Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
( ) ( ) (KELOMPOK)
BAB I
PENDAHULUAN
PERSALINAN NORMAL
A. DEFINISI
Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi dengan usia
kehamilan cukup bulan letak memanjang atau sejajar sumbu badan ibu,
presentasi belakang kepala, keseimbangan diameter kepala bayi dan panggul
ibu, serta tenaga ibu. (Saifuddin, 2006).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada
ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2006).
Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup dari dalam uterus melalui vagina ke duania luar ( Hanifa Wiknjosastro,
2009).
Persalinan dibagi dalam 4 kala, yaitu :
1. Kala I : Dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap
(10 cm). Proses ini terbagi dalam 2 fase : Fase Laten (8 jam) serviks
membuka sampai 3 cm dan Fase aktif (7 jam) serviks membuka dari 3
cm sampai 10 cm. Kontraksi lebih kuat dan sering selama Fase aktif.
2. Kala II : Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir.
Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.
3. Kala III : Dimulai segera setelah lahir sampai lahirnya plasenta, yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
4. Kala IV : Dimulai saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama
postpartum.
B. ETIOLOGI
Penyebab persalinan belum pasti diketahui, namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim,
pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011).
1. Teori penurunan hormone
Minggu ke-1 hingga ke-2 sebelum partus dimulai, terjadi penurunan
hormone progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai
penenang otot –otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan
pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone turun.
2. Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan
kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
3. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-
otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
4. Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss). Bila
ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul
kontraksi uterus.
5. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan
dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser,
amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin
menurut tetesan perinfus.
C. PATOFISIOLOGI
Proses terjadinya persalinan karena adanya kontraksi uterus yang
dapat menyebabkan nyeri. Ini dipengaruhi oleh adanya keregangan otot
rahim, penurunan progesteron, peningkatan oxytoksin, peningkatan
prostaglandin, dan tekanan kepala bayi. Dengan adanya kontraksi maka
terjadi pemendekan SAR dan penipisan SBR. Penipisan SBR menyebabkan
pembukaan servik. Penurunan kepala bayi yang terdiri dari beberapa tahap
antara lain enggament, descent, fleksi, fleksi maksimal, rotasi internal,
ekstensi, ekspulsi kepala janin, rotasi eksterna. Semakin menurunnya kepala
bayi menimbulkan rasa mengejan sehingga terjadi ekspulsi. Ekspulsi dapat
menyebabkan terjadinya robekan jalan lahir akibatnya akan terasa nyeri.
Setelah bayi lahir kontraksi rahim akan berhenti 5-10 menit, kemudian akan
berkontraksi lagi. Kontraksi akan mengurangi area plasenta, rahim bertambah
kecil, dinding menebal yang menyebabkan plasenta terlepas secara bertahap.
Dari berbagai implantasi plasenta antara lain mengeluarkan lochea, lochea
dan robekan jalan lahir sebagai tempat invasi bakteri secara asending yang
dapat menyebabkan terjadi risiko tinggi infeksi. Dengan pelepasan plasenta
maka produksi estrogen dan progesteron akan mengalami penurunan,
sehingga hormon prolaktin aktif dan produksi laktasi dimulai.
D. PATHWAY
Kehamilan ( 37 – 42 minggu)
Tanda-Tanda Inpartu
Proses Persalinan
Cemas Keletihan
3. Passanger (Janin)
Isi uterus yang akan dilahirkan adalah janin, air ketuban dan plasenta.
Agar persalinan dapat berjalan lancar maka faktor passanger harus
normal.
4) PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan urine protein (Albumin)
Untuk mengetahui adanya risiko pada keadaan preeklamsi maupun
adanya gangguan pada ginjal dilakukan pada trimester II dan III.
b. Pemeriksaan urin gula
Menggunakan reagen benedict dan menggunakan diastic.
c. Pemeriksaan darah
2. Ultrasonografi (USG)
Alat yang menggunakan gelombang ultrasound untuk mendapatkan
gambaran dari janin, plasenta dan uterus.
3. Stetoskop Monokuler
Mendengar denyut jantung janin, daerah yang paling jelas terdengar DJJ,
daerah tersebut disebut fungtum maksimum.
4. Memakai alat Kardiotokografi (KTG)
Kardiotokografi adalah gelombang ultrasound untuk mendeteksi frekuensi
jantung janin dan tokodynomometer untuk mendeteksi kontraksi uterus
kemudian keduanya direkam pada kertas yang sama sehingga terlihat
gambaran keadaan jantung janin dan kontraksi uterus pada saat yang sama.
5) PROSES PERSALINAN
Persalinan dibagi dalam empat kala menurut Prawirohardjo (2006) yaitu:
1) Kala I (kala pembukaan)
In partu (partu mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah,
servik mulai membuka dan mendatar, darah berasal dari pecahnya
pembuluh darah kapiler, kanalis servikalis.
Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase :
a. Fase laten :
1) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secar bertahap.
2) Berlangsung hingga seviks membuka kurang dari 4 cm.
