Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
1.0. PENDAHULUAN
1.1. Ringkasan Deskripsi Usaha dan / atau Kegiatan
Kegiatan pembangunan PLTU XXX 2x100 MW terdiri dari empat tahap yaitu pra-
konstruksi di lokasi selama 7 bulan, kontruksi ± 33 bulan, dan tahap operasi selama ± 25
tahun, dan akhirnya, setelah berakhirnya Perjanjian Pembelian Listrik (Power Purcase
Agreement) PLTU akan ditransfer ke PLN yang kemudian akan memiliki dan
mengoperasikan pembangkit listrik (pasca operasi). Tata letak pembangunan PLTU XXX
2x100 MW terdiri dari sebuah blok pembangkit listrik, jaringan transmisi 150 kV dan gardu
listrik, fasilitas penanganan dan penampungan batubara, fasilitas pengolahan air baku dan
air limbah, sertas fasilitas pendukung lainnya. Rincian peruntukan tata letak PLTU tertera
pada Tabel 1-1
Tabel 1.1 Luas Area PLTU XXX 2x100 MW
Peruntukan Luas Lahan (ha)
Laydown area 5
Macam-macam fasilitas 1
Bengkel 0,5
Ash disposal 6
Total 42
Pemasangan Pagar
Clearance
Menara akan dirancang untuk menahan beban horizontal dan vertikal yang mungkin
timbul dengan mempertimbangankan kondisi lokasi proyek.
Generator Turbin
Tipe Turbin : Condensing
Jumlah Turbin : 2 unit
Daya : 100 MW Net Power
Untuk meningkatkan efisiensi, PLTU akan menggunakan peralatan high pressure
turbine. Turbin juga dilengkapi dengan electrohydraulic governing system untuk
pengaturan aliran uap sesuai dengan beban. Sistem pelumasan turbin terdiri diri
tangki baja, pompa utama pelumasan yang dikompel dengan turbin, pompa pelumas
dengan penggerak motor, pompa pelumas DC untuk operasi darurat , pendingan
pelumas, dll. Turbin akan didukung oleh pondasi beton bertulang yang akan
dirancang untuk menahan beban statis dan dinamis yang disebabkan oleh muatan
mesin dan seismic. Lokasi turbin dan tempat untuk bongkar muat juga disediakan di
dalam area tersebut .
A.10. Steam Generator Light Fuel Oil storage and Transfer System
1 One (1) steal vertical cylindrical light fuel oil storage tank
2 One (1) horizontal centrifugal fuel unloading pump
3 Two (2) horizontal centrifugal steam generator fuel oil supply pumps
B Electrical
1 Generator step-up transformer
2 150 kV plant switchyard
3 Emergency diesel generator
4 DC power system
5 UPC system
6 Protective relay and Circuit Breaker Control Systems
7 Synchoronizer
8 Surge and lightning Protection System
9 Site Grounding
10 Lightning System
11 Plant Communication System
150 kV Double Circuit Overhead Power Lines from the plant
12
to PLN Tanjung 150 kV Substation
13 Extension of PLN Tanjung 150 kV Substation
14 Microprocessor-based distributed control system (DCS)
15 Data Acquisition Subsystem
16 Closed-loop Control Subsystem
17 Open-loop Control Subsystem
18 Historical Data Storage and Retrieval
19 Boiler Control and Protection Systems
20 Turbine-Generator Control System
Sumber : PT. XXX, 2014
b. Tahap Konstruksi
Dampak Penting Hipotetis (DPH) yang akan timbul terhadap lingkungan hidup pada
tahap konstruksi sebagai akibat adanya rencana kegiatan pembangunan adalah sebagai
berikut :
1) Peningkatan kebisingan (Persiapan lahan, Mobilisasi peralatan dan material;
Pembangunan sarana dan prasarana pendukung)
2) Penurunan kualitas air permukaan (Persiapan lahan)
3) Penurunan kualitas udara (Mobilisasi peralatan dan material; Pembangunan sarana dan
prasarana pendukung. Pembangunan tempat penampungan abu batubara)
4) Terjadinya kerusakan badan jalan (Mobilisasi peralatan dan material)
5) Terjadinya bangkitan lalu lintas darat (Mobilisasi peralatan dan material)
6) Gangguan kesehatan masyarakat (Mobilisasi peralatan dan material)
7) Gangguan keselamatan masyarakat (Mobilisasi peralatan dan material)
8) Timbulnya persepsi dan sikap masyarakat (Mobilisasi peralatan dan material)
9) Peningkatan lapangan pekerjaan (Pembangunan sarana dan prasarana pendukung)
10) Terbukanya peluang usaha (Pembangunan sarana dan prasarana pendukung)
c. Tahap Operasi
Dampak Penting Hipotetis (DPH) yang akan timbul terhadap lingkungan hidup pada
tahap operasi sebagai akibat adanya rencana kegiatan pembangunanadalah sebagai berikut :
1) Peningkatan lapangan pekerjaan (Penenimaan tenaga kerja)
2) Peningkatan aktivitas ekonomi/multiplier effect (Penerimaan tenaga kerja, Operasional
PLTU)
3) Timbulnya persepsi dan sikap masyarakat (Penerimaan tenaga keja; Pengangkutan
batubara; Operasional PLTU)
4) Penurunan kualitas udara (Pengangkutan batubara; Operasional PLTU)
5) Gangguan kesehatan masyarakat (Pengangkutan batubara; Operasional PLTU)
6) Peningkatan kebisingan (Penanganan batubara, Operasional PLTU)
7) Penurunan kualitas air permukaan (Penanganan batubara)
8) Penurunan pendapatan masyarakat (Penanganan batubara, Operasional PLTU)
9) Timbulan limbah padat B3 (Operasional PLTU)
1. Batas Proyek
Kegiatan proyek PLTU TPI meliputi pemanfaatan lahan sampai dengan 42 ha yang akan
digunakan sebagai tapak pembangunan bangunan utama (Power Block) PLTU termasuk
fasilitas ruang pembangkit, penimbunan batubara, penimbunan abu batubara, pengolahan
limbah cair dan fasilitas lainnya seperti pipa intake, dan outfall Di samping itu batas
proyek ini mencakup lahan untuk jaringan transmisi 150 KV (SUTT) dengan luas
masing-masing tapak menara (tower) adalah sekitar 400 m2 dan gardu induk seluas 0,3
ha Dapat dilihat pada Gambar 1-12.
2 Batas Ekologis
Ruang ekologis yang akan dijadikan satuan analisis disini adalah lingkungan darat dan
perairan dengan luasan wilayah pada daerah yang diperkirakan masih terkena pengaruh
dampak baik itu dalam dimensi waktu maupun dimensi ruang. Batas darat dibuat dengan
pertimbangan sebaran emisi gas buang, sedangkan perairan berdasarkan dampak dari air
buangan proses. Batas ekologi darat ditentukan berdasarkan data windrose, arah angin
dominan adalah dari Utara dan dari Barat dengan kecepatan angin 4,26 knots.
Berdasarkan arah dan kecepatan angin maka batas ekologis wilayah darat dapat
ditentukan cenderung ke arah selatan dan timur sampai radius ±2 km.
Batas ekologis perairan merupakan batas wilayah yang berkaitan dengan komponen
lingkungan yang diperkirakan akan terkena dampak akibat dari rencana kegiatan. Dasar
yang digunakan dalam penentuan batas ekologis di perairan adalah kondisi perairan
sekitar saluran air dan Sungai Mangkusip. Dapat dilihat pada Gambar 1-13.
3 Batas Sosial
Batas sosial adalah ruang disekitar rencana kegiatan yang merupakan tempat
berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu yang
sudah mapan (termasuk sistem dan struktur sosial), sesuai dengan proses dinamika sosial
suatu kelompok masyarakat, yang diperkirakan mengalami perubahan mendasar akibat
suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Berdasarkan hal tersebut batas sosial PLTU TPl
mencakup kelompok masyarakat yang tinggal di sekitar Kelurahan Mabu'un, Maburai,
dan Kasiau. Dapat dilihat pada Gambar 1-14.
4. Batas Administratif
Batas administrasi adalah wilayah administrasi terkecil yang relevan seperti desa,
kecamatan dan kabupaten/kota dimana lokasi proyek melakukan aktifitasnya. Batas
administratif PLTU TPI adalah Kelurahan Mabu'un, Maburai dan Kasiau di Kecamatan
Murung Pudak, Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan. Dapat dilihat pada
Gambar 1-15.
Resultante dani keempat batas wilayah diatas merupakan lingkup wilayah studi AMDAL.
Gambaran mengenai batas wilayah studi AMDAL dapat dilihat pada Peta Batas Wilayah
Studi (Gambar 1-16)
2.1.1.1 Iklim
Berdasarkan informasi dari BMKG, stasiun terdekat dari lokasi kegiatan yang
memiliki data yang memadai adalah Stasiun Meteorologi Klas III Tjilik Riwut
Palangkaraya. Stasiun ini berjarak 169 km dari lokasi kegiatan. Data diperoleh dari stasiun
ini untuk periode 2013. Parameter yang diperoleh adalah suhu, kelembapan, kecepatan
angina, arah angina dan curah hujan. Data tersedia dalam basis 3 jam.
