebih dahulu oleh P2K3 sebelum
memulai pekerjaan masing-masing. Safety induction yang diberikan berupa cara penggunaan
mesin dan pemakaian alat pelindung diri. Seluruh pekerja juga diwajibkan mengikuti
pelatihan mengenai area-area bahaya dan sumber potensi bahaya, sebagai contoh kebakaran.
Angka kecelakaan kerja yang terjadi termasuk dalam kecenderungan kecil karena
prosedur aturan kerja, sarana yang tersedia, dan kesadaran serta kepatuhan para pekerja sudah
cukup baik. Penerapan hiperkes dilakukan secara menyeluruh baik dari aspek pekerja,
kegiatan industri, ataupun pengawasan industri, sehingga kecelakaan kerja dapat
diminimalisasikan.
Pekerja lalai dalam menerapkan penggunaan APD, misalnya pada penggunaan alat
pelindung kepala yakni helm pengaman (safety helmet). Dimana pekerja tersebut tidak
menggunakan helm pengaman saat bekerja. Sehingga bagian kepala tampak tidak terlindungi
dari benturan, terantuk, kejatuhan atau terpukul benda tajam dan keras yang meluncur dari udara,
serta terpapar oleh radiasi panas, api, dll.
Pembahasan terkait landasan kerja maupun SOP kerja tidak memungkinkan untuk
dilampirkan dalam laporan ini, dikarenakan keterbatasan data yang diperoleh.
Sebagai salah satu upaya pelaksanaan program K3,dalam hal ini adalah pelayanan kuratif
untuk seluruh tenaga kerja,tetapi disini PT. Torishima Guna belum menyediakan poliklinik untuk
para pekerja.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Keselamatan kerja para tenaga kerja merupakan salah satu hal penting yang harus
diperhatikan. Upaya keselamatan kerja dapat dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada.
Pelaksanaan upaya keselamatan kerja tersebut membutuhkan partisipasi setiap individu tenaga
kerja dengan pengawasan yang serius. Identifikasi potensi bahaya harus dilakukan secara berkala
diiringi dengan maksimalisasi fasilitas pencegahan dan penanggulangannya.
Saran
Sosialisasi mengenai nama serta nomor telepon penting yang wajib dihubungi dalam
keadaan darurat.
Menyediakan tenaga medis/ paramedic yang terlatih untuk menangani kecelakaan kerja
Menyediakan tanda arah jalur evakuasi
Petunjuk pemakaian ALPAR sebaiknya diletakkan di dekat alat tersebut
Lebih memperhatikan instalasi listrik baik berupa kabel-kabel yang tidak tertata baik
maupun kabel yang sudah tidak terlindungi lapisan karet
Lebih memperhatikan sanitasi toilet perempuan maupun laki-laki
Penggunaan Alat Pelindung Diri harus sesuai dengan peringatan bahaya yang terdapat di
lingkungan kerja. Masih tampak adanya pekerja yang tidak menggunakan safety helmet
saat bekerja
Sebaiknya disediakan poliklinik untuk para pekerja
Pertahankan program-program rutin yang ada