3) Pada umumnya fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
b. Fase aktif :
1) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bartahap
( kontraksi dianggap akurat/ memadai jika terjadi 3 kali atau lebih
dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih).
2) Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10
cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara
atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara).
Terjadi penurunan bagian terbawa janin.
2) Kala II (pengeluaran janin)
His terkoordinir cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali, kepala
janin telah turun dan masuk ruang panggul, sehingga terjadilah tekanan
pada otot-otot dasar panggul yang secara reflek menimbulkan rasa ngedan
karena tekanan pada rectum sehingga merasa seperti BAB dengan tanda
anus membuka. Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva
membuka dan perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin
akan lahir dan diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi 1.5-2
jam, pada multi 0.5 jam.
Mekanisme persalinan:
a. Engagement
1) Diameter biparietal melewati PAP
2) Nullipara terjadi 2 minggu sebelum persalinan
3) Multipara terjadi permulaan persalinan
4) Kebanyakan kepala masuk PAP dengan sagitalis melintang pada
PAP-Flexi Ringan
b. Descent (Turunnya Kepala)
Turunnya presentasi pada inlet disebabkan oleh 4 hal :
a. Tekanan cairan ketuban
b. Tekanan langsung oleh fundus uteri
c. Kontraksi diafragma dan otot perut (kala II)
d. Melurusnya badan janin akibat kontraksi uterus.
c. Flexion
Majunya kepala mendapat tekanan dari servix, dinding panggul atau
dasar panggul, Flexi (dagu lebih mendekati dada).
d. Rotation Internal
1) Bagian terrendah memutar ke depan ke bawah symphisis
2) Usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir
(Bidang tengah dan PBP).
3) Terjadinya bersama dengan majunya kepala.
4) Rotasi muka belakang secara lengkap terjadi setelah kepala di dasar
panggul.
e. Extension
Defleksi kepala, karena sumbu PBP mengarah ke depan dan atas.
f. Rotation External
Setelah kepala lahir, kepala memutar kembali ke arah panggul anak
untuk menghilangkan torsi leher akibat putaran paksi dalam. Ukuran
bahu menempatkan pada ukuran muka belakang dari PBP.
g. Expulsi
Bahu depan di bawah symphisis sebagai Hypomoklion, lahir bahu
belakang, bahu depan, badan seluruhnya
5) Kala III (pengeluaran plasenta)
Setelah bayi lahir, kontraksi, rahim istirahat sebentar, uterus teraba keras
dengan fundus uteri sehingga pucat, plasenta menjadi tebal 2x
sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his, dalam waktu 5-10 menit,
seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir secara
spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisis/fundus uteri,
seluruh proses berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran
plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.
6) Kala IV
Pengawasan, selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir, mengamati
keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum. Dengan
menjaga kondisi kontraksi dan retraksi uterus yang kuat dan terus-
menerus. Tugas uterus ini dapat dibantu dengan obat-obat oksitosin.
6) PENATALAKSANAAN
Menurut Wiknjosastro (2005), penatalaksanaan yang diberikan untuk
penanganan plasenta previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu:
1. Kaji kondisi fisik klien
2. Menganjurkan klien untuk tidak coitus
3. Menganjurkan klien istirahat
4. Mengobservasi perdarahan
5. Memeriksa tanda vital
6. Memeriksa kadar Hb
7. Berikan cairan pengganti intravena RL
8. Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus
masih premature
7) KOMPLIKASI
1. Ketuban pecah dini
2. Persalinan prematur
3. Tidak adanya kemajuan dalam persalinan
4. Kelainan posisi janin
5. Distosia bahu
6. Prolapsus korda umbilikalis
8) ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
KALA I
1. Fase laten
a. Pengakajian
1) Integritas ego
Klien tampak tenang atau cemas
2) Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi regular, terjadi peningkatan frekuensi durasi atau
keparahan
3) Seksualitas
Servik dilatasi 0-4 cm mungkin ada lender merah muda kecoklatan
atau terdiri dari flek lendir.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Ansietas/ cemas berhubungan dengan krisis situasi kebutuhan tidak
terpenuhi.
2) Risiko tinggi terhadap infeksi (maternal) berhubungan dengan
pemeriksaan vagina berulang dan kontaminasi fekal.
2. Fase aktif
a. Pengkajian
1) Aktivitas istirahat
Klien tampak kelelahan.
2) Integritas ego
Klien tampak serius dan tampak hanyut dalam persalinan ketakutan
tentang kemampuan mengendalikan pernafasan.
3) Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi sedang, terjadi 2, 5-5 menit dan berakhir 30-40 detik.
4) Keamanan
Irama jantung janin terdeteksi agak di bawah pusat, pada posisi
vertexs.
5) Seksualitas
Dilatasi servik dan 4-8 cm (1, 5 cm/jam pada multipara dan 1,2/
jam pada primipara)
b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian
presentasi.