Tipe Iklim
Berdasarkan klasifikasi dari Mohr (1933), hamper semua bulan dalam satu tahun
masuk ke dalam kategori bulan basah yaitu bulan dengan curah hujan di atas 100 mm.
menurut Mohr kondisi iklim seperti ini masuk ke dalam Golongan I yaitu Golongan Daerah
Basah dengan jumlah bulang kering nol (0) dalam satu tahun kalender.
Data iklim yang diambil dari Stasiun Pencatat Curah Hujan selama 2011-2013 di
lokasi tambang PT Adaro Indonesia (Tutupan, Wara dan Paringin), mengindikasikan bahwa
wilayah studi termasuk dalam iklim muson tropis. Angin muson dari arah Barat
menyebabkan musim penghujan pada periode November-Mei. Sebaliknya, angina muson
dari arah Tenggara menyebabkan musim kemarau pada periode Juni-Oktober.
Berdasarkan data tersebut di atas, curah hujan rata-rata bulanan berkisar antara92,2
dan 307,1 mm. curah hujan rata-rata tertinggi terjadi pada 2011 terjadi di Paringin pada
bulan November sebesar 447,5 mm dan terendah terjadi di Wara pada bulan Juli sebesar
49,5 mm. sementara pada 2013, curah hujan rata-rata tertinggi terjadi di Tutupan pada bulan
Desember sebesar 350,2 mm dan terendah terjadi di Wara pada bulan September sebesar
40,9 mm.
Sementara itu data curah hujan yang diambil dari stasiun BMKG Tjilik Riwut
Palangkaraya untuk tahun 2013 menunjukkan curah hujan rata-rata bulanan adalah 272 mm
dengan curah hujan bulanan berkisar antara 122 mm hingga 561 mm. Curah hujan rata-rata
bulanan terendah terjadi pada bulan Oktober, sementara itu curah hujan rata-rata bulanan
tertinggi terjadi pada bulan April seperti pada table 2-2 :
Gambar 2-2 Grafik Curah Hujan Rata-rata Bulanan (mm) Tahun 2013
2.1.1.1.2 Suhu
Data sekunder yang diambil dari Stasiun Meteorologi BMKG Klas III Tjilik Riwut
Palangkaraya menunjukkan suhu udara rata-rata bulanan selama tahun 2013 di lokasi studi
adalah 27,2℃ dengan nilai suhu udara minimum 26,5℃ dan maksimum 27,8℃ seperti
terlihat dalam Tabel 2-3 dan Gambar 2-3.
Berdasarkan data dari stasiun Klimatologi Muara Uya, kelembaban relative udara
rerata bulanan di wilayah studi tergolong tinggi berkisar antara 74,6% - 85,6% (Tabel 2-4).
Kecepatan angina rerata bulanan termasuk rendah berkisar antara 0,7 knot atau 0,35 m/det
(bulan Februari dan Maret) sampai 3,3 knot atau 1,65 m/det (bulan Agustus) dengan rata-
ratanya 1,78 knot atau 0,89 m/det. Pada bulan Mei-Oktober (kemarau) arah angina dominan
berhembus dari Timur Laut (NE) dan Timur (E) sedangkan pada musim hujan (November-
April) angina berhembus dari arah Timur (E) dan Tenggara (SE).
Berdasarkan data sekunder yang diambil dari Stasiun BMKG Tjilik Riwut
Palangkaraya, kelembaban udara di lokasi proyek cenderung tinggi sepanjang tahun dengan
rata-rata kelembaban selama tahun 2013 adalah sekitar 83% seperti dapat dilihat pada Tabel
2-5 dan Gambar 2-4.
Berdasarkan data sekunder yang diambil dari Stasiun BMKG Tjilik Riwut
Palangkaraya untuk tahun 2013, kecepatan angina minimum 0,53 m/s, maksimum 43,25 m/s
dan rata-rata 2,42 m/s. Kecepatan angin maksimum hanya terjadi pada saat-saat tertentu.
Hal ini dapat terlihat dari nilai rata-rata yang hanya bekisar dari 1,88 – 2,79 m/s sepanjang
tahun 2013. Kecepatan angin kurang dari 0,5 m/s (calm wind) dilaporkan terjadi sebanyak
31,36% sepanjang tahun.
Karena arah angin pada saat calm wind tidak dilaporkan oleh Stasiun BMKG Tjilik
Riwut Palangkaraya, maka distribusi arah angina Tabel 2-7 dibuat dengan menghilangkan
data calm wind tersebut (31,36% dari total yang ada). Arah angin hanya dilaporkan pada
delapan penjuru yaitu utara, timur laut, timur, tenggara, selatan, barat daya, barat dan barat
laut. Dilihat dari distibusinya, arah angina tersebar merata di tujuh penjuru (kecuali arah dari
selatan) antara 9,16% dampai 13,97%. Distribusi dari arah selatan mencapai 18,42%, tidak
terlalu mendominasi.
Tabel 2-7 Distribusi Arah Angin (Tanpa Calm Wind) Periode 2013
Dari distribusi arah angina, terlihat bahwa arah angin yang melebihi 11,1 m/s hanya
terjadi 0,05% sepanjang tahun. Kecepatan angin dominan berkisar dari 0,5 – 2,1 m/s dengan
kejadian 45,74% sepanjang tahun diikuti oleh kecepatan angina dari 2,1 – 3,6 m/s dengan
kejadian 40,40% sepanjang tahun. Bentuk windrose tanpa calm wind disajikan pada Gambar
2-6.
Gambar 2-6 Wind Rose (Tanpa Calm Wind) Periode 2013
2.1.1.2 Geologi
Jalur transmisi termasuk dalam Formasi Warukin yang disusun oleh batu pasir
kuarsa dan batu lempung dengan sisipan batubara, terendapkan dalam lingkungan fluviatile
dengan ketebalan sekitar 400m dan berumur Miosen Tengah sampai dengan Miosen Akhir.
Sedang karakteristik tanah lapukan dan rombakan adalah bersifat lepas, tidak padu,
permeabilitas tinggi dan pada daerah terbuka sangat rentan erosi. Wilayah tapak proyek
tidak terdapat sumber daya mineral batubara, dibuktikan dengan singkapan batubara di
bekas tambang Wara yang lokasinya berada di sebelah tenggara dari tapak proyek.
Pengukuran rona awal telah dilakukan pada tanggal 20 – 25 Oktober 2014 untuk
mewakili musim kemarau dan 18 – 22 Desember 2014 untuk mewakili musim hujan.
Pengukuran dilakukan selama 24 jam di lima titik (UA1 – UA5). Hasil pengukuran
menunjukkan bahwa kualitas udara di lokasi studi masih di bawah baku mutu kualitas udara
ambien sebagaimana diatur dalam PP No. 41 tahun 1999 dan Peraturan Gubernur
Kalimantan Selatan No 53 tahun 2007.
Tabel 2-8 dan Tabel 2-9 memperlihatkan hasil pengukuran kualitas udara pada musim
kemarau dan musim hujan.
Parameter Sulfur Dioksida (SO2) dapat berasal dari proses pembakaran bahan bakar
minyak yang berasal dari fosil. Di atmosfer sulphur dioksida dapat mengalami disposisi
basah akibat perubahan kelembaban dan curah hujan yang tinggi membentuk butiran asam
sulfat yang turun ke permukaan tanah. Pengukuran yang dilakukan di lokasi studi pada
musim kemarau menunjukkan konsentrasi gas SO2 tertinggi berada di titik UA 2, yaitu
sebesar 29 µg/Nm3. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya aktivitas/mobilisasi dari
kendaraan di sekitar titik sampling, dimana area UA 2 adalah area perkebunan sawit,
sehingga banyak kendaraan operasional yang melalui area titik sampling Sedangkan pada
musim hujan, konsentrasi tertinggi berada di itik UA 4, yaitu sobesar 43 ug/Nm Hal int juga
dapat disebabkan dari banyaknya aktivitas mobilisasi dari kegiatan eksplorasi minyak bumi
PT Pertamina, yang melalui area titik UA 2, dimana area titik UA 2 tersebut adalah area
kompleks milik PT Pertamina.
Konsentrasi oksidan di lokasi proyek dan sekitarnya secara umum berada di bawah
baku mutu, baik baku mutu lokal (100 µg/Nm3) dan baku mutu nasional (235 µg/Nm3),
Hasil konsentrasi antara 16 µg/Nm3 sampai dengan µg/Nm3. Konsentrasi terbesar berada
di UA 3 dengan konsentrasi oksidan sebesar 23 µg/Nm3. Hal yang sama juga terjadi pada
pengukuran musim penghujan, konsentrasi oksidan terbesar berada di titk UA 3 sebesar 27
µg/Nm3. yaitu di Perumahan Swadharma, yang berlokasi di dekat PLTD Maburai.
Konsentrasi Karbon Monoksida (CO) terbesar yang terukur pada saat musim
kemarau terjadi di titik UA 1 sebesar 1,296 µg/Nm3. Lokasi ini adalah lokasi terdekat
dengan P LTU MSW 2x35 MW. Sedangkan pada musim hujan, konsentrasi tertinggi
terdapat di titik UA 3, yaitu sebesar 2,253 µg/Nm3. Secara umum, hasil pengukuran pada
musim kemarau dan musim hujan untuk parameter CO masih berada di bawah baku mutu
yang ditetapkan, baik baku mutu lokal (8.000 µg/Nm3) maupun baku mutu nasional (10.000
µg/Nm3).
