Vous êtes sur la page 1sur 16

AIK IV TOKOH GERAKAN PEMBAHARUAN ISLAM

Disusun Oleh :
Nama : DEDE TRESNA BAYU PUTRA (142016023)
BISMA OKTAVIANSYAH (142016007)
Dosen Pembimbing : IBRAHIM, M.Pd.i

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
2016
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ibnu Taimiyah adalah ahli fikih mazhab Hambali. Pengaruh pemikirannya sangat besar
terhadap gerakan Wahhabi, dakwah gerakan Sanusi, dan kelompok-kelompok agama yang
ekstrem yang ada di dunia Islam saat ini.[1]

Dalam sejarah panjang pemikiran Islam, ada banyak “kata” yang seringkali dianggap
saling berbenturan dan membentuk sebuah efek paradoksal. “Kata” itu bisa saja mewakili sebuah
kelompok pemikiran (firqah), seorang tokoh, atau juga sebuah pemikiran tertentu.

Dalam pandangan sebagian kalangan, kedua kata ini –Ibnu Taimiyah dan Tasawuf-
dipandang sebagai dua unsur yang tak mungkin bersatu. Ini tentu tidak mengherankan, sebab Ibnu
Taimiyah telah lama dianggap sebagai salah satu tokoh yang membenci, memusuhi, dan
melontarkan kritik-kritik tajamnya terhadap Tasawuf. Pandangan ini tentu saja semakin
menyempurnakan gambaran kekerasan pada tokoh yang satu ini. Sehingga –bagi mereka yang
tidak memahami dengan baik- setiap kali mendengarkan kata “Ibnu Taimiyah”, maka opini dan
image yang tercipta adalah kekerasan, kekejaman, permusuhan, dan yang semacamnya.

Hal-hal itulah diantaranya yang menjadi alasan pemunculan tulisan ini. Pertanyaan-
pertanyaan seputar kebenaran “permusuhan” Ibnu Taimiyah dan Tasawuf akan berusaha
dijelaskan melalui tulisan ini. Tentu saja dengan merujuk langsung pada karya-karya yang
diwariskan oleh Ibnu Taimiyah untuk peradaban manusia.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana riwayat hidup/biografi Ibnu Taimiyah?

2. Apa saja pemikiran-pemikiran tasawuf Ibnu Taimiyah?

3. Apa saja karakteristik tasawuf Ibnu Taimiyah?

4. Apa saja ide pembaharuan Ibnu Taimiyah?

5. Apa saja cerita perjalanan intelektual dan karya karyanya Ibnu Taimiyah?

6. Apa saja ide pembaharuan Ibnu Taimiyah?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Biografi Ibnu Taimiyah;

2. Untuk mengetahui pemikiran-pemikiran Ibnu Taimiyah.

D. Metode Penulisan

Adapun metode dalam penulisan ini adalah dengan menggunakan metode library research,
yaitu dengan mengumpulkan bahan-bahan yang ada kaitannya dengan permasalahan yang
diangkat, kemudian menjadikannya sebuah makalah yang ada pada pembaca saat ini
BAB II

PEMBAHASAN

TOKOH GERAKAN PEMBAHARUAN ISLAM

“TAQIYUDDIN IBNU TAIMIYAH (1263-1350)”

1. RIWAYAT HIDUP IBNU TAIMIYAH

A. Kelahiran Ibnu Taimiyah

Ibnu Taymiyah yang nama lengkapnya Taqiyudin


Abdul Abbas bin Abdul Halim bin Abdus Salam bin
Taimiyah Al Harani Al Hanbali lahir pada tanggal 22
januari 1263 Miladiyah di Kota Harran, siria. Ibnu
Taimiyah pertama kali belajar ilmu agama kepada
ayahnya yang bernama Syihabudin yang terkenal alim
dalam ilmu hadist dan khatib terkenal di Masjid
Damaskus, Siria. Kemudian ia melanjutkan belajar kepada
beberapa ulama terkenal seperti Zainudin Al Muqaddasy,
Najamuddin Ibnu Syakir, Zainab binti Makky dan ulama
lain di kota Damaskus, Siria.

