Vous êtes sur la page 1sur 11

BAB II

PEMBAHASAN

A. Anatomi Dan Fisiologi Kulit


Kulit adalah suatu pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari
pengaruh lingkungan, kulit juga merupakan alat tubuh terberat dan terluas
ukurannya yaitu 15% dari berat tubuh manusia, rata rata tebal kulit 1-2 mm, kulit
terbagi atas 3 lapisan pokok yaitu, epidermis, dermis dan subkutan atau subkutis.
Tikus putih (Rattus novergicus) memiliki struktur kulit dan homeostatis yang
serupa dengan manusia (Wibisono, 2008).

Gambar . Anatomi kulit (Dikutip dari: surabayaplasticsurgery, 2008)

1. Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Tebal epidermis berbeda-
beda pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidemis hanya 5% dari seluruh
ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu. Epidermis terdiri atas lima
lapisan yaitu:
a. Stratum basal
Lapisan basal atau germinativum, disebut stratum basal karena sel-selnya terletak
dibagian basal. Stratum germinativum menggantikan sel-sel di atasnya dan
merupakan sel-sel induk.
a. Stratum spinosum
Lapisan ini merupakan lapisan yang paling tebal dan dapat mencapai 0,2 mm
terdiri dari 5-8 lapisan.
b. Stratum granulosum
Stratum ini terdiri dari sel–sel pipih seperti kumparan. Sel–sel tersebut hanya
terdapat 2-3 lapis yang sejajar dengan permukaan kulit.
c. Stratum lusidum
Langsung dibawah lapisan korneum, terdapat sel-sel gepeng tanpa inti dengan
protoplasma.
d. Stratum korneum
Stratum korneum memiliki sel yang sudah mati, tidak mempunyai inti sel dan
mengandung zat keratin.

2. Dermis
Dermis merupakan bagian yang paling penting dikulit yang sering dianggap sebagai
“True Skin”. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan
menghubungkan nya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal
pada telapak kaki sekitar 3 mm.
Dermis terdiri atas 2 lapisan:
- Lapisan papiler; tipis, mengandung jaringan ikat jarang
- Lapisan retikuler; tebal, terdiri dari jaringan ikat padat
Serabut- serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan
bertambahnya usia. Serabut elastic jumlahnya terus meningkat dan menebal,
kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai dewasa.
Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar dan srabut elastin
berkurang menyebabkan kulit kehilangan kelemasannya dan tampak mempunyai
banyak keriput. Dermis mempunyai banyak pembuluh darah.

3. Subkutis
Subkutis terdiri dari kumpulan sel lemak dan di antara gerombolan ini berjalan
serabut jaringan ikat dermis. Sel-sel lemak ini bentuknya bulat dengan inti yang
terdesak kepinggir, sehingga membentuk seperti cincin. Lapisan lemak disebut
penikulus adiposus yang tebalnya tidak sama pada setiap tempat.
Fungsi penikulus adiposus adalah sebagai shock braker atau pegas bila terdapat
tekanan trauma mekanis pada kulit, isolator panas atau untuk mempertahankan suhu,
penimbunan kalori, dan tambahan untuk kecantikan tubuh. Dibawah subkutis terdapat
selaput otot kemudian baru terdapat otot. Vaskularisasi kulit diatur oleh dua pleksus,
yaitu pleksus yang terletak dibagian atas dermis (pleksus superficial) dan yang
terletak di subkutis (pleksus profunda). Pleksus yang terdapat pada dermis bagian atas
mengadakan anastomosis di papil dermis, sedangkan pleksus yang di subkutis dan di
pars retikular juga mengadakan anastomosis, dibagian ini pembuluh darah berukuran
lebih besar. Bergandengan dengan pembuluh darah terdapat saluran getah bening
(Djuanda, 2003).

Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis


tubuh. Fungsi-fungsi tersebut yaitu:
a. Sebagai Pelindung tubuh dari berbagai ancaman
Dengan adanya kulit yang menjadi bagian terluar tubuh, maka tubuh kita dapat
terlindung dari berbagai macam ancaman seperti mikroorganisme yang berbahaya,
sinar matahari, mengurangi kerusakan akibat terbentur, serta melindungi kontak
langsung dengan zat kimia.
b. Sebagai Indra Peraba
Pada kulit terdapat banyak ujung – ujung persarafan tubuh, oleh karena itu ketika
mendapat rangsangan, kita dapat merasakaanya melalui tubuh. Contohnya seperti
rangsangan sentuhan, panas, dingin, nyeri, dll.
c. Sebagai Alat Eksresi
Kulit merupakan tempat keluarnya keringat, keringat ini merupakan sisa
metabolisme yang terdiri atas berbagai unsur yang tidak dibutuhkan lagi oleh
tubuh. Kulit mengeluarkan sekitar 1 liter keringat dalam sehari, keringat tersebut
dikeluarkan dari pori – pori (rongga kecil pada permukaan kulit).
d. Sebagai Pengatur Suhu Tubuh
Kulit akan terus menjaga agar suhu tubuh tidak dipengaruhi oleh suhu lingkungan,
artinya tetap diusahakan suhu tubuh tidak berubah meskipun terjadi perubahan
suhu lingkungan. Proses ini dilakukan dengan menyeimbangkan antara
pengeluaran dan pemasukkan panas tubuh oleh kulit. Normalnya suhu tubuh
manusia 36,6 – 37,2 derajat celcius, dan suhu kulit lebih rendah sedikit dari suhu
tubuh.
e. Sebagai Penyimpan Lemak
Bagian bawah lapisan dermis kulit berperan sebagai tempat penyimpanan lemak.
Lemak disimpan dalam bentuk tetes-tetes lemak, dan lemak itu akan digunakan
apabila diperlukan, contohnya ketika dibutuhkan energi lebih, lemak akan
dijadikan energi karena juga berfungsi sebagai cadangan energi.
f. Sebagai Tempat Pembuatan Vitamin D
Pada Kulit terdapat provitamin D yang berasal dari makanan, dengan bantuan
sinar ultraviolet dari matahari, vitamin D tersebut akan diubah menjadi vitamin D.

B. Patologi
1. Definisi Luka Bakar
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan
sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ketubuh (flash),
terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan
listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn) (Moenajat,
2001).
2. Etiologi Luka Bakar
Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah:
a. Luka bakar suhu tinggi(Thermal Burn): gas, cairan, bahan padat
Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald) ,jilatan
api ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar atau
kontak dengan objek-objek panas lainnya(logam panas, dan lain-lain)
(Moenadjat, 2005).

b. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)


Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa
digunakan dalam bidang industri militer ataupu bahan pembersih yang sering
digunakan untuk keperluan rumah tangga (Moenadjat, 2005).

c. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)


Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan
ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki
resistensi paling rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh darah,
khusunya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke
distal. Sering kali kerusakan berada jauh dari lokasi kontak, baik kontak
dengan sumber arus maupun grown (Moenadjat, 2001).

d. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)


Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radio aktif.
Tipe injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif untuk
keperluan terapeutik dalam dunia kedokteran dan industri. Akibat terpapar
sinar matahari yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka bakar
radiasi (Moenadjat, 2001).

3. Derajat Luka Bakar


Kedalaman luka bakar ditentukan oleh tingginya suhu dan lamanya pajanan suhu
tinggi. Selain api yang langsung menjilat tubuh, baju yang terbakar juga
memperdalam luka bakar. Bahan baju yang paling aman adalah yang terbuat dari bulu
domba (wol). Bahan sintetis seperti nilon dan dakron, selain mudah terbakar juga
mudah lumer oleh suhu tinggi, lalu menjadi lengket sehingga memperdalam luka
bakar (Moenadjat,2003).
a. Luka bakar derajat I
Hanya mengenai epidermis dan biasanya sembuh dalam 5-7 hari, misalnya
tersengat matahari. Luka tampak seperti eritema dengan keluhan rasa nyeri atau
hipersensitifitas setempat (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005).