Hasil pengukuran konsentrasi debu dilakukan dengan parameter TSP, PM10 dan
PM2,5. Untuk parameter TSP, hasil pengukuran pada musim kemarau menunjukkan nilai
antara 65µg/Nm3 sampai 73 µg/Nm3 dan nilai tertinggi berada di titik UA 4. Sedangkan
untuk pengukuran pada musim penghujan menunjukkan nilai yang lebih tinggi yaitu antara
66 µg/Nm3 sama dengan 93 µg/Nm3 dan nilai tertinggi berada di titik UA 1. Semua hasil
parameter TSP menunjukkan nilai yang masih berada di bawah baku mutu yang ditetapkan
berdasarkan peraturan local dan nasional. Untuk pengukuran PM10 dan PM2,5 pada musim
kemarau, nilai tertinggi berada di titik UA 4, masing-masing yaitu 62 µg/Nm3 dan 22
µg/Nm3, sedangkan di musim hujan, PM10 tertinggi berada di titik UA 2 (79 µg/Nm3) dan
PM2,5 tertinggi di titik UA (13 µg/Nm3).
Baku mutu konsentras timbal diatur dalam PP No. 41 tahun 1999 (2 µg/Nm3), sedangkan
dalam peraturan local, parameter ini tidak diatur baku mutunya. Dari hasil pengukuran
musim kemarau dan musim hujan pada semua titik sampling menunjukkan nilai di bawah
baku mutu, yaitu sebesar < 0,01 µg/Nm3, terkecuali di titik UA 1 pada musim kemarau,
menunjukkan nilai 0,02 µg/Nm3.
2.1.1.6 Hidrologi
Wilayah studi dibatasi oleh sungai Mangkusip yang merupakan anak sungai
Tabalong dengan rincian lokasi sungai Mangkusip yang terletak disebelah barat wilayah
studi. Badan air terdekat dari lokasi proyek berada dibagian barat lokasi dan berbatasan
dengan perumahan AAA yang merupakan sebuah saluran alamiah musiman dan bermuara
di sungai Mangkusip. Aliran ini hanya dialiri air ketika hujan saja.
Data kualitas air permukaan di wilayah studi sebagai gambaran rona lingkungan
hidup diperoleh dari hasil studi lapangan Rona Lingkungan Awal di empat lokasi berbeda
dimana AP 1 merupakan saluran air alamiah yang bersifat musiman yang bermuara ke
Sungai Mangkusip. Saluran ini hanya dialiri air pada saat musim hujan, sedangkan saat
kemarau hanya berupa genangan di beberapa bagiannya. Titik AP 2 merupakan anak Sungai
Mangkusip, sedangkan titik AP 3 dan AP 4 merupakan bagian dari aliran Sungai Mangkusip.
Pengambilan sampel dilakukan pada musim kemarau (Oktober 2014) dan musim penghujan
(Desember 2014) Analisis berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 dan
Peraturan Daerah KabupatenTabalong No. 2 Tahun 2011. Berdasarkan Perda tersebut
sungai-sungai di wilayah studi diklasifikasikan sebagai sungai Kelas I (satu) yang
peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum dan/atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Data hasil analisis kualitas air permukaan pada Tabel 2-13 dan Tabel 2-14
menunjukkan bahwa terdapat parameter yang melebihi baku mutu, yaitu BOD5, COD, DO
dan total koliform yang terukur di semua lokasi pengukuran (AP 1, AP 2, AP 3 dan AP 4 -
musim kemarau dan musim hujan), fecal koliform (AP1 musim kemarau dan semua lokasi
- musim hujan), parameter seng (hanya pada AP 1 musim kemarau),dan parameter florida
(hanya pada AP 2 -musim hujan). Nilai BOD, COD, total koliform dan fecal koliform yang
tinggi disebabkan oleh pembuangan limbah domestik kegiatan rumah tangga maupun
industri dan aktivitas mck di sekitar sungai tersebut. Hal ini juga yang menyebabkan
kecilnya nilai DO, karena oksigen dibutuhkan dan terpakai untuk penguraian bahan organic
di sungai tersebut. Sedangkan nilai seng terlarut yang melebihi baku mutu terdapat di AP 1
yang merupakan area pemukiman (Perumahan Citra Tanjung Asri) dimana lebih banyak lagi
aktivitas rumah tangga dan pembuangan limbah domestik juga dialirkan ke sungai. Dan
sebagai catatan pengambilan sampel dilakukan pada saat musim kemarau dengan kondisi
anak sungai hampir kering dengan aliran yang kecil. Untuk nilai fluorida yang melebihi baku
mutu hanya terdapat di AP 2 yaitu Anak Sungai Mangkusip, Jembatan Jalan Ir.PH. M. Noor
RT 01/01. Sumber fluorida di alam bisa berasal danń limbah industri, limbah domestik, zat
aditif pada air dan sumber-sumber geologi alami. Hal ini memungkinkan mengingat
pengambilan sampel dilakukan pada musim hujan, sehingga dimungkinkan adanya
masukkan dari berbagai macam sumber tersebut ke badan air.
Kualitas Air Tanah Data kualitas air tanah di wilayah studi sebagai gambaran rona
lingkungan hidup diperoleh dari hasil studi lapangan Rona Lingkungan Awal. Pengambilan
sampel dilakukan pada musim kemarau (Oktober 2014) dan musim penghujan (Desember
2014) Titik pengambilan sampel air tanah berlokasi di sumur penduduk di dalam Perumahan
Citra Tanjung Asri. Analisis terhadap parameter fisika, kimia dan biologi untuk kualitas air
tanah tersebut mengacu pada Peraturan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
416/MENKES/PER/IX/1990 (Lampiran II) tentang Persyaratan Kualitas Air Bersih.
Berdasarkan hasil pengukuran tidak ada parameter yang melebihi baku mutu baik pada
musim kemarau maupun musim hujan. Meskipun kualitas air tanah masih di bawah baku
mutu, namun untuk pemanfaatannya kebanyakan warga lebih memilih air isi ulang untuk
dikonsumsi. Air tanah yang ada selama ini hanya dimanfaatkan untuk keperluan MCK.
2.1.1.9 Lalu Lintas
Volume lalu lintas diamati di jalan utama Ir. PH. M. Noor dan Jalan Ahmad Yani.
Jalan ini akan digunakan sebagai rute untuk mobilisasi selama fase konstruksi dan sebagai
akses menuju PLTU selama fase operasi. Jalan utama ini merupakan bagian dari jalan raya
Trans Kalimantan yang menghubungkan kota-kota di antara Kalimantan Selatan (termasuk
Tanjung) dan Kalimantan Timur.
Kondisi Jalan
Untuk kondisi jalan saat ini, jalan Trans Kalimantan maupun sebaliknya seluruhnya
berbentuk jalan aspal sedangkan jalan-jalan akses ke desa maupun kelurahan terbagi
menjadi jalan aspal, beton dan tanah. Kondisi jalan akses menuju lokasi proyek dapat dilihat
pada Gambar 2-7 dan Gambar 2-8 Jalan utama Tanjung-Kaltim melewati beberapa area
antara lain area pemukiman, perkebunan sawit dan karet serta bangunan sementara
(warung). Dengan semakin diperlukannya alat transportasl untuk kegiatan ekonomi maupun
kegiaian Soslal, sepeda motor merupakan alat transportasi yang dominan digunakan di
daeran Tanjung. Kendaraan umum seperti angkutan dan minibus/bus yang tersedia hanya
sedit bahkan beberapa diantaranya merupakan hasil dari CSR lokasi proyek , 97 % jumlah
bus dan minibus yang ada di Tabalong adalah milik private.
3) Kebun Campuran
4) Kebun Karet
Selain tanaman karet, dijumpai pula di kebun ini tumbuhan bawah antara lain
karamunting (Melastoma affine), rumput (Fam. Graminae), karamunting kodok (Melastoma
polyantum), Hiring-hiring (Saccarum spontaneum), keladi, tepus-tepusan
(Fam.Zingiberaceae) paku-pakuan (Acrrosthicum malabatricum)
A. Tapak Proyek
Pada tapak proyek, untuk tingkat semal didominasi oleh alaban (Vitex pubescens),
jamai (Rhodomnia cenenia) dan akasia (Acacia auriculiformis). Untuk tingkat pancang
didominasi akasia (Acacia aunculiformis), alaban (Vitex pubescens) dan karet (Hevea
brasiliensis). Nilai keragaman untuk tingkat semai sebesar 1.09, sedangkan untuk tingkat
pancang sebesar 1.07. Berdasarkan SK Menhut No. 200/Kpts-IV/1994, nilai keragaman
tersebut termasuk dalam kriteria kurang. Hal ini disebabkan lahan sudah terbuka dan hanya
jenis-jenis tertentu saja yang bisa beradaptasi dan dapat bertahan. Untuk tumbuhan bawah,
vegetasi yang ditemukan antara lain; Alang-alang (Imperata cylendrica), Banta (Leersia
hexandra), Putri malu (Mimosa pudica), Karamunting kodok (Melastroma affine), Rumput
hering (Seleria sp.) dan Laos hutan (Cleistanthus sp.). Keberadaan tumbuhan bawah ini
dilihat dari segi keanekaragamannya cukup bervariasi, juga mempunyai arti yang sangat
penting bagi suatu ekosistem hutan, yaitu sebagai tanaman penutup tanah bersama-sama
dengan serasah dan humus berfungsi melindungi tanah dari kemungkinan terjadinya erosi
permukan apabila terjadi hujan.