Sejak kecil, Ibnu Taimiyah hidup dan dibesarkan di tengah-tengah para ulamabesar.
Karena itu, ia mempergunakan kesempatan itu untuk menuntut ilmusepuas-puasnya dan
menjadikan mereka sebagai 'ilmu berjalan.

Pada umurnya yang ke-17, Ibnu Taimiyah sudah siap mengajar dan berfatwa,terutama
dalam bidang ilmu tafsir, ilmu ushul, dan semua ilmu-ilmu lain,baik pokok-pokoknya maupun
cabang-cabangnya. ''Ibnu Taimiyah mempunyaipengetahuan yang sempurna mengenai rijalul
hadis (mata rantai sanad,periwayat), ilmu al-Jahru wa al-Ta'dil, thabaqat sanad,
pengetahuantentang hadis sahih dan dlaif, dan lainnya,'' ujar Adz-Dzahabi.

Karena penguasaan ilmunya yang sangat luas itu, ia pun banyak mendapatpujian dari
sejumlah ulama terkemuka. Antara lain, Al-Allamah As-SyaikhAl-Karamy Al-Hambali dalam
kitabnya Al-Kawakib Al-Darary, Al-HafizhAl-Mizzy, Ibnu Daqiq Al-Ied, Abu Hayyan An-
Nahwy, Al-Hafizh Ibnu SayyidAn-Nas, Al-Hafizh Az-Zamlakany, Al-Hafidh Adz-Dzahabi, dan
ulama lainnya.

B. Keluarga Ibn Taimiyah

Ibn Taimiyah lahir dari keluarga religius, ayahnya bernama Syihabuddin Abul Mahasin
Abdul Halim bin Taimiyah lahir di Harran pada tahun 627 H. Dalam kitabnya At-Tarikh, Adz-
Dzahabi menulis bahwa ayah Ibn Taimiyah belajar madzham Imam Hambali dari ayahnya
Tamiyah. Sambil belajar dia juga berfatwa dan berkarya. Dia adalah seorang imam yang mumpuni,
berwawasan luas, beragama kuat, tawadhu’, bagus perilaku dan dermawan. Disana juga
disebutkan bahwa dia adalah imam yang besar, namun bak bintang yang tersembunyi oleh cahaya
bulan dan terangnya sinar matahari.

Ibu Ibn Taimiyah adalah wanita yang hebat, dia bahkan juga ikut andil dalam jihad
anaknya. Dari penjara, Ibn Taimiyah selalu mengirimkan surat kepada ibunya yang berisikan kasih
sayang. Ibu Ibn Taimiyah pernah menemui raja An-Nashir yang atas perintahnya Ibn Taimiyah
dipenjara selama beberapa tahun. Dia pernah memohon kepada raja An-Nashir agar anaknya
dibebaskan, namun pemohonannya itu diindahkan sehingga anaknya kembali dipenjarakan.

Syaikhul Islam Majduddin Abul Barakat Abdussalam bin Abdullah bin Taimiyah Al-
Harrani merupakan nama lengkap dari kakek Ibn Taimiyah. Lahir di Harran pada tahun 590 H.
Dia adalah seorang ahli fiqih Madzhab Hambali, imam, ahli hadis, ahli tafsir, ahli ushul juga ahli
nahwu. Dia juga termasuk salah satu al-hafizh (penghafal al-Qur’an) yang terkemuka.