Gambar . Luka bakar derajat I (Atissalam, 2010).

b. Luka bakar derajat II


Mencapai kedalaman dermis, tetapi masih ada elemen epitel sehat yang tersisa.
Elemen epitel tersebut, misalnya sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar
keringat, dan pangkal rambut. Dengan adanya sisa sel epitel ini, luka dapat
sembuh sendiri 2 sampai 3 minggu. Gejala yang timbul adalah nyeri,
gelembung atau bula berisi cairan eksudat yang keluar dari pembuluh karena
permeabilitas dindingnya meninggi (Moenadjat, 2003).

Gambar . Luka bakar derajat II (Atissalam, 2010)

c. Luka bakar derajat III


Meliputi seluruh kedalaman kulit dan mungkin subkutis atau organ yang lebih
dalam. Tidak ada lagi elemen epitel hidup yang tersisa yang memungkinkan
penyembuhan dari dasar luka. Oleh karena itu untuk mendapatkan kesembuhan
harus dilakukan cangkok kulit. Kulit tampak pucat abu-abu, gelap atau hitam,
dengan permukaan lebih rendah dengan jaringan sekeliling yang masih sehat.
Tidak ada bula dan tidak terasa nyeri (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005).

Di Amerika, luka bakar adalah penyebab ketiga kematian akibat


kecelakaan setelah kecelakaan kendaraan bermotor dan senjata api. Setiap
tahun kira-kira 1,25 juta orang dengan luka bakar datang ke Instalasi Gawat
Darurat (IGD). Sebagian besar menderita luka bakar ringan dan mendapat
pertolongan pertama di IGD dan sisanya menderita luka bakar yang luas
sehingga perlu mendapat perawatan intensif di rumah sakit (Moenadjat, 2003).
Sebelum dilakukan manajemen terhadap luka bakar, pasien harus
dievaluasi secara tepat dan lengkap. Evaluasi ini meliputi jalan napas,
pertukaran udara dan stabilitas sirkulasi. Selain itu juga harus diketahui
mekanisme terjadinya luka bakar, ada tidaknya gangguan inhalasi, luka bakar
pada kornea dan intoksikasi karbon monoksida.

Beratnya luka bakar ditentukan dengan menilai derajat serta luas luka
bakar. Gawat darurat dan penatalaksanaan awal luka bakar merupakan bagian
terpenting dari perawatan keseluruhan, terutama bila lukanya luas dan
kemungkinan memerlukan pembedahan (Atissalam, 2010).

4. Patofisiologi luka bakar


Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena kondisi panas langsung atau
radiasi elektromagnetik. Sel-sel dapat menahan temperatur sampai 440C tanpa
kerusakan bermakna, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap drajat
kenaikan temperatur. Saraf dan pembuluh darah merupakan struktur yang kurang
tahan dengan konduksi panas. Kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan
intravaskuler keluar dari lumen pembuluh darah, dalam hal ini bukan hanya cairan
tetapi protein plasma dan elektrolit. Pada luka bakar ekstensif dengan perubahan
permeabilitas yang hampir menyelutruh, penimbunan jaringan masif di intersitial
menyebabakan kondisi hipovolemik. Volume cairan iuntravaskuler mengalami
defisit, timbul ketidak mampuan menyelenggarakan proses transportasi ke jaringan,
kondisi ini dikenal dengan syok (Moenajat, 2001).

