Vous êtes sur la page 1sur 21

ASUHAN KEPERAWATAN APPENDIKSITIS

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pemenuhan kebutuhan dalam memenuhi asuhan keperawatan yang sangat diperlukan
pengawasan terhadap masalah yang berhubungan dengan gangguan dari dalam tubuh yang
diakibatkan oleh Apendiksitis, yang dapat mengganggu pola aktivitas sehari–hari. Ada beberapa
prosedur keperawatan yang dapat dilakukan, diantaranya pemenuhan kebutuhan asuhan
keperawatan pada pasien yang tidak mampu melakukannya secara mandiri.
Sistem gastrointestinal berjalan mulai dari mulut ke anus, yang berfungsi untuk ingesti
dan pendorongan makanan, pencernaannya, serta penyerapan zat-zat gizi yang penting bagi
pertumbuhan dan kehidupan. Saluran GI berawal di rongga mulut berlanjut ke esofagus dan
Lambung dimana makanan sementara disimpan sampai di salurkan ke usus halus. Setelah
diserap di usus makanan disalurkan ke usus besar (colon dan rectum).Organ-organ tambahan
sistem GI meliputi hati, pankreas, kandung empedudan apendik. Jika salah satu organ GI
terganggu maka akan menimbulkan gangguan, salah satunya apendik. Apendik cenderung
menjadi tersumbat ataurentanterhadap infeksi bila pengosongan mukusnya tidak efektif
danlumennya yang kecil kira-kira 7% dari populasi akan mengalamiapendikdisitis.
Apendikdisitis sering terjadi antara 20 dan 30 tahun. Untuk itu diperlukan adanya kerjasama
dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan apendiksitis baik perawat, individu
dan keluarga, sehingga tercapai keperawatan yang komprehensif.
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. KONSEP PENYAKIT APENDIKSITIS


A. Pengertian
Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran
bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat
(Smeltzer, 2001).
Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing.Dalam kasus
ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi
dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi.Bila tidak terawat, angka kematian
cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi
hancur. (Anonim, Apendisitis, 2007)
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
(apendiks).Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan.Bila infeksi bertambah parah, usus
buntu itu bisa pecah.Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan
menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum).Usus buntu besarnya sekitar
kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah.Strukturnya seperti bagian usus
lainnya.Namun, lendirnya banyak mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan
lendir. (Anonim, Apendisitis, 2007)
Apendisitis merupakan peradangan pada usus buntu/apendiks (Anonim,
Apendisitis, 2007).

B. Etiologi
Appendiksitis merupakan infeksi bakteri yang disebabkan oleh obstruksi atau
penyumbatan akibat :
- Hiperplasia dari folikel limfoid.
- Adanya fekalit dalam lumen appendiks.
- Tumor appendiks.
- Adanya benda asing seperti cacing askariasis.
- Erosi mukosa appendiks karena parasit seperti E. Histilitica.
Menurut penelitian, epidemiologi menunjukkan kebiasaan makan makanan
rendah serat akan mengakibatkan konstipasi yang dapat menimbulkan appendiksitis. Hal
tersebut akan meningkatkan tekanan intra sekal, sehingga timbul sumbatan fungsional
appendiks dan meningkatkan pertumbuhan kuman flora pada kolon.

C. Patofisiologi
Appendiksitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen appendiks oleh
hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat
peradangan sebelumnya atau neoplasma. Obstruksi tersebut menyebutkan mukus yang
diproduksi mukosa yangmengalami bendungan. Makin lama mukus tersebut makin
banyak, namun elastisitas dinding appendiks mempunyai keterbatasan sehingga
menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan
menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi
mukosa. Pada saat inilah terjadi appendiksitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri
epigastrium. Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal
tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan
menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat
sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan
appendiksitis supuraktif akut. Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark
dinding appendiks yang diikuti gangren. Stadium ini disebut dengan appendiksitis
gangreosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi appendiksitis perforasi.
Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan
bergerak kearah appendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrate
appendilkularis. Peradangan appendiks tersebut menjadi abses atau menghilang. Pada
anak-anak, karena omentum lebih pendek dan appendiks lebih tipis.Keadaan tersebut
ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan tejadinya perforasi.
Sedangkan pada orang tua, perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh
darah (Mansjoer. A, 2000)
D. Manifestasi klinis
Menurut Smeltzer, Suzanne, C, 2001, Tanda dan gejala yang muncul pada pasien
dengan apendiksitis, antara lain :
1. Nyeri kuadran bawah
Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney bila dilakukan tekanan. Nyeri tekan
lepas mungkin akan dijumpai. Derajat nyeri tekan, spasme otot, dan apakah
terdapat konstipasi atau diare tidak tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi
appendiks. Bila appendiks melingkar di belakang sekum, nyeri dan nyeri tekan
dapat terasa di daerah lumbal ; bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini
hanya dapat diketahui pada pemeriksaan rektal. Nyeri pada defekasi
menunjukkan bahwa ujung appendiks dekat dengan kandung kemih atau ureter.