KALA II
a. Pengkajian
1. Aktivitas/ istirahat
a) Melaporkan kelelahan
b) Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri / teknik
relaksasi
c) Lingkaran hitam di bawah mata
2. Sirkulasi
Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg
3. Integritas ego
Dapat merasakan kehilangan kontrol / sebaliknya
4. Eliminasi
Keinginan untuk defekasi, kemungkinan terjadi distensi kandung kemih
5. Nyeri / ketidaknyamanan
a) Dapat merintih / menangis selama kontraksi
b) Melaporkan rasa terbakar / meregang pada perineum
c) Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
d) Kontraksi uterus kuat terjadi 1,5 – 2 menit
6. Pernafasan
Peningkatan frekwensi pernafasan
7. Seksualitas
a) Servik dilatasi penuh (10 cm)
b) Peningkatan perdarahan pervagina
c) Membrane mungkin rupture, bila masih utuh
d) Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanis pada bagian
presentasi.
2. Kerusakan integritas jaringanberhubungan denganfaktor mekanik.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan robekan jalan lahir / trauma
jaringan.
KALA III
a. Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat
Klien tampak senang dan keletihan
2. Sirkulasi
a) Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan
kembali normal dengan cepat
b) Hipotensi akibat analgetik dan anastesi
c) Nadi melambat
3. Makan dan cairan
Kehilangan darah normal 250 – 300 ml
4. Nyeri / ketidaknyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
5. Seksualitas
a) Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas.
b) Tali pusat memanjang pada muara vagina.
b. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan kurang masukan oral,
muntah.
2. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan setelah melahirkan.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jalan lahir (luka episiotomi).
KALA IV
a. Pengkajian
1. Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
2. Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70x/menit) TD bervariasi, mungkin
lebih rendah pada respon terhadap analgesia/anastesia, atau meningkat
pada respon pemberian oksitisin atau HKK,edema, kehilangan darah
selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina.
3. Integritas Ego
Kecewa, rasa takut mengenai kondisi bayi, bahagia
4. Eliminasi
Haemoroid, kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
5. Makanan/cairan
Mengeluh haus, lapar atau mual
6. Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi
spinal
7. Nyeri/ketidaknyamanan
Melaporkan nyeri, missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan
episiotomy, kandung kemih penuh, perasaan dingin atau otot tremor
8. Keamanan
Peningkatan suhu tubuh
9. Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus,
perineum bebas dan kemerahan, edema, ekimosis, striae mungkin pada
abdomen, paha dan payudara.
b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan efek hormone, trauma,edema jaringan,
kelelahan fisik dan psikologis, ansietas
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervaginam.
3. Fatigue/ kelelahan berhubungan dengan Proses persalinan.
4. Defisit perawatan diri: makan/minum/mandi/hygiene, toileting,
berpakaian b.d kelemahan fisik
5. Resiko Perdarahan
6. Resiko infeksi
INTERVENSI KEPERAWATAN
4. Defisit perawatan diri Self care : Activity of Self Care assistane : ADLs
berhubungan dengan Daily Living (ADLs) 1. Monitor kemempuan klien untuk
kelemahan fisik Setelah dilakukan asuhan perawatan diri yang mandiri.
keperawatan selama 3 x 8 2. Monitor kebutuhan klien untuk alat-
jam diharapkan klien alat bantu untuk kebersihan diri,
dapat melakukan berpakaian, berhias, toileting dan
perawatan diri dengan makan.
kriteria hasil: 3. Sediakan bantuan sampai klien
1. Klien terbebas dari mampu secara utuh untuk melakukan
bau badan self-care.
2. Menyatakan 4. Dorong klien untuk melakukan
kenyamanan terhadap aktivitas sehari-hari yang normal
kemampuan untuk sesuai kemampuan yang dimiliki.
melakukan ADLs 5. Dorong untuk melakukan secara
3. Dapat melakukan mandiri, tapi beri bantuan ketika klien
ADLS dengan bantuan tidak mampu melakukannya.
6. Ajarkan klien/ keluarga untuk
mendorong kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya jika
pasien tidak mampu untuk
melakukannya.
7. Berikan aktivitas rutin sehari- hari
sesuai kemampuan.
8. Pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.
5. Fatigue/ Kelelahan Fatigue Level Energy Enhancement
berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan 1. Tentukan penyebab kelelahan
faktor Physiological : keperawatan selama 3 x 8 misalnya nyeri
Peningkatan jam diharapkan klien tidak 2. Tentukan apa saja dan berapa banyak
penggunaaan aktifitas mengaami kelelahan aktivitas yang dibutuhkan untuk
fisik dengan kriteria hasil: membangun ketahanan
c) 1. Klien melaporkan tidak 3. Batasi aktivitas yang berlebih
adanya kelelahan dan 4. Dukung alternatif periode istirahat
kelesuan dan aktivitas
2. Klien melaporkan 5. Instruksikan pasien atau orang lain
tidak adanya nyeri otot yang penting untuK mengenalai tanda
3. Klien memlaporkan dan gejala dari kelelahan yang
tidak adakanya membutuhkan pengurangan aktivitas
peningkatan stress 6. Bantu klien untuk mengidentifikasi
4. Klien mampu tugas-tugas yang dapat dilakukan
meningkatkan kualitas keluarga di rumah untuk mencegah
tidur dan istirahatnya atau mengurangi kelelahan
5. Klien mampu 7. Ajarkan pengaturan aktivitas dan
menyeimbangkan teknik manajemen waktu untuk
antara aktivitas dan mencegah kelelahan
istirahat 8. Bantu klien dalam menentukan
prioritas aktivitas untuk menyimpan
energi yang dimiliki
6. Resiko terjadinya Blood Loss Severity Bleeding Precautions
perdarahan Setelah dilakukan asuhan 1. Observasi TTV
keperawatan selama 3 x 8 2. Monitor jumlah trombosit setiap hari
jam diharapkan 3. Anjurkan klien menggunakan sikat
perdarahan tidak terjadi gigi berbulu halus saat mengosok
dengan kriteria hasil: gigi
1. TTV dalam rentan 4. Kaji adanya tanda-tanda pedarahan
normal 5. Cegah terjadinya trauma
2. Tidak terjadi 6. Hindaribenda-benda yang dapat
pedarahan spontan menyebabkan trauma
7. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemeriksaan labolatorium darah
Hb,Ht,trombosit.
