Vous êtes sur la page 1sur 4

 Berharga negatif berarti menunjukkan

ANALISA PRESSURE BUILD UP TEST adanya perbaikan (stimulated) yang


biasanya terjadi setelah dilakukan
 PRESSURE BUILD UP TEST (PBU) adalah pengasaman (acidizing) atau suatu
suatu teknik pengujian yang dilakukan perekahan hidrolik.
pertama-tama dengan memproduksikan
sumur selama selang waktu tertentu  Sedangakan adanya hambatan aliran yang
dengan laju aliran yang tetap, kemudian terjadi pada formasi produktif akibat
menutup sumur tersebut dengan menutup adanya skin efek biasanya diterjemahkan
kepala sumur di permukaan. kepada besarnya penurunan tekanan, Ps
yang ditentukan menggunakan persamaan :
 Penutupan sumur ini menyebabkan naiknya
tekanan yang dicatat sebagai fungsi dari  Ps = 0,87 m. S
waktu.

TUJUAN ANALISA  Sehingga besarnya produktifitas formasi (PI)


dan atau flow efisiensi (FE) berdasarkan
Berdasarkan data tekanan yang didapat dari hasil analisa pressure build up test ini dapat
analisa ditentukan menggunakan persamaan
PBU, maka dapat ditentukan : TAHAPAN ANALISA

 Permeabilitas formasi Tahapan atau langkah-langkah untuk melakukan


analisa
 Adanya karakteristik perbaikan atau
kerusakan formasi pressure buildup test berdasarkan Metode Horner
adalah
 Menentukan produktifitas formasi
sebagai berikut :
 Menentukan tekanan statis dan tekanan
rata-rata reservoir  Berdasarkan data-data PBU buat tabulasi
yang menghubungkan harga Pws terhadap
 Dasar analisa PBU diajukan oleh Horner
Horner time (tp + t/ t)
yang pada prinsipnya adalah memplot
tekanan terhadap suatu fungsi waktu
 Plot harga-harga Pws versus (tp + t/ t)
berdasarkan suatu prinsip yang dikenal
pada grafik semilog
dengan superposisi.
 Buat garis ekstrapolasi berdasarkan plot
 Berdasarkan prinsip superposisi tersebut,
harga tersebut (langkah b) sampai harga (tp
maka sumur-sumur diproduksi dengan laju
+ t/ t) = 1, maka didapat harga tekanan
aliran tetap selama waktu “tp”, kemudian
statis reservoir (P*)
sumur ditutup selama waktu “t”, sehingga
didapat bentuk umum persamaannya  Tentukan besarnya slope (m) pada bagian
adalah garis yang lurus grafik tersebut

HARGA “S” (SKIN) :  Tentukan besarnya permeabilitas (k)

 Berharga positif berarti ada kerusakan  Tentukan besarnya harga P1jam yang
(damaged) yang pada umumnya diambil pada bagian garis ekstrapolasi
dikarenakan adanya filtrat lumpur
pemboran yang meresap ke dalam formasi  Tentukan skin faktor menggunakan
atau endapan lumpur (mud cake) di persamaan 3 dan berdasarkan harga skin
sekeliling lubang bor pada formasi produktif tersebut tentukan apa yang terjadi pada
yang kita amati. formasi produktif yang diamati

 Tentukan produktifitas formasi (PI)

1
 Tentukan flow efisiensi (FE) • Untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan
stimulasi
 Tentukan besarnya radius of investigation
(ri) • Membantu dalam mengenali ulah laku
reservoir
 Buat analisa dari hasil-hasil yang didapat
• Pada pengetesan di reservoir gas yang
Ada beberapa metode yang digunakan untuk benar-benar tight, test isochronal menjadi
kurang praktis, karena sangat sulit untuk
menganalisa data pressure build-up, antara lain :
mencapai tekanan statis yang stabil dari
 Metode Horner reservoir sebelum perioda pembukaan yang
pertama dan selama periode penutupan
 Metode Miller Dyes dan Hutchinson berikutnya.