C. Kepribadian Ibn Taimiyah

Diantara sifat-sifat yang dimiliki oleh Ibn Taimiyah adalah zuhud, dermawan, pemaaf,
tawadhu’, serius mengikuti as-sunnah, pemberani.
Dia adalah orang yang keras pendiriannya dan teguh berpijak pada garis-garis yang telah
ditentukan Allah, mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Ia pernah
berkata: ”Jika dibenakku sedang berfikir suatu masalah, sedangkan hal itu merupakan masalah
yang muskil bagiku, maka aku akan beristighfar seribu kali atau lebih atau kurang. Sampai dadaku
menjadi lapang dan masalah itu terpecahkan. Hal itu aku lakukan baik di pasar, di masjid atau di
madrasah. Semuanya tidak menghalangiku untuk berdzikir dan beristighfar hingga terpenuhi cita-
citaku.”

D. Pendidikan dan karya Ibn Taimiyah

Di Damaskus ia belajar pada banyak guru, dan memperoleh berbagai macam ilmu
diantaranya ilmu hitung (matematika), khat (ilmu tulis menulis Arab), nahwu, ushul fiqih. Ia
dikaruniai kemampuan mudah hafal dan sukar lupa. Hingga dalam usia muda, ia telah hafal Al-
Qur'an. Kemampuannya dalam menuntut ilmu mulai terlihat pada usia 17 tahun. Dan usia 19, ia
telah memberi fatwa dalam masalah masalah keagamaan.

Ibnu Taymiyyah amat menguasai ilmu rijalul hadits (perawi hadits) yang berguna dalam
menelusuri Hadits dari periwayat atau pembawanya dan Fununul hadits (macam-macam hadits)
baik yang lemah, cacat atau shahih. Ia memahami semua hadits yang termuat dalam Kutubus Sittah
dan Al-Musnad. Dalam mengemukakan ayat-ayat sebagai hujjah (dalil), ia memiliki kehebatan
yang luar biasa, sehingga mampu mengemukakan kesalahan dan kelemahan para mufassir atau
ahli tafsir. Tiap malam ia menulis tafsir, fiqh, ilmu 'ushul sambil mengomentari para filusuf.

Sehari semalam ia mampu menulis empat buah kurrosah (buku kecil) yang memuat
berbagai pendapatnya dalam bidang syari'ah. Ibnul Wardi menuturkan dalam Tarikh Ibnul Wardi
bahwa karangannya mencapai lima ratus judul. Karya-karyanya yang terkenal adalah Majmu'
Fatawa yang berisi masalah fatwa fatwa dalam agama Islam.

E. Wafatnya Ibnu Taimiyah

Ibnu Taimiyah wafatnya di dalam penjara Qal`ah Dimasyq disaksikan oleh salah seorang
muridnya Ibnul Qayyim, ketika beliau sedang membaca Al-Qur'an surah Al-Qamar yang berbunyi
"Innal Muttaqina fi jannatin wanaharin". Ia berada di penjara ini selama dua tahun tiga bulan dan
beberapa hari, mengalami sakit dua puluh hari lebih. Ia wafat pada tanggal 20 Dzulhijjah 728 H,
dan dikuburkan pada waktu Ashar di samping kuburan saudaranya, Syaikh Jamal Al-Islam
Syarafuddin.

Jenazahnya disalatkan di masjid Jami`Bani Umayah sesudah salat Zhuhur dihadiri para
pejabat pemerintah, ulama, tentara serta para penduduk.

Pada masa hidupnya, ibnu taimiyah menyaksikan serbuan pasukan tartar telah menggilis wilayah
islam sejak dari tepi sungai Indus sampai sungai eufrat dan terus bergerak maju menuju syam
disatu sisi. Sementara di sisi lain untuk Islam sepeninggal Imam Al Ghazali mengalami
kemerosotan kembali yang cukup mengesankan akibat logis dari pertempuran berat dan panjang
ketika mengghadapi pasukan tartar selama lima puluh tahun.