Adanya kekeakuan pada bagian bawah otot rektum kanan dapat terjadi.
2. Demam ringan
3. Mual-muntah
4. Hilangnya nafsu makan
5. Nyeri tekan lokal pada titik mc Burney
6. Nyeri tekan lepas (hasil atau intesifikasi dari nyeri bila tekanan dilepaskan)
7. Tanda rovsing
Tanda rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri yang
secara paradoksimal menyebabkan nyeri yang terasa di kuadran kanan bawah.
Apabila appendiks telah ruptur, nyeri dan dapat lebih menyebar ; distensi
abdomen terjadi akibat ileus paralitikdan kondisi klien memburuk
8. Distensi abdomen akibat ileus paralitik
9. Kondisi pasien memburuk

E. Klasifikasi
Klasifikasi apendisitis dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu
setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta difusi, yaitu
sudah bertumpuk nanah.
2. Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah
sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks
miring, biasanya ditemukan pada usia tua.
Adapun tahapan peradangan apendisitis, antara lain :
1. Apendisitis akuta (sederhana, tanpa perforasi)
2. Apendisitis akuta perforate ( termasuk apendisitis gangrenosa, karena
dinding apendiks sebenarnya sudah terjadi mikroperforasi).
Beberapa komplikasi Appendiksitis yang dapat terjadi adalah
a) Perforasi
Keterlambatan penanganan merupakan alasan penting terjadinya
perforasi. Perforasi appendix akan mengakibatkan peritonitis purulenta
yang ditandai dengan demam tinggi, nyeri makin hebat meliputi seluruh
perut dan perut menjadi tegang dan kembung. Nyeri tekan dan defans
muskuler di seluruh perut, peristaltik usus menurun sampai menghilang
karena ileus paralitik (Syamsuhidajat, 1997). Apendisitis adalah penyakit
yang jarang mereda dengan spontan, tetapi peyakit ini tidak dapat
diramalkan dan mempunyai kecenderungan menjadi progresif dan
mengalami perforasi. Karena perforasi jarang terjadi dalam 8 jam pertama,
observasi aman untuk dilakukan dalam masa tersebut. Tanda-tanda
perforasi meliputi meningkatnya nyeri, spasme otot dinding perut kuadran
kanan bawah dengan tanda peritonitis umum atau abses yang terlokalisasi,
ileus, demam, malaise, leukositosis semakin jelas. Bila perforasi dengan
peritonitis umum atau pembentukan abses telah terjadi sejak klien pertam
akali datang, diagnosis dapat ditegakkan dengan pasti.
Bila terjadi peritonitis umum terapi spesifik yang dilakukan adalah
operasi untuk menutup asal perforasi. Sedangkan tindakan lain sebagai
penunjang : tirah baring dalam posisi fowler medium, pemasangan NGT,
puasa, koreksi cairan dan elektrolit, pemberian penenang, pemberian
antibiotik berspektrum luas dilanjutkan dengan pemberian antibiotic yang
sesuai dengan kultur, transfusi utnuk mengatasi anemia, dan penanganan
syok septik secara intensif, bila ada.
Bila terbentuk abses apendiks akan teraba massa di kuadran kanan
bawah yang cenderung menggelembung ke arah rektum atau vagina.
Terapi dini dapat diberikan kombinasi antibiotik (misalnya ampisilin,
gentamisin, metronidazol, atau klindamisin). Dengan sediaan ini abses
akan segera menghilang, dan apendiktomi dapat dilakaukan 6-12 minggu
kemudian. Pada abses yang tetap progresif harus segera dilakuakn
drainase.Abses daerah pelvis yang menonjol ke arah rektum atau vagina
dengan fruktuasi positif juga perlu dibuatkan drainase.
Tromboflebitis supuratif dari sistem portal jarang terjadi tetapi
merupakan komplikasi yang letal. Hal ini harus dicurigai bila ditemukan
demam sepsis, menggigil, hepatomegali, dan ikterus setelah terjadi
perforasi apendiks. Pada keadaan ini diindikasikan pemberian antibiotik
kombinasi dengan drainase. Komplikasi lain yang terjadi ialah abses
subfrenikus dan fokal sepsis intraabdominal lain. Obstruksi intestinal juga
dapat terjadi akibat perlengketan.