7. Cemas berhubungan Anxiety control Anxiety Reduction
dengan perubahan Setelah dilakukan asuhan 1. Gunakan pendekatan yang
status peran. keperawatan selama 3 x 8 menenangkan
jam diharapkan cemas 2. Nyatakan dengan jelas harapan
hilang dengan kriteria terhadap pelaku pasien
hasil: 3. Jelaskan semua prosedur dan apa
1. Klien mampu yang dirasakan selama prosedur
mengidentifikasi dan 4. Pahami prespektif pasien terhdap
mengungkapkan gejala situasi stres
cemas 5. Temani pasien untuk memberikan
2. Mengidentifikasi, keamanan dan mengurangi takut
mengungkapkan dan 6. Berikan informasi faktual mengenai
menunjukkan tehnik diagnosis, tindakan prognosis
untuk mengontol cemas 7. Dorong keluarga untuk menemani
3. Vital sign dalam batas anak
normal 8. Lakukan back / neck rub
4. Postur tubuh, ekspresi 9. Dengarkan dengan penuh perhatian
wajah, bahasa tubuh 10. Identifikasi tingkat kecemasan
dan tingkat aktivitas 11. Bantu pasien mengenal situasi yang
menunjukkan menimbulkan kecemasan
berkurangnya 12. Dorong pasien untuk
kecemasan mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
13. Instruksikan pasien menggunakan
teknik relaksasi
14. Barikan obat untuk mengurangi
kecemasan
8 Resiko infeksi Risk Control Infection Control
Setelah dilakukan asuhan 1. Bersihkan lingkungan setelah
keperawatan selama 3 x 8 dipakai pasien lain
jam diharapkan infeksi 2. Pertahankan teknik isolasi
tidak terjadi dengan 3. Batasi pengunjung bila perlu
kriteria hasil: 4. Instruksikan pada pengunjung untuk
1. Klien bebas dari mencuci tangan saat berkunjung dan
tanda dan gejala setelah berkunjung meninggalkan
infeksi pasien
2. Mendeskripsikan 5. Gunakan sabun antimikrobia untuk
proses penularan cuci tangan
penyakit, factor 6. Cuci tangan setiap sebelum dan
yang sesudah tindakan kperawtan
mempengaruhi 7. Gunakan baju, sarung tangan sebagai
penularan serta alat pelindung
penatalaksanaannya 8. Pertahankan lingkungan aseptik
, selama pemasangan alat
3. Menunjukkan 9. Ganti letak IV perifer dan line
kemampuan untuk central dan dressing sesuai dengan
mencegah petunjuk umum
timbulnya infeksi 10. Gunakan kateter intermiten untuk
4. Jumlah leukosit menurunkan infeksi kandung
dalam batas normal kencing
5. Menunjukkan 11. Tingktkan intake nutrisi
perilaku hidup sehat 12. Berikan terapi antibiotik bila perlu
Infection Protection
1. Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
2. Monitor hitung granulosit, WBC
3. Monitor kerentanan terhadap infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Saring pengunjung terhadap
penyakit menular
6. Partahankan teknik aspesis pada
pasien yang beresiko
7. Pertahankan teknik isolasi k/p
8. Berikan perawatan kuliat pada area
epidema
9. Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
10. Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
11. Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
12. Dorong masukan cairan
13. Dorong istirahat
14. Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
15. Ajarkan pasien dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
16. Ajarkan cara menghindari infeksi
17. Laporkan kecurigaan infeksi
18. Laporkan kultur positif
Perineal Care
1. Membantu dengan kebersihan
2. Memelihara kekeringan perinium
3. Menyediakan bantal untuk duduk
misalnya bantal lingkaran yang
sesuai
4. Memeriksa kondisi luka korekan
atau sobekan, misalnya episiotomi
5. Membersihkan perineum terus
menerus pada interval / selang waktu
yang teratur
6. Mempertahankan posisi yang
nyaman bagi pasien
7. Menggunakan bantahan empuk
penyerap drainase untuk menyerap
aliran secara tepat
8. Mencatat karakteristik drainase
9. Menyediakan dukungan skrotal