Dengannya umat islam dihantui oleh rasa ketakutan dan gemetar dalam hati sanubari
mereka. Ketika orang-orang Tartar berkuasa dan menanamkan pengaruhnya dikalangan umat para
ulama, fuqaha(ahli fiqih) dan para pengusa, moral dan kemerosotan umat islampun makin
menjadi-jadi dan bahkan jauh lebih hancur ketimbang masa-masa sebelumnya. Taqlid buta
merajalela, sehingga mazhab-mazhab fiqh dan aliran teknologi hampir berubah menjadi agama.
Ijtihadpun berubah menjadi suatu kemaksiatan, bid’ah dan khurafat disandarkan pada hukum
syara’ dan merujuk kepada kitab Allah dan Sunnah Rasul merupakan suatu dosa yang tidak
terampunkan. Dalam keadaan seperti ini, masyarakat Islam makin terjerumus pada kebodohan dan
kesesatan, sedangkan para ulama hanya memiliki wawasan yang sempit.

Tidak lama kemudian munculah seorang imam dan ulama hadits yang mencoba untuk
memperbaiki umat Islam yang tengah dilanda kezaliman dan kebobrokan. Imam tersebut adalah
Ibnu Taimiyah. Kegigihan dan ketinggian semangatnya dalam mendalami agama
menghantarkannya pada kedudukan mujtahid mutlak.

2. POLA PEMIKIRAN TASAWUF IBN TAIMIYAH

Pada akhir abad ketujuh hijriyah, blantika pemikiran islam diramaikan dengan kemunculan
Imam Ibn Taimiyah yang hadir dengan pendapat-pendapat penting dalam ranah tasawuf dan
sufisme yang mengusung kritikan keras terhadap beberapa tokoh sufi diantaranya Ibn Arabia tau
para pelaku sufi yang menyimpang.
Disamping dikenal sebagai pengeritik kaum sufi, ternyata Ibn Taimiyah juga diam-diam
mengakui kebenaran isu penting yang diusung kaum sufi, misalnya, pendapat mereka
mengenai ilham, pengkategorian ru’ya shadiqah (mimpi yang benar) sebagai salah satu jenis
pendidikan ilahiah, ujaran mereka mengenai zuhud, sabar dan cinta ilahiah, dan permasalahan-
permasalan lain yang menjadi focus kajian mereka dalam ilmu tasawuf.

 Berikut tiga asas pandangan keagamaan Ibn Taimiyah:

a. Dalam masalah agama dan keagamaan tidak ada otoritas apapun yang sah yang dijadikan
acuan normative selain Al-Qur’an dan al-Sunnah.

b. Dalam masalah agama dan keagamaan tidaj ada paradigm apapun yang dipandang valid selain
contoh dan teladan dari praktek-praktek keagamaan generasi salaf serta mereka yang konsisten
dengan metode keberagamaan salaf.

c. Dalam memahami dan mengamalkan agama harus dipandang sebagai satu kesatuan sistem
Ilahi yang harus didekati secara integral dan utuh, tidak boleh sepotong-potong.

Adapun pokok-pokok pikiran tasawufnya Ibn Taimiyah meliputi:

a. Pada konsep maqamat, masing-masing maqam (terminal)dipandang sebagai tahapan spiritual


yang harus dilalui seorang penempuh jalan sufi secara bertahap untuh sampai kepada
tuhan.sedangkan dalam konsep A’mal al-Qulub duoandang sebagaimoral etik Islam yang wajib
diamalkan setiap muslim untuk mencapai moralitas tertentu.

b. Pada konsep maqamat, aplikasi ajarannya bersifat indivisual dan elitis (khusus bagi sufi),
sedang pada konsep A’mal al-Qulub bersifat individual dan social serta populis.

c. Pada konsep maqamat, formulasi ajarannya bersifat normatif, doktrinal, ahlistoris, sedang
pada konsep A’mal al-Qulub formulkasi maupun aplikasi serta interprestasinya bersifat
kontekstual dan historis.
3. KARAKTERISTIK TASAWUF IBNU TAIMIYAH

Ajaran ibn taimiyah adalah mengemabalikan pangkalan tempat bertolak fikiran dan
pandangan hidup muslimin kepada tauhid yang bersih. Ketika datang seruan untuk berjihad pada
jalan Allah di medan perang, ibn taimiyah tidak hanya berdiam diri dan “tenggelam” dalam
khalwatnya, dialah orang yang terlebih dahulu mengambil tombak dan pedangnya, juga mengajak
orang-orang untuk turut membela dan mempertahankan agama. Ibn taimiyah turut
mempertahankan negerinya dari serangan musuh.