Peritonitis
Peradangan peritoneum merupakan penyulit berbahaya yang dapat
terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Keadaan ini biasanya terjadi
akibat penyebaran infeksi dari apendisitis. Bila bahan yang menginfeksi
tersebar luas pada permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya
peritonitis generalisata. Dengan begitu, aktivitas peristaltic berkurang
sampai timbul ileus paralitik, usus kemudian menjadi atoni dan meregang.
Cairan dan elektrolit hilang ke dalam lumen usus menyebabkan dehidrasi,
gangguan sirkulasi, oligouria, dan mungkin syok.Gejala : demam,
lekositosis, nyeri abdomen, muntah, Abdomen tegang, kaku, nyeri tekan,
dan bunyi usus menghilang (Price dan Wilson, 2006).
b) Massa Periapendikuler
Hal ini terjadi bila apendisitis gangrenosa atau mikroperforasi
ditutupi pendindingan oleh omentum. Umumnya massa apendix terbentuk
pada hari ke-4 sejak peradangan mulai apabila tidak terjadi peritonitis
generalisata. Massa apendix dengan proses radang yang masih aktif
ditandai dengan keadaan umum masih terlihat sakit, suhu masih tinggi,
terdapat tanda-tanda peritonitis, lekositosis, dan pergeseran ke kiri. Massa
apendix dengan proses meradang telah mereda ditandai dengan keadaan
umum telah membaik, suhu tidak tinggi lagi, tidak ada tanda peritonitis,
teraba massa berbatas tegas dengan nyeri tekan ringan, lekosit dan netrofil
normal (Ahmadsyah dan Kartono, 1995).

F. Pencegahan
Pencegahan pada appendiksitis yaitu dengan menurunkan resiko obstuksi dan
peradangan pada lumen appendiks. Pola eliminasi klien harus dikaji,sebab obstruksi
oleh fekalit dapat terjadi karena tidak ada kuatnya diit tinggi serat.Perawatan dan
pengobatan penyakit cacing juga menimbulkan resiko. Pengenalan yang cepat
terhadap gejala dan tanda appendiksitis menurunkan resiko terjadinya
gangren,perforasi dan peritonitis.

G. Penatalaksanaan
Appendiktomi
Ada 3 cara tehnik operatif yang mempunyai keuntungan dan kerugian
1. Insisi menurut Mc.Burney (grid incision atau muscle splitting incision).
Sayatan dilakukan pada garis yang tegak lurus pada garis yang menghubungkan
spinal iliaka anterior superior (SIAS) dengan umbilicus pada batas sepertiga
lateral (titik Mc.Burney). Sayatan ini mengenai kutis, subkutis dan fasia. Otot-otot
dinding perut dibelah secara tumpul menurut arah serabutnya. Setelah itu akan
tampak peritonium parietal (mengkilat berwarna biru ke abu-abuan) yang disayat
secukupnya untuk meluksasi sekum. Sekum di kenal dari ukurannya yang besar,
megkilat, lebih kelabu/putih, mempunyai hustrae dan taenia koli.Sedangkan ileum
lebih kecil, lebih merah, dan tidak mempunyai haustrae atau taenia koli. Basis
apendiks dicari pada pertemuan ketiga taenia koli . Tehnik inilah yang paling
sering dikerjakan karena keuntungannya tidak terjadi benjolan dan tidak mungkin
terjadi herniasi, trauma operasi minimum pada alat-alat tubuh dan masa istirahat
pasca bedah yang lebih pendek karena penyembuhan lebih cepat. Kerugiannya
adalah lapangan operasi terbatas, sulit diperluas, dan waktu operasi lebih lama.
Lapangan operasi dapat diperluas dengan memotong otot secara tajam.
2. Insisi menurut Roux (muscle cutting incision)
Lokasi dan arah sayatan sama dengan Mc. Burney, hanya sayatannya langsung
menembus dinding perut tanpa memperdulikan arah serabut sampai mudah
diperluas, sederhana dan mudah. Sedangkan kerugiannya adalah diagnosis yang
harus tepat sehingga lokasi dapat dipastikan, lebih banyak memotong syaraf dan
pembuluh darah sehingga perdarahan menjadi lebih banyak, masa istirahat pasca
bedah lebih lama karena adanya benjolan yang mengganggu pasien, nyeri pasca
operasi lebih sering terjadi kadang-kadang ada hematoma yang terinfeksi dan
massa penyembuhan lebih lama.