Luka bakar juga dapat menyebabkan kematian yang disebabkan oleh kegagalan
organ multi sistem. Awal mula terjadi kegagalan organ multi sistem yaitu terjadinya
kerusakan kulit yang mengakibatkan peningkatan pembuluh darah kapiler,
peningkatan ekstrafasasi cairan (H2O, elektrolit dan protein), sehingga
mengakibatkan tekanan onkotik dan tekanan cairan intraseluler menurun, apabila hal
ini terjadi terus menerus dapat mengakibatkan hipopolemik dan hemokonsentrasi
yang mengakibatkan terjadinya gangguan perfusi jaringan. Apabila sudah terjadi
gangguan perkusi jaringan maka akan mengakibatkan gangguan sirkulasi makro yang
menyuplai sirkulasi orang organ organ penting seperti : otak, kardiovaskuler, hepar,
traktus gastrointestinal dan neurologi yang dapat mengakibatkan kegagalan organ
multi sistem.
5. Proses Penyembuhan Luka
a. Fase Inflamasi
Fase ini terjadi segera setelah luka dan berakhir 3–4 hari. Dua proses
utama terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan fagositosis. Hemostasis
(penghentian perdarahan) akibat vasokonstriksi pembuluh darah besar di daerah
luka, retraksi pembuluh darah, endapan fibrin (menghubungkan jaringan) dan
pembentukan bekuan darah di daerah luka. Scab (keropeng) juga dibentuk
dipermukaan luka. Scab membantu hemostasis dan mencegah kontaminasi luka
oleh mikroorganisme. Dibawah scab epithelial sel berpindah dari luka ke tepi. Sel
epitel membantu sebagai barier antara tubuh dengan lingkungan dan mencegah
masuknya mikroorganisme. Suplai darah yang meningkat ke jaringan membawa
bahan-bahan dan nutrisi yang diperlukan pada proses penyembuhan.
Pada akhirnya daerah luka tampak merah dan sedikit bengkak. Selama sel
berpindah lekosit (terutama neutropil) berpindah ke daerah interstitial. Tempat ini
ditempati oleh makrofag yang keluar dari monosit selama lebih kurang 24 jam
setelah cidera/luka. Makrofag ini menelan mikroorganisme dan sel debris melalui
proses yang disebut fagositosis. Makrofag juga mengeluarkan faktor angiogenesis
(AGF) yang merangsang pembentukan ujung epitel diakhir pembuluh darah.
Makrofag dan AGF bersama-sama mempercepat proses penyembuhan. Respon
inflamatori ini sangat penting bagi proses penyembuhan.
Respon segera setelah terjadi injuri akan terjadi pembekuan darah untuk
mencegah kehilangan darah. Karakteristik fase ini adalah tumor, rubor, dolor,
calor, functio laesa. Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi.

b. Fase Proliferatif
Fase kedua ini berlangsung dari hari ke–4 atau 5 sampai hari ke–21.
Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi fibroblas, sel inflamasi, pembuluh darah
yang baru, fibronectin and hyularonic acid.
Fibroblas (menghubungkan sel-sel jaringan) yang berpindah ke daerah
luka mulai 24 jam pertama setelah terjadi luka. Diawali dengan mensintesis
kolagen dan substansi dasar yang disebut proteoglikan kira-kira 5 hari setelah
terjadi luka. Kolagen adalah substansi protein yang menambah tegangan
permukaan dari luka. Jumlah kolagen yang meningkat menambah kekuatan
permukaan luka sehingga kecil kemungkinan luka terbuka. Kapilarisasi dan
epitelisasi tumbuh melintasi luka, meningkatkan aliran darah yang memberikan
oksigen dan nutrisi yang diperlukan bagi penyembuhan.

c. Fase Maturasi
Fase maturasi dimulai hari ke–21 dan berakhir 1–2 tahun. Fibroblas
terus mensintesis kolagen. Kolagen menyalin dirinya, menyatukan dalam
struktur yang lebih kuat. Bekas luka menjadi kecil, kehilangan elastisitas dan
meninggalkan garis putih. Dalam fase ini terdapat remodeling luka yang
merupakan hasil dari peningkatan jaringan kolagen, pemecahan kolagen yang
berlebih dan regresi vaskularitas luka. Terbentuknya kolagen yang baru yang
mengubah bentuk luka serta peningkatan kekuatan jaringan. Terbentuk jaringan
parut 50–80% sama kuatnya dengan jaringan sebelumnya. Kemudian terdapat
pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular dan vaskularisasi jaringan
yang mengalami perbaikan (Syamsulhidjayat, 2005).

Vous aimerez peut-être aussi