 Metode Salafiah Ibnu Taimiyah :

1. Tidak percaya sepenuhnya pada akal


Akal tidak bisa memahami hakekat-hakekat agama sendiri. Baginya tidak ada pertentangna antara
nash yang benar dengan aka yang benar, bahkan akal yang harusmengikuti nash. Selalu berpegang
pada al-qur’an dan sa-sunnah. Ilmu agama dan hidayah tidak dapat didapatkan kecuali dengan
wahyu, sebab yang enurunkannya adalah Tuhan Yang Maha mengetahui yang ghaib.

2. Tidak mengikuti seseorang karena nama-nama ketenaran dan kedudukannya


Ibn taimiyah selalu mengembalikan perkataan kepada dasarnya dan mengikuti dalil al-qur’an,
sunnah dan perkataan para ulama’ shalaf (sahabat)

3. Dasar syari’at adalah al-qur’an, dan selalu berpegang padanya

4. Tidak fanatik dalam pemikira dan menghindari sikap berlebihan dan kejumudan
Ibnu taimiyah berpendapat bahwa setiap perkataan seseorang boleh diterima, boleh pula ditolak,
kecuali ucapan Rasul. Ibnu Taimiyah mengakui adanya Wali-Allah. Tetapi beliau tidak dapat
menerima jika makhluk Allah yang lain menyandarkan pengharanan kepada orang yang dikatakan
Wali-Allah itu. Dia berpegan kepada hadits:

ْ ‫اِ َذاا‬
ْ ‫ستَ َع ْنتَََفَا‬
َِ‫ستَ ِعنََْبِالل‬
“Apabila engkau hendak memohon pertolongan, langsunglah minta tolong kepada Allah”
Sebab itu beliau mencela keras orang yang me-“rabitahkan”-kan gurunya atau mengambil
wasilah gurunya untuk menyampaikan permhonan.
Sebagi seorang penganut Madzhab Hambali didalam garis kaum sunni, beliau berusaha
menegakkan faham salaf. Yaitu kembali kepada kemurnian ajaran Nabi Muhammad SAW dengan
tidak dipengaruhi oleh Ta’wil. Ayat-ayat yang disebut “mutasyabih” hendaklah diterima dengan
“bila-kaifa”. Menurut ibn taimiyah kita tidak disuruh untuk memikirkan itu, sebab suatu penafsira
dalam suatu zaman dapat berubah pada zaman yang lain. Dan pendapat yang terpengaruh pada
suatu tempat, juga dapat berubah ditempat yang lain.

Dari uraian diatas, dapat dipahami beberapa karakteristik tasawuf Ibn Taimiyah adalah sebagai
berikut :

1. Purinatis, yaitu merupakan pemurnian dan upaya pengembalian tasawuf ke pangkalnya yaitu Al-
Qur’an dan As-Sunnah sekaligus menghilangkan unsur-unsur asing dan menggantikannya dengan
muatan-muatan islam otodoks (madzhab salaf).
2. Aktifis,karena didalamnya diberi muatan-muatan makna dinamis dan aktivis seperti tercermin pada
konsep A’mal al-qulub maupun menanamkan sikap positif terhadap dunia.