3. Insisi pararektal
Dilakukan sayatan pada garis batas lateral m. rektus abdominalis dekstrasecara
vertical dati cranial ke kaudal sepanjang 10 cm. Keuntungan teknik ini dapat
dipakai kasus-kasus appendiks yang belum pasti dan kalau perlu sayatan dapat
diperpanjang dengan mudah. Sedangkan kerugiannya sayatanini tidak secara
langsung mengarah ke appendiks atau sekum, kemungkinan memotong saraf dan
pembuluh darah lebih besar dan untuk menutup luka operasi jahitan perlu
dilakukan jahitan penunjang.

2. KONSEP KEBUTUHAN DASAR GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN


KENYAMANAN (NYERI)
A. Definisi kenyamanan
Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga
keadaan aman dan tentram (Potter& Perry, 2006). Kenyamanan adalah keadaan dimana
individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dan berespons terhadap suatu
rangsangan yang berbahaya (Carpenito, Linda Jual, 2006)
B. Batasan Karakteristik
1. Mayor (Harus Terdapat)
Individu memperlihatkan atau melaporkan ketidaknyamanan (mis: nyeri, mual,
muntah, pruritus) (Lynda, 2006)
2. Minor (Mungkin Terdapat)
Menurut (Lynda, 2006) Respons autonom pada nyeri akut :
a. Tekanan darah meningkat
b. Nadi meningkat
c. Diaforesis
d. Pupil dilatasi
e. Raut wajah kesakitan
f. Menangis, merintih
C. Definisi nyeri
Nyeri adalah suatu keadaan yang tidak menyenagkan akibat terjadinya
rangsangan fisik, maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi
fisik, fisiologis, maupun emosional (Aziz, 2009).
Nyeri adalah kondisi suatu mekanisme prolektif tubuh ayng timbul bilamana
jaringan mengalami kerusakan dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk
menghilangkan rangsangan tersebut(Guyton, 1997).
D. Klasifikasi nyeri
a. nyeri berdasarkan kualitasnya
i. nyeri yang menyayat
ii. nyeri yang menusuk
b. nyeri berdasarkan tempatnya
i. nyeri superfisial/nyeri permukaan tubuh
ii. nyeri dalam/nyeri tusuk bagian dalam
iii. nyeri ulseral/nyeri dari tusuk jaringan ulseral
iv. nyeri neurologis/nyeri dari kerusakan saraf perifer
v. nyeri menjalar/nyeri akibat kerusakan jaringan ditempat lain
vi. nyeri sindrom/nyeri akibat kehilangan sesuatu bagian tubuh karena
pengalaman masalalu
vii. nyeri patogenik/nyeri tanpa adanya stimulus
c. nyeri berdasarkan serangannya
i. nyeri akut: nyeri yang timbul tiba-tiba, waktu kurang dari 6 bulan
ii. nyeri kronis: nyeri yang timbul terus-menerus, waktu lebih atau sama 6
bulan
d. nyeri menurut sifatnya
i. nyeri timbul sewaktu-waktu
ii. nyeri yang menetap
iii. nyeri yang kumat-kumatan
e. nyeri menurut rasa
i. nyeri yang cepat: nyeri yang menusuk
ii. nyeri difus: nyeri normal yang bisa dirasakan
f. nyeri menurut kegawatan
i. nyeri ringan
ii. nyeri sedang
iii. nyeri berat
g. Mual
Mual adalah keadaan dimana individu mengalami sesuatu ketidaknyamanan,
sensasi seperti gelombang dibelakang tenggorokan epigastrium, atau seluruh
abdomen yang mungkin atau mungkin tidak menimbulkan muntah.
E. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Nyeri
a. Pengalaman nyeri pada seseorang dapat di pengaruhi oleh beberapa hal diantaranya :
Artisi nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian arti
nyeri tersebut merupakan arti yang negatif. Seperti membahayakan, merusak dan
lain-lain. Keadaan ini mempengaruhi oleh beberapa faktor seperti : usia, jenis
kelamin, latar belakang sosial budaya, lingkungan dan pengalaman.
b. Persis nyeri, merupakan penilaian yang sangat subyektif tempatnya pada konteks.
c. Toleransi nyeri, toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat
mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang mempengaruhi
antara lain : alkohol, obat-obatan, hipnotis, gesekan, pengalihan perhatian,
kepercayaan yang kuat.
d. Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respon seseorang terhadap nyeri seperti:
nyeri tingkat persepsi, nyeri pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan sosial
kesehatan fisik dan mental (Hidayat,2008).
F. Sumber Nyeri
a. Cutaneous / superfisial yang meliputi struktur pada kulit dan jaringan subcutan.
b. Viseral yang meliputi organ-organ yang berada dalam rangga tubuh.
c. Deep srematik yang meliputi tulang otot syaraf dan jaringan-jaringan yang
menyokong (Smellchzer,2006).