Keadaan vegetasi di rencana jalur pipa adalah berupa hutan sekunder muda/belukar
Untuk tingkat semai didominasi oleh alaban (Vitex pubescens), beringin (Ficus benyamina)
dan jarak hutan (Ricinus communis). Untuk tngkat pancang didominasi oleh alaban (Vitex
pubescens), mengkudu hutan (Morinda citrifolia) dan Bengkirai (Trema amboenensia).
Sedangkan untuk tingkat tiang didominasi alaban (Vitex pubescens) dan karet (Hevea
brasiliensis), dan untuk tingkat pohon didominasi oleh alaban (Vitex pubescens), palawan
(Tristani obovata) dan karet (Hevea brasiliensis) Nilai keragaman untuk tingkat semai
sebesar 2,03 dan untuk tingkat pancang sebesar 1,82 (keduanya termasuk dalam kategori
cukup berdasarkan kriteria SK Menhut No 200/Kpts-V/1994). Sedangkan nilai keragaman
untuk tingkat tiang sebesar 0,34 dan tingkat pohon sebesar 0,79 (keduanya termasuk dalam
kategon kurang berdasarkan kriteria SK Menhut No. 200/Kpts-IV/1994) Untuk tumbuhan
bawah, vegetasi yang ditemukan antara lain; Alang-alang (Imperata cyłendrica), Banta
(Leersia hexandra), Putri malu (Mimusa pudica), Karamunting kodok (Melastroma affine),
Rumput hering (Selena sp) dan Laos hutan (Cleistanthus sp.) Kirinyuh (Penissitum
purpurium), Rumput teki (Eleucharis dulcis) dan Belaran (Upomea sp.).
Berdasarkan observasi lapangan dan informasi dari masyarakat untuk fauna darat di wilayah
studi diantaranya terdirí dari:
1. Jenis Mamalia, termasuk cecucut, kelelawar, musang, tupai, bajing dan sejenisnya, dan
tikus tanah.
2. Jenis Burung, termasuk cuit, condet, darakuku, kutilang. punai tanah, rumahan, ayam-
ayaman
Pengambilan data plankton dan benthos diperoleh dari hasil studi lapangan Rona
Lingkuhgan Awal pada bulan Oktober (musim kemarau) dan Desember (musim hujan) 2014
untuk mewakili pengambilan data di dua musim yang berbeda. Pengambilan data tersebut
dilakukan di empat lokasi berbeda pada Sungai mangkusip dan anak Sungai Mangkusip.
A. Plankton
Fitoplankton
Zooplankton
Di dalam ekosistem akuatik, zooplankton berada pada tingkat tropic yang kedua dan
keberadaannya bergantung pada keberadaan fitoplankton. Zooplankton akan berfungsi
sebagai perantara proses transfer energi dari produsen primer (fitoplankton) ke organisme
yang levelnya lebih tinggi pada rantai makanan, seperti jenis-jenis ikan. Zooplankton yang
ditemukan di wilayah studi hanya dari filum Rotifera yang termasuk dalam mikroplankton.
Komponen Sosial, Ekonomi dan Budaya sebagai bagian dari rona lingkungan sosial
akan membahas beberapa variable, antara lain: kependudukan, sosial ekonomi dan sosial
budaya. Berdasarkan batas studi wilayah administrasi, bahwa rencana kegiatan
pembangunan PLTU 2 x 100 MW dan Fasilitas Pendukung PT. TPI berada di Desa Mabuun
Kecamatan Murung Pudak Kabupaten Tabalong. Terkait dengarn batas lingkup sosial,
secara administrasi komponen sosial, ekonomi dan budaya akan mendeskripsikan wilayah
Kecamatan Murung Pudak dan Kecamatan Tanta (Warukin dan Padang Panjang),
Kabupaten Tabalong. Responden yang diteliti sebagai sumber data primer adalah mereka
yang berdasarkan rencana kegiatan pembangunan dan operasional PLTU 2 x 100 MW PT.
TPI bertempat tinggal di sekitar lokasi kegiatan atau yang diperkirakan terkena dampak dari
kegiatan ini. Jumlah responden yang diteliti sebanyak 241 orang, yang terdin atas 209 laki-
laki dan 32 perempuan. Umur responden berkisar antara 20 sampai 60 tahun, dengan usia
rata-rata terbanyak 40-49 tahun.
2.1.4 Kependudukan
Kabupaten Tabalong terbagi atas 12 kecamatan dan 131 kelurahan/desa dengan luas
sekitar 3946 km . atau 10,61 % dari luas Provinsi Kalimantan Selatan Pada tahun 2013 .
Kabupaten Tabalong memiliki penduduk sebanyak 231 718 jiwa, yang terdiri atas 117 711
jiwa penduduk berjenis kelamin laki-laki dan 114.007 jiwa penduduk berjenis kelamin
perempuan, serta terhimpun dalam 63.238 rumah tangga. Kepadatan penduduk Kabupaten
Tabalong mencapai 59 jiwa/km2 dengan nilai ratio seks sebesar 103,25 persen. Secara
lengkap perbandingan gambaran kependudukan Kabupaten Tabalong, Kecamatan Murung
Pudak dan Kecamatan Tanta dapat dilihat pada Tabel 2-24. Secara khusus, Kecamatan
Murung Pudak memiliki 10 desa/kelurahan dengan ibukota kecamatan yaitu Kelurahan
Belimbing Raya. Luas kecamatan ini sebesar 118,72 km2 atau 3 % dari jumlah total luas
kabupaten . Sebanyak 20,58 % penduduk Kabupaten Tabalong tinggal di Kecamatan
Murung Pudak yang tersebar dalam 13.084 rumah tangga. Jumlalh penduduk Kecamatan
Murung Pudak merupakan penduduk terbanyak di Kabupaten Tabalong, yaitu mencapai
47.694 jiwa, terdin atas 25.410 laki-laki dan 22.284 perempuan, dan nilai rasio seks sebesar
114,03. Kepadatan penduduknya merupakan yang paling tinggi, yakni mencapai 402
jiwa/km2 (terpadat diantara semua kecamatan di Kabupaten Tabalong). Pada Kecamatan
Tanta, terdapat 14 desa dengan ibukota kecamatan yaitu Desa Tanta. Luas kecamatan ini
adalah 172,10 km2 atau 45 dari jumlah total luas Kabupaten Tabalong Jumlah penduduk
Kecamatan Tanta adalah 18.155 jiwa dengan begitu kepadatan penduduk yang tercatat
adalah 105 jiwa/km2.
2.1.4.1.1 Populasi
Melihat data laju pertumbuhan penduduk berdasarkan periode waktu dan Kabupaten
Tabalong Dalam Angka (KTDA) 2014, terindikasi adanya peningkatan laju pertumbuhan
penduduk di Kabupaten Tabalong. Kemudian pada tingkatan kecamatan, laju pertumbuhan
penduduk di Kecamatan Murung Pudak sebesar 1,42 % dan Kecamatan Tanta 1,29 % .
Diperkirakan jumlah penduduk Kabupaten Tabalong akan terus mengalami peningkatan
hingga mencapai 318.404 jiwa pada tahun 2025. Pertambangan, termasuk migas di
dalamnya, dan perkebunan menjadi daya tarik orang untuk mendatangi kabupaten ini. Hal
ini terlihat dari wilayah yang tertinggi pertumbuhannya.
2.1.4.1.2 Raslo Gender
Dalam aspek kependudukan juga mencatat, bahwa Kecamatan Tanta dengan jumlah
rumah tangga sebanyak 4.901 KK , memiliki seks rasio ( SR ) sebesar 103,39 % dengan
detail jumlah 9.229 jiwa penduduk laki-laki dan 8.926 jiwa penduduk perempuan. Bergitu
juga dengan Padang Panjang dan Warukin memiliki sex ratio dengan proporsi jumlah
penduduk laki-laki lebih banyak dari pada penduduk perempuan. SR di Kelurahan Padang
Panjang cukup besar , yaitu 130 % ; sementara Warukin memiliki SR sebesar 101 % . Angka
rasio seks Kecamatan Murung Pudak masih yang tertinggi diantara kecamatan lain yang
berada di Kabupaten Tabalong, yaitu mencapai 114,05. Angka rasio seks in
mengindikasikan bahwa di wilayah Kecamatan Murung Pudak jumlah penduduk laki-
akinya lebih banyak dari penduduk perempuan. Gambaran seperti ini umum ditemui pada
wilayah- wilayah yang menjadi tujuan migrasi, karena umumnya yang banyak melakukan
migrasi adalah laki-laki (tidak membawa anggota keluarga lainnya). Pada Kecamatan
Murung Pudak . Maburai memiliki jumlah SR yang paling tinggi yaitu 168 % .
2.1.4.1.3 Pendidikan
Berdasarkan PDRB Kabupaten Tabalong Atas Dasar Harga Konstan 2000 (ADHK
2000), nilai PDRB Kabupaten Tabalong antara lain tahun 2011 berjumlah Rp 12.315.439,-
tahun 2012 berjumlah Rp 13.034.444- dan tahun 2013 berjumlah Rp 13.662 121 Peranan
utama perekonomian di Kabupaten ini di dominasi oleh sektor Pertambangan dan
Penggalian sebesar 67 % , kemudian disusul oleh sektor pertanian 11 % , serta sektor Jasa
10 %.