3. Populis, karena memandang tasawuf sebagai perpanjangan dari agama yang menjadi kewajiban
dari setiap muslim.

4. IDE PEMBAHARUANNYA

Kerangka dasar pemikiran Ibnu Taimiyah adalah menunjukkan bahwa Islam dan
pembaharuan Islam memerlukan suatu cara, yaitu jalan tengah dan sintetik (buatan). Pada
kenyataannya, jalan tengah harus dipadukan dengan perkembangan dalam Islam yang bermacam-
macam tersebut dengan tetap berpegang pada ajaran pokok Islam yang termaksuk dalam Al Qur’an
dan Sunnah yang murni, yang tidak terkontaminasi oleh budaya-budaya asing.
 Adapun ide-ide pembaharuan Ibnu Taimayah adalan sebagai berikut :

1. Pertama, melakukan kritik dengan cara yang jauh lebih tajam dan ketat dibanding apa yang telah
dilakukan oleh imam gazali.
2. Kedua, menegakkan dalil dan bukti berdasarkan akidah, hukum dan kaidah-kaidah islam dengan
sseirama dengan apa yang dilakukan Imam Al Gazali, dan bahkan bila dilihat apa yang
dikemukakan Imam Al Gazali benyak sekali mempergunakan istilah-istilah logika.
3. Ketiga, Ibnu Taimiyah tidak saja menolak segala bentuk taqlid buta, melainkan lebih dari itu.
4. Keempat, memerangi bid’ah, taqlid, kemajuan berfikir, kesesatan aqidah, dan dekadensi moral.

Ijtihad dalam islam memegang peran yang sangat besar karena hanya dengan prinsip inilah islam
akan selalu menjadi dinamis, hidup dan maju serta tidak akan pernah ketinggalan zaman. Dengan
prinsip ijtihad inilah yang memungkinkan perkembangan dan kemajuan yang bersinambungan
didalam syari’ah.

5. PERJALANAN INTELEKTUAL DAN KARYA-KARYANYA

Selama dalam hidupnya Ibnu Taimiyah Belajar dengan banyak guru ketika berada di
Damaskus. Dan memperoleh berbagai macam ilmu seperti ilmu hitung (matematika), Khat (ilmu
tulis menulis arab), Nahwu, Ushul fiqih, Tafsir, hadis dan lainnya. Ibnu Taymiyyah amat
menguasai ilmu rijalul hadits (perawi hadits) yang berguna dalam menelusuri Hadits dari
periwayat atau pembawanya dan Fununul hadits (macam-macam hadits) baik yang lemah, cacat
atau shahih. Ia memahami semua hadits yang termuat dalam Kutubus Sittah dan Al-Musnad.
Dalam mengemukakan ayat-ayat sebagai hujjah (dalil), ia memiliki kehebatan yang luar biasa,
sehingga mampu mengemukakan kesalahan dan kelemahan para mufassir atau ahli tafsir. Tiap
malam ia menulis tafsir, fiqh, ilmu 'ushul sambil mengomentari para filusuf . Sehari semalam ia
mampu menulis empat buah kurrosah (buku kecil) yang memuat berbagai pendapatnya dalam
bidang syari'ah. Ibnul Wardi menuturkan dalam Tarikh Ibnul Wardi bahwa karangannya mencapai
lima ratus judul. Karya-karyanya yang terkenal adalah Majmu' Fatawa yang berisi masalah fatwa
fatwa dalam agama Islam. Hingga dalam usia muda, ia telah hafal Al-Qur'an.
Ia dikaruniai kemampuan mudah hafal dan sukar lupa sehingga digambarkan dalam kitab Al-
A’lam Al Aliyyah :

‫ ب سرعة خ صه ق د هللا ك أن‬،‫ ل شيء ي س تمع أو شيء ع لى ي قف ي كن ل م ال ن س يان وإب طاء ال ح فظ‬- ‫ ًالبا ا‬-
‫ ع لى وي ب قى إ ال‬،‫ أو ب ل فظه إما خاطره‬،‫و سائ ره ودمه ب لحمه اخ ت لط ق د ك أن ه ال ع لم وك ان مع ناه‬

Artinya :

Seolah olah Allah telah mengistimewakannya dengan cepat menghapal dan sulit lupa
sehingga apapun yang ia dengar akan melekat di hatinya baik lafaznya atau maknanya dan adalah
ilmu telah bercampur aduk dengan daging dan darahnya.