G. Upaya Mengatasi Nyeri
a. Distraksi mengalihkan perhatian Misalnya : nonton TV, baca majalah, mengajak
bicara pasien.
b. Relaksasi nafas dalam, kompres, message.
c. Akupuntur tusuk jarum pada daerah nyeri.
d. Hipnosa teknik membuat orang tidak sadar diri.
e. Analgesik mengurangi persepsi tentang nyeri
f. Daya kerja sistem syaraf sentral
H. Tingkat Nyeri
a. Menurut Kozier
0 : tidak nyeri
1, 2, 3, 4 : ringan
5, 6 : sedang
7, 8, 9 : berat
10 : sangat berat.
b. Menurut Meizak dan Rogerson (1991)
 tidak nyeri
 ringan
 tidak nyaman
 Distressing
 Novible (berat)
 exeros clating (sangat berat)
c. Menurut Maxwell (1989)
 tidak nyeri
 ringan
 sedang
 berat
d. Menurut Mc Gill (Mc Gill scale)
 tidak nyeri
 nyeri ringan
 nyeri sedang
 nyeri berat
 nyeri sangat berat
 nyeri hebat.
I. Etiologi
1. Trauma
a. Mekanik (tergesek, terpotong, terpukul, tertusuk)
b. Thermis (panas dan dingin)
c. Chemis (zat kimia bersifat asam dan baja serta iritasi dan korosif lainnya)
d. Elektris (listrik)
2. Peradangan (inflamasi)
Nyeri disebabkan oleh pembengkakan meregang syaraf dan pelepasan mediator
kimia.
3. Trauma Psikologis
Keluhan yang berhubungan dengan psikologis
4. Gangguan sirkulasi
Terjadi penyempitan / penyumbatan pada saluran tub.
5. Neuplasma
Jinak nyeri tidak ada ujung reseptor, misalnya tumor
J. Gejala Klinis
1. Respon Simpatis
a. Peningkatan tekanan darah
b. Peningkatan suhu
c. Peningkatan respirasi
2. respon muscular
a. Gelisah
b. Meraba
c. Membatasi respirasi
3. Respon emosional
a. Perubahan perilaku
b. Iritable, merintih dan menangis
c. Ekspresi wajah : menyeringai, masalah
K. Pengkajian
Pengumpulan Data
1. Pengkajian umum
a. Identitas Pasien
Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor
register.
b. Riwayat Keperawatan
 Riwayat Kesehatan saat ini : keluhan nyeri pada luka post operasi
apendektomi, mual muntah, peningkatan suhu tubuh, peningkatan
leukosit.
 Riwayat Kesehatan masa lalu
Apakah sebelumnya pasien pernah di rawat di rumah sakit atau pernah
mengalami sakit seperti ini
c. Pemeriksaan Fisik
 Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi, pernafasan
 Perilaku : Meletakkan tangan di paha, tungkai, dan paha flexi
 Expresi wajah
 Sistem kardiovaskuler
Untuk mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya distensi vena
jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi jantung.
 Sistem hematologi
Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit yang merupakan
tanda adanya infeksi dan pendarahan, mimisan splenomegali.
 Sistem urogenital
Ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit pinggang.
 Sistem musculoskeletal
Untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam pergerakkan, sakit
pada tulang, sendi dan terdapat fraktur atau tidak.
 Sistem kekebalan tubuh
Untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening.
d. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan darah rutin : untuk mengetahui adanya peningkatan
leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi.
 Pemeriksaan foto abdomen : untuk mengetahui adanya komplikasi
pasca pembedahan.