secara tepat
10. Menyediakan obat-obatan nyeri yang
sesuai
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
DATA UMUM
Nama Klien : Ny. H
Usia : 27 th
Pekerjaan : IRT
Pendidikan terakhir :perguruan tinggi
Suku Bangsa : Jawa
Status Perkawinan : Kawin
Nama Suami : Tn. A
Alamat : Kokap
Pekerjaan : PNS
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : Perguruan Tinggi
Tanggal Masuk RS : 06 Mei 2018 / Pukul 06.46
Tanggal Persalinan : 08 Mei 2018 / Pukul 15.31
Masalah kehamilan
Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Interpretasi
HEMATOLOGI
Hemoglobin 11.2 g/dL 12.0-16.0 Rendah
Hematokrit 34.5 % 37.0-47.0 Rendah
Leukosit 13.24 ^3
10 /uL 4.0-10.0 Tinggi
Trombosit 238 10^3/uL 150-450 Normal
Eritrosit 4.04 10^6/uL 3,90-5,50 Normal
MPV 9.4 fL 6.5-12.00 Normal
RDW 50.7 g/dL 35,0-56,0 Normal
INDEX
MCV 85.3 fL 80.0-97.0 Normal
MCH 27.8 fL 27.0-32.0 Tinggi
MCHC 32.6 g/dL 32.0-38.0 Normal
HITUNG JENIS
Neutrofil 76.3 % 50.0-70.0 Tinggi
Limfosit 12.7 % 25.0-40.0 Rendah
Monosit 5.0 % 3.0-9.0 Normal
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Interpretasi
Eosinofil 5.5 % 0.5-5.0 Tinggi
Basofil 0.5 % 0.0-1.0 Normal
Golongan Darah A - - -
PROTHROMBIN
TIME
Hasil PT 12.7 Detik 11-15 Normal
INR 0.99 0.8-1.2 Normal
Control Normal PT 14.9 Detik 11.5-15.5 Normal
Hasil APTT 33.6 Detik 25.0-40.0 Normal
Control Normal APTT 31.7 25.0-37.0 Normal
KIMIA
GULA DARAH
GDS 87 mg/dL 50-200 Normal
DATA PSIKOSOSIAL
Penghasilan Keluarga :Klien mengatakan penghasilan keluarganya + Rp.
2.500.000,-
Perasaan Terhadap Kelahiran:Klien mengatakan senang terhadap kelahiran
anak pertamanya.
Perasaan pasangan terhadap kehamilan:Suami klien mengatakan senang karena
anaknya lahir dengan sehat dan selamat, dan ini menjadi pertama kalinya
menjadi seorang ayah
LAPORAN PERSALINAN
KALA 1
Tanggal Jam Hasil Observasi
7/5/2018 19.00 1. His (+)
2. TFU: 30cm,
3. kekuatan: sedang
4. DJJ : 140x/mnt
5. Pasien terlihat tenang
6. dinding vagina licin
7. presentasi kepala
8. Leopold 1 : Teraba bulat lunak (bokong)
9. Leopold 2: Sebelah kanan terba keras memanjang seperti
papan (punggung)
10. Leopold 3: Teraba keras,bulat (kepala)
11. Leopold 4: divergen
1. kesadaran composmentis
8/5/2018 15.00 2. klien tampak merintih kesakitan
3. klien tampak ingin mengejan
4. dinding vagina licin
5. pembukaan lengkap 10 cm
6. presentasi kepala
7. air ketuban (+)5/5/2018 02.30
8. His (+) Frekuensi : 5 x/10 menit, Lamanya 20-40 detik.
Kekuatan: kuat
9. DJJ : 145 x/mnt
10. Klien di pimpin untuk mengejan
KALA 1
DATA FOKUS NOC NIC IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
DS: Setelah dilakukan Pain Management 1. 14.00 Mengobservasi keadaan Evaluasi pukul 19.00 WIB Kelompok
1. Klien mengeluh tindakan keperawatan 1. Observasi keadaan umum dan vital sign. S:
nyeri pada bagian selama kala 1 nyeri umum dan vital sign 2. 14.05 Melakukan pengkajian 1. Klien mengatakan nyeri
pinggang, punggung dapat teratasi dengan 2. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif berkurang sedikit.
dan pada perut kriteria hasil : nyeri secara termasuk lokasi, karakteristik, O:
bagian bawah. Pain Level komprehensif durasi, frekuensi, kualitas dan 1. Kesadaran Compos mentis
1. Mampu mengontrol termasuk lokasi, faktor presipitasi. 2. TD: 130/70 mmHg
nyeri. karakteristik, durasi, 3. 14.30 Mengobservasi reaksi 3. N : 82 x/menit
DO: 2. Melaporkanbahwa frekuensi, kualitas nonverbal dari 4. RR: 22 x/ menit
nyeri berkurang dan faktor presipitasi ketidaknyamanan. 5. Pengkajian nyeri:
1. Kesadaran:
dengan menggunakan 3. Observasi reaksi 4. 15.00 Mengajarkan tentang a. P:kontraksi
Composmentis.