Ibnu Taymiyyah amat menguasai ilmu rijalul hadits (perawi hadits) yang berguna dalam
menelusuri Hadits dari periwayat atau pembawanya dan Fununul hadits (macam-macam hadits)
baik yang lemah, cacat atau shahih. Ia memahami semua hadits yang termuat dalam Kutubus Sittah
dan Al-Musnad. Dalam mengemukakan ayat-ayat sebagai hujjah atau dalil, ia memiliki kehebatan
yang luar biasa, sehingga mampu mengemukakan kesalahan dan kelemahan para mufassir atau
ahli tafsir. Tiap malam ia menulis tafsir, fiqh, ilmu 'ushul sambil mengomentari para filusuf . Sehari
semalam ia mampu menulis empat buah kurrosah ( buku kecil ) yang memuat berbagai
pendapatnya dalam bidang syari'ah. Ibnul Wardi menuturkan dalam Tarikh Ibnul Wardi bahwa
karangannya mencapai lima ratus judul. Karya-karyanya yang terkenal adalah Majmu' Fatawa
yang berisi masalah fatwa-fatwa dalam agama Islam.

Ibnu Taimiyah banyak melahirkan karya fenomenal yang menjadi pegangan dan rujukan
ulama – ulama sesudahnya. Diantaranya, *Minhajus Sunnah, Al-Jawab Ash-Shahih Liman
Baddala Dina Al-Masih, An Nubuwah, Ar-Raddu 'Ala Al-Manthiqiyyin, Iqtidha'u Ash-Shirathi
Al-Mustaqim, Majmu' Fatawa, Risalatul Qiyas, Minhajul WushulIla'Ilmil Ushul, Syarhu Al-
Ashbahaniwar Risalah Al-Humuwiyyah, At-Tamiriyyah, Al-Wasithiyyah, Al-Kailaniyyah, Al-
Baghdadiyyah, Al-Azhariyyah.
Ibnu Taimiyah juga melahirkan beberapa karya dalam bidang :

A.Tafsir

Tafisr adalah disiplin ilmu yang lebih digandrungi Ibnu Taimiyah dengan mengumpulkan
dan membukukannya ia mulai belajar tafsir di Jami’ah Al Umawy ketika ia berusia 30 Tahun .
Seperti motif yang dipilih dengan memahaminya melalui indera perasa kecendrungan daya rasa,
menentukan kecendrungan tafsir terhadap batas yang tidak lepas dari sumber al-Qur’an dan
Sunnah serta Atsar Salaf untuk menyusun maddah tafsir. Mengambil dalil dengan ayat-ayat, lalu
menjelaskan dan menafsirkanya, sehingga tidak lepas dengan ayat dan memperolehnya dengan
penjelasan dan penafsiran. Dan oleh karena itu, dengan keluasannya tentang tafisr, Ibnu Taimiyah
dapat menyelesaikan karyanya sampai tiga puluh jilid, sebagaimana yang dikatakan oleh
muridnya.

B. Hadis Hadits

Walaupun tidak ditemukan sebuah disiplin ilmu hadits dan Syarh-nya secara independen.
Tetapi disiplin ilmu ini sudah mencapai puncaknya, mengalami masa gemilang dan sempurna di
antara era ketujuh dan delapan, karena jika dikembalikan pada masa itu kebutuhun akan
membukukan, mengarang atau bahkan syarh hadits, akan tetapi karya-karyanya meliputi berbagai
maddah melalui dorongan yang kuat untuk mengumpulkan pokok-pokok hadits, perawi, Jarh,
imam, dan kritik hadits, fiqh serta hadits, seperti kitab 'Minhaj al-Sunnah'.