2. Keluhan utama
Keluhan yang paling dirasakan klien
a. Klien mengatakan nyeri
P : Paliatif
Faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri
Q : Qualitatif
Seperti apa, tajam, tumpul, atau tersayat
R : Regio
Daerah perjalan nyeri
S : Severe
Keparahan atau intensitas nyeri
T : Time
Lama waktu serangan atau frequensi nyeri
b. Pemeriksaan fisik
 Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi, pernafasan
 Perilaku : Meletakkan tangan di paha, tungkai, dan paha flexi
 Expresi wajah
Pengkajian focus
1. Posisi yang memperlihatkan pasien
Pasien tampak takut bergerak dan berusaha merusak posisi yang memberikan rasa
nyaman
2. Ekspresi umum
 Tampak meringis, merintih
 Cemas, wajah pucat
 Ketakutan bila nyeri timbul mendadak
 Keluar keringat dingin
 Kedua rahang dikatupkan erat-erat dan kedua tangan tampak dalam posisi
menggenggam
 Pasien tampak mengeliat karena kesakitan
3. Pasien dengan nyeri perlu diperhatikan saat pengkajian adalah
 Lokasi nyeri
 Waktu timbulnya nyeri
 Reaksi fisik/psikologis pasien terhadap nyeri
 Karakteristik nyeri
 Faktor pencetus timbulnya nyeri
 Cara-cara yang pernah dilakukan untuk mengatasi nyeri
L. Diagnosa Kebutuhan Rasa Nyaman Dan Aman
Diagnosa menurut (Lynda, 2006)
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik atau trauma
b. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
c. Resiko Injury berhubungan dengan imobilisasi, penekanan sensorik patologi
intracranial dan ketidaksadaran
M. Perencanaan Keperawatan
No. Dx
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik atau trauma
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .......x24 jam, diharapakan nyeri
berkurang dengan kriteria:
 Kontrol Nyeri
- Mengenal faktor penyebab
- Mengenal reaksi serangan nyeri
- Mengenali gejala nyeri
- Melaporkan nyeri terkontrol
 Tingkat Nyeri
- Frekuensi nyeri
- Ekspresi akibat nyeri
- Kaji tingkat nyeri, meliputi : lokasi, karakteristik, dan onset,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, faktor-faktor
presipitasi
- Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon
pasien terhadap ketidaknyamanan
- Berikan informasi tentang nyeri
- Ajarkan teknik relaksasi
- Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup
- Turunkan dan hilangkan faktor yang dapat meningkatkan nyeri
- Lakukan teknik variasi untuk mengurangi nyeri
- Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
- Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgetik
- Berikan analgetik yang tepat sesuai dengan resep
- Catat reaksi analgetik dan efek buruk yang ditimbulkan
- Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
b. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .....x24 jam diharapakan
kecemasan menurun atau pasien dapat tenang dengan kriteria :
 Control Cemas
- Menyingkirkan tanda kecemasaan
- Menurunkan stimulasi lingkungan ketika cemas
- Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan cemas
- Melaporkan penurunan kebutuhan tidur adekuat
- Tidak ada manifestasi perilaku kecemasan
 Koping
- Memanajemen masalah
- Mengekspresikan persaan dan kebebasan emosinal
- Memelihara kestabilan financial
- Menggunakan suport social
 Penurunan Kecemasan
- Tenangkan klien
- Berusaha memahami keadaan klien
- Berikan informasi tentang diagnosa,prognosis dan tindakan
- Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan
- Gunakan pendekatan dengan sentuhan (permisi) verbalisasi
- Temani klien untuk mendukung keamanan dan menurunkan rasa
takut
- Instruksikan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi
- Berikan pengobatan untuk menurunkan cemas dengan cara yang
tepat
 Peningkatan Koping
- Hargai pemahaman pasien tentang proses penyakit
- Gunakan pendekatan yang tenang dan memberikan jaminan
- Sediakan informasi actual tentang diagnosa, penanganan dan
prognosis
- Dukung keterlibatan keluarga dengan cara yang tepat
- Bantu pasien untuk mengidentifikasi strategi positif untuk
mengatasi keterbatasan dan mengelola gaya hidup atau perubahan
peran
c. Resiko Injury berhubungan dengan imobilisasi, penekanan sensorik patologi
intracranial dan ketidaksadaran
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .....x24 jam diharapkan tidak ada
cedera dengan kriteria:
 Risk Control
- klien terbebas dari cedera
- klien mampu menjelaskan cara/metode untuk mencegah cedera
- klien mampu menjelaskan faktor resiko dari lingkungan/prilaku
personal
- mampu memodifikasi untuk mencegah injury
- mampu mengenali perubahan status kesehatan
 Keterangan Penilaian
 Enviromental Manajement (Manajemen Lingkungan)
- sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
- identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi
fisik dan fungsi kognisi pasien dan riwayat penyakit terdahulu
pasien
- menghindarkan lingkungan yang berbahaya
- memasang side rail tempat tidur
- menyediakan tempat tidur yang aman dan bersih
- membatasi pengunjung
- memberikan penerangan yang cukup
- menganjurkan keluarga untuk menemani pasien
- mengontrol lingkungan dari kebisingan
- berikan penjelasan pada pasien dan keluarga pasien atau
pengunjung tentang adanya perubahan status kesehatan dan
penyememasang side rail tempat tidur
- menyediakan tempat tidur yang aman dan bersih
- membatasi pengunjung
- memberikan penerangan yang cukup
- menganjurkan keluarga untuk menemani pasien
- mengontrol lingkungan dari kebisingan
- berikan penjelasan pada pasien dan keluarga pasien atau
pengunjung tentang adanya perubahan status kesehatan dan
penyebab penyakit
N. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan discontuinitas jaringan luka post operasi
appendiktomi.
2. Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan Kondisi fisik
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pembatasan gerak skunder terhadap nyeri.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasive appendiktomi.
5. Resiko kekurangan volume cairan sehubungan dengan pembatasan pemasukan
cairan secara oral.
O. Intervensi
1. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan discontuinitas jaringan luka post operasi
appendiktomi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24jam Nyeri
berkurang Kriteria Hasil :
Tampak rilek dan dapatrileks, wajah tidak meringis
Intervensi
1) Kaji skala nyeri lokasi, karakteristik dan laporkan perubahan nyeri dengan tepat.
2) Jika nyeri ajarkaan cara mengurangi rasa nyeri
3) Pertahankan istirahat dengan posisi semi powler.
4) Evaluasi tidakan yang dilakukan
5) Berikan posisi yang aman dan nyaman
6) Kolborasi tim dokter dalam pemberian analgetika.
Rasional
1) Berguna dalam pengawasan dan keefesien obat, kemajuan penyembuhan,
perubahan dan karakteristik nyeri.
2) Dapat mengurangi nyeri
3) Dapat Memberikan rasa nyaman
4) Untuk mengetahui respon pasien.
5) Meningkatkan relaksasi.
6) Menghilangkan nyeri.
2. Gangguan pola istirahat (tidur) berhubungan dengan kondisi fisik nyeri luka post op
Tujuan : tidak terjadi gangguan pola tidur
Kriteria Hasil:
Klien tampak sadar, tidak banyak menguap, mata tidak merah
Intervensi:
1) Tentukan kebiasaan tidur dan perubahan yang terjadi
2) Berikan posisi yang aman dan nyaman
3) Ciptakan lingkungan yang nyaman
4) Berikan kesempatan klien untuk istirahat jika ada yang menjenguk bukan pada jam
jenguk
Rasional:
1) Agar pasien tidak merasa kaget dengan perubahan yang saat sakit dan sebelum
sakit
2) Untuk memberikan rasa nyaman untuk pasien
3) Dapat memberikan kenyamanan pada pasien
4) Dapat membuat pasien beristirahat dengan tenang
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pembatasan gerak skunder terhadap nyeri
Tujuan : toleransi aktivitas
Kriteria Hasil : klien dapat bergerak tanpa pembatasan, tidak berhati-hati dalam
bergerak.
Intervensi
1) catat respon emosi terhadap mobilitas.
2) Berikan aktivitas sesuai dengan keadaan klien.
3) Berikan klien untuk latihan gerakan gerak pasif dan aktif.
4) Bantu klien dalam melakukan aktivitas yang memberatkan.
Rasional
1) Immobilisasi yang dipaksakan akan memperbesar kegelisahan.
2) Meningkatkan kormolitas organ sesuiai dengan yang diharapkan.
3) Memperbaiki mekanika tubuh.
4) Menghindari hal yang dapat memperparah keadaan.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasive appendiktomi
Tujuan : infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil : tidak terdapat tanda-tanda infeksi dan peradangan
Intervensi
1) Ukur tanda-tanda vital
2) Observasi tanda-tanda infeksi
3) Lakukan perawatan luka dengan menggunakan teknik septik dan aseptik
4) Observasi luka insisi
Rasional
1) Untuk mendeteksi secara dini gejala awal terjadinya infeksi
2) Deteksi dini terhadap infeksi akan mudah
3) Menurunkan terjadinya resiko infeksi dan penyebaran bakteri.
4) Memberikan deteksi dini terhadap infeksi dan perkembangan luka.
5. Resiko kekurangan volume cairan berhubungna dengan pembatasan pemasukan
cairan secara oral
Tujuan : kekurangan volume cairan tidak terjadi
Intervensi
1) Ukur dan catat intake dan output cairan tubuh
2) Awasi vital sign: evaluasi nadi, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran
mukosa
3) Kolaborasi dengan tim dokter untuk pemberian cairan intra vena
Rasional
1. Dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi pengeluaran
cairan atau kebutuhan pengganti.