Berdasarkan KTDA 2014. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku di Kabupaten
Tabalong pada tahun 2013 tumbuh sebesar 10,27 % , yakni sebesar Rp 30.996.970 . Tingkat
produktivitas yang dilihat dan PDRB per kapita atas dasar harga konstan sebesar 4,82 %
yakni sebesar Rp 13.662 121.- Angka ini mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun
2012.
Jumlah pencari kerja dan jumlah lowongan kerja di Kabupaten Tabalong dapat
dilihat pada Tabel 2-26. Berdasarkan data tersebut, jumlah pencari kerja menurut tingkat
pendidikan tertinggi adalah SLTA 45 % , diikuti oleh Sarjana Diploma ( D ) IV / Strata 1
sebesar 37 % dan D 1 -III sebanyak 12 % . Lowongan pekerjaan yang tersedia paling banyak
juga diperuntukan bagi pencari kerja berpendidikan SLTA ( 71 % ) , sedangkan bagi lulusan
D l - lll 16 % dan lulusan D IV / Strata 1 hanya 12 % . Baik jumlah pencari kerja maupun
lowongan yang tersedia, semua didominasi oleh laki-laki. Rasio antara jumlah lowong kerja
dan pencari kerja adalah 1:20. Peningkatan pencari kerja di Kabupaten Tabalong pada tahun
2013 jika dibandingkan dengan tahun 2012 , maka terdapat peningkatan 28 % . Angka
peningkatan tersebut sedikit berbeda jika dibandingkan dengan jumlah pencari kerja 10
tahun yang lalu (2003 = 30%).
Tidak dapat dipungkiri bahwa akibat masuknya budaya-budaya baru maka interaksi
sosialpun mulai mengalami perubahan. Perubahan sosial yang terjadi ini ada yang
mendapatkan perlawanan sebagian besar masyarakat (karena bertentangan dengan nial- nilai
agama) dan ada juga yang bersikap membiarkan atau bahkan mendukung jika perubahan itu
bersifat positif. Peruhahan yang mendapatkan perlawanan misalnya, seperti interaksi sosial
dalam konteks pergautan bebas antara pria dan wanita dan hal-hal lain yang bertentangan
dengan nilai-nilai kee geriaan dan norma kesusilaan.
2.1.4.3.1 Etnis dan Agama
Ciri khas kehidupan masyarakat pedesaan adalah gotong royong dan kebersamaan
juga mewarnai kehidupan masyarakat. Kehidupan bergotong royong tercermin dalam
kegiatan kelembagaan kemasyarakatan misalnya dalam bidang sosial antara lain PKK dan
Dewan kelurahan, sedangkan dalam keagamaan adanya kelompok yasinan, kelompok
alhabsy majelis taklim, upacara perkawinan kun kematian dan gotong royong dalam
membersihkan fasilitas umum. Kehidupan penduduk yang beragama sangat baik, tidak
menimbulkan masalah. Keadaan inl mencerminkan keterbukaan di kalangan penduduk di
Desa Mabu'un dan desa-desa lain di sekitamya dalam wilayah Kecamatan Murung Pudak
Pada Gambar 2.26 dapat dilihat bahwa 90 % respopnden yang disasar adalah beragama
Islam. Hal ini memiliki kecenderungan yang sama bahwa situasi di area studi dan secara
umum di kabupaten Tabalong, masyarakat menganut agama Islam.
Kegiatan yang dilakukan secara kolektif masih dapat ditemui dilokasi studi, dan hal ini
diutarakan hamper seluruh responden ( 94 % ) . Kegiatan gotong royong dan kegiatan
kebersamaan masyarakat lainnya masih dilakukan seperti: membersihkan mesjid
membersihkan lingkungan, acara perkawinan, kematian, yasinan, posyandu, selamatan, dan
lainnya. Walaupun demikian, kegiatan gotong royong ini memulai berkurang intensitasnya
baik karena kesibukan warga maupun berkembangnya sistem upah atau sewa.
Wilayah Murung Pudak dan Tanta tergolong relatif aman dan jarang teradi konflik
sosial. Kalaupun ada konflik biasanya dapat diselesaikan secara musyawarah melalui
keterlibatan Ketua RT, Kepala Desa, maupun Pimpinan Perusahaan, dan Bagian Humas.
Hubungan antar etnis di desa sendiri sangat akrab dan tidak ada konfik, serta berlangsung
harmonis . Hal ini dapat dilihat berdasarkan pendapat responden , bahwa 94 % berpendapat
kondisi keamanan dan ketertiban di area pemukiman mereka adalah aman. KTDA 2014
mencatat terdapat 10 organisasi karang taruna di Kecamatan Murung Pudak dan 7
oraganisasi di Kecamatan Tanta. Selain karang taruna, terdapat organisasi tim penggerak
PKK baik di tingkat RT hingga desa/kelurahan.
Sikap dan persepsi masyarakat terhadap sesuatu sangat ditentukan oleh pengetahuan
dan pemahamannya terhadap obyek dari sikap itu sendiri. Selain itu, latar belakang budaya
dan kondisi linkungan (baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial) suatu masyarakat
juga turut menentukan sikap dan persepsinya terhadap sesuatu. Berdasarkan hasil observasi
dan interview yang telah dilakukan kepada masyarakat di sekitar proyek sebagian besar
masyarakat tidak keberatan dengan adanya kegiatan ini, salah satu indikasinya adalah tidak
adanya keluhan yang terjadi pada masyarakat lingkungan sekitar. Faktor tersebut mungkin
juga karena dampak dari kegiatan tersebut merupakan kegiatan ekonomi sehingga
masyarakat sekitar juga berharap dengan adanya kegiatan pergudangan tersebut dapat
terlibat langsung maupun tidak langsung akan menyerap tenaga kerja sehingga pada
akhirnya ekonomi dan kesejahteraan akan meningkat, disamping itu Desa Mabu'un
Kecamatan Murung Pudak dan sekitarmya akan cepat maju dan berkembang. Namun,
persepsi masyarakat ini perlu dijaga dan aerhatikan secara berkala dan berkesinambungan
agar semakin berkembang secara poti Upaya yang dilakukan adalah serapan tenaga kerja
lokal lebih diakomodir, kesempaian usaha lokal terbuka lebar dan menjaga kualitas
lingkungan sekitar. Upaya-upaya tersebut merupakan tinjauan aspek yang harus menjadi
pertimbangan pemrakarsa dalam setiap pengambilan keputusan terutama yang bersentuharn
dengan kepentingan kehidupan sosial ekonomi dan budaya masyarakat setempat
Beberapa harapan yang dikemukakan warga masyarakat jika kegiatan PLTU 2 x 100
MW ini dilaksanakan terutama berkaitan dengan adanya dampak positif dan dampak negatif
yang akan ditimbulkannya.Saran dan pendapat ini pada intinya adalah harapan agar kelak
pihak pemrakarsa lebih memperhatikan kondisi masyarakat sekitar, terutama yang berada
dalam wilayah kegiatan.Saran dan pendapat dari beberapa masyarakat sekitar wilayah studi
antara lain:
Pada tahun 2013, pada Kabupaten Tabalong tercatat 16 buah Puskesmas dan 31
Puskesmas Pembantu, sementara itu jumlah dokter umum adalah 22 orang dan 6 orang
dokter gigi, selain itu juga terdapat 5 orang dokter spesialis di Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Tanjung. Informasi sarana dan sumber daya kesehatan sesual dengan batas stuci
sosial dapat dilihat pada Tabel 2-29 Jlka dipemaskan data KTDA 2014, terdapat
pengurangan sarana kesehatan pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012, dimana
terjadi pengurangan sarana sebesar 6 % . Pengurangan ter / stri pada sarana Puskesmas
Pembantu dan balai Pengobatan, sementara itu terdapat pesmbanan jumlah Posyandu dan
Puskesmas.
Berdasarkan laporan Statistik Daerah Kecamatan Murung Pudak (tahun 2014), pad
Kecamatan Murung Pudak terdapat 16 dokter praktek, dan pelayanan kesehatan yang telah
direncanakan oleh Pemerintah terpenuhi karena di setiap Kecamatan terdapat dokter dan
tenaga medis. Selain RSUD Tanjung, terdapat juga Rumah Sakit (RS) Pertamina yang juga
ikut memberikan pelayanan kepada masyarakat. RS Pertamina merupakan salah satu rumah
sakit rujukan, dimana berdasarkan survei baseline AMDAL TPI Tahun 2013, beberapa
komunitas di wilayah studi memanfaatkan RS Pertamina sebagai tempat berobat. Selain itu
Perusahaan Pertambangan seperti ADARO, memiliki fasilitas kesehatan yang dimanfaatkan
oleh para pekerjanya, sehingga dapat juga menjadi salah satu alternatif sarana kesehatan
bagi karyawan.
2.1.5.3 Sanitasi Lingkungan
Sanitasi lingkungan terdiri dari sarana penyediaan air bersih, pembuangan tinja dan
air limbah, pembuangan sampah, dan perumahan penduduk yang telah didata oleh
puskesmas.