 Metode Muskat TEST MODIFIED ISOCHRONAL

 Type Curve Method • Pada tahun 1959, Katz menyarankan suatu


modifikasi terhadap test isochronal. Katz
PRESSURE DRAWDOWN menyarankan bahwa baik pada periode
penutupan maupun periode pembukaan
 PRESSURE DRAWDOWN (PDD) adalah
untuk tiap test –test dilakukan dalam
suatu pengujian yang dilaksanakan dengan
jangka waktu yang sama.
jalan membuka sumur dan
mempertahankan laju produksi tetap ISOCHRONAL TEST
selama pengujian berlangsung. Adapun
sebagai syarat awal sebelum pembukaan
sumur tersebut adalah hendaknya tekanan
seragam di seluruh reservoir yaitu dengan
menutup sumur sementara waktu agar
dicapai keseragaman tekanan di
reservoirnya.

ISOCHRONAL TEST

• Test isochronal adalah suatu cara untuk


menentukan kapasitas produksi dari suatu
MODIFIED ISOCHRONAL TEST
sumur gas pada setiap tekanan dasar sumur
dan tekanan formasi. Berdasarkan test
isochronal ini dapat ditentukan Absolute
Open Flow Potential (AOFP) yaitu kapasitas
produksi teoritis bila tekanan dasar sumur
didepan lubang perforasi diturunkan sampai
nol psia

Kegunaan data test isochronal, antara lain :

• Untuk menentukan apakah sumur


menguntungkan atau tidak untuk diproduksi
• Uji deliverability sumur-sumur gas bertujuan
• Untuk menentukan kapasitas produksi gas menentukan kemampuan sumur
yang diijinkan memproduksikan gas pada berbagai
tekanan alir dasar sumur.
• Untuk menentukan jarak sumur satu
dengan sumur lainnya dalam
pengembangan lapangan

2
• Hubungan antara tekanan alir dasar sumur • Plot titik stabil
dan laju produksi gas dapat dinyatakan
dengan persamaan berikut : • Tarik garis deliveribility yang stabil,
sejajar garis yang sudah diplot
• qg = C (Ps2 – Pwf2)n
• Tentukan harga “performance
• Sesuai dengan persamaan tersebut hasil factor” C
plot antara qg terhadap (Ps2 = Pwf2) pada
kertas grafik log-log akan menghasilkan • Tentukan haga AOFP (Absolute
garis yang linier Open Flow Potential)

• Harga n menunjukkan derajat turbulensi, • Plot P2-Pwf2 vs Qg pada kertas grafik log-log
yang berharga antara 0.5 (aliran turbulen
• Tarik garis lurus melalui titik-titik isochronal
sempurna). dan 1.0 (aliran laminar
sempurna). • Kemiringan 1/n

• Harga C berubah sesuai dengan waktu uji, • Plot titik stabil dan tarik garis melalui titik
Untuk waktu uji yang pendek diperoleh tersebut dan sejajar dengan garis yang
harga C yang tinggi. Harga C ini menurun sudah diplot
dengan makin lamanya waktu uji dan
akhirnya konstan setelah waktu stabil • Hitung harga c = q gas yang stabil/ (P2-Pwf2)n
tercapai.
• Hitung harga AOFP = c (P2-Pwf2)n = 8,25
• Dapat disimpulkan bahwa hal utama yang MMSCFD
perlu dilakukan dalam perencanaan uji
deliverability ini adalah menentukan waktu Decline curve Analysis
stabil
Metode Loss Ratio:
• Tercapainya keadaan stabil dapat pula
Loss Ratio (a) didefinisikan sebagai laju produksi pada
diperkirakan dengan menggunakan "rule-of
akhir periode waktu produksi dibagi dengan
thumb", yaitu berdasarkan perbedaan
kehilangan produksi (loss) selama periode tersebut.
tekanan, tidak melebihi 1 psi dalam waktu
Loss ratio merupakan fungsi invers dari rate of
30 menit
decline. Definisi dari rate of decline (D) adalah
• Untuk uji Modified Isochronal di mana perubahan dalam laju relatif dari produksi per unit
waktu stabil tidak diperlukan, perencanaan waktu, tanda (-) menunjukkan arah slope yang
waktu alir harus mempertimbangkan dua dihadirkan plot antara laju produksi dan waktu dari
hal berikut ini : kurva logaritma. Eksponen decline (b) adalah fungsi
turunan pertama dari loss ratio. Persamaan Loss
– Waktu dimana wellbore storage Ratio (a) yaitu
masih berpengaruh
Exponent Decline
– Waktu uji alir yang cukup lama
sehingga jari-jari investigasi sejauh 1. Metode Loss Ratio
100 ft dapat tercapai
Langkah-langkah perhitungan eksponen decline (b)
Prosedur Analisa Data Test Isochronal dengan metode loss ratio adalah sebagai berikut :