manajemen nyeri nonverbal dari teknik non farmakologi tarik b. Q:Seperti ditusuk-tusuk
Klien tampak
3. Menyatakan rasa ketidaknyamanan nafas dalam dan mencium c. R: Dipinggang menjalar
meringis kesakitan
nyaman setelah nyeri 4. Ajarkan tentang aroma jeruk masam sampai punggung
dan keluar keringat.
berkurang teknik non d. S:6 (skala 1-10) setelah
2. Pengkajian Nyeri:
4. Tanda vital dalam farmakologi diberikan intervensi non
a. P:Proses
rentang normal 5. Kolaborasi pemberian farmakologi.
kontraksi
a. TD:120/80 mmHg analgetik untuk e. T:Rasanya hilang timbul.
b. Q:Seperti
b. N:60-100x/menit mengurangi nyeri 6. Pembukaan lengkap 10cm
ditusuk-tusuk.
c. RR: 12- 7. His (+) Frekuensi: 5 x/10
c. R:Dipinggang
24x/menit. menit, Lamanya 20-40 detik.
menjalar sampai
Kekuatan : kuat .
punggung.
8. DJJ : 145 x/mnt
d. S:7 (skala 1-10).
9. Ketuban (+)
e. T:Rasanya hilang
10. Klien tampak
timbul.
Pasien tampak meringiskesakitan
ingin mengejan. 11. Klien tampak ingin mengejan
3. Pembukaan 12. Terlihat vulva membuka dan
lengkap.His (+) perineum menonjol
Frekuensi: 5 13. Klien tampak
x/10menit, lamanya mempraktekkan nafas dalam
20- menghirup aroma jeruk
40detik.Kekuatan: masam
kuat. A: Masalah nyeri persalinan
4. DJJ : 145 x/mnt belum teratasi ditandai dengan
5. Ketuban (+) Skala nyeri turun dari 7
6. TD: 120/70 mmHg, menjadi 6.
7. N: 80 x/mnt,
8. RR: 20 x/mnt P : Lanjutkan Intervensi
9. Pasien dipimpin 1. Observasi keadaan umum
melahirkan dan vital sign.
2. Melakukan pengkajian
nyeri secara komprehensif
Nyeri persalinan faktor presipitasi.termasuk
berhubungan dengan lokasi, karakteristik,
dilatasi serviks 00256 durasi, frekuensi, kualitas
Pengalaman sensorik dan faktor presipitasi.
dan emosional yang
bervariasi dari
menyenangkan sampai
tidak menyenangkan
yang dikaitkan dengan
persalinan dan
melahirkan
Domain 12 kenyamanan
Kelas 1 kenyamanan
fisik
DS: Setelah dilakukan Anxiety Reduction 1. 14.00 Mengidentifikasi tingkat Evaluasi pukul 19.00 WIB Kelompok
1. Klien mengatakan tindakan keperawatan 1. Identifikasi tingkat kecemasan. S:
khawatir karena selama kala 1 nyeri kecemasan 2. 14.05 Memonitor vital sign. 1. Klien mengatakan setelah
lama pembukaannya dapat teratasi dengan 2. Dorong keluarga 3. 15.00 Mendorong keluarga tarik nafas dalam perasaan
2. Klien mengatakan kriteria hasil : untuk menemani untuk menemani. menjadi lebih tenang
baru pertama ini Anxiety Control 3. Monitor vital sign 4. 15.00 Memberikan rasa aman O :
mengalami 1. Klien mampu 4. Berikan rasa aman dan nyaman pada klien. 1. TD: 130/70 mmHg
persalinan karena mengidentifikasi dan dan nyaman pada 5. 15.00 Meginstruksikan pasien 2. N : 82 x/menit
baru anak peertama mengungkapkan klien menggunakan teknik relaksasi 3. RR: 22 x/ menit
gejala cemas 5. Instruksikan pasien tarik nafas dalam dan aroma 4. Klien tampak kooperatif.
DO: 2. Mengidentifikasi, menggunakan teknik jeruk masam. 5. Klien tampak lebih tenang.
1. Klien tampak cemas mengungkapkan dan relaksasi 6. Klien mampu melakukan
2. Nampak peningkatan menunjukkan tehnik tarik nafas dalam dan
produksi keringat untuk mengontol menghirup aroma jeruk
3. Wajah nampak cemas masam
tegang 3. Vital sign dalam batas A:Masalah cemas belum
4. Pembukaan 10 cm normal teratasiditandai dengan Klien
5. His (+) a. TD:120/80 mmHg tampak lebih tenang dari
6. TD: 120/70 mmHg, b. N:60-100x/menit sebelumnya.
7. N: 80 x/mnt, c. RR: 12- P: Lanjutkan intervensi
8. RR: 20 x/mnt 24x/menit) 1. Instruksikan pasien untuk
9. Suhu:360C 4. Postur tubuh, ekspresi tetap menggunakan teknik
wajah, bahasa tubuh relaksasi nafas dalam.