Berdasarkan data Puskesmas Murung Pudak tahun 2014, untuk wilayah studi Desa
Masuka u , sekitar 85 % penduduk telah memperoleh sumber air bersih ( SAB ) dan sumur
gali sebanyak 154 buah; dan sumur pompa sebanyak 35 buah. Sedangkan pada data esmas
Mabu'un yang mencakup wilayah Mabu'un, Maburai, dan Kasiau, didapat sebanyak 3.803
sumur gali dan 396 sumur pompa sebagai sarana penyediaan air bersih dimana terdapat
5.403 Kepala Keluarga yang bergantung pada sarana tersebut.
Terdapat dua jenis Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) di Kecamatan Murung
Pudak yaitu ( 1 ) SPAL dengan peresapan sebanyak 3.623 buah atau 68 % ; dan ( 2 ) SPAL
tanpa peresapan sebanyak 1.918 buah atau 32 % . Cakupan penduduk yang telah memiliki
sarana SPAL adalah sebesar 68 % menurut data Puskesmas Murung Pudak tahun 2014.
2.1.5.3.4 Pembuangan Sampah
2.1.5.3.5 Perumahan
Jumlah rumah yang didata oleh Puskesmas Kecamatan Murung Pudak pada tahun
2013 adalah 5.308 rumah , sekitar 75 % rumah penduduk termasuk dalam kategori rumah
sehat. Berdasarkan Data Puskesmas Mabu'un terdata sebanyak 3.143 rumah yang masuk
kategori rumah sehat.
Kegiatan lain yang terdapat di sekitar rencana lokasi PLTU adalah pemukiman
penduduk dan kegiatan perkebunan karet, PLTU yang telah beroperasi, SPBE (Stasiun
Pengisian Bulk Elpiji), tambang batubara dan TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Kegiatan
tersebut secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi kondisi lingkungan
sekitar. Maka perlu dilakukan penanganan atas dampak dari komponen kimia, biologi, sosial
ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat, yang disebabkan oleh aktivitas-aktivitas
tersebut. Dibawah ini adalah rincian kegiatan yang telah disebutkan di atas.
Terdapat pemukiman penduduk yang berada di sekitar lokasi proyek, yang berlokasi
di Kelurahan Mabu'un dan Desa Kasiau. adanya pemukiman dan peningkatan jumlah limbah
domestik, maka mutu sanitasi di sekitar lokasi proyek akan turun secara bertahap. Limbah
domestik padat dan/atau cair dapat mencemari dan mempengaruhi mutu air tanah dan tanah,
selain itu mempengaruhi juga kesehatan masyarakat di area pemukiman tersebut.
Permukiman yang terdekat dengan lokasi adalah Perumahan Citra Tanjung Asri (Perumahan
ASABRI) yang berjarak + 500 m dari batas pagar terluar tapak rencana blok PLTU.
Penduduk permukiman ini pernah menyampaikan keluhanannya berupa dampak lingkungan
yang ditimbulkan oleh PLTU 2x30 MW milik PT MSW baik pada saat Konsultasi Publik
maupun saat pra kunjungan lapanga Kalulian yang disampaikan antara lain gangguan akibat
sebaran debu dan kebisingan. Selain itu, mereka juga khawatir akan potensi bahaya dari
keberadaan SPBE seperti adanya ledakan dan kebocoran gas.
Selain pemukiman penduduk, perkebunan karet dan kelapa sawit dapat ditemukan
di sekitar lokasi proyek.di sebelah selatan dan timur dari lokasi proyek. Untuk pabrik
pengolahan kelapa sawit berada di sekitar 1 km di sebelah timur laut, sedangkan pengolahan
karet berada sekitar 3 km sebelah timur laut lokasi proyek. Dampak dari kegiatan
perkebunan ini adalah penurunan kualitas air permukaan dan kesuburan tanah serta adanya
bau yang timbul dari proses pengolahan karet.
Kegiatan lain yang berada di dekat lokasi proyek juga termasuk PLTU PT. MSW 2x30 MW
yang telah dioperasikan oleh PT Makmur Sejahtera Wisesa (PT MSW) sejak 2013. PLTU
ini dibangun khusus untuk memenuhi kebutuhan listrik PT Adaro Indonesia yang
mengoperasikan tambang batu bara di wilayah Kabupaten Tabalong.
2.2.1.4 SPBE (Stasiun Pengisian Bulk Elpiji)
Sebuah SPBE dibangun di sebelah Barat rencana lokasi blok PLTU berjarak + 700
m dari lokasi tersebut. SPBE terletak bersebelahan dengan Perumahan Citra Tanjung Asri
(Asabri).
A. Tahap Pra-Konstruksi
Dampak Penting Hipotetis (DPH) yang akan timbul terhadap lingkungan hidup pada
tahap pra konstruksi sebagai akibat adanya rencana kegiatan pembangunan adalah sebagai
berikut:
1) Timbulnya persepsi dan sikap masyarakat (Survei dan persiapan; Penerimaan tenaga
kerja kosntruksi);
B. Tahap Konstruksi
Dampak Penting Hipotetis (DPH) yang akan timbul terhadap lingkungan hidup pada
tahap konstruksi sebagai akibat adanya rencana kegiatan permbangunanadalah sebagai
berikut:
C. Tahap Operasi
Dampak Penting Hipotetis (DPH) yang akan timbul terhadap lingkungan hidup pada
tahap operasi sebagai akbat adanya rencana kegiatan pembangunan adalah sebagai berikut:
Dampak Penting Hipotetis (DPH) yang akan timbul terhadap lingkungan hidup pada
tahap pasca operasi sebagai akibat adanya rencana kegiatan pembangunanadalah sebagai
berikut:
Prakiraan dampak dilakukan untuk mengetahui intensitas dampak yang terjadi akibat
adanya proyek atau kegiatan yang mencakup besaran dampak dan penentuan sifat
pentingnya dampak.
Besaran dampak adalah selisih antara kondisi lingkungan hidup dengan kegiatan
proyek dengan kondisi lingkungan hidup tanpa proyek. Secara umum metode prakiraan
dampak besar yang dapat dilakukan adalah dengan metode formal/ matematis, metode
analogi, dan metode lainnya.
Besaran Dampak
Survel lokasi dan persiapan dimaksudkan untuk melihat dari dekat kondisi eksisting
kawasan yang akan dibangun PLTU 2 x 100 MW Kegiatan ini dilakukan oleh kontraktor
sebelum dimulainya kegiatan konstruksi, antara lain survel topografi dan penyelidikan
geoteknik. pembangunan kantor lapangan untuk Pemrakarsa Proyek dan Kontraktor,
pembangunan fasilitas sementara untuk air dan listrik, pembangunan pengolahan air limbah
sementara, pembangunan infrastruktur sementara seperti jalan proyek, tempat parkir tempat
berteduh, kawat pagar dan pintu gerbang; dan pembangunan fasilitas sementara termasuk
gudang ruangan pertolongan pertama, laboratorium lapangan untuk pengujian pekerjaan
sipil dan persiapan area penyimpanan
Meskipun persepsi negatif telah muncul pada penduduk yang tinggal di Perumahan
Citra Tanjung Asri ketika diadakan musyawarah warga dan dapat menciptakan kualitas
lingkungan sosial yang buruk, namun besaran dampak persepsi masyarakat pada tahap pra-
konstruksi untuk kegiatan survey dan persiapan tidak akan berpengaruh secara luas jika
dapat dikełola k akan berpengaruh secara luas jika dapat dikelola dengan baik. Sehingga
kriteria dampak bersifat negatif dengan besar dampak tergolong kecil jika dibandingkan
dengan rona sosial awal. Dengan kondisi ini keseimbangan lingkungan sosial terkait dengan
persepsi tidak cukup kondusif untuk pelaksanaan rencana pembangunan PLTU tanpa
penanganan yang baik.
Besaran Dampak Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja dalam rencana kegiatan
pembangunan PLTU 2x100 MW PT. Tanjung Power Indonesia melakukan penerimaan
tenaga kerja secara bertahap yang disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan, tahapan
perkembangan usaha dan kualifikasi calon tenaga kerja. Penduduk setempat yang memenuhi
persyaratan tenaga kerja yang telah ditetapkan, akan mendapatkan kesempatan yang sama
mengikuti seleksi penerimaan karyawan . Terdapat 69 % responden yang setuju terhadap
rencana proyek , dengan memberikan beberapa catatan penting, yaitu kesempatan turunan
berupa terbukanya kesempatan bekerja bagi masyarakat sekitar, dan mengutamakan
masyarakat lokal dalam penerimaan tenaga kerja. Rona awal kualitas lingkungan pada aspek
persepsi masyarakat terkait penerimaan tenaga kerja konstruksi masuk dalam kategori
sedang.
Besaran Dampak
Kegiatan penerimaan tenaga kerja pada tahap konstruksi ini juga menimbulkan
dampak terhadap aspek sosial ekonomi masyarakat berupa perubahan angka pengangguran
dan pada gilirannya akan berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat. Dengan
memperhatikan rencana jumlah tenaga kerja yang akan direkrut untuk keperluan kegiatan
pembangunan PLTU 2 x 100 MW dapat diketahui bahwa jumlah angkatan kerja lokal yang
dapat terserap.