2. Indikator hidrasi volume cairan sirkulasi dan kebutuhan intervensi
3. Mempertahankan volume sirkulasi bila pemasukan oral tidak cukup dan
meningkatkan fungsi ginjal

Vous aimerez peut-être aussi

  • Punya Aji
    Punya Aji
    Document1 page
    Punya Aji
    Puskesmas Wera
    Pas encore d'évaluation
  • Foto Pendataan Siswa
    Foto Pendataan Siswa
    Document1 page
    Foto Pendataan Siswa
    Puskesmas Wera
    Pas encore d'évaluation
  • Foto September
    Foto September
    Document1 page
    Foto September
    Puskesmas Wera
    Pas encore d'évaluation
  • Daftar Hadir
    Daftar Hadir
    Document2 pages
    Daftar Hadir
    Puskesmas Wera
    Pas encore d'évaluation
  • Surat Tugas BOK 2016
    Surat Tugas BOK 2016
    Document15 pages
    Surat Tugas BOK 2016
    Puskesmas Wera
    Pas encore d'évaluation
  • Undangan Sosialisasi Swabantu Odgj
    Undangan Sosialisasi Swabantu Odgj
    Document2 pages
    Undangan Sosialisasi Swabantu Odgj
    Puskesmas Wera
    Pas encore d'évaluation
  • Foto Oktober
    Foto Oktober
    Document1 page
    Foto Oktober
    Puskesmas Wera
    Pas encore d'évaluation
  • RW 10
    RW 10
    Document5 pages
    RW 10
    Puskesmas Wera
    Pas encore d'évaluation
  • RW 18
    RW 18
    Document4 pages
    RW 18
    Puskesmas Wera
    Pas encore d'évaluation
  • RW 13
    RW 13
    Document5 pages
    RW 13
    Puskesmas Wera
    Pas encore d'évaluation
  • RW 20
    RW 20
    Document4 pages
    RW 20
    Puskesmas Wera
    Pas encore d'évaluation
  • RW 13
    RW 13
    Document8 pages
    RW 13
    Puskesmas Wera
    Pas encore d'évaluation
  • RW 20
    RW 20
    Document4 pages
    RW 20
    Puskesmas Wera
    Pas encore d'évaluation
  • RW 11
    RW 11
    Document5 pages
    RW 11
    Puskesmas Wera
    Pas encore d'évaluation
  • Askep Gastritis
    Askep Gastritis
    Document12 pages
    Askep Gastritis
    Puskesmas Wera
    Pas encore d'évaluation
  • RW 13
    RW 13
    Document5 pages
    RW 13
    Puskesmas Wera
    Pas encore d'évaluation
  • RW 10
    RW 10
    Document5 pages
    RW 10
    Puskesmas Wera
    Pas encore d'évaluation
  • Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Typhoid
    Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Typhoid
    Document5 pages
    Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Typhoid
    Sacciiarencikalaurapokpok Siisurtiicayankkaliansangat ScooteristakpunyaVespa
    Pas encore d'évaluation
  • Bagaimana Proses Pembuatan Teh Itu
    Bagaimana Proses Pembuatan Teh Itu
    Document8 pages
    Bagaimana Proses Pembuatan Teh Itu
    Puskesmas Wera
    Pas encore d'évaluation
  • RW 11
    RW 11
    Document5 pages
    RW 11
    Puskesmas Wera
    Pas encore d'évaluation
  • Askep Gastritis
    Askep Gastritis
    Document12 pages
    Askep Gastritis
    Puskesmas Wera
    Pas encore d'évaluation
  • Askep Diabetes Melitus
    Askep Diabetes Melitus
    Document10 pages
    Askep Diabetes Melitus
    Puskesmas Wera
    Pas encore d'évaluation
  • Lapor Dokter Baru
    Lapor Dokter Baru
    Document1 page
    Lapor Dokter Baru
    Puskesmas Wera
    Pas encore d'évaluation
  • Askep Asma
    Askep Asma
    Document14 pages
    Askep Asma
    Puskesmas Wera
    Pas encore d'évaluation
  • Undangan Sosialisasi Swabantu Odgj
    Undangan Sosialisasi Swabantu Odgj
    Document2 pages
    Undangan Sosialisasi Swabantu Odgj
    Puskesmas Wera
    Pas encore d'évaluation
  • Undangan Sosialisasi Swabantu Odgj
    Undangan Sosialisasi Swabantu Odgj
    Document2 pages
    Undangan Sosialisasi Swabantu Odgj
    Puskesmas Wera
    Pas encore d'évaluation
  • Pemeriksaan Hepatitis
    Pemeriksaan Hepatitis
    Document2 pages
    Pemeriksaan Hepatitis
    Puskesmas Wera
    Pas encore d'évaluation
  • Kekayaan Alam Laut
    Kekayaan Alam Laut
    Document12 pages
    Kekayaan Alam Laut
    Puskesmas Wera
    Pas encore d'évaluation
  • Undangan Sosialisasi Swabantu Odgj
    Undangan Sosialisasi Swabantu Odgj
    Document2 pages
    Undangan Sosialisasi Swabantu Odgj
    Puskesmas Wera
    Pas encore d'évaluation