Ansietas berhubungan dan tingkat aktivitas 2. Dorong keluarga untuk
dengan stressor 00146 menunjukkan menemai dan jangan
Perasaan tidak nyaman berkurangnya meninggalkan sendirian
atau kekhawatiran yang kecemasan
samar disertai respon
otonom
Domain 9 koping/
toleransi stress
Kelas 2 respons koping
KALA II
Tanggal Jam Hasil observasi
8/5/2018 15.30 1. Telah lahir dengan spontan bayi laki-laki
2. APGAR 8/9
3. BB: 3070 gr
4. PB : 45 cm
5. lingkar kepala : 30 cm
6. lingkar dada : 33 cm
7. LLA : 10 cm
8. lingkar perut: 29 cm
9. Perdarahan ± 200 cc.
10. TD: 120/80 mmHg
11. RR24 x/menit
12. Nadi 90 x/menit
13. Suhu 360C.
14. Klem tali pusat, potong 2 cm dari pusat.
15. Bersihkan bayi
Risiko perdarahan
dengan factor risiko
komplikasi kehamilan
(ketuban pecah dini)
00206
Rentan mengalami
penurunan volume
darah, yang dapat
mengganggu kesehatan
Domain 11 keamanan/
perlindungan
Kelas 2 cedera fisik
KALA IV
DATA NOC NIC IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
DS:klien mengatakan Setelah dilakukan Infection Protection 1. 15.40 Memonitor tanda dan Evaluasi pukul 19.00 WIB Kelompok
gatal-gatal diseluruh tindakan 19. Monitor tanda dan gejala gejala infeksi sistemik dan S:
tubuh karena alergi keperawatan selama infeksi sistemik dan lokal. 1. Keluarga dan klien
dengan udara panas kala IV diharapkan lokal 2. 15.45 Menginspeksi kulit dan mengatakan paham cara
DO: lelah pasien 20. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap mencegah infeksi.
1. Terdapat laserasi berkurang dengan membran mukosa kemerahan, panas, dan 2. Klien mengatakan akan
perineum grade 2. Kriteria Hasil : terhadap kemerahan, drainase. lebih banyak makan
2. Terdapat jahitan di Risk Control panas, drainase 3. 15.45 Mengajarkan cara makanan yang mengandung
dalam dan di luar 6. Klien bebas dari 21. Ajarkan cara menghindari infeksi. protein.
perineum masing- tanda dan gejala menghindari infeksi 4. 15.45 Mendorong masukkan O:
masing2 jahitan infeksi 22. Dorong masukkan nutrisi yang adekuat. 1. Tidak ada tanda-tanda
3. HB 11.2 (12-16) 7. Menunjukkan nutrisi yang cukup infeksi sistemik maupun
kemampuan 23. Berikan terapi antibiotik lokal.
Risiko infeksi ditandai untuk mencegah bila perlu 2. Diit RS TKTP habis 1 porsi
dengan penurunan timbulnya 3. Inspeksi kulit:
HB, KPD, gangguan infeksi a. K: Tidak terasa panas.
integritas kulit 8. Jumlah leukosit b. D: Tidak ada nyeri.
Rentan mengalami dalam batas c. R: Tidak adakemerahan.
invasi dan multiplikasi normal d. T: Tidak ada
organisme patogenik 9. Menunjukkan pembengkakan.
yang dapat menggangu perilaku hidup A: Masalah risiko infeksi belum
kesehatan sehat teratasi ditandai dengan:Tidak
Domain 11 keamanan/ ada tanda-gejala infeksi yang
perlindungan serius.
Kelas 1 infeksi P:Lanjutkan intervensi
1. Monitor tanda dan gejala
infeksi.
2. Perawatan vulva hygiene.
3. Pindahkan pasien kebangsal
(postpartum).
KALA IV
Tanggal Jam Hasil observasi
8 mei 2018 15.46 KU: lemah
Kesadaran: CM
TTV:
1. TD: 120/70 mmHg
2. Nadi: 84 x/menit
3. Suhu: 36,10C
4. RR : 24 x/menit
Jumlah darah yang keluar: ± 100 cc
TFU: 1 jari di bawah pusat.
kontraksi pada uterus: keras. Kandung kemih: kosong.
16.01 KU: lemah
Kesadaran: CM
TTV:
1. TD: 110/70 mmHg
2. Nadi : 82 x/menit
3. Suhu: 360C
4. RR: 22 x/menit
Jumlah darah yang keluar: ± 50cc
TFU: 1 jari dibawah pusat.
Kontraksi Uterus keras. Kandung kemih: kosong, ruptur
jalan lahir telah diheacting
16.31 KU: sedang
Kesadaran: CM
TTV:
1. TD: 120/80 mmHg
2. N: 84 x/menit
3. RR: 20 x/menit
4. Suhu: 360C
Jumlah darah yang keluar: ± 10cc
TFU: 1 jari dibawah pusat.
Kontraksi Uterus keras. Kandung kemih : kosong.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pengkajian merupakan suatu proses tahap awal dan sebagai dasar utama
dari proses keperawatan yang terdiri dari pengumpulan dan perumusan kebutuhan
atau masalah pasien. Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data subjektif dan
data objektif (Ambarwati & Nasution, 2012). Data subjektif merupakan data yang
didapatkan secara nyata melalui observasi atau pemeriksaan langsung perawat,
sedangkan data objektif merupakan data yang disampaikan secara lisan oleh
pasien maupun keluarga melalui proses wawancara (Damaiyanti & Iskandar,
2014).