Sehingga berdasarkan proyeksi tersebut, hal ini akan memberikan dampak positif
terhadap peningkatan lapangan kena, dan meningkatkan kualitas lingkungan menjadi sangat
baik. Sehingga kriteria dampak bersifat positif dengan besar dampak kecil jika dibandingkan
dengan rona sosial awal.
Besaran Dampak
Besaran Dampak
Kegiatan penyiapan lahan masif (mass site grading) untuk lokasi konstruksi PLTu
akan menimbulkan kebisingan yang bonxesi panggunaan alat-alat berat konstruksi.
Pengukuran rona awal kebisingan teiah kkan pada lima tk reseptor yang diperkirakan akan
terkena dampak. Reseptor terdekat dengan lokasi konstruksi dan diperkirakan akan terkena
dampak yang paling besar adalah UA1 (Perumahan ASABRI). Berdasarkan hasil
pengukuran, rona awal kebisingan pada siang hari di kelima titik reseptor pada musim
kemarau berkisar dari 38 sampai dengan 49 dB(A) dan pada musim hujan berkisar dari 47
sampai 54 dB(A). Baku mutu tingkat kebisingan di Indonesia adalah 55 dB(A) untuk
kawasan permukiman (Keputusan Menteri Negara Lingkunan Hidup No 48 Tahun 1996).
Dengan demikian skala kualitas lingkungan untuk parameter kebisingan masuk kedalam
kategori sedang sampai sangat baik.
Kegiatan penyiapan lahan masif untuk PLTU direncanakan akan berlangsung selama
lima bulan yang dimulai pada bulan juli 2015 dan berakhir pada bulan November 2015.
Berdasarkan analisis jadwal kontruksi secara keseluruhan, pada bulan November 2015,
kegiatan penylapan lahan akan tumpang tindih dengan empat kegiatan lain yaitu penyiapan
lahan masif untuk jalur transmisi, penylapan lahan masif untuk gardu induk, penyiapan
lahan khusus (fine site grading) untuk pondasi turbin dan generator unit 1 dan penyiapan
lahan khusus untuk pondasi bangunan kontrol. Lahan untuk gradu induk berada di luar lahan
untuk konstruksi PLTU. Dengan asumsi bahwa kegiatan penyiapan lahan khusus untuk jalur
transmisi juga dimulai dari lokasi gardu induk, maka analisis dampak kebisingan hanya akan
memperhitungkan tiga kegiatan yang tumpang tindih di dalam lokasi konstruksi PLTU.
Karena data tidak tersedia, jumlah dan jenis alat berat konstruksi yang digunakan
pada masing-masing kegiatan diperkirakan dengan menggunakan model URBEMIS2007.
Dampak kebisingan kemudian diperkirakan dengan menggunakan Road Construction Noise
Model (RCNM) version 1.1 (FHWA, 2006).
Besaran Dampak
Kegiatan persiapan lahan merupakan awal pada tahap konstruksi sebelum dilakukan
pembangunan fisik bangunan maupun sarana dan prasarana fasilitas umum dan sosial.
Kegiatan penyiapan lahan yang akan dilakukan meliputi pekeraan pembersihan lahan, galian
dan pengurugan, stabilisasi lereng dan pekerjaan pagar pada lokasi proyek Kegiatan ini akan
merubah profil tanah baik susunan horizon tanah, struktur dan agregasi tanah, ketebalan
solum tanah, sehingga pori-pori tanah lebih cenderung menjadi pori aerasi (makro), sebagai
akibat sekundernya adalah lemahnya lkatan antar butiran tanah, sehingga mudah hancur oleh
air hujan, mudahnya butiran tanah terbawa oleh aliran air permukaan akan menyebabkan
peningkatan beban sedimen tersuspensi pada air permukaan terutama pada saat musim
hujan. Saluran air yang ada di area proyek merupakan saluran alamiah musiman bermuara
di sungai Mangkusip yang hanya dialiri air ketika hujan saja. Untuk mengetahui hasil
sedimen akibat pematangan lahan dapat dihitung dengan terlebih dahulu menentukan
erosivitas hujan dengan menggunakan data curah hujan bulanan, faktor erodiblitas tanah,
penilaian kelas tereng, faktor penutupan lahan, dan teknik konservasi tanah.
Besaran Dampak
Mobilisasi komponen PLTU ke tapak proyek mencakup mobilisasi beban berat yang
melebihi beban jalan. Mobilisasi peralatan merupakan kegiatan mendatangkan alat berat,
mesin produksi dan/atau alat penunjang yang akan digunakan pada tahap konstruksi maupun
operasional PLTU 2x100 MW. Alat berat yang akan digunakan diantaranya; 11 unit crane,
35 truk, 10 unit trailer, 6 unit buldozer, 2 unit wheel loader, 4 unit shovel hidrolik, 4 unit
excavator, 8 unit forklift dan 2 unit compactor. Aktivitas konstruksi juga akan mencakup
transportasi truk yang mengangkut barang-barang dan material untuk konstruksi yang
diperkirakan melebihi beban jalan.
Rute untuk mobilisasi selama fase konstruksi akan menggunakan JI.Ir. P. H.M.Noor.
Jalur jalan lingkungan yang akan dilalui mobilisasi alat berat dan pengangkutan material
bangunan tergolong jalan kabupaten kelas 3b dengan kemampuan beban gandar 8 ton (Dinas
Perhubungan Kabupaten Tabalong, 2014). Melihat kondisi yang ada maka dapat
dikategorikan skala kualitas jalan yang ada saat inl adalah baik sehingga skalanya tergolong
Baik. Kendaraan yang akan digunakan unltuk mangangkut perlatan dan material tergolong
kendaraan berat sehingga kegiaten i PL.TU berpotensi menimbulkan dampak peningkatan
beban jalan. Kegiatan konuksi Jalan tersebut menyebabkan berpotensi menyebabkan
kerusakan jalan dengan sksianya tergolong Sedang. Dengan demikian besaran dampak
kerusakan infrastruktur jalan akibat adanya kegiatan mobilisasi peralatan dan material
adalah tergolong Kecil.
Besaran Dampak
Berdasarkan penghitungan volume lalu lintas sebagai rona awal pada tahun 2015
tercatat bahwa volume lalulintas pada kondisi tanpa proyek di ruas JI.Ir. P.H.M.Noor adalah
183,24 smp/jam seperti terlihat pada Tabel 3-13. Derajat kejenuhan (V/C ratio) di lokasi
survei berada di bawah 0,09. Ini berarti indeks tingkat pelayanan sebelum ada kegiatan
pembangunan PLTU pada JI.Ir. P.H.M.Noor dianggap sangat baik dan kapasitas jalan dapat
diterima untuk mengakomodasi volume lalu lintas. Digunakan asumsi bahwa proyek akan
berlangsung dari jam 6 pagi sampai 6 sore (12 jam), 7 hari per minggu selama 2 tahun selama
masa konstruksi. Dalam pelaksanaannya, tingkat kegiatan dapat berlangsung tidak sepadat
ini. Perhitungan jumlah kendaraan untuk dampak lalu lintas merepresentasikan estimasi
konservatif. Asumsi yang digunakan dalam perhitungan, antara lain: Kendaraan
berpenumpang 10 unit per jam (10 smp/jam) dan Dump truk pengangkut tanah urug
sebanyak 10 unit per jam (13 smp/jam). Mobilisasi proyek selama fase konstruksi
diprakirakan akan menghasilkan peningkatan lalu lintas sebesar 23 ekuivalen smp per jam.
Volume lalu lintas pada kondisi tanpa kegiatan konstruksi PLTU di ruas JI.Ir.
P.H.M.Noor pada tahun pertama adalah sebesar 185,88 smp/jam. Dalam 2 tahun berikutnya
volume lalulintas pada ruas jalan tersebut sebesar 188,56 smpjam. Sedangkan dengan
adanya proyek volume lalulintas pada tahun pertama adalah sebesar 208,88 smp/jam. Dalam
2 tahun berikutnya volume lalulintas pada ruas jalan tersebut sebesar 211,56 smp/jam.
Kemacetan lalu lintas dapat dilihat dari rasio V/C. Nilai V/C pada ruas JI.Ir.
P.H.M.Noor pada tahun pertama adalah 0,102 dan pada tahun kedua 0,104 dengan nilai
skala 5 (sangat baik). Pada saat-saat tertentu terjadi peningkatan VIC ratio menjadi 0,41
yaitu jika ada pelaksanaan kegiatan keagamaan di sekitar Masjid Guru Danau pada setiap
hari selasa dan terjadi antara pukul 14.00 16.00, sehingga kondisi lalu lintas masih tergolong
baik. Dengan demikian besaran dampak terhadap bangkitan lalu lintas kendaraan akibat
adanya kegiatan mobilisasi peralatan dan material tergolong kecil.
Besaran Dampak
Besaran Dampak
Gangguan lalu lintas di jalan Provinsi pada kegiatan mobilisasi peralatan dan
material dapat menimbulkan masalah keselamatan masyarakat, khususnya pada jam-jam
padat. Hasil survei lapangan yang dilakukan mencatat (berdasarkan sub-bab 3.2 2.2) bahwa:
1) Proyek akan berlangsung dan jam 6 pagi sampai 6 sore (12 jam), 7 hani per minggu
selama 2 tahun selama masa konstruksi. Dalam pelaksanaannya, tingkat kegiatan
dapat berlangsung tidak sepadat ini. Perhitungan jumlah kendaraan untuk dampak Ialu
lintas merepresentasikan estimasi konservatif .