C. Ushul Fiqh

Tema yang diusung Ibnu Taimiyah dalam ushul Fiqh melalui hasratnya yang kuat, Ibnu
Taimiyah dapat menggapai tujuannya sebagai orang yang memiliki bakat, naluri yang kuat, serta
kedudukannya dalam berijtihad. Dan oleh karena itu, kita dapat melihat bahwa karya-karya yang
dihasilkan Ibnu Taimiyah keseluruhannya meliputi pembahasan-pembahasan ushuliyah. Lebih-
lebih kitabnya yang berjudul ; Iqtidza al-Shirath al-Mustaqim, Majmu Fatawa, Risalah al-Qiyas,
Minhaj al-Wusul ila ‘Ilm al-Ushul, dan lain-lainya.
D. Fiqh

Disiplin Ilmu Fiqh di setiap madzhab memiliki corak masing-masing sesuai masanya, yang
tidak bisa dilepaskan dengan masa tersebut. Ibnu Taimiyah telah menggeluti banyak bidang
tentang masalah-masalah dan hukum-hukum yang dilengkapi dengan al-Qur'an, Sunnah, Ijma,
Qiyas dan Ushul Fiqh. Dan menegakkannya sebagai istinbat dan Ijtihad. Dan mencoba
menyesuaikan antara al-Fiqh dan al-Sunnah serta menjadikan cabang dan argumen Fiqhiyyah yang
dikaitkan dengan hadits-hadits shoheh. Tentunya dengan mengambil hukum-hukum dari al-Qur'an
dan sunnah.

E. Ilmu Kalam

Kalau kita berpandangan dan menganalisa karya-karya Ibnu Taimiyah maka kita akan
menemukan disiplin Ilmu kalam dan akidah yang hampir mencapai setengah karya-karyanya atau
sepertiga karyanya. Risalah-risalah yang Ibnu Taimiyah susun dalam terma ini akan didapati di
berbagai kota dan tempat yang berbeda-beda, seperti Syarh al-Ashbahiyah, al-Risalah al-
Humawiyah, al-Tadmiriyah, al-Wasathiyah, al-Kilaniyah, al-Baghdadiyah, al-Azhariyah dan lain
sebagainya.
BAB IIIa

PENUTUP

KESIMPULAN

Dari pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Ibn Taimiyah merupakan salah satu
tokoh sufi yang sangat berpengaruh dan diperhitungkan.Meskipun tidak jarang kritikan-
kritikannya mengundang banyak kontrofersi dan beda pendapat bagi sebagian ulama lainnya.
Beliau merupakan seorang tokoh penganut madzhab Hambali didalam garis kaum sunni yang
selalu berusaha menegakkan faham salafi.

Ibn Taimiyah merupakan seorang ulama yang tidak hanya mementingkan akhirat maupun
dunia saja, melainkan seimbang antara keduanya. Disamping beliau taat beribadah, beliau juga
tidak segan-segan untuk mengangkat senjata ketika ada musuh yang berusaha untuk merebut
negaranya.

Ibn Taimiyah adalah sosok seseorang yang pantang menyerah dan selalu ingin tahu. Ini
terbukti pada gairahnya dalam menuntut ilmu, beliau tidak pernah puas dengan ilmu yang sudah
didapatnya, melainkan selalu mencari dan mencari lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Nana, destri. (2013). ”tokoh gerakan pembaharuan islam”. 26 maret 2018.


http://mawarper1.blogspot.co.id/2013/03/tokoh-gerakan-pembaharuan-islam.html

Indrawan, budi. (2014). ”tokoh-tokoh pergerakan islam, ibnu taimiyah”. 26 maret 2018.
http://budieindra.blogspot.co.id/2014/09/ibnu-taimiyah.html

Lova, sava. (2015). “ibnu taimiyah, karakteristik, dan pemikiran dalam tasawuf”. 26 maret 2018.
http://menulis-makalah.blogspot.co.id/2015/05/ibnu-taimiyah-karakteristik-dan.html

Universitas muhammadiyah Palembang. (2016) “al-islam dan kemuhammadiyaan”. Perpustakaan


nasional : katalog dalam terbitan (KDT)

Vous aimerez peut-être aussi