Sebuah studi yang dilakukan oleh Lee&Ming Ho (2004) di 87 rumah
bersalin di New Zealand bahwa sebanyak 60% dari rumah bersalin yang diteliti
menggunakan aromaterapi untuk mengurangi rasa nyeri selama persalinan. Hal ini
diperkuat oleh Moeslay (2005) bahwa penggunaan aromaterapi di unit maternitas
dapat menambah kepuasan ibu saat melahirkan dan proses persalinan menjadi
lebih efektif. Sebuah studi mengungkapkan bahwa keuntungan penggunaan
aromaterapi secara psikologis adalah menurunkan tingkat nyeri dan kecemasan
(Kuriyama, 2005).
Berdasarkan hasil kelolaan pada Ny. “H” dengan G1P0A0 di Ruang
Bersalin RSUD Wates Kabupaten Kulon Progo yang sudah dilakukan pengkajian
pada tanggal 08Mei2018. Dari hasil pengkajian, didapatkan data pengkajian
KALA I fase aktif klien mengeluh nyeri pada bagian pinggang, punggung dan
pada perut bagian bawah dengan skala intensitas nyeri 7 (sedang), dan kualitas
nyeri seperti ditusuk-tusuk serta waktu terjadinya nyeri berlangsung secara terus-
menerus.Menurut Potter & Perry (2006), nyeri yang dirasakan ibu melahirkan
terjadi karena adanya mekanise persalinan dimana implus saraf yang dihasilkan
oleh stimulus nyeri menyebar disepanjang serabut saraf aferen sampai transmisi
tersebut berakhir dibagian kornus dorsalis medulla spinalis.
Jeruk Masam mempunyai efek menenangkan. Aromaterapi Jeruk Masam
dapat memberikan ketenangan, keseimbangan, rasa nyaman. Aromaterapi
mempunyai molekul-molekul yang dilepaskan udara sebagai uap air. Ketika uap
air mengandung komponen kimia tersebut dihirup kemudian diserap oleh tubuh
melalui hidung dan paru-paru yang kemudian masuk ke aliran darah. Bersamaan
saat dihirup uap air akan berjalan melalui sistem limbik otak yang bertugas
bertanggung jawab dalam dalam sistem integrasi, belajar, ingatan, ekspresi
perasaan, emosi dan rangsangan fisik. Aromaterapi Jeruk Masam efektif dan
bermanfaat pada bagian luar saat dihirup. Saat aroma Jeruk Masam ini dihirup,
tubuh akan memberikan respon psikologis (Carvalho etal. 2002)
Kami menetapkan rencana tindakan keperawatan untuk mengurangi atau
mengatasi masalah yang dihadapi klien dari diagnosa prioritas yang ditegakkan
pada kala I yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (penurunan
kepala ke panggul).Intervensi pemberian terapi non farmakologi digunakan untuk
mengatasi nyeri klien di kala I, yaitu dengan menerapkan terapi aroma jeruk
masam pada Ny.H. setelah dilakukan penerapan aroma jeruk masam nyeri klien
berkurang dari skala 7 menjadi 5 (sedang) hal ini sesuai dengan peneletian Astuti,
2015 bahwa Terapi aroma jeruk masamdapatberpengaruh dala penanganan nyeri
fase aktif kala I.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Ny. Hdengan persalinan
spontan yang dilakukan pada tanggal 08Mei 2018 maka dari asuhan
keperawatan yang penulis kaji, penulis menyimpulkan:
1. Dapat disimpulkan bahwa proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin.
2. Pengkajian yang dilakukan pada klien menggunakan teknik wawancara
pada klien, keluarga, pemeriksaan fisik, observasi dan status klien.
Pengkajian dilakukan secara komprehensif yang meliputi bio-psiko-social
dan spiritual.
3. Penulis hanya mengangkat diagnosa-diagnosa yang prioritas dari kala I-IV
4. Intervensi dan implementasi yang dilakukan TIM yaitu menerapkan terapi
aroma jeruk masam pada Ny.H yang mengalami nyeri pada kala I fase
aktif.
5. Pada tahap evaluasi, terapi aroma jeruk masam dapat diterapkan untuk
menurunkan intensitas nyeri pasien bersalin kala I.
B. SARAN
1. Kepada Pelayanan Kesehatan
Agar dapat meningkatkan pelayanan ibu hamil dan bersalin di Ruang
Bersalin RSUD Wates Kabupaten Kulon Progo.
2. Klien dan keluarga
Terhadap klien dan keluarga diharapkan dapat mengikuti dan bekerjasama
dalam proses keperawatan sehingga terapi dan pengobatan pada klien
dapat dilaksanakan dengan baik sehingga kesembuhan klien tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. 2012. Nursing Out Comes (NOC),
United States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri
Ginekologi Dan KB. Jakarta: EGC.