• Persiapan Data 1. Membuat tabulasi yang meliputi: nomor, waktu (t),


Δt, q (laju alir), Δq, a (loss ratio), Δa, dan b.
• Plot P2-Pwf2 pada kertas log-log
2. Untuk kolom Δt (time), persamaannya : Δt = t0 - t1
• Tarik garis melalui titik-titik isochronal
3. Untuk kolom Δq (bbl/time), persamaannya : Δqn =
• Hitung kemiringan 1/n q0 – q1

3
4. Untuk kolom a (loss ratio), persamaannya : an = -  Pada b = 1, hitung q forecast : qn = qi (1
+ Di.t)-1
5. Untuk kolom Δa, persamaannya : Δan = a2 - a1
Dimana untuk harga qi = harga qactual, harga Di didapat
6. Untuk kolom b, persamaannya : bn = dari langkah 3 dan harga dari t = Δt.

7. Mengulangi prosedur perhitungan pada langkah 3 5. Hitung X2 (selisih antara q actual dengan q forecast)
sampai langkah 6 untuk menghitung data-data menggunakan rumus Chi-Square Test, seperti
selanjutnya. persamaan dibawah ini:
( fi  Fi) 2
8. Kemudian untuk penentuan jenis kurva decline X2n 
berdasarkan nilai b yaitu : Fi
Keterangan : fi = data laju produksi observasi

b
b (aktual), bbl/time.

Jumlah data Fi = data laju produksi forecast (perkiraan),


bbl/time.
2. Metode Trial Error and X2 Chisquare-Test
6. Mengulangi prosedur perhitungan pada langkah 3
Metode X2-Chisquare Test yaitu memperkirakan
sampai langkah untuk menghitung data-data
harga q pada asumsi berbagai macam harga b, dan
selanjutnya.
kemudian menentukan selisih terkecil dari qactual
dengan qforecast yang sudah dihitung sebelumnya. 7. Menentukan Σ harga X2 yang paling kecil. Harga Σ
X2 yang paling kecil menunjukkan kurva yang paling
Prosedur perhitungannya sebagai berikut :
fit untuk mewakili titik-titik data yang sedang
1. Buat tabulasi yang meliputi: nomor, waktu dianalisa dengan harga :
(t), q actual, kemudian q forecast serta Di dengan
 Exponential Decline : b=0
berbagai harga b, dan terakhir X2 (selisih
antara q actual dengan q forecast).  Hyperbolic Decline : 0<b<1

2. Asumsikan harga b mulai 0 sampai 1 (b = 0  Harmonic Decline : b =1


untuk exponential, b = 0<b<1 untuk
hyperbolic, b = 1 untuk harmonic).

3. Hitung Di dengan perumpamaan :

Pada b = 0, Di = q 
ln  i 
 qt 
tt
Pada b = 0<b<1, (q /q ) b  1
Di  i t
b tt
 qi 
 Pada b = 1, Di =    1
 qt 
tt
4. Hitung q forecast yaitu :

 Pada b = 0, hitung q forecast : qn = qi e-Di.t

 Pada b = 0<b<1, hitung q forecast : qn = qi


(1+b Di.t)-1/b

Vous aimerez peut-être aussi