2) Volume lalulintas pada kondisi tanpa kegiatan konstruksi PLTU di ruas Jr PH.M Noor
pada tahun pertama adalah sebesar 185,88 smp/jam. Dalam 2 tahun berikutnya volume
lalulintas pada ruas jalan tersebut sebesar 188,56 smp/janm Sedangkan dengan adanya
proyek volume lalulintas pada tahun pertama adalah sebesar 208,88 smp/jam Dalam
2 tahun berikutnya volume lalulintas pada ruas jalan tersebut sebesar 211,56 smp/jam
pelaksanaan kegiatan keagamaan di sekitar Masjid Guru Danau pada setiap han
tergolong baik .
3) Pada saat-saat tertentu terjadi peningkatan VIC ratio menjadi 0.41 yaitu jika ada
pelaksanaan kegiatan keagamaan di sekitar Masjid Guru Danau pada setiap hari selasa
dan terjadi antara pukul 14.00 -16.00 , sehingga kondisi lalu lintas masih tergolong
baik.
Sub-bab 3.2.2.2 juga mencatat bahwa indeks tingkat pelayanan sebelum ada kegiatan
pembangunan PLTU pada JI.Ir P H.M.Noor dianggap sangat baik dan kapasitas jalan dapat
diterima untuk mengakomodasi volume lalu lintas. Artinya, berdasarkan kondisi eksisting
lalu lintas di kawasan studi, maka dapat disimpulkan bahwa kondisi lingkungan terkait
gangguan keselamatan masyarakat berada pada skala baik/resiko rendah.
Hasil prakiraan dampak yang telah dilakukan melalui telaahan logika pertimbangan
tujuan pembangunan, intensitas kegiatan dan tahapan kegiatan pembangunan, serta
perhitungan ilmiah, maka disimpulkan bahwa pada dasarnya setiap tahapan kegiatan baik
yang telah berlangsung maupun yang dalam perencanaan pembangunan PLTU PT. TPI telah
dan akan menimbulkan dampak terhadap komponen lingkungan, baik bersifat negatif
maupun positif.
Dari Gambar 4.1. dapat dilihat bahwa dampak utama kegiatan pembangunan berupa
keresahan sosial, peluang peningkatan pendapatan masyarakat, terganggunya kesehatan
masyarakat, dan gangguan terhadap flora dan fauna.
Dampak berupa keresahan sosial merupakan dampak yang paling penting mengingat
dampak sosial tersebut terjadi berasal dari kegiatan prakonstruksi, konstruksi dan
operasional. Kegiatan pada saat prakonstruksi yang menyebabkan dampak adalah kegiatan
sigi lapangan, kegiatan sosialisasi dan kegiatan pengadaan lahan. Sedangkan kegiatan
konstruksi yang menimbulkan dampak penting adalah kegiatan rekruitmen tenaga kerja, dan
kegiatan pematangan lahan. Dalam tahap operasional kegiatan yang menimbulkan dampak
sosial adalah kegiatan rekruitmen tenaga kerja, bongkar muat bahan bakar batubara,
kegiatan operasional unit pendingin, operasional PLTU, penanganan limbah padat dan
kegiatan penanganan limbah cair.
Selain itu kegiatan PLTU berasal dari kegiatan bongkar muat bahan bakar batubara,
operasional unit pendingin, dan pengelolaan limbah cair akan menyebabkan gangguan
terhadap biota perairan laut yang selanjutnya menyebabkan dampak sosial berupa
berkurangnya hasil nelayan.
Gambar 4.1. Diagram Alir Dampak Penting pada Tahap Prakonstruksi, Konstruksi dan Operasional
4.2. KAJIAN ALTERNATIF
Kajian alternatif dalam analisis dampak lingkungan merupakan bagian uraian
mengenai Rencana Usaha/atau kegiatan. Hal tersebut dicantumkan dalam Pedoman
Penyusunan Analisis Dampak Lingkungan baik dalam Keputusan Kepala Badan
Pengendalaian Dampak Lingkungan No.09 Tahun 2000 maupun dalam Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No.08 Tahun 2006. Sesuai dengan ketentuan tersebut
maka jika rencana kegiatan tersebut masih terdapat beberapa alternatif maka alternatif-
alternatif tersebut merupakan bagian dari lingkup kajian Analisis Dampak Lingkungan.
Dalam kasus rencana pembangunan PLTU PT. TPI dalam rencana tersebut tidak terdapat
alternatif yang dimaksud, oleh karena itu dalam kajian Analisis Dampak Lingkungan
rencana pembangunan PLTU PT. TPI tidak dilakukan kajian alternatif tersebut. Baik
teknologi maupun lokasi rencana pembangunan proyek tersebut telah ditetapkan.
Pemilihan lokasi sudah dilaksanakan pada saat kajian teknis yang dilakukan pemrakarsa
sedangkan penetapan teknologi merujuk pada PPA (Power Purchasing Agreement)
dengan PT. PLN Persero.
Dampak yang menonjol pada kegiatan mobilisasi peralatan dan material adalah
peningkatan frekuensi lalu lintas yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan jalan,
khususnya apabila muatan barang (tonage) barang yang diangkut tidak sesuai dengan
kapasitas jalan yang dilalui. Hal ini juga dikhawatirkan akan meningkatkan kecelakaan
lalu lintas.
Mobilisasi peralatan dan material akan sangat intensif pada saat pematangan lahan,
terutama di daerah tapak proyek karena terkait dengan peninggian elevasi tapak proyek
untuk power blok dan lainnya yang luasnya + 23 ha. Peninggian lokasi tersebut
mengakibatkan perubahan bentang alam yang dapat mempengaruhi pola hidrologi,
sehingga dapat mengakibatkan banjir/genangan air di sekitar tapak proyek. Apabila hal
ini tidak dilakukan pengelolaan dengan baik dan benar maka akan berlangsung sampai
tahap operasional.
Pada kegiatan operasional PLTU, dampak yang harus diperhatikan adalah emisi
gas buang (NOx, SOx) dan abu yang dikeluarkan melalui cerobong. Dari segi pengelolaan
lingkungan, kegiatan tersebut telah dikendalikan dengan EP untuk mereduksi abu
batubara dan penggunaan bahan bakar batubara berkadar sulfur rendah (< 0,2 %) serta
pemasangan CEMS sebagai alat pemantauan kontinyu terhadap gas buang dan abu
terbang. Hasil pemantauan tersebut harus dikaji dengan cermat sehingga ketika ada
peningkatan parameter yang dipantau, dapat segera diambil tindakan sesuai dengan SOP,
yang berupa perbaikan dan pemeliharaan yang merupakan feedback dari pengelolaan
lingkungan.
Hasil pembakaran dari kegiatan operasional PLTU berupa abu dasar (bottom ash)
dan abu terbang (fly ash) yang merupakan limbah padat B3 yang akan diangkut dengan
truk khusus menuju ash dipsosal (tempat penyimpanan abu batubara). Abu batubara
tersebut akan ditimbun dalam kolam pembuangan abu yang bagian dasarnya telah
dilapisi dengan HDPE yang kedap air agar tidak terjadi infiltrasi ke dalam air tanah.
Namun pada saat proses pengangkutan dapat menimbulkan dampak beterbangannya abu
terbang tersebut, khususnya pada saat angin bertiup kencang yang akan berpengaruh
terhadap proses fotosintesis tanaman budidaya dan terganggunya proses metabolisme
tanaman yang kemudian dapat mengganggu proses pembuahan. Di samping gangguan
terhadap flora di sekitar tapak proyek, juga akan menimbulkan ganggunan terhadap
proses pernafasan fauna dan pekerja serta masyarakat yang berdekatan dengan kegiatan
tersebut dalam jangka waktu yang cukup lama (30 tahun).
Permasalahan dari penyimpanan abu batubara ini adalah air permukaan yang
terkontaminasi senyawa B3 dan terbentuknya lindi pada musim hujan, karena terletak di
lokasi alam terbuka sehingga dikhawatirkan akan terjadi limpasan tidak dalam ash
disposalnya namun juga pada kolam pengendapan (sedimentation pond). Apabila hal ini
terjadi maka akan berpengaruh terhadap sistem kinerja pengolahan limbah cair dan akan
terbuang ke laut sehingga mencemari air laut dan selanjutnya terhadap biota laut.
Penanganan limbah cair minyak yang berasal dari kegiatan ”start up” akan diolah
dengan mengggunakan oil separator dan limbah cair dari boiler dalam proses
demineralisasi akan dinetralkan dalam unit pengolahan limbah cair termasuk limbah cair
domestik. Namun demikian dampak tersebut dapat timbul apabila penanganan limbah
cair tersebut mengalami kegagalan atau tidak dilaksanakan dengan baik, sehingga perlu
dilakukan pemantauan terhadap kinerja pengelolaan limbah cair.
Secara ringkas dampak penting yang timbul dan pengelolaan dampak kegiatan
pembangunan PLTU PT. TPI disajikan dalam Tabel 6.1. sedangkan uraian lengkap
masing-masing dampak dan pengelolaannya diuraikan dalam dokumen RKL dan RPL.
Tabel 4.1. Ringkasan Dampak Penting Dan Pengelolaan Lingkungan Pembangunan
PLTU PT. TPI